Anda di halaman 1dari 62

TINJAUAN TORITIS

2.1

Konsep dasar teori


2.1.1

Pengertian

Gagal jantung kongestif adalah ketidak mampuan jantung untuk memompa darah yang
adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung
kongestif paling sering kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan. (Smeltzer&Bare,
2001)
Gagal jantung kongestif terjadi sewaktu kontraktilitas jantung berkurang dan ventrikel tidak
mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama diastole. (Corwin,2000)
Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kondisi dimana kardiak output tidak mencukupi
kebutuhan metabolik tubuh. (Depkes,1993 dikutip oleh Arif Mutaqqin, 2009)

2.1.2

Etiologi

Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang


meningkatkan beban awal, beban akhir atau meningkatkan kontraktilitas miokardium.
Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi ; regurgitasi aorta, cacat septum
ventrikel, dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi
sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokardium dan kardiomiopati
(Mutaqqin, 2009).
Penyebab gagal jantung mencakup apapun yang menyebabkan peningkatan volume plasma
sampai derajat tertentu sehingga volume diastolik akhir meregangkan serat-serat ventrikel
melebihi panjang optimunya, sebab-sebab tersebut antara lain adalah gagal ginjal, atau
intoksikasi air. Namun lebih sering adalah cedera pada jantung sendiri yang memulai siklus

kegagalan dengan mengurangi kontraksi jantung. Penyebab gagal jantung yang terdapat
dijantung antara lain adalah infark miokardium, miopati jantung, defek katup, malformasi
kongenital, dan hipertensi kronik. Letak suatu infark miokardium akan menentukan sisi jantung
yang pertama kali terkena setelah terjadi serangan jantung. Pada kenyataanya penyebab utama
gagal jantung kanan adalah gagal jantung kiri. (Corwin, 2001)

2.1.3

Klasifikasi gagal jantung

Klasifikasi gagal jantung yang selama ini telah dikenal adalah klasifikasi menurut New York
Heart Association (NYHA) yang telah dikutip oleh Arif Mutaqqin pada tahun 2009.
Kela

Defenisi

Istilah

s
I

Klien dengan kelainan jantung tetapi

Disfungsi ventrikel

tanpa pembatasan aktivitas gisik

kiri yang

Klien dengan kelainan jantung yang

asimtomatik
Gagal jantung ringan

II

menyebabkan sedikit pembatan


III

aktivitas
Klien dengan kelainan jantung yang

Gagal jantung sedang

menyebabkan banyak pembatasan


IV

aktivitas fisik
Klien dengan kelainan jantung yang

Gagal jantung berat

segalah aktivitas fisiknya


menyebabkan keluhan
a.

Jantung

Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak ditengah toraks dan ia menempati antara
paru dan diafragma. (Smelter & Bare, 2001)

b. Bentuk jantung
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut
c.

juga basis kordis, disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis. (Syaiffudin)
Letak jantung
Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastium anterior), sebelah kiri
bawah dari pertengahan rongga dada di atas diafragma, dan pangkalnya terdapat di bagian kiri
antara kosta V dan kosta VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya

denyutan jantung yang disebut iktus kordis. (Syaiffudin, 2006)


d. Ukuran jantung
Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan besarnya kira-kira 250-300
gram. (Syaiffudin, 2006)
e. Lapisan-lapisan jantung
- Endokardim
Merupakan lapisan jantung yang terletak disebelah dalam sekali yang terdiri dari jaringan
endotel atau lapisan selaput lendir, yang melapisi permukaan rongga jantung.
-

Miokardium
Merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot jantung. Otot-otot jantung ini
membentuk bundalan-bundalan otot yaitu : bundalan otot atria, yang terdapat dibagian kiri/kanan
dan basis kordis yang membentuk serambi atau airukula kordis. Bundalan otot ventrikel yang
membentuk bilik jantung dimulai dari cincin atrioventrikular sampai di apeks jantung. Bundalan

otot atrioventrikular merupakan dinding pemisah antara serambi dan bilik jantung.
Perikardium
Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus terdiri dari dua lapisan yaitu
lapisan parietal dan viseral yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung.

(Syaiffudin, 2006)
f. Bagian-bagian jantung
Jantung terbagi atas empat ruang yaitu :
- Atrium kanan : atrium kanan berdinding tipis ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah,
dan sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sitemik yang mengalir ke ventrikel kanan.

Atrium kiri : atrium kiri menerima darah teroksigenasi dari paru-paru melalui keempat vena

pulmonalis. Atrium kiri mempunyai dinding yang tipis dan mempunyai tekanan rendah.
Ventrikel kanan : ventrikel kanan berbentuk bulan sabit yang unik guna menghasilkan kontraksi

bertekanan rendah yang cukup mengalirkan darah kedalam arteria pulmonalis.


Ventrikel kiri : ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi
tahanan sirkulasi sistemik, dan mempertahankan aliran darah ke jaringan perifer. (Price &

Wilson, 2005)
g. Katup-katup jantung
Didalam jantung terdapat katup-katup yang sangat penting artinya dalam susunan peredaran
darah dan pergerakan jantung manusia :
1. Valvula trikuspidalis, terdapat antara atrium dekstra dan ventrikel dekstra yang terdiri dari tiga
katup.
2. Valvula bikuspidalis, terletak antara atrium sinistra dan ventrikel sinistra yang terdiri dari dua
katup.
3. Valvula semilunaris arteri pulmonalis, terletak antara ventrikel dekstra arteri pulmonalis tempat
darah mengalir menuju ke paru-paru.
4. Valvula semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan tempat darah mengalir
menuju keseluruh tubuh. (Syaiffudin, 2006)
h. Arteri koronaria
Arteri koronaria adalah pembuluh darah yang menyuplai otot jantung yang mempunyai
kebutuhan metabolism tinggi terhadap oksigen dan nutrisi. Jantung menggunakan 70 %-80 %
oksigen yang dihantarkan melalui arteri koronaria ; sebagai perbandingan organ lain hanya
menggunakan rata-rata seperempat oksigen yang dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari aorta
dekat hulunya di ventrikel kiri. Dinding sisi kiri jantung disuplai dengan bagian yang lebih
banyak melalui arteri koronaria utama kiri yang kemudian terpecah menjadi dua cabang besar
kebawah (arteri desendens anterior sinistra) dan melintang (arteri sirkumfleksa) sisi kiri jantung.
Sisi kanan dipasok sperti itu pula dari arteri koronaria dekstra. Tidak seperti arteri lain, arteri
koronaria di perfusi selama diastolik. (Smeltzer % Bare, 2001)
i. Vena jantung

Vena tebesian : merupakan system terkecil yang menyalurkan darah dari miokardium atrium

kanan dan ventrikel kanan.


Vena kardiaka anterior : mempunyai fungsi yang cukup berarti, mengosongkan sebagian besar

isi vena ventrikel langsung ke atrium kanan.


Sinus koronarius dan cabangnya : merupakan sisten vena paling besar dan paling penting;
berfungsi menyalurkan pengembalian darah vena miokard kedalam atrium kanan melalui ostium

sinus koronarius yang bermuara disamping vena kava inferior. (Price & Wilson, 2005)
Periode kerja jantung
Dalam kerjanya jantung mempunyai tiga periode :
1. Periode konstriksi (periode sistole)
Suatu keadaan ketika jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup, katup bikuspidalis
j.

dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup, katup semilunaris aorta dan semilunaris arteri
pulmonalis terbuka sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke
paru-paru kiri dan kanan. Sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta kemudian
diedarkan keseluruh tubuh.
2. Periode dilatasi (periode diastole)
Suatu keadaan ketika jantung mengembang. Katup bikuspidalis dan trikuspidalis terbuka
sehingga darah dari atrium sinistra masuk ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk
kedalam ventrikel dekstra.
3. Periode istirahat
Waktu antara periode konstriksi dan dilatasi ketika jantung berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada
waktu kita beristirahat jantung akan menuncup sebanyak 70-80 x/m. pada tiap-tiap kontraksi
jantung akan memindahkan darah ke aorta sebanyak 60-70 cc. (Syaiffudin, 2006)
k. Fisiologis jantung
1) Fisiologis otot jantunt
Terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama, yaitu otot atrium, otot ventrikel, dan serat otot
khusus pengantar ransangan. Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama
seperti otot rangka dengan kontraksi ototyang lebih lama. Sedangkan serat khusus penghantar
dan pencetus ransangan dengan lemah sekali sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit

serat kontraktif malahan serat ini menghambat berbagai irama dan kecepatan konduksi sehingga
serat ini berfungsi sebagai suatu system pencetus ransangan bagi jantung.
2) Fungsi jantung sebagai pompa
Pada tiap siklus jantung terjadi sistole dan diastole secara beurutan dan teratur dengan adanya
katup jantung yang terbuka dn tertutup. Pada saat itu jantung dapat bekerja sebagai pompa
sehingga darah dapat beredar keseluruh tubuh. Selama satu siklus kerja jantung terjadi perubahan
tekanan didalam rongga jantung sehingga terjadi perbedaan tekanan. Perbedaan ini menyebabkan
darah mengalir dari rongga yang tekananya lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah.
3) Curah jantung
Pada keadaan normal (fisiologis) jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri dan
ventrikel kanan sama besarnya. Bila tidak demikian akan terjadi penimbunan darah ditempat
tertentu. Misalnya jika jumlah darah yang dipompakan ventrikel kanan lebih besar dari ventrikel
kiri, maka jumlah darah tidak dapat diteruskan oleh ventrikel kiri ke peredaran darah sistemik
sehingga terjadi penimbunan darah di paru-paru.
Jumlah darah yang dipompakan ventrikel dalam satu menit di sebut curah jantung , dan
jumlah darah yang dipompakan ventrikel pada setiap kali sistole disebut volume sekuncup
dengan demikian curah jantung = isi sekuncup x frekuensi denyut jantung permenit. Umumnya
pada setiap sistole ventrikel tidak terjadi pengosongan total ventrikel, hanya sebagian dari isi
ventrikel yang dikeluarkan, jumlah darah yang tertinggal dinamakan volume residu. Besar curah
jantung seseorang tidak selalu sama, bergantung pada keaktifan tubuhnya. Curah jantung orang
dewasa pada keadaan istirahatlebih kurang 5 liter dapat turun naik pada berbagai keadaan
(meningkat pada waktu kerja berat, stres, peningkatan suhu lingkungan, dan keadaan hamil ;
sedangkan curah jantung menurun pada waktu tidur) (Syaiffudin, 2006).
l. Sirkulasi jantung
1) Sirkulasi sistemik
Darah masuk keatrium kiri dari vena pulmonalis. Darah diatrium kiri mengalir keventrikel
kiri melalui katup atrioventrikel (AV), yang terletak disambungan atrium dan ventrikel, katup ini

disebut katup mitralis. Semua katup jantung membuka ketika tekanan dalamruang jantung atau
pembuluh yang ada diatasnya melebihi tekanan yang ada didalam ruang atau pembuluh yang ada
dibawah.
Aliran keluar darah dari ventrikel kiri adalah menuju kesebuah arteri besar barotot, yang
disebut aorta. Darah mengalir dari ventrikel kiri ke aorta melalui katup aorta. Darah diaorta
disalurkan keseluruh sirkulasi sistemik melalui arteri, arteriol dan kapiler yang kemudian menytu
kembali untuk membentuk vena-vena. Vena-vena dari bagian bawah tubuh mengalirkan darah ke
vena besar, vena kava inferior, vena dari bagian atas tubuh mengembalikan darah kevena kav a
superior. Kedua vena kava bermuara di atrium kanan.
2) Sirkulasi paru
Darah di atrium kanan mengalir keventrikel kanan melalui katup AV (atrioventrikuler) lainya,
yang disebut katup semilunaris (atau trikuspidalis). Darah dari ventrikel kanan dan mengalir
melalui katup ke-empat katup pilmonalis kedalam arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis
bercabang-cabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang masing-masing mengalir ke
paru kanan dan kiri. Di paru arteri-arteri pulmonalis bercabang-cabang berkali-kali menjadi
arteriol dan kemudian membentuk kapiler. Setiap kapiler memberi perfusi kepada satuan
pernapasan, melalui sebuah alveolus. Semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula
menjadi vena. Vena-vena menyatu untuk membentuk vena pulmonalis yang besar. (Syaiffudin,
2006)
2.1.5

Patofisiologis

Bila cadangan jantung untuk berespon terhadap stress tidak adekuat dalam memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa
akibatnya terjadi gagal jantung. Jika cadangan jantung normal megalami payah dan kegagalan
respon fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung adalah penting

Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada 3 mekanisme respon primer :

a.

Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatik


Menurunya curah sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon simpatis
kompensatorik. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatis meransang pengeluaran katekolamin
dari saraf-saraf adrenergik jantung dan medula adrenal. Denyut jantung akan meningkat secara
maksimal untuk mempertahankan curah jantung, Jugika terjadi vasokontriksi arteri perifer.
Kadar katekolamin yang beredar akan meningkat pada gagal jantung. Jantung akan semakin
bergantung pada katekolamin yang beredar dalam sirkulasi untuk mempertahankan kerja
ventrikel.namun akhirnya respon miokardium terhadap ransangan simpatis akan menurun,
katekolamin akan berkurang pengaruhnya terhadap kerja ventrikel.
Dengan berkuragnya respon ventrikel yang gagal terhadap ransangan katekolamin, maka
respon terhadap ransangan juga berkurang. Pada keadaan gagal jantung bareseptor di aktivasi
sehingga menyebabkan peningkatan aktivitas simpatis pada jantung, ginjal, dan pembuluh darah
perifer. Agiotensi II dapat menyebabkan makin aktivitas simpatis tersebut.
Aktivitas yang belebihan dari system saraf simpatis menyebabkan peningkatan kadar nora
adrenalin plasma.Sebagai akibatnya terjadi vasokonstriksi,takikardia,serta retensi garam dan
air.Aktivitas simpatis berlebihan juga dapat menyebabkan nekrosis sel otot jantung.Penghambat
ACE menyebabkan penurunan kadar norarenalin plasama dan mengembalikan reflex simpatis ke

keadaan normal.
b. Meningkatnya beban awal
Aktivasi sistem renin angiostensin aldosteron (SRAA) menyebabkan retensi natrium dan
air oleh ginjal,meningkatkan volume ventrikel serta regangan serabut SRAA bertujuan untuk
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit serta mempertahankan tekanan darah.Renin adalah
enzim yang mengubah angiostensinogen menjadi angiostensin I.
Angiostensin converting enzyme (ACE) yang terikat pada membran plasma endotel akan
memecahkan asam amino dan angiostensin plasma endotel akan memecahkan asam amino dan

angiostensin I membentuk angiostensin II.Angiostensin II memiliki fungsi memelihara


homeostatis sirkulasi,merangsang konstriksi arteriol pada ginjal dan sirkulasi sistemik reabsorbsi
natrium.Renin diekresi pada keadaan menurunnya tekanan darah,kekurangan natrium dan
peningkatan aktivitas simpatis ginjal.Angiostensin II memegang peranan utama dalam SRAA
karena meningkatkan tekanan darah melalui beberapa cara seperti vasokonstriksi,retensi garam
dan cairan,serta takikardia.
Angiostensin II mempunyai pengaruh yang penting terhadap otot jantung dan mempengarui
pola remodeling jantung setelah infark miokard. Aldesteron menyebabkan retensi natrium dan
air.
c.

Hipertrrofi ventrikel
Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium, bergantung pada jenis
beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal jantung. Pola terjadinya hipertrofi ventrikel
secara fungsional merupakan respon secara modeling dimana pada jantung terjadi sebagai respon
berbagai macam ransangan patofisiologis. Ransangan tersebut antara lain disebabkan oleh hal-

hal dibawah ini :


1. Overload tekanan
Misalnya hipertensi dan stenosis aorta. Remodeling jantung terbentuk pada keadaan ini
dengan tujuan agar ventrikel kiri dapat menghasilkan tekanan tinggi yang dibutuhkan untuk
mengatasi peningkatan impendasi aliran, remodeling dapat tercapai dengan peningkatan jumlah
myofibril paralel, yang kemudian meningkatkan ketebalan dinding ventrikel. Dengan demikian
dapat dapat ditimbulkan ketegangan dinding dan tekanan intraventrikel yang lebih besar oleh tiap
miofibril dengan mengembangkan ketegangan yang sama seperti sebelumnya. Jadi overload
tekanan menyebabkan peningkatan tekanan dinding ventrikel kiri yang biasanya disebut
hipertrofi konsentorik.
2. Overload volume

Misalnya keadaan curah jantung yang tinggi. Remodeling jantung terjadi agar dapat
menghasilkan isi sekuncup yang besar. Tiap sarkomer mempunyai jarak pemendekan puncak
yang terbatas, sehingga peningkatan isi sekuncup dapat dicapai dengan peningkatan volume
ventrikel. Pelebaran ini membutuhkan ketegangan dinding yang lebih besar agar dapat
menimbulkan ketegangan intraventrikel yang sama, sehingga membutuhkan peningkatan jumlah
myofibril paralel. Sebagai akibatnya terjadi peningkatan ketebalan dinding ventrikel kiri. Jadi
overload volume menyebabkan pelebaran ruang dan hipertrofi ekstrensik. (Mutaqqin, 2009)
Berikut Patoflow Askep Gagal Jantung Kongestif:

Gambaran klinis
Tanda diminan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler. Tetapi manifestasi
-

kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal jantung kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu memompa
darah yang dating dari paru, peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru, menyebabkan cairan
terdorong kedalam jaringan paru. Manifestasi klinis yang sering terjadi meliputi : dispnu,

ortopnu, paroximal nocturnal dispnu (PND).


Gagal jantung kanan
Bila jantung kanan gagal yang paling menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer. Hal
ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat
sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang keluar secara normal kembali

kesirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak meliputi : edema ekstremitas bawah (edema
dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan,
hepatomegali,distensi vena leher, asites (penimbunan cairan didalam rongga perineum, anoreksia
dan mual, nokturia dan lemah. (Smeltzer&Bare, 2001)

2.1.7 Pemeriksaan penunjang


Dapat terdengar bunyi jantung ketiga
Identifikasi radiologis adanya kongesti paru dan pembesaraan ventrikel dapat mengindikasikan

adanya gagal jantung.


Identifikasi pembesaran ventrikel dengan magnetic resonance imaging (MRI) atau

ultrasonografi dapat mengindikasikan adanya gagal jantung.


Pengukuran tekanan diastolik akhir ventrikel dengan sebuah kateter yang dimasukan kedalam
arteri pulmonalis (mencerminkan tekanan ventrikel kiri) atau kedalam vena kava (mencerminkan
tekanan ventrikel kanan) dapat mendiagnosis gagal jantung. Tekanan ventrikel kiri biasanya

mencerminkan volume ventrikel kiri.


Elektrokardiografi : pada pemeriksaan EKG untuk klien dengan gagal jantung dapat ditemukan
kelainan EKG seperti : left bundle branch block, kelainan ST/T menunjukan disfungsi ventrikel
kiri kronis. Aritmia : deviasi aksis kekanan right bundle branch block, dan hipertrofi ventrikel

kanan, menunjukan adanya disfungsi ventrikel kanan. (Mutaqqin, 2009)


Ekokardiografi : dapat memperlihatkan dilatasi abnormal ruang-ruang jantung dan kelainan

kontraktilitas. (Corwin, 2000)


2.1.8 Penatalaksanaan
Terapi oksigen digunakan untuk mengurangi kerja jantung
Diberikan diuretik untuk menurunkan volume plasma sehingga aliran balik vena dan

peregangan terhadap serat-serat otot jantung berkurang.


Diberikan digoxin (digitalis) untuk meningkatkan kontraktilitas. Digoxin bekerja secara
langsung pada serat-serat otot jantung untuk meningkatkan kekuatan setiap kontraksi tanpa
bergantung pada panjang serat otot. Hal ini akan menyebabkan peningkatan curah jantung
sehingga volume dan peregangan ruang ventrikel berkurang.

Diberikan penghambat enzim pengubah angiotensin (inhibitor ACE) untuk menurunkan


pembentukan angiotensin II. Hal ini mengurangi afterload (TPR) dan volume plasma (preload).

Nitrat juga diberikan untuk mengurangi afterload dan preload. (Corwin,2000)


Inotropik positif : dopamin dapat juga digunakan untuk meningkatkan denyut jantung (efek beta
I) pada keadaan bradikardia disaat atropine tidak menghasilkan kerja yang efektif pada dosis 5-

20 mg/kg/menit.
Sedatife, diberikan untuk mengurangi kegelisahan pada keadaan gagal jantung berat, dengan

tujuan mengistirahatkan klien, dan member relaksasi pada klien.


