Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan,
pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan.4
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledgement is justified true
beliefed). Pengetahuan

merupakan

domain

yang

sangat

penting

untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan


dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari,
sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung
tindakan seseorang 4-5
Dalam kamus filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah
proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya
sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memilliki yang diketahui
(objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu
menyusun yang diketehui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif. 4,5

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi


perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan 4,5:
1. Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap
baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.
5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan kesadaran dan sikap.

II.1.1. Tingkat Pengetahuan


Dicakup dalam domain kognitif, pengetahuan mempunyai
tingkatan sebagai beriku4 :
1. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan
mengatakan.
2. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada


situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan
sebagainya.
4. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu
komponenkomponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari
penggunaan

kata

kerja

seperti

kata

kerja

mengelompokkan,

menggambarkan, memisahkan.
5. Sintesis (Sinthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk
keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau
objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria yang sudah ada 5

II.1.2 Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas 5

10

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%


b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%

II.2 Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut
Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme
terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar). 6

II.3 Lanjut Usia


Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penyakit yang
timbul pada lansia. Gerontologi merupakan suatu pendekatan ilmiah dari berbagai
aspek proses penuan yaitu kesehatan, sosial, ekonomi, perilaku, lingkungan.
Pralansia adalah seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia adalah
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi yaitu seseorang
yang berusia 70 tahun atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan..2-3
Tujuan pelayanan geriatri adalah mempertahankan derajat kesehatan
setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan,
memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan

11

aktivitas mental yang mendukung, melakukan diagnosis dini secara tepat dan
memadai, melakukan pengobatan yang tepat, memelihara kemandirian secara
maksimal, tepat memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir hayatnya
agar kematiaannya berlangsung dengan tepat.2
Menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau sakit, tetapi suatu proses
perubahan di mana kepekaan bertambah atau batas kemampuan beradaptasi
menjadi berkurang yang sering dikenal dengan geriatri giant, dimana lansia akan
mengalami imobilisasi, instabilisasi (mudah jatuh), intelektualisia, impotensia,
imunodefiasi, infeksi mudah terjadi impaksi (konstipasi), iantrogenes (kesalahan
diagnosis), insomnia, impairment of (gangguan pada penglihatan, pendengaran,
pengecapan, penciuman, komunikasi dan integritas kulit), inaniation (malnutrisi).3
Tingkat perkembangan Kelompok Usia Lanjut dapat digolongkan menjadi
empat tingkat sebagai berikut :
a

Kelompok Usia Lanjut Pratama


-

Kelompok yang belum mantap.

Kegiatan terbatas dan tidak rutin setiap bulan (frekuensi < 8 kali).

Kader aktif terbatas

Perlu dukungan dana dari Pemerintah

Kelompok Usia Lanjut Madya


-

Kelompok yang telah berkembang

Kegiatan hampir setiap bulan (paling sedikit 8 kali setahun)

Jumlah kader aktif > 3 orang

Cakupan program 50%

12

Perlu dukungan dana dari Pemerintah

Kelompok Usia Lanjut Purnama

Kelompok yang sudah mantap

Kegiatan lengkap (paling sedikit 10 kali setahun)

Kegiatan tambahan diluar kesehatan

Cakupan program 60%

Kelompok Usia Lanjut Mandiri


-

Kegiatan secara teratur dan mantap

Kegiatan tambahan yang beragam

Cakupan program/kegiatan baik

Memiliki Dana Sehat dan JPKM yang mantap

II.4 Posyandu Lansia


II.4.1 Definisi Posyandu Lansia
Posyandu merupakan langkah yang cukup strategis dalam rangka
pengembangan kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia agar dapat
membangun dan menolong dirinya sendiri, sehingga perlu di tingkatkan
pembinaannya. Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang di selengarakan
dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu
wilayah kerja puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun,
balai kelurahan, maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi oleh masarakat
3,6

13

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia


lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.7

II.4.2 Tujuan Penyelenggaraan Posyandu Lansia


Tujuan penyelenggaraan Posyandu Lansia antara lain:3
a. Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia
lanjut di masyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berdaya guna bagi keluarga.
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta

dalam

pelayanan

kesehatan

disamping

meningkatkan

komunikasi antara masyarakat usia lanjut.


c. Meningkatkan kesadaran pada lansia akan pentingnya kesehatan

II.4.3 Sasaran
Sasaran pelaksanaan pembinaan kelompok usia lanjut yaitu sebagai berikut :
14

1. Sasaran langsung
o Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun)
o Kelompok usia lanjut (60 atau lebih )
o Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi, yaitu usia lebih dari 70
tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan
2. Sasaran tidak langsung
o Keluarga dimana usia lanjut berada
o Masyarakat di lingkungan usia lanjut
o Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut
o Petugas kesehatan yang melayani kesehatan usia lanjut
o Petugas lain yang menangani kelompok usia lanjut
o Masyarakat luas
II.4.4 Jenis Pelayanan Kesehatan
Pada dasarnya jenis kegiatan posyandu lanjut usia tidak berbeda dengan
kegiatan posyandu balita atau kegiatan upaya kesehatan lain. Jenis kegiatan yang
dilaksanakan di posyandu lanjut usia, yaitu sebagai berikut :8
a.

Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam


kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
15

tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.


b.

Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental


emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua) menit.

c.

Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran


tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).

d.

Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta


penghitungan denyut nadi selama satu menit.

e.

Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat

f.

Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus)

g.

Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal.

h.

Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau


ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir a hingga h.

i.

Penyuluhan Kesehatan. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di


luar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan
dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang di hadapi oleh individu
dan atau kelompok usia lanjut

j.

Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia
16

lanjut yang tidak datang dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan


masyarakat
k.

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek


kesehatan dan gizi lanjut usia serta menggunakan bahan makanan yang
berasal dari daerah tersebut

l.

Kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk
meningkatkan kebugaran.

II.4.5 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut, mekanisme
pelaksanaan kegiatan pelayanan posyandu lansia digunakan 5 sistem tahapan (5
meja) sabagai berikut:9-10
1. Meja 1
Tempat pendaftaran anggota kelompok usia lanjut sebelum
pelaksanaan pelayanan
2. Meja 2
Tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran dan
pencatatan tinggi badan serta penghitungan index massa tubuh
(IMT).
3. Meja 3
Tempat

melakukan

kegiatan

Pemeriksaan

dan

pengobatan

sederhana (tekanan darah, gula darah, Hb dan pemberian vitamin,


dan lain - lain).
4. Meja 4
17

Tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi dan


kesejahteraan).
5. Meja 5
Tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan sosial
(pemberian makan tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan
lain lain sesuai kebutuhan).
II.5 Peran Masyarakat
Pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan kelompok usia lanjut sebagai
suatu bentuk pemberdayaan masyarakat, sangat tergantung dari peran masyarakat
atau kelompok usia lanjut itu sendiri.Masyarakat sebagai salah satu faktor yang
dapat mendukung terbentuknya lansia yang mandiri memegang peranan penting.
Di antaranya terdapat keluarga dan juga kader. Bidan desa sebagai salah satu
tenaga kesehatan yang tergabung dalam pelayanan posyandu lansia juga memiliki
peran tersendiri.7,11
1. Keluarga
Dengan peran optimal keluarga diharapkan semakin meningkatkan
kualitas kesehatan dan mutu kehidupan para lanjut usia. Peran keluarga
dalam pembinaan lanjut usia antara lain :3,8
a. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai bagi lanjut usia
dirumah sesuai dengan keberadaannya.
b. Pemenuhan kebutuhan gizi lanjut usia sehari hari
c. Memberikan akses bagi lanjut usia untuk ikut serta dalam kegiatan
posyandu lanjut usia
d. Membantu lanjut usia untuk mencari pelayanan kesehatan apabila sakit
e. Memberikan kesempatan bagi lanjut usia untuk tetap berperan dalam
keluarga sesuai dengan kemampuannya.

18

2. Kader
Kader posyandu dipilih dari anggota masyarakat, baik dari para lanjut usia
sendiri, maupun dari kelompok umur lainnya, yang bersedia menjadi
kader. Persyaratan menjadi kader adalah diutamakan berasal dari anggota
masyarakat setempat, dipilih oleh masyarakat sesuai prosedur setempat,
mau dan mampu bekerja sukarela, dapat membaca dan menulis, sabar dan
memahami para lanjut usia, jiwa pelopor pembaharuan dan penggerak
masyarakat. Kader berperan penting dalam pelayanan posyandu lansia,
diantaranya:3,8
a. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada kegiatan
posyandu
b. Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu
c. Melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan posyandu lansia
d. Melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan para lanjut usia dan mencatatnya dalam KMS atau buku
pencatatan lainnya
e. Membantu petugas dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan
pelayanan lainnya
f. Melakukan penyuluhan ( kesehatan, gizi, sosial, agama,dan karya )
sesuai dengan minatnya.
3. Bidan Desa
Adapun peran dari bidan desa adalah sebagai berikut :3,8
a. Menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya
b. Memberdayakan tenaga koordinator bidan yang bertugas dan
mempunyai wewenang dalam memantau dan membina kinerja kader
saat hari pelayanan posyandu
c. Bertanggung jawab dalam fasilitas kelancaran pelaksanaan posyandu
didesanya
d. Memberikan penyuluhan ataupun pendidikan kesehatan

