Masalah kurang gizi bukanlah hal yang baru namun masalah ini tetap aktual terutama di negara-negara berkembang terutama pada anak balita. Maslah gizi di indonesia lebih banyak terjadi pada anak di bawah lima tahun, meskipun selama 10 tahun terakhir terdapat kemajuan dalam penanggulangan masalah gizi di indonesia. Status gizi masyarakat dapat dinilai dari keadaan gizi balita. Masalah gangguan gizi di indonesia adalah 4 dari 10 anak balita mengalami gangguan pertumbuhan fisik dan tingkat kecerdasan disebabkan karena penyakit kekurangan gizi berupa Kurang Energi Protein (KEP). Anak yang mengalami gangguan gizi berpengaruh pada tumbuh kembang anak di masa mendatang. Mereka mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada rentang waktu ini sehingga membutuhkan suplai makan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Kurang gizi pada masa balita dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial, dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Secara lebih spesifik, kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan, lebih penting lagi keterlambatan perkembangan otak, dan dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Masalah gizi kurang pada balita disebabkan oleh berbagai hal, baik faktor penyebab langsung maupun tidak langsung. Faktor penyebab langsung yaitu pola makan yang tidak memenuhi syarat, mengakitbatkan rendahnya energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecupukan gizi dan adanya penyakit infeksi yang dapat menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan sehingga mengakibatkan terjadi kekurangan jumlah makanan dan minuman yang masuk kedalam tubuhnya, bahkan penyakit infeksi tersebut merupakan penyebab kematian balita di indonesia di antaranya pneumonia 23,6%, diare 16,6%, infeksi berat 15,1%, gizi buruk + BGM 3,6%. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Penyakit infeksi tersebut dapat menyebabkan merosotnya nafsu makan atau menimbulakn kesulitan menelan dan mencerna makanan, sehingga menurunnya konsumsi makanan ke dalam tubuh, hal ini dapat mengakibatkan gizi kurang. Berdasarkan data statistik Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI dari 241.973.879 penduduk Indonesia sebanyak 18,4% orang menderita gizi kurang, jumlah anak di bawah usia lima tahun atau balita yang menderita gizi buruk secara nasional tercatat 76.178 orang. Sumber dari WHO (2006) menyebutkan kelaparan dan kurang gizi menyebabkan angka kematian tertinggi di seluruh dunia. Sedikitnya 17.289 nyawa anak-anak melayang setiap hari karena sebab kelaparan dan kurang gizi. Jumlah balita Kurang Energi Protein (KEP) di Indonesia, menurut laporan UNICEF 2006 menjadi 2,3 juta jiwa, atau meningkat dari 1,8 juta pada tahun 2005.