Anda di halaman 1dari 29

Dosen : Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.

Reg
Dikaji Oleh : Putri Mitra Nirwana [3114207814]

TUGAS
SISTEM
WILAYAH

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH
(STUDI KASUS KOTA BALIKPAPAN)

Magister Manajemen Aset Infrastruktur


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh November
2015

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Konsep pengembangan wilayah di Indonesia merupakan penggabungan dari berbagai teori
dan model yang senantiasa berkembang dan telah diujiterapkan serta kemudian
dirumuskan kembali menjadi suatu pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan pembangunan di Indonesia. Dalam sejarah perkembangan konsep
pengembangan wilayah di Indonesia, terdapat beberapa landasan teori yang turut
mewarnai keberadaannya.
Keberadaan landasan teori dan konsep pengembangan wilayah kemudian diperkaya dengan
gagasan-gagasan yang lahir dari pemikiran cemerlang putra-putra bangsa. Diantaranya
adalah Sutami (era 1970-an) dengan gagasan bahwa pembangunan infrastruktur yang
intensif akan mampu mempercepat terjadinya pengembangan wilayah. Poernomosidhi (era
transisi) memberikan kontribusi lahirnya konsep hirarki kota-kota yang hirarki prasarana
jalan melalui Orde Kota. Selanjutnya adalah Ruslan Diwiryo (era 1980-an) yang
memperkenalkan konsep Pola dan Struktur ruang yang bahkan menjadi inspirasi utama bagi
lahirnya UU No.24/1992 tentang Penataan Ruang. Pada era 90-an, konsep pengembangan
wilayah mulai diarahkan untuk mengatasi kesenjangan wilayah, misal antara KTI (kawasan
timur Indonesia) dan KBI (kawasan barat Indonesia), antar kawasan dalam wilayah pulau,
maupun antara kawasan perkotaan dan perdesaan. Perkembangan terakhir pada awal abad
millennium, bahkan, mengarahkan konsep pengembangan wilayah sebagai alat untuk
mewujudkan integrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Konsep pengembangan wilayah dikembangkan dari kebutuhan suatu daerah untuk
meningkatkan fungsi dan perannya dalam menata kehidupan sosial, ekonomi, budaya,
pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Pengaruh globalisasi, pasar bebas dan
regionalisasi menyebabkan terjadinya perubahan dan dinamika spasial, sosial, dan ekonomi
antarnegara, antardaerah (kota/kabupaten), kecamatan hingga perdesaan. Berpijak pada
teori-teori di atas maka pembangunan seyogyanya tidak hanya diselenggarakan untuk
memenuhi tujuan-tujuan sektoral yang bersifat parsial, namun lebih dari itu, pembangunan
diselenggarakan untuk memenuhi tujuan-tujuan pengembangan wilayah yang bersifat
komprehensif dan holistik dengan mempertimbangkan keserasian antara berbagai sumber
daya sebagai unsur utama pembentuk ruang (sumberdaya alam, buatan, manusia dan
sistem aktivitas), yang didukung oleh sistem hukum dan sistem kelembagaan yang
melingkupinya.
Begitu halnya yang terjadi pada kota Balikpapan, provinsi Kalimantan Timur. Kota
Balikpapan akan bertransformasi menjadi kota Metropolitan. Berbagai infrastruktur telah
dibangun dan akan terus dibangun sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pengembangan
wilayah berdasarkan koridor RTRW 2012-2032 yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sistem Wilayah

Page 1

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

Di Kota Balikpapan telah terjadi proses penyatuan konurbasi (konurbasi adalah sebuah
wilayah perkotaan yang terdiri dari beberapa kota, yang dikarenakan pertumbuhan populasi dan
pengembangan, telah secara fisik menjadi satu wilayah yang terus membangun) beberapa

wilayah di sekitarnya baik secara fisik maupun aktivitas bisnis dan ekonomi. Sehingga kota
Balikpapan menjadi sentranya. Terlebih Balikpapan berada pada posisi yang sangat strategis
secara geografis, ekonomis, dan juga politik.
Balikpapan punya "tarikan" yang luar biasa dari berbagai aspek kehidupan. Kota ini tidak
tergantung pada Jakarta, karena telah lama mempunyai basis ekonomi berupa jasa dan
perdagangan dengan cantelan pada industri pertambangan minyak, batu bara, dan gas yang
mampu mereka kelola sendiri. Ini dimungkinkan karena banyak perusahaan nasional, dan
multinasional yang berinvestasi di Balikpapan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
Apa saja pembangunan infrastruktur yang telah dan akan dilakukan dalam upaya
pengembangan wilayah Kota Balikpapan.
1.3 TUJUAN
Untuk mengkaji apa saja perencanaan pembangunan infrastruktur yang telah dan akan
dilakukan dalam upaya pengembangan wilayah Kota Balikpapan.

Sistem Wilayah

Page 2

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN GAMBARAN UMUM
2.1 KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH
Pengembangan wilayah mulai dikembangkan pada sekitar tahun 1980-an oleh para
Geografiwan Eropa, terutama dari Nederland, dengan kerjasam antar universitas di Eropa.
Hasilnya adalah lahirnya program studi baru bernama Program Studi Perencanaan
Pengembangan Wilayah. Sebelum berdiri menjadi disiplin tersendiri yang memadukan Ilmu
Geografi dengan Ilmu Perencanaan Wilayah, proyek ini dikenal dengan nama Rural and
Regional Development Planning (RRDP).
Pada tahun 1950-an, gerakan Ilmu Wilayah muncul, dipimpin oleh Walter Isard untuk
menghasilkan lebih banyak dasar kuantitatif dan analitis pada masalah geografi, sebagai
tanggapan atas pendekatan kualitatif pada program geografi tradisional. Ilmu wilayah berisi
pengetahuan bagaimana dimensi keruangan menjadi peran penting, seperti ekonomi
regional, pengelolaan sumber daya, teori lokasi, perencanaan kota dan wilayah, transportasi
dan komunikasi, geografi manusia, persebaran populasi, ekologi muka bumi dan kualitas
lingkungan. Geografi ada karena adanya perbedaan keruangan antara suatu daerah dengan
daerah lainnya. Geografi menjelaskan bagaimana bentuk dan lapisan muka bumi, bisa
berbentuk sedemikian rupa secara sistematis. Juga berkaitan dengan kegiatan manusia di
muka bumi yang berbeda-beda tersebut. Perbedaan Geografi dengan ilmu-limu lainnya
seperti Pertanian, Geologi, dan lainnya adalah dari pendekatan teorinya.
Konsep pengembangan wilayah dimaksudkan untuk memperkecil kesenjangan
pertumbuhan dan ketimpangan kesejahteraan antar wilayah. Untuk itu pengertian wilayah
menjadi penting dalam pembahasan ini. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 47/1997 yang dimaksudkan dengan wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur yang terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional tertentu.
Jadi pengembangan wilayah merupakan usaha memberdayakan pihak terkait (stakeholders)
di suatu wilayah dalam memanfaatkan sumberdaya dengan teknologi untuk memberi nilai
tambah (added value) atas apa yang dimiliki oleh wilayah administratif/wilayah fungsional
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup rakyat di wilayah tersebut. Dengan demikian
dalam jangka panjangnya pengembangan wilayah mempunyai target untuk pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Cara mencapainya bersandar pada
kemampuan sumberdaya manusia dalam memanfaatkan lingkungan sekitar dan daya
tampungnya serta kemampuan memanfaatkan peralatan pendukung (instrument) yang ada.
Dengan target tersebut dirancang skenario-skenario tertentu agar kekurangan-kekurangan
yang dihadapi dapat diupayakan melalui pemanfaatan sumberdaya. Apabila konsep
tersebut diterapkan di Indonesia, masih muncul persoalan berupa kekurangan teknologi
untuk mengolah sumberdaya yang ketersediaannya cukup melimpah.
Sistem Wilayah

