Anda di halaman 1dari 30

LIMBAH B3 - Ilmu Alamiah Dasar-

Pencemaran Limbah B3
Masalah lingkungan kerap kali menjadi topik pembicaraan para mahasiswa, orang
yang berintelektual, dan bahkan dunia ikut bergabung untuk penyelesaian masalah serta
pengungkapan masalah-masalah yang ada dilingkungan kita ini. Terkait dengan isu
lingkungan pada dewasa ini sangat beragam. Adapun beberapa isu lingkungannya adalah
sebagai berikut: pemanasan global, penipisan lapisan ozon, hujan asam, kebakaran hutan,
pencemaran limbah B3, pencemaran minyak lepas pantai, pertumbuhan populasi,
desertifikasi, penurunan keanekaragaman hayati, kekeringan, banjir, deforestasi, pencemaran
limbah industri, longsor, erosi pantai (abrasi), intrusi air laut. Ini adalah beberapa contoh isu
yang terjadi dilingkungan sekitar kita, masih banyak lagi isu lingkungan lainnya.
Penulis akan menguak sedikit tentang salah satu isu lingkungan yang disebut diatas
yaitu Pencemaran Limbah B3. Semoga dengan tulisan ini baik pembaca maupun penulis
dapat mengambil manfaat dan akan menjaga lingkungan, serta bisa menemukan solusi yang
tepat terhadap masalah yang ada dalam lingkungan sekitar.
Limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi,
baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk
limbahtersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah
ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (Limbah B3).
Limbah B3 dalam Penanganannya harus secara khusus dengan konsep from cradle to
grave . Isu limbah B3 menjadi isu global karena berdampak kepada semua negara apabila
limbah B3 dibuang ke laut lepas dan mengalami kebocoran. Dampak limbah B3 menjadi
masalah yang akut karena menyebabkan kematian bagi makhluk hidup.

Karakteristik limbah:
Limbah mudah meledak
Adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan
tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
Limbah mudah terbakar
Adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain
akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam
waktu lama.
Limbah reaktif
Adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau
limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Limbah beracun
Adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan, kulit atau mulut.
Limbah penyebab infeksi
Adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman
penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang
terkena infeksi.

Limbah yang bersifat korosif


Adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki
pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5
untuk yang bersifat basa.

Macam Limbah Beracun


Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:

Primary sludge
yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak
mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap.
Chemical sludge
yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi.
Excess activated sludge
yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengn lumpur aktif sehingga banyak
mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut.
Digested sludge
yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic
di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan
organik.

Limbah Deterjen
Deterjen merupakan produk teknologi yang strategis, karena telah menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari masyarakat modern mulai rumah tangga sampai industri. Deterjen
umumnya tersusun atas lima jenis bahan penyusun, yaitu :
1.
surfaktan, yang merupakan senyawa Alkyl Bensen Sulfonat (ABS) yang berfungsi
untuk mengangkat kotoran pada pakaian. ABS memiliki sifat tahan terhadap penguraian oleh
mikroorganisme (nonbiodegradable).
2.
senyawa fosfat (bahan pengisi), yang mencegah menempelnya kembali kotoran pada
bahan yang sedang dicuci. Senyawa fosfat digunakan oleh semua merk deterjen memberikan
andil yang cukup besar terhadap terjadinya proses eutrofikasi yang menyebabkan Booming
Algae (meledaknya populasi tanaman air)
3.
Pemutih dan pewangi (bahan pembantu), zat pemutih umumnya terdiri dari zat
natrium karbonat. Menurut hasil riset organisasi konsumen Malaysia (CAP) Pemutih dapat
menimbulkan kanker pada manusia. sedangkan untuk penwangi lebih banyak merugikan
konsumen karena bahan ini membuat makin tingginya biaya produksi, sehingga harga jual
produk semakin mahal. Padahal zat pewangi tidak ada kaitannya dengan kemampuan
mencuci.
4.
bahan penimbul busa, yang sebenarnya tidak diperlukan dalam proses pencucian dan
tidak ada hubungan antara daya bersih dengan busa yang melimpah.
5.
Fluorescent, berguna untuk membuat pakaian lebih cemerlang.
Menurut Asosiasi Pengusaha Deterjen Indonesia (APEDI), surfaktan anionik yang
digunakan di Indonesia saat ini adalah alkyl benzene sulfonate rantai bercabang (ABS)
sebesar 40% dan alkyl benzene sulfonate rantai lurus (LAS) sebesar 60%. Dibandingkan
dengan LAS, ABS merupakan senyawa yang lebih sukar terurai secara alami. Oleh
karenanya, pada banyak negara di dunia penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan
LAS. Sedangkan di Indonesia, peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada.
Beberapa alasan masih digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena :
harganya murah, kestabilannya dalam bentuk krim pasta dan busanya melimpah.

Dampak pada Kesehatan


Mercury termasuk bahan teratogenik. MeHg didistribusikan keseluruh jaringan
terutama di darah dan otak. MeHg terutama terkonsentrasi dalam darah dan otak. 90%
ditemukan dalam darah merah.
Efek Fisiologis :
Efek toksisitas mercury terutama pada susunan saraf pusat (SSP) dan ginjal, dimana
mercury terakumulasi yang dapat menyebabkan kerusakan SSP dan ginjal antara
lain tremor, kehilangan daya ingat.
Efek pada pertumbuhan :
MeHg mempunyai efek pada kerusakan janin dan terhadap pertumbuhan bayi.
Kadar MeHg dalam darah bayi baru lahir dibandingkan dengan darah ibu
mempunyai kaitan signifikan.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terpajang MeHg bisa menderita kerusakan otak
dengan manifestasi :
Retardasi mental
Tuli
Penciutan lapangan pandang
Buta
Microchephaly
Cerebral Palsy
Gangguan menelan
Efek yang lain :
Efek terhadap sistem pernafasan dan pencernaan makanan dapat terjadi pada
keracunan akut. Inhalasi dari elemental Mercury dapat mengakibatkan kerusakan berat
dari jaringan paru. Sedangkan keracunan makanan yang mengandung Mercury dapat
menyebabkan kerusakan liver.

Prinsip Pengololaan Limbah B3


Minimisasi limbah
Pengelolaan limbah B3 dekat dengan sumber (persyaratan teknis operasional)
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
From The Cradle To The Grave (mulai dihasilkan sampai penimbunan)
BAB I
PENDAHULUAN
Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin besarnya limbah yang di
hasilkan dari waktu ke waktu. Konsekuensinya adalah beban badan air selama ini di jadikan tempat
pembuangan limbah industri menjadi semakin berat, termasuk terganggunya komponen lain seperti saluran
air, biota perairan dan sumber air penduduk, keadaan tersebut menyebabkan terjadinya pencemaran yang
banyak menimbulkan kerugian bagi manusia dan lingkungan dan selain membawa dampak positif juga
membawa dampak negatif berupa pencemaran udara, air dan tanah yang merupakan hasil limbah proses
produksi. Pengendalian pencemaran tanah, air, dan udara merupakan satu bagian dari proses pengelolaan
kualitas lingkungan. Salah satu pengolahan udara adalah dengan penerapan teknologi pengendalian
pencemaran udara berupa alat pengendali pencemaran udara, hal ini merupakan upaya untuk mengurangi
emisi agar sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Salah satu cara meminimalisisr pencemaran air

dan tanah adalah dengan penerapan teknologi penyaringan air limbah, hal ini merupakan upaya untuk
memisahkan limbah yang seharusnya tidak dibuang di lingkungan masyarakat.
Meningkatnya produksi yang terjadi pada industri tahu tambun membuat pencemaran yang
dihasilkan bertambah, emisi yang dihasilkan adalah sampingan dari proses pembuatan tahu. Terciumnya
bau hasil proses pembuatan tahu menunjukkan sistem pengolahan limbah yang kurang sempurna. Oleh
karena itu diperlukan evaluasi terhadap pabrik tahu yang digunakan sehingga bagi lingkungan
Sebagaimana peraturan perundang undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara
Indonesia dan sebagaimana di telah amanatkan dalam pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
1.1 Tujuan
Sebagaimana dari hasil Observasi kami bertujuan mengambil sebuah data dari proses dan dampak
pencemaran limbah dari pabrik tahu.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Bagaimana proses dalam pembuatan tahu?


Bagaimanakah dampak dari pencemaran limbah tahu terhadap lingkungan hidup ?
Bagaimanakah penerapan sanksi terhadap pencemaran lingkungan hidup dari limbah pabrik tahu ?
Bagaimanakah cara pemanfaatan limbah tahu?
Bagaimanakah proses pembuangan limbah tahu?
Bagaimakah dampak terhadap masyarakat sekitar?
Bagaimana mengetahui kandungan dalam limbah pabrik tahu ?

1.2 Manfaat
Hasil dari pengamatan kami atau penelitian ilmiah ini disusun, diharapkan dapat memberikan
salah satu solusi penanganan limbah hasil dari proses pembuatan tahu.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Pabrik


Pabrik tahu yang beralamatkan di jalan regensi 1 Tambun Selatan, Bekasi. Didirikan oleh
Bapak Rosidi pada tahun 1996, beliau sebagai pemilik modal sekaligus pengelola pabrik tahu tersebut.
Tujuan utama didirikan usaha ini adalah untuk penghasilan keluarga selain dipandang mempunyai prospek
ke depan yang baik, karena hasil industri ini juga dapat diterima di semua lapisan masyarakat. Perusahaan
yang bergerak dalam bidang usaha makanan yang memproduksi berbagai jenis tahu antara lain, tahu putih,
tahu kuning dan tahu pong. Hal ini dilakukan sesuai dengan permintaan dan kebutuhan konsumen. Dengan
dibantu beberapa karyawan, saat ini pabrik tahu tersebut tetap bertahan dan berkembang untuk memajukan
usahanya. Hal ini terbukti dengan banyaknya konsumen untuk memilih dan membeli tahu yang diproduksi
industri ini.
2.2 Pengolahan Tahu

2.2.1 Bahan Baku Pembuatan Tahu


Mengenai bahan baku yang digunakan dalam pembuatan Tahu terdiri dari kedelai, air
dan asam cuka. Kedelai merupakan bahan utama pembuatannya. Sedangkan mengenai air,
semua tahapan pembuatan membutuhkan air dari proses perendaman, pencucian, pengilingan,
pemasakan, maupun perendaman ketika sudah jadi. Mengingat begitu banyak proses, jumlah
air yang dibutuhkan tentunya juga banyak dan biasanya air tanah dipilih untuk proses
pembuatannya. Bahan lain yang digunakan adalah asam cuka. Asam cuka berfungsi untuk
mengendapkan atau memisahkan air dengan konsentrat. Asam cuka mengandung cuka serta
garam sehingga memiliki sifat yang asam. Asam cuka tadi dapat digunakan secara berulang
ulang.
2.2.2 Proses Pembuatan Tahu
Ada beberapa tahap pembuatan Tahu. Tahap pertama adalah perendaman. Saat tahap ini,
kedelai harus dipastikan terendam semua. Tujuan dari merendam adalah untuk
mempermudah proses penggilingan sehingga nanti hasil bubur dari penggilingan tersebut
dapat kental. Selanjutnya kedelai yang telah direndam akan dilakukan proses pencucian
dalam air yang mengalir. Setelah dicuci kedelai kemudian digiling dengan menggunakan
mesin sehingga menjadi bentuk bubur kedelai.
Kedelai yang telah digiling kemudian direbus untuk mendenaturasi protein dari kedelai
sehingga protein mudah terkoagulasi saat penambahan asam. Selanjutnya kedelai yang telah
direbus. Disaring terus menerus sehingga didapatkan ampas yang disebut ampas kering.
Ampas tadi disisihkan dan biasanya dimanfaatkan untuk makanan ternak atau pembuatan
dasar tempe gembus. Setelah disaring, cairan yang berwarna putih susu tadi ditambah dengan
asam cuka untuk mengendapkan dan menggumpalkan protein sehingga dapat
memisahkan whey dengan gumpalan. endapan yang ada tadi merupakan bahan utama untuk
mencetak Tahu yang akan diakhir dengan proses pencetakan dan pengepresan.
2.2.3 Dampak dari Pencemaran Limbah Tahu Terhadap Lingkungan Hidup dan Penerapan
Sanksi Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup dari Limbah Pabrik Tahu.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah dampak
dari pencemaran limbah tahu terhadap lingkungan hidup dan bagaimanakah penerapan sanksi
terhadap pencemaran lingkungan hidup dari limbah pabrik tahu. Dengan menggunakan
metode penelitian yuridis normatif dapat disimpulkan bahwa:
1. Dampak dari pencemaran limbah pabrik tahu terhadap lingkungan hidup yaitu rusaknya
kualitas lingkungan terutama perairan sebagai salah satu kebutuhan umat manusia dan
makhluk hidup lainnya. Rusaknya lingkungan akibat limbah pabrik tahu yang berdampak
buruk terhadap kehidupan ekosistem yang berada diperairan dan juga mengancam kesehatan
manusia. Ganguan terhadap perairan sangat merugikan kualitas mutu air serta manfaatnya.
Limbah tahu membawa akibat bagi lingkungan, karena mempunyai bahanbahan berbahaya
yang dibuang ke perairan salah satunya limbah berbahaya dan beracun. Jika pencemaran
limbah tahu dibiarkan terus menerus ditanah air kita, maka kelangsungan hidup ekosistem
diperairan pun semakin terancam.
2. Untuk menanggulangi pencemaran limbah pabrik tahu yaitu di perlukan peraturan
peraturan seperti UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup untuk mengatur berbagai macam kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh
para industri yang merusak kualitas dan baku mutu lingkungan hidup, dan yang melakukan
perbuatan melawan hukum berupa pencemaran limbah yang dapat merusak lingkungan
hidup dan dapat membahayakan kesehatan pada manusia dan pada ekosistem yang berada

