Anda di halaman 1dari 8

VI.

HASIL DAN ANALISIS PENYEBAB MASALAH


Responden dalam penelitian ini adalah penderita TB berdasarkan data Puskesmas Kebasen
pada bulan Juni 2015-Juni 2016 sebagai kelompok kasus. Penelitian dilakukan dengan cara home
visit ke rumah pasien dan wawancara pada pasien yang datang ke puskesmas. Total subjek dalam
penelitian ini berjumlah 25 orang kasus dan 25 orang kontrol. Setiap responden penelitian mengisi
informed consent dan kuesioner penelitian mengenai hubungan riwayat kontak dan upaya
pencegahan terhadap kejadian TB. Penelitian ini menggunakan metode wawancara langsung dan
pengisian kuesioner dipandu langsung oleh peneliti.

A. Analisis univariabel
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden penelitian meliputi
jenis kelamin dan usia.
1. Jenis kelamin
Karakteristik jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel 6.1 berikut.
Berdasarkan Tabel 6.1 mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki (56%)
dibandingkan yang berjenis kelamin perempuan (44%)
Tabel 6.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki

Frekuensi (orang)
Presentase (%)
21
44%
27
56%
(Sumber : Data primer yang diolah)

2. Usia
Karakteristik usia

responden disajikan dalam

Tabel 6.2 berikut.

Responden rata-rata berusia 39,5 tahun, dengan usia paling muda adalah 18
tahun dan usia tertua 68 tahun.
Tabel 6.2. Karakteristik Usia Responden
Karakteristik usia
Rata-rata
Standar deviasi
Usia termuda
Usia tertua

Usia (tahun)
39,5
15,8
18
68
(Sumber: Data primer yang diolah)

Distribusi pengelompokkan usia responden dapat dilihat pada Tabel 6.3 berikut.
Mayoritas responden berada pada rentang usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 14 orang (28%).
Tabel 6.3 Distribusi Pengelompokkan Usia Responden
Kelompok usia (tahun)
20 tahun
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
Total

Jumlah (n)
Presentase (%)
4
8
10
20
14
29
8
16
6
16
6
16
48
100
(Sumber: Data primer yang diolah)

3. Karakteristik responden berdasarkan riwayat kontak, tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku
Tabel 6.4. Karakteristik Responden
No

Variabel

Kategori

Kasus (n)

Kontrol (n)

1.

Lingkungan

Baik

29

Buruk

Ya

12

14

Tidak

18

Baik

23

buruk

13

Baik

18

buruk

12

14

Baik

21

buruk

11

Underweight

10

Normoweight

18

Overweight

2.
3.
4.
5.
6.

Riwayat kontak
Pengetahuan
sikap
Perilaku
Status gizi

(Sumber: Data primer yang diolah)


Tabel 6.4 diatas merupakan karakteristik responden dilihat dari lingkungan rumah,
riwayat kontak dan upaya pencegahan terhadap TB meliputi tingkat pengetahuan,
sikap, dan perilaku serta status gizi.

B. Analisis bivariabel
Analisis bivariabel
variabel dependen

digunakan

dengan variabel

untuk mengetahui
independen.

hubungan

Variabel

dependen

antara
pada

penelitian ini adalah riwayat kontak dengan penderita, pengetahuan, sikap, perilaku
lingkungan dan status gizi. Sedangkan, variabel dependen penelitian ini adalah kejadian TB
yang terjadi di Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas pada bulan Juni 2015
sampai dengan Juni 2016.
1. Hubungan antara riwayat kontak dengan kejadian TB
Analisis hubungan antara riwayat kontak dengan kejadian TB dapat dilihat pada
Tabel 6.5 berikut.
Tabel 6.5 Hubungan antara riwayat kontak dengan kejadian TB

Riwayat
Ya
kontak
Tidak
Jumlah

Kejadian TB
Ya
Tidak
n
n
12
14
4
18
16
32

Total

p
value

n
26
0,041
22
48
(Sumber: Data primer yang diolah)

Tabel 6.5 menunjukkan bahwa riwayat kontak memiliki hubungan yang


signifikan (p<0,05) dengan kejadian TB. Hal tersebut berarti bahwa kejadian
TB dipengaruhi secara langsung oleh riwayat kontak responden.
2. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian TB
Analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian TB
dapat dilihat pada Tabel 6.6 berikut.