Page 3

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

Kajian pengembangan wilayah di Indonesia selama ini selalu didekati dari aspek sektoral dan
aspek spasial. Pada kajian aspek sektoral lebih menyatakan ukuran dari aktivitas masyarakat
suatu wilayah dalam mengelola sumberdaya alam yang dimilikinya. Sementara itu, kajian
aspek spasial/keruangan lebih menunjukkan arah dari kegiatan sektoral atau dimana lokasi
serta dimana sebaiknya lokasi kegiatan sektoral tersebut. Pada aspek inilah Sistem Informasi
Geografi (SIG) mempunyai peran yang cukup strategis, dikarenakan SIG mampu menyajikan
aspek keruangan/spasial dari fenomena/fakta yang dikaji (Susilo, K., 2000).
Pendekatan yang mengacu pada aspek sektoral dan spasial tersebut mendorong lahirnya
konsep pengembangan wilayah yang harus mampu meningkatkan efisiensi penggunaan
ruang sesuai daya dukung, mampu memberi kesempatan kepada sektor untuk berkembang
tanpa konflik dan mampu meningkatkan kesejahteraan secara merata. Konsep tersebut
digolongkan dalam konsep pengembangan wilayah yang didasarkan pada penataan ruang.
Dalam kaitan itu terdapat 3 (tiga) kelompok konsep pengembangan wilayah yaitu: konsep
pusat pertumbuhan, konsep integrasi fungsional, dan konsep pendekatan desentralisasi
(Alkadri et all, Manajemen Teknologi Untuk Pengembangan Wilayah, 1999). Konsep pusat
pertumbuhan menekankan pada perlunya melakukan investasi secara besar-besaran pada
suatu pusat pertumbuhan atau wilayah/kota yang telah mempunyai infrastruktur yang baik.
Pengembangan wilayah di sekitar pusat pertumbuhan diharapkan melalui
proses/mekanisme tetesan ke bawah (trickle down effect). Penerapan konsep ini di
Indonesia sampai dengan tahun 2000 telah melahirkan adanya 111 kawasan andalan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).
Konsep integrasi fungsional mengutamakan adanya integrasi yang diciptakan secara sengaja
diantara berbagai pusat pertumbuhan karena adanya fungsi yang komplementer. Konsep ini
menempatkan suatu kota/ wilayah mempunyai hirarki sebagai pusat pelayanan relatif
terhadap kota/wilayah yang lain. Sedangkan konsep desentralisasi dimaksudkan untuk
mencegah tidak terjadinya aliran keluar dari sumberdana dan sumberdaya manusia.
Pendekatan tersebut mempunyai berbagai kelemahan. Dari kondisi ini munculah beberapa
konsep untuk menanggapi kelemahan tersebut. Konsep tersebut antara lain people center
approach yang menekankan pada pembangunan sumberdaya manusia, natural resourcesbased development yang menekankan sumberdaya alam sebagai modal pembangunan,
serta technology based development yang melihat teknologi sebagai kunci dari
keberhasilan pembangunan wilayah. Kenyataan menunjukkan bahwa aplikasi konsep
tersebut kurang berhasil dalam membawa kesejahteraan rakyat.
Fenomena persaingan antar wilayah, tren perdagangan global yang sering memaksa
penerapan sistem outsourcing, kemajuan teknologi yang telah merubah dunia menjadi
lebih dinamis, perubahan mendasar dalam sistem kemasyarakatan seperti demokratisasi,
otonomi, keterbukaan dan meningkatnya kreatifitas masyarakat telah mendorong
perubahan paradigma dalam pengembangan wilayah. Dengan semakin kompleksnya
masalah tersebut dapat dibayangkan akan sangat sulit untuk mengelola pembangunan
Sistem Wilayah

Page 4

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

secara terpusat, seperti pada konsep-konsep yang dijelaskan sebelumnya. Pilihan yang tepat
adalah memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengelola
pembangunan di wilayahnya sendiri (otonomi). Pembangunan ekonomi yang hanya
mengejar pertumbuhan tinggi dengan mengandalkan keunggulan komparatif (comparative
advantage) berupa kekayaan alam berlimpah, upah murah atau yang dikenal dengan
bubble economics, sudah usang karena terbukti tak tahan terhadap gelombang krisis.
Walaupun teori keunggulan komparatif tersebut telah bermetamorfose dari hanya
memperhitungkan faktor produksi menjadi berkembangnya kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang fiskal dan moneter, ternyata daya saing tidak lagi terletak pada faktor tersebut
(Alkadri et.al. (1999). Kenyataan menunjukkan bahwa daya saing dapat pula diperoleh dari
kemampuan untuk melakukan perbaikan dan inovasi secara terus menerus. Menurut Porter
(Tiga Pilar pengembangan Wilayah, 1990) keunggulan komparatif telah dikalahkan oleh
kemajuan teknologi. Namun demikian setiap wilayah masih mempunyai faktor keunggulan
khusus yang bukan didasarkan pada biaya produksi yang murah saja, tetapi lebih dari itu
yaitu adanya inovasi untuk pembaharuan. Suatu wilayah dapat meraih keunggulan daya
saing melalui 4 (empat) hal yaitu keunggulan faktor produksi, keunggulan inovasi,
kesejahteraan masyarakat, dan besarnya investasi.
Apabila dicermati maka paradigma pengembangan wilayah telah bergeser pada upaya yang
mengandalkan 3 (tiga) pilar, yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, dan teknologi.
Ketiga pilar tersebut merupakan elemen internal wilayah yang saling terkait dan berinteraksi
membentuk satu sistem. Hasil interaksi elemen tersebut mencerminkan kinerja dari suatu
wilayah, yang akan berbeda antar wilayah, sehingga mendorong terciptanya spesialisasi
spesifik wilayah. Dengan demikian akan terjadi persaingan antar wilayah untuk menjadi
pusat jaringan keruangan (spatial network) dari wilayah-wilayah lain secara nasional. Namun
pendekatan ini mempunyai kelemahan yang antara lain apabila salah di dalam mengelola
jaringan keruangan tadi tidak mustahil menjadi awal dari proses disintegrasi. Untuk itu
harus diterapkan konsep pareto pertumbuhan yang bisa mengendalikan keseimbangan
pertumbuhan dan dikelola oleh pemerintah pusat. Konsep pareto ini diharapkan mampu
memberikan keserasian pertumbuhan antar wilayah dengan penerapan insentif-insentif
kepada wilayah yang kurang berkembang.

