Anda di halaman 1dari 107

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI
MEDAN

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP


PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI
DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan oleh:

ANTONI SIANTURI
050501046
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
2009
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the Effect of Investments and
consumption on the absorption of labor on Industrial Sector in North Sumatera. Data
used for this research is time series data from 1982-2006. Independent variables are
Local Investment, Foreign Direct Investment, and Degree of Consumption. The
method used is OLS ( Ordinary Least Square ) by using Econometric Model.
The result shows that Local Investement, Foreign Direct Investment, degree
of consumption have positively effected on the absorbtion of labor. The Local
Investment and Foreign Investment are respectively effect on absorbtion of labor at
= 5%. Mean while, Degree of consumption is significantly at = 1%.
Keywords: Local Investment, Foreign Direct Investment, Degree of Consumption,
and absorbtion of labor

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh investasi dan
konsumsi pada sektor industri di Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data time series (data berkala) dari tahun 1982-2006. Variabel
independennya adalah PMDN, PMA, dan tingkat Konsumsi. Metode yang digunakan
adalah metode Ordinary Least Square (OLS) yaitu dengan model ekonometrika.
Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa PMDN, PMA, dan tingkat
Konsumsi secara bersama mempunyai pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga
kerja. PMDN dan PMA signifikan pada = 5%. Sedangkan tingkat Konsumsi
signifikan pada = 1%.
Kata kunci: PMDN, PMA, Konsumsi, dan Penyerapan Tenaga Kerja.

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

KATA PENGANTAR

Dengan penuh kerendahan hati, penulis memanjatkan puji dan syukur bagi
Tuhan Allah Bapa dan anakNya Yesus Krisus serta Roh Kudus yang sangat baik yang
telah melimpahkan berkat kasih-Nya sehingga penulis dimampukan dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana dari Program Strata I Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah:
Pengaruh Investasi dan Konsumsi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada
Sektor Industri di Sumatera Utara.
Skripsi ini saya dedikasikan khusus buat orang tua tercinta (P. Sianturi dan
S. Simbolon). Terima kasih atas doa dan kasih yang kalian yang selalu menyertaiku
dalam perjalanan hidupku.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan perhargaan yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan terutama kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

3. Bapak Drs. Arifin Siregar, MSP sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah
bersedia meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran dan
bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.
4. Bapak Drs. A. Samad Zaino M.Si sebagai Dosen Penguji I yang telah
memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan
skripsi ini.
5. Ibu Ilyda Sudrajat M.Si sebagai Dosen Penguji II

yang juga telah

memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan


skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. Ramli, M.S, sebagai dosen Penasehat Akademik
7. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.
8. Seluruh Staff Pegawai Bank Indonesia Cabang Medan yang telah banyak
membantu penulis dalam memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi
penulis.
9. Seluruh Staff dan Pegawai Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data yang
berhubungan dengan skripsi ini.
10. Yayasan Beasiswa Oikumene (YBO), yang selalu memberikan dukungan doa
dan materi dalam studi saya.

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

11. Buat Abang Ridwan Sianturi, terikasih atas doa dan bantuannya. Buat adikadik saya yang manis Risjen Sianturi, Purnama Sianturi, Wardiman Sianturi,
dan Hendra Sianturi kalian adalah bagian dari cita-cita saya.
12. Buat

orang-orang yang mengasihi dan

penulis kasihi, Melda Saragih,

Fitrianita Saragih, Meri Tampubolon, Wati, Eva Siburian, Derwan Purba


terima kasih atas dukungan dan doanya serta juga buat teman-teman EP05
(spesial buat Bodianto, S.E dan Stevanus, S.E), EP04 Philip, terima kasih
atas dukungan dan kebersamaan kita selama perkuliahan di Fakultas
Ekonomi.
13. Buat Anak-anak Angel Com, terima kasih atas waktu yang boleh kita lewati
dalam keceriaan dan kebahagiaan, terutama buat DMasiv, Master Mister
Marbun (M3), Lae Malau, Lisa si Ratu Narziz, Santa Pesisir, Lucifer yang
baik, Tober, Heri DTolen.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu
sangat diharapkan saran maupun kritikan yang membangun sehingga penulis dapat
memperbaiki kesalahan di lain kesempatan.
Semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2009

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

( Antoni Sianturi )
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRACT ........................................................................................... i
ABSTRAK..............................................................................................

ii

KATA PENGANTAR ............................................................................

iii

DAFTAR ISI ..........................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................

1.2 Perumusan Masalah .................................................................

1.3 Hipotesis ...................................................................................

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................

1.4.1 Tujuan Penelitian ..........................................................

1.4.2 Manfaat Penelitian ........................................................

BAB II URAIAN TEORITIS


2.1 Tenaga Kerja.............................................................................

2.1.1 Pengertian Tenaga Kerja ...............................................

2.1.2 Penyerapan Tenaga Kerja ..............................................

10

2.2 Investasi ....................................................................................

14

2.2.1 Pengertian Investasi ......................................................

14

2.2.2 Jenis-jenis Investasi.......................................................

16

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi ................

19

2.3. Konsumsi .................................................................................

22

2.3.1 Pengertian Konsumsi ....................................................

22

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempenaruhi Konsumsi .................

22

2.4 Industri .....................................................................................

32

2.4.1 Pengertian Industri ........................................................

32

2.4.2 Teori Industrialisasi.......................................................

34

2.4.3 Strategi Industrialisasi ...................................................

35

2.4.4 Klasifikasi Industri ........................................................

36

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Ruang Lingkup Penelitian .........................................................

41

3.2 Jenis dan Sumber Data ..............................................................

41

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .....................................

42

3.4 Pengolahan Data .......................................................................

42

3.5 Metode Analisis Data ................................................................

42

3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ..................................

44

3.7 Defenisi Operasional Variabel...................................................

49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Propinsi Sumatera Utara...........................................

50

4.2 Perkembangan Perekonomian Sumatera Utara ..........................

56

4.3 Perkembangan Kesempatan Kerja .............................................

65

4.4 Perkembangan Investasi ............................................................

68

4.4.1 Perkembangan PMDN ..................................................

70

4.4.2 Perkembangan PMA .....................................................

72

4.5 Perkembangan Konsumsi ..........................................................

75

4.6 Analisa Data .............................................................................

77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ...............................................................................

85

5.2 Saran.........................................................................................

87

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

SURAT PERNYATAAN

DAFTAR TABEL
4.1

Kondisi Geografis Sumatera Utara Menurut Kabupaten/


Kotamadya
PDRB Sektor Industri Pengolahan Sumatera Utara Atas Dasar
Harga Berlaku Tahun 2001-2005
Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang Menurut
Golongan Industri Tahun 2001-2005

51

Nilai Output Industri Besar dan Sedang menurut Golongan


Industri Tahun 2001-2005
Nilai Input Industri Besar dan Sedang menurut Golongan
Industri Tahun 2001-2005

60

4.6

Nilai Tambah Industri Besar dan Sedang menurut Golongan


Industri Atas Dasar Harga Pasar Tahun 2001-2005

63

4.7

Jumlah Tenaga Kerja Yang Diserap pada Sektor Industri

66

4.8

67

4.10

Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang Menurut


Golongan Industri
Perkembangan Investasi pada Sektor Industri di Sumatera
Utara
Perkembangan PMDN pada Sektor Industri di Sumatera Utara

4.11

Perkembangan PMA pada Sektor Industri di Sumatera Utara

73

4.12

Konsumsi Total pada Sektor Industri di Sumatera Utara

75

4.13

Hasil Estimasi PMDN (X1), PMA (X2) dan Konsumsi (X3)


terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y)

78

4.2
4.3

4.4
4.5

4.9

Tabel

Judul

58
59

62

69
71

Halaman

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR GAMBAR

2.1

Investasi Otonom

18

2.2

Investasi Dorongan

19

2.3

Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Investasi

4.1

Kontribusi Sektor Industri Pengolahan pada Perekonomian

57

Sumatera Utara menurut Kelompok Industri Tahun 2005.


4.2

Uji F-statistik

79

4.3

Uji D-W Statistik

84

Gambar

Judul

Halaman

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1

Judul
Jumlah PMDN, PMA, Konsumsi dan Jumlah Tenaga Kerja Tahun 19822006

Hasil Estimasi Penanaman Modal Dalam Negeri (X1), Penanaman


Modal Asing (X2), dan Konsumsi (X3) terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja (Y)
Hasil Estimasi Penanaman Modal Asing (X2) dan Konsumsi (X3)
terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri (X1)
Hasil Estimasi Penanaman Modal Dalam Negeri (X1) dan Konsumsi
(X3) terhadap Penanaman Modal Asing (X2)
Hasil Estimasi Penanaman Modal Dalam Negeri (X1) dan Penanaman
Modal Asing (X2) terhadap Konsumsi (X3)

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pembangunan

ekonomi

yang

ditempuh

oleh

Negara-negara

sedang

berkembang bertujuan antara lain tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan bagi


seluruh masyarakatnya. Untuk mencapai kesejahteraan masyarakat tersebut, masalah
utama yang dihadapi oleh setiap Negara yang membangun termasuk Indonesia adalah
pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan.
Kebanyakan negara maju menganggap sektor industri merupakan motor
penggerak bagi pertumbuhan perekonomian karena mampu memberikan keuntungan
yang lebih dibandingkan dengan produk lainnya seperti pertanian. Oleh karena itu,
strategi industrialisasi sering digunakan untuk mencapai kesejahteraan. Pengamatan
empiris menunjukkan bahwa sebagian besar negara hanya dapat mencapai tahapan
tinggal landas menuju pembangunan ekonomi berkelanjutan yang digerakkan oleh
sektor industri dan jasa (Rostow, 1960).
Investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana
sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk pengadaan berbagai barang modal
yang akan digunakan dalam kegiatan proses produksi. Melalui investasi, kapasitas
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

produksi dapat ditingkatkan yang kemudian mampu untuk meningkatkan output dan
pada akhirnya juga meningkatkan pendapatan. Iklim investasi mencerminkan
sejumlah faktor yang berkaitan dengan lokasi tertentu yang membentuk kesempatan
dan insentif bagi perusahaan-perusahaan untuk melakukan investasi secara produktif,
menciptakan pekerjaan dan perkembangan. Suatu iklim investasi yang baik akan
meningkatkan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Persaingan juga
memainkan suatu peran kunci dalam memicu inovasi produktifitas serta menjamin
bahwa manfaat dari perbaikan produktifitas akan turut dinikmati oleh para perkerja
dan konsumen.
Melihat pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan melalui suatu
sudut pandang iklim investasi akan memberikan beberapa pandangan sebagai berikut:
sudut pandang ini meletakkan perusahaan sebagai pemain yang menentukan
keputusan investasi dan penggunaan tenaga kerja. Sudut pandang ini melihat bahwa
perusahaan melakukan penilaian terhadap kesempatan investasi dan kebijakan serta
perilaku pemerintah yang terkait sebagai bagian dari suatu paket. Cara pandang
menyoroti sifat dari aktifitas investasi yang senantiasa memandang ke depan.
Investasi didasarkan pada ekspektasi-ekspektasi mengenai masa depan dan tidak
hanya berdasarkan keadaan-keadaan saat ini saja. Suatu iklim investasi yang baik
akan memberikan masyarakat kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan keadaan
dirinya sendiri dan memperbaiki iklim investasi merupakan tonggak pertama dari
strategi pembangunan.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Investasi sektor industri diharapkan dapat membantu memecahkan masalah


pengangguran yang dihadapi oleh Indonesia dan di Sumatera Utara khususnya. Badan
Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan data dari Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) tahun 2005 menggambarkan bahwa jumlah angkatan kerja Indonesia
mencapai 105.8 juta orang atau meningkat 1.76% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari keseluruhan angkatan kerja pada tahun 2005, sekitar 62,2 juta orang
(58,8%) berada di wilayah pedesaan, sedangkan 43,6 juta orang (41,2%) berada di
wilayah perkotaan. Dari angka tersebut, angkatan kerja yang termasuk ke dalam
kategori pengangguran terbuka berjumlah 10,8 juta orang (10,3%), atau meningkat
dari tahun sebelumnya yang mencapai 10,4 juta orang (9,9%). Secara geografis
sejumlah 5 juta orang (45,7%) pengangguran terbuka berada di wilayah pedesaan dan
5,9 juta orang (54,3%) berada di wilayah perkotaan. Selanjutnya, sebanyak 3,9 juta
orang dari total angka pengangguran terbuka merupakan penganggur usia muda (1524 tahun), atau meningkat dibandingkan tahun 2004 yang berjumlah 3,4 juta orang
(BPS, 2006).
Secara ekonomis, upaya menurunkan jumlah pengangguran terbuka melalui
peningkatan pertumbuhan ekonomi masih belum mampu mengurangi jumlah
pengangguran yang ada. Disamping kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi masih terbatas, kemampuan menciptakan lapangan kerja relatif kecil dan
terdapat kecenderungan mengalami penurunan.

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Secara teoritis, meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan


penyerapan tenaga kerja dengan asumsi terjadi peningkatan investasi. Studi empiris
menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah untuk industri akan
meningkatkan PDB, kemudian direspon dengan peningkatan permintaan tenaga kerja
sehingga proporsi pengangguran dapat ditekan.
Selama terjadi krisis ekonomi, penyerapan tenaga kerja secara nasional
mangalami penurunan sehingga terjadi pengangguran. Pengangguran merupakan
masalah di bidang ketenagakerjaan. Di satu sisi yang menjadi sasaran adalah
pemerataan distribusi pendapatan dalam menjaga serta meningkatkan stabilitas
nasional.
Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah
ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran
tenaga kerja (supply of labor), pada satu tingkat upah (Kusumosuwhido, 1981).
Penyediaan kesempatan kerja yang luas sangat diperlukan untuk mengimbangi laju
pertumbuhan penduduk usia muda yang masuk ke pasar tenaga kerja. Sempitnya
lapangan kerja yang tersedia akan menyebabkan terjadinya pengangguran yang akan
membawa masalah yang lebih besar lagi.
Menurut pemerintah, pertumbuhan ekonomi didukung oleh peningkatan
konsumsi di dalam negeri, di samping peningkatan ekspor dan membaiknya investasi.
Faktor konsumsi menjadi penopang terbesar pertumbuhan ekonomi 75% baru sisanya
ditopang oleh ekspor dan investasi. Laju konsumsi ini bisa dilihat dari ekspansi kredit
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

konsumsi yang terbilang luar biasa. Rata-rata kredit konsumsi tumbuh lebih dari 40%
tiap tahun di periode 2000-2003. Nilai ini jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan
kredit investasi dan modal kerja yang masing-masing sekitar 12% dan 10,5%.
Target pembangunan Perekonomian Indonesia tahun 2009 antara lain yaitu
mengurangi tingkat pengangguran dari 9,7% menjadi 5%, mengurangi tingkat
kemiskinan dari 16,6% menjadi 8,1%, meningkatkan pertumbuhan di atas 6,6%
dengan rata-rata pertumbuhan pertanian 3.5% per tahun, dan rasio investasi terhadap
PDB harus naik menjadi 24,4%.
Untuk

mencapai

target

tersebut,

Presiden

RI

periode

2004-2009

mencanangkan Triple track strategy sebagai acuan, yakni: (1) pertumbuhan ekonomi
yang bertumpu pada peningkatan ekspor dan peningkatan investasi baik dalam negeri
maupun luar negeri, (2) penciptaan lapangan kerja dengan memacu sektor riil, (3)
revitalisasi pertanian dan pedesaan untuk mengurangi kemiskinan (Priyarsono, 2005).
Investasi dalam arti yang luas memegang peranan sangat penting dalam pencapaian
target-target tersebut, mengingat peran kegiatan tersebut signifikan dalam
perekonomian Indonesia, lebih khusus pada penyerapan tenaga kerja.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Pengaruh Investasi dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

1. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Terhadap


Penyerapan tenaga kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara?
2. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara?
3. Bagaimana Pengaruh Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor
Industri di Sumatera Utara?

