(Adriana, 1999). Sikap orang tua yang diwujudkan dalam pola asuh sangat
dominan berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya. Pola asih tersebut
adalah otoriter, serba membolehkan, anak tak acuh dan timbal balik (Rutter,
1997). Pola asuh yang sesuai sangat diperlukan untukj menangani anak
penyandang autisma secara lebih efektif. Dala pengembangan perspektif yang
lebih realistis, perlu digali kecenderungan pola asuh keluarga pada anak autisma
dalam usaha mengembangkan metode-metode yang lebih efektif dan efisien untuk
menangani anak penyandang autisma.
Keterlibatan orang tua sebagai orang yang terdekat di dalam keluarga dan orang
yang pertama-tama menerima bahwa anak mereka adalah penyandang autisme
sangat diperlukan. Hal ini perlu, karena dengan demikian diharapkan dapat secara
serius menangani tata laksana anak penyandang autisma. Salah satunya dengan
menggali kecenderungan pola asuh keluarga, sehingga bisa dikaji hal-hal yang
perlu dilakukan untuk penatalaksanaan dan pola suh yang paling sesuai dengan
yang mempunyai prinsip-prinsip tatalaksana perilaku yang berbeda dengan pola
pengasuhan umumnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah keluarga cenderung menggunakan pola asuh otoriter terhdapa anak
penyandang autisma ?
2. Apakah keluarga cenderung menggunakan pola asuh serba membolehkan
terhadapa anak penyandang autisma ?
3. Apakah keluiarga cenderung menggunakan pola asuh acuh tak acuh
terhdapa anak penyandang autisma ?
4. Apakah keluarga cenderung menggunakan pola asuh timbal balik terhdapa
anak penyandang autisma ?
2. TUNJAUAN PUSTAKA
2.1 Pola Asuh
Pola asuh adalah serangkaian pengasuhan orang tua yang meliputi psiko,
sosio, spiritual yang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak (Kaplan dan
Sadock, 1997).
Namun terdapat perbedaan yang jelas antara penyebab dari autisma pada
penderita schizophrenia dan penyandang autisma masa kank. Pada schizophrenia
autisma disebabkan oleh proses regresi oleh penyakit jiwa, sedangkan pada anak
dengan autisma disebabkan karena adanya kegagalan perkembangan (Melly
Budhiman, 1998).
Menurut Ika Widyawati (1997) ada beberapa macam teori tentang penyebab
autisma, anatara lain :
2.3.1 Teori Psikososial
Dalam teori psikososial, Kanner mempertimbangkan adanya pengaruh psikogenik
sebagai penyebab autisma: orang tua yang emosional, kaku dan obsesif yang
mengasuh anak yang kurang hangat bahkan cenderung dingin. Pendapat lain
mengatakan adanya trauma pada anak yang disebabkan oleh hostilisasi yang tak
disadari dari ibu. Teori ini ditentang oleh Rudy Sutadi (1997) ternyata terbukti
bahwa cara orang tua memperlakukan anak tidak ada hubungan dengan terjadinya
autisma.
2.3.2 Teori Biologis
Teori ini berkembangan karena beberapa fakta seprti adanya hubungan yang erat
dengan retardasi mental (75-80%), perbandingan laki-laki : Perempuan = 4:1,
meningkatnya insidens gangguan kejang (25%). Sehingga diyakini bahwa
gangguan autisma ini merupakan suatu sindrom perilaku yang dapat siebabkan
oleh berbagai kondisi yang mempengaruhi sistem saraf pusat yaitu diduga adanya
disfungsi dari batang otak, sistem limbik dan cerebellum. Gangguan fungsi
cerebellum
yang
sangat
khas
pada
penyandang
autisma
adalah
Dependent
Pola Asuh :
- Otoriter
- Serba membolehkan
- Acuh tak acuh
- Timbal balik
Variabel Pengontrol
-
Pendidikan
Umur
Tipe keluarga
Jumlah saudara
Kedudukan anak
Budaya/suku bangsa
Pekerjaan/pendapatan keluarga
Jenis kelamin
Keterangan :
: Variabel dala korak ini adalah variabel yang diteliti
: Variabel dalam kotak ini adalah variabel yang tidak diteliti
: Arah hubungan variabel
3.2.1 Identifikasi variabel
3.2.1.1 Variabel Independent
adalah variabel yang bila ia berubah akan mengakibatkab perubahan
variabel lain, dala hal ini adalah orang tua dengan anak penyandang
autisma.
