Anda di halaman 1dari 14

MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813

KEBIJAKAN SPASIAL TERHADAP PENUNJANG


PENGEMBANGAN SEKTOR PERSAMPAHAN
DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH
(oleh : RAHMAT IRAWAN)

I.

PENDAHULUAN
Pertumbuhan jumlah penduduk, kemajuan teknologi dan perkembangan
ekonomi mengakibatkan peningkatan aktifitas manusia, sehingga menyebabkan
masyarakat semakin konsumtif dan meningkatkan jumlah timbulan sampah. Salah
satu kebutuhan mendasar untuk mengatasi peningkatn timbulan sampah adalah
adanya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. Permasalahan serius yang dialami
oleh Kabupaten Lombok Tengah yaitu TPA Lajut yang saat itu masih digunakan,
kondisinya sudah melebihi daya tampung. Pengelolaan sampah yang digunakan di
TPA Lajut adalah sistem open dumping, serta tidak dimanfaatkannya alat komposter,
sehingga sampah tidak mengalami reduksi. Hal tersebut menyebabkan kondisi
sampah yang menggunung di TPA Lajut.
Oleh karena itu, Kabupaten Lombok Tengah memerlukan TPA baru untuk
menampung dan memproses timbulan sampah yang semakin meningkat. Untuk
meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan yang ditimbulkan akibat kegiatan
TPA, maka diperlukan pengembangan dalam sektor persampahan sesuai dengan
arahan kebijakan dan strategi dalam RTRW Kabupaten Lombok Tengah.

Namun

pengembangan TPA harus seimbang dengan pengembangan fasilitas penunjangnya.

Gambaran Umum Wilayah :


Kabupaten

Lombok

Tengah

dengan

Kota

Praya

sebagai

pusat

pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) kabupaten/kota yang ada di


Provinsi Nusa Tenggara Barat. Luas wilayah kabupaten Lombok Tengah adalah
1.208,39 km (120.839 Ha), dengan jumlah penduduk 881.686 jiwa (Sumber : Lombok
Tengah Dalam Angka Tahun 2014).
Batas-batas wilayah kabupaten Lombok Tengah meliputi :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lombok Utara dan
Kabupaten Lombok Timur;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia;
Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lombok Timur;
Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lombok Barat.

MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
Hingga Tahun 2014 di Kabupaten Lombok Tengah tercatat sebanyak 12
Kecamatan dengan luas wilayah berkisar antara 50 hingga 234 km2. Kecamatan
dengan luas wilayah terluas yakni Kecamatan Pujut, yang mencapai 19,33% dari luas
wilayah Kabupaten, diikuti Kecamatan Batukliang Utara, Praya Barat dan Praya Barat
Daya dengan persentase masing-masing 15,06%, 12,64% dan 10,34%, Sementara itu
kecamatan-kecamatan lainnya memiliki persentase luas wilayah dibawah tujuh
persen.

Penggunaan Lahan : (sumber : RTRW Kabupaten Lombok Tengah, Lamp. I Perda


No. 7 tahun 2011).

Bagian utara wilayah Kabupaten Lombok Tengah merupakan daerah dataran


tinggi dan merupakan areal kaki gunung Rinjani yang meliputi Kecamatan
Batukliang, Batukliang Utara, Kopang, Pringgarata dan sebagian Kecamatan
Jonggat. Curah hujan pada daerah ini relatif tinggi dan dapat menjadi pendukung
bagi kegiatan di sektor pertanian. Selain itu di bagian utara terdapat aset
pariwisata terutama pariwisata alam pegunungan dengan pemandangan yang
indah dan udara yang sejuk.

Bagian tengah meliputi Kecamatan Praya, Praya Tengah, Praya Barat, Praya
Barat Daya, Praya Timur, Janapria dan sebagian Kecamatan Jonggat merupakan
wilayah dataran rendah yang memiliki potensi pertanian padi dan palawija,
didukung oleh hamparan lahan sawah yang luas dengan sarana irigasi yang
memadai.

