FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
Diajukan oleh:
ANTONI SIANTURI
050501046
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the Effect of Investments and
consumption on the absorption of labor on Industrial Sector in North Sumatera. Data
used for this research is time series data from 1982-2006. Independent variables are
Local Investment, Foreign Direct Investment, and Degree of Consumption. The
method used is OLS ( Ordinary Least Square ) by using Econometric Model.
The result shows that Local Investement, Foreign Direct Investment, degree
of consumption have positively effected on the absorbtion of labor. The Local
Investment and Foreign Investment are respectively effect on absorbtion of labor at
= 5%. Mean while, Degree of consumption is significantly at = 1%.
Keywords: Local Investment, Foreign Direct Investment, Degree of Consumption,
and absorbtion of labor
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh investasi dan
konsumsi pada sektor industri di Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data time series (data berkala) dari tahun 1982-2006. Variabel
independennya adalah PMDN, PMA, dan tingkat Konsumsi. Metode yang digunakan
adalah metode Ordinary Least Square (OLS) yaitu dengan model ekonometrika.
Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa PMDN, PMA, dan tingkat
Konsumsi secara bersama mempunyai pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga
kerja. PMDN dan PMA signifikan pada = 5%. Sedangkan tingkat Konsumsi
signifikan pada = 1%.
Kata kunci: PMDN, PMA, Konsumsi, dan Penyerapan Tenaga Kerja.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
KATA PENGANTAR
Dengan penuh kerendahan hati, penulis memanjatkan puji dan syukur bagi
Tuhan Allah Bapa dan anakNya Yesus Krisus serta Roh Kudus yang sangat baik yang
telah melimpahkan berkat kasih-Nya sehingga penulis dimampukan dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana dari Program Strata I Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah:
Pengaruh Investasi dan Konsumsi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada
Sektor Industri di Sumatera Utara.
Skripsi ini saya dedikasikan khusus buat orang tua tercinta (P. Sianturi dan
S. Simbolon). Terima kasih atas doa dan kasih yang kalian yang selalu menyertaiku
dalam perjalanan hidupku.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan perhargaan yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan terutama kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
3. Bapak Drs. Arifin Siregar, MSP sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah
bersedia meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran dan
bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.
4. Bapak Drs. A. Samad Zaino M.Si sebagai Dosen Penguji I yang telah
memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan
skripsi ini.
5. Ibu Ilyda Sudrajat M.Si sebagai Dosen Penguji II
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
11. Buat Abang Ridwan Sianturi, terikasih atas doa dan bantuannya. Buat adikadik saya yang manis Risjen Sianturi, Purnama Sianturi, Wardiman Sianturi,
dan Hendra Sianturi kalian adalah bagian dari cita-cita saya.
12. Buat
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu
sangat diharapkan saran maupun kritikan yang membangun sehingga penulis dapat
memperbaiki kesalahan di lain kesempatan.
Semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2009
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
( Antoni Sianturi )
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ........................................................................................... i
ABSTRAK..............................................................................................
ii
iii
vi
viii
ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................
10
14
14
16
19
22
22
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
22
32
32
34
35
36
41
41
42
42
42
44
49
50
56
65
68
70
72
75
77
85
5.2 Saran.........................................................................................
87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
SURAT PERNYATAAN
DAFTAR TABEL
4.1
51
60
4.6
63
4.7
66
4.8
67
4.10
4.11
73
4.12
75
4.13
78
4.2
4.3
4.4
4.5
4.9
Tabel
Judul
58
59
62
69
71
Halaman
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR GAMBAR
2.1
Investasi Otonom
18
2.2
Investasi Dorongan
19
2.3
4.1
57
Uji F-statistik
79
4.3
84
Gambar
Judul
Halaman
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
Judul
Jumlah PMDN, PMA, Konsumsi dan Jumlah Tenaga Kerja Tahun 19822006
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
BAB I
PENDAHULUAN
ekonomi
yang
ditempuh
oleh
Negara-negara
sedang
produksi dapat ditingkatkan yang kemudian mampu untuk meningkatkan output dan
pada akhirnya juga meningkatkan pendapatan. Iklim investasi mencerminkan
sejumlah faktor yang berkaitan dengan lokasi tertentu yang membentuk kesempatan
dan insentif bagi perusahaan-perusahaan untuk melakukan investasi secara produktif,
menciptakan pekerjaan dan perkembangan. Suatu iklim investasi yang baik akan
meningkatkan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Persaingan juga
memainkan suatu peran kunci dalam memicu inovasi produktifitas serta menjamin
bahwa manfaat dari perbaikan produktifitas akan turut dinikmati oleh para perkerja
dan konsumen.
Melihat pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan melalui suatu
sudut pandang iklim investasi akan memberikan beberapa pandangan sebagai berikut:
sudut pandang ini meletakkan perusahaan sebagai pemain yang menentukan
keputusan investasi dan penggunaan tenaga kerja. Sudut pandang ini melihat bahwa
perusahaan melakukan penilaian terhadap kesempatan investasi dan kebijakan serta
perilaku pemerintah yang terkait sebagai bagian dari suatu paket. Cara pandang
menyoroti sifat dari aktifitas investasi yang senantiasa memandang ke depan.
Investasi didasarkan pada ekspektasi-ekspektasi mengenai masa depan dan tidak
hanya berdasarkan keadaan-keadaan saat ini saja. Suatu iklim investasi yang baik
akan memberikan masyarakat kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan keadaan
dirinya sendiri dan memperbaiki iklim investasi merupakan tonggak pertama dari
strategi pembangunan.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
konsumsi yang terbilang luar biasa. Rata-rata kredit konsumsi tumbuh lebih dari 40%
tiap tahun di periode 2000-2003. Nilai ini jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan
kredit investasi dan modal kerja yang masing-masing sekitar 12% dan 10,5%.
Target pembangunan Perekonomian Indonesia tahun 2009 antara lain yaitu
mengurangi tingkat pengangguran dari 9,7% menjadi 5%, mengurangi tingkat
kemiskinan dari 16,6% menjadi 8,1%, meningkatkan pertumbuhan di atas 6,6%
dengan rata-rata pertumbuhan pertanian 3.5% per tahun, dan rasio investasi terhadap
PDB harus naik menjadi 24,4%.
Untuk
mencapai
target
tersebut,
Presiden
RI
periode
2004-2009
mencanangkan Triple track strategy sebagai acuan, yakni: (1) pertumbuhan ekonomi
yang bertumpu pada peningkatan ekspor dan peningkatan investasi baik dalam negeri
maupun luar negeri, (2) penciptaan lapangan kerja dengan memacu sektor riil, (3)
revitalisasi pertanian dan pedesaan untuk mengurangi kemiskinan (Priyarsono, 2005).
Investasi dalam arti yang luas memegang peranan sangat penting dalam pencapaian
target-target tersebut, mengingat peran kegiatan tersebut signifikan dalam
perekonomian Indonesia, lebih khusus pada penyerapan tenaga kerja.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Pengaruh Investasi dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara.
1.3 HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi
objek penelitian, dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji
secara empiris.
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas maka penulis
membuat hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang positif antara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
2. Terdapat hubungan yang positif antara Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja
3. Terdapat hubungan positif antara Konsumsi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
BAB II
URAIAN TEORITIS
kerja
(labor
force)
menurut
Soemitro
Djojohadikusumo
didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau
sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif atau bisa juga
disebut sumber daya manusia.
Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah
penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia
kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
pada
akhirnya
akan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
Pada
kenyataannya, jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang
positif terhadap kesejahteraaan
Penduduk dalam
Usia Kerja
Bukan
Angkatan
Masih
Sekolah
Ibu Rumah
Tangga
Penduduk di Luar
Usia Kerja
Angkatan
Kerja
Lain
lain
Bekerja
Di bawah
usia kerja
Di atas
usia
Mencari Kerja/
Menganggur
Dari bagan di atas terlihat bahwa angkatan kerja merupakan bagian dari
penduduk yang termasuk ke dalam usia kerja. Usia kerja adalah suatu tingkat umur
seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan menghasilkan pendapatannya
sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14 sampai 25 tahun. Selain penduduk dalam
usia kerja, ada juga penduduk di luar usia kerja, yaitu di bawah usia kerja dan di atas
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
usia kerja. Penduduk dimaksud yaitu anak-anak usia sekolah dasar dan yang sudah
pensiunan atau berusia lanjut.
Bagian lain penduduk dalam usia kerja adalah bukan angkatan kerja. Yang
termasuk di dalamnya adalah para remaja yang sudah termasuk usia kerja tetapi
belum bekerja atau belum mencari pekerjaan karena masih sekolah. Ibu rumah tangga
pun termasuk ke dalam kelompok bukan angkatan kerja.
Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja, dikelompokkan menjadi
tenaga kerja (bekerja) dan bukan kerja (mencari kerja atau menganggur). Tenaga
kerja (man power adalah bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta
dalam proses produksi serta menghasilkan barang atau jasa.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
industri kecil, sedang dan besar dapat berjalan dengan semestinya. Berbagai upaya
dilakukan pemerintah untuk dapat mendorong perekonomian rakyat.
Pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan cukup luas, menyerap tenaga
kerja dalam maknanya menghimpun orang atau tenaga kerja di suatu lapangan usaha
untuk dapat sesuai dengan usaha itu sendiri.
Dalam ilmu ekonomi seperti kita ketahui faktor-faktor produksi adalah tanah,
modal, tenaga kerja, skill (keahlian). Salah satu faktor tersebut tenaga kerja yang
benar sesuai kebutuhan dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki agar tenaga
kerja yang dimiliki dalam sektor industri. Modal utama yang dibutuhkan adalah
sumber daya manusia.
Menurut Sondang P.Siagian (1995) yakni:
Sumber daya manusia dan kekayaan alam melimpah ternyata tidak banyak
artinya tanpa dikelola manusia dengan baik. Artinya sumber daya lainnya dan
kekayaan alam tetap modal yang berharga akan tetapi modal tersebut hanya ada
artinya apabila digunakan oleh manusia, tidak hanya bagi kepentingan diri sendiri
tetapi demi kepentingan kesejahteraan masyarakat secara langsung.
Tanpa sumber daya alam yang handal pengelolaannya, penggunaan dan
pemanfaatan sumber daya lainnya menjadi tidak berguna dan berhasil. Dalam situasi
yang demikian mustahil gambaran tentang usaha pencapaian yang berakibat pada
kegelisahan atau keresahan di kalangan masyarakat.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Tenaga kerja yang ada atau lapangan usaha yang ada, tidak mampu menyerap
tenaga kerja dalam kondisi yang tidak siap pakai. Disinilah perlunya peranan
pemerintah upaya mengatasi melalui pembinaan dan pengembangan industri kecil
diharapkan dapat memberikan hasil yang diharapakan.
Selanjutnya dari uraian di atas dijelaskan melalui peningkatan bantuan lunak
dan peningkatan bantuan keras dapat dapat meningkatkan motivasi, pengetahuan,
keterampilan, dan wawasan/pandangan yang luas sehingga lebih mempermudah
proses penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan. Masalah penyerapan tenaga kerja
ini juga tidak terlepas dari kesempatan yang tersedia di tengah-tengah masyarakat.
Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan
mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan. Dalam posisi keseimbangan,
kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan daya beli untuk membeli
barang-barang yang dihasilkan. Daya beli tersebut diperoleh sebagai balas jasa atas
faktor-faktor produksi seperti upah, gaji, suku bunga, sewa dan balas jasa dari faktorfaktor produksi lainnya. Pendapatan atas faktor-faktor produksi tersebut seluruhnya
akan dibelanjakan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan perusahaan. Ini
yang dimaksudkan Say bahwa pemasaran akan selalu berhasil menciptakan
permintaan sendiri.
Dalam posisi keseimbangan, tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan
permintaan. Kalaupun terjadi ketidakseimbangan, misalnya pasokan lebih besar dari
permintaan, kekurangan konsumsi, atau terjadi pengangguran, maka keadaan ini
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
dinilai kaum klasik sebagai suatu tangan tak kentara yang membawa perekonomian
kembali pada posisi keseimbangan.
Kaum klasik juga percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber daya,
termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh. Dengan demikian di bawah
sistem yang didasarkan pada mekanisme pasar tidak ada pengangguran. Kalau tidak
ada yang bekerja, daripada tidak memperoleh pendapatan sama sekali, maka mereka
bersedia bekerja dengan tingkat upah yang lebih rendah. Kesediaan untuk bekerja
dengan
tingkat
upah
lebih
rendah
ini
akan
menarik
perusahaan
untuk
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
akibatnya tetap saja permintaan lebih kecil dari penawaran. Karena konsumsi lebih
kecil dari pendapatan, berarti tidak semua produksi akan diserap masyarakat.
Kritikan John Maynard Keynes (1883-1946) yang lain terhadap sistem klasik
yang juga sangat perlu diperhatikan ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa tidak
ada mekanisme penyesuaian otomatis yang menjamin bahwa perekonomian akan
mencapai keseimbangan pada tingkat penggunaan kerja penuh. Hal ini sangat jelas
dalam alanisis tentang pasar tenaga kerja.
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kaum klasik percaya bahwa dalam posisi
keseimbangan semua sumber daya, termasuk didalamnya sumber daya tenaga kerja,
akan dimanfaatkan secara penuh. Kalau seandainya terjadi pengangguran, pemerintah
tidak perlu melakukan tindakan kebijaksanaan apa pun. Pandangan klasik ini tidak
diterima Keynes. Menurut pandangan Keynes, dalam kenyataan pasar tenaga kerja
tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik di atas. Di manapun para pekerja
mempunyai semacam serikat kerja yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan
buruh dari penurunan tingkat upah. Dari sini Keynes mengecam analisis kaum klasik
yang didasarkan pada pengandaian-pengandaian yang keliru dengan kenyataan hidup
sehari-hari.
Kalaupun tingkat upah diturunkan, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan
turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat tentu akan menyebabkan
turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannnya akan menyebabkan konsumsi
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
2.2 INVESTASI
2.2.1 Pengertian Investasi
Secara umum investasi meliputi pertambahan barang-barang dan jasa dalam
masyarakat seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan baru,
pembukaan tanah baru dan sebagainya.
Menurut Sukirno (2000), Investasi didefinisikan sebagai pengeluaranpengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi
dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam
perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa
depan. Dengan perkataan lain, dalam teori ekonomi investasi berarti kegiatan
perbelanjaan
untuk
meningkatkan
kapasitas
memproduksi
sesuatu
dalam
perekonomian.
Dalam kaitannnya dengan perusahaan dimana perusahaan melakukan
investasi untuk mendapatkan profit sebesar-besarnya dimana dana investasi tersebut
salah satunya bersumber dari dana masyarakat yang ditabung pada lembaga-lembaga
keuangan, maka Deliarnov (1995) mengemukakan: investasi merupakan pengeluaran
perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan
baku atau material, mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua modal lain yang
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Pada kelompok ini peralatan yang lama diganti oleh yang baru tetapi dengan
ongkos produksi yang lebih murah, walaupun kapasitas sama dengan yang
digantikannya.
4. Investasi perluasan
Dalam kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai pengganti yang lama.
Kapasitasnya lebih besar sedangkan ongkos produksi masih sama.
5. Investasi Modernisasi
Investasi ini digunakan untuk memproduksi barang baru yang memang proses
baru, atau memproduksi lama dengan proses yang baru.
6. Investasi Diversifikasi
Investasi ini untuk memperluas program produksi perusahaan tertentu, sesuai
dengan program diversifikasi kegiatan usaha korporasi yang bersangkutan.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
maka swasta tidak dapat melakukan investasi jenis ini karena tidak memberikan
keuntungan langsung.
I1
Y
Y1
Y2
tambahan permintaan dan jika ada tambahan permintaan maka akan mendorong
berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik lama untuk dapat memenuhi
tambahan permintaan tersebut.
I
Y2
Y1
Y
Y1
Y2
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
MEC1
i1
MEC2
i2
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Investasi
I1
I2
Keterangan:
Gambar di atas memperlihatkan bahwa pada tingkat suku bunga i1 , tingkat
investasi yang terjadi I1, begitu juga posisi MEC1. Pada tingkat bunga i2, posisi
investasi adalah I2, sedangkan MEC akan menurun pada posisi MEC2.
b. Peningkatan aktifitas perekonomian
Harapan adanya peningkatan perekonomian di masa mendatang, merupakan
salah satu faktor penentu untuk mengadakan
perkiraan akan
investasi atau
tidak. Kalau
ada
walaupun tingkat bunga lebih besar dari tingkat MEC (sebagai penentu investasi),
investasi mungkin akan tetap dilakukan oleh investor yang instingnya tajam melihat
peluang meraih keuntungan yang lebih besar di masa yang akan datang.
c. Kestabilan politik suatu negara.
Kestabilan politik suatu negara merupakan suatu pertimbangan yang sangat
penting untuk mendakan investasi. Karen dengan stabilnya politik Negara yang
bersangkutan terutama penanaman modal dari luar negeri/ PMA tidak aka nada resiko
perusahaannya dinasionalisasikan oleh Negara bersangkutan (ini dapat terjadi bila ada
pergantian rezim yang memerintah Negara tersebut).
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
d. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi akan meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi
biaya produksi. Dengan demikian kemajuan teknologi yang berlaku diberbagai
kegiatan ekonomi akan mendorong lebih banyak investasi. Semakin besar biaya yang
diperlukan untuk melakukan perombakan dalam teknologi yang digunakan semakin
banyak investasi yang dilakukan.
2.3 KONSUMSI
2.3.1 Pengertian Konsumsi
Konsumsi dalam istilah sehari-hari sering diartikan sebagai pemenuhan akan
makanan dan minuman. Konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu
barang dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk membeli kebutuhan manusia. Barang
dan jasa akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap dikonsumsi
oleh konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari barang konsumsi sekali habis dan
barang konsumsi yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali (Nopirin, 1997). Badan
Pusat Statistik (2006) menyatakan pengeluaran rumah tangga dibedakan atas
pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran konsumsi non makanan.
2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
a. Faktor ekonomi
b. Faktor demografi
c. Faktor non-ekonomi
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
a. Faktor ekonomi
Ada empat faktor ekonomi yang mempengaruhi tingkat konsumsi adalah:
1. Pendapatan rumah tangga
2. Kekayaan rumah tangga
3. Jumlah barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat
4. Tingkat bunga
5. Perkiraan tentang masa depan
6. Kebijakan pemerintah mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan.
1. Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan pada dasarnya merupakan balas jasa yang diterima pemilik fakor
produksi atas pengorbanannya dalam proses produksi. Masing-masing faktor
produksi seperti: tanah akan memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa, tenaga kerja
akan memperoleh balas jasa berupa upah/gaji, modal akan memperoleh balas jasa
dalam bentuk bunga modal, serta keahlian termasuk para enterpreneur akan
memperoleh balasa jasa dalam bentuk laba (Sadono Sukirno, 1995)
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
dengan efek Pigou adalah dampak kenaikan tingkat bunga terhadap pengeluaran
konsumsi. Adanya kenaikan bungan menyebabkan seseorang yang mempunyai
kekayaan finansial seperti saham, obligasi dan sebagainya merasa bahwa mereka
menjadi semakin kaya, dan ini (mungkin) akan mempengaruhi pengeluaran konsumsi
mereka.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
4. Tingkat Bunga
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi, baik dilihat
dari sisi keluarga yang mempunya kelebihan uang maupun kekurangan uang. Dengan
tingkat bunga tinggi, maka biaya ekonomi semakin mahal, bagi mereka yang ingin
meminjam dari bank, biaya bunga semkin mahal sehingga lebih baik menunda.
Faktor yang juga penting dalam menentukan besarnya tabungan (yang berarti juga
mempengaruhi konsumsi) adalah tingkat bunga. Oleh karena konsumen mempunyai
preferensi terhadap barang sekarang daripada barang pada waktu yang akan datang
(myopik), maka agar konsumen bersedia untuk menangguhkan pengeluaran konsumsi
diperlukan adanya balas jasa yang disebut bungan. Semakin tinggi tingkat bunga,
maka akan semakin besar pula jumlah uang yang ditabung (konsumsi menjadi
semakin sedikit) dan sebaliknya, semakin rendah tingkat bunga akan semakin sedikit
tabungan (semakin besar konsumsi). Keynes menyatakan bahwa faktor utama yang
mempengaruhi pengeluaran konsumsi adalah penghasilan riil, walaupun demikian,
hal tersebut tidak menghilangkan pengaruh tingkat bunga terhadap alokasi
penghasilan antara tabungan dan pengeluaran konsumsi. Akan tetapi tidaklah jelas
apakah semakin tinggi tingkat bunga akan menyebabkan tingkat konsumsi semakin
sedikit atau semakin banyak, karena perubahan tingkat bunga mempunyai dua efek,
yaitu efek substitusi (substitution effect) dan efek pendapatan (income effect).
Apabila tingkat bunga naik, efek substitusi menyebabkan rumah tangga akan
mengkonsumsi lebih sedikit (tabungan lebih besar), sebaliknya efek pendapatan
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Seringkali terjadi bahwa tingkat bunga tidak merupakan faktor dominan dalam
menentukan pengambilan kredit sebagaimana faktor-faktor lainnya seperti (jumlah
down payment) jangka waktu pelunasannya. Kenaikan down payment akan
menyebabkan terjadinya penurunan kredit, sedangkan semakin lama jangka waktu
pelunasan akan cenderung menyebabkan naiknya permohonan kredit. Secara singkat,
bagaimana pengaruh adanya kredit terhadap pengeluaran konsumsi tidaklah jelas,
sedangkan penelitian secara empiris tidak menemukan adanya hubungan yang positif
antara kredit dan pengeluaran konsumsi.
6. Inflasi
Efek kenaikan tingkat harga umum, adanya kenaikan tingkat harga suatu
barang akan menyebabkan efek substitusi dimana konsumen akan mengurangi
pembelian barang yang harganya menjadi relatif lebih mahal dan menambah
pembelian barang yang harganya relatif lebih mudah. Akan tetapi adanya inflasi yaitu
kenaikan harga secara umum menyebabkan semua harga barang mengalami
kenaikan, dan ini menyebabkan terjadinya efek substitusi antara pengeluaran
konsumsi dan tabungan. Kenaikan tingkat harga secara umum tidaklah berarti bahwa
harga semua barang mengalami kenaikan secara proporsional, sehingga ada substitusi
antara barang yang satu dengan barang lainnya secara terbatas. Bagaimana pengaruh
adanya inflasi dengan pengeluaran konsumsi sangat tergantung dari teori konsumsi
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
mana yang dipilih. Teori konsumsi menurut Keynes menunjukkan hubungan antara
pengeluaran konsumsi secara riil dan tingkat penghasil riil, sehingga adanya inflasi
tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsi.
b. Faktor Demografi
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi
secara menyeluruh, walaupun rata-rata pengeluaran per orang atau per keluarga relatif
rendah. Misalnya, walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih
rendah dari penduduk Singapura, tetapi secara absolut tingkat pengeluaran konsumsi
Indonesia lebih besar dari Singapura. Sebab jumlah penduduk Indonesia yang lima
puluh kali lipat dari Singapura.
konsumsi
dengan
menggunakan
hipotesis
pendapatan
relatif
2.4 INDUSTRI
2.4.1 Pengertian Industri
Menurut Undang-undang No.5 tahun 1984, industri adalah kegiatan ekonomi
mengolah bahan mentah menjadi bahan baku, bahan setengah jadi atau barang jadi
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk rancang bangunan
dengan rakayasa industri. Dikemukakan oleh Dumairy tahun 1996, industri
mempunyai dua pengertian. Pertama: industri merupakan himpunan perusahaanperusahaan penghasil kertas. Kedua: industri adalah sektor ekonomi yang didalamnya
terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah
jadi atau barang jadi.
Dalam istilah ekonomi, Industri juga mempunyai dua pengertian yaitu
pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas,
industri mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi yang bersifat
produktif. Sendangkan pengertian sempit, industri adalah kegiatan yang mengubah
barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
industri adalah kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi
dan barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya.
Menurut G. Kartaspoetra (1987) dalam bukunya yang berjudul Pembentukan
Perusahaan Industri, pengertian industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi
barang dengan nilai yang lebih untuk penggunaannya. Dalam pengertian lain, industri
adalah suatu aktifitas yang mengubah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi dengan tujuan untuk dijual.
Berdasarkan pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa industri
merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang sangat penting. Melalui
kegiatan industri akan dihasilkan berbagai kebutuhan manusia, mulai dari peralatan
sederhana sampai pada peralatan modern. Jadi pada dasarnya kegiatan itu lahir untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Dengan kata lain, Industri sudah dikenal sejak zaman
purbakala. Walaupun pada awal perkembangannnya masih sangat sederhana dan
terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan dalam lingkungan yang
terbatas.
Pembangunan ekonomi di suatu negara dalam periode jangka panjang akan
membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi negara tersebut. Dimana
dimulai dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor pertanian, menuju
perekonomian modern yang didominasi oleh sektor industri (Weiss, 1998). Menurut
istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural
dan dapat didefinisikan sebagai rangkaian perubahan dalam komposisi permintaan,
perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), produksi dan penggunaan faktor
produksi seperti tenga kerja dan modal yang diperlukan guna mendukung
permbangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
dikembangkan oleh negara yang menganut teori ini adalah industri yang mempunyai
penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar.
Loncatan teknologi (technology jump). Jenis industri yang dikembangkan oleh
negara yang menganut teori ini adalah industri yang mempunyai teknologi tinggi
sehingga akan terjadi alih ekonomi bagi sektor-sektor lain.
industri-industri
barang
konsumsi.
Kedua:
menggalakkan
ekspor
(export
promotion).
Strategi
ini
mengutamakan
3. Industri kecil
4. Aneka industri
Berdasarkan International Standard of Industrial Clasification (ISIC), yaitu
berdasarkan pendekatan kelompok komoditas.
Tabel 2.1 Penggolongan Industri Berdasarkan ISIC
Kode
Kelompok Industri
31
32
33
Industri kayu dan barang-barang dari kayu termasuk perabotan rumah tangga
34
35
dan platik.
36
Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu-bara.
37
38
39
3. Industri sedang atau industri menengah, industri yang jumlah karyawan/ tenaga
kerja berjumlah antara 20-99 orang.
4. Industri besar, industri yang jumlah karyawan/ tenaga kerja berjumlah antara 100
orang atau lebih.
Tabel 2.2 Klasifikasi Industri Menurut Jumlah Tenaga Kerja
Nomor
Klasifikasi industri
1-4
Industri Kecil
5-19
Industri Sedang
20-99
Industri Besar
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
d. Industri rumah tangga, yaitu suatu usaha pengubahan atau pembentukan suatu
barang menjadi barang lain yang nilainya lebih tinggi dan tidak menggunakan
tenaga kerja yang dibayar. Misalnya istri membantu suami dalam usaha atau
kegiatan keluarga.
e. Jenis industri berdasarkan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented
industry), industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen.
Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong dimana konsumen potensial
berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja/ labor (man
power oriented industry), industri yang berada pada lokasi dipusat pemukiman
penduduk karena biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak tenaga
kerja/ pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply oriented
industry), industri yang mendekati lokasi dimana bahan baku berada untuk
memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
f. Jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer, industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan
langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu.
2. Industri sekunder, industri yang bahan mentahnya diolah sehingga
menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
3. Industri tersier, industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa
Untuk keperluan perencanaan anggaran negara dan analisis pembangunan,
pemerintah membagi sektor pengolahan menjadi tiga sub sektor yaitu:
1. Sub sektor industri pengolahan non migas
2. Sub sektor pengilangan minyak bumi.
3. Sub sektor pengolahan gas alam cair.
Sedangkan untuk keperluan pengembangan sektor industri itu sendiri serta
berkaitan
dengan
administrasi
departemen
perindustrian
dan
perdagangan,
Aneka industri
Industri keci
BAB III
METODE PENELITIAN
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Konsumsi
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan metode kepustakaan (library research), yaitu
dengan menelaah berbagai bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah,
jurnal, artikel, majalah dan laporan yang berkaitan dengan topik yang diteliti.
b. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pencatatan langsung berupa
data dari seri waktu (time series) yaitu tahun 1982-2006 (sampel data selama 25
tahun) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dan Badan Investasi
dan Promosi Propinsi Sumatera Utara.
Y
> 0, artinya apabila Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) (X1) mengalami
X 1
R2 / k 1
(1 R 2 ) /(n k )
Dimana :
R2
: Jumlah sampel
Hipotesis : H0 :H0 :1 : 2 : 3 = 0
: Ha :Ha :1 : 2 : 3 0
KPK (Kriteria Pengambilan Keputusan)
H0 diterima jika F-hitung < F-tabel
Ha diterima jika F-hitung > F-tabel
dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam hal ini
digunakan hipotesis sebagai berikut:
Ho : bi = b
Ha : bi b
Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis,
biasanya b dianggap = 0. artinya, tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y.
Bila t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini
berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan)
terhadap variabel dependen.
Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:
t-hitung =
(bi b)
Sbi
Dimana:
bi = koefisien variabel ke-i
b
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
tidaknya multikolinerity dapat dilihat dari nilai R-Square, F-hitung, t-hitung, serta
standard error.
Adanya multikolinearity ditandai dengan:
a) Standard error tidak terhingga.
b) Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada = 5%, = 10%, = 1%.
c) Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori.
d) R 2 sangat tinggi.
3.6.3.2 Autokorelasi
Autocorrelation/ Serial correlation didefinisikan sebagai korelasi antara
anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Model
regresi linear klasik mengasumsikan autokorelasi terdapat di dalamnya distribusi atau
gangguan i dilambangkan dengan
E(1:2) = 0 ij
Terdapat beberapa cara untuk menguji kebenaran autokorelasi, yaitu:
1. Dengan menggunakan atau mem-plot grafik
2. Dengan D-W test (Uji Durbin Watson)
Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut:
Inconclusive
Autokorelasi (-)
Autokorelasi (+)
H0 diterima
(no serial correlation)
dL
dU
4-dU
4-dL
Dimana:
0 < DW < dL : Ho ditolak (ada autokorelasi positif)
dL < DW < dU : Pengujian Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)
dU < DW < 2 : Ho diterima (tidak ada autokorelasi)
2 < DW < 4-dU : H0 diterima (tidak ada autokorelasi)
4-dU < DW < 4-dL : pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusive)
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Luas (Km2)
5.318
6.620
12.227
2.188
7.165
3.440
9.323
4.581
4.369
3.146
2.127
4.339
6.262
1.762
2.730
1.218
50
11
58
70
31
265
90
71.680
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Jumlah Pulau di Sumatera Utara sekitar 162 pulau yang terdiri dari 156 pulau
yang berada di tepi Pantai Barat dan 6 berada di Pantai Timur. Berdasarkan Undangundang Darurat No. 7 tahun 1956, Undang-undang Darurat No. 8 tahun 1956,
Undang-undang Darurat No. 9 tahun 1956, Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang No. 4 tahun 1964, Sumatera Utara terdiri dari 11 Kabupaten dan 6
Kotamadya,
Namun sesuai dengan Undang-undang No. 12 tahun 1998, tentang
Pembentukan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dan Kabupaten Toba Samosir
(Tobasa) dan beberapa kabupaten lainnya, maka propinsi Sumatera Utara menjadi 16
kabupaten dan 7 kotamadya.
yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada ketinggian yang suhu
minimalnya bisa mencapai 140 C.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Sumatera Utara menganut agama Islam sampai dengan 65,45% kristen katolik dan
protestan 31,40%
strategis
wilayah
Sumatera
Utara dalam
jalur
perdagangan
internasional, ditunjang oleh adanya pelabuhan udara dan laut yaitu pelabuhan udara
Polonia, Pinangsori, Binaka, Aek Godang, Pelabuhan Laut Belawan, Sibolga,
Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung, Kuala Tanjung dan Labuhan Bilik.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Disamping fasilitas pelabuhan ini, sektor jasa berkaitan dengan fasilitas perbankan
dan jasa perdagangan lainnya serta komunikasi seperti telepon, teleks, faximile, pos
dan giro telah cukup berkembang dan mampu mencapai sebagian besar wilayah
Sumatera Utara.
Kota medan sebagai ibukota propinsi daerah tingkat I Sumatera Utara
disamping merupakan salah satu pusat pengembangan wilayah Sumatera Utara
sekaligus juga merupakan pusat pengembangan wilayah pembangunan kelompok
Sumatera, memiliki fasilitas komunikasi, perbankan dan jasa-jasa perdagangan
lainnya yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya.
Di Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian
seperti perguruan tinggi, balai penelitian dan balai latihan kerja yang mampu
membentuk tenaga pembangunan yang terdidik dan terampil serta hasil-hasil
penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.
meletakkan dasar yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya dan meningkatkan
peran serta dan tanggung jawab masyarakat dalam pertumbuhan.
