Reg
Dikaji Oleh : Putri Mitra Nirwana [3114207814]
TUGAS
SISTEM
WILAYAH
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH
(STUDI KASUS KOTA BALIKPAPAN)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Konsep pengembangan wilayah di Indonesia merupakan penggabungan dari berbagai teori
dan model yang senantiasa berkembang dan telah diujiterapkan serta kemudian
dirumuskan kembali menjadi suatu pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan pembangunan di Indonesia. Dalam sejarah perkembangan konsep
pengembangan wilayah di Indonesia, terdapat beberapa landasan teori yang turut
mewarnai keberadaannya.
Keberadaan landasan teori dan konsep pengembangan wilayah kemudian diperkaya dengan
gagasan-gagasan yang lahir dari pemikiran cemerlang putra-putra bangsa. Diantaranya
adalah Sutami (era 1970-an) dengan gagasan bahwa pembangunan infrastruktur yang
intensif akan mampu mempercepat terjadinya pengembangan wilayah. Poernomosidhi (era
transisi) memberikan kontribusi lahirnya konsep hirarki kota-kota yang hirarki prasarana
jalan melalui Orde Kota. Selanjutnya adalah Ruslan Diwiryo (era 1980-an) yang
memperkenalkan konsep Pola dan Struktur ruang yang bahkan menjadi inspirasi utama bagi
lahirnya UU No.24/1992 tentang Penataan Ruang. Pada era 90-an, konsep pengembangan
wilayah mulai diarahkan untuk mengatasi kesenjangan wilayah, misal antara KTI (kawasan
timur Indonesia) dan KBI (kawasan barat Indonesia), antar kawasan dalam wilayah pulau,
maupun antara kawasan perkotaan dan perdesaan. Perkembangan terakhir pada awal abad
millennium, bahkan, mengarahkan konsep pengembangan wilayah sebagai alat untuk
mewujudkan integrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Konsep pengembangan wilayah dikembangkan dari kebutuhan suatu daerah untuk
meningkatkan fungsi dan perannya dalam menata kehidupan sosial, ekonomi, budaya,
pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Pengaruh globalisasi, pasar bebas dan
regionalisasi menyebabkan terjadinya perubahan dan dinamika spasial, sosial, dan ekonomi
antarnegara, antardaerah (kota/kabupaten), kecamatan hingga perdesaan. Berpijak pada
teori-teori di atas maka pembangunan seyogyanya tidak hanya diselenggarakan untuk
memenuhi tujuan-tujuan sektoral yang bersifat parsial, namun lebih dari itu, pembangunan
diselenggarakan untuk memenuhi tujuan-tujuan pengembangan wilayah yang bersifat
komprehensif dan holistik dengan mempertimbangkan keserasian antara berbagai sumber
daya sebagai unsur utama pembentuk ruang (sumberdaya alam, buatan, manusia dan
sistem aktivitas), yang didukung oleh sistem hukum dan sistem kelembagaan yang
melingkupinya.
Begitu halnya yang terjadi pada kota Balikpapan, provinsi Kalimantan Timur. Kota
Balikpapan akan bertransformasi menjadi kota Metropolitan. Berbagai infrastruktur telah
dibangun dan akan terus dibangun sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pengembangan
wilayah berdasarkan koridor RTRW 2012-2032 yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sistem Wilayah
Page 1
Di Kota Balikpapan telah terjadi proses penyatuan konurbasi (konurbasi adalah sebuah
wilayah perkotaan yang terdiri dari beberapa kota, yang dikarenakan pertumbuhan populasi dan
pengembangan, telah secara fisik menjadi satu wilayah yang terus membangun) beberapa
wilayah di sekitarnya baik secara fisik maupun aktivitas bisnis dan ekonomi. Sehingga kota
Balikpapan menjadi sentranya. Terlebih Balikpapan berada pada posisi yang sangat strategis
secara geografis, ekonomis, dan juga politik.
Balikpapan punya "tarikan" yang luar biasa dari berbagai aspek kehidupan. Kota ini tidak
tergantung pada Jakarta, karena telah lama mempunyai basis ekonomi berupa jasa dan
perdagangan dengan cantelan pada industri pertambangan minyak, batu bara, dan gas yang
mampu mereka kelola sendiri. Ini dimungkinkan karena banyak perusahaan nasional, dan
multinasional yang berinvestasi di Balikpapan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
Apa saja pembangunan infrastruktur yang telah dan akan dilakukan dalam upaya
pengembangan wilayah Kota Balikpapan.
1.3 TUJUAN
Untuk mengkaji apa saja perencanaan pembangunan infrastruktur yang telah dan akan
dilakukan dalam upaya pengembangan wilayah Kota Balikpapan.
Sistem Wilayah
Page 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN GAMBARAN UMUM
2.1 KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH
Pengembangan wilayah mulai dikembangkan pada sekitar tahun 1980-an oleh para
Geografiwan Eropa, terutama dari Nederland, dengan kerjasam antar universitas di Eropa.
Hasilnya adalah lahirnya program studi baru bernama Program Studi Perencanaan
Pengembangan Wilayah. Sebelum berdiri menjadi disiplin tersendiri yang memadukan Ilmu
Geografi dengan Ilmu Perencanaan Wilayah, proyek ini dikenal dengan nama Rural and
Regional Development Planning (RRDP).
Pada tahun 1950-an, gerakan Ilmu Wilayah muncul, dipimpin oleh Walter Isard untuk
menghasilkan lebih banyak dasar kuantitatif dan analitis pada masalah geografi, sebagai
tanggapan atas pendekatan kualitatif pada program geografi tradisional. Ilmu wilayah berisi
pengetahuan bagaimana dimensi keruangan menjadi peran penting, seperti ekonomi
regional, pengelolaan sumber daya, teori lokasi, perencanaan kota dan wilayah, transportasi
dan komunikasi, geografi manusia, persebaran populasi, ekologi muka bumi dan kualitas
lingkungan. Geografi ada karena adanya perbedaan keruangan antara suatu daerah dengan
daerah lainnya. Geografi menjelaskan bagaimana bentuk dan lapisan muka bumi, bisa
berbentuk sedemikian rupa secara sistematis. Juga berkaitan dengan kegiatan manusia di
muka bumi yang berbeda-beda tersebut. Perbedaan Geografi dengan ilmu-limu lainnya
seperti Pertanian, Geologi, dan lainnya adalah dari pendekatan teorinya.
Konsep pengembangan wilayah dimaksudkan untuk memperkecil kesenjangan
pertumbuhan dan ketimpangan kesejahteraan antar wilayah. Untuk itu pengertian wilayah
menjadi penting dalam pembahasan ini. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 47/1997 yang dimaksudkan dengan wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur yang terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional tertentu.
Jadi pengembangan wilayah merupakan usaha memberdayakan pihak terkait (stakeholders)
di suatu wilayah dalam memanfaatkan sumberdaya dengan teknologi untuk memberi nilai
tambah (added value) atas apa yang dimiliki oleh wilayah administratif/wilayah fungsional
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup rakyat di wilayah tersebut. Dengan demikian
dalam jangka panjangnya pengembangan wilayah mempunyai target untuk pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Cara mencapainya bersandar pada
kemampuan sumberdaya manusia dalam memanfaatkan lingkungan sekitar dan daya
tampungnya serta kemampuan memanfaatkan peralatan pendukung (instrument) yang ada.
Dengan target tersebut dirancang skenario-skenario tertentu agar kekurangan-kekurangan
yang dihadapi dapat diupayakan melalui pemanfaatan sumberdaya. Apabila konsep
tersebut diterapkan di Indonesia, masih muncul persoalan berupa kekurangan teknologi
untuk mengolah sumberdaya yang ketersediaannya cukup melimpah.
Sistem Wilayah
Page 3
Kajian pengembangan wilayah di Indonesia selama ini selalu didekati dari aspek sektoral dan
aspek spasial. Pada kajian aspek sektoral lebih menyatakan ukuran dari aktivitas masyarakat
suatu wilayah dalam mengelola sumberdaya alam yang dimilikinya. Sementara itu, kajian
aspek spasial/keruangan lebih menunjukkan arah dari kegiatan sektoral atau dimana lokasi
serta dimana sebaiknya lokasi kegiatan sektoral tersebut. Pada aspek inilah Sistem Informasi
Geografi (SIG) mempunyai peran yang cukup strategis, dikarenakan SIG mampu menyajikan
aspek keruangan/spasial dari fenomena/fakta yang dikaji (Susilo, K., 2000).
Pendekatan yang mengacu pada aspek sektoral dan spasial tersebut mendorong lahirnya
konsep pengembangan wilayah yang harus mampu meningkatkan efisiensi penggunaan
ruang sesuai daya dukung, mampu memberi kesempatan kepada sektor untuk berkembang
tanpa konflik dan mampu meningkatkan kesejahteraan secara merata. Konsep tersebut
digolongkan dalam konsep pengembangan wilayah yang didasarkan pada penataan ruang.
Dalam kaitan itu terdapat 3 (tiga) kelompok konsep pengembangan wilayah yaitu: konsep
pusat pertumbuhan, konsep integrasi fungsional, dan konsep pendekatan desentralisasi
(Alkadri et all, Manajemen Teknologi Untuk Pengembangan Wilayah, 1999). Konsep pusat
pertumbuhan menekankan pada perlunya melakukan investasi secara besar-besaran pada
suatu pusat pertumbuhan atau wilayah/kota yang telah mempunyai infrastruktur yang baik.
Pengembangan wilayah di sekitar pusat pertumbuhan diharapkan melalui
proses/mekanisme tetesan ke bawah (trickle down effect). Penerapan konsep ini di
Indonesia sampai dengan tahun 2000 telah melahirkan adanya 111 kawasan andalan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).
Konsep integrasi fungsional mengutamakan adanya integrasi yang diciptakan secara sengaja
diantara berbagai pusat pertumbuhan karena adanya fungsi yang komplementer. Konsep ini
menempatkan suatu kota/ wilayah mempunyai hirarki sebagai pusat pelayanan relatif
terhadap kota/wilayah yang lain. Sedangkan konsep desentralisasi dimaksudkan untuk
mencegah tidak terjadinya aliran keluar dari sumberdana dan sumberdaya manusia.
Pendekatan tersebut mempunyai berbagai kelemahan. Dari kondisi ini munculah beberapa
konsep untuk menanggapi kelemahan tersebut. Konsep tersebut antara lain people center
approach yang menekankan pada pembangunan sumberdaya manusia, natural resourcesbased development yang menekankan sumberdaya alam sebagai modal pembangunan,
serta technology based development yang melihat teknologi sebagai kunci dari
keberhasilan pembangunan wilayah. Kenyataan menunjukkan bahwa aplikasi konsep
tersebut kurang berhasil dalam membawa kesejahteraan rakyat.
Fenomena persaingan antar wilayah, tren perdagangan global yang sering memaksa
penerapan sistem outsourcing, kemajuan teknologi yang telah merubah dunia menjadi
lebih dinamis, perubahan mendasar dalam sistem kemasyarakatan seperti demokratisasi,
otonomi, keterbukaan dan meningkatnya kreatifitas masyarakat telah mendorong
perubahan paradigma dalam pengembangan wilayah. Dengan semakin kompleksnya
masalah tersebut dapat dibayangkan akan sangat sulit untuk mengelola pembangunan
Sistem Wilayah
Page 4
secara terpusat, seperti pada konsep-konsep yang dijelaskan sebelumnya. Pilihan yang tepat
adalah memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengelola
pembangunan di wilayahnya sendiri (otonomi). Pembangunan ekonomi yang hanya
mengejar pertumbuhan tinggi dengan mengandalkan keunggulan komparatif (comparative
advantage) berupa kekayaan alam berlimpah, upah murah atau yang dikenal dengan
bubble economics, sudah usang karena terbukti tak tahan terhadap gelombang krisis.
Walaupun teori keunggulan komparatif tersebut telah bermetamorfose dari hanya
memperhitungkan faktor produksi menjadi berkembangnya kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang fiskal dan moneter, ternyata daya saing tidak lagi terletak pada faktor tersebut
(Alkadri et.al. (1999). Kenyataan menunjukkan bahwa daya saing dapat pula diperoleh dari
kemampuan untuk melakukan perbaikan dan inovasi secara terus menerus. Menurut Porter
(Tiga Pilar pengembangan Wilayah, 1990) keunggulan komparatif telah dikalahkan oleh
kemajuan teknologi. Namun demikian setiap wilayah masih mempunyai faktor keunggulan
khusus yang bukan didasarkan pada biaya produksi yang murah saja, tetapi lebih dari itu
yaitu adanya inovasi untuk pembaharuan. Suatu wilayah dapat meraih keunggulan daya
saing melalui 4 (empat) hal yaitu keunggulan faktor produksi, keunggulan inovasi,
kesejahteraan masyarakat, dan besarnya investasi.
Apabila dicermati maka paradigma pengembangan wilayah telah bergeser pada upaya yang
mengandalkan 3 (tiga) pilar, yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, dan teknologi.
Ketiga pilar tersebut merupakan elemen internal wilayah yang saling terkait dan berinteraksi
membentuk satu sistem. Hasil interaksi elemen tersebut mencerminkan kinerja dari suatu
wilayah, yang akan berbeda antar wilayah, sehingga mendorong terciptanya spesialisasi
spesifik wilayah. Dengan demikian akan terjadi persaingan antar wilayah untuk menjadi
pusat jaringan keruangan (spatial network) dari wilayah-wilayah lain secara nasional. Namun
pendekatan ini mempunyai kelemahan yang antara lain apabila salah di dalam mengelola
jaringan keruangan tadi tidak mustahil menjadi awal dari proses disintegrasi. Untuk itu
harus diterapkan konsep pareto pertumbuhan yang bisa mengendalikan keseimbangan
pertumbuhan dan dikelola oleh pemerintah pusat. Konsep pareto ini diharapkan mampu
memberikan keserasian pertumbuhan antar wilayah dengan penerapan insentif-insentif
kepada wilayah yang kurang berkembang.
Sistem Wilayah
Page 5
Gambar 1 Balikpapan tahun 1903 saat baru dibuka oleh Belanda (kotabalikpapan wordpress)
Sistem Wilayah
Page 6
Sistem Wilayah
Page 7
Page 8
Dari Tabel 2 dapat dilihat kontribusi dari PDRB Atas dasar harga berlaku pada tahun 2013
bahwa kontribusi sektor bangunan memberikan 37,89 % hal ini menggambarkan semakin
menggeliatnya pembangunan di kota Balikpapan, yang menyebabkan sumbangan kontribusi
bangunan menglami peningkatan dari tahun 2012 adalah pelaksanaan pembangunan
bandara internasional sepinggan tahap akhir dan menggeliatnya pertumbuhan properti di
Kota Balikpapan. Kontribusi sektor terbesar kedua pada tahun 2013 (sebesar 27,39 %)
berdasarkan harga berlaku adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan
salah satu sektor unggulan Kota Balikpapan mengalami sedikit penurun kontribusi dibanding
tahun 2012 sebesar 29,62%. Sedangkan, kontribusi sektor terbesar ketiga disumbangkan
oleh sektor pengangkutan dan komunikasi dimana pada tahun 2013 mencapai 14,71%.
Perkembangan kedua sektor tersebut menunjukan bahwa kota Balikpapan sedang giat
membangun yang mengindikasi meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Balikpapan
dengan kata lain semakin menggeliatnya perkembangan perekonomian kota.
Secara umum indikator makro ekonomi Kota Balikpapan periode 2008-2013 menunjukkan
peningkatan dan pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini dapat menjadi salah satu
indikasi bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Kota Balikpapan menjadi lebih baik
dibandingkan sebelumnya.
Sistem Wilayah
Page 9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 METODE PENYUSUNAN MAKALAH
Metode pengumpulan data dalam penulisan makalah ini adalah data sekunder, yaitu data
yang digunakan oleh para peneliti terdahulu. Bentuk pengumpulan data yang kedua adalah
melalui pengumpulan literatur (desk study). Pengumpulan literatur mencakup teori teori
yang relevan dengan tema kegiatan, serta rangkuman atau review dari studi studi
terdahulu, beserta referensi peraturan perundangan.
Metoda analisis yang digunakan adalah pemodelan dinamika sistem untuk mengetahui
dinamika wilayah saat sebelum dan sesudah dibangunnya infrastruktur perhubungan serta
setelah dikembangkannya kawasan-kawasan potensial. Pemodelan dinamika sistem ini
disusun dengan mempertimbangkan aspek nilai lahan dan pergerakan serta dampaknya
pada penyerapan tenaga kerja yang akan terjadi dengan menggunakan skenario
pembangunan infrastruktur pendukung dan pengembangan beberapa kawasan potensial.
3.2 ANALISA POTENSI PERKEMBANGAN WILAYAH KOTA BALIKPAPAN
Berdasarkan RTRW Provinsi Kalimantan Timur, Kota Balikpapan diarahkan sebagai Pusat
Pelayanan Primer di Provinsi Kalimantan Timur yaitu pusat yang melayani wilayah Provinsi
Kalimantan Timur, wilayah Kalimantan bagian utara dengan wilayah internasional dan
wilayah Kalimantan bagian timur dengan wilayah nasional. Kota Balikpapan memiliki fungsi
kegiatan sebagai:
a) Pusat pemerintahan kota,
b) Pusat perdagangan regional,
c) Pusat industri,
d) Pusat transportasi udara internasional,
e) Pusat pengolahan migas.
Berdasarkan penetapan ruang RTRW Provinsi Kalimantan Timur, maka arah dan strategi
pengembangan ruang wilayah Kota Balikpapan mengarah ke kawasan Perdagangan dan Jasa
Regional, dan Industri Pengolahan sebagai faktor dan elemen pembentuk ruang. Kota
Balikpapan merupakan Pintu gerbang Wilayah Indonesia Timur. Hal ini sesuai dengan
kedudukannya sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan potensinya sebagai kota jasa,
kota transit yang dilengkapi dengan fasilitas jasa dan transportasi. Balikpapan sebagai
Gerbang Wilayah/Regional ditandai dengan keberadaan Bandara Internasional atau
pelabuhan laut utama serta pelabuhan pengumpan regional yang lengkap dibanding
kawasan lain di Kalimantan bahkan Wilayah Indonesia Timur.
Berdasarkan analisis pemodelan dinamika sistem terdapat perubahan tata guna lahan pada
Kota Balikpapan sejak tahun 2004, sebagian besar wilayah masih berupa kawasan hutan dan
belum banyak dilakukan pembangunan infrastruktur publik. Dibandingkan dengan kondisi
Sistem Wilayah
Page 10
pada tahun 2015, telah terjadi dinamika sistem dimana wilayah kawasan hutan menjadi
berkurang dan terjadi banyak pembangunan besar-besaran.
Jika melihat pada Gambar 3, Kota Balikpapan masih berupa kawasan hutan lindung, belum
banyak pembangunan yang dilakukan. Pemerintah Kota Balikpapan serta dukungan dari
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Pemerintah Pusat yang merencanakan
pembangunan besar-besaran dan mengubah Kota Balikpapan menjadi Kawasan Strategis
Nasional (KSN) dengan segala potensinya.
Sistem Wilayah
Page 11
Jika dibandingkan dengan Gambar 4, yang mana wilayah Kota Balikpapan pada tahun 2015
terlihat mayoritas telah berkembang pesat dengan banyaknya dilakukan pembangunan dan
kawasan hutan yang semakin berkurang (asumsi warna hijau adalah hutan).
Balikpapan merupakan simpul utama kegiatan di Kalimantan Timur karena merupakan jalur
distribusi dan outlet dari dan ke kabupaten/kota dan Provinsi Kalimantan Timur.
Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan memiliki pengaruh positif terhadap tingkat
daya saing daerah. Berikut ini diuraikan fasilitas wilayah/infrastruktur yang mendorong
pertumbuhan wilayah sekaligus sebagai pendorong tumbuhnya perekonomian masyarakat
kota Balikpapan.
1. Infrastruktur Perhubungan
Sarana jalan raya adalah bagian dari sistem perhubungan utama di Kota Balikpapan.
Selain itu ada sarana perhubungan pelabuhan Semayang dan perhubungan udara
Internasional Sepinggan. Sebagai sarana utama jalan raya di Kota Balikpapan,
panjang jalan di Kota Balikpapan pada tahun 2011 adalah sepanjang 799,42 km
dengan rincian sesuai status jalan sebagai berikut :
Jalan Nasional : 115,0 Km
Jalan Propinsi : 221,07 Km
Jalan Kota : 463,35 Km
Adapun kondisi fisik jalan tersebut sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat bahwa
untuk jalan Nasional dalam kondisi baik sepanjang 97,65 km atau 84,91%, kondisi
sedang sepanjang 15,33 Km atau 13,33% dan kondisi rusak 2 km. Untuk jalan
Propinsi dalam kondisi baik sepanjang 146,43 km atau 66,23%, kondisi sedang
sepanjang 51,43 Km atau 23,23% dan kondisi rusak 23,3 Km atau 10,49%. Sedangkan
untuk jalan kota dalam kondisi baik sepanjang 305,42 km atau 65,91%, kondisi
sedang sepanjang 96,99 Km atau 20,93% dan kondisi rusak 60,94 Km atau 13,15%.
a. Pelabuhan Laut
Sebagai kota yang secara fisik berbatasan dengan laut, maka Kota Balikpapan
memiliki beberapa fasilitas pelabuhan baik pelabuhan umum maupun
pelabuhan khusus. Pelabuhan umum terdiri dari Pelabuhan Semayang,
Pelabuhan Fery Kariangau, Pelabuhan Kampung Baru. Sedangkan pelabuhan
khusus terdiri dari Pelabuhan Pertamina, Pelabuhan Pendaratan Ikan
Manggar, dan Pelabuhan yang dimiliki oleh perusahaan di Kawasan Industri
Kariangau.
Keberadaan Pelabuhan Semayang yang berada di pusat kota saat ini
menimbulkan bangkitan lalu-lintas yang cukup tinggi terlebih lagi adanya
peningkatan bongkar muat barang dan penumpang. Oleh karena itu, di masa
yang akan datang pelabuhan ini hanya akan dioperasionalkan untuk
Sistem Wilayah
Page 12
Page 13
Tahap Pekerjaan :
Tahap I (2011-2013) pembangunan jalan tol Balikpapan - Samarinda didanai
oleh APBD Provinsi Kalimantan Timur secara Tahun Jamak (Multy Years
Contract) terbagi dalam 5 Paket, yaitu :
Paket 01 Balikpapan - Samboja : STA 0+070 - 25+140
Paket 02 Samboja - Palaran I : STA 25+140 - 48+400
Paket 03 Samboja - Palaran II :STA 48+400 - 70+300
Paket 04 Palaran - Jembatan Mahkota II : STA 0+000 - 17+950 (Akses
Kota Samarinda)
Paket 05 KM13 - Sepinggan Balikpapan : STA 0+000 - 11+500 (Akses
Kota Balikpapan)
c. Bandara Sepinggan
Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan saat ini melayani
penerbangan domestik dan internasional. Bandara kami adalah yang terbaik
di Indonesia dan ke-16 terbaik di dunia. Bandara internasional pertama di
Pulau Kalimantan ini dikelola sangat baik oleh PT Angkasa Pura I dan
merupakan bandara pertama di Indonesia yang paling hemat energi,
berdesain futuristik dan ramah lingkungan.
Sistem Wilayah
Page 14
Page 15
Sistem Wilayah
Page 16
Sistem Wilayah
Page 17
Gambar 9 Salah satu sudut jalan kota balikpapan, hijau, asri dan bersih
Sistem Wilayah
Page 18
Sistem Wilayah
Page 19
Sistem Wilayah
SASARAN
Meningkatnya efektivitas pelaksanaan kebijakan dan
ketentuan yang berkaitan dengan investasi
Meningkatnya pelayanan administrasi dan perizinan
investasi
Meningkatnya cakupan layanan persediaan daya listrik
kepada masyarakat
Meningkatnya investasi dan produk sektor unggulan
daerah
Berkembangnya kawasan industri dan perdagangan yang
berwawasan lingkungan
Meningkatnya lapangan usaha dan lapangan kerja
Meningkatnya kesempatan dan penyerapan tenaga kerja
Meningkatnya sumber sumber pendapatan daerah
Meningkatnya Sumber Pembiayaan Daerah dari Pihak
ketiga
Meningkatnya peran BUMD dalam meningkatkan
pendapatan daerah
. Meningkatnya pembangunan, peningkatan dan
pemeliharaan jalan dan jembatan serta prasarana
transportasi kota
Page 20
SASARAN
Manajemen dan fasilitas perlengkapan jalan
Terwujudnya Sarana Angkutan Umum Massal (SAUM)
. Terwujudnya Rencana Induk Transportasi (RIT) yang
menunjang pemerintah kota dalam membangun sarana
transportasi secara global
Mengurangi titik/lokasi banjir, luas wilayah banjir dan
lama waktu genangan
Tersedianya struktur dan pola ruang yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan
Tersedianya tata ruang pesisir, dan pulau-pulau kecil
Terkendalinya pemanfaatan ruang
Sistem Wilayah
Page 21
Sistem Wilayah
Page 22
Sistem Wilayah
Page 23
Komposisi Pantai
Pantai ini memiliki pesisir yang halus dengan warna putih kecoklatan coklatan dan
ombak sedang, sehingga berpotensi sebagai kegiatan wisata air.
Sistem Wilayah
Page 24
3.
Karateristik Pantai
Pantai manggar ideal di kembangkan sebagai kawasan wisata . Hal ini karena luas
wilayah belakang pantai dengan kontur landai. Kondisi ini berpotensi dilakukan
pengembangansarana dan prasarana wisata.
4.
Sarana
Jaringan listrik dan air bersih telah tersedia di pantai manggar. Tetapi dalam upaya
mendapatkan segmen pasar dengan kualifkasi yang lebih tinggi.
5 . Aksesbilitas
Secara umum, akses jalan menuju pantai Manggar cukup baik. Kawasan wisata ini
bisa dijangkau dengan alat tranportasi apapun. Jalan ke pusat kota juga relatif dekat
dan terpaut 9 kilometer dari Bandara Sepinggan.
Sistem Wilayah
Page 25
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Letak dan kondisi geografis Kota Balikpapan yang sangat strategis adalah salah satu daya
tarik minat investor untuk menanam modal, posisi strategis tersebut antara lain adalah:
Terletak ditengah jaringan transportasi Trans Kalimantan dan Trans Nasional
Pintu gerbang utama wilayah Kalimantan Timur dengan adanya Pelabuhan Laut
Semayang dan Bandara Internasional Sepinggan dan ALKI II (Alur Laut Kepulauan
Indonesia)
Tempat kedudukan Kodam VI/Mulawarman, POLDA Kaltim dan beberapa Kantor Pusat
BUMN Wilayah Kalimantan
Sebagai Kota MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) ke sepuluh di
Indonesia
Pusat Industri pengilangan minyak untuk Kawasan Timur Indonesia
Basis dari beberapa perusahaan asing yang bergerak dibidang pengeboran minyak dan
gas bumi.
Kebijakan Umum Pengembangan Perekonomian Daerah diarahkan kepada penguatan
struktur ekonomi Balikpapan pada masa yang akan datang agar tidak lagi tergantung pada
industri Migas dan memecahkan masalah pengangguran melalui penciptaan lapangan kerja.
Upaya pencapaian pengembangan wilayah dan ekonomi di Kota Balikpapan sangat terkait
dengan penyediaan infrastruktur kota Balikpapan yang dilakukan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan prasarana dasar bagi warga masyarakat seperti prasarana jalan, sarana
pemukiman, air bersih, kebersihan kota, dan drainase kota. Oleh karena itu upaya
pengembangan infrastruktur perkotaan dan kualitas lingkungan hidup perlu terus dilakukan
seiring dengan perkembangan kota dan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan
infrastruktur dan kualitas lingkungan hidup yang baik.
Model transportasi di Kota Balikpapan meliputi transportasi darat, laut dan udara.
Transportasi darat untuk melayani kebutuhan masyarakat yang menghubungkan pusat kota
dengan seluruh wilayah Balikpapan, yang meliputi angkutan dalam kota dan antar kota di
wilayah sekitar Balikpapan. Alat angkutan laut untuk melayani penyeberangan yang
menghubungkan Kota Balikpapan dengan Kota dan Kabupaten lain.
Ruang wilayah Kota Balikpapan selain memiliki potensi juga memiliki keterbatasan. Oleh
karena itu di dalam memanfaatkan ruang baik untuk kegiatan pembangunan maupun untuk
kegiatan lain perlu dilaksanakan secara bijaksana, dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan azas terpadu, tertib, serasi, seimbang dan lestari. Dengan demikian
baik ruang sebagai wadah kehidupan dan penghidupan maupun sebagai sumber daya perlu
dilindungi guna mempertahankan kemampuan daya dukung dan daya tampung bagi
kehidupan manusia. Dari analisis dinamika sistem yang dilakukan dari Tahun 2004 sampai
Tahun 2015, dapat disimpulkan bahwa pembangunan infrastruktur dapat menjadi faktor
pendorong pembangunan wilayah dan perekonomian di Kota Balikpapan
Sistem Wilayah
Page 26
Agar pemanfaatan dan perlindungan ruang dapat dilaksanakan secara berdaya guna dan
berhasil guna perlu dirumuskan penetapan struktur dan pola ruang wilayah, kebijaksanaan,
strategi pengembangan dan pengelolaannya di dalam suatu Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Balikpapan yang merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
dan Rencana Tata Ruang Provinsi Kalimantan Timur dengan kepastian hukum berupa
Peraturan Daerah Kota Balikpapan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan.
4.2 SARAN
Perkembangan infrastruktur dan ekonomi yang meningkat memang sangat dibutuhkan oleh
Kota Balikpapan saat ini untuk mendorong pendapatan masyarakat. Namun, pembangunan
infrastruktur yang baik akan memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi akan berdampak
merata dan dirasakan oleh seluruh masyarakat Kota Balikpapan.
Secara umum kondisi perhubungan Kota Balikpapan saat ini mulai menghadapi masalah
serius dan semakin menjadi ancaman besar di masa datang bila tidak dilakukan terobosan
penting. Terlebih lagi dengan perkembangan kota dan pertumbuhan kendaraan yang sangat
tinggi. Sehingga dapat diambil solusi dengan sistem angkutan umum massal.
Strategi yang diperlukan untuk dapat lebih mengembangkan wilayah Kota Balikpapan,
antara lain dengan pembangunan dan perbaikan pemeliharaan sarana prasarana
infrastruktur publik (sebagai contoh proyek perbaikan Bandara Sultan Aji Muhammad
Sulaiman Sepinggan yang saat ini menjadi bandara internasional terbaik di Indonesia dank e16 terbaik di dunia, serta paling hemat energi dan ramah lingkungan), jalan tol, jalan
nasional dan pengembangan pelabuhan untuk industri di Kawasan Kariangau.
Beberapa infrastruktur yang juga dibutuhkan dan perlu direncanakan untuk dibangun di
Kota Balikpapan antara lain pembangunan Stadion Balikpapan, pembangunan Jembatan
Teluk Balikpapan, pembangunan segmen 2 coastal road, pembangunan jaringan pipa PDAM,
dan penyediaan listrik, bermanfaat juga sebagai pemasukan bagi Pemerintah Kota
Balikpapan.
Sistem Wilayah
Page 27
DAFTAR PUSTAKA
RTRW Kota Balikpapan 2012-2032
Peraturan Walikota Balikpapan Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Rencana Kerja Pembangunan
Daerah Kota Balikpapan Tahun 2015
http://www.balikpapan.go.id/ Profil dan Sejarah Kota Balikpapan, waktu akses tanggal 22
November 2015
www.kompasiana.com Balikpapan: Dari Hutan ke Kota Paling Dicintai di Dunia. waktu
akses tanggal 18 November 2015
www.investasi.balikpapan.go.id Profil Investasi, waktu akses 5 Desember 2015
Sistem Wilayah
Page 28