Tabel 6.6 Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian TB

Tingkat
Buruk
pengetahuan Baik
Jumlah

Kejadian TB
Ya
Tidak
n
N
13
9
3
23
16
32

Total

p value

n
22
0,000
26
48
(Sumber: Data primer yang diolah)

Tabel 6.6 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan memiliki hubungan


yang signifikan (p<0,001) dengan kejadian TB.
3. Hubungan antara sikap dengan kejadian TB
Analisis hubungan antara sikap dengan kejadian TB dapat dilihat pada
Tabel 6.7 berikut.
Tabel 6.7 Hubungan antara sikap dengan kejadian TB
Status TB
Total
Ya
Tidak
Buruk
9
11
20
Sikap
Baik
7
21
28
Total
16
32
48

P value
0,147

Tabel 6.7 menunjukkan bahwa sikap memiliki hubungan yang tidak


signifikan (p<0,05) dengan kejadian TB. Hal tersebut berarti bahwa kejadian
TB tidak dipengaruhi secara langsung oleh sikap responden.
4. Hubungan antara perilaku dengan kejadian TB
Analisis hubungan antara perilaku dengan kejadian TB dapat dilihat
pada Tabel 6.8 berikut.
Tabel 6.8 Hubungan antara perilaku dengan kejadian TB
Status TB
Total
P value
Ya
Tidak
Buruk
12
14
26
Perilaku
Baik
4
18
22
0,41
Total
16
32
48

Tabel 6.8 menunjukkan bahwa perilaku memiliki hubungan yang signifikan (p<0,05)
dengan kejadian TB. Hal tersebut berarti bahwa kejadian TB dipengaruhi secara langsung
oleh perilaku responden.
5. Hubungan antara lingkungan dengan kejadian TB
Analisis hubungan antara lingkungan dengan kejadian TB dapat dilihat
pada Tabel 6.9 berikut.
Tabel 6.9 Hubungan antara lingkungan dengan kejadian TB
Status TB
Total
P value
Ya
Tidak
Buruk
8
10
18
Lingkungan
Baik
8
22
30
0,206
Total
16
32
48

Tabel 6.8 menunjukkan bahwa lingkungan memiliki hubungan yang tidak signifikan
(p<0,05) dengan kejadian TB. Hal tersebut berarti bahwa kejadian TB tidak dipengaruhi
secara langsung oleh lingkungan responden.
6. Hubungan antara status gizi dengan kejadian TB
Analisis hubungan antara status gizi dengan kejadian TB dapat dilihat
pada Tabel 6.10 berikut.
Tabel 6.10 Hubungan antara status gizi dengan kejadian TB
Status TB
Total
Ya
Tidak
underweight
9
6
15
Status Gizi
normoweight
5
13
18
overweight
2
13
15
Total
16
32
48

P value
0,021

Tabel 6.10 menunjukkan bahwa status gizi memiliki hubungan yang signifikan
(p<0,05) dengan kejadian TB. Hal tersebut berarti bahwa kejadian TB dipengaruhi secara
langsung oleh status gizi responden.