Bagian selatan merupakan daerah yang berbukit-bukit dan sekaligus berbatasan


dengan Samudra Indonesia. Bagian selatan ini meliputi wilayah Kecamatan Pujut,
sebagian Kecamatan Praya Barat, Praya Barat Daya dan Praya Timur. Karena
berbatasan dengan samudra Indonesia, maka wilayah ini memendam potensi
wisata pantai yang indah dengan gelombang yang cukup fantastik. Wilayah
bagian Selatan juga dilengkapi berbagai fasilitas penunjang pariwisata seperti
hotel, restoran, termasuk sarana jalan yang memadai.

II.

DASAR TEORI
Konsep Dasar Teori Kebijakan : (disadur dari :
http://wahyudianto-eko.blogspot.com/2011/01/teori-kebijakan.html)
Ada beberapa teori tentang kebijakan diantaranya yaitu; menurut Ealau dan
Pewitt (1973) kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku,dicirikan oleh perilaku
2

MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
yang konsisten dan berulang baik dari yang membuat atau yang melaksanakan
kebijakan tersebut. Menurut Titmuss (1974) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsipprinsip yang mengatur tindakan dan diarahkan pada tujuam tertentu dan menurut Edi
Suharto (2008:7) menyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat
prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara bertindak yang dibuat secara terencana dan
konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.
Selain 3 teori diatas kebijakan pun dapat didefinisikan sesuai dengan teori
yang mengikutinya,antara lain yaitu:
1. Teori Kelembagaan memandang kebijakan sebagai aktivitas kelembagaan
dimana struktur dan lembaga pemerintah merupakan pusat kegiatan politik.
2. Teori Kelompok yang memandang kebijakan sebagai keseimbangan kelompok
yang tercapai dalam perjuangan kelompok pada suatu saat tertentu. Kebijakan
pemerintah dapat juga dipandang sebagai nilai-nilai kelompok elit yang
memerintah
3. Teori Elit memandang Kebijakan pemerintah sebagai nilai-nilai kelompok elit
yang memerintah.
4. Teori Rasional memandang kebijakan sebagai pencapaian tujuan secara efisien
melalui sistem pengambilan keputusan yang tetap.
5. Teori Inkremental, kebijakan dipandang sebagai variasi terhadap kebijakan
masa lampau atau dengan kata lain kebijakan pemerintah yang ada sekarang ini
merupakan kelanjutan kebijakan pemerintah pada waktu yang lalu yang disertai
modifikasi secara bertahap.
6. Teori Permainan memandang kebijakan sebagai pilihan yang rasional dalam
situasi-situasi yang saling bersaing.
7. Teori kebijakan yang lain adalah Teori Campuran yang merupakan gabungan
model rasional komprehensif dan incremental.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai
rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana
dalampelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang
pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan garis
pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

Konsep Kebijakan Spasial dan Pengelolaan sanitasi Lingkungan


Sasaran dan Kebijakan pada Permen PU No 21/PRT/M/2006 :

Tercapainya kondisi kota dan lingkungan yang bersih termasuk saluran drainase
perkotaan
3

MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813

Pencapaian pengurangan kuantitas sampah sebesar 20 %

Pencapaian sasaran cakupan pelayanan 60 % penduduk

Tercapainya kualitas pelayanan yang sesuai atau mampu melampaui standar


pelayanan minimal persampahan

Tercapainya peningkatan kualitas pengelolaan TPA menjadi Sanitary Landfill untuk


kota metropolitan dan kota Besar, serta Controlled Landfill untuk kota Sedang dan
kota Kecil; serta tidak dioperasikannya TPA secara Open Dumping

Tercapainya peningkatan kinerja institusi pengelola persampahan yang mantap dan


berkembangnya pola kerjasama regional

Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Lombok Tengah meliputi :


