Anda di halaman 1dari 18

Pendid

ikan
Agama
Islam

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

OLVY NADHILA
KELAS :

KA -101

T. A. 2013-2014

AlQura
n

Pengertian Al - Qur'an Secara Bahasa Dan Istilah


Etimologi ( Bahasa )
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Quran berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau
"sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Quran adalah bentuk kata benda (masdar)
dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai
pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang
artinya:
Sesungguhnya mengumpulkan Al-Quran (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya
(pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya,
hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya.(75:17-75:18)
Terminologi ( Istilah )
Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk
ibadah.
Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan
ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta
membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan
ditutup dengan surat An-Nas"

FUNGSI DAN KEDUDUKAN AL-QURAN


Al-Quran diturunkan sebagai :
1. Kitab Berita dan khabar
Sebagai kitab berita dan khabar Al-Quran banyak berbicara tentang orang-orang terdahulu,
baik yang shalih maupun yang thalih. Al-Quran berbicara tentang perjuangan para Nabi dan
pertolongan Allah atas mereka, agar umat ini mau mengikuti perjuangan mereka. Dan juga
menceritakan tentang orang-orang durhaka dan akibat buruk dari kedurhakan mereka.
Al-quran bercerita tentang firaun dan akibat kekufurannya yaitu di binasakan dan di
tenggelamkan di laut merah beserta bala tentaranya. Al-Quran juga bercerita tentang Qarun

dan Kebakhilannya hingga Allah tenggelamkan diri dan hartanya kedalam bumi, dan masih
banyak contoh lainnya.
2. Kitab Hukum dan Perundang-undangan
Sebagai pedoman hidup manusia, Al-Quran, memuat hukum-hukum dan undang-undang
untuk di taati.
Baik hukum amaliah seperti :
a. Hukum Ibadah
yaitu hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan Rabbnya (hablum minallah,
baik ibadah mahdhoh (ibadah yang disyariatkan dan telah ditetapkan tata caranya oleh Nabi
seperti shalat, puasa, haji, dll.) maupun ibadah ghoiru mahdhoh (ibadah secara umum).
b. Hukum Muamalat
yaitu hukum dan perundang-undangan yang mengatur hubungan antara manusia denngan
manusia lainnya (hablum minannas), Hukum mualamat terbagi kepada :
1. Hukum Ahwal Syaksiyah
Yaitu hukum yang sangat terkait erat dengan pribadi setiap individu muslim sejak di lahirkan
hingga wafatnya, seperti nikah, thalaq dll.
2. Hukum Muamalah madaniyah
Yaitu hukum-hukum jual beli, sewa menyewa dll.
3. Hukum acara
4. Hukum Internasional
5. Hukum Ekonomi/keuangan negara
c. Hukum Hudud & Jinayah (pidana)
Yaitu hukum yang di syariatkan dalam rangka menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan
kehormatan.
3. Kitab Jihad

Secara bahasa jihad artinya bersungguh-sungguh. Sedangkan dalam pengertian syariat Islam
jihad adalah bersungguh-sungguh dalam menegakan kalimat-kalimat Allah dan
menghilangkan fitnah terhadap kaummuslimin. Jihad adalah puncak amal islami seorang
muslim, setiap muslim memiliki kewajiban untuk berjihad.
Said Hawa dalam bukunya Al-Islam, mengklasifikasi jihad menjadi beberapa macam, yaitu :
1. Jihad Nafsi /jihad Qital (perang)
Jihad nafsi (jiwa) atau jihad qital (perang) adalah bersungguh-sungguh dalam menegakan
kalimat Allah di muka bumi dengan pertaruhan nyawa. Jihad jenis inilah yang nilai pahalanya
paling tinggi disisi Allah, karena siapapun yang gugur akan mendapat gelar syahid, gelarnya
para penghuni syurga tertinggi. Syahid pula yang menjadi cita-cita tertinggi kaum muslimin
dalam berjihad. Para syuhada adalah mereka yang tetap hidup walau jasadnya sudah
berkalang tanah.
2. Jihad Lisani
Yaitu menegakan agama Allah dengan nasehat-nasehat yang baik. Rasulullah SAW. bersabda