VII. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


A. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil dan analisis penyebab masalah, riwayat kontak, tingkat pengetahuan,
dan perilaku berpengaruh terhadap kejadian TB. Namun faktor tingkat pengetahuan
merupakan faktor yang paling tinggi mempengaruhi angka kejadian TB. Alternatif pemecahan
masalah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai perilaku
hidup bersih dan sehat sebagai upaya pencegahan primer untuk menurunkan kejadian TB
antara lain :
1. Melakukan penyuluhan langsung mengenai TB Paru dan pencegahannya kepada penderita
TB dan keluarganya
2. Penyuluhan dan pelatihan kepada kader mengenai TB paru dan cara pencegahannya untuk
meningkatkan angka cakupan di wilayah kerja Puskesmas Kebasen
3. Membagikan leaflet tentang etika batuk dan cara pencegahan TB kepada masyarakat.
4. Penjaringan/penemuan suspek TB secara aktif (active case finding) dengan cara
pemeriksaan sputum pada keluarga dan lingkungan tempat tinggal pasien TB Paru.
B. Penentuan Alternatif Terpilih
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pemilihan prioritas pemecahan masalah
adalah metode Reinke. Metode ini menggunakan dua kriteria, yaitu efektifitas dan efisiensi
jalan keluar. Efektifitas jalan keluar meliputi besarnya masalah yang dapat diatasi,
pentingnya jalan keluar, sedangkan efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan biaya yang
diperlukan untuk melakukan jalan keluar.
1. Kriteria efektifitas jalan keluar
Efektfitas jalan keluar dapat ditentukan dengan menggunakan 3 kriteria, yaitu:
a. Magnitude
b. Importancy

: besarnya masalah yang dapat diatasi)


: pentingnya jalan keluar yang dikaitkan dengan
kelanggengan selesainya masalah

c. Vulnerability : sensitivitas jalan keluar yang dikaitkan dengan kecepatan penyelesaian


masalah

Tabel 7.1 Kriteria Efektivitas Jalan Keluar


Skor

Magnitude (M)
Masalah yang dapat
diatasi sangat kecil

Importancy (I)
Sangat tidak
langgeng

Vulnerability (V)
Penyelesaian masalah
sangat lambat

Masalah yang dapat


diatasi kecil

Tidak langgeng

Penyelesaian masalah
lambat

Masalah yang dapat


diatasi cukup besar

Cukup langgeng

Penyelesaian cukup
cepat

Masalah yang diatasi


besar

Langgeng

Penyelesaian masalah
cepat

Masalah yang diatasi


dapat sangat besar

Sangat langgeng

Penyelesaian masalah
sangat cepat

2. Kriteria efisiensi jalan keluar


Kriteria ini dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan dalam menyelesaikan masalah
(Cost). Biaya yang dikeluarkan dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Biaya sangat murah
b. Biaya murah
c. Biaya cukup murah
d. Biaya mahal
e. Biaya sangat mahal
Prioritas pemecahan masalah ditentukan dengan cara membagi hasil perkalian M x
I x V dengan C. Nilai P yang tertinggi adalah Prioritas jalan keluar yang terpilih.
Tabel 7.2. Prioritas Pemecahan Masalah dengan Metode RINKE
Efektivitas

Efisiensi

MxIxV

Urutan
Prioritas
Masalah

Melakukan penyuluhan langsung


4
mengenai
TB
Paru
dan
pencegahannya kepada penderita
TB
dan
keluarga
serta
masyarakat

40

Penyuluhan dan pelatihan kepada 4


kader mengenai TB paru dan
cara
pencegahannya
untuk
meningkatkan angka cakupan di
wilayah
kerja
Puskesmas

32

No

Daftar Alternatif Jalan Keluar

Kebasen
3

Membagikan leaflet tentang etika


batuk dan cara pencegahan TB
kepada masyarakat.

Penjaringan/penemuan
suspek 2
3
TB secara aktif (active case
finding) dengan cara pemeriksaan
sputum pada keluarga
dan
lingkungan tempat tinggal pasien TB Paru.

Berdasarkan

hasil

perhitungan

prioritas

pemecahan

masalah

menggunakan metode Rinke, maka didapat 4 prioritas pemecahan masalah,


yaitu
a. Melakukan penyuluhan langsung mengenai TB paru dan cara pencegahannya kepada
pasien TB, keluarga, serta masyarakat,
b. Melakukan penyuluhan dan pelatihan kepada kader mengenai TB paru dan cara
pencegahannya.
c. Membagikan leaflet tentang penyakit TB dan cara pencegahannya kepada masyarakat.
d. Menjaring sputum kepada keluarga dan lingkungan secara aktif (active case finding) di
lingkungan tempat tinggal pasien TB paru.

Anda mungkin juga menyukai