Tanpa
terasa,
pelaksanaan
program
Kependudukan
Keluarga
Berencana
dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK) di Kulonprogo telah memasuki usia 45 tahun sejak awal
dimulainya program pada tahun 1970.. Sebuah rentang waktu yang cukup panjang untuk
mencapai kedewasaan dalam penanganan program yang belakangan banyak melibatkan peran
aktif masyarakat dalam pengelolaannya.
Hingga saat ini, program KKBPK di Kulonprogo didukung oleh 5.560
Institusi
Masyarakat Pedesaan (IMP) yang terdiri dari Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) di tingkat
desa 88 orang, Sub PPKBD di tingkat dusun 935 orang, dan Kelompok KB-KS di tingkat RT
4.537 orang. Ini belum termasuk dukungan dari ribuan tokoh formal/informal, pemuda dan alim
ulama serta kelompok kegiatan maupun organisasi profesi. Hingga akhir Juli 2015, tingkat
kesertaan KB Kulonprogo mencapai 78,70 persen dari total Pasangan Usia Subur (PUS) yang
berjumlah 67.854 PUS. Sementara itu jumlah kelompok Bina Keluarga Sejahtera (BKS) yang
terdiri dari Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga
Lansia (BKL) sebanyak 572 kelompok yang beranggotakan 21.770 keluarga serta kelompok
Usaha Peningkatan Pedapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) sebanyak 913 kelompok dengan
jumlah anggota 16.901 keluarga.
Khusus untuk kelompok UPPKS,
Pasar Kulonprogo tidak kurang dari 43 milyar dengan dana outstanding sekitar Rp 5,3 milyar. Ini
belum termasuk modal dari BKKBN DIY, Koperasi AKU, Dinas Nakertrans DIY, dan dana
hibah lainnya yang mencapai tidak kurang dari Rp 400 juta rupiah.
Berbicara tentang keberhasilan program KKBPK di Kulonprogo, akan lebih dapat kita
rasakan bila sudah menyentuh pada substansi program. Dapat dijadikan contoh, sekarang ini
upaya Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) di Kulonprogo sudah mencapai kesuksesan yang
spektakuler. Sebab, merujuk data dari Kantor Kemenag Kulonprogo dapat diketahui bahwa ratarata usia menikah perempuan di Kulonprogo sepanjang tahun 2014 sudah mencapai usia 22
tahun, sedangkan yang laki-laki 27 tahun. Sementara itu upaya peningkatan peran pria dalam
ber-KB sebagai bagian dari upaya mewujudkan KB Kulonprogo yang berperspektif gender, juga
tidak mengecewakan. Dengan kepeloporan Rama Bima, Pandawa, Sari Mulya,
sebagai
kelompok KB Pria di Kulonprogo yang pernah meraih predikat terbaik di tingkat DIY maupun
Nasional, yang dibantu oleh para motivator KB pria di antaranya Iptu Heru Mei Yanto, A.Mk,
S.Pd, M.Si, partisipasi KB pria melalui penggunaan metode kontrasepsi Medis Operatif Pria
(MOP) terus mengalami peningkatan secara signifikan. Apalagi setelah Kulonprogo memberikan
reward kambing. Beberapa tahun terakhir, rata-rata capaian KB pria di Kulonprogo tidak kurang
dari 80 akseptor, sementara sebelumnya hanya dalam kisaran antara 10 20 akseptor.
Ini semua tentu bukan dari hasil kerja instan, tetapi merupakan perjuangan panjang yang
dipelopori oleh para tokoh KB Kulonprogo di awal program seperti Bapak R. Adi Waluyo,
Kahono, dan Sudiharjo, BA yang tidak pernah mengenal kata menyerah demi suksesnya program
KKBPK. Semangat perjuangan mereka tetap membakar hati para Penyuluh KB dan kader IMP,
sehingga keberhasilan program tetap dapat dibanggakan. Hingga tahun 2015, paling tidak sudah
ada 20 negara yang tergabung dalam International Training Programme (ITP) pernah
berkunjung ke Kulonprogo untuk belajar tentang program KKBPK. Sebut saja di antaranya,
China, Vietnam, philipina, Malaysia, Ghana, Zaire, India, Pakistan, Ethiopia, Mesir, Thailand,
Bangladesh, Bhutan, Nepal dan Burma. Ini belum termasuk negara-negara maju seperti Jepang,
Korea, dan lain-lain yang berkunjung ke Kulonprogo dalam kapasitasnya sebagai
pengkaji/peneliti tentang bagaimana pengelolaan dan manajemen operasional program KKBPK
di Kulonprogo.
