Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Karakteristik dapat ditentukan dari contoh tanah tak terganggu


(undisturb soil) dan contoh tanah terganggu (disturb soil).

Karakteristik material utama tanah adalah distribusi ukuran partikel


(gradasi)

dan

plastisitas,

yang

digunakan

sebagai

pedoman

penamaan.

Sedangkan karakteristik material penunjang (sekunder) adalah


warna tanah, tekstur, dan komposisi partikel tanah.

Deskripsi karakteristik massa tanah harus meliputi taksiran


kekerasan dan kekuatan, rincian tempat, bidang-bidang diskontinuitas,
dan batuan asal dari tanah tersebut.

BAB II
DASAR TEORI

A. PLASTISITAS TANAH

Plastisitas merupakan karakteristik yang penting bagi tanah yang


berbutir

halus

(<

0,06

mm),

karena

memberikan

gambaran

kemampuan tanah untuk berdeformasi pada volume tetap tanpa


terjadi retakan atau remahan. Sifat ini umumnya terdapat pada tanah
yang banyak mengandung mineral lempung atau bahan organik.

Konsistensi adalah suatu kondisi fisik tanah berbutir halus pada


kadar air tertentu. Berdasarkan pada kadar airnya, maka tanah
digolongkan dalam tiga kondisi yaiutu cair, plastis, dan semi
padat/padat. Ingat bahwa kadar air dalam tanah akan bervariasi
antara tanah yang satu dengan yang lainnya.

Konsistensi tanah bergantung pada interaksi antara partikelpartikel mineral lempung. Penurunan kadar air mengakibatkan naiknya
nilai gaya tarik-menarik antar partikel. Untuk suatu jenis tanah yang
akan mencapai kondisi plastis, besarnya gaya-gaya antar partikel
harus sedemikian rupa sehingga partikel-partikel tersebut bebas
tergelincir relatif terhadap sesamanya, dengan tetap mempertahankan
kohesi diantara mereka. Penurunan kadar air juga mengakibatkan
reduksi volume tanah, baik dalam keadaan cair, plastis, maupun semi
padat.

Umumnya tanah berbutir halus (secara alamiah) berada dalam


kondisi plastis. Batas atas dan batas bawah dari rentang kadar air
dimana tanah masih bersifat plastis disebut batas cair (LL atau WL)
dan

batas plastis (PL atau Wp). Rentang kadar air itu sendiri

didefinisikan sebagai indeks plastisitas (PI atau Ip), yaitu :


IP

= WL - WP

Kadar air (w) tanah yang bersifat relatif terhadap batas cair dan
batas plastis dapat diwakili oleh indeks kecairan (LI atau IL), dimana :
w - WP
IL

= -----------------------

IP

Derajat plastisitas suatu fraksi ukuran lempung dinyatakan sebagai


perbandingan antara indeks plastisitas dan persentase ukuran butir
partikel lempung dalam tanah, yang dikenal sebagai aktivitas.

PERHITUNGAN
Batas Cair

Hasil-hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar


air yang bersangkutan kemudian digambarkan dalam
bentuk grafik. Jumlah pukulan sebagai absis dalam skala
logaritma dan besarnya kadar air sebagai ordinat dalam
skala biasa.

Buatlah garis lurus melalui titik-titik tersebut atau titik berat


titik-titik tersebut. Tentukan besanya kadar air pada jumlah
25 pukulan dan kadar air inilah merupakan batas cair dari
benda uji.

Batas Plastis :

Tentukan kadar air rata-rata pada prosedur (e) sebagai


harga batas plastis.

ALAT DAN BAHAN


Batas Cair

Alat batas cair standart (Atterberg)

Cawan kadar air minimal 4 buah

Alat pembuat alur (grooving tool)

Spatula dengan panjang 12,5 cm

Sendok dempul

Botol tempat air suling

Cawan pengaduk / pelat kaca 45 x 45 x 0,9 cm

Air suling

Neraca dengan ketelitian 0.01 gram

Oven suhu 110oC

Batas Plastis

Batang pembanding dengan diameter 3 mm dan panjang 10


cm.

DIGRAM ALIR
B.