Sistem Wilayah

Page 5

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

2.2 GAMBARAN UMUM WILAYAH KOTA BALIKPAPAN


2.2.1 Sejarah Kota Balikpapan
Sejarah Kota Balikpapan tidak bisa dipisahkan dengan Minyak yaitu lebih tepatnya dengan
sumur minyak Mathilda, sumur pengeboran perdana pada tanggal 10 Februari 1897 di kaki
gunung Komendur di sisi timur Teluk Balikpapan. Penamaan sumur minyak ini berasal dari
nama anak JH Menten dari JH Menten dan Firma Samuel & Co sebagai pemenang hak
konsesi pengeboran di yang ditunjuk pemerintah Hindia Belanda yang telah mengontrak
Balikpapan dari Kesultanan Kutai.
Di awal tahun 1900-an bertambahnya jumlah penemuan dan pengeboran minyak di
Balikpapan telah membawa pendatang dalam jumlah besar ke Balikpapan. Pendatang ini
kebanyakan adalah orang Cina dan para pekerja pengeboran yang rata-rata berasal dari
jawa dan berbagai daerah lainnya seperti India. Pekerja dari Cina dan India inilah yang
menjadi cikal bakal penghuni desa di Tukung (Klandasan) dan Jumpi (Kampung Baru) yang
merupakan asal usul sebagian besar warga Balikpapan. Selain itu keberadaan minyak, yaitu
minyak tanah atau "lantung", juga mengundang semakin besarnya jumlah pedagang yang
datang dari daerah Kerajaan Banjar di Banjarmasin dan Bone di Sulawesi Selatan untuk
berdagang dan singgah di Balikpapan.
Seiring dengan berkembangnya waktu Balikpapan telah berkembang menjadi "Kota Minyak"
dengan besarnya produksi minyak yang dihasilkan yang mencapai 86 juta barrel per tahun.
Perkembangan industri minyak inilah yang telah membangun Balikpapan menjadi kota
industri. Namun Saat ini Balikpapan tidak lagi menjadi Kota Minyak yang berorientasi pada
pengeboran melainkan pada jasa pengolahan minyak yang telah mengolah minyak mentah
dari sekitar Balikpapan, yaitu Sepinggan, Handil, Bekapai, Sanga-sanga, Tarakan, Bunyu dan
Tanjung serta minyak mentah yang diimpor dari negara lain.

Gambar 1 Balikpapan tahun 1903 saat baru dibuka oleh Belanda (kotabalikpapan wordpress)

Sistem Wilayah

Page 6

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

2.2.2 Aspek Geografi dan Demografi


Secara administratif luas keseluruhan Kota Balikpapan menurut Rencana Tata Ruang
Wilayah Tahun 2012-2032 adalah 81.495 Ha, yang terdiri dari luas daratan 50.330,57 Ha dan
luas lautan 31.164,03 Ha. Secara geografis Kota Balikpapan terletak pada posisi 116,5 Bujur
Timur dan 117,0 Bujur Timur serta diantara 1,0 Lintang Selatan dan 1,5 Lintang Selatan
dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kertanegara.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar.
Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makassar.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1996 tentang Pembentukan 13
Kecamatan di Wilayah Kabupaten Dati II Kutai, Berau, Bulungan, Pasir, Kotamadya Dati II
Samarinda dan Balikpapan dalam Wilayah Provinsi Dati I Kalimantan Timur, Kota Balikpapan
terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan 27 (dua puluh tujuh) Kelurahan. Berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pembentukan Tujuh Kelurahan dalam wilayah Kota
Balikpapan dan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Kecamatan Balikpapan Kota Dalam Wilayah Kota Balikpapan, secara
administratif wilayah Kota Balikpapan terdiri dari 6 (enam) Kecamatan dan 34 (tiga puluh
empat) Kelurahan.
Secara morfologis Kota Balikpapan memiliki kontur wilayah yang umumnya berbukit (85%)
dengan ketinggian antara 0 sampai dengan lebih dari 100 meter diatas permukaan laut
(mdpl). Dari sisi topografis sebagian besar wilayah Kota Balikpapan berada pada kemiringan
lereng antara 15-40% yaitu seluas seluas 21.305,57 Ha atau 42,33% dari luas wilayah
keseluruhan. Sebagian besar jenis tanah Balikpapan adalah podsolik merah-kuning, alluvial,
dan pasir kuarsa yang mudah tererosi.

Gambar 2 Peta Administratif Kota Balikpapan

Sistem Wilayah

Page 7

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

2.2.3 Perkembangan Penduduk


Berdasarkan data pada Tabel 1 jumlah penduduk di kota Balikpapan pada Tahun 2013
sejumlah 660.437 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.312 jiwa/km2. Pembangunan pesat
dan peluang ekonomi yang tinggi mengundang arus pendatang yang cukup besar. Pada
tahun 2014 laju pertumbuhan penduduk di kota Balikpapan mencapai 5,01% atau
bertambah sebesar 36.301 Jiwa, dengan kepadatan penduduk mencapai 1.380 jiwa/KM2.
Kenaikan yang signifikan terjadi hingga pada bulan Januari 2015 jumlah penduduk di kota
Balikpapan mencapai 706.414 Jiwa yang tersebar di 6 kecamatan, dan kecamatan dengan
kepadatan penduduk tertinggi adalah kecamatan Balikpapan Utara.
Besarnya jumlah pendatang di Kota Balikpapan telah membawa keberagaman etnis,
sehingga Balikpapan dikenal sebagai kota yang heterogen, baik dari segi adat istiadat
maupun agama. Namun demikian hal ini tidak menjadi kendala dalam mewujudkan
keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Tercatat setidaknya 104 kelompok
etnis/paguyuban yang ada di Balikpapan. Paguyuban ini berperan penting dalam menjaga
keharmonisan masyarakat, sehingga Balikpapan menjadi salah satu kota paling kondusif di
Indonesia.
Tabel 1 Jumlah dan Komposisi Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2013

2.2.4 Potensi Ekonomi


a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu daerah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir
(neto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
PDRB dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas
Dasar Harga Konstan.PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menunjukkan kemampuan sumber
daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah.Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi
dalam suatu daerah.Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peranan besar menunjukkan
basis perekonomian suatu daerah.Sementara PDRB Atas Dasar Harga Konstan berguna
untuk menunjukkan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) secara keseluruhan maupun sektoral
dari tahun ke tahun.Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi
yang besar pula. Nilai dan kontribusi sektoral (lapangan usaha) PDRB Kota Balikpapan tahun
2012-2013 dapat dilihat pada tabel berikut.
Sistem Wilayah

Page 8

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan


Tabel 2 PDRB Kota Balikpapan Tahun 2012-2013

Dari Tabel 2 dapat dilihat kontribusi dari PDRB Atas dasar harga berlaku pada tahun 2013
bahwa kontribusi sektor bangunan memberikan 37,89 % hal ini menggambarkan semakin
menggeliatnya pembangunan di kota Balikpapan, yang menyebabkan sumbangan kontribusi
bangunan menglami peningkatan dari tahun 2012 adalah pelaksanaan pembangunan
bandara internasional sepinggan tahap akhir dan menggeliatnya pertumbuhan properti di
Kota Balikpapan. Kontribusi sektor terbesar kedua pada tahun 2013 (sebesar 27,39 %)
berdasarkan harga berlaku adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan
salah satu sektor unggulan Kota Balikpapan mengalami sedikit penurun kontribusi dibanding
tahun 2012 sebesar 29,62%. Sedangkan, kontribusi sektor terbesar ketiga disumbangkan
oleh sektor pengangkutan dan komunikasi dimana pada tahun 2013 mencapai 14,71%.
Perkembangan kedua sektor tersebut menunjukan bahwa kota Balikpapan sedang giat
membangun yang mengindikasi meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Balikpapan
dengan kata lain semakin menggeliatnya perkembangan perekonomian kota.
Secara umum indikator makro ekonomi Kota Balikpapan periode 2008-2013 menunjukkan
peningkatan dan pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini dapat menjadi salah satu
indikasi bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Kota Balikpapan menjadi lebih baik
dibandingkan sebelumnya.
Sistem Wilayah

Page 9

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 METODE PENYUSUNAN MAKALAH
Metode pengumpulan data dalam penulisan makalah ini adalah data sekunder, yaitu data
yang digunakan oleh para peneliti terdahulu. Bentuk pengumpulan data yang kedua adalah
melalui pengumpulan literatur (desk study). Pengumpulan literatur mencakup teori teori
yang relevan dengan tema kegiatan, serta rangkuman atau review dari studi studi
terdahulu, beserta referensi peraturan perundangan.
Metoda analisis yang digunakan adalah pemodelan dinamika sistem untuk mengetahui
dinamika wilayah saat sebelum dan sesudah dibangunnya infrastruktur perhubungan serta
setelah dikembangkannya kawasan-kawasan potensial. Pemodelan dinamika sistem ini
disusun dengan mempertimbangkan aspek nilai lahan dan pergerakan serta dampaknya
pada penyerapan tenaga kerja yang akan terjadi dengan menggunakan skenario
pembangunan infrastruktur pendukung dan pengembangan beberapa kawasan potensial.
3.2 ANALISA POTENSI PERKEMBANGAN WILAYAH KOTA BALIKPAPAN
Berdasarkan RTRW Provinsi Kalimantan Timur, Kota Balikpapan diarahkan sebagai Pusat
Pelayanan Primer di Provinsi Kalimantan Timur yaitu pusat yang melayani wilayah Provinsi
Kalimantan Timur, wilayah Kalimantan bagian utara dengan wilayah internasional dan
wilayah Kalimantan bagian timur dengan wilayah nasional. Kota Balikpapan memiliki fungsi
kegiatan sebagai:
a) Pusat pemerintahan kota,
b) Pusat perdagangan regional,
c) Pusat industri,
d) Pusat transportasi udara internasional,
e) Pusat pengolahan migas.
Berdasarkan penetapan ruang RTRW Provinsi Kalimantan Timur, maka arah dan strategi
pengembangan ruang wilayah Kota Balikpapan mengarah ke kawasan Perdagangan dan Jasa
Regional, dan Industri Pengolahan sebagai faktor dan elemen pembentuk ruang. Kota
Balikpapan merupakan Pintu gerbang Wilayah Indonesia Timur. Hal ini sesuai dengan
kedudukannya sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan potensinya sebagai kota jasa,
kota transit yang dilengkapi dengan fasilitas jasa dan transportasi. Balikpapan sebagai
Gerbang Wilayah/Regional ditandai dengan keberadaan Bandara Internasional atau
pelabuhan laut utama serta pelabuhan pengumpan regional yang lengkap dibanding
kawasan lain di Kalimantan bahkan Wilayah Indonesia Timur.
Berdasarkan analisis pemodelan dinamika sistem terdapat perubahan tata guna lahan pada
Kota Balikpapan sejak tahun 2004, sebagian besar wilayah masih berupa kawasan hutan dan
belum banyak dilakukan pembangunan infrastruktur publik. Dibandingkan dengan kondisi
Sistem Wilayah

Page 10

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

pada tahun 2015, telah terjadi dinamika sistem dimana wilayah kawasan hutan menjadi
berkurang dan terjadi banyak pembangunan besar-besaran.

Gambar 3 Foto Udara Kota Balikpapan Tahun 2004

Jika melihat pada Gambar 3, Kota Balikpapan masih berupa kawasan hutan lindung, belum
banyak pembangunan yang dilakukan. Pemerintah Kota Balikpapan serta dukungan dari
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Pemerintah Pusat yang merencanakan
pembangunan besar-besaran dan mengubah Kota Balikpapan menjadi Kawasan Strategis
Nasional (KSN) dengan segala potensinya.

Gambar 4 Foto Satelit Kota Balikpapan Tahun 2015

Sistem Wilayah

Page 11

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

Jika dibandingkan dengan Gambar 4, yang mana wilayah Kota Balikpapan pada tahun 2015
terlihat mayoritas telah berkembang pesat dengan banyaknya dilakukan pembangunan dan
kawasan hutan yang semakin berkurang (asumsi warna hijau adalah hutan).
Balikpapan merupakan simpul utama kegiatan di Kalimantan Timur karena merupakan jalur
distribusi dan outlet dari dan ke kabupaten/kota dan Provinsi Kalimantan Timur.
Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan memiliki pengaruh positif terhadap tingkat
daya saing daerah. Berikut ini diuraikan fasilitas wilayah/infrastruktur yang mendorong
pertumbuhan wilayah sekaligus sebagai pendorong tumbuhnya perekonomian masyarakat
kota Balikpapan.
1. Infrastruktur Perhubungan
Sarana jalan raya adalah bagian dari sistem perhubungan utama di Kota Balikpapan.
Selain itu ada sarana perhubungan pelabuhan Semayang dan perhubungan udara
Internasional Sepinggan. Sebagai sarana utama jalan raya di Kota Balikpapan,
panjang jalan di Kota Balikpapan pada tahun 2011 adalah sepanjang 799,42 km
dengan rincian sesuai status jalan sebagai berikut :
Jalan Nasional : 115,0 Km
Jalan Propinsi : 221,07 Km
Jalan Kota : 463,35 Km
Adapun kondisi fisik jalan tersebut sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat bahwa
untuk jalan Nasional dalam kondisi baik sepanjang 97,65 km atau 84,91%, kondisi
sedang sepanjang 15,33 Km atau 13,33% dan kondisi rusak 2 km. Untuk jalan
Propinsi dalam kondisi baik sepanjang 146,43 km atau 66,23%, kondisi sedang
sepanjang 51,43 Km atau 23,23% dan kondisi rusak 23,3 Km atau 10,49%. Sedangkan
untuk jalan kota dalam kondisi baik sepanjang 305,42 km atau 65,91%, kondisi
sedang sepanjang 96,99 Km atau 20,93% dan kondisi rusak 60,94 Km atau 13,15%.
a. Pelabuhan Laut
Sebagai kota yang secara fisik berbatasan dengan laut, maka Kota Balikpapan
memiliki beberapa fasilitas pelabuhan baik pelabuhan umum maupun
pelabuhan khusus. Pelabuhan umum terdiri dari Pelabuhan Semayang,
Pelabuhan Fery Kariangau, Pelabuhan Kampung Baru. Sedangkan pelabuhan
khusus terdiri dari Pelabuhan Pertamina, Pelabuhan Pendaratan Ikan
Manggar, dan Pelabuhan yang dimiliki oleh perusahaan di Kawasan Industri
Kariangau.
Keberadaan Pelabuhan Semayang yang berada di pusat kota saat ini
menimbulkan bangkitan lalu-lintas yang cukup tinggi terlebih lagi adanya
peningkatan bongkar muat barang dan penumpang. Oleh karena itu, di masa
yang akan datang pelabuhan ini hanya akan dioperasionalkan untuk
Sistem Wilayah

Page 12

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

pelabuhan penumpang. Sedangkan pelabuhan bongkar muat barang akan


dikembangkan di Kariangau.
Wilayah pesisir laut Kota Balikpapan masih menyimpan potensi sumberdaya
yang terbaharui (renewable resources) khususnya potensi sumber daya
perikanan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Selain itu kawasan
pesisir dan laut juga memiliki berbagai fungsi ekonomi, antara lain
dipergunakan untuk aktivitas pemanfaatan sumberdaya perikanan,
pertambangan, pertanian, rekreasi dan pariwisata, kawasan industri,
permukiman serta pelabuhan / transportasi. Kota Balikpapan yang memiliki
potensi perikanan dan kelautan yang cukup besar bisa memainkan peran
strategis dalam menopang dan membanguan pondasi ekonomi kota yang
kuat.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW
Nasional, Kota Balikpapan mengemban fungsi sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) dan Kawasan Strategis Nasional (KSN). Untuk mendukung
fungsi Kota Balikpapan sebagai PKN (Pusat Kegiatan Nasional) maka
keberadaan sarana prasarana pendukung segala aktivitas yang berlangsung
dalam wilayah PKN itu sendiri.
Berdasarkan hal tersebut maka di wilayah Kota Balikpapan dikembangkan
Pelabuhan Laut Internasional sebagai transit point distribusi barang skala
nasional dan internasional.
b. Jalan Tol Balikpapan-Samarinda
Jalan Tol Balikpapan-Samarinda merupakan jalan tol yang akan
menghubungkan Kota Balikpapan dengan Kota Samarinda, Provinsi
Kalimantan Timur. Pada tanggal 12 Januari 2011, proyek pembangunan jalan
tol Balikpapan-Samarinda sepanjang 99,02 km dimulai. Proyek tersebut
diresmikan Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak. Peresmian
ditandai pemancangan batu pertama di kawasan Manggar, Balikpapan.
Proyek Jalan Tol ini akan dibagi dalam beberapa tahap. Tahap I dilaksanakan
dengan dana APBD Provinsi Kalimantan Timur dengan sistem Tahun Jamak
(Multy Years Contract) tahun anggaran 2011-2013. Sedangkan Tahap II untuk
Paket 01 dilaksanakan dengan dana APBD Provinsi Kalimantan Timur tahun
anggaran 2015-2018 dan dana APBN pemerintah Pusat tahun anggran 20152018 yang terbagi dalam 5 segmen, sedangkan untuk Paket 05 dengan dana
APBN pemerintah pusat dan bantuan luar negeri dari Tiongkok. Untuk paket
02, paket 03 dan paket 04 direncanakan akan ditawarkan kepada investor
yang berminat baik dari dalam ataupun luar negeri.
Sistem Wilayah

Page 13

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

Tahap Pekerjaan :
Tahap I (2011-2013) pembangunan jalan tol Balikpapan - Samarinda didanai
oleh APBD Provinsi Kalimantan Timur secara Tahun Jamak (Multy Years
Contract) terbagi dalam 5 Paket, yaitu :
Paket 01 Balikpapan - Samboja : STA 0+070 - 25+140
Paket 02 Samboja - Palaran I : STA 25+140 - 48+400
Paket 03 Samboja - Palaran II :STA 48+400 - 70+300
Paket 04 Palaran - Jembatan Mahkota II : STA 0+000 - 17+950 (Akses
Kota Samarinda)
Paket 05 KM13 - Sepinggan Balikpapan : STA 0+000 - 11+500 (Akses
Kota Balikpapan)

Gambar 5 Jalan Tol Balikpapan-Samarinda

c. Bandara Sepinggan
Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan saat ini melayani
penerbangan domestik dan internasional. Bandara kami adalah yang terbaik
di Indonesia dan ke-16 terbaik di dunia. Bandara internasional pertama di
Pulau Kalimantan ini dikelola sangat baik oleh PT Angkasa Pura I dan
merupakan bandara pertama di Indonesia yang paling hemat energi,
berdesain futuristik dan ramah lingkungan.

Gambar 6 Bandara Sepinggan Balikpapan

Sistem Wilayah

Page 14

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

Gambar 7 Sebagian Area Check in Bandara Sepinggan

Terdiri dari kaca-kaca besar (Gambar 7) di kanan-kiri dan atas yang


memungkinkan bandara mengandalkan pencahayaan dari matahari sehingga
bisa menghemat listrik dalam jumlah banyak dan hanya menggunakan sedikit
lampu LED yang konsumsi listriknya sangat kecil dan berdayatahan lama.
Namun kapasitas bandaranya relatif terbatas dalam menampung
penumpang. Oleh karena itu pengembangan bandara baik dari segi run way
maupun terminal akan mampu meningkatkan pelayanan Bandara Sepinggan.
d. Sarana Lingkungan (Sanitasi, Drainase, Sampah)
Berdasarkan laporan final Master Plan Air Limbah, perkiraan total produksi air
limbah domestik (rumah tangga) untuk black dan grey water di Kota
Balikpapan sampai tahun 2015 adalah sekitar 86.312 m3/hari. Untuk
mengolah air limbah domestik Kota Balikpapan, Pemerintah Kota Balikpapan
mempunyai beberapa layanan yaitu Layanan IPAL Margasari, Layanan IPAL
komunal dan Pemerintah Kota Balikpapan juga mempunyai MCK ++ berada di
2 kelurahan yaitu Kelurahan Margo Mulyo RT 26 dikelola oleh KSM Tirta Guna
dengan jumlah pengguna 83 KK sedangkan Kelurahan Margo Mulyo RT 25
dikelola oleh KSM Sendang Makmur dengan jumlah pengguna 70 KK.
Terdapat 86 saluran atau sungai yang langsung bermuara di teluk Balikpapan
atau di Selat Makasar yang melayani pamatusan kota Balikpapan. Tidak ada
saluran primer drainase buatan yang dibuat khusus untuk mengalirkan air
pematusan dan air buangan keluar daerah perkotaan. Semua saluran primer
drainase yang ada sekarang merupakan saluran alam yang disesuaikan untuk
kebutuhan saluran drainase. Kondisi drainase pada umumnya masih kotor
oleh sampah dan sedimen sehingga sering kali terjadi penyumbatan pada
daerah tertentu dan menyebabkan genangan jika hujan.
Sistem Wilayah

Page 15

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

Berdasarkan Master Plan Pengelolaan Persampahan dan Kebersihan Kota


Balikpapan, pada tahun 2011 kondisi limbah padat (sampah domestik) di Kota
Balikpapan yang dihasilkan perhari diperkirakan sebanyak 381 ton/hari dan
jumlah sampah yang dapat diangkut dan dikelola DKPP Kota Balikpapan
sebesar 250 ton/hari. Pengelolaan sampah secara garis besar saat ini dilayani
TPA Manggar dengan sistem sanitary landfill. Untuk pengembangan TPA saat
ini sedang dilakukan peningkatan kapasitas pengelolaan air lindi dan
pembangunan cell 2 dan 3 yang akan mampu melayani 5 (lima) tahun
kedepan.
Program pengembangan dan pengelolaan sanitasi yang meliputi air bersih,
drainase, persampahan serta pola hidup bersih dan sehat selama 5 (lima)
tahun ke depan dalam rangka mewujudkan clean land, clean water dan clean
air telah disusun secara terpadu dalam Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota
Balikpapan 2012-2016.
e.

Kawasan Industri Kariangau

Melihat tren pertumbuhan perekonomian kota Balikpapan yang sangat baik,


maka Pemerintahan Daerah menyiapkan kawasan ekonomi terpadu dengan
nama Kawasan Industri Kariangau yang biasa di singkat KIK. Luas area wilayah
2.189,93 hektar. Prospek pengembangan KIK sangat menjanjikan, mengingat
landasan hukum mengenai kawasan industri ada pada Peraturan
Pemerintahan Nomor 24 tahun 2009 pasal 7, yang menyebutkan bahwa
perusahaan industri yang akan menjalankan kegiatannya setelah peraturan
ini berlaku, wajib berlokasi di kawasan industri.
Perencanaan dan pengembangan kawasan ini dilakukan secara komprehensif
dengan memperhatikan pengaturan dan pemanfaatan lahan, fungsi kegiatan
utama dan pendukung serta menjaga keseimbangan ekosistem dengan
mempertahankan kawasan preservasi, sehingga kawasan ini tidak hanya
memusatkan kegiatan perindustrian, tapi sekaligus menggabungkannya
dengan kawasan wisata dan pelestarian lingkungan.
Kawasan Industri Kariangau berada di kawasan pesisir. Posisi ini amat
menguntungkan, karena mempermudah investor mengangkut dan
mendistribusikan produknya dari dan ke Balikpapan. Kawasan ini juga
memiliki pelabuhan internasional peti kemas dengan luas 150.000 m2 atau 15
hektar, yang di peruntungkan sebagai pelayanan peti kemas, general cargo,
curah dan pengapalan batu bara.

Sistem Wilayah

Page 16

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

Gambar 8 Kawasan Industri Kariangau Balikpapan

Beberapa jenis industri direkomendasikan bagi pengembangan KIK di


dasarkan pada skala prioritas potensi usaha di Balikpapan. Penentuan skala
prioritas mempertimbangkan kriteria seperti ; aspek kebutuhan ( permintaan
dan suplai ), aspek teknis (ahli teknologi), aspek ekonomi (finansial) dan aspek
perizinan (hukum).
Jenis industri yang di rekomendasikan beroperasi di KIK di utamakan untuk
industri hilir (Tabel 3), sehingga dapat langsung di pasarkan ke luar wilayah,
seperti ; industri pengolahan karet, pengolahan sawit, pengolahan kakao dan
kopi, pengolahan pakan ikan dan ayam, briket batu bara, pengolahan minyak
dan gas, serta industri bahan makanan dan minuman.
Tabel 3 Rencana Industri dan Jenis Komoditi di Kawasan Industri Kariangau

KIK akan dikembangkan menjadi kawasan perkotaan berbasis kegiatan


industri. Pengelolaan KIK di lakukan oleh PT Kawasan Industri Kariangau,
sebuah perusahaan milik Pemerintah Kota Balikpapan. Namun peluang
sebagai pengembangan atau pengelola KIK juga di tawarkan dengan tetap
bekerja sama dengan Pemerintah Kota Balikpapan.

Sistem Wilayah

Page 17

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

f. Penghargaan Adipura, Adiwiyata dan Kalpataru


Kota Balikpapan telah meraih 17 kali Piala Adipura. Hal ini karena adanya
komitmen Pemerintah Kota Balikpapan dalam menjaga kebersihan dan
lingkungan hidup sehingga berhasil meraih penghargaan Adipura berulang
kali karena pembangunan berkelanjutan. Selain itu, untuk kurikulum sekolah
telah memiliki muatan lokal tentang lingkungan hidup dan berbagai program
lingkungan hidup lainya seperti sekolah adiwiyata, lomba CGH (clean, green
and healhty) guna mewujudkan lingkungan yang bersih, hijau dan sehat.
Balikpapan merupakan kota terbersih di Asia Tenggara karena baru saja
mendapatkan Adipura ASEAN dalam tiga kategori sekaligus, clean land,
clean water, clean air pada ajang ASEAN Environmentally Suistainable Cities
(ESC) Award 2014 yang berlangsung di Loa Plaza Hotel, Laos. Kategori clean
land karena dinilai berhasil mengelola sampah TPA hingga menjadi gas
methan, kategori clean water karena berhasil mengelola limbah cair warga
pemukiman atas air Margasari menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL), serta kategori clean air karena mampu menjaga hutan kota, hutan
mangrove (bakau), hutan lindung yang menghasilkan oksigen untuk udara
yang bersih dan aktif melakukan penghijauan.

Gambar 9 Salah satu sudut jalan kota balikpapan, hijau, asri dan bersih

Lima sekolah di Kota Balikpapan mendapatkan penghargaan Adiwiyata


Mandiri tahun 2015. Kelima sekolah yang dianggap punya budaya
pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup itu terdiri dari dua sekolah
jenjang Sekolah Dasar (SD), satu SMP dan dua dari SMA. Berdasarkan daftar
penerima penghargaan Adiwiyata Mandiri yang diterima, Balikpapan adalah
Kota atau Kabupaten yang paling banyak mendapatkan penghargaan
Adiwiyata Mandiri di Kalimantan.

Sistem Wilayah

Page 18

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

Adiwiyata merupakan program Kementerian Lingkungan Hidup dan


Kehutanan untuk mendorong sekolah Indonesia menjadi pilar pengelolaan
lingkungan hidup berkelanjutan. Setidaknya, ada empat indikator sekolah
dikatakan pantas mendapat penghargaan Adiwiyata, diantaranya kebijakan
sekolah yang menganut kepedulian terhadap lingkungan, memiliki kurikulum
berbasis lingkungan, melakukan kegiatan secara partisipatif dan menyiapkan
sarana pendukung pengelolaan lingkungan hidup di sekolah.
3.3 SKENARIO RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR
KOTA BALIKPAPAN
3.3.1 ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN KOTA BALIKPAPAN
Skenario rencana pengembangan wilayah Kota Balikapapan mengacu pada Isu Strategis
Pembangunan Kota Balikpapan Tahun 2015 (Tabel 4), yang berlandaskan pada Peraturan Walikota
Balikpapan Nomor 12 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Balikpapan
Tahun 2015
Tabel 4 Isu Strategis Pembangunan Bidang Infrastruktur Kota Balikpapan Tahun 2015

Sistem Wilayah

Page 19

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

3.3.2 Tantangan Perekonomian Daerah Tahun 2015-2016


Tantangan yang diperkirakan masih akan dihadapi Kota Balikpapan akibat dari pengaruh
lingkungan perekonomian global yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir dan isu
perekonomian indonesia terutama isu kenaikan BBM adalah :
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan mengembangkan
pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dominan (industry, perdagangan, jasa).
b. Menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif (perbaikan perundangan).
c. Menyediakan infrastruktur yang cukup dan berkualitas.
d. Meningkatkan daya saing ekspor daerah.
e. Meningkatkan partisipasi swasta melalui kemitraan antara pemerintah, masyarakat
dan swasta (public-private partnership).
f. Meningkatkan pelayanan dan penyediaan fasilitas ekonomi yang yang ramah
lingkungan.
g. Memfasilitasi pengembangan koperasi di berbagai bidang dan lokasi usaha.
h. Membangun promosi bersama (joint marketing) dalam memasarkan potensi daerah
dengan melalui kerjasama pemerintah dengan pemerintah, dan pemerintah dengan
swasta serta masyarakat.
3.3.3 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN
Misi yang akan dilakukan untuk mewujudkan visi pembangunan, selanjutnya akan
dirumuskan tujuan dan sasaran pembangunan daerah Kota Balikpapan Tahun 2011 2016
sebagai berikut.
Tabel 5 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Balikpapan Tahun 2011-2016
TUJUAN
Mewujudkan iklim investasi yang
kondusif

Meningkatkan investasi berbasis


keunggulan daerah

Menciptakan dan memperluas


lapangan kerja
Meningkatkan Sumber-sumber
pendapatan daerah dan pembiayaan
daerah

Menyediakan prasarana dan sarana


perhubungan yang nyaman, aman,
efisien dan ramah lingkungan

Sistem Wilayah

SASARAN
Meningkatnya efektivitas pelaksanaan kebijakan dan
ketentuan yang berkaitan dengan investasi
Meningkatnya pelayanan administrasi dan perizinan
investasi
Meningkatnya cakupan layanan persediaan daya listrik
kepada masyarakat
Meningkatnya investasi dan produk sektor unggulan
daerah
Berkembangnya kawasan industri dan perdagangan yang
berwawasan lingkungan
Meningkatnya lapangan usaha dan lapangan kerja
Meningkatnya kesempatan dan penyerapan tenaga kerja
Meningkatnya sumber sumber pendapatan daerah
Meningkatnya Sumber Pembiayaan Daerah dari Pihak
ketiga
Meningkatnya peran BUMD dalam meningkatkan
pendapatan daerah
. Meningkatnya pembangunan, peningkatan dan
pemeliharaan jalan dan jembatan serta prasarana
transportasi kota

Page 20

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan


TUJUAN

Meningkatkan upaya pengendalian


dan penanggulangan banjir dalam
kota
Menyediakan ruang kota yang aman,
nyaman, produktif dan
berkelanjutan

SASARAN
Manajemen dan fasilitas perlengkapan jalan
Terwujudnya Sarana Angkutan Umum Massal (SAUM)
. Terwujudnya Rencana Induk Transportasi (RIT) yang
menunjang pemerintah kota dalam membangun sarana
transportasi secara global
Mengurangi titik/lokasi banjir, luas wilayah banjir dan
lama waktu genangan
Tersedianya struktur dan pola ruang yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan
Tersedianya tata ruang pesisir, dan pulau-pulau kecil
Terkendalinya pemanfaatan ruang

3.4 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN POTENSIAL


Dalam konsep pengembangan wilayah suatu daerah, tidak bisa dipisahkan dengan potensi daerah
itu sendiri. Beberapa kawasan yang akan dibangun dan dikembangkan di Kota Balikpapan adalah
sebagai berikut.

1. Kawasan Industri Kariangau


Prospek pengembangan Kawasan Industri Kariangau (KIK) sangat menjanjikan, mengingat
landasan hukum mengenai kawasan industri ada pada Peraturan Pemerintahan Nomor 24
tahun 2009 pasal 7, yang menyebutkan bahwa perusahaan industri yang akan menjalankan
kegiatannya setelah peraturan ini berlaku, wajib berlokasi di kawasan industri.
Pelabuhan peti kemas akan dikembangkan dengan rencana pembangunan, dermaga peti kemas
sepanjang 650 meter, dermaga terminal multi purpose sepanjang 520 meter lapangan
penumpukan seluas 33,258 m2, dermaga terminal curah sepanjang 260 meter dan pengerukan
alur dan penampahan stockpiling untuk terminal batubara sebanyak 8 (delapan) buah.
Kawasan industri di KIK akan menempati lahan seluas 640,30 hektar yang terbagi dalam
kawasan industri kecil, menengah dan besar. Kawasan penunjang fasilitas umum dan sosial
(perumahan, pendidikan, tempat ibadah, dll) seluas 263,05 hektar. Sementara kawasan
konservasi dan preservasi 687,87 hektar, perumahan 187,95 hektar, kawasan hutan 63,98
hektar, buffer area 186,28 hektar, pelabuhan 64,22 hektar, pergudangan 32,47 hektar dan
power plant area 63, 81 hektar, total seluruh kawasan seluas 2.189,93 hektar. Saat ini
pembangunan KIK terus berlangsung. Untuk akses jalan masuk telah dikerjakan melalui
beberapa tahapan .

Sistem Wilayah

Page 21

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

Gambar 10 Rencana Pengembangan Kawasan Industri Kariangau


Utilitas dan infrastruktur yang direncanakan untuk KIK meliputi :
1. Pasokan listrik dengan kapasitas 350 Megawatt dari PT .PLN dan PT Kariangau Power.
2. Jalur telepon langsung dari PT. Telkom , STO (Sentra Telepon Otomatis ) KIK di bangun dua
jalur.
3. Air bersih di salurkan dari waduk Sungai wain ke reservior KIK dengan kapasitas 35.000 m3/
hari , dengan tekanan air 1-2 bar.
4. Hidaran pemadam kebakaran di tempatkan pada tempat tertentu .
5. Instalasi pengolahan limbah dengan kapasitas yang di rencanakan sebesar 18.000m3/ hari.
6. Perlindungan terhadap petir menggunakan sisterm eletronik.
7. Gas alam di pasok PT. Perusahaan Gas Negara (PGN).
8. Askes jalan dalam kawasan terdiri dari jalan arteri dan jalan sekunder berupa jalan aspal
masing masing dengan 4 (empat ) jalur.
Beberapa jenis industri di rekomendasikan bagi pengembangan KIK di dasarkan pada skala
prioritas potensi usaha di Balikpapan. Penentuan skala prioritas mempertimbangkan kriteria
seperti; aspek kebutuhan (permintaan dan suplai), aspek teknis (ahli teknologi), aspek ekonomi
(finansial) dan aspek perizinan (hukum).
Jenis industri yang di rekomendasikan beroperasi di KIK di utamakan untuk industri hilir,
sehingga dapat langsung di pasarkan ke luar wilayah, seperti ; industri pengolahan karet,
pengolahan sawit, pengolahan kakaodan kopi, pengolahan pakan ikan dan ayam, briket batu
bara, pengolahan minyak dan gas, serta industri bahan makanan dan minuman. KIK akan di
kembangkan menjadi kawasan perkotaan berbasis kegiatan industri .pengelolahan KIK di
lakukan oleh PT Kawasan Industri Kariangau, sebuah perusahaan milik Pemerintah Kota

Sistem Wilayah

Page 22

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan


Balikpapan. Namun peluang sebagai pengembangan atau pengelola KIK juga di tawarkan
dengan tetap bekerja sama dengan Pemerintah Kota Balikpapan.

2. Kawasan Jalan Pesisir Pantai (Coastal Road)

Gambar 11 Proyeksi Pengembangan Moda Transportasi Coastal Road


Pada tahun 2012, pemerintah telah membentuk badan Percepatan Pembangunan dan
Pengelolaan Coastal Road. Kawasan sepanjang jalan Jendral Sudirman ini di prediksi akan
menjadi kawasan bisnis yang paling menjanjikan dalam lima tahun ke depan. Balikpapan tengah
bersiap menjadi waterfont city pertama di Kalimantan. Pemerintah Balikpapan menawarkan
proyek reklamasi pantai sepanjang area kelandasan. Investasi yang di tawarkan kepada calon
investor adalah sebagai pengembangan, sekaligus pengelola coastal road .
Lokasi yang di kembangkan berada di tepi pantai sepanjang jalan jendral sudirman, dari
pelabuhan semayang hingga mendekati bandara sepinggan, atau sepanjang 7,5 km, kearah
pantai sejauh 500 meter dari surut air laut terendah dengan luas sekitar 468 ha.
Pengembangan moda transportasi diproyeksikan di kawasan landai, terutama di pesisir pantai.
Saat ini Balikpapan tengah membangun coastal road dari Pelabuhan Semayang hingga Bandara
Sepinggan sepanjang 8,5 km. Coastal road ini juga dilengkapi dengan moda transportasi trem
yang hemat energi.
Kawasan pesisir pantai ini mempunyai potensi dengan konsep waterfront , yakni ;
1. Mengembangkan pulau pulau buatan bertemakan water theme park dan delta sungai
kelandasan besar sebagai Club House.
2. Oreintasi bangunan dan view kawasan di tepian ke arah laut.
3. Penyediaan ruang dan kegiatan yang di manfaatkan potensi dan daya tarik lautan , seperti
sea food center , dermaga kapal wisata.
4. Sebagai downtown , di mana kawasan ini dilengkapi dengan fungsi baru, yang mendukung
seperti , shooping mall, hotel, retail modern, apartement dan civic center.

Sistem Wilayah

Page 23

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

Gambar 12 Pembangunan Kawasan Coastal Road Balikpapan

3. Kawasan Wisata Pantai Manggar


Kawasan wisata yang paling terkenal di Balikpapan ini berada di kelurahan manggar dan
Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur. Pantai manggar memiliki karateristik yang berbeda
dengan pantai pantai di pulau jawa atau bali. Perbedaaan manggar paling mencolok
adalah keberadaaan pohon cemara di sepanjang pesisir. Pantai manggar memilki luas
kawasan 13.000 m, berada di jalur selat makasaar. Pengunjung bisa bersantai di pantai
ini setiap hari mulai pukul 06.00- 18 .00 WITA. Manggar tidak hanya di kunjungi warga di
kota ini, tetapi juga masyarakat dari kabupaten dan kota kota sekitar. Data Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Dinas pariwisata pantai manggar mencatat jumlah
kunjungan rata rata 3.000 hingga 5.000 orang tiap pekan. Investasi yang di tawarkan di
pantai manggar adalah sebagai objek wisata ini, bekerja sama dengan Pemerintah Kota
Balikpapan.
Sebagai atraksi bisnis pada sumber daya pantai , kawasan Pantai manggar memiliki
potensi sebagai berikut;
1. Lebar Pantai
Manggar memiliki lebar sekitar 50 meter saat surut . Hal ini merupakan salah satu
daya tarik yang unik dan jarang di miliki pantai indonesia. Lebar pantai dapat di
manfaat kan sebagai zona aktivitas berbasis outdoor recreation dengan karakteristik
active expresive active.
2.

Komposisi Pantai
Pantai ini memiliki pesisir yang halus dengan warna putih kecoklatan coklatan dan
ombak sedang, sehingga berpotensi sebagai kegiatan wisata air.

Sistem Wilayah

Page 24

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

3.

Karateristik Pantai
Pantai manggar ideal di kembangkan sebagai kawasan wisata . Hal ini karena luas
wilayah belakang pantai dengan kontur landai. Kondisi ini berpotensi dilakukan
pengembangansarana dan prasarana wisata.

4.

Sarana
Jaringan listrik dan air bersih telah tersedia di pantai manggar. Tetapi dalam upaya
mendapatkan segmen pasar dengan kualifkasi yang lebih tinggi.

5 . Aksesbilitas
Secara umum, akses jalan menuju pantai Manggar cukup baik. Kawasan wisata ini
bisa dijangkau dengan alat tranportasi apapun. Jalan ke pusat kota juga relatif dekat
dan terpaut 9 kilometer dari Bandara Sepinggan.

Sistem Wilayah

Page 25

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Letak dan kondisi geografis Kota Balikpapan yang sangat strategis adalah salah satu daya
tarik minat investor untuk menanam modal, posisi strategis tersebut antara lain adalah:
Terletak ditengah jaringan transportasi Trans Kalimantan dan Trans Nasional
Pintu gerbang utama wilayah Kalimantan Timur dengan adanya Pelabuhan Laut
Semayang dan Bandara Internasional Sepinggan dan ALKI II (Alur Laut Kepulauan
Indonesia)
Tempat kedudukan Kodam VI/Mulawarman, POLDA Kaltim dan beberapa Kantor Pusat
BUMN Wilayah Kalimantan
Sebagai Kota MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) ke sepuluh di
Indonesia
Pusat Industri pengilangan minyak untuk Kawasan Timur Indonesia
Basis dari beberapa perusahaan asing yang bergerak dibidang pengeboran minyak dan
gas bumi.
Kebijakan Umum Pengembangan Perekonomian Daerah diarahkan kepada penguatan
struktur ekonomi Balikpapan pada masa yang akan datang agar tidak lagi tergantung pada
industri Migas dan memecahkan masalah pengangguran melalui penciptaan lapangan kerja.
Upaya pencapaian pengembangan wilayah dan ekonomi di Kota Balikpapan sangat terkait
dengan penyediaan infrastruktur kota Balikpapan yang dilakukan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan prasarana dasar bagi warga masyarakat seperti prasarana jalan, sarana
pemukiman, air bersih, kebersihan kota, dan drainase kota. Oleh karena itu upaya
pengembangan infrastruktur perkotaan dan kualitas lingkungan hidup perlu terus dilakukan
seiring dengan perkembangan kota dan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan
infrastruktur dan kualitas lingkungan hidup yang baik.
Model transportasi di Kota Balikpapan meliputi transportasi darat, laut dan udara.
Transportasi darat untuk melayani kebutuhan masyarakat yang menghubungkan pusat kota
dengan seluruh wilayah Balikpapan, yang meliputi angkutan dalam kota dan antar kota di
wilayah sekitar Balikpapan. Alat angkutan laut untuk melayani penyeberangan yang
menghubungkan Kota Balikpapan dengan Kota dan Kabupaten lain.
Ruang wilayah Kota Balikpapan selain memiliki potensi juga memiliki keterbatasan. Oleh
karena itu di dalam memanfaatkan ruang baik untuk kegiatan pembangunan maupun untuk
kegiatan lain perlu dilaksanakan secara bijaksana, dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan azas terpadu, tertib, serasi, seimbang dan lestari. Dengan demikian
baik ruang sebagai wadah kehidupan dan penghidupan maupun sebagai sumber daya perlu
dilindungi guna mempertahankan kemampuan daya dukung dan daya tampung bagi
kehidupan manusia. Dari analisis dinamika sistem yang dilakukan dari Tahun 2004 sampai
Tahun 2015, dapat disimpulkan bahwa pembangunan infrastruktur dapat menjadi faktor
pendorong pembangunan wilayah dan perekonomian di Kota Balikpapan

Sistem Wilayah

Page 26

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

Agar pemanfaatan dan perlindungan ruang dapat dilaksanakan secara berdaya guna dan
berhasil guna perlu dirumuskan penetapan struktur dan pola ruang wilayah, kebijaksanaan,
strategi pengembangan dan pengelolaannya di dalam suatu Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Balikpapan yang merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
dan Rencana Tata Ruang Provinsi Kalimantan Timur dengan kepastian hukum berupa
Peraturan Daerah Kota Balikpapan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan.
4.2 SARAN
Perkembangan infrastruktur dan ekonomi yang meningkat memang sangat dibutuhkan oleh
Kota Balikpapan saat ini untuk mendorong pendapatan masyarakat. Namun, pembangunan
infrastruktur yang baik akan memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi akan berdampak
merata dan dirasakan oleh seluruh masyarakat Kota Balikpapan.
Secara umum kondisi perhubungan Kota Balikpapan saat ini mulai menghadapi masalah
serius dan semakin menjadi ancaman besar di masa datang bila tidak dilakukan terobosan
penting. Terlebih lagi dengan perkembangan kota dan pertumbuhan kendaraan yang sangat
tinggi. Sehingga dapat diambil solusi dengan sistem angkutan umum massal.
Strategi yang diperlukan untuk dapat lebih mengembangkan wilayah Kota Balikpapan,
antara lain dengan pembangunan dan perbaikan pemeliharaan sarana prasarana
infrastruktur publik (sebagai contoh proyek perbaikan Bandara Sultan Aji Muhammad
Sulaiman Sepinggan yang saat ini menjadi bandara internasional terbaik di Indonesia dank e16 terbaik di dunia, serta paling hemat energi dan ramah lingkungan), jalan tol, jalan
nasional dan pengembangan pelabuhan untuk industri di Kawasan Kariangau.
Beberapa infrastruktur yang juga dibutuhkan dan perlu direncanakan untuk dibangun di
Kota Balikpapan antara lain pembangunan Stadion Balikpapan, pembangunan Jembatan
Teluk Balikpapan, pembangunan segmen 2 coastal road, pembangunan jaringan pipa PDAM,
dan penyediaan listrik, bermanfaat juga sebagai pemasukan bagi Pemerintah Kota
Balikpapan.

Sistem Wilayah

Page 27

Studi Kasus Pengembangan Wilayah Kota Balikpapan

DAFTAR PUSTAKA
RTRW Kota Balikpapan 2012-2032
Peraturan Walikota Balikpapan Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Rencana Kerja Pembangunan
Daerah Kota Balikpapan Tahun 2015
http://www.balikpapan.go.id/ Profil dan Sejarah Kota Balikpapan, waktu akses tanggal 22
November 2015
www.kompasiana.com Balikpapan: Dari Hutan ke Kota Paling Dicintai di Dunia. waktu
akses tanggal 18 November 2015
www.investasi.balikpapan.go.id Profil Investasi, waktu akses 5 Desember 2015

Sistem Wilayah

Page 28

Anda mungkin juga menyukai