Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

LANDASAN DAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

DISUSUN OLEH :

NURUL HASANAH
1114040186

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Menurut Soedijarto, Sebuah Pengalaman Pemikiran Bagi Prosedur Perencanaan
dan Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi BP3K Departemen P dan K 1975,
dinyatakan bahwa kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang
direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh para siswa atau para mahasiswa untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan.[1]
Kurikulum merupakan suatu alat yang dipakai untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan
kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing masing
satuan pendidikan. Sejalan dengan ketentuan tersebut, perlu ditambahkan bahwa
pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional dan pendidikan nasional
berdasarkan Pancasila dan undang Undang Dasar 1945.[2]
Kurikulum, dalam hal ini, membutuhkan landasan yang kuat agar dapat
dikembangkan oleh sekolah. Namun, pada kenyataaannya kurikulum dibuat sesuai standar
kompetensi dan standar nasional yang dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah. Seharusnya,
pengembangan kurikulum itu dilakukan oleh sekolah atau lembaga pendidikan tersebut
yang lebih mengerti dan paham kurikulum seperti apa yang lebih dibutuhkan. Pengalaman
selama setengah abad negeri ini mengelola sendiri sistem pendidikannya menunjukkan,
setiap kali muncul pembicaraan yang mengarah pada upaya perbaikan sistem pendidikan
nasional selalu yang menjadi titik berat perhatian adalah pembenahan kurikulum.[3]
Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Apakah benar kurikulum memang memiliki
dasar dan landasan yang kuat yang memang disiapkan agar peserta didik, pendidik, orang
tua dan komponen pendidikan lainnya sesuai dengan tujuan pendidikan dan standar
pendidikan. Apa yang mendasari itu semua? Benarkah kurikulum itu dibuat untuk
memperbaiki kurikulum yang lama dengan kurikulum yang baru, yang sering disebut
dengan evaluasi kurikulum? Dimana sistem evaluasi digunakan untuk menentukan tingkat
pencapaian keberhasilan peserta didik dalam bentuk hasil khusus.[4]

B.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka kami mendapat permasalahan yang dapat
dirumuskan, antara lain:
1.
2.
3.

C.

Tujuan Penulisan
1.
2.
3.

D.

Bagaimanakah Landasan Pengembangan Kurikulum


Bagaimanakah Dasar Pengembangan Kurikulum
Bagaimanakah Pendekatan-Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Mengetahui Landasan Pengembangan Kurikulum


Mengetahui Dasar Pengembangan Kurikulum
Mengetahui Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Manfaat
Dalam pembuatan makalah ini, ada beberapa manfaat yang dapat diambil:

1.
2.
3.

Adanya makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran


terhadap suatu ilmu.
Penyusunan makalah ini dapat dikaji bersama dalam forum diskusi
Mencari solusi yang bijak dalam menyelesaikan masalah yang timbul dalam forum
diskusi.

BAB II

PEMBAHASAN

A.

