I.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan jumlah penduduk, kemajuan teknologi dan perkembangan
ekonomi mengakibatkan peningkatan aktifitas manusia, sehingga menyebabkan
masyarakat semakin konsumtif dan meningkatkan jumlah timbulan sampah. Salah
satu kebutuhan mendasar untuk mengatasi peningkatn timbulan sampah adalah
adanya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. Permasalahan serius yang dialami
oleh Kabupaten Lombok Tengah yaitu TPA Lajut yang saat itu masih digunakan,
kondisinya sudah melebihi daya tampung. Pengelolaan sampah yang digunakan di
TPA Lajut adalah sistem open dumping, serta tidak dimanfaatkannya alat komposter,
sehingga sampah tidak mengalami reduksi. Hal tersebut menyebabkan kondisi
sampah yang menggunung di TPA Lajut.
Oleh karena itu, Kabupaten Lombok Tengah memerlukan TPA baru untuk
menampung dan memproses timbulan sampah yang semakin meningkat. Untuk
meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan yang ditimbulkan akibat kegiatan
TPA, maka diperlukan pengembangan dalam sektor persampahan sesuai dengan
arahan kebijakan dan strategi dalam RTRW Kabupaten Lombok Tengah.
Namun
Lombok
Tengah
dengan
Kota
Praya
sebagai
pusat
MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
Hingga Tahun 2014 di Kabupaten Lombok Tengah tercatat sebanyak 12
Kecamatan dengan luas wilayah berkisar antara 50 hingga 234 km2. Kecamatan
dengan luas wilayah terluas yakni Kecamatan Pujut, yang mencapai 19,33% dari luas
wilayah Kabupaten, diikuti Kecamatan Batukliang Utara, Praya Barat dan Praya Barat
Daya dengan persentase masing-masing 15,06%, 12,64% dan 10,34%, Sementara itu
kecamatan-kecamatan lainnya memiliki persentase luas wilayah dibawah tujuh
persen.
Bagian tengah meliputi Kecamatan Praya, Praya Tengah, Praya Barat, Praya
Barat Daya, Praya Timur, Janapria dan sebagian Kecamatan Jonggat merupakan
wilayah dataran rendah yang memiliki potensi pertanian padi dan palawija,
didukung oleh hamparan lahan sawah yang luas dengan sarana irigasi yang
memadai.
II.
DASAR TEORI
Konsep Dasar Teori Kebijakan : (disadur dari :
http://wahyudianto-eko.blogspot.com/2011/01/teori-kebijakan.html)
Ada beberapa teori tentang kebijakan diantaranya yaitu; menurut Ealau dan
Pewitt (1973) kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku,dicirikan oleh perilaku
2
MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
yang konsisten dan berulang baik dari yang membuat atau yang melaksanakan
kebijakan tersebut. Menurut Titmuss (1974) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsipprinsip yang mengatur tindakan dan diarahkan pada tujuam tertentu dan menurut Edi
Suharto (2008:7) menyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat
prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara bertindak yang dibuat secara terencana dan
konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.
Selain 3 teori diatas kebijakan pun dapat didefinisikan sesuai dengan teori
yang mengikutinya,antara lain yaitu:
1. Teori Kelembagaan memandang kebijakan sebagai aktivitas kelembagaan
dimana struktur dan lembaga pemerintah merupakan pusat kegiatan politik.
2. Teori Kelompok yang memandang kebijakan sebagai keseimbangan kelompok
yang tercapai dalam perjuangan kelompok pada suatu saat tertentu. Kebijakan
pemerintah dapat juga dipandang sebagai nilai-nilai kelompok elit yang
memerintah
3. Teori Elit memandang Kebijakan pemerintah sebagai nilai-nilai kelompok elit
yang memerintah.
4. Teori Rasional memandang kebijakan sebagai pencapaian tujuan secara efisien
melalui sistem pengambilan keputusan yang tetap.
5. Teori Inkremental, kebijakan dipandang sebagai variasi terhadap kebijakan
masa lampau atau dengan kata lain kebijakan pemerintah yang ada sekarang ini
merupakan kelanjutan kebijakan pemerintah pada waktu yang lalu yang disertai
modifikasi secara bertahap.
6. Teori Permainan memandang kebijakan sebagai pilihan yang rasional dalam
situasi-situasi yang saling bersaing.
7. Teori kebijakan yang lain adalah Teori Campuran yang merupakan gabungan
model rasional komprehensif dan incremental.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai
rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana
dalampelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang
pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan garis
pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.
Tercapainya kondisi kota dan lingkungan yang bersih termasuk saluran drainase
perkotaan
3
MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
Pemerintah sebagai pembuat kebijakan publik tentunya memiliki tujuan
terhadap kebijakan yang akan dibuat. Kebijakan Spasial merupakan suatu kebijakan
publik
yang dirumuskan dari hasil analisa spasial (keruangan) suatu tempat atau
objek yang memiliki data atribut dan bentuk/gambar luasan maupun panjang. Pola
data yang bisa berubah-ubah dijadikan bahan untuk merumuskan suatu kebijakan
yang dikondisikan untuk kepentingan publik. Contoh kebijakan spasial pada saat ini
terdapat pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) baik Propinsi maupun
Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Dengan demikian segala bentuk perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendalian pembangunan di tiap daerah memiliki acuan yang
jelas. Karena dalam dokumen RTRW terdapat arahan kebijakan dalam berbagai
bidang termasuk bidang lingkungan hidup dan sanitasi.
Seperti misalnya masalah persampahan yang menjadi persoalan serius di
kawasan perkotaan, kota-kota kecil, sedang dan besar serta di Metropolitan.
Pengelolaan sampah didefinisikan adalah semua kegiatan yang bersangkut paut
dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi,
pengolahan
dan
pemerosesan
akhir/pembuangan
sampah
dengan
MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
III.
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan bahwa mulai tahun 2013
tidak diperkenankan lagi operasi TPA secara open dumping. Oleh karena itu
pemerintah
daerah
kabupaten
Lombok
Tengah
mengambil
langkah
untuk
pengembangan TPA yaitu pemilihan lokasi TPA baru sesuai dengan arahan kebijakan
dan strategi dalam RTRW. Opsi yang pertama di desa Kabul kecamatan Praya Barat
Daya dan opsi ke dua di desa Pengengat kecamatan Pujut. Dari aspek teknis, kedua
lokasi pilihan sangat memungkinkan untuk di jadikan lokasi TPA dengan system
operasioanal SanitaryLandfill. Namun karena dari segi aspek sosial di desa Kabul
tidak memungkinkan. Oleh karena itu lokasi di Desa Pengengat menjadi pilihan terbaik
karena mendukung dari segala aspek. Sejak tahun 2013 2014 mulai dilakukan
proses pembebasan lahan, dalam 2 tahap. Tahap I pembebasan 5 Ha dari APBD
tahun 2013 dan Tahap II pembebasan 5 Ha juga dari APBD Kabupaten tahun 2014.
MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
Gambar . 1
Lokasi TPA Lajut dan TPA Pengengat
Gambar . 2
Kondisi Lokasi TPA Lajut (Open Dumping)
MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
Gambar . 3
Kondisi Lokasi TPA Pengengat (SanitaryLandfill)
Tahapan pengembangan sampah di Kabupaten Lombok Tengah lebih banyak sistem pengembangan langsung
yakni kumpul angkut.-buang ke TPA. Sehingga sampai saat ini proses pemilihan sampah belum aktif
dilaksanakan oleh masyarakat maupun petugas. Sehingga kedepan dalam jangka panjang proses
pengembangan lebih ditekankan pada pelaksanaan 3R di setiap kecamatan seiring dengan perkembangan TPA
Desa Pengengat dari open dumping menuju sanitary landfill seperti tergambar pada diagram di bawah ini.
MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
Namun untuk sementara ini cakupan pelayanan persampahan TPA
Pengengat ini tidak mencakup seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Lombok
Tengah. Hanya ada 3 (tiga) kecamatan saja yang mampu di layani, yaitu kecamatan
Praya, kecamatan Praya Tengah, dan kecamatan Pujut. Untuk itu ke depannya harus
diberikan solusi untuk pengembangan lanjutan TPA Pengengat ini agar cakupan
pelayanan bisa mencakup seluruh kabupaten secara bertahap dan terencana.
IV.
Faktor Pendukung :
1. Adanya pendanaan dari APBD, DAK
Diharapkan adanya pendanaan secara kontinyu tiap tahunnya untuk
meningkatkan system penunjang persampahan di Kabupaten Lombok Tengah.
2. Dinas-dinas terkait memiiki SDM yang memadai
Sumber Daya Manusia di jajaran pemda terutama di dinas-dinas terkait sangat
mendukung, baik dari level strata-1 dan strata-2, sehingga diharapkan bisa
melakukan pengawasan terhadap pengelolaan TPA bahkan bisa menganalisa
untuk pengembangan selanjutnya.
3. Kondisi infrastruktur jalan sebagai transportasi pengangkutan sudah bagus.
Pernanan kondisi insfrastruktur jalan yang baik, merupakan salah satu faktor
pendukung, karena memungkinkan untuk efisiensi pengangkutan sampah dari
sumber ke Tempat Pemerosesan Akhir (TPA), karena lokasi TPA Pengengat
relatif jauh.
Faktor Penghambat :
1. Belum adanya regulasi tentang persampahan di Kabupaten Lombok Tengah
2. Legislator belum memahami pentingnya sanitasi lingkungan
3. Jumlah kendaraan pengangkut sampah kurang
MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
V.
Gambar 5
Peta Kelerengan Kab. Lombok Tengah
Tabel. 1. Luas Wilayah menurut Kemiringan Tanah (Ha)
Dirinci Per Kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2013
No.
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Praya Barat
Praya Barat Daya
P ujut
Praya Timur
Janapria
K opang
P ray a
Praya Tengah
Jonggat
Pringgarata
Batukliang
Batukliang Utara
Jumlah
0-2
7,274
4,915
9,733
3,436
719
1,004
3,388
673
31,142
Kelas Kemiringan
2 - 15
15 - 40
8,587
412
6,478
121
13,622
5068
6,457
4,760
593
4,649
6,346
3767
4,575
30
2,623
1,379
8,247
4,336
76,179
6,870
40 +
1,605
5,043
6,648
Jumlah
17,273
11,514
23,355
8,504
6,457
5,352
5,368
7,350
7,155
5,278
5,607
17,626
120,839
10
MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
2. Tidak termasuk dalam Zona Kawasan Lindung
LOKASI TPA
Gambar 6
Peta Kawasan Hutan Kab. Lombok Tengah
jumlah
tenaga
lapangan
yang
dipekerjakan
mulai
dari
11
MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
Implikasi dari segi Land Use
Kondisi Eksisting lokasi merupakan
pertanian. Terdiri dari semak belukar, hutan, tegalan dan tanah kosong.
Gambar 7
Peta Land Use Kab. Lombok Tengah
VI.
LESSON LEARNED
Kebijakan pemerintah untuk pengembangan sektor persampahan telah banyak
dilaksanakan di beberapa daerah. Ada beberapa lesson learn yang bisa dijadikan contoh
untuk pengembangan sektor persampahan :
1. Studi Pemilihan Lokasi (Site Selection) Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Kabupaten Klaten, dikaji oleh : M. Arief Budihardjo*), Ika Bagus Priyambada*),
Endang Hadiastuti :
Mengkaji tentang tata cara pemilihan lokasi TPA dengan berbagai parameter
penilaian yaitu dengan Penyaringan kriteria penyisih, metode Lee Grand dan SNI 033241-1994, serta mengkaji terhadap Aspek Sosial.