Dalam upaya meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, pembangunan daerah
Sumatera Utara senantiasa diarahkan sejalan dengan tujuan pembangunan nasional,
yaitu dalam upaya mewujudkan pembangunan nasional yang seutuhnya berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Skala prioritas pembangunan daerah Repelita VI
ditetapkan pembangunan Sektor Industri sebagai prioritas pertama yang diikuti
pertanian dan sektor pariwisata sebagai sektor kedua dan ketiga. Sedangkan sektor
lainnya dibangun secara seimbang pada Pelita VI yang merupakan kelanjutan dari
Pelita V, titik berat pembangunan daerah Sumatera Utara sesuai dengan prioritas
pembangunan nasional adalah bidang ekonomi dengan prioritas sektor industri,
pertanian dan pariwisata.
Gambar 4.1
Kontribusi Sektor Industri Pengolahan pada Perekonomian Sumatera Utara
menurut Kelompok Industri Tahun 2005.
Ind. Pengilangan Minyak Bumi
0.69
55.64
Kelompok Industri
0.49
5.1
0.92
17.62
4.86
10.63
3.91
0.14
10
20
30
40
50
60
Kontribusi
(%)Kerja Pada Sektor Industri Di
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan
Tenaga
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Krisis moneter yang melanda Indoensia pada bulan Juli 1998 masih
membayangi perkembangan sektor perindustrian Sumatera Utara. Krisis ini
mengembalikan sektor pertanian sebagai sektor urutan pertama penyumbang terbesar
didalam pembentukan PDRB Sumatera Utara, setelah sebelumnya, tepatnya tahun
1994 sektor industri pengolahan menggeser sektor pertanian di urutan pertama dalam
Pembentukan PDRB Sumatera Utara. Pada tahun 1998, peranan sektor industri
pengolahan lebih besar daripada peranan sektor pertanian. Namun pada tahun,
kontribusi sektor industri pengolahan menurun dan pertanian meningkat kembali.
Tabel 4.2
PDRB Sektor Industri Pengolahan Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2001-2005
(Milyar Rupiah)
Sub Sektor
(1)
Industri Migas
Pengilangan Minyak Bumi
2001
(2)
105,75
(0,54)
105,75
(0,54)
2002
(3)
166,37
(0,78)
166,37
(0,78)
2003
(4)
190,24
(0,73)
190,24
(0,73)
2004
(5)
210,97
(0,70)
210,97
(0,70)
2005
(6)
243,85
(0,69)
243,85
(0,69)
19.421,99
(99,46)
12.230,22
(62,63)
111,22
(0,57)
1.106,91
(5,67)
150,25
(0,77)
3.305,13
(16,93)
891,09
21.087,24
(99,22)
12.272
(57,74)
129,57
(0,61)
1.311,62
(6,17)
157,75
(0,74)
3.994,28
(18,79)
1.089,96
25.941,73
(99,30)
14.648,09
(56,05)
138,80
(0,52)
1.412,77
(5,41)
236,99
(0,91)
5.094,87
(19,50)
1.380,77
29.735,92
(99,30)
16.695,19
(55,75)
152,77
(0,51)
1.594,41
(5,32)
278,36
(0,93)
5.512,38
(18,41)
1.490,26
35.311,18
(99,31)
19.783,47
(55,64)
175,76
0,49)
1.811,82
(5,10)
327,79
(0,92)
6.263,48
(17,62)
1.727,36
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
(4,56)
1.086,24
(5,56)
514,25
(2,63)
26,67
(0,14)
19.527,74
(100,00)
(5,13)
1.417,80
(6,67)
628,65
(3,21)
31,60
(0,15)
21,253,61
(100,00)
(5,28)
2.075,71
(7,94)
921,10
(3,52)
35,64
(0,14)
26.131,97
(100,00)
(4,98)
2.902,04
(9,69)
1.065,91
(3,36)
44,69
(0,14)
29.946,89
(100,00)
(4,86)
3.779,65
(10,63)
1.391,44
(3,91)
50,40
(0,15)
35.555,03
(100,00)
Tabel 4.3
Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang Menurut Golongan Industri
Tahun 2001-2005
(Unit)
Golongan Industri
2001
2002
2003
2004
2005
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
385
387
379
384
398
57
55
55
55
60
139
80
131
133
138
34
32
32
32
33
182
174
174
174
186
35
34
32
32
35
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
14
54
13
13
13
Perlengkapannya
101
53
86
87
86
12
78
17
19
17
959
947
919
929
966
38.
Industri
Barang
dari
Logam,
Mesin
dan
Jumlah
2001
2002
2003
2004
2005
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
38.670,79
25.753
23.880,21
24.312,74
28.992,37
203,16
385,50
178,50
331,67
468,19
2.162,35
1.776,48
2.298,46
2.511,06
3.299,96
372,92
370,12
1.737,93
1.781,83
1.969,45
4.934
5.959,31
6.911,17
7.132,55
9.354,98
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
508
633,02
738,12
795,32
869,83
3.093,46
5.252,51
2.725,51
3.280,91
3.892,28
Perlengkapannya
1.116,65
332,11
658,42
842,44
836,76
10,19
537,09
15,59
20,15
19,17
51.073,09
40.999,65
39.143,91
41.008,67
49.569,99
Jumlah
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
2001
2002
2003
2004
2005
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
31.794,26
19.885,17
19.104,17
19.227,14
20.886,79
149,30
327,62
114,54
255,71
378,14
1.235,48
851,16
1.196,07
1.275,15
1.859,46
280,54
286,93
394,93
429,33
517,95
3.546,80
4.164,37
4.876,33
4.912,68
6.951,49
230,41
122,73
232,97
288,56
347,47
1.308,64
3.962,01
1.183,83
1.590,49
2.136,84
Perlengkapannya
663,72
226,40
411,93
586,87
500,12
5,12
345,61
8,03
10,22
9,12
39.214,27
30.171,77
27.522,80
28.576,15
33.587,47
Jumlah
Golongan Industri
2001
2002
2003
2004
2005
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
6.876,53
5.868,30
4.776,04
5.085,60
8.105,58
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
53,86
57,87
63,96
75,96
90,05
926,87
925,32
1.102,39
1.235,91
1.370,50
92,38
83,18
1.343,00
1.352,50
1.451,50
1.387,90
1.794,94
2.034,84
2.219,87
2.403,49
278,46
510,28
505,15
506,76
522,36
1.784,82
1.290,53
1.541,68
1.690,42
1.692,44
Perlengkapannya
452,93
105,70
246,49
255,57
336,44
5,07
191,73
7,56
9,93
9,96
11.858,82
10.827,88
11.621,11
12.432,52
15.982,52
Jumlah
persen. Hal ini cukup menggembirakan karena gambaran ini mengindikasikan bahwa
usaha kelompok industri di Sumatera Utara sudah dapat menggunakan dananya
secara lebih efisien.
Tabel. 4.7
Jumlah Tenaga Kerja Yang Diserap pada Sektor Industri
(orang)
TAHUN
1982
1983
1984
1985
1986
1987
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
130349
148533
166659
154387
191989
198521
191516
186955
181865
174120
169808
169954
166913
158108
158598
152389
158877
160634
161892
2001
2002
2003
2004
2005
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
55.081
58.465
56.281
56.492
57.943
5.790
4.144
5.389
5.393
5.633
30.930
21.706
27.897
27.958
58.250
4.465
4.234
4.451
4.457
4.666
39.544
41.617
39.290
39.392
44.367
3.035
3.086
3.043
3.055
3.840
5.794
9.991
5.130
5.244
5.106
Perlengkapannya
13.025
4.571
10.338
10.341
10.288
444
10.784
570
575
601
158.108
158.598
152.389
158.877 160.634
Jumlah
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Tabel 4.9
Perkembangan Investasi pada Sektor Industri di Sumatera Utara
TAHUN
1982
1983
1984
PMA (US$)
1326.6
1834.4
1507.08
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
1632.21
1842.3
5518.1
9746.9
12933.7
32863.5
26464.3
19079.2
24032.1
31921.7
43341.8
59217.7
80334.3
44908.02
46747.5
30059.5
43966.6
15853.5
34442.7
18631.6
26807.9
70753.3
2263.2
2736.7
3581.3
2527.9
4246.1
5646.9
3970.5
5639.3
13421.4
18733.8
23891.9
16072.5
23017.3
2188.2
6929.2
7703.01
5145.4
5208.3
4057.4
6334.3
6028.02
8307.4
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2513.98
5452.86
1436.47
1632.21
1842.3
5518.1
9746.9
12933.7
32863.5
26464.3
19079.2
24032.1
31921.7
43341.8
59217.7
80334.3
44908.02
46747.5
30059.5
43966.6
15853.5
34442.7
18631.6
26807.9
70753.3
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Tabel 4.11
Perkembangan PMA pada Sektor Industri di Sumatera Utara
( Juta US$)
TAHUN
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
1326.6
1834.4
1507.08
2263.2
2736.7
3581.3
2527.9
4246.1
5646.9
3970.5
5639.3
13421.4
18733.8
23891.9
16072.5
23017.3
2188.2
6929.2
7703.01
5145.4
5208.3
4057.4
6334.3
6028.02
8307.4
dukungan
infrastruktur
seperti
listrik,
gas,
air
bersih,
antara
Pemerintah
Pusat
dengan
Pemerintah
Propinsi,
4.5
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Dalam kenyataannya konsumsi adalah suatu kegiatan yang harus dan pasti
dilakukan oleh manusia. Besar kecilnya konsumsi itu jika faktor faktor yang
mempengaruhi konsumsi itu meningkat.
Tabel 4.12
Konsumsi Total pada Sektor Industri di Sumatera Utara
(Milyar Rp.)
TAHUN
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
konsumsi kurang baik. Namun sejauh konsumsi itu masih wajar maka hal itu tidak
akan mengganggu pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Berdasarkan
Eview 4.1 dengan metode Ordinary Least Squre (OLS) diperoleh hasil estimasi
sebagai berikut:
Tabel 4.13
Hasil Estimasi PMDN (X1), PMA (X2) dan Konsumsi (X3) terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja (Y)
Y = -261136.2154 + 19222.65482*LX1 + 22830.6288*LX2 + 2419.994254*LX3
Std.error
(51341.97)
(7330.819)
(7330.819)
t- statistik
(-5.086213)
(2.622170)**
(2.667017)**
R2
(5599.532)
(2.332178)**
= 0.786082
Adjusted R 2 = 0.755522
Dw-statistik
= 1.010712
F-statistik
= 25.72282
Keterangan:
(**) : signifikan pada = 5 %
1. Koefisien Determinasi (R 2 )
Koefisien determinasi (R 2 ) adalah koefisien yang menyatakan hubungan
yang dijelaskan oleh variabel dependen dan variabel independen tersebut.
Dari hasil perhitungan estimasi regresi dapat diperoleh nilai (R 2 ) sebesar
0.79. Artinya, variabel PMDN (X1), PMA (X2), dan Konsumsi (X3) secara bersama
menjelaskan variabel Penyerapan Tenaga Kerja sebesar 79 %, sedangkan sisanya
sebesar 21 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
estimasi.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
2. Uji F- Statistik
Uji F- statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel PMDN (X1),
PMA (X2), dan Konsumsi (X3) mampu secara serentak atau secara bersama-sama
mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja.
Berdasarkan hasil model analisis regresi diperoleh bahwa F-hitung > F-tabel
(25.723 > 3.07), dengan demikian Ho ditolak. Artinya, secara bersama-sama tingkat
PMDN (X1), PMA (X2), dan Konsumsi (X3) berpengaruh nyata terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja, pada tingkat kepercayaan 79 %.
Ho diterima
Ha diterima
3.07
25.723
3. Uji t- statistik
Berdasarkan hasil estimasi (regresi) model yang telah diperoleh, dapat dibuat
suatu interpretasi model yang diambil pada metode penelitian, sebagai berikut:
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
a. PMDN (X1)
PMDN (X1) mempunyai pengaruh positif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja,
dengan koefisien sebesar 19222.65. Hal ini berarti jika terjadi penambahan PMDN
sebesar 1 miliar rupiah, ceteris paribus maka Penyerapan Tenaga Kerja akan
mengalami peningkatan sebesar 19223 orang.
Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa PMDN signifikan pada = 5%,
dengan t-hitung > t-tabel (2.622 > 2.080). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya,
variabel PMDN berpengaruh nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada tingkat
kepercayaan 95 %. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila terjadi
kenaikan pada PMDN, maka Penyerapan Tenaga Kerja akan meningkat, ceteris
paribus.
b. PMA (X2)
PMA (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja,
dengan koefisien sebesar 22830.63. Hal ini berarti jika terjadi penambahan PMA
sebesar 1 juta US$ , ceteris paribus maka Penyerapan Tenaga Kerja akan mengalami
peningkatan sebesar 22831 orang.
Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa PMA signifikan pada = 5 %,
dengan t-hitung > t-tabel (2.667 > 2.080). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya,
variabel PMA berpengaruh nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada tingkat
kepercayaan 95 %.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila terjadi kenaikan pada PMA,
maka Penyerapan Tenaga Kerja akan meningkat, ceteris paribus.
c. Konsumsi (X3)
Konsumsi (X3) mempunyai pengaruh positif terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja, dengan koefisien sebesar 2419.994. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan tingkat
Konsumsi sebesar 1 milyar rupiah , ceteris paribus maka Penyerapan Tenaga Kerja
akan mengalami peningkatan sebesar 2420 orang.
Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa Konsumsi signifikan pada = 5
%, dengan t-hitung > t-tabel (2.332 > 2.080). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya,
variabel Konsumsi berpengaruh nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada
tingkat kepercayaan 90 %.
Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila terjadi kenaikan pada
Konsumsi, maka Penyerapan Tenaga Kerja akan meningkat, ceteris paribus.
variabel
independen di antara satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini tidak terdapat
gejala multikolinearitas di antara variabel-variabel independennya. Hal ini dapat
terlihat dari setiap koefisien masing-masing variabel sesuai dengan hipotesa yang
sudah ditentukan.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
dw > 4-dl
dl dw du
(4-du) dw (4-dl)
c. Berdasarkan hasil output program Eviews 4.1 diperoleh nilai Dw hitung sebesar
1.011. Sementara nilai-nilai tabel yang diperoleh adalah:
k = 3, dan n = 25
=5%
du
= 0.992
dl
= 0.921
4-du = 3.079
4-dl = 3.008
c. Kesimpulan
Berdasarkan hasil regresi di atas dapat diperoleh bahwa Ho diterima dimana
du < dw < 4-du (0.992 < 1.011 < 3.008). Artinya, tidak terdapat korelasi
serial di antara disturbance term-nya.
Inconclusive
Inconclusive
Autokorelasi ( + )
Autokorelasi ( - )
Ho diterima
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
0.921
0.992
3.008
3.079
1.011
Gambar 4.3 Uji Dw-statistik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Investasi dan Konsumsi
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja, maka penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
Variabel PMDN (X1), PMA (X2), dan Konsumsi (X3) ternyata berpengaruh
signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y).
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Hasil Uji F- statistik berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa Fhitung > F-tabel (25.723 > 3.07), dengan demikian Ho ditolak. Artinya, secara
bersama-sama tingkat PMDN (X1), PMA (X2), dan Konsumsi (X3) berpengaruh
nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja, pada tingkat kepercayaan 79 %.
5.2 SARAN
Perlu penyederhanaan perizinan dengan sistem satu atap (one step services).
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran : 1
Tabel
Jumlah PMDN, PMA, Konsumsi dan Jumlah Tenaga Kerja Tahun 1982-2006
TAHUN
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
PMDN (RP)
2513.98
5452.86
1436.47
1632.21
1842.3
5518.1
9746.9
12933.7
32863.5
26464.3
19079.2
24032.1
31921.7
43341.8
59217.7
80334.3
44908.02
46747.5
PMA (US$)
1326.6
1834.4
1507.08
2263.2
2736.7
3581.3
2527.9
4246.1
5646.9
3970.5
5639.3
13421.4
18733.8
23891.9
16072.5
23017.3
2188.2
6929.2
KONSUMSI (RP)
2103.49
2511.74
2957.75
3423.35
3694.3
4221.51
4888.02
5446.55
6162.5
6764.28
8706.46
10861.36
13193.97
30466.29
16130.11
21383.99
27334.65
35630.68
PEKERJA (ORANG)
39616
42033
46464
88276
101097
120589
130349
148533
166659
154387
191989
198521
191516
186955
181865
174120
169808
169954
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
30059.5
43966.6
15853.5
34442.7
18631.6
26807.9
70753.3
7703.01
5145.4
5208.3
4057.4
6334.3
6028.02
8307.4
44869.48
53463.28
57480.14
64365.11
73844.67
86902.17
102375.8
166913
158108
158598
152389
158877
160634
161892
Lampiran : 2
Hasil Estimasi Penanaman Modal Dalam Negeri (X1), Penanaman Modal Asing
(X2), dan Konsumsi (X3) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y)
Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 03/20/09 Time: 17:19
Sample: 1982 2006
Included observations: 25
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
LX1
LX2
LX3
-261136.2
19222.65
22830.63
2419.994
51341.97
7330.819
8560.362
5599.532
-5.086213
2.622170
2.667017
2.332178
0.0000
0.0159
0.0144
0.6700
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.786082
0.755522
23014.61
1.11E+10
-284.3912
1.010712
144805.7
46546.18
23.07129
23.26631
25.72282
0.000000
Estimation Command:
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
=====================
LS Y C LX1 LX2 LX3
Estimation Equation:
=====================
Y = C(1) + C(2)*LX1 + C(3)*LX2 + C(4)*LX3
Substituted Coefficients:
=====================
Y = -261136.2154 + 19222.65482*LX1 + 22830.6288*LX2 + 2419.994254*LX3
Hasil Estimasi Penanaman Modal Asing (X2) dan Konsumsi (X3) terhadap
Penanaman Modal Dalam Negeri (X1)
Dependent Variable: LX1
Method: Least Squares
Date: 03/20/09 Time: 17:21
Sample: 1982 2006
Included observations: 25
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
LX2
LX3
-0.929349
0.721432
0.469608
1.479964
0.195763
0.128437
-0.627954
3.685223
3.656335
0.5365
0.0013
0.0014
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.719077
0.693539
0.669329
9.856041
-23.83857
1.146794
9.741090
1.209072
2.147086
2.293351
28.15666
0.000001
Hasil Estimasi Penanaman Modal Dalam Negeri (X1) dan Konsumsi (X3)
terhadap Penanaman Modal Asing (X2)
Dependent Variable: LX2
Method: Least Squares
Date: 03/20/09 Time: 17:21
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
LX1
LX3
3.764585
0.529073
-0.036929
0.995435
0.143566
0.139237
3.781850
3.685223
-0.265225
0.0010
0.0013
0.7933
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.549808
0.508881
0.573192
7.228083
-19.96219
1.355177
8.565150
0.817913
1.836975
1.983240
13.43400
0.000154
Hasil Estimasi Penanaman Modal Dalam Negeri (X1) dan Penanaman Modal
Asing (X2) terhadap Konsumsi (X3)
Dependent Variable: LX3
Method: Least Squares
Date: 03/20/09 Time: 17:23
Sample: 1982 2006
Included observations: 25
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
LX1
LX2
2.462608
0.804890
-0.086308
1.883006
0.220136
0.325414
1.307806
3.656335
-0.265225
0.2044
0.0014
0.7933
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.547108
0.505936
0.876275
16.89289
-30.57368
0.410135
9.563876
1.246663
2.685894
2.832159
13.28836
0.000164
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009