KLASIFIKASI TANAH
Klasifikasi tanah adalah sistem pengelompokan dari berbagai

tanah yang memiliki kesamaan sifat suatu kelompok berdasarkan


batasan-batasan tertentu.
Klasifikasi tekstural

Tekstur tanah sangat dipengaruhi oleh besar butirnya.

sistem klasifikasi tekstural yang dikembangkan oleh Departemen


Pertanian Amerika (USDA) adalah berdasarkan proporsi dari
lanau, lempung dan pasir.
Klasifikasi untuk keperluan teknik

Klasifikasi tanah untuk keteknikan tidak hanya berdasarkan

ukuran butir tetapi perlu memperhitungkan sifat-sifat dasar (fisik)


tanah. Sistem Unified (USCS/Unified Soil Clasification System).
Klasifikasi sistem Unified memperhatikan besar butir, keseragaman butir
dan gradasi butir. Indeks keseragaman butir (coeficient of uniformity)
diberikan sebagai :
D60
Cu

--------------

semakin tidak seragam)

(semakin
D10

besar

gradasi,

butiran

Sedangkan koefisien gradasi butir (coeficient of curvature) dinyatakan


dalam :
(D30)2
Cc

-----------------C60 x D10

dimana :
Cu

= koefisien keseragaman butir

Cc

= koefisien gradasi butir

D60

= diameter bukaan dimana 60 % butiran dengan ukuran tersebut


atau lebih halus dapat lolos

D10

(dilihat dari kurva distribusi)

= diameter bukaan dimana 10 % butiran dengan ukuran tersebut


atau lebih halus dapat lolos

(dilihat dari kurva distribusi)

Semakin besar koefisien keseragaman butir dan koefisien gradasi


butir menunjukkan semakin baik gradasi atau semakin buruk
pemilahannya dari tanah tersebut.

Untuk tanah berbutir halus maka pengelompokannya juga


didasarkan pada sifat plastisitasnya. Dalam hal ini adalah hubungan
antara indeks plastisitas dan batas cair dari tanah.
BAB III
PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

A.

PROSEDUR UMUM

PLASTISITAS TANAH

Batas Cair :
1.

Letakan 100 gram benda uji yang sudah disiapkan di


dalam cawan pengaduk.

2.

Dengan menggunakan spatula, aduklah benda uji


tersebut dengan menambahkan air suling sedikit demi sedikit,
sampai homogen.

3.

Setelah contoh menjadi campuran yang merata,


ambil sebagian benda uji dan letakkan di atas mangkok alat batas
cair, ratakan permukaannya sedemikian rupa sehingga sejajar
dengan dasar alat. Bagian yang paling tebal harus sekitar 1 cm.

4.

Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji


dalam mangkok alat dengan menggunakan alat pembuat alur
melalui garis tengah pemegang mangkok dan simetris. Pada saat
membuat alur posisi alat pembuat alur harus tegak lurus
permukaan mangkok.

5.

Putar alat dengan kecepatan 2 putaran per detik.


Pemutaran dilakukan terus sampai dasar alur benda yang
bersinggungan sepnajang sekitar 1,25 cm. dan catat jumlah
pukulan pada saat itu.

6.

Ulangi prosedur (c) sampai (e) beberapa kali sampai


diperoleh jumlah pukulan yang sama. Jika ternyata pada 3 kali
pengulangan prosedur telah diperoleh jumlah pukulan yang sama
(kurang lebih), maka ambillah benda uji langsung dari mangkok
pada alur, kemudian masukkan kedalam cawan yang tlah
disiapkan. Periksalah kadar airnya.

7.

Kembalikan benda uji ke atas cawan pengaduk, dan


mangkok alat bats cair dibersihkan. Benda uji diaduk kembali
dengan minimal 3 kali berturut-turut dengan variasi kadar air yang
berbeda, sehingga akan diperoleh perbedaan jumlah pukulan
sebesar 8 - 10.

Batas Plastis :
1.

Letakkan 20 gram benda uji dalam cawan


pengaduk, kemudian diaduk hingga kadar airnya merata.

2.

Setelah kadar air cukup merata. buatlah bola-bola


tanah dari benda uji seberat 8 gram, kemudian bola-bola tanah itu

digiling di atas pelat kaca. Penggilingan dilakukan dengan telapak


tangan, dengan kecepatan 80 - 90 gilingan permenit.
3.

Penggilingan dilakukan terus sampai benda uji


membentuk batang dengan diameter 3 mm. Kalau pada saat
penggilingan ternyata sebelum benda uji mencapai diameter 3 mm.
sudah retak, maka benda uji disatukan kembali, ditambah air
sedikit dan diaduk sampai merata. Jika yang terjadi sebaliknya,
diameter 3 mm belum mengalami retak-retak, maka benda uji perlu
dibiarkan beberapa saat di udara, agar kadar airnya berkurang
sedikit.

4.

Pengadukan dan penggilingan diulangi terus


sampai retakan-retakan itu terjadi tepat pada saat gilingan
mempunyai diameter 3 mm.

5.

Batang (d) dibagi 3 sama panjang. Periksa kadar


air tiap batang tanah tersebut.

KLASIFIKASI TANAH
1)

Keringkan contoh tanah, di-oven, kemudian tumbuklah dengan


hati-hati (untuk menghindari partikel yang hancur), haluskanlah
dengan tangan.

2)

Timbang + 100 gram contoh tersebut kemudian ayaklah dengan


menggunakan susunan saringan no. 10 s/d no. 200 (saringan yang
paling kasar disusun atas yang halus). Kemudian timbang lagi tanah
yang tertinggal dalam setiap saringan dan yang lolos dari saringan no.
200.

3)

Hitung prosentasi masing-masing besar butir terhadap berat total


sampel tanah.

4)

Buatlah grafik antara prosentase terhadap besar butir (mm) pada


kertas semilog.

5)

Tentukan koefisien keseragaman butir (Cu) dan koefisien gradasi


butir (Cc) dari grafik tersebut.

6)

Lakukan klasifikasi dengan Unified System.

7)

Lakukan perhitungan untuk menentukan indeks aktifitas (A).

8)

Tentukan perkiraan batas retak (shrinkage limit/SL) dari tanah


tersebut dengan cara :

9)

Plot hasil perhitungan LL dan PI di diagram plastisitas, kemudian


cari titik perpotongan antara garis U dan garis A, dan tariklah garis
antara titik sampel dengan titik perpotongan kedua garis tersebut
(biasanya pada LL = -43,5 dan PI = -46,5), maka perpotongan antara
garis yang baru ditarik tersebut dengan sumbu LL adalah batas retak
(SL).

B.

HASIL PERCOBAAN

DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI TANAH


Lanau pasiran, coklat tua, ukuran butir lanau pasir halus, membundar
tanggung-membundar, bergradasi buruk, tersusun atas fragmen litik
bercampur dengan fraksi lanau hingga kira-kira 40%, tidak dijumpai akar
tumbuhan, agak basah, padat, permeabilitas rendah.
Profil tanah

berangkal

Sumur uji

20 cm
Horizon A

pasir

20 cm

50 cm

Horizon B

PLASTISITAS TANAH
Data Percobaan Batas Cair
Kadar Air (%)
40
50

Jumlah Pukulan
28
25

Batas cair dari benda uji merupakan kadar air pada jumlah 25 pukulan
(lihat grafik).
Dari grafik didapatkan kadar air untuk batas cair (wL) adalah 50%.
Data Percobaan Batas Plastis
Diketahui berat awal benda uji 8 gram yang kemudian dibuat bola-bola,
lalu digiling dengan telapak tangan dengan kecepatan 80-90 gilingan
permenit sampai berdiameter 3 mm (retak). Lalu 3 buah benda uji di oven
dan didapatkan beratnya (tanpa air), yaitu:
Berat awal

Berat setelah di-oven

(gram)
2.75
2.75
2.5

Selisih Berat

(gram)
2.15
2.2
2.05
Total = 6.4

(gram)
0.6
0.55
0.45
Total = 1.6

Kadar Air
(%)
21.8
20
18
Total = 59.8

Kadar air rata-rata (wp) = 59.8 % / 3


= 19.9 %
Dari perhitungan di atas didapatkan WL = 50 %, dan WP = 19.9 %
Indeks Plastisitas ( IP ) = WL - WP
= 50 % - 19.9 %
= 30.1 %
KLASIFIKASI TANAH

Persentasi masing-masing besar butir terhadap berat total sample (100


gram)
Mesh

Diameter (mm)

Persentase (%)

20

0.841

8.28

40

0.42

49.6

60

0.25

9.76

80

0.177

8.36

100

0.149

3.81

200

0.074

6.46

230

0.0625

13.44

Jumlah

99.71

Diameter Bukaan
D60 31.72%
D30 6%

D10 9.71%

Grafik persentase terhadap besar butir

0.067

0.17

0.61

Koefisien keseragaman butir (Cu) dan koefisien gradasi butir (Cc) dari
grafik
Dari grafik diketahui : D60 = 0.61, D30 = 0.17 dan D10 = 0.067
Cu = D60 / D10
Cu = 0.61 / 0.067

10

Cu = 9.1

(D30)
Cc = ----------------D60 D10
Cc = (0.17) / (0.61 0.0067)
Cc = 0.029 / 0.041

Cc = 0.71

Jadi Koefisien keseragaman butir (Cu) = 9.1


Koefisien gradasi butir (Cc) = 0.71
Derajat Plastisitas atau Indeks Aktifitas (A) adalah perbandingan antara
Indeks Plastisitas (IP) dan persentase ukuran butir partikel lempung dalam
tanah,
A = IP / % lempung
A = 30.1 % / 13.47 %
A = 2.23

11

BAB IV
ANALISIS
Sampel tanah yang digunakan pada praktikum ini secara umum
dikelompokkan / klasifikasikan dalam tanah berbutir halus karena lebih
dari 50% butiran lolos dari ayakan mesh 60 (ASTM). Sampel tanah
mempunyai indeks keseragaman butir (Cu) 9.1, dan koefisien gradasi
butir (Cc) 0.71 yang menunjukkan butir pada sampel yang relatif seragam
dan perubahan besar butir yang tidak terlihat terlalu berubah dengan
drastis. Klasifikasi tanah pada sistem klasifikasi ASTM adalah klasifikasi
dengan symbol CL (lempung inorganic) yang terdiri dari elemen lanau dan
lempung (dengan WL 50) dan plastisitas sample tanah yang sedang (Ip
= 30.1), serta viskositas tanah rendah. Perubahan volume tanah untuk
kadar air maksimum tidak akan terlalu besar, maka tanah ini dapat
digolongkan pada kondisi semi padat. Kondisi tanah ini pada kondisi
plastisnya

masih dapat ditoleransi, karena

untuk kecenderungan

tergelincirnya sangat kecil mengingat rentang kadar airnya tidak terlalu


besar (WL < 50). Penurunan kadar air pada tanah (sample) tidak akan
menyebabkan reduksi volume yang terlalu besar juga. Keberadaan tanah
ini di lokasi tempat pembangunan sangat cocok untuk menunjang
kekuatan berdirinya suatu bangunan. Untuk sejumlah massa tanah yang
besar (luas daerah yang besar) akan tidak mudah terjadinya longsor dan
ambelasan, mengingat kadar air tanah sample ini rendah.

12

BAB V
KESIMPULAN
Tanah yang digunakan pada praktikum deskripsi dan klasifikasi tanah
adalah tanah semipadat, plastisitas rendah, viskositas rendah, gradasi
butir yang sangat buruk, dan didominasi oleh anorganik. Pada praktikum
dapat saja terjadi banyak kesalahan yang dapat saja terjadi, seperti
terlalu keras menumbuk / menghaluskan sample tanah, sehingga
terdapat banyak butiran halus berukuran lempung dan menyebabkan
hasil kurang akurat, serta kesalahan-kesalahan kecil lainnya seperti
penggilingan pada uji plastis (sampai diameter 3mm), penimbangan
sampel, dan lain sebagainya. Namun demikian hasil yang diperoleh dari
praktikum ini masih dapat ditoleransi untuk dijadikan data dengan hasil
yang merujuk pada keadaan sebenarnya dari sampel tersebut.

13

Anda mungkin juga menyukai