PENDAHULUAN
Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal dan atau global,
munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi syaraf pada stroke disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan syaraf tersebut menimbulkan gejala
antara lain: kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo),
mungkin perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain. Didefinisikan sebagai stroke
jika pernah didiagnosis menderita penyakit stroke oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan)
atau belum pernah didiagnosis menderita penyakit stroke oleh nakes tetapi pernah mengalami
secara mendadak keluhan kelumpuhan pada satu sisi tubuh atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh
yang disertai kesemutan atau baal satu sisi tubuh atau mulut menjadi mencong tanpa kelumpuhan
otot mata atau bicara pelo atau sulit bicara/komunikasi dan atau tidak mengerti pembicaraan.1
Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil
dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi Stroke
berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8%), diikuti DI Yogyakarta
(10,3%).Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke
berdasarkan terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), DI
Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil.1
Prevalensi penyakit stroke pada kelompok yang didiagnosis nakes serta yang didiagnosis
nakes atau gejala meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur 75 tahun
(43,1% dan 67,0%). Prevalensi stroke yang terdiagnosis nakes maupun berdasarkan diagnosis
atau gejala sama tinggi pada laki-laki dan perempuan.1
Prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah baik
yang didiagnosis nakes (16,5%) maupun diagnosis nakes atau gejala (32,8%). Prevalensi stroke
di kota lebih tinggi dari di desa, baik berdasarkan diagnosis nakes (8,2%) maupun berdasarkan
diagnosis nakes atau gejala (12,7). Prevalensi lebih tinggi pada masyarakat yang tidak bekerja
baik yang didiagnosis nakes (11,4%) maupun yang didiagnosis nakes atau gejala (18%).
Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis atau gejala lebih tinggi pada kuintil indeks kepemilikan
terbawah dan menengah bawah masing masing 13,1 dan 12,6 per mil.1
B. ILUSTRASI KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
: Tn. Haris
: 51 tahun
: Laki-laki
: S1
2016
Pekerjaan
Alamat
: Pensiunan PNS
: Jl. Rappocini
RS
No.
: Pelamonia
: 32 38 21
CM
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Lemah separuh badan sebelah kanan (tangan dan kaki)
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien laki-laki berumur 51 tahun datang ke Rumah Sakit
Pelamonia dengan keluhan lemah separuh badan sebelah kanan
(tangan dan kaki). Keluhan dirasakan sejak 1 jam yang lalu sebelum
masuk rumah sakit secara tiba-tiba ketika ingin mandi. Pada saat itu,
ketika ingin mandi tiba-tiba merasa sempoyongan, pusing lalu kaki dan
tangan terasa sangat kram lalu kemudian terasa lemah dan tidak
dapat
digerakkan.
Sebelum
keluhan
tersebut
muncul,
pasien
Tidak Ada
Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan :
Pasien seorang pensiunan PNS dan tinggal bersama anak serta istrinya.
Merokok (+)
Alkohol (-)
Kopi (+)
Penggunaan obat-obatan (-)
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis :
Kesadaran
: komposmentis kooperatif
Tekanan darah
: 150/100 mmHg
Nadi
: 92x /menit
Nafas
: 22x /menit
Suhu
: 36.5oC
Anemia
: Tidak ada
Sianosis
: Tidak ada
Ikterus
: Tidak ada
Status Internus :
Thorak
Paru
Jantung
Abdomen
Corpus Vertebrae :
B. Status Psikiatri :
-
Perasaan berfikir
Kecerdasan
Memori
: baik
Psikomotor
: tenang
C. Status Neurologis :
GCS 15 : E4 M6 V5
1.
Kepala :
- Bentuk : Normocephal
- Memori : Baik
- Penonjolan : 2.
- Pulsasi : +
Leher :
-
Sikap : Tegak
Kaku Kuduk : -
- N II ( Nervus Optikus ) :
1. Ketajaman Penglihatan
2. Lapangan Penglihatan : DBN
: DBN
DBN
DBN
3. Melihat Warna
: TDE
TDE
Kanan
Kiri
- Ptosis
:-
- Exoftalmus
:-
- Nistagmus
:-
2. Pupil :
- Bentuk/ukuran
: Bulat
-Isokor/anisokor
: Isokor
Bulat
Isokor
:+
- Refleks konsensuil
:+
- Refleks akomodasi
:+
:-
: menurun di daerah
pipi kanan
2. Menggigit
3. Menguyah
4. Refleks masseter
5. Refleks kornea
2. Menutup mata
3. Gerakan mimik
4. Bersiul
:tidak
dievaluasi
- NervusVIII:
1. Suara berbisik
2. Test rinner
: tidak dievaluasi
3. Test weber
: tidak dievaluasi
tidak
2. Sensibilitas faring
tidak
dievaluasi
dievaluasi
- Nervus X (Nervus Vagus) :
1. Arcus faring
: tidak dievaluasi
2. Berbicara
3. Menelan
4. Nadi
: Reguler
1. Memalingkan kepala
2. Mengangkat bahu
2. Tremor lidah
:-
3. Atrofi lidah
:-
4. Fasikulasi
:-
5. Artikulasi
:-
6. Deviasi
: kearah kanan
dalam
batas
dalam
batas
dalam
batas
normal
normal
5. Refleks kulit perut bawah
normal
6. Refleks kremaster
7. Sensibilitas
- Taktil
- Nyeri
- Suhu
b. Anggota Gerak
1. Ekstremitas
Superior
Kanan
Inferior
Kiri
Kanan
Kiri
a. Motorik
- Pergerakan
-
Menurun
Kekuatan
Tonus
N
Refleks fisiologik :
Biceps
N
5
Menurun N
N
- Radius
- Ulna
Menurun N
Menurun N
Menurun N
N
- Triceps
Menurun
N
KPR
APR
- Refleks Patologik
- Hoffmann-Tromner - / - Babinski
Chaddock
Gordon
Schaeffer
Openheim -
: Menurun
:
Menurun
Klonus
:
Paha
Kaki
-. Tes Lasegue
- Tes Kernig
- Pentrik
- Kontrapetrik
b. Sensorik (Sensibilitas) :
- Eksteroseptif
- Taktil
- Nyeri
- Suhu
- Proprioseptif :
- Rasa Sikap
dalam
dalam
dalam
batas normal
- Rasa nyeri dalam
batas normal
- Fungsi kortikal
- Rasa diskriminasi
batas normal
- Stereognosis
normal
2. Kordinasi, Giat dan Keseimbangan :
- Cara berjalan
: tidak dievaluasi
dalam
batas
- Tes romberg
: tidak dievaluasi
- Disdiadokokinesis
: tidak dievaluasi
- Ataksia
: tidak dievaluasi
: tidak dievaluasi
3. Gerakan-gerakan abnormal :
- tremor
:-
- athetosis
:-
- mioklonus
:-
- khorea
:-
4. Alat vegetatif :
- Miksi
: Terganggu (kateter)
- Defekasi
: Kurang lancar
- Ereksi
: tidak dievaluasi
- Memori
: baik
- fungsi bahasa
: baik
5. Fungsi Luhur :
- Visuospasial
RESUME
: baik
- praksia
: baik
- kalkulasi
: baik
T:
K:
1
2
Reflex fisiologi
Biceps
Triceps
N
N
Reflex patologik
KPR
APR
N
N
5
5
Hoffmann-tromner : - / -
Gordon : - / -
Babinski : + / -
Openhim : - / -
Chaddock : -/ -
Schaefer : - / -
Sensorik : Eksteroproprioseptif
Proprioseptif
Otonom : BAB
BAK
: Terganggu
: Terganggu
Diagnosis Klinis
: Hemiparese dextra
Diagnosis Topis
V. DIAGNOSA BANDING
Bretahing
-Memperbaiki jalan napas
Brain
-Posisi kepala 20-300
Bladder
-Bila ada retensio urine dipasangi cateter.
Bowel
Khusus :
IVFD RL 20 tts/menit
Citicoline 500 mg 1 amp /8 jam /iv
Ranitidine amp/24 jam/iv
Mecobalamin amp/24jam/drips
Ketorolac amp/12jam/iv (kp)
Atorvastatin 20 mg 0-0-1
Mannitol 125/12jam/iv
Ceftriaxone 2 gr/12jam/iv
Amlodipin 10 mg 1x1
Candesartan 16 mg 0-0-1
+ Dulcolax supp
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium : Darah rutin , kimia darah (glukosa puasa,
GD2PP, ureum, kreatinin, asam urat, GDS, kolesterol, HDL,LDL,
Trigliserida)
2. Pemeriksaan radiologi dan lain-lain :
-
CT-Scan kepala
EKG
VII.
PROGNOSIS
-
Quo ad vitam
Quo ad sanationem
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
C. DISKUSI
Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi, yang menekan dinding
arteri sampai pecah.
Patofisiologi terjadinya stroke hemoragik ialah sbb:
Perdarahan Intraserebral
Kebanyakan kasus PIS terjadi pada pasien dengan hipertensi kronik. Keadaan ini
menyebabkan perubahan arteriosklerotik pembuluh darah kecil, terutama pada cabangcabang arteri serebri media, yang mensuplai ke dalam basal ganglia dan kapsula interna.
Pembuluh-pembuluh darah ini menjadi lemah, sehingga terjadi robekan dan reduplikasi pada
lamina interna, hialinisasi lapisan media dan akhirnya terbentuk aneurisma kecil yang dikenal
dengan aneurisma Charcot-Bouchard. Hal yang sama dapat terjadi pembuluh darah yang
mensuplai pons dan serebelum. Rupturnya satu dari pembuluh darah yang lemah
menyebabkan perdarahan ke dalam substansi otak.
Pada pasien dengan tekanan darah normal dan pasien usia tua, PIS dapat disebabkan
adanya cerebral amyloid angiopathy (CAA). Keadaan ini disebabkan adanya akumulasi
protein -amyloid didalam dinding arteri leptomeningen dan kortikal yang berukuran kecil
dan sedang. Penumpukan protein -amyloid ini menggantikan kolagen dan elemen-elemen
kontraktil, menyebabkan arteri menjadi rapuh dan lemah, yang memudahkan terjadinya
resiko ruptur spontan. Berkurangnya elemen-elemen kontraktil disertai vasokonstriksi dapat
menimbulkan perdarahan masif, dan dapat meluas ke dalam ventrikel atau ruang subdural.
Selanjutnya, berkurangnya kontraktilitas menimbulkan kecenderungan perdarahan di
kemudian hari. Hal ini memiliki hubungan yang signifikan antara apolipoprotein E4 dengan
perdarahan serebral yang berhubungan dengan amyloid angiopathy.
Suatu malformasi angiomatous (arteriovenous malformation/AVM) pada otak dapat
ruptur dan menimbulkan perdarahan intraserebral tipe lobular. Gangguan aliran venous
karena stenosis atau oklusi dari aliran vena akan meningkatkan terjadinya perdarahan dari
suatu AVM
2
Perdarahan Subarakhnoid
Ruang antara membran terluar arachnoid dan pia mater adalah ruang subarachnoid.
Piamater terikat erat pada permukaan otak. Ruang subarachnoid diisi dengan CSF. Trauma
perdarahan subarachnoid adalah kemungkinan pecahnya pembuluh darah penghubung yang
menembus ruang itu, yang biasanya sama pada perdarahan subdural. Meskipun trauma
adalah penyebab utama subarachoid hemoragik, secara umum digolongkan dengan pecahnya
saraf serebral atau kerusakan arterivenous.
Aneurisma yang menjadi sumber PSA dan PIS mempunyai perbedaan letak dan ukuran.
Pada PIS, aneurisma sering muncul pada arteri-arteri di dalam parenkim otak dan aneurisma
ini kecil. Sedangkan aneurisma pada perdarahan subarachnoid muncul dari arteri-arteri di
luar parenkim dan aneurisma mempunyai ukuran lebih besar.
Aneurisma merupakan luka yang yang disebabkan karena tekanan hemodinamic pada
dinding arteri percabangan dan perlekukan. Saccular atau biji aneurisma dispesifikasikan
untuk arteri intracranial karena dindingnya kehilangan suatu selaput tipis bagian luar dan
mengandung faktor adventitia yang membantu pembentukan aneurisma. Suatu bagian
tambahan yang tidak didukung dalam ruang subarachnoid.
Tiga tempat yang paling sering beraneurisma ialah pangkal arteri serebri anterior (40%),
pangkal arteri komunikans anterior (20%) dan tempat percabangan arteri serebri media di
bagian depan dari sulkus lateralis serebri (15%). Aneurisma yang terletak di sistem
vertebrobasiler paling sering dijumpai pada pangkal arteri serebeli posterior inferior, dan
pada percabangan arteri basilaris terdepan, yang merupakan pangkal arteria serebri posterior.
Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah:
1
Intracranial
Pecahnya aneurisma
Infeksi (meningioensefalitis)
Ekstrakranial
Leukemia
Hemophilia
Anemia
Obat-obat antikoagulan
Penyebab paling umum dari perdarahan intraserebral spontan adalah hipertensi kronis,
atau tekanan darah tinggi, yang menyebabkan perubahan pada dinding arteri kecil. Faktor risiko
yang memperburuk keadaan seperti bertambahnya usia, riwayat merokok, minum alkohol, dan
rendahnya kadar kolesterol HDL. Sebagai factor resiko, usia tidak bisa dimodifikasi, akan tetapi
stroke hemoragik bisa diminimalisir dengan menghindari faktor resiko lainnya. Anda dapat
mengambil tindakan individu untuk menurunkan risiko untuk stroke, terlepas dari warisan
genetik dan faktor lainnya dapat dihindari, dengan mengikuti langkah-langkah pencegahan.
Perdarahan subarachnoid dan intraserebral menyebabkan peningkatan tekanan intracranial secara
tiba-tiba, dengan manifestasi seperti sakit kepala, muntah, dan penurunan kesadaran yang mungkin diikuti
dengan ditemukannya edema papil.
Gejala neurologis yang timbul tergantung berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa:
Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak
Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemihipestesi)
Perdarahan mendadak status mental (somnolen, delirium, letargi, stupor, atau koma)
Afasia (bicara tidak lancer, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan)
Manifestasi pada perdarahan serebelum bervariasi, tergantung ukuran dan lokasi perdarahan.
Berikut adalah manifestasi yang sering terjadi:
-
Pusing, vertigo
Disartri
Penurunan kesadaran
Ataksia tungkai
Disartri
Nistagmus
f. Dislipidemia (hiperkolesterol)
g. Obesitas
h. Merokok
i. Alkoholik
j. Penggunaan narkotika
k. Hiperurisemia
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah rutin diperlukan sebagai dasar pembelajaran
dan mungkin pula menunjukkan faktor resiko stroke seperti polisitemia,
trombositosis, trombositopenia, dan leukemia. Pemeriksaan ini pun
dapat menunjukkan kemungkinan penyakit yang sedang diderita saat
ini seperti anemia.
Pemeriksaan
kelainan
yang
kimia
darah
memiliki
dilakukan
untuk
mengeliminasi
seperti
stoke
(hipoglikemia,
gejala
dengan
penyakit
jantung
koroner.
Penelitian
lain
juga
Pemeriksaan penunjang
a. Computed Tomography Scan juga disebut CT scan, merupakan
proses
pemeriksaan
dengan
menggunakan
sinar-X
untuk
kepala
dari
beberapa
sudut.
CT
scan
dapat
dapat
menentukan
penyebab
stroke,
apakah
karena
kelainan
pembuluh
darah,
pembekuan
darah,
dan
masalah lainnya.
computer
untuk
menghasilkan
gambar
irisan
stabil.
Bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit . Jika perlu, dilakukan intubasi.
Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya;
penyebabnya.
Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan sesuai
gejala. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 1520% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120mmHg, MAP >130 mmHg,
dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah
harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit)
sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv
D.
KESIMPULAN
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berumur 51 tahun
dengan diagnosis klinis hemiparese dextra. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan anamnesa yaitu adanya kelemahan pada tungkai sebelah
kanan secara tiba-tiba saat sedang bergiat. Keram-keram juga
dirasakan
pada
tangan
sebelah
kanan
dan
terasa
lemah
jika
kanan
sedangkan
reflex
patologis
didapatkan
babinski
disebelah kanan.
Pada pemeriksaan lab di dapatkan gdp, g2pp dan trigliserida
yang meningkat. Sedangkan pada hasil CT-scan didapatkan kesan yaitu
perdarahan thalamus kiri.