Perbaikan Jaringan2,3
Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk mengganti sel-sel yang mati dan memperbaiki jaringan
yang rusak. Ketika suatu agen masuk dan merusak sel atau jaringan, tubuh akan berusaha untuk
memperbaiki kerusakan yang terjadi. Regenerasi dapat terjadi pada luka yang dangkal seperti luka yang
terjadi pada epidermis. Luka yang dalam yang mengenai lapisan dermis akan mengalami healing dengan
terbentuknya jaringan parut. Jaringan parut juga terbentuk pada otot jantung setelah terjadinya infark.
Pada terjadinya inflamasi seperti inflamasi pada pleura, peritoneum, dan perikardium, terbentuk juga
jaringan parut.
b.
Penyembuhan Luka5
Penyembuhan luka merupakan proses yang kompleks, tetapi umunya terjadi secara teratur. Jenis sel
khusus secara beruntun pertama-tama akan membersihkan jejas, kemudian secara progresif membangun
dasar untuk mengisi setiap defek yang dihasilkan. Peristiwa tersebut tertata rapi melalui keadaan saling
memengaruhi antara faktor pertumbuhan terlarut dan matriks ekstra seluler; faktor fisik juga turut
berperan, termasuk tenaga yang dihasilkan oleh perubahan bentuk sel.
Penyembuhan luka dapat terjadi secara:
1. Per Primam penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan agar tepi lukanya bertautan,
biasanya dengan jahitan.
2. Per Sekundem luka yang tidak mengalami penyembuhan per primam. Proses penyembuhan
terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka. Biasanya dijumpai pada
luka-luka yang mengalami kehilangan jaringan, terkontaminasi / terinfeksi. Penyembuhan dimulai
dari lapisan dalam dengan pembentukan jaringan granulasi.
3. Per Tertiam atau Per Primam tertunda luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari
setelah tindakan debridemen lalu luka dipertautkan.
2.1.
2.1.1
Penyembuhan Primer
Contoh pemulihan luka yang sederhana adalah pemulihan suatu insisi bedah yang bersih dan
tidak terinfeksi di sekitar bedah. Proses ini dapat disebut sebagai penyatuan primer atau penyembuhan
primer. Insisi tersebut hanya menyebabkan robekan pada membran basalis epitel dan menyebabkan
kematian sel epitel serta jaringan ikat dalam jumlah yang relatif sedikit. Akibatnya, regenerasi epitel
akan lebih menonjol daripada fibrosis. Ruang insisi yang sempit segera terisi oleh darah bekuan fibrin
dan dehidrasi pada permukaan akan menghasilkan suatu keropeng yang menutupi dan melindungi
tempat penyembuhan.
24 jam neutrofil muncul pada tepi insisi, dan bermigrasi menuju bekuan fibrin. Sel basal
pada tepi irisan epidermis mulai menunjukkan peningkatan aktivitas mitosis. Dalam 24-48
jam, sel epitel dari kedua tepi irisan telah mulai bermigrasi dan berproliferasi di sepanjang
dermis. Sel tersebut bertemu di garis tengah di bawah keropeng permukaan dan menghasilkan
suatu lapisan epitel tipis yang tidak putus.
Hari ke 3 neutrofil sebagian besar digantikan oleh makrofag dan jaringan granulasi secara
progresif menginvasi ruang insisi. Serat kolagen pada tepi insisi timbul, tetapi mengarah
vertikal dan tidak menjembatani insisi. Proliferasi sel epitel berlanjut, menghasilkan suatu
lapisan epidermis penutup yang menebal.
Hari ke 5 angiogenesis mencapai puncaknya karena jaringan granulasi telah mengisi ruang
insisi. Serabut kolagen menjadi lebih berlimpah dan mulai menjembatani insisi. Epidermis
mengembalikan ketebalan normalnya karena diferensiasi sel permukaan menghasilkan
arsitektur epidermis matur yang disertai dengan keratinisasi permukaan.
Akhir bulan ke 1 bekas lukanya terdiri atas jaringan ikat sel tanpa disertai sel radang dan
ditutupi oleh suatu epidermis yang sangat normal. Tambahan epidermis yang hancur pada
garis insisi akan menghilang secara permanen. Kekuatan regang pada luka meningkat bersama
perjalanan waktu.
Jaringan granulasi akan terbentuk dalam jumlah yang jauh lebih besar. Kerusakan yang lebih
luas meningkatkan jumlah jaringan granulasi yang lebih besar untuk mengisi kekosongan dan
menyediakan kerangka pertumbuhan kembali epitel jaringan yang mendasari. Pada umumnya,
jaringan granulasi yang lebih besar akan menghasilkan suatu massa jaringan parut yang lebih
besar.
Penyembuhan sekunder menunjukkan fenomena kontraksi luka. Sebagai contoh, dalam waktu
6 minggu kerusakan kulit yang luas dapat berkurang menjadi 5-10% dari ukuran semula,
terutama melalui kontraksi. Proses ini dianggap berasal dari adanya miofibroblas, yaitu
fibroblas yang diubah untuk menunjukkan berbagai gambaran ultrastruktural dan fungsional
sel otot polos kontraktil.
2.2.
2. Fase Inflamasi
Berlangsung pada hari ke 5. Komponen hemostasis akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin
yang meliputi EGF, IGF, PDGF, dan TGF-. Pada fase ini akan terjadi vasodilatasi dan akumulasi
PMN. Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi TGF -1 yang juga dikeluarkan
oleh makrofag. TGF -1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis kolagen.
3. Fase Proliferasi
Berlangsung dari akhir masa inflamasi sampai kira-kira minggu ke-3. Pada fase ini akan terjadi
proliferasi dari fibroblast yang menghasilkan mukopolisakarida, asam aminoglisin dan prolin
yang akan mempertautkan tepi luka. Pada fase ini terbentuk jaringan granulasi. Pembentukan
jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka tertutup epitel dan mulailah proses
maturasi penyembuhan luka.
4. Fase Remodelling atau Maturasi
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang
berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi dan akhirnya pembentukan kembali jaringan
yang baru terbentuk. Fase ini berakhir bila tanda radang sudah hilang.
3.
Fibrosis2
Fibrosis terjadi pada kondisi inflamasi kronis dimana proses yang terjadi sama seperti pembentukan
jaringan parut, namun pada fibrosis terjadi stimulus yang terus menerus karena reaksi imun atau autoimun.
Reaksi imun dan autoimun tersebut menyebabkan interaksi limfosit-monosit merangsang sekresi growth
factor dan sitokin fibrogenik, enzim proteolitik, serta molekul aktif lainnya.
Daftar Pustaka
1. Anatomi
Fisiologi
Kulit
dan
Penyembuhan
Luka.
Diunduh
dari
M.
Wound
Healing,
Healing
and
Repair.
Diunduh
dari
A.
Wound
Healing,
Growth
Factors.
Diunduh
dari