diperairan, jikalau para industri melanggar ketentuan yang telah di berlakukan oleh
pemerintah maka para idustri tersebut wajib mendapatkan sanksi yang telah diberlakukan
berdasarkan Undang-Undang yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
2.2.4 Penerapan Sanksi Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup dari Limbah Pabrik Tahu.
Penegakan hukum mengenai masalah lingkungan hidup di Negara kita, berdasarkan
Pasal 98 UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
memberikan sanksi pidana.
(1) setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup, di pidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun
dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah) dan paling banya Rp10.000.000.000,00 ( sepuluh miliar rupiah). Ketentuan pidana
sebagaimana diataur dalam UUPPLH tersebut dimaksudkan untuk melindungi lingkungan
hidup dari tindakan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan dengan memberikan
ancaman sanksi pidana tertentu pada pelangarnya. Untuk membahas perbuatan pidana
lingkungan tersebut perlu di perhatikan konsep dasar tingkat pidana lingkungan hidup yang
ditetapkan sebagai tidak pidana umum (delic genu) dan mendasari pengkajiannya pada tindak
pidana khusus (delic species).Upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
didasarkan pada norma-norma hukum lingkungan berarti secara seimbang antara kepentingan
ekonomi, pelestarian fungsi lingkungan dan kondisi sosial.

a)
b)
-

c)

2.2.5 Cara Pemanfaatan Limbah Tahu.


Air limbah tahu adalah buangan yang mengandung unsur nabati yang mudah
membusuk. Secara fisik dan kimia apabila dibiarkan dilingkungan akan mencemari
lingkungan sekitarnya. Secara umum penanganan air buangan yang banyak mengandung zat
organik dilakukan dengan cara ;
Cara fisika
Biasanya dilakukan pada awal penanganan yaitu pada saat pemilihan bahan kedelai pada
proses penyaringan untuk memisahkan dari kotoran- kotoran yang tercampur.
Cara kimia
Penanganan ini dengan menggunakan bahan kimia untuk :
Netralisasi air limbah.(larutan asam sulfat,as klorida,as phosphat, batu kapur).
Pengendapan yaitu penambahan zat kimia dapat menetralkan logam berat dijadikan ikatan
garam yang mudah mengendap sehingga mudah dipisahkan antara endapan logam berat
larutan jernih yang bebas logam berat.
Penggumpalan yaitu proses terjadinya penggumpalan pada zat tersuspensi yang diubah
menjadi gumpalan- gumpalan sehingga mudah mengendap. Proses ini biasanya dilakukan
pada pengadukan cepat kemudian dilanjutkan dengan pengadukan lambat sehingga terbentuk
flokulasi atau butiran gumpalan dari kecil bergabung menjadi besar. Zat penggumpal antara
lain:alumunium sulfat,besi sulfat, poly alumunium klorida.
Cara biologi
Dalam proses biologis terjadi penghancuran zat organik dari air limbah tahu oleh jasad renik.
Mikroba tersebut dapat berupa bakteri, jamur atau ganggang. Zat tersebut mengubah bahan
koloid menjadi sel, sedang sel yang terjadi karena berat dapat mengendap bersama lumpur
dalam kondisi aerob dan anaerob. Beberapa cara biologi adalah:proses lumpur aktif,lapisan
tritis,lagoon.bak kedap udara (anaerobik).
2.2.6 Proses Pembuangan Limbah Tahu.

Industri tahu pada umumnya banyak menggunakan air dalam proses maupun untuk
pencucian alat dan biji kedelai. Sebagian besar air yang telah digunakan langsung dibuang ke
lingkungan. Beberapa jenis buangan dari industri tahu.
a. Buangan padat
Pabrik tahu membuangan buangan padat pada saat pencucian yaitu berupa biji yang jelek.
dan batu kerikil yang ikut dalam biji. Pada saat kedelai diproses menjadi susu kedelai dan
disaring mengeluarkan ampas. Pemanfaatan limbah padat sampai pada saat sekarang adalah
untuk makanan ternak. Juga dapat dibuat tempe gembus.
b. Buangan cair
Sebagian besar dari buangan industri tahu adalah limbah cair yang mengandung sisa dari susu
tahu yang tidak tergumpal menjadi tahu. Biasanya air limbah tahu mengandung zat organik
misalnya protein, karbohidrat dan lemak. Disamping zat tersebut juga mengandung padatan
zat tersuspensi atau padatan terendap misalnya potongan tahu yang hancur pada saat
pemrosesan yang kurang sempurna. Padatan tersuspensi maupun terlarut tersebut akan
mengalami perubahan fisik, kimia dan hayati yang menghasilkan zat toksin atau zat cemar
lingkungan. Juga apabila dibiarkan dilingkungan akan menjadi busuk dan sangat
mengganggu estetika. Dan juga akan mempengaruhi lingkungan.
Salah satu contoh penggunaan bahan limbah lokal adalah menggunakan limbah cair
tahu. Limbah tahu dapat dipakai sebagai pupuk dan pestisida bahkan fungisida organik
dengan bantuan tambahan dari bahan yang lain, diantaranya adalah menggunakan bahan
empon-empon atau tanaman herba melalui proses fermentasi. Sedangkan limbah cair tahu
banyak mengandung sisa protein dan asam cuka sehingga mampu mendukung efektifitas
fermentasi.
2.2.7 Dampak Terhadap Masyarakat Sekitar.
Pencemaran air adalah pencemaran yang disebabkan oleh masuknya partikel-partikel
ke dalam air sehingga mempengaruhi pH normal pada air.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh adanya pencemaran air di sekitar pabrik tersebut antara
lain :
1. Keadaan air sungai menjadi kotor dan keruh.
2. Menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga mengganggu pernapasan warga di
sekitarnya.
3. Banyak biota sungai yang mati.
4. Air di sungai tempat pembuangan limbah menjadi tergenang akibat sampah.
5. Warga yang mempergunakan air, banyak yang terkena penyakit gatal-gatal dan diare.
6. Merusak pemandangan/mengurangi nilai keindahan.
7. Mencemari sumur warga.
2.2.8 Kandungan Dalam Limbah Tahu.
Air buangan industri tahu rata-rata mengandung BOD (Biochemical Oxygen Demand),
COD (Chemical Oxygen Demand), TSS, dan minyak/lemak berturut - turut sebesar 4583,
7050, 4743 dan 26 mg/l. Bila dibandingkan dengan baku mutu limbah cair industri produk
makanan dari kedelai menurut KepMenLH No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, kadar maksimum yang diperbolehkan untuk BOD, COS,
dan TSS berturut - turut adalah 50, 100, 200 mg/l. Sehingga terlihat jelas bahwa limbah cair
industri tahu melebihi baku mutu yang telah dipersyaratkan.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Tahu adalah salah satu makanan tradisional yang biasa dikonsumsi setiap hari oleh
orang Indonesia. bahan baku yang digunakan dalam pembuatan Tahu terdiri dari kedelai, air
dan asam cuka. Kedelai merupakan bahan utama pembuatannya. Sedangkan mengenai air,
semua tahapan pembuatan membutuhkan air dari proses perendaman, pencucian, pengilingan,
pemasakan, maupun perendaman ketika sudah jadi. Tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimanakah dampak dari pencemaran limbah tahu terhadap
lingkungan hidup dan bagaimanakah penerapan sanksi terhadap pencemaran lingkungan
hidup dari limbah pabrik tahu. Dampak dari pencemaran limbah pabrik tahu terhadap
lingkungan hidup yaitu rusaknya kualitas lingkungan terutama perairan sebagai salah satu
kebutuhan umat manusia dan makhluk hidup lainnya.Dampak positif limbah yang dihasilkan
pabrik tahu berupa kulit kedelai, ampas dan air tahu masih dapat dimanfaatkan menjadi
produk-produk yang bermanfaat. Pemanfaatan limbah cair tahu menjadi nata de soya dan
abon merupakan salah satu bentuk diversifikasi makanan berbahan baku ampas tahu. Selain
itu, limbah cair tapioka juga dapat diolah menjadi nata de cassava dan limbah air kelapa dapat
diolah menjadi nata de coco. Limbah berupa sayur-sayuran dan sisa bahan yang tidak
termasak, bisa diolah menjadi pelet. Beberapa di antaranya bisa diolah menjadi kompos
dengan proses fermentasi dan pencampuran pupuk organik. Dampak negatif limbah usaha
kecil pangan dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung
sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam, mineral, dan sisa-sisa bahan kimia
yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Air buangan (efluen) atau limbah
buangan dari pengolahan pangan dengan Biological Oxygen Demand ( BOD) tinggi dan
mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen
dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik
dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya. Penerapan sanksi
terhadap pencemaran lingkungan hidup dari limbah pabrik tahu yaitu dengan menegakan
hukum mengenai masalah lingkungan hidup di Negara kita, berdasarkan Pasal 98 UU No. 32
Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup memberikan sanksi
pidana.
3.2 Saran
Tahu adalah makanan yang mempunyai sumber protein yang sudah termasuk
makanan 4 (empat) sehat 5 (lima) sempurna dan dibuat dengan begitu sederhana dengan cara
kedelai direbus lalu digiling dan dibuang kulitnya setelah terbuang dari kulitnya rebuslah
kembali sampai mendidih. Setelah itu saringlah sampai bersih hingga terbuanglah ampas atau
kulitnya. Setelah itu gilinglah hingga halus dan nantinya akan menjadi bubur tahu, dan ubur
tahu yang telah jadi diberi garam bibit secukupnya. Setelah itu dicetak dengan papan tekan
dan dibiarkan hingga airnya terbuang dan jika tidak meneteskan air lagi berulah menjadi tahu
yang sesungguhnya dan bisa di potong-potong dengan bentuk apapun. Saran yang hanya
kami dapat sampaikan apabila dalam proses pembuatan tahu sebaiknya dapat memperhatikan
kebersihan. Sehingga konsumen yang akan menbeli tidak akan berfikir negatif tentang proses
pembuatan. Semoga tahu yang di ciptakan oleh kebanyakan penduduk Indonesia ini dapat
bersaing di dunia luar sehingga dapat memberikan devisa bagi negara kita ini.
DAFTAR PUSTAKA

Erwin Muhamad, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan


Lingkungan Hidup, Bandung : PT Refika Aditama, 2008.
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Undang-Undang Pengelolaan Limbah, Bandung : CV Nuasa
Aulia, 2009.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/administratum/article/download/3200/2742
UU R.I No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Jakarta : CV. Tamita Utama.
http://sendaljepit23.blogspot.co.id/2013/03/makalah-penelitian-tentang-limbah-tahu.html
http://novikaandini.blogspot.co.id/2010/11/proses-pembuatan-tahu.html
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/administratum/article/view/3200
http://www.peterparkerblog.com/3463/mengenal-proses-pembuatan-tahu/
Diposkan 11th October 2015 oleh ivan kristianto

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan industri selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif
berupa pencemaran udara, air dan tanah yang merupakan hasil limbah proses produksi.
Pengendalian pencemaran tanah, air, dan udara merupakan satu bagian dari proses
pengelolaan kualitas lingkungan. Salah satu pengolahan udara adalah dengan penerapan
teknologi pengendalian pencemaran udara berupa alat pengendali pencemaran udara, hal ini
merupakan upaya untuk mengurangi emisi agar sesuai dengan baku mutu yang telah
ditetapkan. Salah satu cara meminimalisisr pencemaran air dan tanah adalah dengan
penerapan teknologi penyaringan air limbah, hal ini merupakan upaya untuk memisahkan
limbah yang seharusnya tidak dibuang di lingkungan masyarakat.
Meningkatnya produksi yang terjadi pada industri tahu tambun membuat pencemaran
yang dihasilkan bertambah, emisi yang dihasilkan adalah sampingan dari proses pembuatan
tahu. Terciumnya bau hasil proses pembuatan tahu menunjukkan sistem pengolahan limbah
yang kurang sempurna. Oleh karena itu diperlukan evaluasi terhadap pabrik tahu yang
digunakan sehingga dapat dilakukan perbaikan terhadap pengolahan limbah industri tahu agar
aman
bagi
lingkungan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Deskripsi Perusahaan

Pabrik tahu yang beralamatkan di jalan Vinus IV RT. 005/007 Margahayu, Bekasi
Timur. didirikan oleh Bapak Haris, pada tahun 1991, beliau sebagai pemilik modal sekaligus
Pimpinan pabrik tahu tersebut. Tujuan utama didirikan usaha ini adalah untuk penghasilan
keluarga selain dipandang mempunyai prospek ke depan yang baik, karena hasil industri ini
juga dapat diterima di semua lapisan masyarakat. Perusahaan yang bergerak dalam bidang
usaha makanan yang memproduksi berbagai jenis tahu antara lain, tahu putih, tahu kuning
dan tahu pong. Hal ini dilakukan sesuai dengan permintaan dan kebutuhan konsumen.
Dengan dibantu beberapa karyawan, saat ini pabrik tahu tersebut tetap bertahan dan
berkembang untuk memajukan usahanya. Hal ini terbukti dengan banyaknya konsumen untuk
memilih dan membeli tahu yang diproduksi industri ini.
2.2

Pengolahan Tahu

Gambar 2.1 Flowchart Proses Pembuatan Tahu

Pencucian dan perendaman kedelai adalah proses mencuci kedelai sampai bersih, dan
merendam kedelai selama kurang lebih 3 - 4 jam, atau sampai kedelai mengembang. Proses
penggilingan kedelai adalah proses menggiling kedelai yang sudah mengembang hingga
menjadi bubur dan siap untuk di rebus. Proses pemasakan bubur kedelai adalah proses
memasak (merebus) bubur kedelai yang telah digiling sampai halus yang dicampur dengan
air yang mendidih dengan cara diaduk-aduk terus sampai warna bubur kedelai berubah
menjadi kuning agak pucat. Proses ini memerlukan waktu kurang lebih satu jam. Proses
penyaringan sari tahu adalah proses menyaring bubur kedelai yang sudah berwarna kuning
agak pucat untuk dipisahkan dari ampasnya. Bubur kedelai yang sudah dipisah dari ampasnya
kemudian ditambah cuka (larutan biang) dan di aduk hingga terbentuk endapan atau
menggumpal, dan diamkan selama 15 menit, kemudian disaring.
Tahap pencetakan tahu adalah proses memisahkan air sisa penggumpalan dalam sari
kedelai yang sudah mengental, kemudian dicetak dan ditempatkan pada cetakan yang terbuat
dari papan dengan ukuran 40 x 70 cm. Pada cetakan dialasi kain kasa dimasukkan sari
kedelai, hal ini bertujuan agar tahu rapi dan tidak tercecer. Kemudian papan pengepres
diletakkan menutupi cetakan dengan batu pemberat selama 5 - 10 menit. Proses pemotongan
tahu adalah proses mengangkat sari tahu dari cetakan bila sari tahu sudah terbentuk padat,
kemudian balik sari tahu dari papan cetakan ke ancak yang terbuat dari bambu, ambil kain
kasanya dan potong-potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Untuk tahu putih tidak

perlu direbus lagi, sedangkan untuk tahu kuning direbus lagi dengan perasan air kunyit dan
garam agar warna kuning.
2.3

Dampak Positif dan Negatif


Dalam kurun waktu beberapa tahun ini masyarakat di Margahayu khususnya di
daerah sekitar industri tahu banyak memberikan respon terhadap aktivitas produksi tahu
tersebut, baik respon positif maupun respon negative.
Dampak positif limbah yang dihasilkan pabrik tahu berupa kulit kedelai, ampas dan
air tahu masih dapat dimanfaatkan menjadi produk-produk yang bermanfaat. Pemanfaatan
limbah cair tahu menjadi nata de soya dan abon merupakan salah satu bentuk diversifikasi
makanan berbahan baku ampas tahu. Selain itu, limbah cair tapioka juga dapat diolah
menjadi nata de cassava dan limbah air kelapa dapat diolah menjadi nata de coco. Limbah
berupa sayur-sayuran dan sisa bahan yang tidak termasak, bisa diolah menjadi pelet.
Beberapa di antaranya bisa diolah menjadi kompos dengan proses fermentasi dan
pencampuran pupuk organik.
Dampak negatif limbah usaha kecil pangan dapat menimbulkan masalah dalam
penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garamgaram, mineral, dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan
pembersihan. Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan
Biological Oxygen Demand ( BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan
alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya
menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan
dan biota perairan lainnya.
2.4

Kecelakaan Kerja
Adapun potensi bahaya dan akibat yang dapat dihasilkan yaitu :
1. a. Bagian kerja
: Bahan (kedelei) yang telah dipilih
b. Potensi bahaya
: sikap kerja, cara kerja.
g timbul : cepat lelah, nyeri punggung, keseleo pada tangan, gangguan aktivitas dan konsentrasi.
2. a. Bagian kerja
:Dilakukan pembersihan
b. Potensi bahaya
: cara kerja, sikap kerja.
c. Akibat yang timbul : nyeri punggung, dan cepat lelah, pegal-pegal.
3 a. Bagian kerja
: Penggilingan
b. Potensi bahaya
: bau, sikap kerja, cara kerja, dan debu.
ang timbul : pegal-pegal, nyeri punggung, dan cepat lelah, bising
4. a. Bagian kerja
b. Potensi bahaya
c. Akibat yang timbul
5. a. Bagian kerja
b. Potensi bahaya
c. Akibat yang timbul
7. a. Bagian kerja
b. Potensi bahaya
c. Akibat yang timbul
8. a. Bagian kerja

: Bahan dimasak (di rebus).


: cara kerja, sikap kerja, dan bau
: cepat lelah, pegal-pegal, nyeri punggung
: Dilakukan penyaringan
: sikap kerja, cara kerja,
: cepat lelah, nyeri pungggung.
: Dicetak
: cara kerja, sikap kerja
: konsentrasi, cepat lelah, nyeri punggung
: Di dinginkan

rja

b. Potensi bahaya
: sikap kerja, cara kerja
c. Akibat yang timbul : cepat lelah, nyeri punggung
: Menjadi bahan baku (siap dijadikan bahan makanan)
b. Potensi bahaya
: cara kerja, cepat lelah
c. Akibat yang timbul : nyeri punggung
2.6

Penanggulangan
Sebagian besar industri tahu membuang limbahnya ke perairan macam polutan yang
di hasilkan mungkin berupa polutan organic (berbau busuk), polutan anorganik (berbau dan
berwarna). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemaran air untuk
limbah industri, karena limbah dari industri tahu mengandung polutan organik dan
anorganik, maka air limbah tersebut tidak bisa langsung di buang ke sungai, tetapi harus
diolah terlebih dahulu sebelum di buang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran.
Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif, misalnya dengan
tidak membuang limbah industri ke sungai. Kebiasaan membuang limbah ke sungai dan
disembarang tempat hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan peraturan
yang diterapkan di lingkungan masing masing secara konsekuen. Limbah industri
hendaknya dibuang pada wadah yang telah di sediakan. Masyarakat di sekitar sungai perlu
memperhatikan kebersihan lingkungan dan perlu memahami mengenai pemanfaatan sungai,
agar sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan limbah. Peraturan
pembuangan limbah industri hendaknya dipantau pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi
hukuman.
Limbah Industri hendaknya diproses dahulu dengan teknik pengolahan limbah, dan
setelah memenuhi syarat baku mutu air buangan baru bisa di alirkan ke sungai. Dengan
demikian akan tercipta sungai yang bersih dan memiliki fungsi ekologis.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1

Kesimpulan
Dalam kurun waktu beberapa tahun ini masyarakat di Margahayu khususnya di
daerah sekitar industri tahu banyak memberikan respon terhadap aktivitas produksi tahu
tersebut, baik respon positif maupun respon negative.
Dampak positif limbah yang dihasilkan pabrik tahu berupa kulit kedelai, ampas dan
air tahu masih dapat dimanfaatkan menjadi produk-produk yang bermanfaat. Pemanfaatan
limbah cair tahu menjadi nata de soya dan abon merupakan salah satu bentuk diversifikasi
makanan berbahan baku ampas tahu. Selain itu, limbah cair tapioka juga dapat diolah
menjadi nata de cassava dan limbah air kelapa dapat diolah menjadi nata de coco. Limbah
berupa sayur-sayuran dan sisa bahan yang tidak termasak, bisa diolah menjadi pelet.
Beberapa di antaranya bisa diolah menjadi kompos dengan proses fermentasi dan
pencampuran pupuk organik.

Dampak negatif limbah usaha kecil pangan dapat menimbulkan masalah dalam
penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garamgaram, mineral, dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan
pembersihan. Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan
Biological Oxygen Demand ( BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan
alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya
menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan
dan biota perairan lainnya.
3.2

Saran

Sebagian besar industri tahu membuang limbahnya ke perairan macam


polutan yang di hasilkan mungkin berupa polutan organic (berbau busuk), polutan anorganik
(berbau dan berwarna). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan
pencemaran air untuk limbah industri, karena limbah dari industri tahu mengandung polutan
organik dan anorganik, maka air limbah tersebut tidak bisa langsung di buang ke sungai,
tetapi harus diolah terlebih dahulu sebelum di buang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran.
Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif, misalnya dengan
tidak membuang limbah industri ke sungai. Kebiasaan membuang limbah ke sungai dan
disembarang tempat hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan peraturan
yang diterapkan di lingkungan masing masing secara konsekuen. Limbah industri
hendaknya dibuang pada wadah yang telah di sediakan. Masyarakat di sekitar sungai perlu
memperhatikan kebersihan lingkungan dan perlu memahami mengenai pemanfaatan sungai,
agar sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan limbah. Peraturan
pembuangan limbah industri hendaknya dipantau pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi
hukuman.
Limbah Industri hendaknya diproses dahulu dengan teknik pengolahan limbah, dan
setelah memenuhi syarat baku mutu air buangan baru bisa di alirkan ke sungai. Dengan
demikian akan tercipta sungai yang bersih dan memiliki fungsi ekologis.

REFERENSI
Erwin Muhamad, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup, Bandung : PT
Refika Aditama, 2008.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/administratum/article/download/3200/2742http://fexel.blogspot.com/2012/1

2/pencemaran-dan-penyakit-penyakit-yang.html (diakses pada tanggal 10 Juni 2014)


http://library.gunadarma.ac.id/epaper/viewer/106355/10202909#page/1/mode/1up
(diakses pada tanggal 10 Juni 2014)
http://jefreykhunt.blogspot.com/2013/06/pencemaran-lingkungan-yang-di-sebabkan.html (diakses
pada tanggal 10 Juni 2014)
Posted by Fajri at 9:46 AM

Pencemaran Air karena Limbah Industri Tahu

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak,
bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar
tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Akibat
dari proses kegiatan manusia yang menyebabkan kondisi sumber daya air yang ada akan
semakin menurun kualitas maupun kuantitasnya. Pengelolaan suatu industri dan pembuangan
limbah yang tidak di lakukan dengan benar akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya
air yang ada di sekitarnya.
Tahu merupakan makanan yang digemari masyarakat, baik masyarakat kalangan
bawah hingga atas. Keberadaannya sudah lama diakui sebagai makanan yang sehat, bergizi
dan harganya murah. Hampir ditiap kota di Indonesia dijumpai industri tahu. umumnya
industri tahu termasuk ke dalam industri kecil yang dikelola oleh rakyat Pada saat ini
sebagian besar industri tahu masih merupakan industri kecil skala rumah tangga yang tidak
dilengkapi dengan unit pengolah air limbah, sedangkan industri tahu yang dikelola koperasi
beberapa diantaranya telah memiliki unit pengolah limbah. Unit pengolah limbah yang ada
umumnya menggunakan sistem anaerobik dengan efisiensi pengolahan 60-90%. Dengan
sistem pengolah limbah yang ada, maka limbah yang dibuang ke peraian kadar zat organiknya
(BOD) masih terlampau tinggi yakni sekitar 400 1 400 mg/l. Untuk itu perlu dilakukan
proses pengolahan lanjut agar kandungan zat organik di dalan air limbah memenuhi standar
air buangan yang boleh dibuang ke saluran umum. Industri tahu dan tempe mengandung
banyak bahan organik dan padatan terlarut. Untuk memproduksi 1 ton tahu atau tempe
dihasilkan limbah sebanyak 3.000 5.000 Liter. Sumber limbah cair pabrik tahu berasal dari
proses merendam kedelai serta proses akhir pemisahan jonjot-jonjot tahu.
Pada umumnya penanganan limbah cair dari industri ini cukup ditangani dengan
system bilogis, hal ini karena polutannya merupakan bahan organic seperti karbohidrat,
vitamin, protein sehingga akan dapat didegradasi oleh pengolahan secara biologis. Tujuan
dasar pengolahan limbah cair adalah untuk menghilangkan sebagian besar padatan
tersuspensi dan bahan terlarut, kadang-kadang juga untuk penyisihan unsur hara (nutrien)
berupa nitrogen dan fosfor
Pabrik Tahu seringkali belum ditangani secara baik sehingga menimbulkan dampak
terhadap lingkungan.Salah satunya dampak limbah-bau limbah cair dan padat. Limbah tahu
mengandung protein tinggi sehingga konsekuensinya menimbulkan gas buang berupa
Amoniak/ Nitrogen dan Sulfur yang tidak sedap dan mengganggu kesehatan. Sampai saat ini
resiko bau ini masih belum ada jalan keluarnya sedangkan di sisi lainnya produk tahu sudah
merupakan makanan Favorit yang hampir harus selalu ada dalam konsumsi masyarakat kecil
sampai dengan masyarakat golongan atas. Dampak negatif yang ditimbulkan pabrik tahu ini
mengancam keberlangsungan usaha dan lebih lanjut terhadap ketersediaan tahu bagi
masyarakat, karena terancam tutup / dilarang operasi. Jalan lain yang dapat dilakukan
biasanya dengan menalakukan relokasi pabrik yang bertakibat pada meningkatnya biaya
produksi dan harga tahu.
Limbah industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu
maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair.

Limbah padat belum dirasakan dampaknya terhadap lingkungan karena dapat dimanfaatkan
untuk makanan ternak, tetapi limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang
langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai. Limbah cair yang dihasilkan
mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia,
dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya
kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan
baik pada tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah akan berubah
warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini akan mengakibatkan
sakit pernapasan. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila
masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya.
Dalam proses pembuatan tahu menghasilkan dua jenis limbah, yaitu limbah padat dan
limbah cair. Limbah padat atau yang sering kita sebut ampas tahu dapat diolah kembali
menjadi oncom atau dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, seperti ayam, bebek, sapi,
kambing dan sebagainya.

Pencemaran air adalah pencemaran yang disebabkan oleh masuknya partikel-partikel


ke dalam air sehingga mempengaruhi pH normal pada air.
1.

Penyebab-penyebab pencemaran air di sekitar pabrik tahu tersebut antara lain:


Penyebab Utama :

Limbah dari bekas air pencucian bahan baku pembuatan tahu

Limbah cair dari proses pengolahan bahan baku ( kedelai, dll)

Limbah padat berupa ampas dari pengolahn tahu.


Penyebab lain :

Limbah dari rumah tangga (bekas cucian piring, cucian baju, dll) di sekitar pabrik

Air bekas untuk memandikan ternak yang berada di sekitar lokasi observasi.

Banyak warga yang membuang sampah rumah tangga ke sungai.

2.

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh adanya pencemaran air di sekitar pabrik tersebut
antara lain :

Keadaan air sungai menjadi kotor dan keruh.

Menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga mengganggu pernapasan warga di sekitarnya.

Banyak biota sungai yang mati

Air di sungai tempat pembuangan limbah menjadi tergenang akibat sampah.

Warga yang mempergunakan air, banyak yang terkena penyakit gatal-gatal dan diare.

Merusak pemandangan / mengurangi nilai keindahan.

Mencemari sumur warga.

kesimpulan : Setiap proses dari kegiatan manusi harus nya memikirkan dampak yang terjadi,
jangan hanya memikirkan keuntungan nya yang dapat merusak kesejahteraan dan merugikan
orang lain.

Diposkan oleh Adit Habib di 22.10


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

PENDAHULUAN
Limbah cair industri pangan merupakan salah satu sumber
pencemaran lingkungan. Jumlah dan karakteristik air limbah
industri bervariasi menurut jenis industrinya. Contohnya adalah
industri tahu dan tempe. Industri tahu dan tempe mengandung
banyak bahan organik dan padatan terlarut. Untuk memproduksi
1 ton tahu atau tempe dihasilkan limbah sebanyak 3.000 5.000
Liter. Sumber limbah cair pabrik tahu berasal dari proses
merendam kedelai serta proses akhir pemisahan jonjot-jonjot
tahu.
Pada umumnya penanganan limbah cair dari industri ini cukup
ditangani dengan system bilogis, hal ini karena polutannya
merupakan bahan organic seperti karbohidrat, vitamin, protein
sehingga akan dapat didegradasi oleh pengolahan secara
biologis. Tujuan dasar pengolahan limbah cair adalah untuk
menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan

terlarut, kadang-kadang juga untuk penyisihan unsur hara


(nutrien) berupa nitrogen dan fosfor
Pabrik Tahu seringkali belum ditangani secara baik sehingga
menimbulkan dampak terhadap lingkungan.Salah satunya
dampak limbah-bau limbah cair dan padat. Limbah tahu
mengandung protein tinggi sehingga konsekuensinya
menimbulkan gas buang berupa Amoniak/ Nitrogen dan Sulfur
yang tidak sedap dan mengganggu kesehatan. Sampai saat ini
resiko bau ini masih belum ada jalan keluarnya sedangkan di sisi
lainnya produk tahu sudah merupakan makanan Favorit yang
hampir harus selalu ada dalam konsumsi masyarakat kecil
sampai dengan masyarakat golongan atas. Dampak negatif yang
ditimbulkan pabrik tahu ini mengancam keberlangsungan usaha
dan lebih lanjut terhadap ketersediaan tahu bagi masyarakat,
karena terancam tutup / dilarang operasi. Jalan lain yang dapat
dilakukan biasanya dengan menalakukan relokasi pabrik yang
bertakibat pada meningkatnya biaya produksi dan harga tahu.
Limbah industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses
pembuatan tahu maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah
yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Limbah padat
belum dirasakan dampaknya terhadap lingkungan karena dapat
dimanfaatkan untuk makanan ternak, tetapi limbah cair akan
mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang langsung ke sungai
akan menyebabkan tercemarnya sungai. Limbah cair yang
dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut,
akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan
menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk

tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman


penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu
sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah
akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau
busuk. Bau busuk ini akan mengakibatkan sakit pernapasan.
Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari
sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan
penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya.
Dalam proses pembuatan tahu menghasilkan dua jenis limbah,
yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat atau yang
sering kita sebut ampas tahu dapat diolah kembali menjadi
oncom atau dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak,
seperti ayam, bebek, sapi, kambing dan sebagainya.
HASIL PENGAMATAN
Setelah melaksanakan kegiatan observasi, kami mendapatkan
informasi-informasi yang berkaitan dengan pencemaranpencemaran yang terjadi di lingkungan sekitar pabrik tersebut,
yang ternyata tidak hanya disebabkan dari pabrik tahu tapi juga
ada sebab-sebab lain.
Adapun informasi-informasi pencemaran linkungan tersebut
diantaranya adalah :
1. 1.

PENCEMARAN AIR

Pencemaran air adalah pencemaran yang disebabkan oleh


masuknya partikel-partikel ke dalam air sehingga mempengaruhi
pH normal pada air.
1. Penyebab-penyebab pencemaran air di sekitar
pabrik tahu tersebut antara lain:
Penyebab Utama :

Limbah dari bekas air pencucian bahan baku


pembuatan tahu

Limbah cair dari proses pengolahan bahan baku


( kedelai, dll)

Limbah padat berupa ampas dari pengolahn tahu.


Penyebab lain :

Limbah dari rumah tangga (bekas cucian piring,


cucian baju, dll) di sekitar pabrik

Air bekas untuk memandikan ternak yang berada di


sekitar lokasi observasi.

Banyak warga yang membuang sampah rumah


tangga ke sungai.
1. Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh adanya
pencemaran air di sekitar pabrik tersebut antara lain
:

Keadaan air sungai menjadi kotor dan keruh.


Menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga
mengganggu pernapasan warga di sekitarnya.

Banyak biota sungai yang mati


Air di sungai tempat pembuangan limbah menjadi
tergenang akibat sampah.

Warga yang mempergunakan air, banyak yang


terkena penyakit gatal-gatal dan diare.

Merusak pemandangan / mengurangi nilai


keindahan.

Mencemari sumur warga.


Berikut adalah gambar-gambar yang kami ambil yang berkaitan
dengan pencemaran air di daerah tersebut :
1. 2.

PENCEMARAN UDARA

Selain terjadi pencemaran air, ternyata di daerah tersebut juga


terjadi pencemaran udara.
1. Penyebab-penyebab pencemaran udara dari pabrik
tahu tersebut antara lain :

Asap dari pengolahan tahu.


Asap dari sekam padi yang sering digunakan
sebagai bahan bakar.

Asap dari kayu bakar.


Aroma dari bahan baku tahu yang mengandung
amonia.
1. Akibat-akibat yang muncul dari pencemaran udara,
antara lain :

Terganggunya pernapasan.
Dinding-dinding pabrik berubah warna menjadi
hitam akibat asap kayu bakar.

Menyebabkan sesak napas, mual, dan lain-lain.


1. 3.

PENCEMARAN TANAH

Saat kami melakukan observasi di daerah tersebut kami


menemukan / melihat adanya pencemaran tanah yang berada
dekat dengan pabrik tahu tersebut. padahal tempat tersebut
bukanlah tempat pembuangan sampah.
1. Penyebab-penyebab dari terjadinya pencemaran
tanah :

Banyak warga yang membuang sampah rumah


tangga mereka di tempat tersebut.

Tempat tesebut juga dijadikan tempat pembuangan


kotoran hewan.

Limbah padat tahu banyak yang dibuang di tempat


tersebut dan dibiarkan begitu saja.

Banyak warga yang tidak peduli dengan kebersihan


di lingkuangn tersebut.
1. Akibat-akibat dari pencemaran tanah, antara lain :

Merusak pemandangan dan mengurangi keindahan


daerah tersebut.

Timbul bau yang tidak sedap dari sampah tersebut.


Sedikit flora yang tumbuh.
PENUTUP
Demikian yang dapat kami sampaikan dalam laporan ini, semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi semua orang. Kami menyadari
bahwa masih ada banyak kesalahan dalam laporan ini. Untuk itu
kami mohon dukungan, kritik, dan saran yang membangun dari
semua pihak.
Terima Kasih

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan
dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas
domestik lainnya (grey water). [1]
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya
karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan
kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu,
kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Daftar isi
[sembunyikan]

1Pengolahan limbah

2Logo limbah B3

3Karakteristik limbah

4Limbah B3 industri

5Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

6Identifikasi Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) berdasarkan jenis, sumber dan
karakteristiknya
o

6.1Jenis limbah B3 menurut jenisnya meliputi :

6.2Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :

6.3Karakteristik limbah B3

7Kegiatan Pengelolaan limbah B3

8Catatan kaki

Pengolahan limbah[sunting | sunting sumber]


Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan
pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan
pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan
menjadi:
1. pengolahan menurut tingkatan perlakuan

2. pengolahan menurut karakteristik limbah


Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan permukiman
membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan
sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus
disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah,
seperti jamban misalnya.
1. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air kakus.
2. Jamban yang layak harus memiliki akses air bersih yang cukup dan tersambung ke unit
penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada, maka masyarakat
perlu memiliki akses ke jamban bersama atau MCK.[1]
3. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan
pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak atau
truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan
sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah
lainnya. Di beberapa wilayah pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah
dikembangkan secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya
kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya pengkomposan dan pengumpulan
bahan layak daur-ulang.
4. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan menggunakan
saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan
mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup besar
agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran
drainase harus memiliki kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.
5. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara berkelanjutan
dalam jumlah yang cukup, karena air bersih memang sangat berguna di masyarakat

Logo limbah B3[sunting | sunting sumber]

Logo Limbah b3 Beracun 2015

Logo Limbah B3 Infeksius 2015

Logo Limbah B3 Padatan Menyala 2015

Logo Limbah B3 Cairan Menyala 2015

Logo Limbah B3 Campuran 2015

Logo Limbah B3 Korosif 2015

Logo Limbah B3 Mudah Meledak 2015

Logo Limbah b3 Pencemaran Lingkungan 2015

Karakteristik limbah[sunting | sunting sumber]


1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang

Limbah B3 industri[sunting | sunting sumber]


Berdasarkan karakteristiknya limbah B3 industri dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Limbah b3 cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran
air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan bahan
buangan anorganik
2. Limbah b3 padat
3. Limbah b3 gas
4. Limbah b3 partikel yang tidak terdefinisi
Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer
yang bersih disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup tinggi dapat
mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebut
cemaran (pollutant).Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran
masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder. Cemaran
primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran. Cemaran
sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.
Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan bermotor,
fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara primer ke atmosfer.
Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery source) seperti: pembangkit
energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga, jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak
(mobile source) seperti: truk, bus, pesawat terbang, dan kereta api.
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90% pencemaran
udara global adalah:
a. Karbon monoksida (CO),
b. Nitrogen oksida (Nox),
c. Hidrokarbon (HC),
d. Sulfur oksida (SOx)
e. Partikulat.
Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang memberikan dampak
sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang dihasilkan akibat transformasi
cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang
dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal,regional maupun global yaitu:
a. CO2 (karbon dioksida),
b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog),
c. Hujan asam,
d. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),
e. CH4 (metana).

Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)[sunting | sunting sumber]


Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung B3. Sedangkan sesuai definisi pada Undang Undang 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan,
merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Yang termasuk limbah B3 antara lain
adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa
kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan
pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih
karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan
infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk
limbah B3

Identifikasi Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) berdasarkan jenis,


sumber dan karakteristiknya[sunting | sunting sumber]

Jenis limbah B3 menurut jenisnya meliputi :[sunting | sunting sumber]


1. Limbah B3 Jenis Padatan
2. Limbah B3 Jenis Cairan
3. Limbah B3 Jenis Gas
4. Limbah B3 Jenis Partikel yang tidak terdefinisi

Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :[sunting | sunting sumber]


1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
2. Limbah B3 dari sumber spesifik;
3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Karakteristik limbah B3[sunting | sunting sumber]

Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25 C,
760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.

Limbah mudah terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat
sebagai berikut :

Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume
dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari60 c (140 OF) akan menyala apabila terjadi
kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.

Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar
(25 C, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan
uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan
kebakaran yang terus menerus.

Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar .

Merupakan limbah pengoksidasi.

Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi
manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila
masuk ke dalam tubuh melalui pemafasan, kulit atau mulut. Penentuan sifat racun untuk
identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mu tu konsentrasi TCLP (Toxicity
Characteristic Leaching Procedure) pencemar organik dan anorganik dalam limbah. Apabila
limbah mengandung salah satu pencemar yang terdapat, dengan konsentrasi sama atau
lebih besar dari nilai dalam Lampiran II tersebut, maka limbah tersebut merupakan limbah
B3. Bila nilai ambang batas zat pencemar tidak terdapat pada Lampiran II tersebut maka
dilakukan uji toksikologi.

Limbah yang menyebabkan infeksi. Bagian tubuh manusia yang diamputasi dan
cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya
yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular .Limbah ini berbahaya karena
mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja,
pembersih jalan, dan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah

Limbah bersifat korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai
berikut :

Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.

Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju
korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 C.

Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama
atau lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa.

Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifatsifat sebagai berikut :

Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan.

Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air

Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan,


menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi
kesehatan manusia dan lingkungan.

Merupakan limbah Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2
dan 12,5 dapat menghasi1kan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan
standar (25 C, 760 mmHg).

Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen


atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

Kegiatan Pengelolaan limbah B3[sunting | sunting sumber]


Kegiatan Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan dan pengolahan serta penimbunan
hasil pengolahan tersebut. Dalam rangkaian kegiatan tersebut terkait beberapa pihak yang
masing-masing merupakan mata rantai dalam pengelolaan limbah B3, yaitu :

Reduksi Limbah B3 : Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan
mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan

Penyimpanan Limbah B3 : kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh


penghasil dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun
limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara

Pengumpulan Limbah B3 : kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah


B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat dan/atau
pengolah dan/atau penimbun limbah B3

Pengangkutan Limbah B3 : kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil dan/atau


dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/ atau dari pengolah ke pengumpul dan/atau ke
pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3

Pemanfaatan Limbah B3 : kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau penggunaan


kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3
menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan dan
kesehatan manusia

Pengolahan Limbah B3 : proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah


B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun

Penimbunan Limbah B3 : kegiatan menempatkan limbah B3 pada suatu fasilitas


penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan
hidup

Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas. maka mata rantai siklus perjalanan
limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh pengolah
limbah B3 dapat diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah B3
dikendalikan dengan system manifest berupa dokumen limbah B3. Dengan system manifest
dapat diketahui berapa jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam
proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki persyaratan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai