DISUSUN OLEH :
NURUL HASANAH
1114040186
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menurut Soedijarto, Sebuah Pengalaman Pemikiran Bagi Prosedur Perencanaan
dan Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi BP3K Departemen P dan K 1975,
dinyatakan bahwa kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang
direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh para siswa atau para mahasiswa untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan.[1]
Kurikulum merupakan suatu alat yang dipakai untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan
kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing masing
satuan pendidikan. Sejalan dengan ketentuan tersebut, perlu ditambahkan bahwa
pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional dan pendidikan nasional
berdasarkan Pancasila dan undang Undang Dasar 1945.[2]
Kurikulum, dalam hal ini, membutuhkan landasan yang kuat agar dapat
dikembangkan oleh sekolah. Namun, pada kenyataaannya kurikulum dibuat sesuai standar
kompetensi dan standar nasional yang dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah. Seharusnya,
pengembangan kurikulum itu dilakukan oleh sekolah atau lembaga pendidikan tersebut
yang lebih mengerti dan paham kurikulum seperti apa yang lebih dibutuhkan. Pengalaman
selama setengah abad negeri ini mengelola sendiri sistem pendidikannya menunjukkan,
setiap kali muncul pembicaraan yang mengarah pada upaya perbaikan sistem pendidikan
nasional selalu yang menjadi titik berat perhatian adalah pembenahan kurikulum.[3]
Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Apakah benar kurikulum memang memiliki
dasar dan landasan yang kuat yang memang disiapkan agar peserta didik, pendidik, orang
tua dan komponen pendidikan lainnya sesuai dengan tujuan pendidikan dan standar
pendidikan. Apa yang mendasari itu semua? Benarkah kurikulum itu dibuat untuk
memperbaiki kurikulum yang lama dengan kurikulum yang baru, yang sering disebut
dengan evaluasi kurikulum? Dimana sistem evaluasi digunakan untuk menentukan tingkat
pencapaian keberhasilan peserta didik dalam bentuk hasil khusus.[4]
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka kami mendapat permasalahan yang dapat
dirumuskan, antara lain:
1.
2.
3.
C.
Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
D.
Manfaat
Dalam pembuatan makalah ini, ada beberapa manfaat yang dapat diambil:
1.
2.
3.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengembangan Kurikulum
Kurikulum informal terdiri atas kegiatan yang direncanakan, namun tidak langsung
berhubungan dengan kelas atau mata pelajaran tertentu dan kurikulum itu dipertimbangkan
sebagai pelengkap bagi kurikulum formal. Kurikulum formal mengikuti rencana kurikulum
itu sendiri dan rencana pengajaran yang keduanya ini akan menjadi fokus pembicaraan
kita, yaitu apakah pengembangan kurikulum itu? Pengembangan kurikulum adalah proses
yang mengaitkan satu komponen kurikulum lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang
lebih baik.
Berdasarkan pandangan di atas bahwa keberhasilan kegiatan pengembangan
kurikulum dalam proses pendidikan dan pengajaran dijumpai beberapa hal pokok yang
harus dipertimbangkan oleh para pengembang kurikulum. Pertama, adalah filsafat hidup
bangsa, sekolah dan guru itu sendiri. Dalam hal ini negara Indonesia adalah negara
Pancasila. Jadi segala kegiatan sekolah atau proses belajar mengajar yang diselenggarakan
di sekolah harus diarahkan pada pembentukan pribadi peserta didik ke arah manusia
Pancasila.
Kedua adalah pertimbangan harapan, kebutuhan dan permintaan masyarakat akan
produk pendidikan. Hal ini berarti asas relevansi pengembangan kurikulum harus dijaga.
Disamping itu kondisi masyarakat lokal perlu dipertimbangkan dalam pengembangan
kurkulum.[7] Ketiga, hal yang penting dalam pengembangan kurikulum adalah kesesuaian
kurikulum dengan kondisi peserta didik. Sebab kurikulum pada dasarnya adalah untuk
peserta didik. Oleh karena itu dalam pengembangan kurikulum para pengembang
kurikulum harus memperhatikan karakteristik peserta didik, baik karakteristik umum
maupun khusus.[8]
Keempat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu yang tidak
dapat dipungkiri untuk dipertimbangkan dalam proses pengembangan kurikulum. Pada
hakikatnya kurikulum berisikan ilmu pengetahuan dan teknologi (meskipun tidak semua isi
kurikulum). Tetapi pada hakikatnya ilmu pengetahuan yang ada sedang berkembang dan
dikembangkan perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum.[9]
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang esensial dalam proses
pendidikan. Sasaran yang dicapai bukan semata mata memproduksi bahan pelajaran
melainkan lebih dititikberatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pengamanan
kurikulum merupakan proses yang menyangkut banyak faktor yang perlu dipertimbangkan.
Disamping keempat determination sets tersebut di atas, masih banyak lagi hal yang perlu
dipertimbangkan misalnya pertentangan akan pernyataan tentang kurikulum. Siapa yang
terlibat dalam pengambangan kurikulum, bagaimana prosesnya, apa tujuannya dan kepada
siapa ditujukan. Untuk menjawab permasalahan ini, maka perlu ditinjau lagi
tentang pengembangan kurikulum menurut pendapat beberapa hal lain.[10]
B.
4.
As Syaibani menetapkan lima dasar pokok kurikulum pendidikan yaitu dasar religi,
falsafah, psikologis, sosiologis dan organisatoris.
1. Dasar Religius, dasar yang ditetapkan berdasarkan nilai nilai Ilahi yang tertuang dalam al
Qur`an, Sunnah karena kedua kitab tersebut merupakan nilai kebenaran yang universal,
abadi dan bersifat futuristik.[23]
2. Dasar Falsafah, dasar ini memberi arah dan kompas tujuan pendidikan. Dengan dasar
filosofis sehingga susunan kurikulum mengandung satu kebenaran terutama kebenaran
dibidang nilai nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini dari suatu kebenaran. Hal
tersebut karena satu kajian filsafat adalah sistem nilai, baik yang berkaitan dengan cara
hidup dan kehidupan, norma norma yang muncul dari individu sekelompok masyarakat
ataupun bangsa yang dilatarbelakangi pengaruh agama, adat istiadat dan konsep individu
tentang pendidikan.[24]
3. Dasar Psikologis, dasar ini mempertimbangkan tahapan psikis anak didik yang berkaitan
dengan perkembangan jasmaniah, kematangan, bakat bakat jasmani, intelektual, bahasa,
emosi, sosial, kebutuhan dan keinginan individu, minat dan kecakapan. Dasar psikologis
terbagi kepada dua macam, yaitu: pertama psikologi belajar, hakikat anak itu dapat dididik,
dibelajarkan dan diberikan sejumlah materi dan pengetahuan. Disamping itu hakikat anak
dapat merubah sikapnya serta dapat menerima norma norma, dapat mempelajari
keterampilan keterampilan berpijak dari kemampuan anak tersebut. Oleh karena itu
bagaimana kurikulum memberikan peluang belajar bagi anak tersebut dan bagaimana proses
belajar berlangsung, serta dalam keadaan bagaimana anak itu memberi hasil yang sebaik
baiknya. Kedua psikologi anak, setiap anak mempunyai kepentingan yakni untuk
mendapatkan situasi situasi belajar kepada anak anak untuk mengembangkan bakatnya. Oleh
karena itu wajarlah bila anak merupakan faktor penentu dalam pembinaan kurikulum yang
berlangsung selama proses belajar mengajar.[25]
4. Dasar Sosiologis, dasar ini memberikan implikasi bahwa kurikulum pendidikan memegang
peranan penting terhadap penyampaian dan pengembangan kebudayaan, proses sosialisasi
individu, rekonstruksi masyarakat. Meskipun sering kita temukan kesulitan dalam bentuk
kebudayaan macam apa yang patut disampaikan serta ke arah mana proses sosialisasi dan
bentuk masyarakat yang bagaimana yang ingin direkonstruksikan sesuai dengan tuntutan
masyarakat. Hal tersebut karena tidak mudah mengkaji tuntutan masyarakat terutama karena
adanya pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebabkan masyarakat selalu
dalam proses perkembangan sehingga tuntuannya dari masa kemasa tidak selalu sama.[26]
5. Dasar Organisatoris, dasar ini mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran, yakni organisasi
kurikulum. Dasar ini berpijak dari ilmu jiwa assosiasi yang menganggap kurikulum adalah
sejumlah bagian bagiannya sehingga menjadikan kurikulum mata pelajaran yang terpisah
pisah. Kemudian disusul ilmu jiwa Gestalt yang menganggap kurikulum mempengaruhi
organisasi kurikulum yang disusun secara unit tanpa adanya batas batas antara berbagai mata
pelajaran, kedua psikologi tersebut tidak lepas dari keuntungan dan kelebihannya.[27]
C.
b) Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa atau peserta didik (student-centered) dan
mengutamakan perkembangan afektif peserta didik sebagai prasyarat dan sebagai
bagian integral dari proses belajar. Para pendidik humanistic meyakini bahwa
kesejahteraan mental dan emosional peserta didik harus dipandang sentral dalam
kurikulum, agar proses belajar memberikan hasil yang maksimal.
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan
tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para pakar humanis kurikulum
berfungsi menyediakan pengalaman berharga untuk membantu memperlancar
perkembangan pribadi murid. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses
perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan
otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar.
Semua itu merupakan bagian dari cita-cita perkembangan manusia yang teraktualisasi
(self actualizing person).
Kurikulum Humanistis memiliki kelemahan, antara lain:
1)
2)
3)
4)
c) Pendekatan Teknologis
Dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis
kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang
diajarkan, kriteria evaluasi sukses, dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan
analisis tugas (job analysis) tersebut.
Kurikulum sebagai model teknologi pendidikan menekankan pada penyusunan
program pengajaran dengan menggunakan pendekatan sistem. Program pengajaran ini
dapat menggunakan sistem saja, atau juga dengan alat atau media. Selain itu, dapat
juga dipadukan. Dalam konteks kurikulum model teknologi, teknologi pendidikan
mempunyai dua aspek, yakni hardware berupa alat benda keras seperti proyektor, TV,
LCD, radio, dan sebagainya, dan software berupa teknik penyusunan kurikulum, baik
secara mikro maupun makro. Teknologi yang telah diterapkan adakalanya berupa PPSI
atau Prosedur Pengembangan Sitem Intruksional, pelajaran berprogram dan modul.
Pendekatan teknologis ini sudah tentu mempunyai keterbatasan-keterbatasan,
antara lain: ia terbatas pada hal-hal yang bisa dirancang sebelumnya. Karena dari itu
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Pengembangan kurikulum adalah proses yang mengaitkan satu komponen kurikulum
lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.
2. Menurut Tyler, landasan kurikulum terdiri dari landasan filosofis, sosial, budaya dan
psikologis. Pendapat tersebut serupa dengan yang dikemukakan Murray Print bahwa
landasan kurikulum terdiri dari landasan filosofis, sosial budaya, dan psikologi,
Perkembangan ilmu dan teknologi, perkembangan terakhir beliau menambahkan atau
melengkapi landasan tersebut dengan landasan manajemen (organisatoris).
3. Herman H.Horne, memberikan dasar atau asas kurikulum dengan tiga macam yaitu:
Dasar Psikologis, Dasar Sosiologis, Dasar Filosofis. Sedangkan As Syaibani menetapkan
lima dasar pokok kurikulum pendidikan yaitu dasar religi, falsafah, psikologis, sosiologis
dan organisatoris.
4. Menurut Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A., ada 4 macam pendekatan dalam pengembangan
kurikulum, yakni pendekatan subjek akademis, pendekatan humanistis, pendekatan
teknologis dan pendekatan konstruksi sosial.
5. Kemudian oleh Dr. Abdullah Idi, M.Ed ditambahkan 3 pendekatan lagi, yaitu
pendekatan berorientasi pada tujuan, pendekatan dengan pola organisasi bahan dan
pendekatan akuntabilitas.
6. Menurut Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd membaginya menjadi 2 pendekatan yaitu,
pendekatan top down (administrative/dari atas ke bawah) dan pendekatan grass
roots (dari bawah ke atas).
B.
SARAN
Kita sebagai penyusun hanya dapat memberi saran bahwa landasan pengembangan
kurikulum menjadi sebuah dasar yang harus dipertimbangkan dalam terwujudnya suatu
kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Oleh sebab itulah, mari kita sebagai
calon guru profesional harus memahami landasan serta pendekatan pengembangan
kurikulum agar anak didik kita tidak ketinggalan zaman tapi kita buktikan bahwa kita
mampu dan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Islam,
Mengrai
Benang
Kusut
Dunia