Pengembangan Kurikulum
Kurikulum informal terdiri atas kegiatan yang direncanakan, namun tidak langsung
berhubungan dengan kelas atau mata pelajaran tertentu dan kurikulum itu dipertimbangkan
sebagai pelengkap bagi kurikulum formal. Kurikulum formal mengikuti rencana kurikulum
itu sendiri dan rencana pengajaran yang keduanya ini akan menjadi fokus pembicaraan
kita, yaitu apakah pengembangan kurikulum itu? Pengembangan kurikulum adalah proses
yang mengaitkan satu komponen kurikulum lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang
lebih baik.
Berdasarkan pandangan di atas bahwa keberhasilan kegiatan pengembangan
kurikulum dalam proses pendidikan dan pengajaran dijumpai beberapa hal pokok yang
harus dipertimbangkan oleh para pengembang kurikulum. Pertama, adalah filsafat hidup
bangsa, sekolah dan guru itu sendiri. Dalam hal ini negara Indonesia adalah negara
Pancasila. Jadi segala kegiatan sekolah atau proses belajar mengajar yang diselenggarakan
di sekolah harus diarahkan pada pembentukan pribadi peserta didik ke arah manusia
Pancasila.
Kedua adalah pertimbangan harapan, kebutuhan dan permintaan masyarakat akan
produk pendidikan. Hal ini berarti asas relevansi pengembangan kurikulum harus dijaga.
Disamping itu kondisi masyarakat lokal perlu dipertimbangkan dalam pengembangan
kurkulum.[7] Ketiga, hal yang penting dalam pengembangan kurikulum adalah kesesuaian
kurikulum dengan kondisi peserta didik. Sebab kurikulum pada dasarnya adalah untuk
peserta didik. Oleh karena itu dalam pengembangan kurikulum para pengembang
kurikulum harus memperhatikan karakteristik peserta didik, baik karakteristik umum
maupun khusus.[8]
Keempat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu yang tidak
dapat dipungkiri untuk dipertimbangkan dalam proses pengembangan kurikulum. Pada
hakikatnya kurikulum berisikan ilmu pengetahuan dan teknologi (meskipun tidak semua isi
kurikulum). Tetapi pada hakikatnya ilmu pengetahuan yang ada sedang berkembang dan
dikembangkan perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum.[9]
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang esensial dalam proses
pendidikan. Sasaran yang dicapai bukan semata mata memproduksi bahan pelajaran
melainkan lebih dititikberatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pengamanan
kurikulum merupakan proses yang menyangkut banyak faktor yang perlu dipertimbangkan.
Disamping keempat determination sets tersebut di atas, masih banyak lagi hal yang perlu
dipertimbangkan misalnya pertentangan akan pernyataan tentang kurikulum. Siapa yang

terlibat dalam pengambangan kurikulum, bagaimana prosesnya, apa tujuannya dan kepada
siapa ditujukan. Untuk menjawab permasalahan ini, maka perlu ditinjau lagi
tentang pengembangan kurikulum menurut pendapat beberapa hal lain.[10]

B.

Landasan Pengembangan Kurikulum


Menurut Tyler, landasan kurikulum terdiri dari landasan filosofis, sosial, budaya
dan psikologis. Pendapat tersebut serupa dengan yang dikemukakan Murray Print bahwa
landasan kurikulum terdiri dari landasan filosofis, sosial budaya, dan psikologi,
Perkembangan ilmu dan teknologi, perkembangan terakhir beliau menambahkan atau
melengkapi landasan tersebut dengan landasan manajemen (organisatoris).[11]
Beberapa landasannya antara lain:
1. Landasan Pengembangan Secara Filosofis
Landasan filosofis pancasila yang dianut oleh Negara kita dengan prinsip demokratis,
mengandung makna bahwa peserta didik diberi kebebasan untuk berkembang dan
mampu berfikir intelegen dikehidupan masyarakat, melakukan aktivitas yang dapat
memberikan manfaat terhadap hasil akhir dan menekankan nilai-nilai manusiawi dan
kultural dalam pendidikan.[12].
2. Landasan Pengembangan Secara Psikologis
Teori belajar dijadikan dasar bagi proses belajar mengajar. Dengan demikian ada
hubungan yang erat antara kurikulum dengan psikologi belajar dan psikologi anak.[13]
Para ahli pengembangan kurikulum selalu menjadikan anak sebagai salah satu pokok
pemikiran, agar anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat
mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma dan dapat menguasai sejumlah
keterampilan. Persoalan yang penting ialah bagaimana anak itu belajar, dalam keadaan
yang bagaimana pelajaran itu memberi hasil yang sebaik-baiknya, maka kurikulum
dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan cara yang efektif terhadap suatu proses
yang pelik dan komplek tersebut, maka timbullah berbagai teori belajar.[14]
3. Landasan Pengembangan Secara Sosial Budaya.
Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat heterogen di tiap daerah dan
masyarakatnya. Oleh sebab itu, masyarakat merupakan suatu faktor yang begitu
penting dalam penggembangan kurikulum sehingga aspek sosiologis dijadikan salah
satu asas. Dalam hal ini pun kita harus menjaga, agar asas ini jangan terlampau
mendominasi sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau society
centered curriculum . Di Indonesia belum tertuju kearah itu, tetapi perhatian terhadap
perkembangan kebudayaan yang ada di masyarakat sudah diwujudkan dalam bentuk
kurikulum muatan lokal di tiap daerah. Dengan dijadikannya sosiologis sebagai
landasan pengembangan kurikulum, maka peserta didik nantinya diharapkan mampu
bekerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

4.