1. Pengembangan dan pemantapan wilayah-wilayah yang berbasis utama pariwisata.
2. Pengembangan wilayah-wilayah yang berbasis pertanian dan perikanan disertai
pengelolaan hasil dan peningkatan peran dalam mendukung agrowisata/ekowisata.
3. Strategi Pengembangan dan pemantapan kawasan pantai dan laut untuk
mendukung investasi, transportasi dan penyelamatan lingkungan.
4. Penataan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan ekonomi perkotaan serta
menunjang sistem pemasaran pariwisata, produksi pertanian, dan perikanan.
5. Pengembangan kelengkapan prasarana wilayah dan prasarana lingkungan dalam
mendukung pengembangan pariwisata, sentra produksi pertanian, perikanan dan
pusat permukiman secara terpadu dan efisien.
6. Pemeliharaan perwujudan kelestarian lingkungan hidup dan pencegahan
dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup dan pemulihan kerusakan lingkungan hidup serta
menetapkan mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana.
7. Pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung pengembangan dan
pemantapan pariwisata, sistem agropolitan dan minapolitan.
8. Pengembangan pemanfaatan ruang pada kawasan strategis baik untuk fungsi
pengembangan wilayah maupun guna perlindungan kawasan sesuai fungsi utama
kawasan.
9. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
(sumber : RTRW Kabupaten Lombok Tengah, 2011)

MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
Pemerintah sebagai pembuat kebijakan publik tentunya memiliki tujuan
terhadap kebijakan yang akan dibuat. Kebijakan Spasial merupakan suatu kebijakan
publik

yang dirumuskan dari hasil analisa spasial (keruangan) suatu tempat atau

objek yang memiliki data atribut dan bentuk/gambar luasan maupun panjang. Pola
data yang bisa berubah-ubah dijadikan bahan untuk merumuskan suatu kebijakan
yang dikondisikan untuk kepentingan publik. Contoh kebijakan spasial pada saat ini
terdapat pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) baik Propinsi maupun
Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Dengan demikian segala bentuk perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendalian pembangunan di tiap daerah memiliki acuan yang
jelas. Karena dalam dokumen RTRW terdapat arahan kebijakan dalam berbagai
bidang termasuk bidang lingkungan hidup dan sanitasi.
Seperti misalnya masalah persampahan yang menjadi persoalan serius di
kawasan perkotaan, kota-kota kecil, sedang dan besar serta di Metropolitan.
Pengelolaan sampah didefinisikan adalah semua kegiatan yang bersangkut paut
dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi,
pengolahan

dan

pemerosesan

akhir/pembuangan

sampah

dengan

mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi,


estetika, dan faktor-faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respon
masyarakat.
Menurut UU no 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah didefinisikan sebagai
kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan meliputi :
a. Pembatasan timbunan sampah
b. Pendauran ulang sampah; dan atau
c. Pemanfaatan kembali sampah
Sedangkan kegiatan penanganan meliputi :
a. Pemilihan
b. Pengumpulan
c. Pengangkutan
d. Pengolahan
e. Pemrosesan akhir sampah

MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
III.

ALASAN PEMILIHAN JUDUL DAN LOKASI


Menurunnya kinerja pengelolaan persampahan dalam beberapa tahun
terakhir ini tidak lepas dari dampak perubahan tatanan pemerintahan di Indonesia
dalam era reformasi, otonomi daerah serta krisis ekonomi yang telah melanda seluruh
wilayah di Indonesia. Adanya perubahan kebijakan arah pembangunan infrastruktur
perkotaan, menguatnya ego otonomi, menurunnya kapasitas pembiayaan daerah,
menurunnya daya beli dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan
lingkungan merupakan pemicu terjadinya degradasi kualitas lingkungan perkotaan
termasuk masalah kebersihan kota.(Permen PU 21/PRT/M/ 2006)
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 7 tahun 2011
tentang RTRW Kabupaten Lombok Tengah, telah disebutkan bahwa adanya
pengembangan untuk sektor persampahan. Pengembangan yang dimaksud adalah
pengembangan lokasi TPA yang terletak di desa Lajut Kecamatan Praya Tengah ke
desa Kabul Kecamatan Praya Barat Daya atau desa Pengengat Kecamatan Pujut.
Tentunya kebijakan ini diperoleh dari berbagai analisa spasial dan sesuai dengan SNI
03-3241-1994 tentang tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir sampah.
Melihat kondisi operasional TPA di desa Lajut kecamatan Praya Tengah
masih menggunakan system Open Dumping

sedangkan Undang-Undang No. 18

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan bahwa mulai tahun 2013
tidak diperkenankan lagi operasi TPA secara open dumping. Oleh karena itu
pemerintah

daerah

kabupaten

Lombok

Tengah

mengambil

langkah

untuk

pengembangan TPA yaitu pemilihan lokasi TPA baru sesuai dengan arahan kebijakan
dan strategi dalam RTRW. Opsi yang pertama di desa Kabul kecamatan Praya Barat
Daya dan opsi ke dua di desa Pengengat kecamatan Pujut. Dari aspek teknis, kedua
lokasi pilihan sangat memungkinkan untuk di jadikan lokasi TPA dengan system
operasioanal SanitaryLandfill. Namun karena dari segi aspek sosial di desa Kabul
tidak memungkinkan. Oleh karena itu lokasi di Desa Pengengat menjadi pilihan terbaik
karena mendukung dari segala aspek. Sejak tahun 2013 2014 mulai dilakukan
proses pembebasan lahan, dalam 2 tahap. Tahap I pembebasan 5 Ha dari APBD
tahun 2013 dan Tahap II pembebasan 5 Ha juga dari APBD Kabupaten tahun 2014.

MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813

Gambar . 1
Lokasi TPA Lajut dan TPA Pengengat

Gambar . 2
Kondisi Lokasi TPA Lajut (Open Dumping)

MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813

Gambar . 3
Kondisi Lokasi TPA Pengengat (SanitaryLandfill)

Tahapan pengembangan sampah di Kabupaten Lombok Tengah lebih banyak sistem pengembangan langsung
yakni kumpul angkut.-buang ke TPA. Sehingga sampai saat ini proses pemilihan sampah belum aktif
dilaksanakan oleh masyarakat maupun petugas. Sehingga kedepan dalam jangka panjang proses
pengembangan lebih ditekankan pada pelaksanaan 3R di setiap kecamatan seiring dengan perkembangan TPA
Desa Pengengat dari open dumping menuju sanitary landfill seperti tergambar pada diagram di bawah ini.

Gambar . 4. Tahapan Pengembangan Sampah


Sumber : Petunjuk Praktis Penyusunan SSK Program PPSP Tahun 2012

MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
Namun untuk sementara ini cakupan pelayanan persampahan TPA
Pengengat ini tidak mencakup seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Lombok
Tengah. Hanya ada 3 (tiga) kecamatan saja yang mampu di layani, yaitu kecamatan
Praya, kecamatan Praya Tengah, dan kecamatan Pujut. Untuk itu ke depannya harus
diberikan solusi untuk pengembangan lanjutan TPA Pengengat ini agar cakupan
pelayanan bisa mencakup seluruh kabupaten secara bertahap dan terencana.

IV.

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT

Faktor Pendukung :
1. Adanya pendanaan dari APBD, DAK
Diharapkan adanya pendanaan secara kontinyu tiap tahunnya untuk
meningkatkan system penunjang persampahan di Kabupaten Lombok Tengah.
2. Dinas-dinas terkait memiiki SDM yang memadai
Sumber Daya Manusia di jajaran pemda terutama di dinas-dinas terkait sangat
mendukung, baik dari level strata-1 dan strata-2, sehingga diharapkan bisa
melakukan pengawasan terhadap pengelolaan TPA bahkan bisa menganalisa
untuk pengembangan selanjutnya.
3. Kondisi infrastruktur jalan sebagai transportasi pengangkutan sudah bagus.
Pernanan kondisi insfrastruktur jalan yang baik, merupakan salah satu faktor
pendukung, karena memungkinkan untuk efisiensi pengangkutan sampah dari
sumber ke Tempat Pemerosesan Akhir (TPA), karena lokasi TPA Pengengat
relatif jauh.

Faktor Penghambat :
1. Belum adanya regulasi tentang persampahan di Kabupaten Lombok Tengah
2. Legislator belum memahami pentingnya sanitasi lingkungan
3. Jumlah kendaraan pengangkut sampah kurang

MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
V.