Artinya Agama itu adalah nasihat
3. Jihad Maal
Yaitu berjihad dengan cara menginfaqan harta demi kemenangan jihad. Hal ini pernah di
lakukan oleh para sahabat mulia, Abu Bakar, Utsman, Abdur Rahman bin Auf, yang
menginfakkan begitu banyak hartanya untuk memenangkan jihad (perang) di jalan Allah.
4. Jihad dengan kekuasaan
Jihad dengan kekuasaan/kekuatan sangat mungkin di lakukan oleh mereka yang memiliki
otoritas/kekuasaan dalam msyarakat. Seorang ayah wajib berjihad untuk mengislamikan
keluarganya, karena ia adalah pemimpin di keluarga. Dan seorang presiden harusnya
bertanggung jawa terhadap baik-buruk rakyatnya.
Rasulullah SAW. bersabda : Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan
dimintai pertanggung jawabannya.
5. Jihad siyasi (politik)

Jihad siyasi adalah jihad yang mungkin dilakukan oleh para anggota dewan baik DPRD
maupaun DPR. Jihad yang mereka lakukan adalah membuat undang-undang yang sejalan
dengan hukum Allah SWT. Undang-undang yang memudahkan umat Islam melakukan
kegiatan-kegiatan keislaman tanpa adanya rasa takut karena intimidasi, terror dan lainnya.
6. Jihad Tarbawi (pendidikan)
Jihad tarbawi adalah jihad yang diakukan dengan pendidikan dan dawah islam.
4. Kitab Tarbiyah
Tarbiyah artinya pendidikan, dan manusia adalah makhluk paedogogis yaitu makhluk yang
bisa dididik dan bisa mendidik. Dan pendidikan yang benar adalah pendidikan yang
dijalankan Rasulullah yang berpedoman pada Al-Quran.
5. Kitab pedoman hidup
Sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada manusia diturunkalah Al-Quran sebagai pedoman
dan peta untuk perjalanan hidupnya di dunia, jika ia mengikuti petunjuk-petunjuk Al-Quran
maka ia tak akan pernah tersesat seperti sabda Nabi Muhammad SAW :
6. Kitab Ilmu Pengetahuan
Begitu banyak ayat Al-Qur;an yang berbicara tentang ilmu pengetahuan. Bahkan wahyu
pertama yang turun di Gua Hiro pada tahun 610 M adalah ayat ilmu pengetahuan, di awali
dengan kata kerja perintah
Bacalahdan membaca adalah kunci ilmu. Dalam ayatayat yang lain Allah menjelaskan tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan modern yang baru
dapat dibuktikan oleh manusia 1 milenium (1000 tahun) berikutnya.

Adab dan Keutamaan Membaca Al-Quran


SALAH satu kegiatan utama berkaitan dengan Al Quran tentu adalah membacanya. Semua
ibadah berkaitan dengan Al Quran dijanjikan dengan pahala yang besar, termasuk dalam hal
membacanya. Namun, sebagaimana ibadah-ibadah lainnya, untuk lebih mencapai dan
memperoleh manfaat dari membaca Al Quran tersebut, Islam telah mengatur adab-adab dan
etika ketika seorang muslim membaca Al Quran.
Pertama Dianjurkan dan disunahkan dalam membaca Al-Quran dalam kondisi yang
sempurna: Bersih, Menghadap Qiblat, serta senantiasa menjagan Waktu terbaik untuk
membaca Al-Quran seperti Malam hari, bada Maghrib, dan bada Shubuh sebagaimana
firman Allah


Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di
waktu itu lebih berkesan. (Al-Muzammil:6)
dan juga


Sesungguhnya membaca Al-Quran di waktu Fajar disaksikan (oleh Malaikat), (Al-Isra:78)
Dan membaca Al-Quran dalam kondisi berdiri, duduk, berbaring, berjalan bahkan ketika
berkendaraan, sebagaimana firman-Nya:


