Laporan Pendahuluan Bronkopneumonia 1.1 Konsep Dasar 1.1.1 Definisi
Laporan Pendahuluan Bronkopneumonia 1.1 Konsep Dasar 1.1.1 Definisi
BRONKOPNEUMONIA
1.1 Konsep Dasar
1.1.1 Definisi
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi
di
dekat
lobules,
disebut
juga
pneumonia
lobaris
(Whaley&Wong,2000).
Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumonia
berarti peradangan pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan
(broncus). (Arief Mansjoer).
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang
meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi
pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran
pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus.(Riyadi sujono &
Sukarmin,2009).
Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing yang mengenai daerah bronkus dan sekitar alveoli.
1.1.2
Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1 : Saluran Pernafasan
(Sumber;http//www.medicastore.com )
1. Anatomi
Organ pernafasan berguna bagi transgportasi gas-gas dimana organ-organ
pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir yaitu
rongga hidung, pharynx, larynx, trakhea, dan bagian paru-paru yang berfungsi
melakukan pertukaran gas-gas antara udara dan darah.
1) Saluran nafas bagian atas, terdiri dari:
(1) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang sinus udara paraanalis
yang masuk kedalam rongga hidung dan juga lubang-lubang naso
lakrimal yang menyalurkan air mata kedalam bagian bawah rongga
nasalis kedalam hidung.
(2) Parynx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
tenggorokan sampai persambungannya dengan esophagus pada
ketinggian tulang rawan krikid maka letaknya di belakang hidung
(naso farynx), dibelakang mulut (oro larynx), dan dibelakang farinx
(farinx laryngeal)
2) Saluran pernafasn bagian bawah terdiri dari :
(1) Larynx (Tenggorokan) terletak di depan bagian terendah pharnyx yang
memisahkan dari kolumna vertebra, berjalan dari farine-farine sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakhea di
bawahnya.
(2) rachea (Batang tenggorokan ) yang kurang lebih 9 cm panjangnya
trachea berjalan dari larynx sampai kira-kira ketinggian vertebra
torakalis ke lima dan ditempat ini bercabang menjadi dua bronchus
(bronchi).
(3) Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian
kira-kira vertebralis torakalis kelima, mempunyai struktur serupa
dengan trachea yang dilapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang utama
bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek,
lebih besar dan merupakan lanjutan trachea dengan sudut lancip.
Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis yang penting.Tabung
endotrachea terletak sedemikian rupa sehingga terbentuk saluran udara
paten yang mudah masuk kedalam cabang bronchus kanan. Kalau
udara salah jalan, makap tidak dapat masuk kedalam paru-paru akan
kolaps (atelektasis).Tapi arah bronchus kanan yang hampir vertical
maka lebih mudah memasukkan kateter untuk melakukan penghisapan
yang dalam. Juga benda asing yang terhirup lebih mudah tersangkut
dalam percabangan bronchus kanan ke arahnya vertikal. Cabang utma
bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segmen lobus,
kemudian menjadi segmen bronchus. Percabangan ini terus- menerus
sampai cabang terkecil yang dinamakan bronchioles terminalis yang
merupakan cabang saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveolus.Bronchiolus terminal kurang lebih bergaris tengah 1
mm.bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi di
kelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah, semua
saluran udara dibawah bronchiolus terminalis disebut saluran
pengantar udara karena fungsi utamanya dalah sebagai pengantar udara
ketemapat pertukaran gas paru-paru.Diluar bronchiolus terminalis
terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, tempat
pertukaran gas. Asinus terdiri bronchiolus respiratorius, yang kadangkadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli yang bersal dari
dinding mereka.Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh
alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan struktur akhir
paru-paru.
(4) Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam
rongga toraks atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh
mediastinum central yang mengandung jantung dan pembuluhpembuluh darah besar.Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru)
3
paru
kalau
terserang
penyakit,
pleura
mengalami
dengan
oksigen
Karbondioksida : 0-0,4%
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembaban
atmosfer.
Udara yang dihembuskan:
Nitrogen :79%
Oksigen :16%
Karbondioksida :4-0,4%
Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai
suhu yang sama dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk
pemanasan uadra yang dikeluarkan ).
3) Daya muat paru
Besarnya daya muat udara dalam paru 4500 ml- 5000 ml (4,5 5
liter).Udara diproses dalam paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10%
kurang lebih 500 ml disebut juga udar a pasang surut (tidal air) yaitu yang
dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa. Pada seorang lakilaki normal (4-5 liter) dan pada seorang perempuan (3-4 liter). Kapasitas
(h) berkurang pada penyakit paru-paru) dan pada kelemahan otot
pernafasan.
4) Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor uatam
yaitu kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu, merangsang
pusat pernafasan yang terletak didalam medulla oblongata, kalau
dirangsang mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf spiralis ke
otot pernafasan ( otot diafragma atau interkostalis).
(1) Pengendalian oleh saraf
Pusat pernafasan adalah suatu pusat otomatik dalam medulla
oblongata mengeluarkan impuls eferen ke otot pernafasan, melalui
radik saraf sevikalis diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus.
Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan
interkostalis yang kecepatannya kira- kira 15 kali setiap menit.
(2) Pengendalian secara kimia
Pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi : Frekuensi
kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan, pusat pernafasan dalam
6
kacau pikirannya, ia menderita anoxia serebralis. Hal ini terjadi pada orang
yang bekerja dalam ruangan sempit tertutup seperti dalam ruang kapal,
oksigen yang ada mereka habiskan dan kalau mereka tidak diberi oksigen
untuk bernafas atau tidak dipindahkan ke udara yang normal, maka akan
meninggal karena anoxemia. Istilah lain adalah hypoxemia atau hipoksia.
Bila oksigen didalam darah tidak mencukupi maka warna merahnya hilang
dan berubah menjadi kebiru- biruan, bibir telingga, lengan dan kaki pasien
menjadi kebiru- biruan dan keadaan itu disebut sianosis (Evelyn C.Pearce,
2002).
1.1.3
Etiologi
Secara
umum
individu
yang
terserang
bronchopneumonia
Klasifikasi
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
8
penyebabnya,
kultur
sensifitas
dilakukan
untuk
1.1.5
Patofisiologi
Sebagian
besar
penyebab
bronkopneumonia
adalah
10
1.1.6
Menifestasi Klinis
Bronchopneumonia
biasanya
didahului
oleh
infeksi
traktusrespiratoris bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat
mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispenia pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung
dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak
ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula
kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan
sukar
dibuat
diagnosis
dengan
pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafs dangkal dan cepat, pernafasan
cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya
pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi
yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada
auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan
sedang. (Ngastiyah, 2005).
11
1.1.7
Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek
batuk hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang
meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. (Whaley Wong,
2006).
1.1.8
Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001: 684).
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta
tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius (Barbara C,
Long,1996 : 435).
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa (Sandra M, Nettina, 2001 : 684).
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
5) Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina 2001 : 684)
2. Pemeriksaan radiologi
1) Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C,
Long, 1996 : 435).
2) Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apkah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).
1.1.9
Penatalaksanaan Medis
12
dalam
keluarga
bukan
13
debu,
batubara,
room
katun,
serbuk
gergaji)
jantung.
Bunyi
jantung
redup
yang
sehari-
hari
karena
sulit
bernafas
14
cairan
berlebihan,
(Doengoes,1999 : 172).
3) Peningkatan
suhu
tubuh
penurunan
berhubungan
masukan
dengan
oral
toksemia
(Suyonoriyadi,2009)
4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk
aktifitas sehari- hari (Doengoes, 1999 :170).
3. Fokus Intervensi dan Rasionalnya
1) Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Mengidentifikasi / menunjukan perilaku mencapai bersihan jalan
nafas
Kriteria hasil : Menunjukan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih,
tidak ada dispenia.
Intervensi :
(1) Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipneau, pernafasan dangkal, dan pergerakan dada tidak
simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada
dan cairan paru.
(2) Auskultasi area paru, catat area penurunan atau / tak ada aliran udara
dan bunyi nafas adventius. Misalnya : krekels atau mengi.
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan
cairan. Bunyi nafas bronchial ( normal pada bronkus) dapat juga terjadi
pada area konsolidasi. Krekels, ronki, mengi terdengar inspirasi dan /
15
16
17
kerja
nafas.
Kedalaman
pernfasan
bervariasi
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes. Marlym.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta : EGC.
Rcevers,Chalene. J et all.2000.Keperawatan medical Bedah. Jakarta: Salemba
Medika
Smeltzer, Suzanne.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1.Jakarta :
EGC
Zul Dahlan .2000.Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta : Balai penerbit FK UL
21