Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Masalah kurang gizi bukanlah hal yang baru namun masalah ini tetap aktual terutama di
negara-negara berkembang terutama pada anak balita. Maslah gizi di indonesia lebih banyak
terjadi pada anak di bawah lima tahun, meskipun selama 10 tahun terakhir terdapat kemajuan
dalam penanggulangan masalah gizi di indonesia. Status gizi masyarakat dapat dinilai dari
keadaan gizi balita. Masalah gangguan gizi di indonesia adalah 4 dari 10 anak balita
mengalami gangguan pertumbuhan fisik dan tingkat kecerdasan disebabkan karena penyakit
kekurangan gizi berupa Kurang Energi Protein (KEP). Anak yang mengalami gangguan gizi
berpengaruh pada tumbuh kembang anak di masa mendatang. Mereka mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada rentang waktu ini sehingga membutuhkan
suplai makan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai.
Kurang gizi pada masa balita dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara
fisik, mental, sosial, dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak
menjadi dewasa. Secara lebih spesifik, kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan badan, lebih penting lagi keterlambatan perkembangan otak, dan dapat pula
terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.
Masalah gizi kurang pada balita disebabkan oleh berbagai hal, baik faktor penyebab
langsung maupun tidak langsung. Faktor penyebab langsung yaitu pola makan yang tidak
memenuhi syarat, mengakitbatkan rendahnya energi dan protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi angka kecupukan gizi dan adanya penyakit infeksi yang dapat
menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan sehingga mengakibatkan terjadi
kekurangan jumlah makanan dan minuman yang masuk kedalam tubuhnya, bahkan penyakit
infeksi tersebut merupakan penyebab kematian balita di indonesia di antaranya pneumonia
23,6%, diare 16,6%, infeksi berat 15,1%, gizi buruk + BGM 3,6%.
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme
ke dalam tubuh. Penyakit infeksi tersebut dapat menyebabkan merosotnya nafsu makan atau
menimbulakn kesulitan menelan dan mencerna makanan, sehingga menurunnya konsumsi
makanan ke dalam tubuh, hal ini dapat mengakibatkan gizi kurang.
Berdasarkan data statistik Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional RI dari 241.973.879 penduduk Indonesia sebanyak
18,4% orang menderita gizi kurang, jumlah anak di bawah usia lima tahun atau balita yang
menderita gizi buruk secara nasional tercatat 76.178 orang. Sumber dari WHO (2006)
menyebutkan kelaparan dan kurang gizi menyebabkan angka kematian tertinggi di seluruh
dunia. Sedikitnya 17.289 nyawa anak-anak melayang setiap hari karena sebab kelaparan dan
kurang gizi. Jumlah balita Kurang Energi Protein (KEP) di Indonesia, menurut laporan
UNICEF 2006 menjadi 2,3 juta jiwa, atau meningkat dari 1,8 juta pada tahun 2005.

Berdasarkan data

Anda mungkin juga menyukai