Anda di halaman 1dari 9

BAB I

Pendahuluan
Puji sukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
izinnyalah saya bisa menyusun makalah singkat tentang toilet training pada
anak. Adapun latar belakang secara khusus saya mengambil materi ini karena
berhubungan dengan jurusan kuliah yang saya ambil dan untuk memenuhi
tugas softskill yang telah ditentukan.
Seperti kita ketahui, anak anak khususnya masa perkembangan 3
tahun pertama sangat penting bagi perkembangan manusia, oleh karena itu
saya mencoba merangkum berbagai macam materi dari berbagai sumber yang
bertujuan

untuk

menambah

pengetahuan

kita

bersama.

Toilet

training

merupakan suatu tahapan yang harus diajarkan sejak dini pada seorang anak,
karena hal ini akan berpengaruh pada perkembangan selanjutnya
BAB 2
Isi
Toilet training (mengajarkan anak ke toilet) adalah cara anak untuk
mengontrol kebiasaan membuang hajatnya di tempat yang semestinya,
sehingga

tidak

sembarang

membuang

hajatnya. Hal yang

menyebalkan

sekaligus menggemaskan buat orang tua adalah pada saat buah hatinya buang
air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di lantai yang sudah bersih. Kalau
bukan sayang kepada sang buah hati ini, tentu saja cacian dan marahan bakal
terlontar dari mulut orang tua yang mendapati anaknya sedang BAK dan BAB
disembarang tempat. Salah satu cara menyiasati agar anak tidak BAK dan BAB
disembarang tempat adalah dengan mengajarkan toilet training sedini mungkin
pada si kecil. Buang air besar (BAB) dan air kecil (BAK) bukanlah suatu masalah
besar, namun bagi anak balita, mandiri untuk bisa BAB dan BAK hal yang patut
diacungi jempol. Minimal, anak bisa memberi tanda-tanda saat akan BAK atau
BAB. Bagaimana melatih kemandirian anak untuk bisa BAB atau BAK.
Bisa Dimulai Sejak Usia 2 Bulan
Memang untuk mengajarkan toilet training pada anak gampang-gampang
susah. Namun demikian sebagai orangtua tetap perlu mengajarkan pada
anaknya. Untuk mengajarkan toilet training pada anak bisa dimulai sejak usia 1
sampai 3 tahun. Pada saat usia tersebut, si anak harus mampu melakukan toilet

training. Jika si anak tidak mampu melakukan toilet training sendiri boleh jadi
anak pernah mengalami hambatan.
Cara orangtua mendidik anaknya agar terbiasa untuk dapat pipis atau
BAB sesuai waktunya, stimulasinya bisa dimulai sejak usia 2 bulan. Caranya,
orangtua bisa memeriksa popoknya atau mengganti popoknya setelah basah.
Karena orangtua sebagai orang yang terdekat dengan anaknya mengetahui
kapan waktu anaknya BAK atau pun BAB.
Apabila anak sejak usia 2 bulan tidak mampu diajarkan toilet training,
tidak ada salahnya anak diajarkan saat usia 1 tahun. Perlu diingat anak pada
usia 1 tahun mengalami fase anal. Pada fase ini anak mencapai kepuasan
melalui bagian anus. Fase kepuasan ini berhubungan dengan kebersihan dan
jadwal kedisiplinan.
Jadi, seorang anak minimal sudah diajarkan sejak usia 1 tahun. Bila anak
diajarkan ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah
mengubah perilaku anak. Selain itu, bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum
mampu untuk toilet training, boleh jadi ia mengalami kemunduran. Karena pada
saat usia 1 sampai 3 tahun ia belum mampu melakukan buang air sesuai
dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan. Akibatnya, anak bisa menjadi
bahan cemoohan teman-temannya.
Anak usia 4 tahun yang tidak mampu BAK atau BAB sesuai waktu dan
tempat yang telah disediakan boleh dianggap kurang wajar. Tetapi pada usia
tiga tahun masih dianggap wajar bila BAK atau BAB di celananya. Namun
begitu, bukan berarti orangtua membiarkan saja. Berilah pengertian pada anak
bahwa cara yang dilakukan tidaklah tepat.
Masalah kemandirian anak BAK dan BAB boleh dikatakan tidak ada
perbedaan antara anak wanita dan laki-laki. Biasanya anak wanita lebih
penurut, maka ia akan lebih cepat diajarkan untuk toilet training dibanding anak
laki-laki. Namun demikian untuk mengajarkan toilet training pada laki-laki pun
harus bisa.
Usia 3 Tahun Masih Wajar
Kebiasaan mengompol pada anak di bawah usia 2 tahun merupakan hal
yang wajar, bahkan ada beberapa anak yang masih mengompol pada usia 4-5
tahun dan sesekali terjadi pada anak 7 tahun. Anak di bawah usia 2 tahun
mengompol karma belum sempumanya kontrol kandung kemih atau toilet
trainingnya.

Ada beberapa penelitian dan literatur yang menyebutkan kira-kira


setengah dari anak umur 3 tahun masih mengompol. Bahkan beberapa ahli
menganggap bahwa anak umur enam tahun masih mengompol itu wajar,
walaupun itu hanya dilakukan oleh sekitar 12 % anak umur 6 tahun. Tapi,
bukan berarti anak tidak diajarkan bagaimana cara benar untuk buang air kecil
(BAK) dan buang air besar (BAB) yang benar dan di tempat yang tepat bukan?
Karena kita juga harus memperhitungkan masa sekolah anak, di mana biasanya
ketika sudah bersekolah ada tuntutan bagi anak untuk tidak lagi pipis
sembarangan.
Cara orangtua mendidik anaknya agar terbiasa untuk dapat pipis atau
BAB sesuai waktunya, stimulasinya bisa dimulai sejak usia 2 bulan. Caranya,
orangtua bisa memeriksa popoknya atau mengganti popoknya setelah basah.
Karena orangtua sebagai orang yang terdekat dengan anaknya mengetahui
kapan waktu anaknya BAK atau pun BAB.
Apabila anak sejak usia 2 bulan tidak mampu diajarkan toilet training,
tidak ada salahnya anak diajarkan saat usia 1 tahun. Perlu diingat anak pada
usia 1 tahun mengalami fase anal. Pada fase ini anak mencapai kepuasan
melalui bagian anus. Fase kepuasan ini berhubungan dengan kebersihan dan
jadwal kedisiplinan.
Jadi, seorang anak minimal sudah diajarkan sejak usia 1 tahun. Bila anak
diajarkan ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah
mengubah perilaku anak. Selain itu, bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum
mampu untuk toilet training, boleh jadi ia mengalami kemunduran. Karena pada
saat usia 1 sampai 3 tahun ia belum mampu melakukan buang air sesuai
dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan. Akibatnya, anak bisa menjadi
bahan cemoohan teman-temannya.
Anak usia 4 tahun yang tidak mampu BAK atau BAB sesuai waktu dan
tempat yang telah disediakan boleh dianggap kurang wajar. Tetapi pada usia
tiga tahun masih dianggap wajar bila BAK atau BAB di celananya. Namun
begitu, bukan berarti orangtua membiarkan saja. Berilah pengertian pada anak
bahwa cara yang dilakukan tidaklah tepat.
Tanda si Kecil Siap
Beberapa tanda si kecil siap melakukan toilet training:
1. Tidak mengompol beberapa jam sehari, atau bila ia berhasil bangun tidur tanpa
mengompol sedikit pun, 2.

Waktu buang airnya sudah bisa diperkirakan,

3. Sudah bisa memberitahu bila celana atau popok sekali pakainya sudah kotor
ataupun basah.
4. Tertarik dengan kebiasaan masuk ke dalam toilet, seperti kebiasaan orangorang lain di dalam rumahnya.
5. Minta untuk diajari menggunakan toilet.
Tahapan Toilet Training
Mengajarkan toilet training memerlukan beberapa tahapan:
Biasakan

menggunakan

toilet

pada

buah

hati

untuk

buang

air.

Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil untuk
duduk

di

toilet

meski

dengan

pakaian

lengkap.

saat

si

kecil

sedang

membiasakan diri di toilet, Anda dapat menjelaskan kegunaan toilet. Nah, agar
si kecil tidak takut di toilet, Anda dapat menemaninya sambil membacakan
buku atau menyanyikan lagu kesayangannya.
Lakukan

secara

rutin

pada

si

kecil

ketika

terlihat

ingin

buang

air.

Sejak si kecil terbiasa dengan toiletnya, ajaklah ia untuk menggunakannya.


Biarkan ia duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari, terutama 20
menit setelah bangun tidur dan seusai makan. Bila pada waktu-waktu itu, si
kecil sudah duduk di toilet namun tidak ingin buang air, ajak ia segera keluar
dari toilet. Bila sekali-sekali ia mengompol, itu merupakan hal yang normal.
Anda juga tak perlu khawatir dan memaksanya bila si kecil kadang-kadang
mogok dan tak mau ke toilet.
Pujilah bila ia berhasil, meskipun kemajuannya tidak secepat yang anda inginkan
Bila

si

anak

mengalami

kecelakaan

segera

bersihkan

dan

jangan

menyalahkannya. Jadilah model yang baik, agar si kecil lebih mudah mengerti.
Contohkan padanya bagaimana menggunakan toilet sehari-hari.
Jika anak mengalami stress saat dikenalkan toilet training, malah akan
mempersulit waktu belajarnya. Perlu diingat juga, orang tua tidak dapat
mengontrol kapan dan dimana anak akan membuang hajatnya, kecuali si anak
sendiri.
BAB 3
Kesimpulan
Toilet training (mengajarkan anak ke toilet) adalah cara anak untuk mengontrol
kebiasaan membuang hajatnya di tempat yang semestinya, sehingga tidak
sembarang membuang hajatnya. Hal yang menyebalkan sekaligus
menggemaskan buat orang tua adalah pada saat buah hatinya buang air kecil
(BAK) atau buang air besar (BAB) di lantai yang sudah bersih. Kalau bukan

sayang kepada sang buah hati ini, tentu saja cacian dan marahan bakal
terlontar dari mulut orang tua yang mendapati anaknya sedang BAK dan BAB
disembarang tempat. Salah satu cara menyiasati agar anak tidak BAK dan BAB
disembarang tempat adalah dengan mengajarkan toilet training sedini mungkin
pada si kecil.
Seorang anak minimal sudah diajarkan sejak usia 1 tahun. Bila anak
diajarkan ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah
mengubah perilaku anak. Selain itu, bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum
mampu untuk toilet training, boleh jadi ia mengalami kemunduran. Karena pada
saat usia 1 sampai 3 tahun ia belum mampu melakukan buang air sesuai
dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan. Akibatnya, anak bisa menjadi
bahan cemoohan teman-temannya.
Anak usia 4 tahun yang tidak mampu BAK atau BAB sesuai waktu dan
tempat yang telah disediakan boleh dianggap kurang wajar. Tetapi pada usia
tiga tahun masih dianggap wajar bila BAK atau BAB di celananya. Namun
begitu, bukan berarti orangtua membiarkan saja. Berilah pengertian pada anak
bahwa cara yang dilakukan tidaklah tepat.
Masalah kemandirian anak BAK dan BAB boleh dikatakan tidak ada
perbedaan antara anak wanita dan laki-laki. Biasanya anak wanita lebih
penurut, maka ia akan lebih cepat diajarkan untuk toilet training dibanding anak
laki-laki. Namun demikian untuk mengajarkan toilet training pada laki-laki pun
harus bisa.
Tanda si Kecil Siap
Beberapa tanda si kecil siap melakukan toilet training:
6. Tidak mengompol beberapa jam sehari, atau bila ia berhasil bangun tidur tanpa
mengompol sedikit pun, 7.

Waktu buang airnya sudah bisa diperkirakan,

8. Sudah bisa memberitahu bila celana atau popok sekali pakainya sudah kotor
ataupun basah.
9. Tertarik dengan kebiasaan masuk ke dalam toilet, seperti kebiasaan orangorang lain di dalam rumahnya.
10. Minta untuk diajari menggunakan toilet.
Tahapan Toilet Training
Mengajarkan toilet training memerlukan beberapa tahapan:
Biasakan

menggunakan

toilet

pada

buah

hati

untuk

buang

air.

Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil untuk

duduk

di

toilet

meski

dengan

pakaian

lengkap.

saat

si

kecil

sedang

membiasakan diri di toilet, Anda dapat menjelaskan kegunaan toilet. Nah, agar
si kecil tidak takut di toilet, Anda dapat menemaninya sambil membacakan
buku atau menyanyikan lagu kesayangannya.
Lakukan

secara

rutin

pada

si

kecil

ketika

terlihat

ingin

buang

air.

Sejak si kecil terbiasa dengan toiletnya, ajaklah ia untuk menggunakannya.


Biarkan ia duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari, terutama 20
menit setelah bangun tidur dan seusai makan. Bila pada waktu-waktu itu, si
kecil sudah duduk di toilet namun tidak ingin buang air, ajak ia segera keluar
dari toilet. Bila sekali-sekali ia mengompol, itu merupakan hal yang normal.
Anda juga tak perlu khawatir dan memaksanya bila si kecil kadang-kadang
mogok dan tak mau ke toilet.
Pujilah bila ia berhasil, meskipun kemajuannya tidak secepat yang anda inginkan
Bila

si

anak

mengalami

kecelakaan

segera

bersihkan

dan

jangan

menyalahkannya. Jadilah model yang baik, agar si kecil lebih mudah mengerti.
Contohkan padanya bagaimana menggunakan toilet sehari-hari.
Dafar Pustaka
http://www.kaltimpost.co.id/?mib=berita.detail&id=27021
http://keluargasehat.wordpress.com/2008/04/02/toilet-trainingsejak-dini/
http://www.indosiar.com/ragam/79080/toilet-training-untuk-balita

Toilet Training

Pedoman Untuk Orang Tua


Pengaturan buang air besar dan berkemih diperlukan untuk ketrampilan sosial, Mengajarkan toilet
training (TT) membutuhkan waktu, pengertian dan kesabaran. Hal terpenting untuk diingat adalah
bahwa anda tidak dapat memaksakan anak untuk menggunakan toilet. The American Academy of
Pediatrics telah mengembangkan brosur ini untuk membantu anak anda melewati tahap penting
perkembangan sosial.
Kapan anak siap untuk toilet training?
Tidak ada patokan usia kapan TT harus dimulai. Saat yang tepat tergantung dari perkembangan fisik
dan mental anak. anak berusia di bawah 12 bulan tidak mempunyai kontrol terhadap kandung kemih
dan BAB, 6 bulan sesudahnya ada sedikit kontrol. Antara 18 dan 24 bulan beberapa anak sudah
menunjukkan kesiapan, tetapi beberapa anak belum siap sampai usia 30 bulan atau lebih.
Anak anda seharusnya juga sudah siap secara emosional. Harus ada kemauan sendiri, tidak melawan
atau menunjukkan tanda-tanda ketakutan. Jika anak bertahan kuat, sebaiknya ditunggu beberapa
saat.
Mengajarkan TT sebaiknya santai dan hindari kemarahan. Ingatlah bahwa tidak ada seorang pun yang
dapat mengontrol kapan dan dimana anak ingin BAK atau BAB kecuali anak itu sendiri. Hindari
pemaksaan yang berlebihan. Anak pada usia TT mulai timbul kesadaran terhadap diri sendiri. Mereka
mencari cara untuk menguji keterbatasan mereka. Beberapa anak melakukannya dengan cara
nenahan keinginan BAB-nya.
Perhatikan tanda-tanda berikut ini untuk menilai kesiapan anda:

Anak anda tidak mengompol minimal 2 jam saat siang hari atau setelah tidur siang.

BAB menjadi teratur dan dapat diprediksi

Ekspresi wajah, postur menjadi tubuh dan kata-kata yang menunjukkan keinginan BAB atau
BAK.

Keadaan stress di rumah bisa membuat proses ini menjadi sulit. Kadang-kadang sangat bijaksana
untuk menunda TT dalam situasi berikut ini:

Keluarga anda baru pindah atau berencana akan pindah dalam waktu dekat.

Anda sedang menantikan kelahiran bayi atau baru mendapatkan seorang bayi.

Ada penyakit berat, kematian atau seseorang dalam keluarga sedang mengalami krisis.

Bagaimanapun juga bila anak anda tidak mengalami hambatan dalam TT, maka tidak ada alasan
untuk menghentikannya karena situasi-situasi tersebut.

Anak anda dapat mengikuti perintah-perintah sederhana

Anak anda dapat berjalan dari dan ke kamar mandi, serta membantu melepas pakaian.

Anak anda tampak tidak nyaman dengan popok yang koor dan ingin diganti.

Anak anda meminta menggunakan toilet atau pot.

Anak anda meminta menggunakan pakaian dalam seperti anak yang lebih besar.

Bagaimana mengajar anak anda menggunakan toilet ?


Anda seharusnya memutuskan dengan hati-hati kata-kata apa yang akan digunakan untuk
menggambarkan bagian-bagian tubuh, urine, dan BAB. Ingatlah bahwa kata-kata tersebut akan
didengar juga oleh teman, tetangga, guru, dan orang-orang lain. Sebaiknya gunakan kata-kata yang
sudah umum digunakan supaya tidak membingungkan atau mempermalukan anak anda.
Hindari penggunaan kata-kata "kotor", "nakal" atau jorok untuk menggambarkan urine atau feses.
Istilah negatif ini akan membuat anak anda merasa malu dan bingung. Ajarkan BAB dan BAK dengan
cara sederhana. Anak anda mungkin ingin tahu dan mencoba untuk bermain dengan fesesnya. Anda
dapat mencegah hal ini tanpa membuat anak anda sedih, katakan bahwa feses bukan sesuatu untuk
dimainkan.
Ketika anak anda sudah siap, anda sebaiknya memilih pot (potty chair) untuk BAK atau BAB. Pot lebih
mudah digunakan untuk anak kecil, karena pendek sehingga anak tidak sulit untuk duduk diatasnya
dan kaki anak dapat mencapai lantai.
Anak-anak sering tertarik dengan aktifitas dalam kamar mandi keluarga. Kadang-kadang biarkan
mereka memperhatikan orang tuanya saat pergi ke kamar mandi. Dengan melihat orang dewasa
menggunakan toilet akan membuat mereka mempunyai keinginan yang sama. Jika memungkinkan ibu
sebaiknya memperlihatkan cara yang benar kepada anak perempuannya, sedangkan ayah kepada
anak laki-lakinya. Anak-anak dapat juga mempelajari cara ini dari kakak atau teman-temannya.
Ajarkan anak anda untuk memberitahukan bila dia ingin BAB atau BAK, Anak anda sering
memberitahu anda pada saat dia sudah mengompol atau BAB. Hal ini merupakan tanda bahwa anak
anda mulai mengenal fungsi tubuhnya. Ajarkan anak anda lain kali harus memberi tahu anda
sebelumnya.
Sebelum BAB anak anda mungkin merintih, atau mengeluarkan suara-suara aneh, jongkok, atau
berhenti beberapa saat. saat mengedan wajahnya akan menjadi merah. Jelaskan pada anak tandatanda tersebut adalah petunjuk saatnya menggunakan toilet.
Kadang-kadang lebih lama mengenal keinginan untuk BAK daripada keinginan untuk BAB. Beberapa
anak belum dapat mengontrol keinginan BAK selama beberapa bulan setelah mereka dapat
mengontrol BAB. Beberapa anak mampu mengontrol BAK terlebih dahulu. Sebagian besar anak lakilaki belajar BAK dengan cara duduk terlebih dahulu, kemudian baru dengan cara berdiri. Ingatlah
bahwa semua anak berbeda.
Ketika anak anda tampak ingin BAK atau BAB, pergilah ke pot. Biarkan anak anda duduk di pot
beberapa menit, Jelaskan bahwa anda ingin anak anda BAB atau BAK di situ. Bergembiralah, jangan
memperlihatkan ketegangan. Jika anak anda protes dengan keras, jangan memaksa. Mungkin anak
anda belum saatnya untuk memulai TT.
Sebaiknya anak dilatih menggunakan pot secara rutin, misalnya menjadi kegiatan pertama di pagi hari
ketika anak anda bangun, setelah makan, atau sebelum tidur siang. Ingatlah bahwa anda tidak dapat
mengontrol kapan anak anda BAB atau BAK.

Keberhasilan TT tergantung pada cara pengajaran bertahap yang sesuai dengan anak anda. Anda
harus mendukung usaha anak anda. Jangan menginginkan hasil yang terlalu cepat. Berikan anak anda
pelukan dan pujian jika mereka berhasil. Bila terjadi kesalahan jangan mamarahi atau membuat
mereka sedih. Hukuman akan membuat mereka merasa bersalah dan membuat TT menjadi lebih
lama.
Ajarkan anak anda kebiasaan menjaga kebersihan. Tunjukkan cara cebok yang benar. Anak
perempuan seharusnya membersihkan dari depan ke belakang untuk mencegah penyebaran kuman
dari rektum ke vagina atau kandung kemih. Pastikan anak laki-laki maupun perempuan mencuci
tangan mereka setelah BAB atau BAK.
Beberapa anak percaya bahwa urine atau feses adalah bagian dari tubuh mereka, melihat fesesnya
disiram mungkin menakutkan dan sulit untuk dimengerti. Beberapa anak takut mereka akan tersedot
ke dalam toilet bila disiram saat mereka masih duduk di atasnya. Orang tua harus mengajarkan
mereka keinginan untuk mengontrol, biarkan mereka mencoba menyiram tissue ke dalam toilet. Hal
tersebut akan menghilangkan ketakutan mereka terhadap suara berisik air dan mereka dapat melihat
benda yang menghilang, masuk ke dalam toilet.
Ketika anak anda mulai sering berhasil, tingkatkan dengan penggunaan celan latihan (training pants).
Kejadian tersebut menjadi sangat istimewa. Anak anda akan merasa bangga telah mendapat
kepercayaan dan merasa tumbuh. Bagaimana pun juga bersiaplah terhadap terjadinya "kecelakaan".
Akan membutuhkan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan sebelum TT selesai. Sebaiknya
tetap melanjutkan latihan duduk di pot di siang hari. Jika anak anda dapat menggunakan pot dengan
sukses, ini merupakan kesempatan untuk memuji. Bila tidak ini masih merupakan latihan yang baik.
Pada awalnya, banyak anak akan BAB atau BAK segera setelah diangkat dari toilet. Perlu waktu untuk
anak anda belajar relaksasi otot-ototnya untuk mengontrol BAB atau BAK. Bila sering terjadi
"kecelakaan" seperti ini, berarti anak anda belum siap untuk TT.
Kadang-kadang anak anda akan meminta popok saat merasa akan BAB dan berdiri di satu tempat
tertentu untuk defekasi. Ajak anak anda mengenali tanda-tanda keinginan BAB. Anjurkan
kemampuannya dengan duduk di atas pot tanpa popok.
Pola defekasi bervariasi. Beberapa anak 2-3 kali per hari. Anak lain 2-3 hari sekali. Feses yang lunak
membuat TT lebih mudah untuk anak dan orang tua. Terlalu memaksa anak dalam TT dapat
menimbulkan masalah BAB jangka panjang.
Bicarakan dengan dokter anak anda bila terjadi perubahan kebiasaan BAB atau bila anak anda
menjadi tidak nyaman. Jangan gunakan laksatif, supositoria, atau enema, kecuali dianjurkan oleh
dokter.
Sebagian besar anak dapat mengontrol BAB dan BAK di siang hari saat usia 3-4 tahun. Bahkan setelah
anak anda tidak mengompol di siang hari masih perlu waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
untuk tidak mengompol di malam hari. Sebagian besar anak perempuan dan lebih dari 75% anak lakilaki mampu tidak mengompol di malam hari setelah usia 5 tahun.
Anak anda akan menunjukkan kepada anada jika dia sudah siap pindah dari pot ke toilet
sesungguhnya. Pastikan anak anda cukup tinggi, dan latihlah tahap demi tahap bersama mereka.

Anda mungkin juga menyukai