Definisi Operasional
Adalah semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian
secara operasional, sehingga mempermudah pembaca/penguji dalam
mengartikan makna penelitian (Nursalam, Pariani, 2000).
1. Pola asuh adalah cara pengasuha orang tua kepada anak selama di
rumah.
2. Orang tua dengan anak penyandang autisma adalah orang tua yang
mempunyai anak penyandang autisma dan berkumpul dalam satu rumah.
3. Pola asuh otoriter adalah sikap atau cara orang tua mengasuh anak yang
ditandai dengan aturan yang kaku dan ketat.
4. Pola asuh serba membolehkan adalah gaya pengasuhan orang tua denga
tidak ada penentuan batas-batas.
5. Pola asuh acuh tak acuh adalah gaya mengasuh orang tua yang ditandai
dengan penelantaran.
6. Pola asuh timbal balik adalah gaya mengasuh orang tua dengan gaya
demokrasi.
7. Kecendrungan adalah inklinasi.
3.5
Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian , peneliti mengajukan permohonan ijin kepada
panitia etik RSUD Dr. Soetmo Surabaya untuk mendapatkan persetujuan.
Setelah mendapatkan persetujuan kuesioner dibagikan ke subyek yang
diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi :
3.6.1
3.6.3
Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh
peneliti.
3.7
Keterbatasan
3.7.1
3.7.2
Tanda tangan
Tanggal
No. Responden :
Tanggal Penelitian
No Kode Respnden
Pewancara
Petunjuk
Berilah tanda V pada kota jawaban yang anda pilih !
A. Karakteristik Responden
1. Nomer Responden
2. Jenis kelamin
laki-laki
Perempuan
3. Pendidikan terakhir
SD
SMP
SMA
PT
4. Jumlah anak saat ini
satu
dua
tiga
> dari tiga
5. Keadaan anak yang dikonsulkan di poli jiwa
pertama
kedua
ketiga
lain-lain
6. Jenis kelamin anak yang dikonsultasikan
laki-laki
perempuan
7. Pekerjaan
Buruh
Swasta
PNS/ABRI
Tidak bekerja
8. Suku bangsa
Jawa
Madura
. (isikan)
II. Kuesioner Data Orang Tua dalam Memberikan Pola Asuh pada Anak
1. Semua aturan yang ada di rumah harus dipatuhi anak-anak saya
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
2. Dari pada anak saya menangis, saya menuruti semua keinginan anak saya
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
3. Saya membiarkan anak saya bermain (keluar rumah) dan membiarkan
anak pulang sendiri
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
4. Setiap hari libur saya rekreasi bersama anak-anak
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
5. Setiap anak-anak saya salah, kemudian saya memarahi danmemukulnya
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
6. Saya memberikan kebebasan pada anak saya melakukan kegiatan apa
saja, asalkan anak saya senang
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
7. Anak-anak saya biarkan bercerita semuanya
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
8. Saya menonton TV dan memilih acara yang cocok bersama anak
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
9. Anak tidak boleh bertanya semua apa yang saya perintahkan
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
10. Saya membiarkan anak saya mengambil mainan kakaknya tanpa ijin
karena kaka/asiknya yang harus mengalah
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
11. Saya membiarkan anak saya beraktivitas (makan, minum, mandi)
semaunya
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
12. Saya memberikan hadiah jika anak saya bisa melakukan kegiatan sendiri
(makan, berpakaian dan mandi)
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
13. Apakah orang tua memberikan perlindungan yang lebih di setiap aktivitas
anak ?
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
14. Apakah orang tua merasa khawatir yang berlebihan terhadap keadaan
anak ?
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
15. Apakah orang tua selalu menuruti permintaan/kehendak anaknya ?
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
16. Apakah dalam memenuhi kebutuhannya anak selalu dibantu ?
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
17. Apakah orang tua memberi kesempatan pada anak melakukan
aktivitasanya ?
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
18. Apakah orang tua menuntut anak untuk melakukan sesuatu dengan
sempurna ?
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
19. Apakah orang tua menuntut anak tanpa pertimbangan kemampuan anak ?
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
DAFTAR PUSTAKA
Adriana S. (1999), Peran Psikolog Dalam Menangani Masalah Autisme, Yayasan
Autisma Indonesia, Jakarta
Behrman, Richard E./ Nelson (1988), Ilmu Kesehatan Anak, Alih Bahasa: Moelia
Radja Siregar, Edisi 12, EGC, Jakarta