Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTEK MESIN LISTRIK

MOTOR SHUNT, MOTOR SERI DAN MOTOR KOMPON

Disusun Oleh:
MUHTAR LUTFI ANSHORI(10518241004)

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA KELAS E


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012

A. Tujuan
Setelah selesai praktik diharapkan mahasiswa dapat :

Mampu mengetahui dan menggambarkan karakteristik Motor Shunt, Motor Seri,

dan Motor Kompon pada


n = f(Ia)
T = f(Ia)
= f(Ia)
B. Dasar Teori
1. Motor Penguat Sendiri, dikatakan motor penguat sendiri karena sumber tegangan
yang digunakan untuk menyuplai lilitan penguat megnet menjadi satu dengan
rangkaian kelistrikan motor. Ditinjau dari cara menyambung lilitan penguat
megnetnya, terdapat beberapa jenis motor yaitu:
a. Motor Shunt, adalah motor yang lilitan penguat magnetnya disambung
dengan lilitan jangkar. Motor shunt memiliki karakteristik hasil
percobaan yang sama dengan generator penguat terpisah.
b. Motor Seri, adalah motor yang lilitan penguat magnetnya disambung
seri dengan lilitan jangkar.
2. Karakteristik motor kompon Ta=f(Ia) dengan V=konstan
Dikenal dua macam motor kompon, yaitu kompon bantu dan kompon lawan.
Disebut motor kompon bantu karena garis-garis gaya medan magnet shunt dan seri
saling memperkuat. Sebaliknya, disebut motor kompon lawan karena masing-masing
garis-garis gaya magnet yang dihasilkan oleh lilitan penguat shunt dan seri saling
memperlemah.
Garis-garis penguat gaya megnet pada penguat shunt adalah konstan. Oleh
karena itu, karakteristik motor shunt merupakan dasar untuk melukiskan karakteristik
yang ada pada motor kompon bantu maupun kompon lawan. Jika terjadi perubahan
beban, maka arus yang mengalir melalui lilitan penguat medan magnet seri juga
berubah. Demikian pula arus yang mengalir ke jangkar motor juga berubah.
Perubahan tersebut akan mengakibatkan:
a. Motor kompon bantu
Garis gaya magnet shunt akan diperkuat garis gaya magnet seri. Berdasarkan
persamaan : Ta = C2

Ia, Ea = C1n , dan Ea = V-IaRa. Maka : Jumlah putaran

motor akan turun, lebih kecil dari motor shunt dan torsi motor naik, berada di atas
karakteristik Ta = f(Ia) pada motor shunt.

b. Motor kompon lawan


Garis-garis gaya pada penguat shunt diperlemah oleh garis-garis gaya magnet
seri, sehingga berdasarkan persamaan-persamaan : Ta = C 2 Ia, Ea = C1n , dan
Ea = V-IaRa, maka jumlah putaran motor akan naik, lebih besar dari motor shunt dan
torsi motor turun berada di bawah karakteristik Ta = f(Ia) pada motor shunt.
C. Gambar Rangkaian
1. Rangkaian Motor Shunt

2. Rangkaian Motor Seri

3. Rangkaian Motor Kompon Bantu

Im
D1

A2

D3

F2

M
A1

D2

F1

IM

+
0-220 v

Rm

D. Data pengamatan
1. Data Ta = f(Ia), n = f(Ta) dan = f(Ia) motor shunt, V = 220V
Data Pengamatan
I(A) T(Nm)
n (rpm)
1.5
2
2.5
3
3.5
4

Data Perhitungan
Pin
Pout
m

0.8
1400 300
1.4
1400 400
2.1
1400 500
2.8
1390 600
Data Pengamatan
3.3
1390 700
I(A) T(Nm)
n (rpm)
3.8
1390 800
1.5
1.2
2320
2
2.5
3
3.5
4

1.9
2.6
3.4
4.2
5

1940
1690
1525
1400
1300

2. Data Ta = f(Ia), n =

117.23
0.39
205.15
0.51
307.72
0.62
407.36
0.68
Data Perhitungan
480.11
0.69
Pin
Pout
m
552.85
0.69
330
291.39
0.88
440
385.80
0.88
550
459.91
0.84
660
542.70
0.82
770
615.44
0.80
880
680.33
0.77

f(Ta) dan = f(Ia)


motor seri, V = 220V

3. Data Ta = f(Ia), n = f(Ta) dan = f(Ia) motor kompon lilitan seri penuh, V = 220V
Data Pengamatan
I(A) T(Nm)
n (rpm)
1.5
2
2.5
3
3.5
4

0.7
1.7
2.3
3.2
4.1
5

1350
1300
1240
1190
1150
1100

Data Perhitungan
Pin
Pout
m
330
440
550
660
770
880

98.91
231.31
298.51
398.57
493.50
575.67

0.30
0.53
0.54
0.60
0.64
0.65

4. Data Ta = f(Ia), n = f(Ta) dan = f(Ia) motor kompon lilitan seri tidak penuh, V =
220V
Data Pengamatan
I(A) T(Nm)
n (rpm)
1.5
2
2.5
3
3.5
4

0.8
1.5
2.3
3.1
3.9
4.7

1350
1310
1260
1210
1175
1140

Data Perhitungan
Pin
Pout
m
300
400
500
600
700
800

113.04
205.67
303.32
392.60
479.64
560.80

0.38
0.51
0.61
0.65
0.69
0.70

E. Analisis
1. Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 1 diperoleh nilai Ia yang semakin tinggi,
maka nilai pada Torsi juga akan semakin tinggi, namun nilai putaran (n) justru
akan semakin rendah. Namun, nilai pada efisiensi akan semakin tinggi juga.
2. Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 2 diperoleh nilai Ia yang semakin tinggi,
maka nilai pada Torsi juga akan semakin tinggi, namun nilai putaran (n) justru
akan semakin rendah. Namun, nilai pada efisiensi akan semakin tinggi juga.
Namun pada rangkaian ini, tidak diperbolehkan menguji pada beban kosong
karena akan menyebabkan nilai putaran menjadi tak terhingga.
3. Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 3 diperoleh nilai Ia yang semakin tinggi,
maka nilai pada Torsi juga akan semakin tinggi, namun nilai putaran (n) justru
akan semakin rendah. Namun, nilai pada efisiensi akan semakin tinggi juga.
Namun nilai putaran lebih rendah daripada tabel 1.
4. Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4 diperoleh nilai Ia yang semakin tinggi,
maka nilai pada Torsi juga akan semakin tinggi, namun nilai putaran (n) justru
akan semakin rendah. Namun, nilai pada efisiensi akan semakin tinggi juga. Pada
lilitan tidak penuh ini, nilai putaran memiliki nilai yang lebih besar daripada
dengan yang putaran penuh, sedangkan nilai Torsi relatif sama.

5. Grafik n = fungsi Ia.

4
Shunt
Seri

Kompon Lilitan penuh


Kompon Lilitan tidak
penuh

0
1

1.5

2.5

3.5

4.5

Dari grafik di atas terlihat bahwa pada motor jenis apapun, nilai putaran (n) akan
berbanding terbalik dengan arus (Ia). Pada rangkaian motor shunt dan kompon, baik
dengan lilitan penuh ataupun tidak penuh mempunyai nilai perubahan yang relatif
hampir sama. Namun pada rangkaian motor seri, nilai terendah maupun tertinggi untuk
nilai arus yang sama dengan rangkaian lain, mempunyai perubahan yang lebih
ekstrem.

6. Grafik T = fungsi Ia

2500

2000

1500
Shunt
Seri
Kompon Lilitan Penuh
Kompon Lilitan Tidak
Penuh

1000

500

0
1

1.5

2.5

3.5

4.5

Perbandingan nilai pada Torsi dengan fungsi Ia mempunyai perbandingan yang lurus.
Semakin tinggi nilai Ia, maka nilai torsinya pun akan semakin bertambah, begitu pula
sebaliknya. Karena pada rangkaian motor seri tidak dapat dicoba dengan beban
kosong, maka nilai torsi yang pertama dengan arus yang sama dengan motor lain
bernilai lebih besar. Kecenderungan nilai torsi pun lebih besar daripada rangkaian
motor yang lain.

7. Grafik efisiensi = fungsi Ia

1.00
0.90
0.80
0.70
0.60

Shunt
Seri

0.50

Kompon Lilitan Penuh


Kompon Lilitan Tidak
Penuh

0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
1

1.5

2.5

3.5

4.5

Seperti halnya pada analisa sebelumnya, rangkaian motor pada motor shunt dan
kompon memiliki kecenderungan yang sama. Pada grafik ini terlihat bahwa Ia
berbanding lurus dengan efisiensi. Semakin tinggi Ia, nilai efisiensi akan semakin
besar. Namun semakin besar Ia, efisiensi akan semakin membentuk garis linier,
perubahan pada efisiensi pun akan semakin kecil. Berbeda dengan rangkaian motor
seri, motor seri mempunyai kecenderungan efisiensi yang hampir sama meskipun nilai
Ia-nya berubah. Nilai efisiensi semakin meninggi seiring dengan bertambahnya Ia,
namun pada Ia pada titik tertentu, efisiensi akan mencapai nilai tertinggi. Setelah itu
semakin diperbesar nilai Ia, nilai efisiensi juatru semakin menurun.

F. Kesimpulan
1. Rangkaian motor seri tidak boleh dioperasikan pada beban kosong karena akan
mengakibatkan nilai putaran (rpm) sangat tinggi.
2. Nilai Ia berbanding terbalik dengan nilai n (putaran/rpm)
3. Nilai Ia berbanding lurus dengan nilai Torsi

4. Pada rangkaian motor shunt dan kompon, nilai Ia berbanding lurus dengan efisiensi.
Namun pada motor seri, nilai efisiensi akan semakin tinggi seiring dengan kenaikan Ia
tetapi setelah mencapai efisiensi titik tertinggi pada nilai Ia tertentu, selanjutnya
efisisnsi akan semakin menurun meskipun Ia-nya semakin tinggi.

Praktikan

Muhtar Lutfi Anshori


10518241004

Anda mungkin juga menyukai