Anda di halaman 1dari 11

BAB I

KONSEP DASAR TOSILITIS

A. Defisini
Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung
sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Mengatara, Imam, 2006).
Tosilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat
sering ditentukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006).
Tonsillitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi
(Harnawatiaj, 2006).
B. Klasifikasi
Macam-macam tosilitis menurut Imam Megantara (2006).
1. Tonsillitis akut
Disebabkan oleh streptococcus pada hemolitukus, streptococcus viridians,
dan streptococcus piogynes, dapat jyga disebabkan oleh virus.
2. Tonsilit falikularis
Tonsillitis membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat
diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.
Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan
sisa-sisa makanan yang tersangkut.
3. Tonsillitis lakunaris
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)
permukaan tonsil.
4. Tonsillitis Membranosa (Septis Sore Throat)
Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut
menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang
dan berwarna putih kekuning-kuningan.
5. Tonsillitis kronik
Tonsillitis yang berulang, factor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,
makanan) pengarus cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan
Hygiene mulut yang buruk.
C. Etiologi
Menurut Adams Geogre (2006), tonsillitis bakterialis supuralis akut paling
sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
1. Pneumococcus
2. Staphylococcus
3. Haemalphilus influenza
4. Kadang streptococcus non hemolitikus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (2006). Bakteri merupakan penyebab pada 50%
kasus.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Streptococcus viridens
Streptococcus pyogenes
Staphylococcus
Pneumococcus
Virus
Adenovirus
ECHO
Virus influenza serta herpes
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri
streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu
menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakkan
pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri
maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan
toonsilitis.

D. Patofisiologi
Menurut Iskandar N (2006) patofisiologi tonsillitis yaitu:
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit poli morfonuklear, proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil
yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan
leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus
disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka
terjadi tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka
terjadi tonsillitis lakonaris.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang
berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada
proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan perut. Jaringan ini akan
mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi
oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul
perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini
disertai dengan pembesaran kelnjar limfe submandibula.

E. Manifestasi klinik
Menurut Megantara , Imam 2006
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita
menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga
memiliki persayaratan yang sama).

Gejala lain:
1. Demam
2. Tidak enak badan
3. Sakit kepala
4. Muntah
Menurut Mansjoer, A (2006) gejanya tonsillitis antara lain:
1. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
2. Tenggorokan terasa kering
3. Persarafan bau
4. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus
membesar dan terisi detritus
5. Tidak nafsu makan
6. Mudah lelah
7. Nyeri abdomen
8. Pucat
9. letargi
10. nyeri kepala
11. disfagia (sakit saat menelan)
12. mual dan muntah
Gejala pada tonsillitis akut:
1. rasa gatal/ kering di tenggorokan
2. lesu
3. nyeri sendi
4. odinafagia
5. anoreksia
6. otalgia
7. suara sesak (bila laring terkena)
8. tonsil membengkak
Menurut smelizer, Suzanne (2006)
gejala yang timbul sakit tenggorokkan, demam, ngorok, dan kesulitan
menelan.
Menurut Hembing, (2005):
a. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah,
sakit saat menelan, kadang-kadang muntah.
b. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada
seluruh badan, kedingininan, sakit kepala dan sakit pada telinga.
c. Pada tonsillitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan
keluar nanah pada lekuan tonsil.
F. Pemeriksaan Penunjang Menurut Firman S (2006), yaitu:
1. Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang
ada dalam tubuh pesien merupakan bakteri grup A, kaena grup ini
disertai dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam
jengkring.
2. Pemeriksaan penunjang

Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.


3. Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide,
antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.
G. Komplikasi
Komplikasi tonsillitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (2006), yaitu:
1. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole,
abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya
disebabkan oleh streptococcus group A.
2. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius
(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah
pada rupture spontan gendang telinga.
3. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam
sel-sel mastoid.
4. Laryngitis
5. Sinusitis
6. Rhinitis
H. Penatalaksanaaan/Pengobatan
Penatalaksanaan tonsillitis secara umum, menurut Firman S, 2006:
1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut)
selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam
bentuk suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
a. Tonsillitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih/tahun.
b. Tonsillitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih /tahun dalam kurun
waktu 2 tahun.
c. Tonsillitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih/tahun dalam kurun
waktu 3 tahun.
d. Tonsillitis tidak memberikan respon terhadap pemberian
antibiotik.
Menurut Mnasjoer, A (2006) penatalaksanaan tonsillitis adalah:
1. Penatalaksanaan tonsillitis akut
a. Antibiotik golongan penicillin atau sulfanamid selama 5 hari dan
obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan
diberikan eritromisin atau klindomisin.
b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,
kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat
simptomatik.
c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
komplikasi kantung selama 2-3 mingggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3x negatif.

d. Pemberian antipiretik.
2. Penatalaksanaan tonsillitis kronik
a. Terapi lokal untuk Hygiene mulut dengan obat kumur/hisap.
b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa
atau terapi konservatif tidak berhasil.
Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :
1. Perawatan prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus
dipuasakan, membebaskan anak infeksi pernafasan bagian atas.
2. Teknik pembedahan
Anastesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien
diposisikan terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher
dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan
lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk
mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi/quillotine.
Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara
lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke
dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah pembedahan.
Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi
pembuluh darah pada dasar tonsil.
3. Perawatan paska-bedah
a. Berbaring kesamping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
b. Memantau tanda-tanda perdarahan
1) Menelan berulang
2) Muntah darah segar
3) Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
c. Diet
1) Memberikan cairan bila muntah telah reda
a) Mendukung posisi untuk menelan potongan
makanan yang besar (lebih nyaman dari ada
kepingan kecil).
b) Hindari pemakaian sedotan (suction dapat
menyebabkan perdarahan).
2) Menawarkan makanan
a) Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.
b) Refined sereal dan telur setengah matang biasanya
lebih dapat dinikmati pada pagi hari setelah
perdarahan.
c) Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar,
atau banyak bumbu selama 1 minggu.
3) Mengatasi ketidaknyamanan pada tengorokan
a) Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
b) Memberikan anakgesik (hindari aspirin)
c) Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.

d) Minum2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.


4) Mengajari pasien mengenal hal berikut:
a) Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak
dan menyisi hidung segera selama 1-2 minggu.
b) Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari
karena darah yang tertelan.
c) Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit
bertambah antara hari ke-4 dan ke-8 setelah
operasi.

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Focus pengkajian :
1. Wawancara
a. Kaji identitas klien
b. Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya dan penyakit keluarga
(tonsillitis)
c. Apakah pengobatan adekuat
d. Kapan gejala itu muncul
e. Apakah mempunyai kebiasaan merokok
f. Bagaimana pola makannya
g. Apakah rutin / rajin membersihkan mulut
2. Pemeriksaan fisik
Hasil pemerisaan fisik secara umum di dapat :
a. Pembesaran tonsil dan hiperemis
b. Letargi
c. Kesulitan menelan
d. Demam
e. Nyeri tenggorokan
f. Kebersihan mulut buruk

1)
2)
3)
4)

3. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan usap tenggorok
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan,
terutama bila keadaan memungkinkan. Dengan melakukan pemeriksaan ini
kita dapat mengetahui kuman penyebab dan obat yang masih sensitif
terhadapnya.
4. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan manajemen keperawatan
Pada pola ini kita mengkaji:
1) Bagaimana klien memandang penyakitnya
2) Apakah klien memiliki riwayat merokok dan konsumsi alkohol
b. Pola nutrisi metabolik
Pada pola ini kita mengkaji:
1) Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama
dirawat di rumah sakit?
2) Kaji apakah klien alergi terhadap makanan tertentu
3) Apakah klien mengalami mual dan muntah
4) Bagaimana dengan BB klien, apakah mengalami penurunan atau
sebaliknya
c. Pola eliminasi
pada pola ini kita mengkaji:
Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ?
Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?
Kaji konsistensi BAB dan BAK klien
Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK?
d. Pola aktivitas latihan
pada pola ini kita mengkaji:
1) Bagaimanakah perubahan pola aktivitas klien ketika dirawat di rumah
sakit?
2) Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiri
3) Kaji tingkat ketergantungan klien
0 = mandiri
1 = membutuhkan alat bantu
2 = membutuhkan pengawasan
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain
4 = ketergantungan
4) Apakah klien mengeluh mudah lelah?
e. Pola istirahat tidur
pada pola ini kita mengkaji:
1) Apakah klien mengalami gangguang tidur?
2) Apakah klien mengkonsumsi obat tidur/penenang?

3) Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur?


f. Pola kognitif - persepsi
pada pola ini kita mengkaji:
1) Kaji tingkat kesadaran klien
2) Bagaimanakah fungsi penglihatan dan pendengaran klien, apakah
mengalami perubahan?
3) Bagaimanakah kondisi kenyamanan klien?
4) Bagaimanakah fungsi kognitif dan komunikasi klien?
g. Pola persepsi diri - konsep diri
Pada pola ini kita mengkaji:
1) Bagaimanakah klien memandang dirinya terhadap penyakit yang
dialaminya?
2) Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien?
3) Apakah klien merasa rendah diri?
h. Pola peran - hubungan
pada pola ini kita mengkaji:
1) Bagaimanakah peran klien di dalam keluarganya?
2) Apakah terjadi perubahan peran dalam keluarga klien?
3) Bagaimanakah hubungan sosial klien terhadap masyarakat
sekitarnya?
i. Pola reproduksi dan seksualitas
Pada pola ini kita mengkaji:
1) Bagaimanakah status reproduksi klien?
2) Apakah klien masih mengalami siklus menstrusi (jika wanita)
j. Pola koping dan toleransi stress
Pada pola ini kita mengkaji:
1) Apakah klien mengalami stress terhadap kondisinya saat ini?
2) Bagaimanakah cara klien menghilangkan stress yang
dialaminya?
3) Apakah klien mengkonsumsi obat penenang?
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pada pola ini kita mengakaji:
1) Kaji agama dan kepercayaan yang dianut klien
2) Apakah terjadi perubahan pola dalam beribadah klien?
B. Diagnosa
1. Gangguan menelan berhubungan dengan proses infalamasi
2. Nyeri akut berubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
4. Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman
5. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan
6. Resiko tingggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

7. Kurang pengetahuan tentang diet berhubungan dengan kurang informasi


C. RENCANA KEPERAWATAN
DX I
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
Noc: level nyeri
Tujuan : setelah dilakukan tidakan keperawatan manejemen nyeri selama
3x24 jam diharapkan tidak ada masalah tentang nyeri dengan skala 4
sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang
Criteria hasil :
- Melaporkan nyeri
- Frekuensi nyeri
- Lamanya nyeri
- Ekspresi wajah terdapat nyeri

Nic : Manajemen nyeri


a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi.
Kualitas dan faktor presipitasi
b. Ajarkan teknik non famakologi dengan distraksi/latihan nafas
dalam
c. Berikan analgetik yang sesuai
d. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
e. Tingkatkan istrahat pasien
2. Gangguan menelan berhubungan dengan pain injury
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam pasien mampu :
- Ketidaknyaman saat makan
- Tidak batuk dan tersedak saat menelan
- Usaha menelan secara normal
Intervensi:
a. Pantau gerakan lidah saat menelan
b. Hindari penggunaan sedotan minuman
c. Bantu pasien untuk memposisikan kepala flexi kedepan untuk
memudahkan saat menelan
d. Ajarkan pasien atau pengasuh cara mengatasi pada saat tersedak
e. Konsultasi dengan tim kesehatan dalam pemberian asupan makan
pada pasien
3. Kecemasam berhubungan dengan berubahan besar pada
( status kesehatan)
Kretiria hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x 24 jam pasien mampu:
- Mengatasi serangan panik dengan skala 5

- Mengatasi kelelahan dengan skala 4


- Mengatasi kegelisahan dengan skala 4
Intervensi:
a. Indentifikasi tingkat kecemasan
b. Dengarkan dengan penuh perhatian
c. Gunakan metode pendekatan untuk menenangkan pasien
d. Ajarkan pasien untuk menggunakan tekhnik relaksasi nafas dalam
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat untuk mengurangi
cemas

Noc :
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kontrol infeksi selama
3x24 jam diharapkan tidak ada infeksi dengan skala 4 sehingga resiko
infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
- Dapat memonitor factor resiko
- Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi factor resiko
- Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan infeksi
- Memodifikasi kaya hidup untuk mengurangi factor resiko
Nic :
a. Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar
b. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
c. Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
d. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakana keperawtaan pengajaran pengobatan
selama 3x24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan kurang
pengetahuan dengan skala 4 sehingga pengetahuan pasien dan keluarga
dapat bertambah
Noc: Knowledge/Diet
- Menyebutkan keuntungan diet
- Menyebutkan makanan-makanan yang diperoleh
- Menyebutkan maknan-makanan yang dilarang
Nic : pengajaran pengobatan
a. Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang tujuna obat
b. Informasikan kepada anak akibat tidak minum obat

c. Ajarkan anak untuk minum obat sesuai dengan dosis


d. Informasikan kepada anak dan keluarga tentang efek samping
obat

Anda mungkin juga menyukai