2. Pemilihan Calon Lokasi TPA Dengan Metode GIS di Kabupaten Bandung Barat,
ditulis oleh : Oktasari Dyah Anggraini dan Beno Rahardian, Teknik Lingkungan ITB.:
Peruntukan lokasi TPA baru akan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan
memenuhi kriteria SNI No. 19-3241-1994. Proses pemilihan lokasi TPA sampah
12
MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
terdiri dari 3 tahap penyaringan yaitu tahap penyaringan regional, tahap penyaringan
penyisih dan tahap penetapan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis
(SIG) untuk membantu menyelesaikan kesulitan dalam pemilihan calon lokasi TPA.
Penilaian kelayakan dari calon lokasi TPA menggunakan SNI No.19-3241-1994.
3. Kebijakan Penataan Ruang Untuk Persampahan, oleh : A Hermanto Dardak, 2007,
Dirjen Penataan Ruang Departemen PU.
Rencana
Tata
Ruang
(RTR)
berperan
mengintegrasikan
kebijakan
Penentuan lokasi TPA sampah harus mengacu pada RTR dan ketentuan lainnya
yang terkait.
Beberapa hal yang dapat kita ambil pelajaran dari Lesson Learn di atas digunakan
sebagai indicator kegiatan sektor persampahan di Kabupaten Lombok tengah :
1. Pengembangan kebijakan dan kinerja pengelolaan sampah.
Pengembangan kebijakan dan kinerja merupakan hal yang sangat penting ketika
kegiatan pengelolaan persampahan akan dilaksanakan. Hal ini berkaitan dengan
bagaimana keberpihakan dan kesiapan dari suatu daerah dalam mempersiapkan
semua aspek pendukung baik yang menyangkut produk perencanaan sebagai
acuan kegiatan, juga aspek kualitas SDM yang akan menjadi pelaksana kegiatan
2. Pengelolaan sampah dari sumbernya
Salah satu bentuk keberhasilan dari pengelolaan persampahan adalah ketika
sampah yang dihasilkan dari sumber sampah dapat terangkut secara maksimal
hingga
sampah
dan
gerobak
motor
yang
system
pengangkutannya
13
MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
rehabilitasi TPS dengan anggaran yang digunakan bersumber dari APBD
kabupaten.
b. Selain pembangunan TPS baru, rehabilitasi TPS lama juga menjadi agenda
kegiatan pengelolaan sampah di Kabupaten Lombok Tengah. Tersedianya TPS
yang berfungsi baik akan sangat mendukung siklus pengangkutan sampah di
Kabupaten Lombok Tengah.
c. Landasan kontainer direncanakan untuk mendukung kinerja dari kontainer yang
telah dibuat, dengan kegiatan awal berupa pembebasan lahan, penyusunan
DED, pembangunan unit landasan kontainer, supervisi pembangunan unit
landasan kontainer, pemeliharaan dan rehabilitasi unit landasan kontainer yang
semua kegiatannya bersumber dari dana APBD Kabupaten Lombok Tengah.
Selain keberadaan sarana fisik, dibutuhkan juga sarana transportasi dengan
beberapa kegiatan yaitu pengadaan truck biasa (terpilah/3R), operasi dan
pemeliharaan truk, pengadaan dump truck (terpilah), operasi dan pemeliharaan
dump truck, pengadaan compactor truck (terpilah), operasi dan pemeliharaan
compactor truck, pengadaan truck penyapu jalan (street sweeper), pengadaan
kontainer (terpilah), pemeliharaan kontainer, pengadaan armroll truck serta
operasi dan pemeliharaan armroll truck.
14