IMPLIKASI TEORI KEBIJAKAN SPASIAL TERHADAP PENGEMBANGAN SEKTOR


PERSAMPAHAN
Implikasi dari segi Lokasi

Lokasi TPA Pengengat terletak di Desa Pengengat Kecamatan Pujut, yang


berjarak sekitar 20,5 km dari Kota Praya. Rencana Luas Lahan yang disiapkan oleh
Pemda Lombok Tengah untuk TPA Pengengat 10 Ha.
1. Topografi ( lokasi TPA memiliki kelerengan 2% - 5%)
Kemiringan kurang dari 20% adalah relative datar.

Gambar 5
Peta Kelerengan Kab. Lombok Tengah
Tabel. 1. Luas Wilayah menurut Kemiringan Tanah (Ha)
Dirinci Per Kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2013
No.

Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Praya Barat
Praya Barat Daya
P ujut
Praya Timur
Janapria
K opang
P ray a
Praya Tengah
Jonggat
Pringgarata
Batukliang
Batukliang Utara
Jumlah

0-2
7,274
4,915
9,733
3,436
719
1,004
3,388
673
31,142

Kelas Kemiringan
2 - 15
15 - 40
8,587
412
6,478
121
13,622
5068
6,457
4,760
593
4,649
6,346
3767
4,575
30
2,623
1,379
8,247
4,336
76,179
6,870

40 +
1,605
5,043
6,648

Jumlah
17,273
11,514
23,355
8,504
6,457
5,352
5,368
7,350
7,155
5,278
5,607
17,626
120,839

Sumber : Kabupaten Lombok Tengah Dalam Angka (BPS) 2014

10

MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
2. Tidak termasuk dalam Zona Kawasan Lindung

LOKASI TPA

Gambar 6
Peta Kawasan Hutan Kab. Lombok Tengah

Implikasi dari Segi Pelayanan

1. Pengangkutan dari sumber ke TPA


Lebih mudah melalui Ruas Jalan Provinsi yang merupakan fungsi jalan arteri
ke lokasi TPA. Selain itu untuk meningkatkan jumlah armada bisa
diperhitungkan dengan analisa spasial sesuai dengan jalur dan waktu tempuh
armada.
2. Cakupan Pelayanan meliputi Kecamatan Praya, Praya tengah, dan Pujut
Untuk meningkatkan jumlah cakupan pelayanan bisa di analisa dengan
menggunakan Sistem Informasi Geospasial (SIG). Dengan cara mengetahui
jumlah penduduk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk per area wilayah.
3. Mengetahui

jumlah

tenaga

lapangan

yang

dipekerjakan

mulai

dari

pengambilan sampah dari sumber hingga pemerosesan ke TPA, sehingga


bisa mengestimasi jumlah anggaran.

11

MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
Implikasi dari segi Land Use
Kondisi Eksisting lokasi merupakan

merupakan lahan kurang produktif untuk

pertanian. Terdiri dari semak belukar, hutan, tegalan dan tanah kosong.

Gambar 7
Peta Land Use Kab. Lombok Tengah

VI.

LESSON LEARNED
Kebijakan pemerintah untuk pengembangan sektor persampahan telah banyak
dilaksanakan di beberapa daerah. Ada beberapa lesson learn yang bisa dijadikan contoh
untuk pengembangan sektor persampahan :
1. Studi Pemilihan Lokasi (Site Selection) Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Kabupaten Klaten, dikaji oleh : M. Arief Budihardjo*), Ika Bagus Priyambada*),
Endang Hadiastuti :
Mengkaji tentang tata cara pemilihan lokasi TPA dengan berbagai parameter
penilaian yaitu dengan Penyaringan kriteria penyisih, metode Lee Grand dan SNI 033241-1994, serta mengkaji terhadap Aspek Sosial.
2. Pemilihan Calon Lokasi TPA Dengan Metode GIS di Kabupaten Bandung Barat,
ditulis oleh : Oktasari Dyah Anggraini dan Beno Rahardian, Teknik Lingkungan ITB.:
Peruntukan lokasi TPA baru akan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan
memenuhi kriteria SNI No. 19-3241-1994. Proses pemilihan lokasi TPA sampah
12

MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
terdiri dari 3 tahap penyaringan yaitu tahap penyaringan regional, tahap penyaringan
penyisih dan tahap penetapan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis
(SIG) untuk membantu menyelesaikan kesulitan dalam pemilihan calon lokasi TPA.
Penilaian kelayakan dari calon lokasi TPA menggunakan SNI No.19-3241-1994.
3. Kebijakan Penataan Ruang Untuk Persampahan, oleh : A Hermanto Dardak, 2007,
Dirjen Penataan Ruang Departemen PU.

