Anda di halaman 1dari 24

DEWAN SYARIAH NASIONAL

&
DEWAN PENGAWAS SYARIAH

Rahmani Timorita Yulianti, Dr. Dra. MAg

Dewan Syariah Nasional

Dewan Syariah merupakan


sebuah lembaga yang berperan
dalam menjamin ke-Islaman
keuangan syariah di seluruh
dunia.

Di Indonesia, peran ini dijalankan


oleh Dewan Syariah Nasional (DSN)
yang dibentuk oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pada tahun 1998 dan
dikukuhkan oleh SK Dewan Pimpinan
MUI No. Kep-754/MUI/II/1999 tanggal
10 Februari 1999.

DSN

Pratik Ekonomi Islam di Indonesia

Tugas dan Wewenang


Tugas :

Menumbuhkembangkan penerapan nilainilai syariah dalam kegiatan perekonomian


pada umumnya dan sektor keuangan pada
khususnya, termasuk usaha bank,
asuransi, dan reksa dana.
Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa
keuangan syariah.

Tugas dan Wewenang next


Wewenang :
Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS pada masing-masing lembaga keuangan syariah dan
menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.
Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang dikeluarkan oleh
instansi yang berwenang seperti Departemen Keuangan dan BI.

Memberikan rekomendasi dan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan duduk
sebagai DPS pada suatu lembaga keuangan syariah.
Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam pembahasan
ekonomi syariah termasuk otoritas moneter/lembaga keuangan dalam dan luar negeri.
Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk menghentikan penyimpangan
dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.
Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila peringatan
tidak diindahkan.

Mekanisme Kerja DSN


DSN mengesahkan rancangan fatwa yang diusulkan oleh Badan
Pelaksana Harian DSN

DSN melakukan rapat pleno paling tidak satu kali dalam tiga bulan,
atau bilamana diperlukan.

Setiap tahunnya membuat suatu pernyataan yang dimuat dalam


laporan tahunan (annual report) bahwa lembaga keuangan syariah
yang bersangkutan telah/tidak memenuhi segenap ketentuan syariah
sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh DSN.

Dewan Pengawas Syariah


Berdasarkan Surat
Keputusan DSN No. 3
tahun 2000, dijelaskan
bahwa Dewan Pengawas
Syariah (DPS) adalah
bagian dari Lembaga
Keuangan Syariah (LKS)
yang bersangkutan,
dimana penempatannya
atas persetujuan DSN.

Fungsi/Tugas DPS
Melakukan pengawasan secara periodik pada LKS
yang berada di bawah pengawasannya.
Berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan
LKS kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan
dan kepada DSN.
Melaporkan perkembangan produk dan operasional
LKS yang diawasinya kepada DSN sekurangkurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran.

Merumuskan permasalahan-permasalahan yang


memerlukan pembahasan DSN.

Struktur DPS
Kedudukan DPS dalam struktur perusahaan berada setingkat dengan fungsi
komisaris sebagai pengawas direksi.
Jika fungsi komisaris adalah pengawas dalam kaitan dengan kinerja manajemen,
maka DPS melakukan pengawasan kepada manajemen dalam kaitan dengan
implementasi sistem dan produk-produk agar tetap sesuai dengan syariah Islam.
Bertanggung jawab atas pembinaan akhlak seluruh karyawan berdasarkan sistem
pembinaan ke-Islaman yang telah diprogramkan setiap tahunnya.

Ikut mengawasi pelanggaran nilai-nilai Islam di lingkungan perusahaan tersebut..

Bertanggung jawab atas seleksi syariah karyawan baru yang dilaksanakan oleh
Biro Syariah

Keanggotaan DPS

Setiap LKS harus


memiliki setidaknya
tiga orang anggota
DPS.

Salah satu dari


jumlah tersebut
ditetapkan
sebagai ketua.

Masa tugas
keanggotaan DPS
adalah 4 (empat) tahun
dan akan mengalami
pergantian antar waktu
apabila meninggal
dunia, minta berhenti,
diusulkan oleh LKS
yang bersangkutan,
atau telah merusak
citra DSN.

Mekanisme Kerja DPS


DPS melakukan pengawasan secara
periodik pada lembaga keuangan syariah
yang berada di bawah pengawasannya.

DPS berkewajiban mengajukan usul-usul


pengembangan lembaga keuangan
syariah kepada pimpinan lembaga yang
bersangkutan dan kepada DSN.

DPS melaporkan perkembangan produk


dan operasional lembaga keuangan
syariah yang diawasinya kepada DSN
sekurang-kurangnya dua kali dalam satu
tahun anggaran.

DPS merumuskan permasalahanpermasalahan yang memerlukan


pembahasan DSN.

TUGAS DPS VERSI DUBAI


ISLAMIC BANKING
DPS adalah seorang ahli (pakar) yg menjadi sumber dan
rujukan dalam penerapan prinsip-prinsip syariah termasuk
sumber rujukan fatwa

DPS mengawasi pengembangan semua produk untuk


memastikan tidak adanya fitur yg melanggar syariah

DPS menganalisa segala situasi yg belum pernah terjadi


sebelumnya yg tidak didasari fatwa di transaksi perbankan
untuk memastikan kepatuhan dan kesesuaiannya kepada
syariah

TUGAS DPSnext
DPS menganalisa segala kontrak dan perjanjian
mengenai transaksi-transaksi di bank syariah untuk
memastikan kepatuhan kepada syariah
DPS memastikan koreksi pelanggaran dengan
segera,jika ada pelanggaran anggota DPS harus
mengkoreksi penyimpangan itu dengan segera agar
disesuaikan dengan prinsip syariah

DPS memberikan supervisi untuk program pelatihan


syariah bagi staf bank Islam

TUGAS DPSnext
DPS menyusun sebuah laporan tahunan tentang
neraca bank syariah tentang kepatuhannya
kepada syariah. Dengan pernyataan ini seorang
DPS memastikan kesyariahan laporan keuangan
perbankan syariah

DPS melakukan supervisi dalam pengembangan


dan penciptaan investasi yang sesuai syariah dan
produk pembiayaan yang inovatif

Kualifikasi DSN/DPS
DSN/DPS tidak cukup
hanya mengerti ilmu
keuangan dan perbankan,
sebagaimana juga tidak bisa
hanya ulama dan
cendekiawan muslim yang
tidak mengerti operasional
perbankan dan ilmu
ekonomi keuangan

PROFIL & KUALIFIKASI DSN/DPS

Anggota DPS harus


memahami ilmu
ekonomi dan keuangan
& perbankan juga
expert di bidang syariah.

Optimalisasi Peran
Dewan Pengawas Syariah
UU NO. 40 TH. 2007
Tentang
Perseroan Terbatas,
UU NO. 21 TH. 2008
Tentang Perbankan
Syariah

Keharusan
adanya DPS
di Perusahaan
Syariah & LKS

LEMBAGA PENYELESAI SENGKETA


EKONOMI SYARIAH

Rahmani Timorita Yulianti, Dr. Dra. M.Ag

BADAN ARBITRASE SYARIAH


NASIONAL ( BASYARNAS )
SUATU LEMBAGA YANG
BERTUJUAN UNTUK
MENYELESAIKAN
PERSELISIHAN SECARA
ADIL DAN CEPAT DALAM
EKONOMI ISLAM
DENGAN PRINSIP
ISHLAH, SESUAI DENGAN
QS.AL HUJURAT: 9 DAN
QS.AN NISA: 65

QS.Al Hujurat: 9

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu
berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi
kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain,
hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi
sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah
surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan
hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang berlaku adil.

QS.An Nisa: 65

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya)


tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka
sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

KELEBIHAN ARBITRASE :
PROSEDUR TIDAK BERBELIT, KEPUTUSAN DICAPAI DALAM WAKTU RELATIF SINGKAT
BIAYA LEBIH MURAH
DAPAT DIHINDARI EXPOSE DARI KEPUTUSAN DIDEPAN UMUM
BERSIFAT KEKELUARGAAN

PARA PIHAK DAPAT MEMILIH HUKUM MANA YANG AKAN DIBERLAKUKAN OLEH ARBITRASE
PARA PIHAK DAPAT MEMILIH SENDIRI PARA ARBITER
DAPAT DIPILIH ARBITER DARI KALANGAN AHLI DIBIDANGNYA
KEPUTUSAN DAPAT LEBIH TERKAIT DENGAN SITUASI DAN KONDISI
KEPUTUSAN ARBITRASE SIFATNYA FINAL DAN TANPA HARUS NAIK BANDING ATAU KASASI
KEPUTUSAN ARBITRASE DAPAT DIEKSEKUSI OLEH PENGADILAN
PROSES ARBITRASE LEBIH MUDAH DIMENGERTI OLEH MASYARAKAT

KEKURANGAN ARBITRASE
KURANGNYA POWER UNTUK MENGHADIRKAN BARANG BUKTI, SAKSI DAN LAIN-LAIN
BERPOTENSI PELAYANAN HANYA BAIK KEPADA PERUSAHAAN BONAFIDE

KURANGNYA POWER UNTUK EKSEKUSI

TIDAK DAPAT MEMBERIKAN SOLUSI YANG BERSIFAT PREVENTIF

KEPUTUSAN ARBITRASE TIDAK UNIFIKATIF DAN KEMUNGKINAN BISA SALING BERTENTANGAN

KUALITAS KEPUTUSANNYA TERGANTUNG KEPADA KUALITAS ARBITER


TIDAK ADA STANDAR NORMA YANG BAKU BAGI DASAR KEPUTUSAN ARBITER
KURANGNYA UPAYA UNTUK MENGUBAH SISTEM PENGADILAN KONVENSIONAL YANG ADA

BERPOTENSI ADANYA RASA PERMUSUHAN KEPADA PENGADILAN

KESIMPULAN:

SENGKETA YANG TERJADI DALAM PERTUMBUHAN LKS


SEMAKIN KOMPLEKS
LEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA YANG ADA
DIHARAPKAN DAPAT MEMBERIKAN KEPASTIAN HUKUM DAN
MENGHASILKAN PUTUSAN YANG ADIL

UU RI No 21 th 2008 ttg Perbankan Syariah


(1) Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh
pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama.
(2) Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian
sengketa selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad.
(3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
boleh bertentangan dengan Prinsip Syariah.

Anda mungkin juga menyukai