19

e. Memberikan rujukan ketenaga kesehatan yang lebih tinggi ( dokter,


puskesmas ) apabila ada lansia yang membutuhkan fasilitas ataupun
pengobatan yang lebih memadai

II.6 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah


Masalah adalah suatu kesenjangan antara keadaan yang diharapkan dengan
keadaan yang dihasilkan atau didapatkan, sehingga menimbulkan rasa tidak puas
dan keinginan untuk memecahkannya. Untuk memutuskan adanya suatu masalah,
memerlukan tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
Adanya kesenjangan.
Adanya rasa tidak puas.
Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah
tersebut.
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk
mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan
masalah, dari pendekatan sistem ini sehingga dapat ditelusuri hal-hal yang
mungkin menyebabkan munculnya permasalahan rendahnya cakupan pelayanan
pra usila dan usila di Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten
Magelang. Adapun kerangka pemecaha masalah digambarkan sebagai berikut:

20

1. Identifikasi Masalah

2. Penentuan Prioritas Ma

8. Monitoring & Evaluasi

3. Penentuan Penyebab

7. Penyusunan rencana penerapan

6. Penetapan pemecahan masalah terpilih

4. Memilih Penyebab yang pa

5. Menentukan alternatif pemecahan masalah

Gambar 1. Siklus Pemecahan masalah

1. Identifikasi masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,
menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian
mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil
pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang
terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang
2.

sudah ditetapkan.11
Analisis penyebab masalah
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk
mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan
masalah, dari pendekatan sistem ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin
menyebabkan munculnya permasalahan. Adapun sistem yang diutarakan

21

disini adalah sistem terbuka pelayanan kesehatan yang dijabarkan sebagai


berikut : 11

PROSES

INPUT
Man

OUTCOME

OUTPUT
Fungsi Manajemen (P1,P2,P3) dan

Money

ManajemenMutu

Cakupan

Cakupan dan program

Kegiatan dan Mutu

Method
Material
Machine

LINGKUNGAN
Fisik
Kependudukan
Sosial Budaya
Sosial Ekonomi

Gambar 2. Analisis Penyebab Masalah Dengan Pendekatan Sistem


Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan
tidak sesuai standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah
adalah kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan
penyebab masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistern masalah dapat terjadi
pada input, lingkungan, maupun proses.

22

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan


dengan curah pendapat. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab
masalah dapat dipergunakan diagram fish bone. Metode ini berdasarkan pada
kerangka pendekatan sistem, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini:

23

MACHINE

METHOD
MAN
MATERIAL
MONEY
INPUT

P3

24
P1

P2

PROSE

Gambar 3. Diagram Fish Bone

3. Memilih penyebab yang paling mungkin


Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebabsebab yang didukung oleh data atau konfirmasi dan pengamatan.
4. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Setelah melakukan analisis penyebab maka langkah selanjutnya yaitu
menyusun alternatif pemecahan masalah. Seringkali pemecahan masalah
dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika
penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan
masalah.
5. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan
pemilihan pemecahan terpilih. Penentuan prioritas alternatif pemecahan
masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode kriteria matriks

25

MxIxV/C. Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan


masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks:
a) Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan
masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab
masalah yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka
semakin efektif.
b) Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Makin
penting cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka
semakin efektif.
c) Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin
sensitif bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif.
d) Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk
melakukan pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan
masalah diberi nilai 1-5.
Tabel 1. Kriteria Matriks
Magnitude
1=Tidak magnitude

Importancy
1=Tidak penting

Vulnerability
1 = Tidak sensitif
=

Cost
1=Sangat

murah
Kurang 2=Murah

2=Kurang

2=Kurang

magnitude
3=Cukup magnitude

penting
3=Cukup penting

sensitif
3 = Cukup sensitif

3=Cukup

4= Magnitude

4=Penting

4 = Sensitif

murah
4=kurang

5=Sangat

5=Sangat penting

5 = Sangat sensitif

Murah
5=Tidak

26

magnitude

murah

6. Penyusunan rencana penerapan


Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA
(plan of action atau rencana kegiatan). halaman ini bertujuan untuk
menentukan perencanaan kegiatan.
7. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan
pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik
dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat
dipecahkan.

27

Anda mungkin juga menyukai