Sejak memasuki era otonomi daerah yang ditandai dengan meleburnya BKKBN
Kulonprogo dalam wadah Dinas Dukcapilkabermas pada tahun 2004 lalu, program KKBPK
telah mendapat perhatian yang selayaknya. Bahkan mulai tahun 2008, sejak terbitnya Perda No 4
Tahun 2008 di mana program KKBPK diampu oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat
Pemerintahan Desa Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPDPKB), perhatian ini telah
meningkat cukup signifikan seiring dengan semakin meningkatkan anggaran yang dialokasikan
untuk mendukung program KKBPK. Perhatian ini menjadi lebih meningkat lagi setelah
pemberlakuan Perda No 16 Tahun 2012 di mana program KKBPK diampu oleh Bidang KB-KS
BPMPDPKB yang terdiri dari 4 (empat) Sub Bidang yakni Sub Bid Advokasi Konseling dan
Pembinaan KB dan KR, Sub Bid Pelayanan KB dan Kelembagaan KB, Sub Bid Pembinaan
Ketahanan Keluarga dan Sub Bid Pemberdayaan Ekonomi Keluarga.
Visi Kabupaten Kulonprogo yang tertuang dalam RPJMD 2011 2016 yakni
Terwujudnya Kabupaten Kulon Progo yang sehat, mandiri, berprestasi, adil, aman dan sejahtera
berdasarkan iman dan taqwa secara implisit telah menegaskan pentingnya KKBPK dalam
membangun Kulonprogo dimasa depan.
sumberdaya manusia berkualitas tinggi dan berakhlak mulia melalui peningkatan kemandirian,
kompetensi, ketrampilan, etos kerja, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan kualitas
keagamaan
salah satu kebijakan yang diambil adalah meningkatkan pelayanan KB, yang
artinya program KKBPK telah mendapat perhatian yang cukup dalam rangka mewujudkan SDM
berkualitas.
Sekarang ini, program KKBPK di Kulonprogo telah memantapkan diri menuju era
pemberdayaan keluarga. Pemberdayaan ini mencakup aspek yang sangat luas, karena tidak hanya
bertumpu pada hal-hal yang bersifat fisik, tetapi juga hal-hal yang bersifat psikis. seiring dengan
pemberlakuan visi baru program KB Keluarga Berkualitas 2015 dan misi Mewujudkan
Pembangunan Berwawasan Kependudukan dan Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera, upaya pemberdayaan keluarga di Kulonprogo agar dapat melaksanakan fungsinya
secara optimal, makin diintensifkan dan ditangani secara secara lebih terpadu. Ambil saja contoh,
dalam pemberdayaan ekonomi keluarga misalnya, kelompok UPPKS
mendapat dukungan
permodalan dari Bank Pasar Kulonprogo, dukungan peningkatan kualitas produk dari Dinas
Perindag ESDM dan Dinas Kesehatan, serta dukungan pemasaran dari pengusaha lokal dan
instansi terkait. Ini belum termasuk dukungan manajemen dari Penyuluh KB dan BPC AKU
Kulonprogo yang telah dengan gigih terus melakukan pembinaan terhadap kelompok UPPKS di
Kulonprogo, sehingga para anggotanya aktif mengembangkan wirausaha. Saat ini paling tidak
ada 75 % anggota kelompok UPPKS yang berusaha diluar usaha kelompok UPPKS itu sendiri,
yang berarti kondisinya meningkat jauh dibanding tahun 2005 lalu yang baru mencapai 63,47%.
Kemudian dalam peningkatan ketahanan keluarga, kelompok BKS khususnya BKB telah dicoba
untuk dipadukan dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang dikelola oleh Dinas
Pendidikan dan Posyandu yang dikelola oleh Dinas Kesehatan, dan ternyata telah berhasil
dengan sukses. BKR juga telah dipadukan dengan pembinaan generasi muda melalui Saka
Kencana serta dengan penyusunan materi pembinaan bersama dalam bentuk Buku Pengasuhan
dan Pembinaan Anak Remaja yang melibatkan TP PKK Kabupaten Kulonprogo, Dinas
perekonomian
dan
kesejahteraan
masyarakat
yang
berimbas
pada
kesejahteraan, kemanjuan dan kemandirian keluarga. Ini patut didukung bersama, karena dari
keluargalah kita bertumpu dan dari keluargalah kita dapat berharap di masa depan akan
terbangun masyarakat Kulonprogo yang sejahtera dan mandiri, berdaya saing, berwawasan
lingkungan dan budaya sebagaimana termaktub dalam visi jangka panjang Kabupaten
Kulonprogo.
Memang jalan ke arah yang dicita-citakan masih panjang. terlebih hingga saat ini
Kulonprogo masih memiliki tidak kurang dari 23.845 KK atau 16,74 persen dari total keluarga
142.410 KK yang termasuk dalam kategori miskin
kemiskinannya. Ini sebuah tantangan yang perlu disikapi secara bijak oleh segenap aparat
Pemkab Kulonprogo dengan membangun semangat, kerjasama dan keterpaduan untuk dapat
benar-benar mewujudkan cita-cita besar Kulonprogo dalam kehidupan nyata, bukan sekedar
fatamorgana. Semoga.
Drs. Mardiya, Ka Sub Bid Advokasi Konseling dan
Pembinaan KB dan Kesehatan Reproduksi
BPMPDPKB Kabupaten Kulonprogo.