(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring, (Ali Imran: 191).
Kedua Maka disunnahkan memperbanyak bacaan baik ketika pagi, siang, sore dan malam
sebagaimana hadits Rasulullah Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua
orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan
dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan
mengajarkannya kepada orang lain. (HR. Muslim).
Kedua Membaca Al-Quran adalah sebaik-baik dzikir. Dalam sebuah hadits qudsi
diriwayatkan, Allah SWT telah berfirman, Barangsiapa yang disibukkan dengan Al Quran
dan berdzikir kepada-Ku, hingga tidak sempat meminta kepada-Ku, maka aku akan
memberikan apa yang terbaik yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan
keutamaan firman Allah atas perkataan makhluk-Nya adalah seperti keutamaan Allah atas
semua makhluknya. (HR. Turmudzi)
Ketiga Membaca Al-Quran dengan tartil lebih diutamakan dari pada membaca dengan
terburu-buru sehingga seluruh huruf-hurufnya jelas dan lebih menyentuh ke dalam hati.


Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. (Al Muzzammil:4)
Keempat Memperindah bacaan sebagaimana sabda Rasulullah saw, Hiasilah Al Quran itu
dengan suaramu. (HR. Muslim)

Dalam riwayat lainnya disebutkan Sesungguhnya suara yang baik itu menambah Al Quran
menjadi baik. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasai)

Membaca Al-Quran Dengan Tajwid


Dalam membaca Al-Quran agar dapat mempelajari, membaca dan memahami isi dan makna
dari tiap ayat Al-Quran yang kita baca, tentunya kita perlu mengenal, mempelajari ilmu
tajwid yakni tanda-tanda baca dalam tiap huruf ayat Al-Quran. Guna tajwid ialah sebagai alat
untuk mempermudah, mengetahui panjang pendek, melafazkan dan hukum dalam membaca
Al-Quran.
Tajwd ( )secara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan indah
atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata Jawwada (--
--

)dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari
tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu
ilmu yang mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan huruf-huruf yang
terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya.
Dalam ilmu tajwid dikenal beberapa istilah yang harus diperhatikan dan diketahui
dalam pembacaan Al-Quran, diantaranya :
a. Makharijul huruf, yakni tempat keluar masuknya huruf
b. Shifatul huruf, yakni cara melafalkan atau mengucapkan huruf
c. Ahkamul huruf, yakni hubungan antara huruf
d. Ahkamul maddi wal qasr, yakni panjang dan pendeknya dalam melafazkan ucapan dalam
tiap ayat Al-Quran
e. Ahkamul waqaf wal ibtida, yakni mengetahui huruf yang harus mulai dibaca dan berhenti
pada bacaan bila ada tanda huruf tajwid

f. dan Al-Khat dan Al-Utsmani


Arti lainnya dari ilmu tajwid adalah melafazkan, membunyikan dan menyampaikan dengan
sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan dalam ayat Al-Quran. Menurut para
Ulama besar menyatakan bahwa hukum bagi seseorang yang mempelajari tajwid adalah
Fardhu Kifayah, yakni dengan mengamalkan ilmu tajwd ketika memabaca Al-Quran dan
Fardhu Ain atau wajib hukumnya baik laki-laki atau perempuan yang muallaf atau
seseorang yang baru masuk dan mempelajari Islam dan KitabNya.
Mengenal, mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid berserta pemahaman akan ilmu tajwid
itu sendiri merupakan hukum wajib suatu ilmu yang harus dipelajari, untuk menghindari
kesalahan dalam membaca ayat suci Al-Quran dan melafazkannya dengan baik dan benar
sehingga tiap ayat-ayat yang dilantunkan terdengar indah dan sempurna.
Berikut ini ada dalil atau pernyataan shahih dari Allah SWT yang mewajibkan setiap
HambaNya untuk membaca Al-Quran dengan memahami tajwid, diantaranya :
1. Dalil pertama di ambil dari Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam ayatNya yang artinya
Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)[QS:Al-Muzzammil (73): 4].
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk
membaca Al-Quran yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah
pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).
2. Dalil kedua diambil dari As-Sunnah ( Hadist ) yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah r.a.
(istri Nabi Muhammad SAW), ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan Al-Quran dan
sholat Rasulullah SAW, maka beliau menjawab: Ketahuilah bahwa Baginda S.A.W. Sholat
kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda
kembali sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang
lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia
(Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah S.A.W. dengan menunjukkan (satu)
bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu. (Hadits 2847 Jamik AtTirmizi).
3. Dalil ketiga diambil dari Ijma atau pendapat para ulama besar Islam. Yakni kesepakatan
para ulama yang dilihat dari zaman Rasulullah SAW hingga sampai saat ini, yang
menyatakan bahwa membaca Al-Quran dengan ber-Tajwid merupakan hukum atau sesuatu
yang fardhu dan wajib.
Hukum-hukum dalam tajwid beserta komponen ilmu tajwid yang harus dikenal
dipelajari, dipahami serta diamalkan dalam membaca Al-Quran, antara lain :

1. Hukum Taawuz dan Basmalah


Istiazah atau taawuz adalah melafazkan atau membunyikannya : Auzubillahi minasy
syaitaanir rajiim ()
cara melafazkan basmalah adalah bunyinya:
Bismillahir rahmaanir rahiim () .
Terdapat 4 cara membaca iatiazah, basmalah dan surat :
a. memutuskan istiazah (berhenti) kemudian baru membaca basmalah,
b. menyambungkan basmalah dengan surah tanpa berhenti,
c. membaca istiazah dan basmalah terus-menerus tanpa henti,
d. membaca istiazah, basmalah dan awal surat terus-menerus tanpa berhenti.
Terdapat 4 cara membaca basmalah di antara dua surat. Membaca basmalah adalah
tanda awal dimulai suatu bacaan dalam surat Al-Quran. Guna dari membaca basmalah
suatu keharusan dengan tujuan :
a. Basmalah sebagai pemisah dengan surat Al-Quran yang lain
b. Sebagai penghubung dengan awal surat Al-Quran
c. Sebagai penghubung dari kesemua surat Al-Quran
d. Menghubungkan akhir surat dengan basamalah, lalu berhenti. Namun basamalah tidak
selalu menjadi surat awal yang harus terus dibaca untuk melanjutkan surat berikutnya. Walau
bagaimana pun, tidak harus membaca demikian karena dikhawatirkan ada yang
mengganggap basmalah merupakan salah satu ayat daripada surat yang sebelumnya.
Dalam ilmu tajwid juga dikenal ada 9 hukum bacaan yang isinya menjelaskan bagianbagian tanda baca dan cara melafazkannya atau pengucapannya, antara lain :

A. Hukum nun mati dan tanwin, terdiri


dari

:
Contoh : ayat diatas merupakan surat Al-Quran ( QS: Al-Baqarah ayat 145 ), huruf
yang diberi warna (merah : izhar halqi), (hijau : idgham), ( biru : ikhfa haqiqi), ( ungu :
iqlab).

1. Izhar Halqi

Izhar halqi bila bertemu dengan huruf izhar maka cara melafazkan atau mengucapkannya
harus jelas Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf Halqi (tenggorokan) seperti:
alif/hamzah(), ha (), kha (), ain (), ghain (), dan ha (). Izhar Halqi yang artinya
dibaca jelas.
Contoh :



2. Idgham
Hukum bacaan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti: mim (), nun (), wau (), dan ya (
), maka ia harus dibaca lebur dengan dengung.
Contoh:

harus dibaca F amadim mumaddadah.
-





3. Idgham Bilaghunnah
Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti ra ( )dan lam (), maka ia harus
dibaca lebur tanpa dengung.
Contoh:


harus dibaca Mal lam
Pengecualian
Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan keenam huruf idgam tersebut tetapi ditemukan
dalam satu kata, seperti
, - ,
, maka nun mati atau tanwin

, dan



tersebut dibaca jelas.
4. Iqlab
Hukum ini terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba (). Dalam
bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berbah menjadi bunyi mim ().
Contoh:
harus dibaca Layumbaanna
5. Ikhfa haqiqi
Jika nan mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti ta(), tha (), jim (), dal (
-), dzal (), zai (), sin (), syin (), sod (), dhod (), tho (), zho (), fa (),
qof (), dan kaf (), maka ia harus dibaca samar-samar (antara Izhar dan Idgham)



Contoh:




B. Hukum mim mati
Selain hukum nun mati dan tanwin adapula hukum lainnya dalam mempelajari dan membaca
Al-Quran yakni Hukum mim mati, yang disebut hukum mim mati jika bertemu dengan huruf
mim mati ( )yang bertemu dengan huruf-huruf arab tertentu.

Contoh
bacaan diatas diambil dari (QS: Al-Muminun :55-59) yang diberi tanda warna (biru :
ikhfa syafawi), ( merah : idgham mimi), (hijau : izhar syafawi).
Hukum mim mati memiliki 3 jenis, yang diantaranya adalah :
1. Ikhfa Syafawi ()
Apabila mim mati (
) bertemu dengan ba (), maka cara membacanya harus dibunyikan
samar-samar di bibir dan dibaca didengungkan.


( )
Contoh: (


( )





)

2. Idgham Mimi ( -)
Apabila mim mati (
) bertemu dengan mim (), maka cara membacanya adalah seperti
menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi disebut
juga idgham mislain atau mutamasilain.

Contoh : (




( )
)

3. Izhar Syafawi ()
Apabila mim mati (
) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim (
) dan
ba (), maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup.

Contoh: (


( )


)
C. Hukum mim dan nun tasydid
Hukum mim dan nun tasydid juga disebut sebagai wajib al-ghunnah ( ) yang
bermakna bahwa pembaca wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan
bagi kedua-duanya adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun
yang memiliki tanda syadda atau bertasydid (
) .
dan
Contoh:





D. Hukum alif lam marifah
Alif lam marifah adalah dua huruf yang ditambah pada pangkal atau awal dari kata yang
bermakna nama atau isim. Terdapat dua jenis alif lam marifah yaitu qamariah dan syamsiah.
- Alif lam qamariah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah, seperti: alif/hamzah(), ba(
), jim (), ha (), kha (), ain (), ghain (), fa (), qaf (), kaf (), mim (), wau(
), ha ( )dan ya (). Hukum alif lam qamariah diambil dari bahasa arab yaitu al-qamar(
)yang artinya adalah bulan. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini adalah dibacakan
secara jelas tanpa meleburkan bacaannya.
- Alif lam syamsiah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah seperti: ta (), tha (),
dal(-), dzal (), ra (), zai (), sin (), syin (), sod (), dhod (), tho (), zho (),
lam( )dan nun (). Nama asy-syamsiah diambil dari bahasa Arab ( )yang
artinya adalah matahari. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini tidak dibacakan melainkan
dileburkan kepada huruf setelahnya.
E. Hukum idgham
Idgham ( )adalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu
huruf ke dalam huruf yang lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan dengan cara
meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya. Terdapat tiga jenis idgham:

- Idgham mutamathilain ( yang serupa) ialah pertemuan antara dua huruf


yang sama sifat dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukum
.
adalah wajib diidghamkan. Contoh:

- Idgham mutaqaribain ( yang hampir) ialah pertemuan dua huruf yang
sifat dan makhrajnya hampir sama, seperti ba bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha

bertemu dzal. Contoh:


- Idgham mutajanisain ( yang sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf
yang sama makhrajnya tetapi tidak sama sifatnya seperti ta dan tha, lam dan ra serta dzal

dan zha. Contoh:


F. Hukum mad
Mad yang artinya yaitu melanjutkan atau melebihkan. Dari segi istilah Ulama tajwid dan ahli
bacaan, mad bermakna memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu
dari huruf mad. Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad fari. Terdapat tiga huruf
mad yaitu alif, wau, dan ya dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah. Panjang
pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.
G. Hukum ra
Hukum ra adalah hukum bagaimana membunyikan huruf ra dalam bacaan. Terdapat tiga
cara yaitu kasar atau tebal, halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan ditipiskan.
* Bacaan ra harus dikasarkan apabila:
1. Setiap ra yang berharakat atas atau fathah.
Contoh:
2. Setiap ra yang berbaris mati atau berharakat sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas
atau fathah.
Contoh:

3. Ra berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah.


Contoh:


4. Ra berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi ra tadi
berjumpa dengan huruf istila.
Contoh:


* Bacaan ra yang ditipiskan adalah apabila:
1. Setiap ra yang berbaris bawah atau kasrah.

Contoh:

2. Setiap ra yang sebelumnya terdapat mad lain


Contoh:

3. Ra mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak berjumpa
dengan huruf istila.
Contoh:


* Bacaan ra yang harus dikasarkan dan ditipiskan adalah apabila setiap ra yang berbaris
mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf
istila.
Contoh:

Istila () : terdapat tujuh huruf yaitu kha (), sod (), dhad (), tha (), qaf (
), dan zha ().
H. Qalqalah
Qalqalah ( )adalah bacaan pada huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan
berdetik atau memantul. Huruf qalqalah ada lima yaitu qaf (), tha (), ba (), jim (),
dan dal (-). Qalqalah terbagi menjadi dua jenis:
- Qalqalah kecil yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu berbaris mati dan baris
matinya adalah asli karena harakat sukun dan bukan karena waqaf.
Contoh:
,



- Qalqalah besar yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu dimatikan karena waqaf
atau berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila bacaan diwaqafkan tetapi tidak
diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan.
,

Contoh:


I. Waqaf ()
Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid ialah
menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas
dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Terdapat empat jenis waqaf yaitu:
-
( taamm) waqaf sempurna yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu
bacaan yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan,
dan tidak mempengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan
bacaan atau ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya
- ( kaaf) waqaf memadai yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan
secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun ayat tersebut
masih berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya
- ( Hasan) waqaf baik yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa mempengaruhi
makna atau arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya
- ( Qabiih) waqaf buruk yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara
tidak sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus dihindari
karena bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang
lain.
Tanda-tanda waqaf lainnya :
1. Tanda mim ( ) disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat
sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah
kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( ) ,
memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda dengan fungsi dan
maksudnya;
2. tanda tho ( ) adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.
3.tanda jim ( ) adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun
diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.

4. tanda zha ( ) bermaksud lebih baik tidak berhenti


5. tanda sad ( ) disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik
untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna.
Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih
diperbolehkan berhenti pada waqaf sad
6. tanda sad-lam-ya ( ) merupakan singkatan dari Al-washl Awlaa yang bermakna
wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik, maka dari itu meneruskan bacaan tanpa
mewaqafkannya adalah lebih baik;
7. tanda qaf ( ) merupakan singkatan dari Qiila alayhil waqf yang bermakna telah
dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya, maka dari itu lebih baik meneruskan
bacaan walaupun boleh diwaqafkan
8. tanda sad-lam ( ) merupakan singkatan dari Qad yuushalu yang bermakna kadang
kala boleh diwasalkan, maka dari itu lebih baik berhenti walau kadang kala boleh
diwasalkan
9. tanda Qif ( ) bermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda
tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa
berhenti
10. tanda sin ( ) atau tanda Saktah ( ) menandakan berhenti seketika tanpa
mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil
napas baru untuk meneruskan bacaan
11. tanda Waqfah ( ) bermaksud sama seperti waqaf saktah ( ) , namun harus
berhenti lebih lama tanpa mengambil napas
12. tanda Laa ( ) bermaksud Jangan berhenti!. Tanda ini muncul kadang-kala pada
penghujung maupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak
dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh
berhenti atau tidak
13. tanda kaf ( ) merupakan singkatan dari Kadzaalik yang bermakna serupa. Dengan
kata lain, makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf yang sebelumnya muncul
14. tanda bertitik tiga ( ) yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Taanuq
(Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara membacanya

adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama,
tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.
Sebenarnya masih banyak hukum bacaan dan tanda bacaan dalam Al-Quran bila dipelajari
memerlukan waktu pemahaman yang cukup lama agar fasih dan benar dalam membaca,
melafazkan dan pengucapan harakat (panjang-pendeknya suatu bacaan), tajwid lainnya yang
harus dipelajari dan dipahami. Lebih baik lagi apabila mempelajari kitab Iqro (kitab kecil ).

Anda mungkin juga menyukai