Rencana

Tata

Ruang

(RTR)

berperan

mengintegrasikan

kebijakan

pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan.

Penentuan lokasi TPA sampah harus mengacu pada RTR dan ketentuan lainnya
yang terkait.

Penataan Ruang sebelum dan sesudah penyelenggaraan TPA sampah perlu


dikendalikan secara ketat dan konsisten.

Beberapa hal yang dapat kita ambil pelajaran dari Lesson Learn di atas digunakan
sebagai indicator kegiatan sektor persampahan di Kabupaten Lombok tengah :
1. Pengembangan kebijakan dan kinerja pengelolaan sampah.
Pengembangan kebijakan dan kinerja merupakan hal yang sangat penting ketika
kegiatan pengelolaan persampahan akan dilaksanakan. Hal ini berkaitan dengan
bagaimana keberpihakan dan kesiapan dari suatu daerah dalam mempersiapkan
semua aspek pendukung baik yang menyangkut produk perencanaan sebagai
acuan kegiatan, juga aspek kualitas SDM yang akan menjadi pelaksana kegiatan
2. Pengelolaan sampah dari sumbernya
Salah satu bentuk keberhasilan dari pengelolaan persampahan adalah ketika
sampah yang dihasilkan dari sumber sampah dapat terangkut secara maksimal
hingga

sampai di TPA. Oleh karena itu, beberapa kegiatan yang akan

dilaksanakan adalah dengan pengadaan sarana prasarana persampahan seperti


gerobak

sampah

dan

gerobak

motor

yang

system

pengangkutannya

dilaksanakan secara rutin. Kegiatan ini pendanaannya diharapkan bersumber


dari dana APBD Kabupaten Lombok Tengah, APBD Provinsi, dan sharing dana
dari APBN
3. Pengelolaan sampah dari stasiun, antara, sampai ke TPA
Beberapa kegiatan yang direncanakan dalam pengelolaan sampah dari stasiun
antara sampai TPA adalah :
a. Kegiatan pengelolaan sampah ini dilakukan dengan pembangunan TPS, yang
selanjutnya bisa ditingkatkan menjadi TPS terpilah dan dilanjutkan dengan

13

MTSL2015_RAHMAT IRAWAN_331420813
rehabilitasi TPS dengan anggaran yang digunakan bersumber dari APBD
kabupaten.
b. Selain pembangunan TPS baru, rehabilitasi TPS lama juga menjadi agenda
kegiatan pengelolaan sampah di Kabupaten Lombok Tengah. Tersedianya TPS
yang berfungsi baik akan sangat mendukung siklus pengangkutan sampah di
Kabupaten Lombok Tengah.
c. Landasan kontainer direncanakan untuk mendukung kinerja dari kontainer yang
telah dibuat, dengan kegiatan awal berupa pembebasan lahan, penyusunan
DED, pembangunan unit landasan kontainer, supervisi pembangunan unit
landasan kontainer, pemeliharaan dan rehabilitasi unit landasan kontainer yang
semua kegiatannya bersumber dari dana APBD Kabupaten Lombok Tengah.
Selain keberadaan sarana fisik, dibutuhkan juga sarana transportasi dengan
beberapa kegiatan yaitu pengadaan truck biasa (terpilah/3R), operasi dan
pemeliharaan truk, pengadaan dump truck (terpilah), operasi dan pemeliharaan
dump truck, pengadaan compactor truck (terpilah), operasi dan pemeliharaan
compactor truck, pengadaan truck penyapu jalan (street sweeper), pengadaan
kontainer (terpilah), pemeliharaan kontainer, pengadaan armroll truck serta
operasi dan pemeliharaan armroll truck.

14

Anda mungkin juga menyukai