Diet : mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan otot jantung minimal dan status nutrisi

terpelihara sesuai dengan selera dan pola makan klien. (Mutaqqin, 2009)

1.1.9 Komplikasi
1. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung
kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami gangguan yang sangat luas. Otot jantung
kehilangan kontraktilitasnya, mengakibatkan penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan
yang tidak adekuat ke organ vital (jantung, otak, ginjal). Tanda klasik syok kardiogenik adalah
tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya
konfusi dan agitasi, penurunan haluaran urine, serta kulit yang dingin dan lembab.
2. Episode tromboemboli
Kurangnya mobilitas pasien penyakit jantung dan adanya gangguan sirkulsi yang menyertai
kelainan ini berperan dalam pembentukan thrombus intrakardial dan intravaskuler. Begitu pasien
meningkatkan aktivitasnya setelah waktu yang lama sebuah thrombus akan terlepas dan dapat
terbawa ke otak, ginjal, paru-paru. Episode emboli yang tersering adalah emboi paru, gejalanya
meliputi nyeri dada, sianosis, napas pendek dan cepat, serta hemoptisis. Emboli sistemik dapat

berasal dari ventrikel kiri, sumbatan vaskuler dapat mengakibatkan stroke atau infark ginjal, juga
dapat mengganggu suplai darah ke ekstremitas.
3. Efusi dan temponade
Efusi perikardial mengacu pada masuknya cairan kedalam kantung perikardium. Kejadian ini
biasanya disertai dengan perikarditis, gagal jantung atau bedah jantung.cairan perikardium akan
terakumulasi secara lambat tanpa menyebabkan gejala yang nyata. Namun demikian
perkembangan efusi yang cepat dapat meregangkan pericardium sampai ukuran maksimal dan
menyebabkan penurunan curah jantung serta aliran balik vena ke jantung, tanda dan gejala yang
tampak adalah klien mungkin mengeluh dada terasa penuh atau sangat nyeri, napas pendek,
tekanan darah menurun dan berfluktuasi, bunyi jantung terdengar lemah, disertai dengan
pembesaran vena dileher. (Smeltzer & Bare, 2001)
2.2

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Pada lokakarya nasional, tentang perawatan yang dilaksanakan di Jakarta pada tahun 1983,

telah disepakati pengertian keperawatan sebagai berikut:


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,berbentuk pelayanan biopsiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu keluarga dan masyarakat baik
sehat maupun sakit maupun sehat mencakup seluruh proses kehidupan manusia. (Nursalam,
2004)
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan
yang langsung diberikan kepada klien/pasien, pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan,
dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan,
dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang dan tanggung jawab keperawatan
.(Kusnanto, 2004)
Proses keperawatan terdiri dari :
2.2.1 Pengkajian keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistemtis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaliasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan, sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian
yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnose keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai
dengan respon individu sebagaimana yang telah itentukan dalam standar praktik keperawatan
dari ANA (Amerikan Nursing Asociation ). (Nursalam, 2004)
Dasar data pengkajian penyakit gagal jantung kongestif menurut Doengoes adalah :
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnu
Tanda

pada saat istirahat atau pada pengerahan tenaga.


: gelisah, perubahan status mental, misalnya letargi, tanda vital berubah pada saat aktivitas

b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, IM (Infark Miokard) baru/akut, episode GJK (Gagal Jantung Kongestif)
sebelumya, penyskit jsntung, bedah jantung, endokarditis, SLE (Sistemik Lupus Eritematosus),
Tanda

anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.


: Tekanan darah mungkin rendah (gagal pemompaan) ; normal (gagal jantung kongestif ringan
atau kronis) ; atau tinggi (kelebihan beban cairan/ peningkatan tahanan vakuler sistemik).
Tekanan nadi, mungkin sempit menunjukan penurnan volume sekuncup, frekuensi jantung :
disritmia, misalnya fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel premature / takikardia, blok jantung. Nadi
apical : titik denyut jantung maksimal mungkin menyebar dan berubah posisi secara inferior
kekiri. Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diagnostik ; S4 dapat terjadi ; S1 dan S2 mungkin
melemah. Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya stenosis katup atau
insufisiensi. Nadi : nadi perifer berkurang, kekuatan dalam denyutan dapat terjadi : nadi sentral
mungkin kuat misalnya : nadi jugularis, karotis, abdominal terlihat . warna kulit ; pucat,

kebiruan, abu-abu, sianotik. Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler
lambat. Hepar ; pembesaran dapat teraba, reflex hepatojugularis. Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
Edema mungkin dependen, umum atau pitting, khusunya pada ekstremitas ; DVJ (Distensi Vena
Jugularis)
c. Integritas ego
Gejala : ansietas, kuatir dan takut. Stress yang berhubungan dengan penyakit atu keprihatinan financial
Tanda
d.
Gejala
e.
Gejala

(pekerjaan atau biaya perawatan medis)


: berbagai manifestasi perilaku, misalnya ansietas, marah, ketakutan, mudah tersinggung.
Eliminasi
: penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari (Nokturia), diare/konstipasi.
Makanan dan cairan
: kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan signifikan, pembengkakan
pada ekstremitas bawah, pakaina/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/ makan yang telah dip

Tanda

roses lemak, gula dan kafein. Penggunan diur etik.


: penambahan berat badan cepat, distensi abdomen (asites); edema (umum, dependen, tekanan,

f.
Gejala
Tanda
g.
Gejal
Tanda
h.
Gejala
Tanda
i.
Gejala

pitting)
Hygiene
: keletihan/kelemahan, kelelahan selama kativitas perawatan diri.
: penampilan menandakan kelainan perawatan personal
Neorosensori
: kelemahan, pening, episode pingsan
: letargi, kusut piker, disorientasi, perubahan perilaku, mudah tersinggung.
Nyeri/kenyamana
: nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas (AkaA), sakit pada otot
: tidak tenang, gelisah, focus menyempit (menarik diri), perilaku melindungi diri.
Pernapasan
: dispnu saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengan / tanpa
pembentukan sputum, riwayat penyakit paru kronis, pengguanaan bantuan pernapasan, misalnya

Tanda

oksigen atau medikasi.


: pernapasan : takipnu, napas dangkal pernapasan labored; penggunaan otot aksesori pernapasan,
nasal faring. Batuk : kering/nyaring/nonproduktif atau mungkin batuk terus menerus dengan atau
tanpa pembentukan sputum. Sputum: mungkin bersemuh darah, merah mudah/berbuih (edema

pulmonal). Bunyi napas : mungkin tidak terdengar dengan krekels basilar dan mengi. Fungsi
mental : mungkin menurun, letargi, kegelisahan, warna kulit: pucat atau sianosis.
j. Keamanan
Gejala : perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan / tonus otot.
k.
Gejala
l.
Gejala
Tanda

Interaksi sosial
: penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
Pembelajaran dan pengajaran
: menggunakan atau lupa menggunakan obat-obat jantung
: bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
2.2.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (carpenito dan nursalam, 2001).
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan gangguan system

kardiovaskuler gagal jantung kongestif menurut Doengoes adalah :


1. Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas, perubahan frekuensi,
irama, perubahan struktural.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan,
kelemahan umum, tirah baring lama atau imobilisasi.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunya laju filtrasi glomerulus (menurunya
curah jantung)/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
4. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapileralveolus, pengumpulan atau perpindahan cairan kedalam area interstisial/alveoli.
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema,
penurunan perfusi jaringan.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi, program pengobatan berhubungan
dengan kurang pemahaman/ kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit.
2.2.3 Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penentuan tujuan dan rencana perawatan yang disusun
untuk membantu klien mengatasi masalah yang sudah didiagnosa. (Smeltzer & Bare, 2001)

1.
2.
3.
4.
5.

Dalam penentuan tujuan terdapat hasil yang diperkirakan dapat dicapai klien yang meliputi :
spesifik
Dapat diukur
Dapat dicapai
Dapat dipertanggung jawabkan
Mempunyai tujuan
Perencanaan keperawatan untuk klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler gagal jantung
kongestif yang disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul menurut doenges :

1. Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas, perubahan frekuensi,


irama, perubahan struktural.
Tujuan : menunjukan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol/hilang) dan bebas
gejala gagal jantung (misalnya haluaran urine adekuat)
Mandiri
a. Auskultasi nadi apikal : kaji frekuensi, irama jantung
Rasional : biasanya terjadi takikardia untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
b. Catat bunyi jantung
Rasional : S1 dan S2 mungkin melemah karena menurunya kerja pompa, irama gallop (S3 dan S4)
dihasilkan sebagai aliran darah kedalam serambi yang distensi.
c. Palpasi nadi perifer
Rasional : penurunan curah jantung dapat menunjukan menurunya nadi radial, nadi mungkin cepat hilang
atau tidak teratur untuk dipalpasi.
d. Pantau tekanan darah
Rasional : pada gagal jantung kongestif dini, sedang atau kronis TD dapat meningkat sehubungan dengan
tahanan vaskuler sistemik, tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi tak dapat
normal.

e. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis


Rasional : pucat menunjukan menurunya perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung,
f.
Rasional
g.
Rasional

vasokonstriksi dan anemia


Pantau haluaran urine, catat penurunan haluaran dan kepekatan/konsentrasi urine
: ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan cairan dan nutrium.
Kaji perubahan pada sensori misalnya letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi
: dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penuruna curah jantung.

h. Berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau kursi, kaji dengan pemeriksaan fisik
sesuai dengan indikasi.
Rasional : untuk memperbaiki efesiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan /konsumsi oksigen
miokard dan kerja berlebihan.
i. Berikan istirahat psikologi dengan lingkungan tenang.
Rasional : stres emosi menghasilkan vasokonstriksi, yang meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan
frekuensi kerja jantung
j. Tinggikan kaki, hindari tekanan pada bawah lutut. Tingkatkan ambulasi/aktivitas sesuai
toleransi.
Rasional : menurunkan statis vena dan dapat menurunkan insiden thrombus/pembentukan embolus.
k. Periksa nyeri tekan betis, menurunya nadi pedal, pembengkakan, kemerahan lokal atau pucat
pada ekstremitas.
Rasional : menurunya curah jantung, bendungan atau statis vena dan tirah baring lama meningkatkan
resiko tromboflebitis.
Kolaborasi
a. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi
Rasional : meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia atau
b.
Rasional
c.
Rasional

iskemia
Berikan diuretik sesuai indikasi
: diuretik blok reabsorbsi diuretik, sehingga mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air.
Berikan obat vasodilator sesuai indikasi
: digunakan untuk meningkatkan curah jantung, menurunkan volume sirkulasi dan tahanan

vascular sistemik, juga kerja ventrikel.


d. Berikan obat antikoagulan sesuai indikasi
Rasional : untuk mencegah pembentukan thrombus atau emboli.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak simbangan antara suplai oksigen/kebutuhan,
kelemahan umum, tirah baring lama atau imobilisasi.
: berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan. Memenuhi kebutuhan perawatan pada diri sendiri.

Tujuan
Mandiri
a.

Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan

vasodilator, diuretic, penyekat beta.


Rasional : hipotensi ortostatik dapat trjadi dengan aktivitas karena efek obat, perpindahan cairan atau
karena penurunan fungsi jantung

b. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardia, disritmia, dispnu, berkeringat
dan pucat.
Rasional : penurunan atau ketidakmampuam miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama
aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen,
juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
c. Kaji penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat.
Rasional : kelemahan adalah efek samping dari beberapa obat (beta bloker, traquillizer, dan sedative).
Nyeri dan stres juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan.
d. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : dapat menunjukan dekompensasi jantung dari pada kelebihan aktivitas.
e. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi. Selingi periode aktivitas dengan
periode istirahat.
Rasional : pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stres miokard atau kebutuhan
oksigen berlebihan.
Kolaborasi
a. Implementasikan program rehabilitasi jantung atau aktivitas.
Rasional : peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung atau konsumsi oksigen
berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stres, bila disfungsi jantung tidak
dapat membaik kembali.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunya laju filtrasi glomerulus (menurunya
Tujuan

curah jantung)/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.


: mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan pengeluaran,
bunyi napas bersih atau jelas tanda vital, dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil
dan tidak edema.

Mandiri
a. Pantau haluaran urine, catat jumlah dan warna saat hari dimana dieresis terjadi.
Rasional : haluaran urine mungkin sedikit dan pekat (khususnya selama sehari) karena penurunan perfusi
ginjal.
b. Pantau atau hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam
Rasional : terapi diuretik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba atau berlebihan meskipun edema
atau asites masih ada.

c.

Kaji distensi leher dan pembuluh perifer lihat area tubuh dependen untuk edema dengan atau

tanpa pitting, catat adanya edema umum (anasarka).


Rasional : retensi cairan berlebihan dapat dimanifestasikan oleh pembendungan vena dan pembentukan
edema.
d. Ubah posisi dengan sering tinggikan kaki bila duduk, pertahankan permukaaan kulit tetap
kering.
Rasional : pembentukan edema sirkulasi melambat gangguan pemasukan nutrisi dan imobilisasi atau tirai
baring lama merupakan kumpulan stressor yang mempengaruhi integritas kulit dan memerlukan
intervensi keparawatan ketat.
e. Auskultasi bunyi napas, catat penurunan dan atau bunyi tambahan.
Rasional : kelebihan volume cairan sering mengakibatkan kongesti paru. Gejala edema paru dapat
f.

menunjukan gagal jantung kiri akut.


Selidiki kebutuhan dispnu tiba-tiba, kebutuhan untuk bangun dari duduk, sensasi sulit bernapas,

rasa panik atau ruangan sempit.


Rasional : dapat menunjukan terjadinya komplikasi (edema paru atau emboli), nocturnal paroximal yamg
terjadi lebih cepat memerlukan intervensi segera.
g. Kaji bising usus catat keluhan anoreksia, distensi abdomen, konstipasi.
Rasional : kongesti visceral dapat mengganggu fungsi gaster atau interstisial.
h. Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil dan sering.
Rasional : penurunan mortilitas gaster dapat berakibat menurunkan digestife dan absorbsi. Makanan sedikit
dan sering meningkatkan digesti atau mencegah ketidaknyamanan abdomen.
i. Palpasi hepatomegali. Catat keluhan nyeri abdomen kuadran kanan atas atau nyeri tekan.
Rasional : perluasan gagal jantung menimbulkan kongesti vena, menyebabkna distensi abdomen,
pembesaran hati, dan nyeri.
j. Catat peningkatan letargi, hipotensi, kram otot.
Rasional : tanda defisit kalium dan natrium yang dapat terjadi sehubungan dengan perpindahan cairan dan
terapi diuretik
Kolaborasi
a. Pemberian diuretic sesuai indikasi.
Rasional : laju aliran urine dapat menghambat reabsorbsi natrim atau khlorida pada tubulus ginjal.
b. Konsul dengan ahli gizi.
Rasional : memberikan diet yang dapat diterima pasien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan
natrium.
c. Pantau foto thorax

Rasional : menunjukan perubahan indikasif, peningkatan atau kongesti paru.


4. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapileralveolus, pengumpulan atau perpindahan cairan kedalam area interstisial/alveoli.
: mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukan GDA (gas darah

Tujuan

arteri)/ oksimetri dalam batas rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan
Mandiri
a. Auskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi
Rasional : menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan sekret menunjukan kebutuhan untuk intervensi
lanjut.
b. Anjurkan pasien untuk batuk efektif, napas dalam.
Rasional : membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen
c. Pertahankan duduk dikursi/tirah baring dengan kepala tempat tidur tinggi 20-30 derajat, posisi
semi fowler. Sokong tangan dengan bantal.
Rasional : menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan dan meningkatkan inflamasi paru maksimal.
Kolaborasi
a. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat memperbaiki/menurunkan hipoksemia
jaringan
b. Berikan obat bronkodilator sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan napas kecil dan mengeluarkan efek
diuretik ringan untuk menurunkan kongesti paru
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema,
penurunan perfusi jaringan.
: Mempertahankan integritas kulit, mendemonstrasikan tekhnik atau perilaku mencegah

tujuan

kerusakan kulit
Mandiri
a.
Rasional
b.
Rasional
c.
Rasional
d.
Rasional

Lihat kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi, atau
kegemukan/kurus.
: kulit beresiko karena ganguan sirkulasi, imobiltas fisik, dan ganguan status nutrisi.
Pijat area kemerahan atau yang memutih
: meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan
Ubah posisi dengan sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak aktif/pasif
: memperbaiki sirkulasi/menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran darah
Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembaban/ekskresi
: terlalu kering atau lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan

Rasional

Kolaborasi
Berikan tekanan alternatif/ kasur, perlindungan siku atau tumit.
: menurunkan tekanan pada kulit, dapat memperbaiki sirkulasi.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi, program pengobatan berhubungan

Tujuan

dengan kurang pemahaman/ kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit.


: mengidentifikasi hubungan terapi, untuk menurunkan episode berulang dan mencegah
komplikasi, mengidentifikasi stres pribadi dan tekhnik untuk menangani, melakukan perubahan
pola hidup/perilaku yang perlu

Mandiri
1. Diskusikan fungsi jantung normal, jelaskan perbedaan antara serangan jantung dengan gagal
jantung kongestif
Rasional : pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan dalam program
pengobatan.
2. Kuatkan rasional pengobatan
Rasional : pemahaman program, obat dan pembahasan dapat meningkatkan kerja sama untuk mengontrol
gejala
3. Diskusikan pentingnya menjadi seaktif mungkin tanpa menjadi kelelahan dan istirahat diantara
aktivitas.
Rasional : aktivitas fisik berlebihan dapat berlanjut menjadi kelemahan jantung, eksaserbasi kegagalan.
4. Diskusikan obat dan efek samping, berikan instruksi secara verbal atau tertulis.
Rasional : pemahaman kebutuhan terapeutik, dan pentingnya upaya pelaporan efek samping dapat
mencegah terjadinya komplikasi obat.
5. Berikan kesempatan pasien atau orang terdekat untuk menanyakan, mendiskusikan masalah, dan
membuat perubahan pola hidup yang perlu.
Rasional : kondisi kronis/berulang gagal jantung kongestif sering melemahkan kemapuan koping.
6. Jelaskan dan diskusikan peran pasien dalam mengontrol factor resiko (misalnya, merokok) dan
factor pencetus atau pemberat (diet tinggi garam, tidak aktif/terlalu aktif, terpajan pada suhu
ekstrem)

Rasional : menambahkan pada kerangka pengetahuan dan memungkinkan pasien untuk membuat
keputusan berdasarkan informasi sehubungan dengan control kondisi dan mencegah berulang
atau komplikasi.
2.2.4 Implementasi keperawatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik,
tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien (Nursalam, 2001)
Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawata
secara professional sebagaimana terdapat dalam standar praktek keperawatan yaitu :
1. Independen
Adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa perintah dan petunjuk dari dokter,
atau tenaga kesehatan lainya.
2. Interdependen
Adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama
dengan tenaga kesehatan lainya, misalnya tenaga social, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
3. Dependen
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan
tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan. (Nursalam, 2001)
2.2.5 Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan berapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah
tercapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisa. (Nursalam, 2001)
Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :
1. Proses
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktivitas proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan
tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan

keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifitasan terhadap tindakan. Evaluasi formatif


terus menerus dilaksanakan sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan
data dalam evaluasi formatif terdiri dari analisa rencana tindakan keperawatan, open chart audit,
pertemuan kelompok, interview dan observasi dengan klien, dan menggunakan format evaluasi.
2. Hasil
Fokus tipe evaluasi ini adalah perubahan perilaku atau status kesehatan pasien pada akhir
tindakan perawatan klien, tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan perawatan klien.
2.2.6

Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah bagian integral proses, bukan sesuatu yang berbeda dari metode
problem solving. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah,
perencanaan, tindakan. Perawat kemudian mengobservasi dan mengevaluasi respon klien
terhadap tindakan yang diberikan dan mengkomunikasikan informasi kepada tenaga kesehatan
lainya.

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS GAGAL JANTUNG KONGESTIF


Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada
Ny.A.W dengan gangguan sistem kardiovaskuler gagal jantung kongestif di paviliun Elisabeth
RSU Bethesda Tomohon yang dilaksankan mulai tanggal 15 agustus sampai dengan 17 agustus
2010 dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi lima tahap keperawatan yaitu
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keprawatan, pelaksanaan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
3.1
Pengkajian
1. Biodata klien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status
Tempat tanggal lahir
Alamat
Agama
Suku/bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Tanggal MRS
Tanggal pengkajian
Diagnosa medis

: Ny.A.W
: 82 tahun
: Perempuan
: Menikah
: Tomohon, 18 Maret 1928
: Kolongan, Ling VI Tomohon tengah
: Kristen Protestan
: Minahasa/Indonesia
: SD
: Tidak ada
: 14 Agustus 2010, jam 22.40
: 15 Agustus 2010, jam : 14.30
: Gagal Jantung Kongestif

Biodata penanggung jawab


Nama
: Ny. L.E
Umur
: 58 tahun
Pekerjaan
: Pensiunan
Alamat
: Kolongan, Ling VI Tomohon tengah
Hub. Dengan klien
: Anak
2. Keluhan utama
Sesak napas
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Klien masuk RSU Bethesda GMIM Tomohon pada tanggal 14 agustus 2010 pukul 22.40 dengan
keluhan sesak napas, nyeri dada, batuk dan bengkak pada kaki dan wajah. Batuk dirasakan klien

sudah 2 minggu, bengkak pada kaki dan wajah sejak 4 hari yang lalu sebelum klien masuk RS,
dan sesak napas dirasakan kemarin sehari sebelum masuk RS yang kemudian di ikuti dengan
nyeri dada, saat dikaji klien mengeluh sesak napas yang disertai dengan nyeri dada dengan skala
nyeri 5-6 (nyeri sedang), batuk dan bengkak pada wajah dan kedua kaki.
b. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien sudah 3 kali masuk rumah sakit pada tahun 2010, pertama pada bulan februari
klien masuk rumah sakit karena jatuh klien dirawat selama 2 minggu, hanya 2 minggu dirumah
klien kembali masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas klien dirawat selama 10 hari, lalu
c.

pada bulan juli klien masuk masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas dan batuk
Riwayat penyakit keluarga
Menurut klien dalam keluarga klien, ayah klien menderita penyakit yang sama dengan klien

yaitu penyakit jantung dan hipertensi


4. Riwayat psikososial
Klien kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan, klien tampak cemas, klien
mengatakan ingin selalu diperiksa oleh dokter, klien selalu minta obat untuk diminum, klien
mampu berinteraksi dengan perawat dan pasien lain diruangan, keluarga klien tampak tenang.
5. Riwayat spritual
Klien beragama Kristen protestan, klien percaya dengan agama yang diyakininya sekarang,
walaupun klien khawatir dengan keadaanya keluarga tetap menyerahkan proses kesembuhan

klien pada Tuhan Yang Maha Esa.


6. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia
a. Nutrisi
m masuk RS : Pola makan klien 3 x /hari Jenis makanan : nasi, ikan, sayur, dan kadang-kadang buah, nafsu

engkajian

makan baik
: Klien sudah makan pagi dan siang, jenis makanan bubur, ikan, sayur, klien mengatakan nafsu
makan berkurang, klien hanya makan 5-6 sendok klien mengeluh mengalami kesulitan dalam
menelan

b. Cairan
m masuk RS : klien minum 4-5 gelas/haru, jenis air putih, kadang-kadang pagi hari minum kopi satu gelas,
menurut keluarga klien hanya minum sedikit.

ngkajian

: klien sudah minum 350 cc


c. Eliminasi
Sebelum masuk RS
BAB : Frekuensi :
1 x/hari, tidak ada keluhan
Konsistensi :
Lembek, Padat
Warna :
Kuning kecokelatan
BAK : Frekuensi :
3-4 x/hari
Warna :
kuning jernih
Saat Pengkajian
BAB : Klien belum BAB, BAK 2 x sejak masuk RS, klien menggunakan diapers
d. Aktivitas
masuk RS : Klien dapat memenuhi aktivitas sahari-hari secara mandiri, misalnya makan, minum, personal
hygiene
: Klien terbaring ditempat tidur, aktivitas klien dibantu sepenuhnya oleh perawat dan keluarga,

gkajian

klien mengeluh badan terasa lemah dan bertambah sesak saat beraktivitas
e.
masuk RS

Personal hygiene
: Klien mandi 2 hari sekali, menyikat gigi dilakukan bersama-sama saat mandi, mencuci rambut

seminggu 2 kali
gkajian
: Sejak berada diruangan klien belum mandi, dan belum mengganti pakaian
f. Istirahat dan tidur
masuk RS : Klien tidur malam 7-8 jam/hari, tapi sering terbangun karena batuk, tidur siang 1-2 jam/hari
gkajian
: klien mengatakan klien mulai tidur pukul 23.30 tapi sering terbangun karena sesak napas dan
batuk
g. Ketergantungan
Alkohol
: Tidak ada
Merokok
: Tidak ada
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : tampak sakit berat, klien terbaring ditempat tidur dengan menggunakan 2
bantal dibawah kepala
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmhg
N : 96 x/m
R : 30 x/m
SB : 36,6 C
d. Pemeriksaan Head to toe
Kepala

Inspeksi

: rambut beruban dan distribusinya merata, kebersihan cukup tidak ada ketombe,

tidak ada lesi


Mata
Inspeksi : Konjungtiva pucat, sclera tidak ikterus tampak odem pada palpebra sebelah kanan
Hidung

Inspeksi

: Septum ditengah/tidak ada defiasi, tidak ada sekret, fungsi penciuman baik,

terpasang O2 nasal canule 2 liter/menit


Telinga
-

Inspeksi

: Tampak bersih, simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,

tidak ada lesi, fungsi pendengaran baik


Mulut
-

Inspeksi

: Bibir sianotik, gigi sudah tidak lengkap, klien menggunakan gigi palsu

Leher
-

Inspeksi
Palpasi

: Terdapat distensi vena jugularis


: Distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Dada
-

Inspeksi

: Simetris kiri dan kanan,pergerakan dada mengkuti irama pernapasan, bentuk dada

normal
Palpasi

: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, iktus kordis teraba pada ruang

interkostalis midklavikula ke-6


Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 terdengar pelan, Bunyi jantung S3(Gallop) terdengar,

terdengar ronchi
Perkusi ; Bunyi pekak di lapang dada sebelah kiri.
Abdomen

Inspeksi : Perut cembung, tampak asites


Auskultasi : Bising usus normal, peristaltik usus baik
Palpasi
: Lemas, tidak ada nyeri tekan
Perkusi
: Redup

Genetalia
-

Inspeksi

: Tidak ada kelainan, kebersihan cukup

Anus
-

Inspeksi

: Tidak ada kelainan, tidak ada haemoroid, kebersihan cukup

Ekstremitas atas
Kiri :
-

Inspeksi
Palpasi

: ROM : baik, kekuatan tonus otot : 4


: tidak terdapat odem, akral teraba dingin dan berkeringat, nadi radialis teraba lemah

dan kecil, N : 92 x/m


Kanan :
-

Inspeksi

: ROM : baik, kekuatan tonus otot : 4, terpasang IVFD dengan cairan Asering 30

gtt/mnt, jari-jari sianotik


Palpasi
: tidak terdapat odem, akral teraba dingin dan berkeringat, nadi radialis teraba lemah
Ekstremitas bawah
Kiri :

Inspeksi
Palpasi

: ROM : baik, tidak ada lesi, tampak odem pada kedua kaki, jari-jari sianotik
: Terdapat odem pada kedua kaki, akral teraba dingin, tidak nyeri tekan

Kanan :
-

Inspeksi : ROM : baik, tidak ada lesi, tampak odem pada kedua kaki, jari-jari sianotik
Palpasi
: Terdapat odem pada kedua kaki, akral teraba dingin, tidak nyeri tekan
Kulit

Inspeksi ; warna kulit sawo matang, tidak ada lesi, tampak pucat
Palpasi
: Kulit licin, mengkilat

8. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium :
Tanggal : 14 agustus 2010
Nilai Normal
LED : 20
0-20
Hb : 5,8 gr/dl
12-14 gr/dl
Leukosit : 3900 mm3
5000-1000 mm3
N. Segmen : 82 %
40-60 %
Limfosit : 16 %
25-40 %
Monosit : 2 %
3-5 %
3
Trombosit : 102.000/mm
Natrium : 120 mmol/L
136-145 mmol/L
Kalium : 5,3 mmol/L
3,1-5,1 mmol/L
Chlorida ; 80 mmol/L
97-111 mmol/L
Pemeriksaan EKG : kesan iskemik anterior
9. Therapy medis
IVFD Asering : 30 gtt/m
Rantidine : 2 x 150 gr.IV
Allupent 3 x 1 amp
Bicnat : 3 x 2
Furocemid : 1-1-0
Oksigen tambahan : 2 L/m

10. Pengelompokan data


Data subjektif :
- Klien mengeluh sesak napas
- Klien mengeluh nyeri dada
- Klien mengeluh batuk sudah 2 minggu
- Klien mengeluh badan terasa lemah
- Klien mengeluh kelelahan
- Klien mengeluh bengkak pada kaki dan wajah sudah 4 hari
- Klien mengatakan ingin selalu diperiksa oleh dokter
Data objektif :
-

Klien tampak sesak, terpasang O2 nasal canule 2 liter/menit


TTV : TD : 100/70 mmhg, N : 92 x/m, R : 30 x/m
Klien batuk berlendir
Terdengar bunyi jantung tambahan S3 (Gallop)
Terdengar ronchi
Konjungtiva dan wajah pucat
Bibir dan jari-jari tangan tampak sianotik
Hb : 5,8

- Wajah dan kedua kaki tampak odem


- Distensi vena jugularis
- Nadi perifer teraba lemah
- Iktus kordis teraba pada ruang intercostalis midklavikula ke-6
- Klien tampak cemas
- klien terbaring ditempat tidur dengan menggunakan 2 bantal dibawah kepala
- aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat
11. Analisa data
DATA
Ds :
Klien mengeluh sesak
napas
Klien mengeluh nyeri

PENYEBAB
Anemia kronik

MASALAH
Penurunan

Peningkatan beban akhir

curah jantung

Hipertrofi ventrikel

dada

Pemendekan miokard

Do :

Pengisian LV menurun

TD : 100/70 mmhg
N : 92 x/m, teraba lemah

Penurunan curah jantung

dan kecil
Distensi vena jugularis
Edema pada wajah dan
ekstremitas bawah
Bibir dan jari-jari kaki dan
tangan sianotik
Wajah pucat
Konjungtiva pucat
Hb 5,8

DS :
Klien mengeluh sesak
napas
DO :

Penurunan curah jantung


Kongesti pulmonal
Tekanan hidrostatik
tekanan osmotik

Kerusakan
pertukaran gas

Klien tampak sesak napas,


terpasang O2 nasal canule
2 L/m
Bibir dan jari-jari sianotik
R : 30 x/m
Klien batuk berlendir
Terdengar ronchi
DS :
Klien mengeluh badan

Pengumpulan cairan
kedalam area interstisial
paru
Sesak napas, sianotik
Kerusakan pertukaran gas
Penurunan curah jantung
Penurunan suplai O2 pada

terasa lemah
Klien mengeluh kelelahan

otot dan jaringan

DO :

Kelemahan otot

Klien

tampak

sesak,

Intoleransi
aktvitas

Intoleransi aktivitas

terpasang O2 2 L/m
Klien terbaring ditempat
tidur dengan posisi semi
fowler
Aktivitas klien dibantu
oleh keluarga dan perawat
DS :

Penurunan curah jantung


Aktivasi sistem renin

DO :
Klien

Kelebihan
volume cairan

Angiotensin
tampak

sesak,

terpasang O2 nasal canule


2 L/m
Edema pada wajah dan
kaki
Terdapat asites
Distensi vena jugularis
Bunyi jantung S3 (Gallop)
Ds :

Angiotensin I ACE II
Pengeluaran ADH
Retensi natrium dan air
Edema sistemik
Kelebihan volume cairan
Perubahan status kesehatan

Ansietas

Klien tampak cemas


Perburukan kondisi
DO :
Klien mengatakan ingin
selalu diperiksa oleh dokter
DS :

penyakit
Stress psikologis
Ansietas
Penurunan curah jantung
Aktivasi sistem renin

DO :

Angiotensin

Turgor kulit jelek


Edema pada estremitas
ekstremitas bawah
Klien hanya terbaring
ditempat tidur

Angiotensin I ACE II
Pengeluaran ADH
Retensi natrium dan air
Edema sistemik
Resiko kerusakan integritas
kulit

Resiko
kerusakan
pertukaran gas

3.1.1

Diagnosa keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard yang ditandai
dengan :
Ds :
- Klien mengeluh sesak napas
- Klien mengeluh nyeri dada
Do :
-

TD : 100/70 mmhg
N : 92 x/m, teraba lemah
Distensi vena jugularis
Edema pada wajah dan ekstremitas bawah
Bibir dan jari-jari kaki dan tangan sianotik
Wajah pucat
Konjungtiva pucat
Hb 5,8

2.

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan pengumpulan cairan kedalam area interstisial
paru yang dtandai dengan :
DS :
-

Klien mengeluh sesak napas

DO :
-

Klien tampak sesak napas, terpasang O2


Penggunaan otot bantu pernapasan

2 L/m

3.

R : 30 x/m
N : 92 x/m
Klien batuk berlendir
Terdengar ronchi

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 pada otot dan jaringan yang
ditandai dengan :
DS :
- Klien mengeluh badan terasa lemah
- Klien mengeluh kelelahan
DO :
-

Klien tampak sesak, terpasang O2 2 L/m


Klien terbaring ditempat tidur dengan posisi semi fowler
Aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air yang ditandai dengan :
DS :
DO :
- Klien tampak sesak, terpasang O2 2 L/m
- R : 30 x/m
- Edema pada wajah dan kaki
- Terdapat asites
- Terdengar ronchi
- Distensi vena jugularis
- Bunyi jantung S3 (Gallop)
5. Ansietas berhubungan dengan kondisi penyakit yang ditandai dengan
DS :
- Klien mengatakan ingin selalu diperiksa oleh dokter
DO
-

Klien tampak cemas

6.

Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema yang ditandai
dengan :
DS :
DO :
-

Turgor kulit jelek


Edema pada estremitas ekstremitas bawah
Klien hanya terbaring ditempat tidur

3.3.1

Asuhan keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.A.W DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULER GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI PAVILIUN ELISABETH RSU
BTHESDA GMIM TOMOHON

N
O
1

DIAGNOSA
TUJUAN
KEPERAWATAN
Penurunan
curah Setelah dilakukan

PERENCANAAN KEPERAWATAN
INTERVENSI
RASIONALISASI
1. Observasi tanda-

1. Membantu dalam

IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Jam : 14.50
1. Mengobservasi tand

jantung berhubungan tindakan


tanda vital
dengan

memilih intervensi

perubahan keperawatan
selanjutnya

kontraktilitas miokard selama 3 hari

2. Palpasi nadi perifer

tanda vital
R : 30 x/m
SB : 36,6 C
2. N : 92 x/m, teraba

2. Nadi mungkin cepat


yang ditandai dengan : diharapkan tanda
Ds :
Klien mengeluh nyeri vital dalam batas
dada

lemah dan tidak tera


hilang dan tidak teratur

normal dengan
3. TD : 100/70 mmhg

Do :

kriteria hasil :
3. Pantau TD
Klien melaporkan
TD : 100/70 mmhg
N : 92 x/m, teraba penurunan sesak

lemah
Distensi

tidak mampu lagi

napas dan nyeri

mengkompensasi dan

dada
Bebas dari gejala

hipotensi tak dapat

vena

jugularis
Edema pada wajah
dan

3. Pada CHF lanjut tubuh

gagal jantung
ekstremitas Ikut serta dalam

bawah
aktivitas yang
Bibir dan jari-jari
4. Catat bunyi jantung
mengurangi beban
kaki
dan
tangan
kerja jantung
sianotik
Wajah pucat
Konjungtiva pucat

normal lagi
4. S1 dan S2 mungkin

Jam : 15.00

melemah karena

4. Bunyi jantung S1 da

menurunya kerja

S2 melemah, terdeng

pompa, irama gallop

bunyi jantung S3, kl

mengeluh nyeri dada


5. Kulit pucat, bibir da

Hb 5,8

5. Kaji kulit terhadap 5. Pucat menunjukan


pucat dan sianosis

jari-jari sianotik

menurunya perfusi
perifer sekunder
terhadap tidak
adekuatnya curah
jantung

Jam : 15.05

6. Mempertahankan kl
6. Pertahankan duduk 6. Memperbaiki efisiensi

pada posisi semi

dikursi atau ditempat

kontraksi jantung dan

fowler, dengan

tidur dengan posisi

menurunkan

memberi sokongan

semi fowler

kebutuhan/ konsumsi

bantal dipunggung

oksigen miokard dan

klien dan ditangan

kerja berlebihan

klien

7. Berikan oksigen
tambahann sesuai
7. Meningkatkan sediaan

Jam : 15.10

dengan program
oksigen untuk

7. Mengobservasi

pengobatan

kebutuhan miokard

kepatenan oksigen

untuk melawan efek

yang klien butuhkan

hipoksia/iskemia

sebanyak 2 L/m

Kerusakan pertukaran Setelah dilakukan


1. Auskultasi bunyi
gas

1. Menyatakan adanya

Jam : 15.00
1. Mengkaji bunyi nap

berhubungan tindakan
napas

kongesti paru/

terdengar bunyi napa

pengumpulan sekret

tambahan ronchi, kli

menunjukan kebutuhan

batuk berlendir

dengan pengumpulan keperawatan


cairan kedalam area selama 3 hari

interstisial paru yang diharapkan klien


dtandai dengan :
DS :

dapat

DO :
-

2. Membersihkan jalan

mendemonstrasika

- Klien mengeluh sesak n ventilasi dan


napas

untuk intervensi lanjut

napas

Jam : 15.20
2. Mengajarkan klien

2. Anjurkan klien batuk

cara batuk efektif,

oksigenasi adekuat

efektif dan napas

dengan dan napas

dengan kriteria

dalam

dalam

Klien tampak sesak hasil :


3.
- Bebas gejala
napas,
terpasang
distress pernapasan
O2
2 L/m
- Berpartisipasi
3. Dorong perubahan
Penggunaan otot
dalam program
posisi dengan sering
bantu pernapasan
R : 30 x/m
pengobatan dalam
4.
N : 92 x/m
Klien batuk berlendir batas kemampuan 4. Pertahankan duduk
Terdengar ronchi
- Tanda-tanda vital
di kursi, atau
dalam batas normal
pertahankan posisi
semi fowler sokong

Membantu mencegah
atelektasis dan

Jam : 15.30

3. Menganjurkan klien

pneumonia

untuk dapat merubah

posisi dengan sering


Menurunkan konsumsi

yaitu miring kiri dan

oksigen/ kebutuhan

miring kanan

dan meningkatkan

Jam : 15.35

inflamasi paru
maksimal

tangan dengan bantal


5. Meningkatkan

4. Mempertahankan kl
pada posisi semi
fowler, dan

memberikan sokong
5. Berikan oksigen

konsentrasi oksigen

tambahan sesuai

alveolar, yang dapat

dengan program

memperbaiki atau

pengobatan

menurunkan

bantal pada punggun


dan tangan klien
Jam : 15.10
5. Mengobservasi
hipoksemia jaringan
kepatenan oksigen

yang klien butuhkan


Sebanyak 2 L/m

Intoleransi aktivitas

Setelah dilakukan

berhubungan dengan

tindakan

Jam : 15.50
1. Menanyakan kepada
1. Kaji penyebab

1. Kelemahan adalah
klien apa yang

penurunan suplai O2

keperawatan

kelemahan contoh

efek samping dari


menyebabkan klien

pada otot dan jaringan

selama 3 hari

pengobatan, nyeri

beberapa obat, nyeri


merasa lemah dan

yang ditandai

dharapkan klien

dan obat.

dan stress juga


tidak mampu

dengan :

dapat berpartisipasi

memerlukan energi dan

pada aktivitas yang

menyebabkan

di inginkan dengan

kelemahan

beraktivitas, klien
DS :
- Klien mengeluh
badan terasa lemah
- Klien mengeluh

mengatakan badan

terasa lemah dan ses


kriteria hasil :
- Klien dapat

napas saat beraktivit

kelelahan
memenuhi

2. Klien tidak mampu

kebutuhan

beraktivitas bahkan

perawatan diri

untuk pemenuhan di

DO :
- Klien tampak sesak,
terpasang O2 2 L/m
- Klien terbaring

sendiri
- Menurunya
ditempat tidur dengan
kelemahan dan
posisi semi fowler
- Aktivitas klien
kelelahan
- Tanda vital dalam
dibantu oleh keluarga
batas normal
dan perawat
selama aktivitas

2. Evaluasi

2. Dapat menunjukan

klien mengeluh lema


peningkatan

dekompensasi jantung
dan sesak napas

intoleransi aktivitas

dari pada kelebihan


Jam : 17.50
aktivitas

3. Melayani klien mak


malam, jenis bubur,
ikan, sayur. Klien
3. Berikan bantuan
hanya makan 5-6
dalam aktivitas

3. Penurunan kebutuhan

sendok makan, klien


perawatan diri sesuai

perawatan diri klien


mengeluh kesulitan

indikasi, selingi

tanpa mempengaruhi
dalam menelan

periode aktivitas

stress miokard atau

dengan periode

kebutuhan oksigen

makanan

istirahat

berlebihan

Jam : 18.30

4. Mengobservasi tand
4. Hipotensi ortostatik
4. Periksa tanda vital

dapat terjadi dengan

sebelum dan segera

aktvitas karena efek

setelah aktivitas,

obat, perpindahan

khusunya bila klien

cairan atau karena

tanda vital setelah


aktivitas
TD : 100/60 mmhg
N : 94 x/m
R : 32 x/m

5. Nadi perifer teraba


menggunakan

penurunan fungsi
lemah dan cepat,
jantung
5. Penurunan atau

tanpak sesak napas,

5. Catat respon
ketidakmampuan

klien berkeringat dan

miokardium untuk

pucat pada wajah

kardiopulmonal
terhadap aktivitas,
meningkatkan volume
catat takikardia,
sekuncup selama
disritmia, dispnu,
aktivitas dapat
berkeringat dan
menyebabkan
pucat
peningkatan segera
pada frekuensi jantung
dan kebutuhan oksigen

Kelebihan

volume Setelah dilakukan

Jam : 18.00
1. Pantau atau hitung 1. Terapi diuretik dapat

cairan

berhubungan tindakan

1. Memantau pemasuk
keseimbangan

dengan

menyebabkan

retensi keperawatan

dan pengeluaran cair


pemasukan dan

kehilangan cairan atau

natrium dan air yang selama 3 hari


ditandai dengan :
DS :
-

klien selama 24 jam,


pengeluaran selama

berlebihan meskipun

24 jam

edema atau asites

diharapkan klien

klien minum 200 c

dapat

klien menggunakan
masih ada

DO :
-

mendemonstrasika

diapers, klien sudah

Klien tampak sesak, n volume cairan

x BAK
2. Kaji distensi vena

terpasang O2 2 L/m
- R : 30 x/m
- Edema pada wajah
dan kaki
- Terdapat asites
- Terdengar ronchi
Distensi
vena

2. Retensi cairan

stabil dengan
kriteria hasil:
Bunyi napas bersih

Jam : 18.05
leher dan pembuluh

berlebihan dapat

perifer lihat area

dimanifestasikan oleh

2. Terdapat distensi ve
jugularis, tampak

atau jelas
Tanda vital dalam

tubuh dependen

pembendungan vena

edema pada wajah d


untuk edema dengan

dan pembentukan

rentang yang dapat


-

jugularis
Bunyi jantung S3 diterima
- Tak ada edema
(Gallop)

kedua kaki, dan asite


atau tanpa pitting,

edema

catat adanya edema


umum (anasarka)

3. Ubah posisi dengan


Jam : 18.25
sering, tinggikan

3. Mengurangi

3. Menganjurkan kepa
kaki bila duduk

pembentukan edema
klien untuk
dependen

meninggikan kaki bi
duduk atau saat tidu

dengan menempatka
4. Auskultasi bunyi

bantal dibawah kaki

napas, catat

Jam : 15.00

penurunan dan atau 4. Kelebihan volume


tambahan

cairan sering

4. Mengauskultasi bun

napas, terdengar ron

mengakibatkan
5. Kaji bising usus

kongesti paru

catat keluhan
anoreksia, distensi

Jam : 18.40

5. Mengkaji bising usu


5. Kongesti visceral

bising usus normal,

abdomen dan

dapat mengganggu

klien mengeluh nafs

konstipasi

fungsi gaster atau

makan berkurang kli

interstisial

mengalami kesulitan
dalan menelan
makanan

Ansietas

Setelah dilakukan

Jam : 18.55
1. Kaji tingkat ansietas1. Dapat membantu

berhubungan dengan tindakan

1. Mengakaji tingkat
klien secara verbal

perawat dalam

dan non verbal

menentuka intervensi

proses penyakit yang keperawatan


ditandai dengan :
selama 3 hari
DS :
- klien mengatakan diharapkan ansietas

kecemasan klien : kl
mengatakan ingin
selanjutnya

diperiksa oleh dokte

ingin selalu diperiksa berkurang sampai

klien mengatakan in

oleh dokter
DO :
- klien tanpak cemas

minum obat, klien

hilang dengan
kriteria hasil :
- Ekspresi wajah

tampak cemas dan


gelisah

tenang

- klien tidak takut

2. Ciptakan lingkungan2. Dapat meningkatkan


yang tenang

Jam : 19.00

kemampuan koping 2. Menciptakan


klien

lingkungan yang
tenang dan nyaman
dengan membatasi
pengunjung dan
merapikan area

3. Berikan health

3. Health education

education

berguna untuk

disekitar klien
Jam : 19.10

membantu klien dalam3. Menjelaskan kondis


usaha pencegahan

penyakit kepada klie

lebih dini tentang

penjelasa mengenai

penyakit untuk lebih

sesak napas yang

memperkuat koping,

dirasakan oleh klien

agar klien bisa

factor-faktor yang

menerima semua

menyebabkan

kenyataan yang terjadi

timbulnya sesak nap

pembengkakan yang

terjadi, selain itu jug


tentang pola hidup
6

Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan


1. Lihat kulit, catat
kerusakan

integritas tindakan
penonjolan tulang,

kulit

sehat.
Jam : 19.20
1. Kulit beresiko karena 1. Memantau keadaan

berhubungan keperawatan

gangguan sirkulasi,

kulit klien, tampak

dengan edema yang selama 3 hari


ditandai dengan :
diharapkan klien
- Turgor kulit jelek
Edema
pada dapat
estremitas ekstremitas mempertahankan
-

adanya edema, area

imobilitas, gangguan

edema pada kaki dan

sirkulasinya

status nutrisi

wajah, kulit kering,

terganggu,

turgor kulit jelek

kegemukan atau

bawah
integritas kulit
kurus
Klien hanya terbaring
dengan kriteria
2. Memperbaiki sirkulasi/2.
ditempat tidur
hasil:
2. Ubah posisi dengan
menurunkan waktu
- Turgor kulit baik
- Mendemonstrasisering ditempat tidur, satu area yang
kan perilaku/

bantu latihan rentang

mengganggu aliran

tekhnik mencegah

gerak aktif/ pasif

darah

kerusakan kulit

Jam : 19.25
Mengatur klien dari

posisi miring kiri ke


posisi miring kanan

3. Meningkatkan aliran
3. Pijat area kemerahan
atau yang memutih

darah, meminimalkan
hipoksia jaringan

Jam 19.30

3. Memberikan pijatan
pada area yang

4. Losion dan salep


4. Berikan perawatan

menonjol

diindikasikan untuk
Jam : 19.35

kulit sering, batasi


penggunaan sabun,

menghilangkan kering,
4. Memberikan
dan robekan pada kulit
perawatan kulit,

berikan salep atau

dengan mengoleskan
krim

losion pada area yan


5. Menurunkan iritasi
tertekan
dermal dan resiko
Jam : 19.40
5. Pertahankan pakaian

kerusakan kulit
5. Mengganti pakaian

dan linen tetap

klien yang basah

kering, dan tidak

dengan pakaian yang

keriput

bersih dan menggan

linen dengan linen b


yang bersih dan

mengatur tempat tid


klien

3.4

Catatan perkembangan
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-2
TANGGAL : 16-08-2010
Hari/

NO.

tanggal
Senin/16/

DX
1

Implementasi
Keperawatan
Jam : 08.30
1. Mengontrol ku klien, KU :

Evaluasi
Keperawatan
Jam : 13.30
S : Klien mengeluh nyeri

agustus/
tampak sakit sedang, kes:
2010
Compos Mentis
2. Mengobservasi tanda-tanda

dada
O:
- TD : 100/70 mmhg
- N: 92 x/m, teraba lemah

vital
dan tidak teratur
N : 88 x/m
- Bunyi jantung S1 dan S2
R : 30 x/m
SB : 36,2 C
melemah, terdengar
3. Nadi teraba lemah dan tidak
bunyi jantung S3
teratur
4. TD : 110/60 mmhg
(gallop)
- Kulit pucat, bibir dan
Jam : 08.40
jari-jari sianotik
5. Bunyi jantung S1 dan S2
A : Masalah belum teratasi
melemah, terdengar bunyi
P : Lanjutkan intervensi
jantung S3, klien mengeluh
keperawatan
nyeri dada
6. Kulit pucat, bibir dan jari-jari
sianotik
Jam : 08.55
7. Melayani transfusi darah 1
kantong
Jam : 09.00
8. Mempertahankan klien pada

posisi semi fowler, dengan


memberi sokongan bantal
dipunggung klien dan ditangan
klien
Jam : 09.05
9. Mengobservasi kepatenan
oksigen yang klien butuhkan,
2

sebanyak 2 L/m
Jam : 08.40
1. Mengkaji bunyi napas,

Jam : 13.45
S : Klien mengeluh sesak

terdengar bunyi napas

napas yang
O:
tambahan ronchi, klien batuk - Klien tampak sesak,
berlendir, klien mengeluh
-

sesak napas
Jam : 09.15
2. Mengajarkan klien cara batuk

terpasang oksigen 2 L/m


R : 30 xm
Terdapat ronchi
Klien batuk berlendir
Bibir dan jari-jari

sianotik
- Penggunan otot bantu

efektif, dan napas dalam


pernapasan
Jam : 09.25
A : Masalah belum teratasi
3. Menganjurkan klien untuk
P : Lanjutkan tindakan
mengubah posisi dari mirng
keperawatan
kiri ke posisi miring kanan
Jam : 09.30
4. Mempertahankan klien pada
posisi semi fowler, dan
memberikan sokongan bantal
pada punggung dan tangan

klien
Jam : 10.00
5. Menaikan volume oksigen
yang klien butuhkan
Dari 2 L/m menjadi 3 L/m
6. Melayani inj Allupent I amp
3
Jam : 10.15
Jam : 14.00
1. Menanyakan kemampuan
S : Klien mengeluh badan
klien dalam beraktivitas, klien

terasa lemah dan sesak

mengeluh badan terasa lemah,

napas saat beraktivitas


O:
- Aktivitas klien dibantu

dan kelelahan
2. Mengkaji kemapuan klien

oleh keluarga dan


dalam beraktvitas, klien BAB
perawat
- TTV setelah beraktivitas
TD : 100/60 mmhg
keluarga, klien mengeluh sesak N : 94 x/m
R : 32 x/m
jika terlalu banyak bergerak - Nadi perifer teraba
dengan bantuan perawat dan

Jam : 11.20

lemah dan cepat


- Klien tampak kelelahan

3. Melayani klien makan siang,


dan berkeringat
jenis bubur, ikan, sayur. Klien
A : Masalah belum teratasi
hanya makan 8-9 sendok
P : Lanjutkan tindakan
makan, klien mengeluh
keperawatan
kesulitan dalam menelan
makanan karena sesak
Jam : 12.00
4. Mengobservasi tanda-tanda
vital setelah aktivitas
TD : 110/70 mmhg
N : 90 x/m
R : 30 x/m
5. Nadi perifer teraba lemah dan

cepat, tampak sesak napas,


klien berkeringat dan pucat
4

pada wajah
Jam : 12.10

Jam : 14.15
S:
O:
- Terdapat distensi vena

1. Memantau pemasukan dan


pengeluaran cairan klien

jugularis
selama 24 jam, klien minum - Tampak edema pada
300 cc, klien menggunakan

wajah dan kedua kaki


- Terdapat asites
diapers, klien sudah 4 x BAK - Terdengar ronchi pada
Jam : 10.15
2. Terdapat distensi vena

saat auskultasi
A : Masalah belum teratasi

jugularis, tampak edema pada P : Lanjutkan tindakan


wajah dan kedua kaki, dan
asites
Jam : 12.35
3. Mempertanhakan klien dengan
posisi kaki lebih tinggi dari
kepala, dengan menempatkan
bantal dibawah kaki
Jam : 08.40
4. Mengauskultasi bunyi napas,
terdengar ronchi
Jam : 12.40
5. Mengkaji bising usus, bising
usus normal, klien mengeluh
nafsu makan berkurang klien

keperawatan

mengalami kesulitan dalan


menelan makanan
Jam : 12.50
6. Melayani inj. Furosemide 1
amp

Jam : 12.55

Jam : 14.35
S : klien mengatakan ingin

1. Mengakaji tingkat kecemasan


bertemu dengan dokter
klien : klien mengatakan ingin
diperiksa oleh dokter, klien

dan diperiksa oleh dokter


O : klien tampak cemas dan

mengatakan ingin minum obat, gelisah


A : masalah belum teratasi
klien tampak cemas dan
P : lanjutkan tindakan
gelisah
Jam : 13.00
2. Menciptakan lingkungan yang
tenang dan nyaman dengan
membatasi pengunjung dan
merapikan area disekitar klien
Jam : 13.05
3. Menjelaskan kondisi penyakit
kepada klien, penjelasan
mengenai sesak napas yang
dirasakan oleh klien, factorfaktor yang menyebabkan
timbulnya sesak napas,

keperawatan

pembengkakan yang terjadi,


selain itu juga tentang pola
hidup sehat.
6
Jam : 13.15
1. Memantau keadaan kulit klien,
tampak edema pada kaki dan

Jam : 14.45
S:
O:
Tampak edema pada

wajah, kulit kering, turgor kulit wajah dan kedua kaki


- Turgor kulit jelek
jelek
- Tidak terdapat lesi
Jam : 13.05

A: Masalah tidak menjadi

2. Mengatur klien dari posisi


miring kiri ke posisi miring

aktual
P : Lanjutkan tindakan

kanan
Jam 13.10
3. Memberikan pijatan pada area
yang menonjol
Jam : 13.15
4. Memberikan perawatan kulit,
dengan mengoleskan losion
pada area yang tertekan
Jam : 13.20
5. Mengganti pakaian klien yang
basah dengan pakaian yang
bersih dan mengganti linen
dengan linen baru yang bersih
dan mengatur tempat tidur
klien

keperawatan

CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-3


TANGGAL : 17-08-2010
Hari/

NO.

tanggal
Senin/17/

DX
1

Implementasi
Keperawatan
Jam : 08.30
1. Mengontrol ku klien, KU :

Evaluasi
Keperawatan
Jam : 13.30
S : Klien mengeluh sesak

agustus/
tampak sakit sedang, kes:

berkurang, dan nyeri

2010
Compos Mentis, kulit pucat,

dada hilang
O:
bibir dan jari-jari tidak sianotik- TD : 110/70 mmhg
- N: 88 x/m, teraba lemah
2. Mengobservasi tanda-tanda
vital
N : 88 x/m
R : 28 x/m
SB : 36 C
3. Nadi teraba lemah dan tidak
teratur
4. TD : 110/70 mmhg

dan tidak teratur


- Bunyi jantung S1 dan S2
melemah, terdengar
bunyi jantung S3
(gallop)
- Kulit pucat, bibir dan
jari-jari tidak sianotik

Jam : 08.40

A : Masalah teratasi

5. Bunyi jantung S1 dan S2


melemah, terdengar bunyi

sebagian
P : Lanjutkan intervensi

jantung S3, klien mengeluh

keperawatan

nyeri dada
Jam : 08.55
6. Memberikan transfusi darah 1
kantong
Jam : 09.00
7. Mempertahankan klien pada
posisi semi fowler, dengan
memberi sokongan bantal
dipunggung klien dan ditangan
klien
Jam : 09.05
8. Melepaskan oksigen yang
digunakan klien dengan
2

melihat kondisi klien


Jam : 08.40
1. Mengkaji bunyi napas,

Jam : 13.45
S : Klien mengeluh sesak

terdengar bunyi napas

napas berkurang
O:
tambahan ronchi, klien batuk - Klien tidak
berlendir

menggunakan oksigen

Jam : 09.15

tambahan
R : 28 x/m
Terdapat ronchi
Klien batuk berlendir
Bibir dan jari-jari tidak

2. Mengajarkan klien cara batuk efektif, dan napas dalam


-

Jam : 09.25

sianotik

3. Menganjurkan klien untuk


mengubah posisi dari mirng A : Masalah teratasi
kiri ke posisi miring kanan

P : Lanjutkan tindakan

Jam : 09.30

keperawatan

4. Mempertahankan klien pada


posisi semi fowler, dan
memberikan sokongan bantal
pada punggung dan tangan
3

klien
Jam : 10.15
1. Menanyakan kemampuan

Jam : 14.00
S : Klien mengeluh badan

klien dalam beraktivitas, klien

terasa lemah dan sesak

mengeluh badan terasa lemah,

napas saat beraktivitas

dan kelelahan
2. Mengkaji kemampuan klien

O:
- Aktivitas klien dibantu
oleh keluarga dan

dalam beraktvitas, klien BAB


perawat
dengan bantuan perawat dan - TTV setelah beraktivitas
TD : 110/70 mmhg
keluarga, klien mengeluh sesak N : 88 x/m
R : 28 x/m
jika terlalu banyak bergerak - Nadi perifer teraba
Jam : 11.20

lemah dan cepat


- Klien tampak kelelahan

3. Melayani klien makan siang,


dan berkeringat
jenis bubur, ikan, sayur. Klien
A : Masalah belum teratasi
hanya makan 8-9 sendok
P : Lanjutkan tindakan
makan, klien mengeluh
keperawatan
kesulitan dalam menelan
makanan karena sesak

Jam : 12.00
4. Mengobservasi tanda-tanda
vital setelah aktivitas
TD : 110/70 mmhg
N : 90 x/m
R : 30 x/m
5. Nadi perifer teraba lemah dan
cepat, tampak sesak napas,
klien berkeringat dan pucat
4

pada wajah
Jam : 12.10

Jam : 14.15
S:
O:
- Terdapat distensi vena

1. Memantau pemasukan dan


pengeluaran cairan klien

jugularis
selama 24 jam, klien minum - Tampak edema pada
200 cc, klien menggunakan

wajah dan kedua kaki


- Terdapat asites
diapers, klien sudah 2 x BAK - Terdengar ronchi pada
Jam : 10.15
2. Terdapat distensi vena

saat auskultasi
A : Masalah belum teratasi

jugularis, tampak edema pada P : Lanjutkan tindakan


wajah dan kedua kaki, dan
asites
Jam : 12.35
3. Mempertanhakan klien dengan
posisi kaki lebih tinggi dari
kepala, dengan menempatkan
bantal dibawah kaki
Jam : 08.40
4. Mengauskultasi bunyi napas,

keperawatan

terdengar ronchi
Jam : 12.40
5. Mengkaji bising usus, bising
usus normal, klien mengeluh
nafsu makan berkurang klien
mengalami kesulitan dalan
menelan makanan
Jam : 12.50
6. Melayani inj furosemide 1
amp
5

Jam : 18.55

Jam : 14. 30
S : klien mengatakan ingin

1. Mengakaji tingkat kecemasan


bertemu dengan dokter
klien : klien mengatakan ingin
diperiksa oleh dokter, klien

dan diperiksa oleh dokter


O : klien tampak cemas dan

mengatakan ingin minum obat, gelisah


A : masalah belum teratasi
klien tampak cemas dan
P : lanjutkan tindakan
gelisah
Jam : 19.00
2. Menciptakan lingkungan yang
tenang dan nyaman dengan
membatasi pengunjung dan
merapikan area disekitar klien
Jam : 19.10
3. Menjelaskan kondisi penyakit
kepada klien, penjelasa

keperawatan

mengenai sesak napas yang


dirasakan oleh klien, factorfaktor yang menyebabkan
timbulnya sesak napas,
pembengkakan yang terjadi,
selain itu juga tentang pola
6

hidup sehat.
Jam : 12.55
1. Memantau keadaan kulit klien,
tampak edema pada kaki dan

Jam : 14.45
S:
O:
Tampak edema pada

wajah, kulit kering, turgor kulit wajah dan kedua kaki


- Turgor kulit jelek
jelek
- Tidak terdapat lesi
Jam : 13.00

A: Masalah tidak menjadi

2. Mengatur klien dari posisi


miring kiri ke posisi miring

aktual
P : Lanjutkan tindakan

kanan
Jam 13.05
3. Memberikan pijatan pada area
yang menonjol
Jam : 13.10
4. Memberikan perawatan kulit,
dengan mengoleskan losion
pada area yang tertekan
Jam : 13.15
5. Mengganti pakaian klien yang
basah dengan pakaian yang

keperawatan

bersih dan mengganti linen


dengan linen baru yang bersih
dan mengatur tempat tidur
klien

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan beberapa permasalahan yang ada, dimana akan dibahas
tentang teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan serta menilai adanya kesenjangan antara
teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan serta menilai adanya kesenjangan antara teori dan
praktek, yang dijumpai selama asuhan keperawatan kepada klien Ny.A.W di paviliun
Elisabeth RSU Bethesda GMIM Tomohon mulai tanggal 15-17 agustus 2010. Untuk dapat
memudahkan pembahasan, maka penulis akan membahas berdasarkan tahap-tahap dalam
proses keperawatan.
4.1 Pengkajian keperawatan

Pada tahap ini penulis melakukan pengunpulan data dengan menggunakan metode proses
keperawatan terutama pengkajian pada sistem peredaran darah. Data yang di dapat dari hasil
pengkajian diperoleh dari klien sendiri dan keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratoriun, yang selanjutnya data-data tersebut dianalisa dan ditegakkan sebagai diagnosa
keperawatan.
Berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan kasus, didapatkan kesenjangan, dimana tidak
semua data dalam teori ditemukan dalam kasus, dan data dalam kasus ditemukan dalam teori.
Data yang tidak ada dalam teori dan ditemukan dalam kasus adalah klien mengeluh sulit
menelan, nadi cepat dan lemah dan data yang ditemukan dalam kasus dan tidak ada dalam
teori adalah diare, perubahan tingkat kesadaran misalnya letargi, nyeri abdomen kanan atas,
episode pingsan. Perbedaan antara teori dan praktek ini karena semua data yang ada dalam
teori bersfiat umum sedangkan kasus ini dipusatkan pada satu individu saja, dimana setiap
individu memiliki respon yang berbeda-beda.
4.2 Diagnosa keperawatan
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan gagal jantung
kongestif ada 6 yaitu penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardium, intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen yang
membawa nutrisi kejaringan, kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air dan
nutrisi, resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan pengunpulan cairan
keruang interstisial paru, resiko tnggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
edema, kurang pengetahuan mengenai kondisi, program pengobatan berhubungan dengan
kurang pemahaman.
Sedangkan pada kasus penulis menemukan 6 diagnosa yaitu penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardium, intoleransi aktivitas berhubungan
dengan penurunan suplai oksigen yang membawa nutrisi kejaringan, kelebihan volume cairan
berhubungan dengan retensi air dan nutrisi, resiko tinggi kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan pengunpulan cairan keruang interstisial paru, resiko tnggi terhadap

kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, kurang pengetahuan mengenai


kondisi, program pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman, ansietas berhubungan
dengan kondisi penyakit. Dari ke-6 diagnosa diatas ada satu diagnosa yang tidak ada dalam
teori yaitu ansietas, diagnosa tersebut diangkat karena adanya data-data penunjang,
sedangkan satu diagnosa dalam teori tidak ditemukan dalam kasus yaitu kurang pengetahuan,
diagnosa in tidak diangkat karena tidak ada data-data yang menunjang dank lien sudah
beberapa kali masuk RS.
4.3 Perencanaan keperawatan
Rencana keperawatan dalam kasus ini disusun dengan menggunakan beberapa
komponen antara lain penentuan tujuan dan kriteria hasil, penentuan intervensi keperawatan
serta rasionalisasi. Perencanaan yang disusun juga berdasarkan teori, namun ada beberapa
intervensi yang ada dalam teori tidak di susun dalam kasus hal ini disesuaikan dengan respon
dan kondisi dari klien, adapun beberapa intervensi yang tidak ada dalam teori di masukan
dalam kasus sesuai dengan respon.
4.4 Pelaksanaan keperawatan
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah
disusun sebelumnya. Selama pelaksanaa tindakan keperawatan penulis tidak menemui
hambatan, karena klien dan keluarga kooperatif dengan perawat selama tindakan keperawatan
diberikan, dan ditunjang dengan hubungan salng percaya antar perawat, klien dan keluarga,
keterlibatan keluarga selama proses perawatan membantu perawat menimbulkan rasa percaya
terhadap tindakan yang dlakukan perawat.
4.5 Evaluasi keperawatan
Setelah dalakukan perawatan selama 3 hari, tidak ditemukan adanya masalah baru yang
muncul. Dari 6 diagnosa keperawatan yang ditegakkan satu masalah teratasi yaitu ansietas,
tiga masalah teratasi sebagian yaitu kelebihan volume cairan dan kerusakan pertuakaran gas
dan penurunan curah jantung, dan masalah resiko tinggi kerusakan integritas kulit tidak
menjadi aktual, dan satu masalah belum teratasi yaitu intleransi aktivitas, hal ini karena klien
masih membutuhkan perwatan yang lebih itensif. Keberhasilan perawat dalam menangan

masalah klien sangat membutuhkan dukungan dan peran serta dari keluarga dank lien dalam
menunjang proses keperawatan, agar semua masalah kesehatan yang dialami klien dapat
teratasi.

Anda mungkin juga menyukai