Landasan Pengembangan Kurikulum Dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Landasan ini berkenaan dengan perkembagan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta seni. Salah satu ciri dari masyarakat adalah selalu berkembang. Masyarakat yang
berkembang karena dipengaruhi perkembangan ilmu dan tekhnologi, yang memiliki
pengaruh yang cukup kuat pada pengembangan kurikulum, terutama teknologi industri,
transportasi, komunikasi, telekomunikasi dan elektronik yang menyebabkan
masyarakat berkembang sangat cepat menuju masyarakat terbuka, masyarakat
informasi dan global. Perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan setiap individu
warga masyarakat, mempengaruhi pengetahuan, kebiasaan bahkan pola-pola hidup
mereka.[16]
Dengan IPTEK sebagai landasan, peserta didik diharapkan mampu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian sesuai dengan sistem nilai,
kemanusiawian dan budaya bangsa.[17]
5. Landasan Pengembangan Kurikulum Secara Organisatoris
Landasan ini berkenaan dengan bentuk organisasi bahan pelajaran yang disajikan.
Bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah dalam bentuk bidang studi yang
terpisah-pisah, ataukah di usahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan,
misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi seperti yang dilaksanakan di
Indonesia pada saat ini. Contoh IPA, IPS, Bahasa dan lain-lain. Berdasarkan ilmu jiwa
Gestalt lebih mengutamakan keseluruhan. Karena kurikulum itu bermakna dan lebih
relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat. Aliran psikologi ini lebih cenderung
memilih kurikulum terpadu atau integrated curriculum.[18]
Mengacu kepada landasan pengembangan kurikulum di atas, maka tujuan
kegiatan siswa akan menekankan pada pengembangan sikap dan perilaku agar berguna
dalam suatu kehidupan masyarakat yang demokratis.[19]
Dasar atau asas kurikulum adalah kekuatan kekuatan utama yang mempengaruhi
dan membentuk materi kurikulum susunan atau organisasi kurikulum. Dasar atau asas
kurikulum disebut juga sumber kurikulum atau determinant kurikulum. [20]
Herman H.Horne, memberikan dasar atau asas kurikulum dengan tiga macam
yaitu:
a. Dasar Psikologis, yang digunakan untuk mengetahui kemampuan yang diperoleh
dari pelajar dan kebutuhan anak didik (The ability and needs of children).
b. Dasar Sosiologis, yang digunakan untuk mengetahui tuntutan yang sah dari
masyarakat (The legitimate demans of society).
c. Dasar Filosofis, yang digunakan untuk mengetahui keadaan alam semesta tempat
kita hidup (the kind of univrse in which we live).[21]
Namun pendapat di atas sesungguhnya belum menjamin bahwa suatu kurikulum dapat
dijadikan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena belum memasukkan nilai nilai yang
wajib yang diresapi oleh peserta didik sejalan dengan tujuan yang ditetapkan.[22]

As Syaibani menetapkan lima dasar pokok kurikulum pendidikan yaitu dasar religi,
falsafah, psikologis, sosiologis dan organisatoris.
1. Dasar Religius, dasar yang ditetapkan berdasarkan nilai nilai Ilahi yang tertuang dalam al
Qur`an, Sunnah karena kedua kitab tersebut merupakan nilai kebenaran yang universal,
abadi dan bersifat futuristik.[23]
2. Dasar Falsafah, dasar ini memberi arah dan kompas tujuan pendidikan. Dengan dasar
filosofis sehingga susunan kurikulum mengandung satu kebenaran terutama kebenaran
dibidang nilai nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini dari suatu kebenaran. Hal
tersebut karena satu kajian filsafat adalah sistem nilai, baik yang berkaitan dengan cara
hidup dan kehidupan, norma norma yang muncul dari individu sekelompok masyarakat
ataupun bangsa yang dilatarbelakangi pengaruh agama, adat istiadat dan konsep individu
tentang pendidikan.[24]
3. Dasar Psikologis, dasar ini mempertimbangkan tahapan psikis anak didik yang berkaitan
dengan perkembangan jasmaniah, kematangan, bakat bakat jasmani, intelektual, bahasa,
emosi, sosial, kebutuhan dan keinginan individu, minat dan kecakapan. Dasar psikologis
terbagi kepada dua macam, yaitu: pertama psikologi belajar, hakikat anak itu dapat dididik,
dibelajarkan dan diberikan sejumlah materi dan pengetahuan. Disamping itu hakikat anak
dapat merubah sikapnya serta dapat menerima norma norma, dapat mempelajari
keterampilan keterampilan berpijak dari kemampuan anak tersebut. Oleh karena itu
bagaimana kurikulum memberikan peluang belajar bagi anak tersebut dan bagaimana proses
belajar berlangsung, serta dalam keadaan bagaimana anak itu memberi hasil yang sebaik
baiknya. Kedua psikologi anak, setiap anak mempunyai kepentingan yakni untuk
mendapatkan situasi situasi belajar kepada anak anak untuk mengembangkan bakatnya. Oleh
karena itu wajarlah bila anak merupakan faktor penentu dalam pembinaan kurikulum yang
berlangsung selama proses belajar mengajar.[25]
4. Dasar Sosiologis, dasar ini memberikan implikasi bahwa kurikulum pendidikan memegang
peranan penting terhadap penyampaian dan pengembangan kebudayaan, proses sosialisasi
individu, rekonstruksi masyarakat. Meskipun sering kita temukan kesulitan dalam bentuk
kebudayaan macam apa yang patut disampaikan serta ke arah mana proses sosialisasi dan
bentuk masyarakat yang bagaimana yang ingin direkonstruksikan sesuai dengan tuntutan
masyarakat. Hal tersebut karena tidak mudah mengkaji tuntutan masyarakat terutama karena
adanya pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebabkan masyarakat selalu
dalam proses perkembangan sehingga tuntuannya dari masa kemasa tidak selalu sama.[26]
5. Dasar Organisatoris, dasar ini mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran, yakni organisasi
kurikulum. Dasar ini berpijak dari ilmu jiwa assosiasi yang menganggap kurikulum adalah
sejumlah bagian bagiannya sehingga menjadikan kurikulum mata pelajaran yang terpisah
pisah. Kemudian disusul ilmu jiwa Gestalt yang menganggap kurikulum mempengaruhi
organisasi kurikulum yang disusun secara unit tanpa adanya batas batas antara berbagai mata
pelajaran, kedua psikologi tersebut tidak lepas dari keuntungan dan kelebihannya.[27]

C.

Pendekatan Pengembangan Kurikulum


Pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat
dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh
kurikulum yang lebih baik.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang
terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan
pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum
tentang proses pengembangan kurikulum.[29]
Setidak-tidaknya ada 4 pendekatan dalam pengembangan kurikulum di antaranya,
yaitu: pendekatan subyek akademik, pendekatan humanistik, pendekatan teknologi, dan
pendekatan rekonstruksi social, Namun disini kami akan menguraikan tiga pendekatan
yakni pendekatan subyek akademik, pendekatan humanistic, dan pendekatan teknologi.
a) Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan ini adalah pendekatan yang tertua, sejak sekolah yang pertama berdiri
kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Kurikulum disajikan dalam bagian-bagian ilmu
pengetahuan, mata pelajaran yang di intregasikan. Ciri-ciri ini berhubungan dengan
maksud, metode, organisasi dan evaluasi. Pendekatan subjek akademis dalam
menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin
ilmu masing-masing.
Para ahli akademis terus mencoba mengembangkan sebuah kurikulum yang akan
melengkapi peserta didik untuk masuk ke dunia pengetahuan, dengan konsep dasar
dan metode untuk mengamati, hubungan antara sesama, analisis data, dan penarikan
kesimpulan. Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara
menetapkan lebih dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik, yang
diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu. Prioritas pendekatan ini
adalah mengutamakan sifat perencanaan program dan juga mengutamakan penguasaan
bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu.

b) Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa atau peserta didik (student-centered) dan
mengutamakan perkembangan afektif peserta didik sebagai prasyarat dan sebagai
bagian integral dari proses belajar. Para pendidik humanistic meyakini bahwa

kesejahteraan mental dan emosional peserta didik harus dipandang sentral dalam
kurikulum, agar proses belajar memberikan hasil yang maksimal.
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan
tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para pakar humanis kurikulum
berfungsi menyediakan pengalaman berharga untuk membantu memperlancar
perkembangan pribadi murid. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses
perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan
otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar.
Semua itu merupakan bagian dari cita-cita perkembangan manusia yang teraktualisasi
(self actualizing person).
Kurikulum Humanistis memiliki kelemahan, antara lain:
1)

Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi


perkembangan individual peserta didik.

2)

Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu tapi kenyataannya


terdapat keseragaman peserta didik

3)

Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara


keseluruhan.

4)

Dalam kurikulum ini prisip-prinsip psikologis yang ada kurang


terhubungkan.

c) Pendekatan Teknologis
Dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis
kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang
diajarkan, kriteria evaluasi sukses, dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan
analisis tugas (job analysis) tersebut.
Kurikulum sebagai model teknologi pendidikan menekankan pada penyusunan
program pengajaran dengan menggunakan pendekatan sistem. Program pengajaran ini
dapat menggunakan sistem saja, atau juga dengan alat atau media. Selain itu, dapat
juga dipadukan. Dalam konteks kurikulum model teknologi, teknologi pendidikan
mempunyai dua aspek, yakni hardware berupa alat benda keras seperti proyektor, TV,
LCD, radio, dan sebagainya, dan software berupa teknik penyusunan kurikulum, baik
secara mikro maupun makro. Teknologi yang telah diterapkan adakalanya berupa PPSI
atau Prosedur Pengembangan Sitem Intruksional, pelajaran berprogram dan modul.
Pendekatan teknologis ini sudah tentu mempunyai keterbatasan-keterbatasan,
antara lain: ia terbatas pada hal-hal yang bisa dirancang sebelumnya. Karena dari itu

pendekatan teknologis tidak selamanya dapat digunakan dalam pembelajaran tertentu.


Sebagai contoh pelajaran PAI, kalau kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam
hanya sampai kepada penguasaan materi dan keterampilan menjalankan ajaran agama,
mungkin bisa mengunakan pendekatan teknologis, sebab proses dan produknya bisa
dirancang sebelumnya.

Pesan-pesan pendidikan agama Islam tidak semua dapat

didekati secara teknologis. Sebagai contoh: bagaimana membentuk kesadaran


keimanan peserta didik terhadap lima Rukun Iman, Masalah kesadaran keimanan
banyak mengandung masalah yang abstrak, yang tidak hanya dilihat dari perilaku riil
atau konkritnya. kadang kala juga sulit untuk dicapai dan dipantau oleh guru, karena
pembentukan keimanan, kesadaran pengamalan ajaran Islam dan berakhlak Islam,
sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan agama Islam, memerlukan proses
yang relatif lama, yang sulit dipantau hasil belajarnya jika hanya mengandalkan pada
kegiatan belajar-mengajar di kelas dengan pendekatan teknologis. Kerena itu perlu
menggunakan pendekatan lain yang bersifat non-teknologis.
Menurut Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd., ada dua pendekatan yang bisa diterapkan
dalam pengembangan kurikulum, yaitu:[51]
1.
Pendekatan Top Down
Dikatakan pendekatan top down atau pendekatan administratif, yaitu pendekatan
dengan sistem komando dari atas ke bawah. Oleh karena dimulai dari atas itulah,
pendekatan ini juga dinamakan line staff mode.Dilihat dari cakupan pengembangannya,
pendekatan top down bisa dilakukan baik untuk menyusun kurikulum yang benar-benar
baru (curriculum construction) ataupun untuk penyempurnaan kurikulum yang sudah
ada (curriculum improvement). Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum
model ini dilakukan kira-kira sebagai berikut:Langkah pertama, dimulai dengan
pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan. Langkah kedua, adalah menyusun
tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebujakan atau rumusan-rumusan yang
telah disusun oleh tim pengarah. Langkah Ketiga, apabila kurikulum sudah selesai
disusun oleh tim atau kelompok kerja, selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim
perumus untuk dikaji dan diberi catatan-catatan atau direvisi. Langkah Keempat, para
administrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap sekolah untuk
mengimplementasikan kurikulum yang telah tersusun itu.
2.

Pendekatan Grass Roots


Dalam model grass roots atau pengembangan kurikulum yang diawali oleh
inisiatif dari bawah lalu disebartluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan
istilah singkat sering dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh
karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam
penyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), walaupun dalam skala yang

terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum


construction).[53]
Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat dilakukan manakala
menggunakan pendekatan grass roots ini. Pertama, menyadari adanya masalah. Berawal
dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Kedua, mengadakan refleksi.
Refleksi dilakukan dengan mengkaji literature yang relevan misalnya dengan membaca
buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang kita hadapi atau
mengkaji sumber informasi lain. Ketiga, mengajukan hipotesis atau jawaban sementara.
Guru memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan cara
penanggulangannya. Keempat, menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan
dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Kelima,
mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus-menerus hingga
terpecahkan masalah yang dihadapi. Dalam pelaksanaannya kita bisa berkolaborasi atau
meminta pendapat teman sejawat. Keenam, membuat dan menyusun laporan hasil
pelaksanaan pengembangan melalui grass roots. Langkah ini sangat penting untuk
dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga memungkinkan dapat
dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain yang pada gilirannya hasil pengembangan
dapat tersebar.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
1. Pengembangan kurikulum adalah proses yang mengaitkan satu komponen kurikulum
lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.

2. Menurut Tyler, landasan kurikulum terdiri dari landasan filosofis, sosial, budaya dan
psikologis. Pendapat tersebut serupa dengan yang dikemukakan Murray Print bahwa
landasan kurikulum terdiri dari landasan filosofis, sosial budaya, dan psikologi,
Perkembangan ilmu dan teknologi, perkembangan terakhir beliau menambahkan atau
melengkapi landasan tersebut dengan landasan manajemen (organisatoris).
3. Herman H.Horne, memberikan dasar atau asas kurikulum dengan tiga macam yaitu:
Dasar Psikologis, Dasar Sosiologis, Dasar Filosofis. Sedangkan As Syaibani menetapkan
lima dasar pokok kurikulum pendidikan yaitu dasar religi, falsafah, psikologis, sosiologis
dan organisatoris.
4. Menurut Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A., ada 4 macam pendekatan dalam pengembangan
kurikulum, yakni pendekatan subjek akademis, pendekatan humanistis, pendekatan
teknologis dan pendekatan konstruksi sosial.
5. Kemudian oleh Dr. Abdullah Idi, M.Ed ditambahkan 3 pendekatan lagi, yaitu
pendekatan berorientasi pada tujuan, pendekatan dengan pola organisasi bahan dan
pendekatan akuntabilitas.
6. Menurut Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd membaginya menjadi 2 pendekatan yaitu,
pendekatan top down (administrative/dari atas ke bawah) dan pendekatan grass
roots (dari bawah ke atas).

B.

SARAN
Kita sebagai penyusun hanya dapat memberi saran bahwa landasan pengembangan
kurikulum menjadi sebuah dasar yang harus dipertimbangkan dalam terwujudnya suatu
kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Oleh sebab itulah, mari kita sebagai
calon guru profesional harus memahami landasan serta pendekatan pengembangan
kurikulum agar anak didik kita tidak ketinggalan zaman tapi kita buktikan bahwa kita
mampu dan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1989.Pengembangan Kurikulum di Sekolah.Bandung: Sinar Baru1989.


Andayani, Abdul Madjid dan Dian. 2004.Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
Konsep dan Implementasi kurikulum.Bandung : PT Rosdakarya.

Ansyar, Muhammad.1989.Dasar Dasar Perkembangan Kurikulum.Jakarta: P2LPTK


Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Miza art http://kitaabati.blogspot.com/2013/Beberapa-Pendekatan-Dalam-Pengembangan/
diakses 8 Nopember 2016
Mustaqim Imam http://imammalik11.wordpress.com/2013/11/11/pendekatan-pengembangankurikulum/ diakses pada tanggal 08 Nopember 2016.
Muhaimin. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah
dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Muhaimin.2006.Nuansa Baru Pendidikan
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Gratindo Persada

Islam,

Mengrai

Benang

Kusut

Dunia

Nasution, S.1990.Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars


Nasution.1993.Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Sanjaya,Wina.2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenada
Media Grup
Soetopo, Hendyat dan Wasty Soemanto.1993.Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum.Jakarta:
Bumi Akara
Sudrajat,Akhmad.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/landasan-kurikulum/.
Diakses pada 8 Nopember 2016

Anda mungkin juga menyukai