Pendahuluan
Puji sukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
izinnyalah saya bisa menyusun makalah singkat tentang toilet training pada
anak. Adapun latar belakang secara khusus saya mengambil materi ini karena
berhubungan dengan jurusan kuliah yang saya ambil dan untuk memenuhi
tugas softskill yang telah ditentukan.
Seperti kita ketahui, anak anak khususnya masa perkembangan 3
tahun pertama sangat penting bagi perkembangan manusia, oleh karena itu
saya mencoba merangkum berbagai macam materi dari berbagai sumber yang
bertujuan
untuk
menambah
pengetahuan
kita
bersama.
Toilet
training
merupakan suatu tahapan yang harus diajarkan sejak dini pada seorang anak,
karena hal ini akan berpengaruh pada perkembangan selanjutnya
BAB 2
Isi
Toilet training (mengajarkan anak ke toilet) adalah cara anak untuk
mengontrol kebiasaan membuang hajatnya di tempat yang semestinya,
sehingga
tidak
sembarang
membuang
menyebalkan
sekaligus menggemaskan buat orang tua adalah pada saat buah hatinya buang
air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di lantai yang sudah bersih. Kalau
bukan sayang kepada sang buah hati ini, tentu saja cacian dan marahan bakal
terlontar dari mulut orang tua yang mendapati anaknya sedang BAK dan BAB
disembarang tempat. Salah satu cara menyiasati agar anak tidak BAK dan BAB
disembarang tempat adalah dengan mengajarkan toilet training sedini mungkin
pada si kecil. Buang air besar (BAB) dan air kecil (BAK) bukanlah suatu masalah
besar, namun bagi anak balita, mandiri untuk bisa BAB dan BAK hal yang patut
diacungi jempol. Minimal, anak bisa memberi tanda-tanda saat akan BAK atau
BAB. Bagaimana melatih kemandirian anak untuk bisa BAB atau BAK.
Bisa Dimulai Sejak Usia 2 Bulan
Memang untuk mengajarkan toilet training pada anak gampang-gampang
susah. Namun demikian sebagai orangtua tetap perlu mengajarkan pada
anaknya. Untuk mengajarkan toilet training pada anak bisa dimulai sejak usia 1
sampai 3 tahun. Pada saat usia tersebut, si anak harus mampu melakukan toilet
training. Jika si anak tidak mampu melakukan toilet training sendiri boleh jadi
anak pernah mengalami hambatan.
Cara orangtua mendidik anaknya agar terbiasa untuk dapat pipis atau
BAB sesuai waktunya, stimulasinya bisa dimulai sejak usia 2 bulan. Caranya,
orangtua bisa memeriksa popoknya atau mengganti popoknya setelah basah.
Karena orangtua sebagai orang yang terdekat dengan anaknya mengetahui
kapan waktu anaknya BAK atau pun BAB.
Apabila anak sejak usia 2 bulan tidak mampu diajarkan toilet training,
tidak ada salahnya anak diajarkan saat usia 1 tahun. Perlu diingat anak pada
usia 1 tahun mengalami fase anal. Pada fase ini anak mencapai kepuasan
melalui bagian anus. Fase kepuasan ini berhubungan dengan kebersihan dan
jadwal kedisiplinan.
Jadi, seorang anak minimal sudah diajarkan sejak usia 1 tahun. Bila anak
diajarkan ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah
mengubah perilaku anak. Selain itu, bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum
mampu untuk toilet training, boleh jadi ia mengalami kemunduran. Karena pada
saat usia 1 sampai 3 tahun ia belum mampu melakukan buang air sesuai
dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan. Akibatnya, anak bisa menjadi
bahan cemoohan teman-temannya.
Anak usia 4 tahun yang tidak mampu BAK atau BAB sesuai waktu dan
tempat yang telah disediakan boleh dianggap kurang wajar. Tetapi pada usia
tiga tahun masih dianggap wajar bila BAK atau BAB di celananya. Namun
begitu, bukan berarti orangtua membiarkan saja. Berilah pengertian pada anak
bahwa cara yang dilakukan tidaklah tepat.
Masalah kemandirian anak BAK dan BAB boleh dikatakan tidak ada
perbedaan antara anak wanita dan laki-laki. Biasanya anak wanita lebih
penurut, maka ia akan lebih cepat diajarkan untuk toilet training dibanding anak
laki-laki. Namun demikian untuk mengajarkan toilet training pada laki-laki pun
harus bisa.
Usia 3 Tahun Masih Wajar
Kebiasaan mengompol pada anak di bawah usia 2 tahun merupakan hal
yang wajar, bahkan ada beberapa anak yang masih mengompol pada usia 4-5
tahun dan sesekali terjadi pada anak 7 tahun. Anak di bawah usia 2 tahun
mengompol karma belum sempumanya kontrol kandung kemih atau toilet
trainingnya.
3. Sudah bisa memberitahu bila celana atau popok sekali pakainya sudah kotor
ataupun basah.
4. Tertarik dengan kebiasaan masuk ke dalam toilet, seperti kebiasaan orangorang lain di dalam rumahnya.
5. Minta untuk diajari menggunakan toilet.
Tahapan Toilet Training
Mengajarkan toilet training memerlukan beberapa tahapan:
Biasakan
menggunakan
toilet
pada
buah
hati
untuk
buang
air.
Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil untuk
duduk
di
toilet
meski
dengan
pakaian
lengkap.
saat
si
kecil
sedang
membiasakan diri di toilet, Anda dapat menjelaskan kegunaan toilet. Nah, agar
si kecil tidak takut di toilet, Anda dapat menemaninya sambil membacakan
buku atau menyanyikan lagu kesayangannya.
Lakukan
secara
rutin
pada
si
kecil
ketika
terlihat
ingin
buang
air.
si
anak
mengalami
kecelakaan
segera
bersihkan
dan
jangan
menyalahkannya. Jadilah model yang baik, agar si kecil lebih mudah mengerti.
Contohkan padanya bagaimana menggunakan toilet sehari-hari.
Jika anak mengalami stress saat dikenalkan toilet training, malah akan
mempersulit waktu belajarnya. Perlu diingat juga, orang tua tidak dapat
mengontrol kapan dan dimana anak akan membuang hajatnya, kecuali si anak
sendiri.
BAB 3
Kesimpulan
Toilet training (mengajarkan anak ke toilet) adalah cara anak untuk mengontrol
kebiasaan membuang hajatnya di tempat yang semestinya, sehingga tidak
sembarang membuang hajatnya. Hal yang menyebalkan sekaligus
menggemaskan buat orang tua adalah pada saat buah hatinya buang air kecil
(BAK) atau buang air besar (BAB) di lantai yang sudah bersih. Kalau bukan
sayang kepada sang buah hati ini, tentu saja cacian dan marahan bakal
terlontar dari mulut orang tua yang mendapati anaknya sedang BAK dan BAB
disembarang tempat. Salah satu cara menyiasati agar anak tidak BAK dan BAB
disembarang tempat adalah dengan mengajarkan toilet training sedini mungkin
pada si kecil.
Seorang anak minimal sudah diajarkan sejak usia 1 tahun. Bila anak
diajarkan ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah
mengubah perilaku anak. Selain itu, bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum
mampu untuk toilet training, boleh jadi ia mengalami kemunduran. Karena pada
saat usia 1 sampai 3 tahun ia belum mampu melakukan buang air sesuai
dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan. Akibatnya, anak bisa menjadi
bahan cemoohan teman-temannya.
Anak usia 4 tahun yang tidak mampu BAK atau BAB sesuai waktu dan
tempat yang telah disediakan boleh dianggap kurang wajar. Tetapi pada usia
tiga tahun masih dianggap wajar bila BAK atau BAB di celananya. Namun
begitu, bukan berarti orangtua membiarkan saja. Berilah pengertian pada anak
bahwa cara yang dilakukan tidaklah tepat.
Masalah kemandirian anak BAK dan BAB boleh dikatakan tidak ada
perbedaan antara anak wanita dan laki-laki. Biasanya anak wanita lebih
penurut, maka ia akan lebih cepat diajarkan untuk toilet training dibanding anak
laki-laki. Namun demikian untuk mengajarkan toilet training pada laki-laki pun
harus bisa.
Tanda si Kecil Siap
Beberapa tanda si kecil siap melakukan toilet training:
6. Tidak mengompol beberapa jam sehari, atau bila ia berhasil bangun tidur tanpa
mengompol sedikit pun, 7.
8. Sudah bisa memberitahu bila celana atau popok sekali pakainya sudah kotor
ataupun basah.
9. Tertarik dengan kebiasaan masuk ke dalam toilet, seperti kebiasaan orangorang lain di dalam rumahnya.
10. Minta untuk diajari menggunakan toilet.
Tahapan Toilet Training
Mengajarkan toilet training memerlukan beberapa tahapan:
Biasakan
menggunakan
toilet
pada
buah
hati
untuk
buang
air.
Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil untuk
duduk
di
toilet
meski
dengan
pakaian
lengkap.
saat
si
kecil
sedang
membiasakan diri di toilet, Anda dapat menjelaskan kegunaan toilet. Nah, agar
si kecil tidak takut di toilet, Anda dapat menemaninya sambil membacakan
buku atau menyanyikan lagu kesayangannya.
Lakukan
secara
rutin
pada
si
kecil
ketika
terlihat
ingin
buang
air.
si
anak
mengalami
kecelakaan
segera
bersihkan
dan
jangan
menyalahkannya. Jadilah model yang baik, agar si kecil lebih mudah mengerti.
Contohkan padanya bagaimana menggunakan toilet sehari-hari.
Dafar Pustaka
http://www.kaltimpost.co.id/?mib=berita.detail&id=27021
http://keluargasehat.wordpress.com/2008/04/02/toilet-trainingsejak-dini/
http://www.indosiar.com/ragam/79080/toilet-training-untuk-balita
Toilet Training
Anak anda tidak mengompol minimal 2 jam saat siang hari atau setelah tidur siang.
Ekspresi wajah, postur menjadi tubuh dan kata-kata yang menunjukkan keinginan BAB atau
BAK.
Keadaan stress di rumah bisa membuat proses ini menjadi sulit. Kadang-kadang sangat bijaksana
untuk menunda TT dalam situasi berikut ini:
Keluarga anda baru pindah atau berencana akan pindah dalam waktu dekat.
Anda sedang menantikan kelahiran bayi atau baru mendapatkan seorang bayi.
Ada penyakit berat, kematian atau seseorang dalam keluarga sedang mengalami krisis.
Bagaimanapun juga bila anak anda tidak mengalami hambatan dalam TT, maka tidak ada alasan
untuk menghentikannya karena situasi-situasi tersebut.
Anak anda dapat berjalan dari dan ke kamar mandi, serta membantu melepas pakaian.
Anak anda tampak tidak nyaman dengan popok yang koor dan ingin diganti.
Anak anda meminta menggunakan pakaian dalam seperti anak yang lebih besar.
Keberhasilan TT tergantung pada cara pengajaran bertahap yang sesuai dengan anak anda. Anda
harus mendukung usaha anak anda. Jangan menginginkan hasil yang terlalu cepat. Berikan anak anda
pelukan dan pujian jika mereka berhasil. Bila terjadi kesalahan jangan mamarahi atau membuat
mereka sedih. Hukuman akan membuat mereka merasa bersalah dan membuat TT menjadi lebih
lama.
Ajarkan anak anda kebiasaan menjaga kebersihan. Tunjukkan cara cebok yang benar. Anak
perempuan seharusnya membersihkan dari depan ke belakang untuk mencegah penyebaran kuman
dari rektum ke vagina atau kandung kemih. Pastikan anak laki-laki maupun perempuan mencuci
tangan mereka setelah BAB atau BAK.
Beberapa anak percaya bahwa urine atau feses adalah bagian dari tubuh mereka, melihat fesesnya
disiram mungkin menakutkan dan sulit untuk dimengerti. Beberapa anak takut mereka akan tersedot
ke dalam toilet bila disiram saat mereka masih duduk di atasnya. Orang tua harus mengajarkan
mereka keinginan untuk mengontrol, biarkan mereka mencoba menyiram tissue ke dalam toilet. Hal
tersebut akan menghilangkan ketakutan mereka terhadap suara berisik air dan mereka dapat melihat
benda yang menghilang, masuk ke dalam toilet.
Ketika anak anda mulai sering berhasil, tingkatkan dengan penggunaan celan latihan (training pants).
Kejadian tersebut menjadi sangat istimewa. Anak anda akan merasa bangga telah mendapat
kepercayaan dan merasa tumbuh. Bagaimana pun juga bersiaplah terhadap terjadinya "kecelakaan".
Akan membutuhkan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan sebelum TT selesai. Sebaiknya
tetap melanjutkan latihan duduk di pot di siang hari. Jika anak anda dapat menggunakan pot dengan
sukses, ini merupakan kesempatan untuk memuji. Bila tidak ini masih merupakan latihan yang baik.
Pada awalnya, banyak anak akan BAB atau BAK segera setelah diangkat dari toilet. Perlu waktu untuk
anak anda belajar relaksasi otot-ototnya untuk mengontrol BAB atau BAK. Bila sering terjadi
"kecelakaan" seperti ini, berarti anak anda belum siap untuk TT.
Kadang-kadang anak anda akan meminta popok saat merasa akan BAB dan berdiri di satu tempat
tertentu untuk defekasi. Ajak anak anda mengenali tanda-tanda keinginan BAB. Anjurkan
kemampuannya dengan duduk di atas pot tanpa popok.
Pola defekasi bervariasi. Beberapa anak 2-3 kali per hari. Anak lain 2-3 hari sekali. Feses yang lunak
membuat TT lebih mudah untuk anak dan orang tua. Terlalu memaksa anak dalam TT dapat
menimbulkan masalah BAB jangka panjang.
Bicarakan dengan dokter anak anda bila terjadi perubahan kebiasaan BAB atau bila anak anda
menjadi tidak nyaman. Jangan gunakan laksatif, supositoria, atau enema, kecuali dianjurkan oleh
dokter.
Sebagian besar anak dapat mengontrol BAB dan BAK di siang hari saat usia 3-4 tahun. Bahkan setelah
anak anda tidak mengompol di siang hari masih perlu waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
untuk tidak mengompol di malam hari. Sebagian besar anak perempuan dan lebih dari 75% anak lakilaki mampu tidak mengompol di malam hari setelah usia 5 tahun.
Anak anda akan menunjukkan kepada anada jika dia sudah siap pindah dari pot ke toilet
sesungguhnya. Pastikan anak anda cukup tinggi, dan latihlah tahap demi tahap bersama mereka.