1.3 HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi
objek penelitian, dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji
secara empiris.
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas maka penulis
membuat hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang positif antara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
2. Terdapat hubungan yang positif antara Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja
3. Terdapat hubungan positif antara Konsumsi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)


terhadap penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja pada sektor Industri di Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Konsumsi terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Sebagai bahan studi atau tambahan bagi mahasiswa-mahasiswi Fakultas
Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera
Utara.
2. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahun dalam hal Investasi, Konsumsi
dan Penyerapan Tenaga Kerja yang akan berguna di masa yang akan datang.
3. Sebagai proses pembelajaran dan menambah wawasan bagi penulis dalam hal
menganalisa dan berpikir.

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

BAB II
URAIAN TEORITIS

2.1 TENAGA KERJA


2.1.1 Pengertian Tenaga Kerja
Angkatan

kerja

(labor

force)

menurut

Soemitro

Djojohadikusumo

didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau
sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif atau bisa juga
disebut sumber daya manusia.
Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah
penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia
kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu peningkatan kegiatan ekonomi


yang

pada

akhirnya

akan

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat.

Pada

kenyataannya, jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang
positif terhadap kesejahteraaan

Jumlah Penduduk Total

Penduduk dalam
Usia Kerja

Bukan
Angkatan

Masih
Sekolah

Ibu Rumah
Tangga

Penduduk di Luar
Usia Kerja

Angkatan
Kerja

Lain

lain

Bekerja

Di bawah
usia kerja

Di atas
usia

Mencari Kerja/
Menganggur

Dari bagan di atas terlihat bahwa angkatan kerja merupakan bagian dari
penduduk yang termasuk ke dalam usia kerja. Usia kerja adalah suatu tingkat umur
seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan menghasilkan pendapatannya
sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14 sampai 25 tahun. Selain penduduk dalam
usia kerja, ada juga penduduk di luar usia kerja, yaitu di bawah usia kerja dan di atas

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

usia kerja. Penduduk dimaksud yaitu anak-anak usia sekolah dasar dan yang sudah
pensiunan atau berusia lanjut.
Bagian lain penduduk dalam usia kerja adalah bukan angkatan kerja. Yang
termasuk di dalamnya adalah para remaja yang sudah termasuk usia kerja tetapi
belum bekerja atau belum mencari pekerjaan karena masih sekolah. Ibu rumah tangga
pun termasuk ke dalam kelompok bukan angkatan kerja.
Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja, dikelompokkan menjadi
tenaga kerja (bekerja) dan bukan kerja (mencari kerja atau menganggur). Tenaga
kerja (man power adalah bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta
dalam proses produksi serta menghasilkan barang atau jasa.

2.1.2 Penyerapan Tenaga Kerja


Pada negara yang sedang berkembang umumnya masalah pengangguran
merupakan problema yang sulit dipecahkan hingga kini. Karena masalah
pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran
masyarakat tidak mencapai potensi yang maksimal. Seperti halnya juga di negara
Indonesia, pemerintah mengupayakan berbagai jalan keluar untuk dapat mengatasi
pengangguran secara lambat laun baik di perkotaan dan di pedesaan.
Proses dari usaha-usaha kesempatan kerja yang merupakan topik dalam
penelitian ini dapat diwujudkan apabila pembinaan dan pengembangan industri-

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

industri kecil, sedang dan besar dapat berjalan dengan semestinya. Berbagai upaya
dilakukan pemerintah untuk dapat mendorong perekonomian rakyat.
Pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan cukup luas, menyerap tenaga
kerja dalam maknanya menghimpun orang atau tenaga kerja di suatu lapangan usaha
untuk dapat sesuai dengan usaha itu sendiri.
Dalam ilmu ekonomi seperti kita ketahui faktor-faktor produksi adalah tanah,
modal, tenaga kerja, skill (keahlian). Salah satu faktor tersebut tenaga kerja yang
benar sesuai kebutuhan dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki agar tenaga
kerja yang dimiliki dalam sektor industri. Modal utama yang dibutuhkan adalah
sumber daya manusia.
Menurut Sondang P.Siagian (1995) yakni:
Sumber daya manusia dan kekayaan alam melimpah ternyata tidak banyak
artinya tanpa dikelola manusia dengan baik. Artinya sumber daya lainnya dan
kekayaan alam tetap modal yang berharga akan tetapi modal tersebut hanya ada
artinya apabila digunakan oleh manusia, tidak hanya bagi kepentingan diri sendiri
tetapi demi kepentingan kesejahteraan masyarakat secara langsung.
Tanpa sumber daya alam yang handal pengelolaannya, penggunaan dan
pemanfaatan sumber daya lainnya menjadi tidak berguna dan berhasil. Dalam situasi
yang demikian mustahil gambaran tentang usaha pencapaian yang berakibat pada
kegelisahan atau keresahan di kalangan masyarakat.

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Tenaga kerja yang ada atau lapangan usaha yang ada, tidak mampu menyerap
tenaga kerja dalam kondisi yang tidak siap pakai. Disinilah perlunya peranan
pemerintah upaya mengatasi melalui pembinaan dan pengembangan industri kecil
diharapkan dapat memberikan hasil yang diharapakan.
Selanjutnya dari uraian di atas dijelaskan melalui peningkatan bantuan lunak
dan peningkatan bantuan keras dapat dapat meningkatkan motivasi, pengetahuan,
keterampilan, dan wawasan/pandangan yang luas sehingga lebih mempermudah
proses penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan. Masalah penyerapan tenaga kerja
ini juga tidak terlepas dari kesempatan yang tersedia di tengah-tengah masyarakat.
Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan
mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan. Dalam posisi keseimbangan,
kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan daya beli untuk membeli
barang-barang yang dihasilkan. Daya beli tersebut diperoleh sebagai balas jasa atas
faktor-faktor produksi seperti upah, gaji, suku bunga, sewa dan balas jasa dari faktorfaktor produksi lainnya. Pendapatan atas faktor-faktor produksi tersebut seluruhnya
akan dibelanjakan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan perusahaan. Ini
yang dimaksudkan Say bahwa pemasaran akan selalu berhasil menciptakan
permintaan sendiri.
Dalam posisi keseimbangan, tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan
permintaan. Kalaupun terjadi ketidakseimbangan, misalnya pasokan lebih besar dari
permintaan, kekurangan konsumsi, atau terjadi pengangguran, maka keadaan ini
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

dinilai kaum klasik sebagai suatu tangan tak kentara yang membawa perekonomian
kembali pada posisi keseimbangan.
Kaum klasik juga percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber daya,
termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh. Dengan demikian di bawah
sistem yang didasarkan pada mekanisme pasar tidak ada pengangguran. Kalau tidak
ada yang bekerja, daripada tidak memperoleh pendapatan sama sekali, maka mereka
bersedia bekerja dengan tingkat upah yang lebih rendah. Kesediaan untuk bekerja
dengan

tingkat

upah

lebih

rendah

ini

akan

menarik

perusahaan

untuk

memperkerjakan mereka lebih banyak.


Jadi, dalam pasar persaingan sempurna mereka yang mau bekerja pasti akan
memperoleh pekerjaan. Pengecualian, berlaku bagi mereka yang pilih-pilih pekerjaan
atau tidak mau bekerja dengan tingkat upah yang diatur oleh pasar. Tetapi kalau ada
yang tidak bekerja karena kedua alasan yang disebutkan di atas, mereka ini oleh
kaum klasik tidak digolongkan pada penganggur, melainkan pengangguran sukarela.
Teori Say mengatakan bahwa penawaran akan menciptakan permintaannya
sendiri di atas dikritik habis-habisan oleh Keynes sebagai suatu kekeliruan. Dalam
kenyataannya, demikian Keynes, biasanya permintaan lebih kecil dari penawaran,
akan ditabung dan tidak semuanya dikonsumsi. Dengan demikian permintaan efektif
biasanya lebih kecil dari total produksi. Kalaupun kekurangan ini biasanya dieliminir
dengan menurunkan harga-harga, maka pendapatan tentu akan turun, dan sebagai

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

akibatnya tetap saja permintaan lebih kecil dari penawaran. Karena konsumsi lebih
kecil dari pendapatan, berarti tidak semua produksi akan diserap masyarakat.
Kritikan John Maynard Keynes (1883-1946) yang lain terhadap sistem klasik
yang juga sangat perlu diperhatikan ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa tidak
ada mekanisme penyesuaian otomatis yang menjamin bahwa perekonomian akan
mencapai keseimbangan pada tingkat penggunaan kerja penuh. Hal ini sangat jelas
dalam alanisis tentang pasar tenaga kerja.
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kaum klasik percaya bahwa dalam posisi
keseimbangan semua sumber daya, termasuk didalamnya sumber daya tenaga kerja,
akan dimanfaatkan secara penuh. Kalau seandainya terjadi pengangguran, pemerintah
tidak perlu melakukan tindakan kebijaksanaan apa pun. Pandangan klasik ini tidak
diterima Keynes. Menurut pandangan Keynes, dalam kenyataan pasar tenaga kerja
tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik di atas. Di manapun para pekerja
mempunyai semacam serikat kerja yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan
buruh dari penurunan tingkat upah. Dari sini Keynes mengecam analisis kaum klasik
yang didasarkan pada pengandaian-pengandaian yang keliru dengan kenyataan hidup
sehari-hari.
Kalaupun tingkat upah diturunkan, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan
turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat tentu akan menyebabkan
turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannnya akan menyebabkan konsumsi

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong


turunnya harga-harga.
Kalau harga-harga turun, maka nilai produktifitas marginal labor, yang
dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam mempekerjakan labor akan turun.
Jika penurunan dalam harga-harga tidak begitu besar, maka kurva nilai
produktifitasnya hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang
bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih
parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktifitas
marginal turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja yang tertampung jadi semkin
kecil, dan pengangguran menjadi semakin luas.
Mengingat kesempatan kerja yang terbatas tersebut maka pemerintah
mengupayakan penciptaan lapangan kerja yang nantinya dapat menampung maupun
mengurangi tingkat pengangguran yang berada di tengah-tengah masyarakat melalui
penciptaan usaha-usaha industri kecil.
Dengan tambah dan berkembangnya industri kecil maka dampaknya akan
sangat luas terhadap penyerapan tenaga kerja. Peningkatan sumber daya manusia
yang terbatas tentunya akan menghambat pengembangan itu sendiri. Merupakan
tugas dan tanggung jawab masyarakat secara bersama-sama dengan pemerintah untuk
menciptakan lapangan pekerjaan serta berpartisipasi menunjang program pemerintah
pada peningkatan taraf hidup yang lebih adil dan merata. Lalu pemerintah melalui

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

pembinaan dan penyuluhan yang diberikan berupaya membuka wawasan pandang


jauh lebih kedepan sekaligus upaya peningkatan sumber daya manusia.

2.2 INVESTASI
2.2.1 Pengertian Investasi
Secara umum investasi meliputi pertambahan barang-barang dan jasa dalam
masyarakat seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan baru,
pembukaan tanah baru dan sebagainya.
Menurut Sukirno (2000), Investasi didefinisikan sebagai pengeluaranpengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi
dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam
perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa
depan. Dengan perkataan lain, dalam teori ekonomi investasi berarti kegiatan
perbelanjaan

untuk

meningkatkan

kapasitas

memproduksi

sesuatu

dalam

perekonomian.
Dalam kaitannnya dengan perusahaan dimana perusahaan melakukan
investasi untuk mendapatkan profit sebesar-besarnya dimana dana investasi tersebut
salah satunya bersumber dari dana masyarakat yang ditabung pada lembaga-lembaga
keuangan, maka Deliarnov (1995) mengemukakan: investasi merupakan pengeluaran
perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan
baku atau material, mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua modal lain yang
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

diperlukan dalam proses produksi, pengeluaran untuk kerperluan bangunan kantor,


bangunan tempat tinggal karyawan dan bangunan konstruksi lainnya, juga perubahan
nilai stok atau barang cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga.
Dari beberapa pendapat di atas tentang investasi, maka dapat disimpulkan
investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha
guna membiayai kegiatan produksi untuk medapatkan keuntungan di masa yang akan
datang.

2.2.2 Jenis-jenis Investasi


Berdasarkan kekhususan tertentu dari kegiatannya, investasi dibagi dalam
kelompok:
1. Investasi Baru
Investasi baru yaitu investasi bagi pembuatan sistem produksi baru, baik
sebagai bagian dari usaha baru untuk produksi baru maupun perluasan produksi,
tetapi harus menggunakan sistem produksi baru.
2. Investasi Peremajaan
Investasi jenis umumnya hanya digunakan untuk mengganti barang-barang
kapital lama dengan yang baru, tetapi masih dengan kapasitas dan ongkos produksi
yang sama dengan alat yang digantikannya.
3. Investasi Rasionalisasi

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Pada kelompok ini peralatan yang lama diganti oleh yang baru tetapi dengan
ongkos produksi yang lebih murah, walaupun kapasitas sama dengan yang
digantikannya.
4. Investasi perluasan
Dalam kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai pengganti yang lama.
Kapasitasnya lebih besar sedangkan ongkos produksi masih sama.
5. Investasi Modernisasi
Investasi ini digunakan untuk memproduksi barang baru yang memang proses
baru, atau memproduksi lama dengan proses yang baru.
6. Investasi Diversifikasi
Investasi ini untuk memperluas program produksi perusahaan tertentu, sesuai
dengan program diversifikasi kegiatan usaha korporasi yang bersangkutan.

Jenis-jenis investasi berdasarkan dari pelaku terbagi dua, yaitu:


1. Autonomous Investment (investasi otonom)
Investasi otonom adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh
pendapatan nasional. Artinya tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan
jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan.
Investasi ini dilakukan oleh pemerintah (Public Investment), karena
disamping biayanya sangat besar, investasi ini juga tidak memberikan keuntungan

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

maka swasta tidak dapat melakukan investasi jenis ini karena tidak memberikan
keuntungan langsung.

I1

Y
Y1

Y2

Gambar 2.1 Investasi Otonom


Contoh: Investasi bendungan saluran irigasi akan dapat meningkatkan
produksi hasil pertanian tetapi tidak memberikan keuntungan langsung kepada
pemerintah. Selain itu, pembukaan dan pembangunan prasarana jalan juga merupakan
investasi otonom. Dengan dibukanya prasarana jalan akan dapat meningkatkan
aktifitas perekonomian daerah yang tadinya terisolir.
2. Induced Investment (Investasi Dorongan)
Investasi dorongan adalah investasi yang besar kecilnya sangat dipengaruhi
oleh tingkat pendapatan baik itu pendapatan daerah ataupun pendapatan pusat atau
nasional. Investasi ini diadakan akibat adanya pertambahan permintaan, dimana
pertambahan permintaan tersebut sebagai akibat dari pertambahan pendapatan.
Jelasnya apabila pendapatan bertambah maka permintaan akan digunkan
untuk tambahan konsumsi sedangkan pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

tambahan permintaan dan jika ada tambahan permintaan maka akan mendorong
berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik lama untuk dapat memenuhi
tambahan permintaan tersebut.
I

Y2

Y1

Y
Y1

Y2

Gambar 2.2 Investasi Dorongan

2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Investasi


a. Tingkat Bunga
Tingkat bunga sangat berperan dalam menentukan tingkat investasi yang
terjadi dalam suatu negara. Apabila tingkat bunga rendah maka tingkat investasi yang
terjadi akan tinggi karena kredit dari bank masih menguntungkan untuk mengadakan
investasi. Sebaliknya tingkat bunga tinggi, maka investasi kredit bank tidak menguat
Dalam literatur ada dua istilah yang dapat digunakan untuk melihat tingkat
suku bunga dari investasi yaitu:

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

1. Marginal Efficiency of Investment (MEI), yang menggambarkan hubungan antara


tingkat suku bunga dengan investasi yang senyatanya dilakukan oleh para
pengusaha dalam suatu jangka waktu tertentu.
2. Marginal Efficiency of Capital (MEC), yang menggambarkan hubungan antara
tingkat suku bunga dengan penanaman modal yang seharusnya dilakukan untuk
usaha-usaha yang tingkat pegembalian modalnya (rate of return)-nya lebih besar
dari pada tingkat suku bunga yang berlakuntungkan.
Keynes mengatakan masalah investasi baik ditinjau dari penentuan jumlahnya
maupun kesempatan untuk mengadakan investasi itu sendiri, didasarkan pada konsep
Marginal Efficiency of Capital (MEC). MEC merupakan tingkat keuntungan yang
diharapkan dari investasi yang dilakukan (Return of Investment).
Hubungan antara MEC, investasi, dan tingkat bunga dapat dilihat dari MEC
sebagai garis yang menurun, dimana garis ini memperlihatkan jumlah investasi yang
terlaksana pada setiap tingkat bunga yang berlaku.

Tingkat Suku Bunga

MEC1

i1

MEC2

i2

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009
Investasi

I1

I2

Gambar 2.3 Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Investasi

Keterangan:
Gambar di atas memperlihatkan bahwa pada tingkat suku bunga i1 , tingkat
investasi yang terjadi I1, begitu juga posisi MEC1. Pada tingkat bunga i2, posisi
investasi adalah I2, sedangkan MEC akan menurun pada posisi MEC2.
b. Peningkatan aktifitas perekonomian
Harapan adanya peningkatan perekonomian di masa mendatang, merupakan
salah satu faktor penentu untuk mengadakan
perkiraan akan

investasi atau

tidak. Kalau

ada

terjadi peningkatan perekonomian di masa yang akan datang,

walaupun tingkat bunga lebih besar dari tingkat MEC (sebagai penentu investasi),
investasi mungkin akan tetap dilakukan oleh investor yang instingnya tajam melihat
peluang meraih keuntungan yang lebih besar di masa yang akan datang.
c. Kestabilan politik suatu negara.
Kestabilan politik suatu negara merupakan suatu pertimbangan yang sangat
penting untuk mendakan investasi. Karen dengan stabilnya politik Negara yang
bersangkutan terutama penanaman modal dari luar negeri/ PMA tidak aka nada resiko
perusahaannya dinasionalisasikan oleh Negara bersangkutan (ini dapat terjadi bila ada
pergantian rezim yang memerintah Negara tersebut).
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

d. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi akan meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi
biaya produksi. Dengan demikian kemajuan teknologi yang berlaku diberbagai
kegiatan ekonomi akan mendorong lebih banyak investasi. Semakin besar biaya yang
diperlukan untuk melakukan perombakan dalam teknologi yang digunakan semakin
banyak investasi yang dilakukan.

2.3 KONSUMSI
2.3.1 Pengertian Konsumsi
Konsumsi dalam istilah sehari-hari sering diartikan sebagai pemenuhan akan
makanan dan minuman. Konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu
barang dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk membeli kebutuhan manusia. Barang
dan jasa akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap dikonsumsi
oleh konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari barang konsumsi sekali habis dan
barang konsumsi yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali (Nopirin, 1997). Badan
Pusat Statistik (2006) menyatakan pengeluaran rumah tangga dibedakan atas
pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran konsumsi non makanan.
2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
a. Faktor ekonomi
b. Faktor demografi
c. Faktor non-ekonomi
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Dalam kebanyakan publikasi pemerintah dibedakan dua macam pengeluaran


konsumsi, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga yang sering diberi simbol C
sebagai singkatan dari Consumption Expenditure dan pengeluaran konsumsi
pemerintah, yang biasa diberi simbol G singkatan dari Government Expenditure.

a. Faktor ekonomi
Ada empat faktor ekonomi yang mempengaruhi tingkat konsumsi adalah:
1. Pendapatan rumah tangga
2. Kekayaan rumah tangga
3. Jumlah barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat
4. Tingkat bunga
5. Perkiraan tentang masa depan
6. Kebijakan pemerintah mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan.
1. Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan pada dasarnya merupakan balas jasa yang diterima pemilik fakor
produksi atas pengorbanannya dalam proses produksi. Masing-masing faktor
produksi seperti: tanah akan memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa, tenaga kerja
akan memperoleh balas jasa berupa upah/gaji, modal akan memperoleh balas jasa
dalam bentuk bunga modal, serta keahlian termasuk para enterpreneur akan
memperoleh balasa jasa dalam bentuk laba (Sadono Sukirno, 1995)

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Menurut Sunuharyo (1982), dilihat dari pemanfaatan tenaga kerja, pendapatan


berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji disebut pendapatan tenaga kerja (labor
income), sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja disebut pendapatan bukan
tenaga kerja (Non Labor Income). Dalam kenyataannya membedakan antara
pendapatan tenaga kerja dan pendapatan bukan tenaga kerja tidaklah selalu mudah
dilakukan. Ini disebabkan karena nilai ouput tertentu umumnya terjadi atas kerjasama
dengan faktor produksi lain.
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi.
Biasanya makin tinggi pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi pula. Karena
ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli
aneka kebutuhan konsumsi makin besar, atau mungkin juga pola hidup makin
konsumtif.
Jadi hasrat konsumsi tergantung atas apa yang disebut dengan pendapatan permanen
daripada tingkat pendapatan yang berjalan pada satu tahun tertentu.
2. Kekayaan Rumah Tangga
Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil dan
finansial. Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi karena menambah
pendapatan disposibel. Efek kekayaan, perubahan tingkat harga akan menyebabkan
seseorang yagn memiliki kekayaan mengalami kenaikan dari kekayaannya tersebut.
Pemegang kekayaan akan merasa lebih kaya, sehingga mungkin mereka akan
memperbesar pengeluaran konsumsi, dan ini disebut dengan efek Pigou. Hal ini mirip
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

dengan efek Pigou adalah dampak kenaikan tingkat bunga terhadap pengeluaran
konsumsi. Adanya kenaikan bungan menyebabkan seseorang yang mempunyai
kekayaan finansial seperti saham, obligasi dan sebagainya merasa bahwa mereka
menjadi semakin kaya, dan ini (mungkin) akan mempengaruhi pengeluaran konsumsi
mereka.

3. Jumlah barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat


Pengeluaran konsumsi juga dipengaruhi oleh jumlah barang-barang konsumsi
tahan lama. Barang-barang tahan lam biasanya harganya mahal, yang untuk
memperolehnya dibutuhkan waktu untuk menabung. Apabila membeli secara tunai,
maka sebelum membeli harus menabung. Namun apabila membelinya secara kredit,
maka masa untuk menghemat adalah sesudah pembelian barang. Efek barang tahan
lama, barang tahan lama adalah barang yagn dapat dinikmati lebih dari satu tahun.
Adanya barang tahan lama ini menyebabkan timbulnya fluktuasi pengeluaran
konsumsi. Seseorang yang memiliki banyak barang tahan lama seperti lemari es,
meja/kursi, mobil, motor, tidak akan membelinya lagi dalam waktu dekat, sehingga
pengeluaran konsumsi untuk barang-barang tersebut cenderung mengecil pada tahun
yang akan datang, sehingga pengeluaran konsumsi untuk barang tahan lama dapat
berfluktuasi sepanjang waktu dan menyebabkan terjadinya fluktuasi pengeluaran
konsumsi pada suatu waktu tertentu.

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

4. Tingkat Bunga
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi, baik dilihat
dari sisi keluarga yang mempunya kelebihan uang maupun kekurangan uang. Dengan
tingkat bunga tinggi, maka biaya ekonomi semakin mahal, bagi mereka yang ingin
meminjam dari bank, biaya bunga semkin mahal sehingga lebih baik menunda.
Faktor yang juga penting dalam menentukan besarnya tabungan (yang berarti juga
mempengaruhi konsumsi) adalah tingkat bunga. Oleh karena konsumen mempunyai
preferensi terhadap barang sekarang daripada barang pada waktu yang akan datang
(myopik), maka agar konsumen bersedia untuk menangguhkan pengeluaran konsumsi
diperlukan adanya balas jasa yang disebut bungan. Semakin tinggi tingkat bunga,
maka akan semakin besar pula jumlah uang yang ditabung (konsumsi menjadi
semakin sedikit) dan sebaliknya, semakin rendah tingkat bunga akan semakin sedikit
tabungan (semakin besar konsumsi). Keynes menyatakan bahwa faktor utama yang
mempengaruhi pengeluaran konsumsi adalah penghasilan riil, walaupun demikian,
hal tersebut tidak menghilangkan pengaruh tingkat bunga terhadap alokasi
penghasilan antara tabungan dan pengeluaran konsumsi. Akan tetapi tidaklah jelas
apakah semakin tinggi tingkat bunga akan menyebabkan tingkat konsumsi semakin
sedikit atau semakin banyak, karena perubahan tingkat bunga mempunyai dua efek,
yaitu efek substitusi (substitution effect) dan efek pendapatan (income effect).
Apabila tingkat bunga naik, efek substitusi menyebabkan rumah tangga akan
mengkonsumsi lebih sedikit (tabungan lebih besar), sebaliknya efek pendapatan
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

menyebabkan pengeluaran konsumsi menjadi semakin besar (tabungan semakin


kecil). Efek totoalnya tergantung efek mana yang dominana, apakah efek substitusi
atau efek pendapatan. Bagi golongan masyarakat kaya yang mempunyai APC lebih
besar daripada golongan masyarakat miskin, efek penghasilan meungkin lebih besar
daripada efek substitusi apabila tingkat bunganya naik, sehingga mereka cenderung
mengkonsumsi lebih banyak. Sebaliknya golongan masyarakat miskin, efek substitusi
mungkin lebih dominan daripada efek pendapatan sehingga apabila tingkat bunga
naik mereka cenderung akan menabung lebih banyak. Jadi, secara teoritis tidaklah
dapat dibuktikan bahwa kenaikan tingkat bunga akan menyebabkan seseorang
mengkonsumsi lebih banyak atau lebih sedikit, sehingga untuk menjelaskannnya
diperlukan suatu studi empiris.
5. Adanya Kredit
Kredit juga sangat erat kaitannya dengan tingkat bunga. Adanya kredit
menyebabkan rumah tangga dapat membeli barang sekarang dan membayarnya
kemudian sehingga adanya kredit mempengaruhi waktu pembayaran angsuran kredit
yang harus dilakukan sebuah rumah tangga, terutama dalam membeli barang tahan
lama. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa adanya kredit menyebabkan rumah
tangga akan mengkonsumsikan lebih banyak karena apa yang mereka beli sekarang
pada masa yang akan datang harus dilunasi dari penghasilan yang akan diterima pada
masa yang akan datang. Konsumen dalam mengambil kredit harus memperhitungkan
beberapa hal, yaitu down payment, tingkat bunga, dan waktu pelunasannya.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Seringkali terjadi bahwa tingkat bunga tidak merupakan faktor dominan dalam
menentukan pengambilan kredit sebagaimana faktor-faktor lainnya seperti (jumlah
down payment) jangka waktu pelunasannya. Kenaikan down payment akan
menyebabkan terjadinya penurunan kredit, sedangkan semakin lama jangka waktu
pelunasan akan cenderung menyebabkan naiknya permohonan kredit. Secara singkat,
bagaimana pengaruh adanya kredit terhadap pengeluaran konsumsi tidaklah jelas,
sedangkan penelitian secara empiris tidak menemukan adanya hubungan yang positif
antara kredit dan pengeluaran konsumsi.

6. Inflasi
Efek kenaikan tingkat harga umum, adanya kenaikan tingkat harga suatu
barang akan menyebabkan efek substitusi dimana konsumen akan mengurangi
pembelian barang yang harganya menjadi relatif lebih mahal dan menambah
pembelian barang yang harganya relatif lebih mudah. Akan tetapi adanya inflasi yaitu
kenaikan harga secara umum menyebabkan semua harga barang mengalami
kenaikan, dan ini menyebabkan terjadinya efek substitusi antara pengeluaran
konsumsi dan tabungan. Kenaikan tingkat harga secara umum tidaklah berarti bahwa
harga semua barang mengalami kenaikan secara proporsional, sehingga ada substitusi
antara barang yang satu dengan barang lainnya secara terbatas. Bagaimana pengaruh
adanya inflasi dengan pengeluaran konsumsi sangat tergantung dari teori konsumsi
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

mana yang dipilih. Teori konsumsi menurut Keynes menunjukkan hubungan antara
pengeluaran konsumsi secara riil dan tingkat penghasil riil, sehingga adanya inflasi
tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsi.
b. Faktor Demografi
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi
secara menyeluruh, walaupun rata-rata pengeluaran per orang atau per keluarga relatif
rendah. Misalnya, walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih
rendah dari penduduk Singapura, tetapi secara absolut tingkat pengeluaran konsumsi
Indonesia lebih besar dari Singapura. Sebab jumlah penduduk Indonesia yang lima
puluh kali lipat dari Singapura.

c. Faktor Non Ekonomi


Faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi
adalah faktor sosial budaya masyarakat . misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan
makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain
yang dianggap lebih hebat. Contoh paling konkrit di Sumatera Utara adalah
berubahnya kebiasaan berbelanja di pasar tradisional ke pasar swalayan.
Beberapa teori tentang pengeluaran konsumsi yang menghubungkan
pengeluaran konsumsi dengan faktor-faktor lain selain pendapatan. Teori-teori
tersebut antara lain Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup (Life Cycle
Hypothesis), Teori Konsumsi dengan Hipotesei Pendapatan Relatif (Relative Income
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Hypothesis), dan Teori Konsumsi dengan Hipotesis Penadapatan Permanen


(Permanent Income Hypothesis).
1. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup
Teori konsumsi dengan hipotesis ini dikemukakan oleh Ando, Brumberg dan
Modigliani yaitu tiga ekonom besar yang hidup di abad 18. Menurut teori ini faktor
sosial ekonomi seseorang sangat mempengaruhi pola konsumsi orang tersebut. Teori
ini membagi pola konsumsi seseorang menjadi 3 bagian berdasarkan umur seseorang.
Bagian pertama yaitu dari seseorang berumur nol tahun hingga berusia tertentu
dimana orang tersebut dapat menghasilkan pendapatanan sendiri. Sebelum orang
tersebut dapat menghasilkan pendapatan sendiri, maka ia mengalami dissaving (ia
berkonsumsi akan tetapi tidak menghasilkan pendapatan). Kemudian pada bagian
kedua dimana seseorang berusia kerja dan dapat menghasilkan pendapatan sendiri
yang lebih besar dari pengeluaran konsumsinya. Dan pada bagian tiga dimana ia
berada pada usia tidak bisa bekerja lagi. Pada bagian dua, ia mengalami saving. Dan
bagian ketiga ketika seseorang pada usia tua dimana orang tersebut tidak mampu lagi
menghasilkan pendapatan sendiri, ia mengalami dissaving lagi.
2. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif (Relative Income
Hypothesis)
Teori

konsumsi

dengan

menggunakan

hipotesis

pendapatan

relatif

dikemukakan oleh James Duesenberry. Dalam teoriny, Duesenberry membuat dua


asumsi, yaitu
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependent,


yaitu terpengaruh atas pengeluaran yang dilakukan oleh tetangganya.
2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible, artinya pola pengeluaran pada saat
penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan
mengalami penurunan.
Duesenberry menyatakan bahwa teori konsumsi atas dasar penghasilan
absolut sebagaimana dikemukakan oleh Keynes tidak mempertimbangkan aspek
psikoloi konsumen. Duesenberry menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu
rumah tangga sangat tergantung pada posisi rumah tangga tersebut pada masyarakat
sekelilingnya. Apabila konsumen senantiasa melihat pola konsumsi tetangganya yang
lebih kaya, maka ada efek demonstrasi (demonstration effect). Akan tetapi, peniruan
pola konsumsi tetangga harus dianalisis dengan melihat kedudukan relatif rumah
tangga tersebut pada masyarakat disekelilingnya.
Apabila dari tahun ke tahun terdapat kenaikan penghasilan bagi seluruh
masyarakt, maka distribusi penghasilan seluruh masyarakat tidak mengalami
perubahan. Kenaikan penghasilan absolut menyebabkan pengeluaran konsumsi juga
akan naik, begitu juga jumlah tabungan akan naik dalam proporsi yang sama. Ini
berarti APC = C/Y tidak mengalami perubahan dan ini berarti pula APC = MPC yang
merupakan fungsi konsumsi jangka panjang.
Dari fungsi konsumsi jangka panjang tersebut Duesenberry memperoleh
fungsi konsumsi jangka pendek yang didasarkan pada asumsi kedua. Besarnya
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

pengeluaran konsumsi dipengaruhi oleh besarnya pendapatan tertinggi yang pernah


dicapai. Apabila terjadi kenaikan pendapatan, maka pengeluaran konsumsi akan
cenderung meningkat dengan proporsi tertentu. Sedangkan apabila pendapatan turun,
maka pengeluaran konsumsi juga akan turun tetapi proporsinya lebih kecil daripada
proporsi kenaikan pengeluaran konsumsi akibat kenaikan pendapatan.
3. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen
Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M.
Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara. Defenisi pendapatan
permanen adalah:
1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat
diperkirakan terlebih dahulu, misalnya penghasilan dari upah.
2. Hasil dari semua faktor yang menentukan kekayaan manusia (yang
menciptakan kekayaan). Kekayaan sebuah rumah tangga terdiri dari dua
kategori, yaitu kekayaan manusia dan kekayaan finansial.
Yang dimaksud dengan pendapatan sementara adalah penghasilan yang tidak
dapat diharapkan terlebih dahulu dan nilainya dapat positif apabila nasibnya baik atau
negatif apabila mendapat nasib buruk. Seseorang yang mendapat undian misalnya,
dikatakan memperoleh pendapatan transitori positif sedangkan seorang petani yang
panennya gagal karena cuaca buruk dikatakan mendapat pendapatan transitori
negatif.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

2.4 INDUSTRI
2.4.1 Pengertian Industri
Menurut Undang-undang No.5 tahun 1984, industri adalah kegiatan ekonomi
mengolah bahan mentah menjadi bahan baku, bahan setengah jadi atau barang jadi
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk rancang bangunan
dengan rakayasa industri. Dikemukakan oleh Dumairy tahun 1996, industri
mempunyai dua pengertian. Pertama: industri merupakan himpunan perusahaanperusahaan penghasil kertas. Kedua: industri adalah sektor ekonomi yang didalamnya
terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah
jadi atau barang jadi.
Dalam istilah ekonomi, Industri juga mempunyai dua pengertian yaitu
pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas,
industri mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi yang bersifat
produktif. Sendangkan pengertian sempit, industri adalah kegiatan yang mengubah
barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
industri adalah kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi
dan barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya.
Menurut G. Kartaspoetra (1987) dalam bukunya yang berjudul Pembentukan
Perusahaan Industri, pengertian industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi
barang dengan nilai yang lebih untuk penggunaannya. Dalam pengertian lain, industri
adalah suatu aktifitas yang mengubah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi dengan tujuan untuk dijual.
Berdasarkan pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa industri
merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang sangat penting. Melalui
kegiatan industri akan dihasilkan berbagai kebutuhan manusia, mulai dari peralatan
sederhana sampai pada peralatan modern. Jadi pada dasarnya kegiatan itu lahir untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Dengan kata lain, Industri sudah dikenal sejak zaman
purbakala. Walaupun pada awal perkembangannnya masih sangat sederhana dan
terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan dalam lingkungan yang
terbatas.
Pembangunan ekonomi di suatu negara dalam periode jangka panjang akan
membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi negara tersebut. Dimana
dimulai dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor pertanian, menuju
perekonomian modern yang didominasi oleh sektor industri (Weiss, 1998). Menurut
istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural
dan dapat didefinisikan sebagai rangkaian perubahan dalam komposisi permintaan,
perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), produksi dan penggunaan faktor
produksi seperti tenga kerja dan modal yang diperlukan guna mendukung
permbangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

2.4.2 Teori Industrialisasi


Seluruh negara di dunia melaksanakan proses industrialisasi untuk menjamin
pertumbuhan ekonomi (Chenery, 1986). Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri
telah dipercaya oleh seluruh dunia sebagai satu-satunya leading sektor yang
membawa perekonomian menju kemakmuran. Sektor industri dijadikan leading
sektor sebab ini mempunya begitu banyak kelebihan dibandingkan sektor pertanian.
Kelebihannya antara lain, produksinya mempunyai dasar nilai tukar (term of trade)
yang tinggi, nilai tambah besar, bagi pengusaha keuntungan yang besar, dan proses
produksinya lebih bisa dikendalikan oleh manusia.
Industrialisasi di setiap negara mempunyai corak yang berbeda-beda. Dalam
implementasinya ada empat teori yang dilaksanakan oleh beberapa negara yang
melandasi industrialisasinya. Dumairy (1996). Adapun empat teori tersebut adalah:
Keunggulan komparatif (comparative adventage). Jenis industri yang dikembangkan
oleh negara yang menganut teori ini adalah industri yang merupakan keunggulan
komparatif negara tersebut.
Keterkaitan industri (industrial linkage). Jenis industri yang dikembangkan
oleh negara yang menganut teori ini adalah industri yang mempunyai keterkaitan
yang luas dengan sektor-sektor ekonomi lain.

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Penciptaan kesempatan kerja (Employment

Creation). Jenis industri yang

dikembangkan oleh negara yang menganut teori ini adalah industri yang mempunyai
penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar.
Loncatan teknologi (technology jump). Jenis industri yang dikembangkan oleh
negara yang menganut teori ini adalah industri yang mempunyai teknologi tinggi
sehingga akan terjadi alih ekonomi bagi sektor-sektor lain.

2.4.3 Strategi Indutrialisasi


Menurut Dumairy tahun 1996, ada dua strategi industrialisasi yakni:
Substitusi impor (import substitution). Strategi ini disebut strategi orientasi
kedalam atau inward looking strategy yaitu indunstrialisasi yang mengutamakan
pengembangan jenis-jenis industri untuk menggantikan kebutuhan akan impor
barang-barang sejenis. Pelaksanaannya dalam dua tahap, pertama: terlebih dahulu
mengembangkan

industri-industri

barang

konsumsi.

Kedua:

menggalakkan

pengembangan industri-industri hulu seperti industri baja dan aluminium.


Salah satu ciri yang menonjol dalam strategi ini adalah pelaksanaan disertai dengan
tingkat proteksi yang tinggi baik tarif bea masuk dan pajak barang impor.
Promosi

ekspor

(export

promotion).

Strategi

ini

mengutamakan

pengembangan jenis industri yang menghasilkan produk-produk ekspor. Syarat utama


adalah tingkat proteksi yang rendah disertai dengan insentif dalam meningkatkan
ekspor.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Dalam melaksanakan strategi industrialisasi menggunakan indikator peranan


industri dalam pembentukan PDRB bagi suatu daerah. Antara satu tahap dengan
tahap lain perubahan bersifat perlahan dan berkesinambungan. Berdasarkan besarnya
sumbangan atau bagian nilai tambah sektor industri terhadap PDRB.

2.4.4 Klasifikasi Industri


a. Jenis Industri berdasarkan tempat bahan baku
1. Industri ekstraktif, industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar.
2. Industri nonekstraktif, adalah industri yang bahan bakunya di dapat dari tempat
lain selain alam sekitar.
3. Industri hilir, industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual
kepada para konsumennya.
b. Jenis industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal, industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar
untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya.
2. Industri padat karya, industri yang lebih dititikberatkan pada sejumlah besar
tenaga kerja dalam pembangunan dan pengoperasiannya.
c. Jenis Industri Berdasarkan Klasifikasi atau berdasarkan SK menteri
Perindustrian No. 19/M/I/1986
1. Industri kimia dasar
2. Industri mesin dan logam dasar
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

3. Industri kecil
4. Aneka industri
Berdasarkan International Standard of Industrial Clasification (ISIC), yaitu
berdasarkan pendekatan kelompok komoditas.
Tabel 2.1 Penggolongan Industri Berdasarkan ISIC
Kode

Kelompok Industri

31

Industri makanan, minuman dan tembakau

32

Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit

33

Industri kayu dan barang-barang dari kayu termasuk perabotan rumah tangga

34

Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan


Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara, karet

35
dan platik.
36

Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu-bara.

37

Industri logam dasar.

38

Industri barang dari logam, mesin dan peralatan.

39

Industri pengolahan lainnya.

Sumber : Kantor Perindustrian dan Perdagangan

d. Jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja


1. Industri rumah tangga, industri yang jumlah karyawan/ tenaga kerja berjumlah
antara 1-4 orang.
2. Industri kecil, industri yang jumlah karyawan/ tenaga kerja berjumlah antara 5-19
orang.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

3. Industri sedang atau industri menengah, industri yang jumlah karyawan/ tenaga
kerja berjumlah antara 20-99 orang.
4. Industri besar, industri yang jumlah karyawan/ tenaga kerja berjumlah antara 100
orang atau lebih.
Tabel 2.2 Klasifikasi Industri Menurut Jumlah Tenaga Kerja
Nomor

Klasifikasi industri

Jumlah Tenaga Kerja (orang)

Industri Rumah Tangga

1-4

Industri Kecil

5-19

Industri Sedang

20-99

Industri Besar

100 atau lebih

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara


Menurut Julian Luthan (1997) dalam bukunya berjudul Beberapa Aspek
Ketenagakerjaan perusahaan kecil di Indonesia, Industri dapat dibagi menjadi empat
bagian yaitu:
a. Industri besar, yaitu industri yang menggunakan mesin dengan jumlah tenaga
kerja 50 orang atau lebih.
b. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan mesin dengan jumlah
tenaga kerja 5-49 orang.
c. Industri kecil, yaitu industri yang menggunakan mesin dengan jumlah tenga
kerja 1-4 orang.

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

d. Industri rumah tangga, yaitu suatu usaha pengubahan atau pembentukan suatu
barang menjadi barang lain yang nilainya lebih tinggi dan tidak menggunakan
tenaga kerja yang dibayar. Misalnya istri membantu suami dalam usaha atau
kegiatan keluarga.
e. Jenis industri berdasarkan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented
industry), industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen.
Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong dimana konsumen potensial
berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja/ labor (man
power oriented industry), industri yang berada pada lokasi dipusat pemukiman
penduduk karena biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak tenaga
kerja/ pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply oriented
industry), industri yang mendekati lokasi dimana bahan baku berada untuk
memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
f. Jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer, industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan
langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu.
2. Industri sekunder, industri yang bahan mentahnya diolah sehingga
menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

3. Industri tersier, industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa
Untuk keperluan perencanaan anggaran negara dan analisis pembangunan,
pemerintah membagi sektor pengolahan menjadi tiga sub sektor yaitu:
1. Sub sektor industri pengolahan non migas
2. Sub sektor pengilangan minyak bumi.
3. Sub sektor pengolahan gas alam cair.
Sedangkan untuk keperluan pengembangan sektor industri itu sendiri serta
berkaitan

dengan

administrasi

departemen

perindustrian

dan

perdagangan,

digolongkan atas hubungan arus produk yaitu:


Industri Hulu, yang terdiri dari:
-

Industri kimia dasar

Industri mesin, logam dasar dan elektronika

Industri hilir, terdiri dari:


-

Aneka industri

Industri keci

BAB III
METODE PENELITIAN

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan


dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan
menguji hipotesa penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini menggunakan tiga variabel yang dianggap
mempengaruhi tingkat Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri di Sumatera
utara, yaitu:

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Penanaman Modal Asing (PMA)

Konsumsi

3.2 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang dipergunakan adalah data kuantitatif, yaitu berupa data yang
berbentuk angka-angka. Sumber datanya adalah data sekunder yang dicatat dari
Badan Investasi dan Promosi Propinsi Sumatera Utara (BAINPROMSU) dan Badan
Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara pada kurun waktu 1982-2006.

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan metode kepustakaan (library research), yaitu
dengan menelaah berbagai bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah,
jurnal, artikel, majalah dan laporan yang berkaitan dengan topik yang diteliti.
b. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pencatatan langsung berupa
data dari seri waktu (time series) yaitu tahun 1982-2006 (sampel data selama 25
tahun) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dan Badan Investasi
dan Promosi Propinsi Sumatera Utara.

3.4 Pengolahan Data


Penulis mempergunakan program komputer E-Views 4.1 untuk mengolah data
dalam penulisan skripsi ini.

3.5 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dimulai dengan pembentukan model
matematis, yaitu pernyataan yang berhubungan matematis yang digunakan dalam
menentukan hubungan yang berlaku antara Investasi, Konsumsi dan Penyerapan
Tenaga Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel


dependen, penelitian ini menggunakan alat analisis ekonometrika, yaitu meregresikan
variabel-variabel yang ada dengan Ordinary Least Squares (OLS). Data-data yang
digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistic, yaitu
analisis linear berganda.
Adapun model persamaannya adalah sebagai berikut:
Y= f (X1, X2, X3)
Kemudian dibentuk dalam metode ekonometrika dengan persamaan regresi linear
berganda, yaitu sebagai berikut:
Y= + 1X1 + 2X2 + 3X3 + ..............(1)
Dari persamaan (2) diubah menjadi model semi log, yaitu sebagai berikut :
Y= + 1LogX1 +2LogX2 + 3LogX3 + ........(2)
Keterangan:
Y = Tenaga kerja
= Intercept
X1 = PMDN
X2 = PMA
X3 = Konsumsi
1, 2, 3 = Koefisien Regresi
= Error Term
secara matematis bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Y
> 0, artinya apabila Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) (X1) mengalami
X 1

kenaikan, maka (Y) Penyerapan Tenaga Kerja akan mengalami kenaikan,


ceteris paribus.
Y
> 0, artinya apabila Penanaman Modal Asing (PMA) (X2) mengalami kenaikan,
X 2

maka (Y) Penyerapan Tenaga Kerja akan mengalami kenaikan, ceteris


paribus.
Y
> 0, artinya Konsumsi (X3) mengalami kenaikan, maka (Y) Penyerapan Tenaga
X 3

Kerja akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)


3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square)
Koefisien determinasi (R-Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen memberi penjelasan terhadap variabel dependen.
Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 < R2 < 1).

3.6.2 Uji F-Statistik


Uji F-Statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini
digunakan hipotesa sebagai berikut:
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Ho: bi = b2 = bk ......bk = 0 (tidak ada pengaruh)


H0 : bi = 0 ................ i = 0 (ada pengaruh)
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan nilai
F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat
diperoleh dengan rumus:
F-hitung =

R2 / k 1
(1 R 2 ) /(n k )

Dimana :
R2

: Koefisien Determinasi (Residual)

: Jumlah Variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan

: Jumlah sampel

Hipotesis : H0 :H0 :1 : 2 : 3 = 0
: Ha :Ha :1 : 2 : 3 0
KPK (Kriteria Pengambilan Keputusan)
H0 diterima jika F-hitung < F-tabel
Ha diterima jika F-hitung > F-tabel

3.6.3 Uji t-statistik


Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui
apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam hal ini
digunakan hipotesis sebagai berikut:
Ho : bi = b
Ha : bi b
Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis,
biasanya b dianggap = 0. artinya, tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y.
Bila t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini
berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan)
terhadap variabel dependen.
Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:
t-hitung =

(bi b)
Sbi

Dimana:
bi = koefisien variabel ke-i
b

= nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

3.6.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik


3.6.3.1 Multikolinearity
Multikolinerity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat
korelasi variabel independen di antara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

tidaknya multikolinerity dapat dilihat dari nilai R-Square, F-hitung, t-hitung, serta
standard error.
Adanya multikolinearity ditandai dengan:
a) Standard error tidak terhingga.
b) Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada = 5%, = 10%, = 1%.
c) Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori.
d) R 2 sangat tinggi.

3.6.3.2 Autokorelasi
Autocorrelation/ Serial correlation didefinisikan sebagai korelasi antara
anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Model
regresi linear klasik mengasumsikan autokorelasi terdapat di dalamnya distribusi atau
gangguan i dilambangkan dengan
E(1:2) = 0 ij
Terdapat beberapa cara untuk menguji kebenaran autokorelasi, yaitu:
1. Dengan menggunakan atau mem-plot grafik
2. Dengan D-W test (Uji Durbin Watson)
Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut:

(et (et 1)) 2


D-hitung =
e 2 t
Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Ho: p = 0, artinya tidak ada autokorelasi


Ho: p 0, artinya ada autokorelasi
Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel dependen tertentu
diperoleh nilai kritis dL dan dU dalam tabel distribusi Durbin Watson untuk nilai .
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

Inconclusive

Autokorelasi (-)

Autokorelasi (+)
H0 diterima
(no serial correlation)

dL

dU

4-dU

4-dL

Dimana:
0 < DW < dL : Ho ditolak (ada autokorelasi positif)
dL < DW < dU : Pengujian Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)
dU < DW < 2 : Ho diterima (tidak ada autokorelasi)
2 < DW < 4-dU : H0 diterima (tidak ada autokorelasi)
4-dU < DW < 4-dL : pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusive)
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

4-dL < DW < 4 : Ho ditolak (ada autokorelasi negatif)

3.7 Definisi Operasional


1. Tenaga kerja (Y) adalah total penduduk yang tinggal di suatu wilayah yang
bekerja atau diserap pada sektor industri yang dinyatakan dalam jumlah orang.
2. PMDN (X1) adalah dana yang berasal dari dalam negeri yang diinvestasikan pada
sektor industri yang dinyatakan dalam rupiah
3. PMA (X2) adalah dana yang berasal dari luar negeri yang diinvestasikan pada
sektor industri yang dinyatakan dalam dollar.
4. Konsumsi (X3) adalah total konsumsi produk yang dihasilkan industri yang telah
dinyatakan dalam rupiah

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM PROPINSI SUMATERA UTARA


4.1.1 Kondisi Geografis
Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pda garis
10-40 LU dan 980-1000 BT dengan luas 71.680 km2 atau terbesar ketujuh dari luas
wilayah Republik Indonesia. Letak propinsi ini sangat strategis karena berada pada
jalur perdagangan internasinal dan berdekatan dengan Malasysia dan Singapura serta
diapit oleh tiga propinsi dengan batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan propinsi Sumatera Barat dan Riau.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka.
Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas tiga
kelompok wilayah, yaitu:
1. Pantai Barat (Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga dan Nias).
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

2. Dataran Tinggi (Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo dan


Dairi).
3. Pantai Timur (Medan, Binjai, Langkat, Tebing tinggi, Asahan, Tanjung Balai
dan Labuhan Batu).
Tabel 4.1 Kondisi Geografis Sumatera Utara Menurut Kabupaten dan
Kotamadya
Kabupaten/ Kotamadya
Kabupaten :
1. Nias
2. Mandailing Natal
3. Tapanuli Selatan
4. Tapanuli Tengah
5. Tapanuli Utara
6. Toba Samosir
7. Labuhan Batu
8. Asahan
9. Simalungun
10. Dairi
11. Karo
12. Deli Serdang
13. Langkat
14. Nias Selatan
15. Humbang Hasundutan
16. Pakpak Barat
Kotamadya :
1. Padang Sidempuan
2. Sibolga
3. Tanjung Balai
4. Pematang Siantar
5. Tebing Tinggi
6. Medan
7. Binjai
Sumatera Utara
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Luas (Km2)
5.318
6.620
12.227
2.188
7.165
3.440
9.323
4.581
4.369
3.146
2.127
4.339
6.262
1.762
2.730
1.218
50
11
58
70
31
265
90
71.680

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Jumlah Pulau di Sumatera Utara sekitar 162 pulau yang terdiri dari 156 pulau
yang berada di tepi Pantai Barat dan 6 berada di Pantai Timur. Berdasarkan Undangundang Darurat No. 7 tahun 1956, Undang-undang Darurat No. 8 tahun 1956,
Undang-undang Darurat No. 9 tahun 1956, Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang No. 4 tahun 1964, Sumatera Utara terdiri dari 11 Kabupaten dan 6
Kotamadya,
Namun sesuai dengan Undang-undang No. 12 tahun 1998, tentang
Pembentukan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dan Kabupaten Toba Samosir
(Tobasa) dan beberapa kabupaten lainnya, maka propinsi Sumatera Utara menjadi 16
kabupaten dan 7 kotamadya.

4.1.2 Kondisi iklim dan topografi


Karena terletak dekat garis khatulistiwa, propinsi Sumatera Utara mempunyai
iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin passat dan angin muson. Kelembaban udara
rata-rata 780-910 per tahun, curah hujan kurang lebih 1800-4000 mm per tahun dan
penyinaran matahari 43%. Sebagaimana propinsi lain, musim hujan biasanya pada
bulan Nopember sampai dengan pada bulan April dan musim panas pada bulan April
sampai dengan bulan Oktober. Diantara kedua musim ini diselingi oleh musim
pancaroba. Ketinggian permukaan dataran propinsi Sumatera Utara sangat bervariasi.
Sebagian daerahnya datar hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim
cukup panas bisa mencapai 350 C. Sebagian daerahnya berbukit dengan kemiringan
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada ketinggian yang suhu
minimalnya bisa mencapai 140 C.

4.1.3 Kondisi demografis


Sumatera utara merupakan propinsi ke empat terbesar jumlah penduduknya di
Indonesia, setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah yang dihuni oleh
penduduk dari berbagai suku seperti Melayu, Batak, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa,
dan menganut berbagai agama seperti Islam, Kristen, Budha, Hindu dan berbagai
aliran kepercayaan lainnya. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP)
2000, penduduk propinsi Sumatera Utara berjumlah 11,5 juta jiwa (seperlima dari
203,5 juta jiwa penduduk Indonesia) dengan pertumbuhan 1,20% per tahun sejak
tahun 1990. Jumlah tersebut bertambah menjadi sekitar 11,9 juta jiwa pada tahun
2003 berdasarkan hasil sementara Pendaftaran Pemilih dan Pendaftaran Penduduk
(P4). Dari jumlah tersebut paling banyak bertempat tinggal di Kabupaten Deli
Serdang (2.05 juta jiwa) dan kota Medan (1,98 juta jiwa). Berdasarkan hasil Sensus
Penduduk 2000, etnis terbesar yang ada di Sumatera Utara adalah suku yang berasal
dari Jawa (Betawi, Banten, Sunda, Jawa, Madura) sebanyak 33,40% kemudian suku
batak Tapanuli/Toba 25,62% dan Mandailing 11,02%. Sebagian besar penduduk

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Sumatera Utara menganut agama Islam sampai dengan 65,45% kristen katolik dan
protestan 31,40%

4.1.4 Potensi wilayah


Wilayah propinsi Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang cukup luas dan
subur untuk dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang pertumbuhan
industri. Laut, danua dan sungai merupakan potensi perikanan dan perhubungan.
Sedangkan keindahan alam daerah merupakan potensi energik untuk pengembangan
industri, perdagangan dan lain-lain.
Dalam wilayah Sumatera Utara terkandung bahan galian dan tambang, seperti
kapur, belerang, pasir karsa, kaolin, emas, batu bara, minyak dan gas bumi. Kegiatan
perekonomian terpenting Sumatera Utara adalah pada sektor pertanian yang
menghasilkan bahan pangan dan budidaya ekspor dari perkebunan, tanaman pangan,
peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sedangkan industri yang berkembang di
Sumatera Utara adalah industri pengolahan yang menunjang sektor pertanian, industri
yang memproduksi barang-barang kebutuhan dalam negeri dan ekspor, meliputi
industri logam dasar, aneka industri kimia dasar, industri kecil dan kerajinan.
Posisi

strategis

wilayah

Sumatera

Utara dalam

jalur

perdagangan

internasional, ditunjang oleh adanya pelabuhan udara dan laut yaitu pelabuhan udara
Polonia, Pinangsori, Binaka, Aek Godang, Pelabuhan Laut Belawan, Sibolga,
Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung, Kuala Tanjung dan Labuhan Bilik.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Disamping fasilitas pelabuhan ini, sektor jasa berkaitan dengan fasilitas perbankan
dan jasa perdagangan lainnya serta komunikasi seperti telepon, teleks, faximile, pos
dan giro telah cukup berkembang dan mampu mencapai sebagian besar wilayah
Sumatera Utara.
Kota medan sebagai ibukota propinsi daerah tingkat I Sumatera Utara
disamping merupakan salah satu pusat pengembangan wilayah Sumatera Utara
sekaligus juga merupakan pusat pengembangan wilayah pembangunan kelompok
Sumatera, memiliki fasilitas komunikasi, perbankan dan jasa-jasa perdagangan
lainnya yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya.
Di Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian
seperti perguruan tinggi, balai penelitian dan balai latihan kerja yang mampu
membentuk tenaga pembangunan yang terdidik dan terampil serta hasil-hasil
penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.

4.1.5 Kebijaksanaan pembangunan.


Sejak Juni 1993, kebijaksanaan pembangunan Propinsi Sumatera Utara
sebagaimana digariskan dalam pola dasar pembangunan daerah Sumatera Utara yang
merupakan penjabaran GBHN 1993 dan Repelita VI bertujuan untuk memantapkan
otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab serta meratanya
pembangunan daerah dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Selain itu, juga bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan,
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

meletakkan dasar yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya dan meningkatkan
peran serta dan tanggung jawab masyarakat dalam pertumbuhan.
Dalam upaya meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, pembangunan daerah
Sumatera Utara senantiasa diarahkan sejalan dengan tujuan pembangunan nasional,
yaitu dalam upaya mewujudkan pembangunan nasional yang seutuhnya berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Skala prioritas pembangunan daerah Repelita VI
ditetapkan pembangunan Sektor Industri sebagai prioritas pertama yang diikuti
pertanian dan sektor pariwisata sebagai sektor kedua dan ketiga. Sedangkan sektor
lainnya dibangun secara seimbang pada Pelita VI yang merupakan kelanjutan dari
Pelita V, titik berat pembangunan daerah Sumatera Utara sesuai dengan prioritas
pembangunan nasional adalah bidang ekonomi dengan prioritas sektor industri,
pertanian dan pariwisata.

4.2 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA


Gambaran perekonomian Sumatera Utara tahun 2005 selain dipengaruhi oleh
faktor internal juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Terjadi bencana alam
gempa bumi dan gelombang Tsunami di penghujung tahun 2004 yang melanda
Nangroe Aceh Darussalam dan sebagian wilayah Sumatera Utara yang telah
memberikan dampak yang cukup berarti bagi perekonomian Sumatera Utara.
Demikian pula dengan kebijaksanaan kenaikan BBM pada bulan Maret dan Oktober
2005 memberikan andil dalam situasi perekonomian Sumatera Utara. Beberapa
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

indikator menunjukkan indikasi yang kurang menggembirakan seperti inflasi dan


nilai tukar rupiah. Namun laju perekonomian Sumatera Utara tetap menunjukkan
pertumbuhan positif.

4.3 PERKEMBANGAN INDUSTRI DI SUMATERA UTARA


Struktur perekonomian Sumatera Utara sejak tahun 1994 telah bergeser dari
dominasi sektor pertanian ke sektor industri pengolahan. Hal ini ditandai dengan
peranan sektor pertanian terhadap PDRB atas dasar harga berlaku yang cenderung
mengecil, sebaliknya peranan industri semakin besar.

Gambar 4.1
Kontribusi Sektor Industri Pengolahan pada Perekonomian Sumatera Utara
menurut Kelompok Industri Tahun 2005.
Ind. Pengilangan Minyak Bumi

0.69

Ind. Makanan, Minuman dan Tembakau

55.64

Kelompok Industri

Ind. Tekstil, Kulit & Alas Kaki

0.49

Ind. Kayu & Hasil Hutan lainnya

5.1

Ind. Kertas & Barang Cetakan

0.92

Ind. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet

17.62

Ind. Semen & Brg Galian Bkn Logam

4.86

Ind. Logam Dasar, Besi & Baja

10.63

Ind. Alat Angkut, Mesin & Peralatannya

3.91

Ind. Barang Lainnya

0.14

10

20

30

40

50

60

Kontribusi
(%)Kerja Pada Sektor Industri Di
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan
Tenaga
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Krisis moneter yang melanda Indoensia pada bulan Juli 1998 masih
membayangi perkembangan sektor perindustrian Sumatera Utara. Krisis ini
mengembalikan sektor pertanian sebagai sektor urutan pertama penyumbang terbesar
didalam pembentukan PDRB Sumatera Utara, setelah sebelumnya, tepatnya tahun
1994 sektor industri pengolahan menggeser sektor pertanian di urutan pertama dalam
Pembentukan PDRB Sumatera Utara. Pada tahun 1998, peranan sektor industri
pengolahan lebih besar daripada peranan sektor pertanian. Namun pada tahun,
kontribusi sektor industri pengolahan menurun dan pertanian meningkat kembali.

Tabel 4.2
PDRB Sektor Industri Pengolahan Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2001-2005
(Milyar Rupiah)
Sub Sektor
(1)
Industri Migas
Pengilangan Minyak Bumi

2001
(2)
105,75
(0,54)
105,75
(0,54)

2002
(3)
166,37
(0,78)
166,37
(0,78)

2003
(4)
190,24
(0,73)
190,24
(0,73)

2004
(5)
210,97
(0,70)
210,97
(0,70)

2005
(6)
243,85
(0,69)
243,85
(0,69)

19.421,99
(99,46)
12.230,22
(62,63)
111,22
(0,57)
1.106,91
(5,67)
150,25
(0,77)
3.305,13
(16,93)
891,09

21.087,24
(99,22)
12.272
(57,74)
129,57
(0,61)
1.311,62
(6,17)
157,75
(0,74)
3.994,28
(18,79)
1.089,96

25.941,73
(99,30)
14.648,09
(56,05)
138,80
(0,52)
1.412,77
(5,41)
236,99
(0,91)
5.094,87
(19,50)
1.380,77

29.735,92
(99,30)
16.695,19
(55,75)
152,77
(0,51)
1.594,41
(5,32)
278,36
(0,93)
5.512,38
(18,41)
1.490,26

35.311,18
(99,31)
19.783,47
(55,64)
175,76
0,49)
1.811,82
(5,10)
327,79
(0,92)
6.263,48
(17,62)
1.727,36

Gas Alam Cair


Industri Non Migas
Makanan, Minuman dan Tembakau
Tekstil, Brg dr Karet & Alas Kaki
Brg dr Kayu & Hasil Hutan Lain
Kertas & Brg Cetakan
Pupuk, Kimia & Brg dr Karet
Semen & Brg Galian Bkn Logam

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Logam Dasar Besi & Baja


Alat Angk.Mesin & Peralatannya
Barang Lainnya
Industri Pengolahan

(4,56)
1.086,24
(5,56)
514,25
(2,63)
26,67
(0,14)
19.527,74
(100,00)

(5,13)
1.417,80
(6,67)
628,65
(3,21)
31,60
(0,15)
21,253,61
(100,00)

(5,28)
2.075,71
(7,94)
921,10
(3,52)
35,64
(0,14)
26.131,97
(100,00)

(4,98)
2.902,04
(9,69)
1.065,91
(3,36)
44,69
(0,14)
29.946,89
(100,00)

(4,86)
3.779,65
(10,63)
1.391,44
(3,91)
50,40
(0,15)
35.555,03
(100,00)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara


Berdasarkan pengelompokan ini, industri besar dan sedang menghasilkan nilai
tambah terbesar. Berikut tentang penyerapan tenaga kerja, struktur nilai output, biaya
input, dan nilai tambah.

Tabel 4.3
Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang Menurut Golongan Industri
Tahun 2001-2005
(Unit)
Golongan Industri

2001

2002

2003

2004

2005

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

31. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

385

387

379

384

398

32. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit

57

55

55

55

60

33. Industri Kayu, Perabot Rumahtangga

139

80

131

133

138

34. Industri Kertas, Percetakan dan Plastik

34

32

32

32

33

35. Industri Kimia, Batubara, Karet dan Plastik

182

174

174

174

186

35

34

32

32

35

36. Industri Barang Galian Bukan Logam, Kecuali


Minyak Bumi dan Batu bara

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

37. Industri Logam Dasar

14

54

13

13

13

Perlengkapannya

101

53

86

87

86

39. Industri Pengolahan Lainnya

12

78

17

19

17

959

947

919

929

966

38.

Industri

Barang

dari

Logam,

Mesin

dan

Jumlah

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara


Pada tahun 2005, jumlah industri besar dan sedan di Sumatera Utara sebanyak
966 perusahaan. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2004
sebanyak 929 perusahaan. Sebagian besar dari industri ini termasuk pada golongan
industri 31 (makanan, minuman, dan tembakau) yang mencapai 398 perusahaan.
Selain golongan industri 31, golongan industri besar sedang lain yang banyak
terdapat di Sumatera Utara, yaitu: golongan industri 35 (kimia, batu bara, karet, dan
plastik) yang berjumlah 186 perusahaan; dan golongan industri 33 (kayu, perabot
rumah tangga) berjumlah 138 perusahaan.
Table 4.4
Nilai Output Industri Besar dan Sedang menurut Golongan Industri
Tahun 2001-2005
(Milyar Rp.)
Golongan Industri

2001

2002

2003

2004

2005

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

31. Industri Makanan, Minuman dan TEmbakau

38.670,79

25.753

23.880,21

24.312,74

28.992,37

32. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit

203,16

385,50

178,50

331,67

468,19

33. Industri Kayu, Perabot Rumahtangga

2.162,35

1.776,48

2.298,46

2.511,06

3.299,96

34. Industri Kertas, Percetakan dan Plastik

372,92

370,12

1.737,93

1.781,83

1.969,45

35. Industri Kimia, Batubara, Karet dan Plastik

4.934

5.959,31

6.911,17

7.132,55

9.354,98

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

36. Industri Barang Galian Bukan Logam,


Kecuali Minyak Bumi dan Batu bara

508

633,02

738,12

795,32

869,83

37. Industri Logam Dasar

3.093,46

5.252,51

2.725,51

3.280,91

3.892,28

Perlengkapannya

1.116,65

332,11

658,42

842,44

836,76

39. Industri Pengolahan Lainnya

10,19

537,09

15,59

20,15

19,17

51.073,09

40.999,65

39.143,91

41.008,67

49.569,99

38. Industri Barang dari Logam, Mesin dan

Jumlah

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara


Berdasarkan nilai output yang dihasilkan, golongan industri 31 (makanan,
minuman, dan tembakau) kembali menunjukkan peranannya terhadap output industri
besar sedang di Sumatera Utara dimana sebesar Rp 28,99 triliun atau sekitar 58,49
persen dari output industri besar sedang dihasilkan oleh golongan industri ini.
Penghasil output terbesar kedua adalah golongan industri 35 (kimia, batu bara,
karet dan plastik), yaitu sebesar Rp 9,354 triliun atau sekitar 18,87 persen dari
keseluruhan nilai output. Golongan industri 37 (logam dasar), golongan industri 33
(kayu, dan perabot rumah tangga), serta golongan industri 34 (kertas, percetakan dan
penerbitan) mengikuti di belakangnya, dengan besarnya output masing-masing
sebesar Rp 3,829 triliun, Rp 3,299 triliun, dan Rp 1,969 triliun. Besarnya persentase
dari masing-masing golongan tersebut secara berturut-turut adalah 7,72 persen, 6,52
persen, dan 3,97 persen. Output kecil dihasilkan oleh industri pengolahan lainnya
dengan persentase 0,04.

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Banyaknya perusahaan pada golongan industri 31 (makanan, minuman dan


tembakau) berdampak pada besarnya tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan
industri ini. Tenaga kerja yang bekerja pada golongan industri ini ada sekitar 57.943
orang. Sedangkan perusahaan golongan industri 35 (kimia, batu bara, karet dan
plastik) mempunyai tenaga kerja sebanyak 44.367 orang, dan perusahaan golongan
industri 33 (kayu, perabot rumah tangga) mempunyai tenaga kerja sebanyak 28.250
orang.
Perusahaan yang paling tinggi menyerap tenaga kerja adalah perusahaan pada
golongan industri 37 (logam dasar), dimana setiap perusahaannya dapat menyerap
sampai 393 tenaga kerja. Sedangkan golongan industri 35 (kimia, batu bara, karet,
plastik) berhasil mempekerjakan 239 orang pada setiap perusahaannya. Kelompok
industri yang paling sedikit menyerap tenaga kerja adalah industri pengolahan lainnya
sebesar 35 orang per perusahaan.
Tabel 4.5
Nilai Input Industri Besar dan Sedang menurut Golongan Industri
Tahun 2001-2005
(Milyar Rp.)
Golongan Industri

2001

2002

2003

2004

2005

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

31. Industri Makanan, Minuman dan TEmbakau

31.794,26

19.885,17

19.104,17

19.227,14

20.886,79

32. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit

149,30

327,62

114,54

255,71

378,14

33. Industri Kayu, Perabot Rumahtangga

1.235,48

851,16

1.196,07

1.275,15

1.859,46

34. Industri Kertas, Percetakan dan Plastik

280,54

286,93

394,93

429,33

517,95

35. Industri Kimia, Batubara, Karet dan Plastik

3.546,80

4.164,37

4.876,33

4.912,68

6.951,49

36. Industri Barang Galian Bukan Logam,


Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Kecuali Minyak Bumi dan Batu bara

230,41

122,73

232,97

288,56

347,47

37. Industri Logam Dasar

1.308,64

3.962,01

1.183,83

1.590,49

2.136,84

Perlengkapannya

663,72

226,40

411,93

586,87

500,12

39. Industri Pengolahan Lainny

5,12

345,61

8,03

10,22

9,12

39.214,27

30.171,77

27.522,80

28.576,15

33.587,47

38. Industri Barang dari Logam, Mesin dan

Jumlah

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara


Secara umum input golongan industri mengalami peningkatan. Pada tahun
2005, input industri besar sedang sebesar Rp 49.57 triliun, atau naik 20,88 persen dari
sebesar Rp 41,01 triliun pada tahun 2004. Hal ini dapat menjadi cerminan akan telah
adanya perbaikan kinerja ekonomi pada sektor industri, khususnya industri besar
sedang, karena tahun sebelumnya terjadi penurunan nilai output.
Tingginya penyerapan tenaga kerja pada golongan industri 37 (logam dasar)
dan golongan industri 35 (kimia, batu bara, karet, dan plastik) dapat dimanfaatkan
oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk membuka lapangan kerja dengan cara
pendirian perusahaan jenis tersebut atau setidaknya dapat mengundang investor untuk
mendirikan perusahaan/ menanamkan modalnya pada industri-industri tersebut.
Tabel 4.6
Nilai Tambah Industri Besar dan Sedang menurut Golongan Industri
Atas Dasar Harga Pasar Tahun 2001-2005
(Milyar Rp.)

Golongan Industri

2001

2002

2003

2004

2005

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

6.876,53

5.868,30

4.776,04

5.085,60

8.105,58

31. Industri Makanan, Minuman dan TEmbakau

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

32. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit

53,86

57,87

63,96

75,96

90,05

33. Industri Kayu, Perabot Rumahtangga

926,87

925,32

1.102,39

1.235,91

1.370,50

34. Industri Kertas, Percetakan dan Plastik

92,38

83,18

1.343,00

1.352,50

1.451,50

35. Industri Kimia, Batubara, Karet dan Plastik

1.387,90

1.794,94

2.034,84

2.219,87

2.403,49

Kecuali Minyak Bumi dan Batu bara

278,46

510,28

505,15

506,76

522,36

37. Industri Logam Dasar

1.784,82

1.290,53

1.541,68

1.690,42

1.692,44

Perlengkapannya

452,93

105,70

246,49

255,57

336,44

39. Industri Pengolahan Lainnya

5,07

191,73

7,56

9,93

9,96

11.858,82

10.827,88

11.621,11

12.432,52

15.982,52

36. Industri Barang Galian Bukan Logam,

38. Industri Barang dari Logam, Mesin dan

Jumlah

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara


Sama halnya dengan nilai output, kelompok industri yang paling besar
menggunakan biaya input adalah golongan industri 31 (makanan, minuman, dan
tembakau) yaitu sebesar Rp 20,886 triliun, atau sekitar 62,19 persen dari keseluruhan
input industri besar sedang pada tahun 2005. Golongan industri 35 (kimia, batu-bara,
karet dan plastik) menyusul diurutan kedua dengan biaya input sebesar Rp 6,951
triliun atau sekitar 20,70 persen. Urutan selanjutnya adalah golongan industri
37,33,38,36,32 dan 39.
Secara keseluruhan biaya input naik sebesar 17,54 persen, dari Rp 28,576
triliun pada tahun 2004 menjadi Rp 33,587 triliun pada tahun 2005. Perbandingan
nilai output terhadap input sekitar 1,48 persen. Diharapkan untuk tahun tahun
selanjutnya kenaikan input akan diikuti oleh kenaikan output yang lebih besar dari
tahun ini.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Pada tahun 2005, golongan industri 31 (makanan, minuman, dan tembakau)


menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 8,105 triliun atau sekitar 50,71 persen dari
keseluruhan nilai tambah golongan industri besar sedang. Golongan industri 35
(kimia,batu bara, karet dan plastik) merupakan penghasil nilai tambah terbesar kedua
dengan nilai tambah Rp 2,403 triliun atau sekitar 15,04 persen.
Industri besar sedang lain yang cukup besar peranannya adalah golongan
industri 37,34, dan 33 dengan nilai tambah masing-masing sebesar Rp 1,692 triliun,
Rp 1,451 triliun, dan Rp 1,370 triliun. Bila diukur dengan persentase secara berturutturut besarnya sekitar 10,59 persen, 9,08 persen, dan 8,57 persen. Secara keseluruhan
nilai tambah yang dihasilkan naik sebesar 28,55 persen dari Rp 12,432 triliun pada
tahun 2004 menjadi Rp 15,982 triliun pada tahun 2005.
Apabila dicermati lebih lanjut, selama periode 2001-2005, terlihat bahwa
golongan industri 31 (makanan, minuman, dan tembakau) menempati peringkat
pertama dalam menciptakan struktur nilai ouput, biaya input dan struktur nilai tambah
menurut golongan industri. Sebaliknya, pada urutan terakhir ditempati oleh golongan
industri pengolahan lainnya.
Sementara itu, jika dibandingkan antara rasio nilai tambah terhadap output
selama tahun 2001-2005 juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2002, rasio nilai
tambah terhadap output sekitar 26,41 persen, kemudian meningkat di tahun 2003
menjadi 29,69 persen. Selanjutnya nilai ini terus meningkat hingga tahun 2004 yang
mencapai 30,32 persen. Pada tahun 2005 meningkat kembali menjadi sebesar 32,24
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

persen. Hal ini cukup menggembirakan karena gambaran ini mengindikasikan bahwa
usaha kelompok industri di Sumatera Utara sudah dapat menggunakan dananya
secara lebih efisien.

4.3 PERKEMBANGAN KESEMPATAN KERJA


Kesempatan kerja merupakan unsur yang paling sangat penting dalam suatu
industri dan tenaga kerja juga merupakan proses yang paling utama dalam suatu
produksi barang dan jasa serta mengatur sarana produksi untuk menghasilkan barang
dan jasa tersebut. Tenaga kerja merupakan bagian penting dari penduduk dimana
pertumbuhan tenaga kerja sejalan dengan pertumbuhan penduduk.

Tabel. 4.7
Jumlah Tenaga Kerja Yang Diserap pada Sektor Industri
(orang)
TAHUN
1982
1983
1984
1985
1986
1987

TENAGA KERJA (ORANG)


39616
42033
46464
88276
101097
120589

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

130349
148533
166659
154387
191989
198521
191516
186955
181865
174120
169808
169954
166913
158108
158598
152389
158877
160634
161892

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara


Pekerja dalam tabel ini adalah total tenaga kerja yang diserap pada sektor
industri. Jadi angka ini sudah mencakup secara keseluruhan total pekerja yang
diserap. Dari tabel tampak bahwa tenaga kerja yang diserap mengalami kenaikan
sampai pada tahun 1993, yaitu sebanyak 198521 orang kemudian untuk selanjutnya
ada kecenderungan naik turun.
Tabel 4.8
Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang Menurut Golongan Industri
Tahun 2001-2005
(Orang)
Golongan Industri

2001

2002

2003

2004

2005

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

31. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

55.081

58.465

56.281

56.492

57.943

32. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit

5.790

4.144

5.389

5.393

5.633

33. Industri Kayu, Perabot Rumahtangga

30.930

21.706

27.897

27.958

58.250

34. Industri Kertas, Percetakan dan Plastik

4.465

4.234

4.451

4.457

4.666

35. Industri Kimia, Batubara, Karet dan Plastik

39.544

41.617

39.290

39.392

44.367

Kecuali Minyak Bumi dan Batu bara

3.035

3.086

3.043

3.055

3.840

37. Industri Logam Dasar

5.794

9.991

5.130

5.244

5.106

Perlengkapannya

13.025

4.571

10.338

10.341

10.288

39. Industri Pengolahan Lainnya

444

10.784

570

575

601

158.108

158.598

152.389

158.877 160.634

36. Industri Barang Galian Bukan Logam,

38. Industri Barang dari Logam, Mesin dan

Jumlah

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara


Besarnya tenaga kerja pada kelompok industri 31 tersebut belum tentu
mencerminkan tingkat penyerapan yang tinggi terhadap tenaga kerja. Tingginya
tingkat penyerapan tenaga kerja dapat dilihat dari rata-rata tenaga kerja per
perusahaan. Rata-rata tenaga kerja yang terserap di perusahaan golongan industri 31
hanya sebanyak 145 orang per perusahaan. Jumlah ini lebih rendah daripada rata-rata
tenaga kerja yang diserap industri besar sedang secara kumulatif, dimana nilainya
sudah sebesar 166 orang per perusahaan.

4.4 PERKEMBANGAN INVESTASI

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Dalam kegiatan investasi di Indonesia, dikenal adanya penanaman modal


dalam negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Adapun unsur atau
acuan penanaman modal ini adalah undang-undang antara lain:
Undang-undang nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA).
Undang-undang nomor 6 tahun 1986 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN).
Dalam perkembangannnya investasi pada sektor industri selalu mengalami
pasang surut yang dikarenakan oleh beberapa kondisi yang tidak mendukung untuk
hal investasi. Situasi politik yang tidak stabil dapat mempengaruhi penanaman modal,
demikian juga halnya dengan sistem yang ada di daerah, baik sistem perizinan
maupun kondisi yang mendukung untuk investasi seperti tenaga terampil dan tenaga
terdidik.

Tabel 4.9
Perkembangan Investasi pada Sektor Industri di Sumatera Utara
TAHUN
1982
1983
1984

PMDN (MILYAR RP)


2513.98
5452.86
1436.47

PMA (US$)
1326.6
1834.4
1507.08

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

1632.21
1842.3
5518.1
9746.9
12933.7
32863.5
26464.3
19079.2
24032.1
31921.7
43341.8
59217.7
80334.3
44908.02
46747.5
30059.5
43966.6
15853.5
34442.7
18631.6
26807.9
70753.3

2263.2
2736.7
3581.3
2527.9
4246.1
5646.9
3970.5
5639.3
13421.4
18733.8
23891.9
16072.5
23017.3
2188.2
6929.2
7703.01
5145.4
5208.3
4057.4
6334.3
6028.02
8307.4

Sumber : Bank Indonesia Cabang Medan


Dalam Tabel diatas tampak bahwa perkembangan investasi menurun drastis
pada tahun 1998, dimana pada waktu itu ada berbagai masalah yang melanda negara
Indonesia dan ini berdampak pada perekonomian Indonesia, dan pada akhirnya
wilayah Sumatera Utara sebagai bagian dari wilayah Indonesia tidak luput dari
masalah tersebut. Pada tahun 1998 baik PMDN maupun PMA mengalami penurunan.

4.4.1 Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia


termasuk benda-benda baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau
swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan atau disediakan guna
menggunakan suatu usaha sepanjang modal tersebut diatur oleh ketentuan pasal 2
undang-undang nomor 1 tahun 1967 tentang penaman modal asing (PMA) mengenai
pengertian modal asing (Wijaya, L.G Rai, 2005:23).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa penanaman
modal dalam negeri adalah penggunaan kekayaan baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk menjalankan suatu usaha berdasarkan ketentuan Undang-undang
ketentuan modal. Dari tahun ke tahun PMDN selalu mengalami peningkatan.
Meningkat dalam arti bahwa tren yang ditunjukkan oleh PMDN itu sendiri adalah
baik. Bagi investor hal ini dapat menjadi alasan untuk menanamkan modalnya lebih
banyak lagi di Sumatera Utara. Jika suatu tren itu baik, dapat diartikan bahwa
keadaan itu mendukung untuk melakukan investasi, sehingga para investor tidak
terlalu khawatir untuk menanamkan modalnya, bahwa dalam mereka investasi
mereka akan memperoleh keuntungan dan bahwa modal yang sudah diinvestasikan
akan kembali. Walaupun dalam beberapa kasus hal ini tidak selalu baik, namun data
yang dapat dilihat secara umum, dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk melangkah
dalam menanamkan modal.
Tabel 4.10
Perkembangan PMDN pada Sektor Industri di Sumatera Utara
(Milyar Rp.)
TAHUN

PMDN (MILYAR RP)

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

2513.98
5452.86
1436.47
1632.21
1842.3
5518.1
9746.9
12933.7
32863.5
26464.3
19079.2
24032.1
31921.7
43341.8
59217.7
80334.3
44908.02
46747.5
30059.5
43966.6
15853.5
34442.7
18631.6
26807.9
70753.3

Sumber : Bank Indonesia Cabang Medan

4.4.2 Penanaman Modal Asing (PMA)


Penanaman Modal Asing mencakup PMA secara langsung yang dilakukan
berdasarkan ketentuan Undang-undang No. 1 tahun 1967 dan digunakan dalam

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

menjalankan perusahaan di Indonesia. Artinya pemilik modal menanggung segala


resiko dalam PMA tersebut (Wijaya, I.G Rai, 2005: 25)
Menurut I.G. Rai, modal asing adalah alat pembayaran luar negeri yang tidak
merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan
pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
Dalam perjalanannya, PMA menjadi kontroversi diantara pemegang
kepentingan dengan ahli-ahli ekonomi. Di satu sisi PMA sangat dibutuhkan untuk
memperlancar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Sementara dilain sisi, PMA
merupakan bentuk eksploitasi sumber daya baik itu sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya. Dalam kenyataanya PMA mutlak dibutuhkan
untuk mengembangkan perekonomian suatu wilayah atau suatu negara. Karena jika
suatu daerah jauh dari Penanaman Modal Asing, maka wilayah itu akan cenderung
tertinggal di dalam bentuk kemajuan baik itu dari segi teknologi maupun segi sosial
budaya.
Para investor asing juga selalu membawa perubahan dalam suatu wilayah,
baik itu dalam manajen perusahaan maupun pengolahan suatu barang. Namun mereka
investasi asing sering terkendala oleh berbagai aspek seperti keaamanan, kemudahan
pengurusan izin, dan sistem serta infrastruktur yang baik.

Tabel 4.11
Perkembangan PMA pada Sektor Industri di Sumatera Utara
( Juta US$)
TAHUN

PMA (JUTA US$)

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

1326.6
1834.4
1507.08
2263.2
2736.7
3581.3
2527.9
4246.1
5646.9
3970.5
5639.3
13421.4
18733.8
23891.9
16072.5
23017.3
2188.2
6929.2
7703.01
5145.4
5208.3
4057.4
6334.3
6028.02
8307.4

Sumber : Bank Indonesia Cabang Medan


Dari tabel di atas dapat diamati bahwa PMA selalu tidak pasti. Mungkin
suasana yang kondusif tidaklah menjamin bahwa investor asing akan menanamkan
modalnya pada sektor industri. Mungkin lagi harus ditinjau dari segi pangsa pasar
serta kelangsungan suatu usaha yang akan didirikan.
Kendala yang dihadapi dalam hal kegiatan merangsang masuknya investor
untuk menanamkan modal di Sumatera Utara antara lain:
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

1. Minimnya insentif, misalnya fasilitas pengurangan atau keringan pajak yang


diberikan oleh pemerintah. Para investor (PMA) selalu bertanya apa fasilitas
yang akan mereka terima jika menanamkan modalnya disuatu negara jika
dibandingkan dengan negara pesaing Indonesia (seperti RRC, Vietnam,
Myanmar). Insentif yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia termasuk
minim.
2. Masalah penerbitan izin, para calon investor merasa terbebani dengan proses
administrasi perizinan yang berbelit-belit. Misalnya pengurusan izin HO, izin
bangunan di kabupaten/kota.
3. Terbatasnya

dukungan

infrastruktur

seperti

listrik,

gas,

air

bersih,

telekomunikasi dan transportasi.


4. Kondisi keamanan dan ketertiban yang belum kondusif (misalnya persoalan
tanah, perburuhan, premanisme, pungli dll).
5. Koordinasi

antara

Pemerintah

Pusat

dengan

Pemerintah

Propinsi,

Kabupaten/Kota dalam pelimpahan kewenangan pemberian izin penanaman


modal belum efektif.

4.5

PERKEMBANGAN KONSUMSI SUMATERA UTARA

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Dalam kenyataannya konsumsi adalah suatu kegiatan yang harus dan pasti
dilakukan oleh manusia. Besar kecilnya konsumsi itu jika faktor faktor yang
mempengaruhi konsumsi itu meningkat.
Tabel 4.12
Konsumsi Total pada Sektor Industri di Sumatera Utara
(Milyar Rp.)
TAHUN
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

KONSUMSI (MILYAR RP)


2103.49
2511.74
2957.75
3423.35
3694.3
4221.51
4888.02
5446.55
6162.5
6764.28
8706.46
10861.36
13193.97
30466.29
16130.11
21383.99
27334.65
35630.68
44869.48
53463.28
57480.14
64365.11
73844.67
86902.17
102375.8

Sumber : BPS Sumatera Utara


Berdasarkan data yang bersumber dari BPS (Badan Pusat Statistik) Sumatera
Utara menyebutkan bahwa jumlah konsumsi pada tahun 2005 tercatat sebesar Rp
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

86902,17 milyar. Jumlah ini menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan


tahun sebelumnya 2004 sebesar Rp 73844,67 milyar. Konsumsi ini mencakup
konsumsi yang dilakukan oleh Pemerintah, Swasta (lembaga-lembaga) dan yang
terbesar adalah konsumsi yang dilakukan oleh Rumah Tangga.
Sepanjang tahun 2006 merupakan pengeluaran konsumsi yang paling besar
yang pernah dilakukan oleh ketiga pihak yang melakukan konsumsi, diantaranya
adalah pemerintah, lembaga-lembaga swasta dan rumah tangga. Pada saat seperti ini
memungkinkan permintaan akan barang-barang industri meningkat sehingga industri
akan meningkatkan produktifitasnya yang pada gilirannya akan menyerap banyak
tenaga kerja.
Konsumsi ini dapat dilihat dari PDRB berdasarkan penggunaannya dimana
dalam konsep penggunaannya ada rincian tiap sektor industri. Konsumsi pada sektor
industri ini merupakan pos yang sangat besar dibandingkan dengan pos sektor lainnya
yang pada umumnya masih jauh di bawah sektor industri.
Krisis yang melanda Indonesia dan tentunya Sumatera Utara membuat
konsumsi sektor perindustrian Sumatera Utara terpuruk hingga mengalami
penurunan. Memang konsumsi sektor industri sangat signifikan dalam memacu
pertumbuhan ekonomi, baik lokal wilayah Sumatera Sendiri maupun Indonesia secara
umum.
Konsumsi Sektor Industri sangat erat kaitannya dalam pembentukan PDRB
Sumatera Utara. Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi yang lebih banyak dibentuk oleh
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

konsumsi kurang baik. Namun sejauh konsumsi itu masih wajar maka hal itu tidak
akan mengganggu pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

4.8 ANALISA DATA


Analisis regresi merupakan metode yang digunakan untuk menganalisa
hubungan persamaan antar variabel. Untuk mengalisis pengaruh PMDN, PMA, dan
tingkat Konsumsi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja, digunakan analisa regresi linier
berganda, dimana variabel terikat (dependen variabel) adalah Penyerapan Tenaga
Kerja periode 1982-2006. Sedangkan variabel bebas (independen variabel) adalah
PMDN, PMA, dan tingkat inflasi periode 1982-2006. (Lihat lampiran: 1 )
Model estimasi persamaannya adalah sebagai berikut:
Y= + 1LX1 +2LX2 + 3LX3 +
Dimana:
Y = Tenaga Kerja yang Diserap (Orang)
= Intercept
X1 = PMDN (Rp)
X2 = PMA (US$)
X3 = Konsumsi (Rp)
1, 2, 3 = Koefisien Regresi
= Error Term

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Berdasarkan

regresi linier berganda dengan bantuan komputer program

Eview 4.1 dengan metode Ordinary Least Squre (OLS) diperoleh hasil estimasi
sebagai berikut:
Tabel 4.13
Hasil Estimasi PMDN (X1), PMA (X2) dan Konsumsi (X3) terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja (Y)
Y = -261136.2154 + 19222.65482*LX1 + 22830.6288*LX2 + 2419.994254*LX3
Std.error

(51341.97)

(7330.819)

(7330.819)

t- statistik

(-5.086213)

(2.622170)**

(2.667017)**

R2

(5599.532)
(2.332178)**

= 0.786082

Adjusted R 2 = 0.755522
Dw-statistik

= 1.010712

F-statistik

= 25.72282

Keterangan:
(**) : signifikan pada = 5 %
1. Koefisien Determinasi (R 2 )
Koefisien determinasi (R 2 ) adalah koefisien yang menyatakan hubungan
yang dijelaskan oleh variabel dependen dan variabel independen tersebut.
Dari hasil perhitungan estimasi regresi dapat diperoleh nilai (R 2 ) sebesar
0.79. Artinya, variabel PMDN (X1), PMA (X2), dan Konsumsi (X3) secara bersama
menjelaskan variabel Penyerapan Tenaga Kerja sebesar 79 %, sedangkan sisanya
sebesar 21 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
estimasi.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

2. Uji F- Statistik
Uji F- statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel PMDN (X1),
PMA (X2), dan Konsumsi (X3) mampu secara serentak atau secara bersama-sama
mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja.
Berdasarkan hasil model analisis regresi diperoleh bahwa F-hitung > F-tabel
(25.723 > 3.07), dengan demikian Ho ditolak. Artinya, secara bersama-sama tingkat
PMDN (X1), PMA (X2), dan Konsumsi (X3) berpengaruh nyata terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja, pada tingkat kepercayaan 79 %.

Ho diterima

Ha diterima

3.07

25.723

Gambar 4.2 Uji F-statistik

3. Uji t- statistik
Berdasarkan hasil estimasi (regresi) model yang telah diperoleh, dapat dibuat
suatu interpretasi model yang diambil pada metode penelitian, sebagai berikut:

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

a. PMDN (X1)
PMDN (X1) mempunyai pengaruh positif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja,
dengan koefisien sebesar 19222.65. Hal ini berarti jika terjadi penambahan PMDN
sebesar 1 miliar rupiah, ceteris paribus maka Penyerapan Tenaga Kerja akan
mengalami peningkatan sebesar 19223 orang.
Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa PMDN signifikan pada = 5%,
dengan t-hitung > t-tabel (2.622 > 2.080). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya,
variabel PMDN berpengaruh nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada tingkat
kepercayaan 95 %. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila terjadi
kenaikan pada PMDN, maka Penyerapan Tenaga Kerja akan meningkat, ceteris
paribus.
b. PMA (X2)
PMA (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja,
dengan koefisien sebesar 22830.63. Hal ini berarti jika terjadi penambahan PMA
sebesar 1 juta US$ , ceteris paribus maka Penyerapan Tenaga Kerja akan mengalami
peningkatan sebesar 22831 orang.
Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa PMA signifikan pada = 5 %,
dengan t-hitung > t-tabel (2.667 > 2.080). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya,
variabel PMA berpengaruh nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada tingkat
kepercayaan 95 %.

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila terjadi kenaikan pada PMA,
maka Penyerapan Tenaga Kerja akan meningkat, ceteris paribus.
c. Konsumsi (X3)
Konsumsi (X3) mempunyai pengaruh positif terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja, dengan koefisien sebesar 2419.994. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan tingkat
Konsumsi sebesar 1 milyar rupiah , ceteris paribus maka Penyerapan Tenaga Kerja
akan mengalami peningkatan sebesar 2420 orang.
Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa Konsumsi signifikan pada = 5
%, dengan t-hitung > t-tabel (2.332 > 2.080). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya,
variabel Konsumsi berpengaruh nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada
tingkat kepercayaan 90 %.
Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila terjadi kenaikan pada
Konsumsi, maka Penyerapan Tenaga Kerja akan meningkat, ceteris paribus.

4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik


Multikolinearity
Multikolinearity adalah suatu kondisi dimana terdapat korelasi

variabel

independen di antara satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini tidak terdapat
gejala multikolinearitas di antara variabel-variabel independennya. Hal ini dapat
terlihat dari setiap koefisien masing-masing variabel sesuai dengan hipotesa yang
sudah ditentukan.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Dari model analisis:


LY= + 1LX1 + 2LX2 + 3LX3 + .( 1 )
Penyerapan Tenaga Kerja = f ( PMDN, PMA,KONSUMSI )
Kemudian dilakukan pengujian di antara masing-masing variabel independen,
hal ini untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel
independen. Sehingga diperoleh hasil analisis regresi variabel independennya sebagai
berikut:
a) PMDN = f ( PMA, KONSUMSI )
PMDN = + 2LX2 (PMA) + 3LX3 (Konsumsi) + ..( 2 )
Dari hasil analisis regresi diperoleh R 2 sebesar 0.719077. Artinya, variabel
PMA (X2), Konsumsi (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 72 % terhadap
variabel tenaga kerja . R 2 Y, X1, X2, X3 > R 2 X2, X3
(0.79 > 0.72). Dengan demikian tidak terdapat gejala multikolinearity karena
R-Square (persamaan 2) lebih kecil daripada R-Square (persamaan 1).
b) PMA = f (PMDN, KONSUMSI)
PMA = + 1LX1 ( PMDN) +3LX3 (KONSUMSI) + ...( 3 )

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Dari hasil analisis regresi diperoleh R 2 sebesar 0.549808. Artinya, variabel


suku bunga LIBOR (X1) dan tingkat inflasi (X3) mampu memberi penjelasan
sebesar 55 % terhadap variabel PMA. R 2 Y, X1, X2, X3 > R 2 X1, X3
(0.79 > 0.55 ). Dengan demikian tidak terdapat gejala multikolinearity karena
R-Square (persamaan 3) lebih kecil daripada R-Square (persamaan 1).
c) KONSUMSI = f ( PMDN, PMA )
KONSUMSI = + 1LX1 ( PMDN) + 2LX2 (PMA) + ...( 4 )
Dari hasil analisis regresi diperoleh R 2 sebesar 0.547108. Artinya, variabel
PMDN (X1) dan PMA (X2) memberi penjelasan sebesar 55 % terhadap
variabel konsumsi. R 2 Y, X1, X2, X3 > R 2 X1, X2
(0.79 > 0.55). Dengan demikian tidak terdapat gejala multikolinearity karena
R-Square (persamaan 4) lebih kecil daripada R-Square (persamaan 1).

Autocorrelation / Serial Corelation


Autocorrelation terjadi apabila error term () dari periode waktu yang
berbeda (observasi data cross section) berkorelasi.
a. Hipotesa
Ho : = 0, berarti tidak ada autokorelasi
Ha : 0, berarti ada autokorelasi
b. Kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan 95 % adalah sebagai berikut:
dw < dl

: tolak Ho (ada korelasi positif)

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

dw > 4-dl

: tolak Ho (ada korelasi negatif)

du < dw < 4-du

: terima Ho (tidak ada korelasi)

dl dw du

: tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

(4-du) dw (4-dl)

: tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

c. Berdasarkan hasil output program Eviews 4.1 diperoleh nilai Dw hitung sebesar
1.011. Sementara nilai-nilai tabel yang diperoleh adalah:
k = 3, dan n = 25

=5%

du

= 0.992

dl

= 0.921

4-du = 3.079
4-dl = 3.008
c. Kesimpulan
Berdasarkan hasil regresi di atas dapat diperoleh bahwa Ho diterima dimana
du < dw < 4-du (0.992 < 1.011 < 3.008). Artinya, tidak terdapat korelasi
serial di antara disturbance term-nya.
Inconclusive

Inconclusive

Autokorelasi ( + )

Autokorelasi ( - )

Ho diterima

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

0.921

0.992

3.008

3.079

1.011
Gambar 4.3 Uji Dw-statistik

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Investasi dan Konsumsi
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja, maka penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:

Variabel PMDN (X1), PMA (X2), dan Konsumsi (X3) ternyata berpengaruh
signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y).

Koefisien Variabel PMDN (X1), ternyata berpengaruh positif terhadap


Penyerapan Tenaga Kerja. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi (X1)
sebesar 19222.65. Artinya jika terjadi penambahan PMDN sebesar 1 miliar
rupiah, ceteris paribus maka Penyerapan Tenaga Kerja akan mengalami
peningkatan sebesar 19223 orang.
Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa PMDN signifikan pada = 5%,
dengan t-hitung > t-tabel (2.622 > 2.080). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya,

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

variabel PMDN berpengaruh nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada


tingkat kepercayaan 95 %.

Koefisien Variabel PMA (X2), ternyata berpengaruh positif terhadap Penyerapan


Tenaga Kerja. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi (X2) sebesar
22830.63. Artinya jika terjadi penambahan PMA sebesar 1 juta US$ , ceteris
paribus maka Penyerapan Tenaga Kerja akan mengalami peningkatan sebesar
22831 orang.
Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa PMA signifikan pada = 5 %,
dengan t-hitung > t-tabel (2.667 > 2.080). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya,
variabel PMA berpengaruh nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada tingkat
kepercayaan 95 %.

Koefisien Variabel Konsumsi (X3), ternyata berpengaruh positif terhadap


Penyerapan Tenaga Kerja. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi (X3)
sebesar 2419.994. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan tingkat Konsumsi sebesar 1
milyar rupiah , ceteris paribus maka Penyerapan Tenaga Kerja akan mengalami
peningkatan sebesar 2420 orang.
Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa Konsumsi signifikan pada = 5%,
dengan t-hitung > t-tabel (2.332 > 2.080). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya,
variabel Konsumsi berpengaruh nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada
tingkat kepercayaan 90 %.

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Hasil Uji F- statistik berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa Fhitung > F-tabel (25.723 > 3.07), dengan demikian Ho ditolak. Artinya, secara
bersama-sama tingkat PMDN (X1), PMA (X2), dan Konsumsi (X3) berpengaruh
nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja, pada tingkat kepercayaan 79 %.

Koefisien determinasi (R 2 ) adalah sebesar 0.79. Artinya, variabel PMDN (X1),


PMA (X2), dan Konsumsi (X3) secara bersama menjelaskan variabel Penyerapan
Tenaga Kerja sebesar 79 %, sedangkan sisanya sebesar 21 % dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.

5.2 SARAN

Guna merangsang masuknya penanaman modal di Sumatera Utara perlu


dibuat suatu terobosan percepatan pembangunan sarana dan prasarana bagi
para investor khususnya PMA atau PMDN yang mampu menyerap banyak
tenaga kerja dan berorientasi ekspor

Perlu penyederhanaan perizinan dengan sistem satu atap (one step services).

Perlu penegakan hukum yang konsisten.

Pemerintah mestinya menyokong mekanisme migrasi tenaga kerja Indonesia


(TKI). Karena itu, berbagai biaya tinggi dan pungutan yang membuat TKI
memilih menjadi pekerja gelap di negeri orang, mesti diberantas. Lalu,
perlindungan dan peningkatan kualitas TKI juga ditingkatkan. Dengan
demikian, kemungkinan pekerja terserap di lapangan kerja di negara lain
menjadi besar.

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Penyesuaian Upah Minimum dengan Kondisi Daerah. Bila penyimpangan dari


upah minimum ditoleransi maka banyak perusahaanakan membuka pintu bagi
tenaga kerja yang jumlahnya lebih banyak.Penyebab itu terutama berkaitan
dengan kebijakan penetapan upah minimum. Perusahaan tak mampu menampung
banyak tenaga kerja karena memang tak bisa menggaji karyawan sesuai upah
minimum.
DAFTAR PUSTAKA

Baum, Warren C dan Stokes M. Tolbert. 1988. Investasi dalam Pembangunan.


Jakarta: UI-Press
Bellante, Don dan Mark Jackson. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. Jakarta: FEUI
Budianto, Eka. 1999. Moral Industri, Laporan dan Renungan. Jakarta: Pustaka Sinar
Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga
Gunadi Brata, Aloysius. 2005. Investasi Sektor Publik, Pembangunan Manusia, dan
Kemiskinan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya
Hasibuan, Sayuti. 1996. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Pustaka LP3ES
Kadariah. 1994. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: FE-UI
Nachrowi, D.N dan Hardius Usman. 2005. Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: FE-UI
Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat. 2007. Pedoman Praktis Penggunaan
Eviews dalam Ekonometrik. Medan: USU Press
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Rosyidi, Suherman. 1995. Pengantar Teori Ekonomi. Jakarta: RajaGrafindo Persada


Simanjuntak, Payman J. 1986. Transformasi Pertanian, Industrialisasi dan
Kesempatan Kerja. Jakarta: UI-Press
Sumbri, Mulyadi. 2003, Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Raja Grafindo
Tambunan, Tulus. 2001. Industrialisasi Negara Berkembang. Jakarta : Ghalia
Indonesia
Widjaja, Rai. 2005.Penanaman Modal. Jakarta: Pradnya Paramita
Wolfenson, James D. 2005. Iklim Investasi yang Lebih Baik Bagi Setiap Orang.
Dalam Laporan Pembangunan Dunia. Jakarta: Empat Salemba
-------, Badan Pusat Statistik (BPS), Medan
-------, Badan Investasi dan Promosi Propinsi Sumatera Utara (BAINPROMSU)

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Lampiran : 1
Tabel
Jumlah PMDN, PMA, Konsumsi dan Jumlah Tenaga Kerja Tahun 1982-2006
TAHUN
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999

PMDN (RP)
2513.98
5452.86
1436.47
1632.21
1842.3
5518.1
9746.9
12933.7
32863.5
26464.3
19079.2
24032.1
31921.7
43341.8
59217.7
80334.3
44908.02
46747.5

PMA (US$)
1326.6
1834.4
1507.08
2263.2
2736.7
3581.3
2527.9
4246.1
5646.9
3970.5
5639.3
13421.4
18733.8
23891.9
16072.5
23017.3
2188.2
6929.2

KONSUMSI (RP)
2103.49
2511.74
2957.75
3423.35
3694.3
4221.51
4888.02
5446.55
6162.5
6764.28
8706.46
10861.36
13193.97
30466.29
16130.11
21383.99
27334.65
35630.68

PEKERJA (ORANG)
39616
42033
46464
88276
101097
120589
130349
148533
166659
154387
191989
198521
191516
186955
181865
174120
169808
169954

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

30059.5
43966.6
15853.5
34442.7
18631.6
26807.9
70753.3

7703.01
5145.4
5208.3
4057.4
6334.3
6028.02
8307.4

44869.48
53463.28
57480.14
64365.11
73844.67
86902.17
102375.8

166913
158108
158598
152389
158877
160634
161892

Lampiran : 2

Hasil Estimasi Penanaman Modal Dalam Negeri (X1), Penanaman Modal Asing
(X2), dan Konsumsi (X3) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y)
Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 03/20/09 Time: 17:19
Sample: 1982 2006
Included observations: 25
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
LX1
LX2
LX3

-261136.2
19222.65
22830.63
2419.994

51341.97
7330.819
8560.362
5599.532

-5.086213
2.622170
2.667017
2.332178

0.0000
0.0159
0.0144
0.6700

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat

0.786082
0.755522
23014.61
1.11E+10
-284.3912
1.010712

Mean dependent var


S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)

144805.7
46546.18
23.07129
23.26631
25.72282
0.000000

Estimation Command:
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

=====================
LS Y C LX1 LX2 LX3
Estimation Equation:
=====================
Y = C(1) + C(2)*LX1 + C(3)*LX2 + C(4)*LX3
Substituted Coefficients:
=====================
Y = -261136.2154 + 19222.65482*LX1 + 22830.6288*LX2 + 2419.994254*LX3

Hasil Estimasi Penanaman Modal Asing (X2) dan Konsumsi (X3) terhadap
Penanaman Modal Dalam Negeri (X1)
Dependent Variable: LX1
Method: Least Squares
Date: 03/20/09 Time: 17:21
Sample: 1982 2006
Included observations: 25
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
LX2
LX3

-0.929349
0.721432
0.469608

1.479964
0.195763
0.128437

-0.627954
3.685223
3.656335

0.5365
0.0013
0.0014

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat

0.719077
0.693539
0.669329
9.856041
-23.83857
1.146794

Mean dependent var


S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)

9.741090
1.209072
2.147086
2.293351
28.15666
0.000001

Hasil Estimasi Penanaman Modal Dalam Negeri (X1) dan Konsumsi (X3)
terhadap Penanaman Modal Asing (X2)
Dependent Variable: LX2
Method: Least Squares
Date: 03/20/09 Time: 17:21
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Sample: 1982 2006


Included observations: 25
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
LX1
LX3

3.764585
0.529073
-0.036929

0.995435
0.143566
0.139237

3.781850
3.685223
-0.265225

0.0010
0.0013
0.7933

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat

0.549808
0.508881
0.573192
7.228083
-19.96219
1.355177

Mean dependent var


S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)

8.565150
0.817913
1.836975
1.983240
13.43400
0.000154

Hasil Estimasi Penanaman Modal Dalam Negeri (X1) dan Penanaman Modal
Asing (X2) terhadap Konsumsi (X3)
Dependent Variable: LX3
Method: Least Squares
Date: 03/20/09 Time: 17:23
Sample: 1982 2006
Included observations: 25
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
LX1
LX2

2.462608
0.804890
-0.086308

1.883006
0.220136
0.325414

1.307806
3.656335
-0.265225

0.2044
0.0014
0.7933

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat

0.547108
0.505936
0.876275
16.89289
-30.57368
0.410135

Mean dependent var


S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)

9.563876
1.246663
2.685894
2.832159
13.28836
0.000164

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di
Sumatera Utara, 2009.
USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai