Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

OLEH :
KELOMPOK

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2016

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.
A Latar Belakang
B Rumusan Masalah...............................................................................................................
C Tujuan Penulisan.................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................
BAB III PENUTUP..
A. Kesimpulan
B. Saran..
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Seirama dengan derap langkah pembangunan negara dewasa ini, kita akan
memajukan industri maju dan mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialis. Proses
industrialisasi maju ditandai antara lain dengan mekanisme, elektrifikasi dan modernisasi.
Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesin-mesin, pesawat-pesawat,
instalasi-instalasi modern serta bahan-bahan berbahaya semakin meningkat. Hal tersebut
disamping memberikan kemudahan proses produksi dapat pula menambah jumlah dan ragam
sumber bahaya di tempat kerja. Di dalam hal lain akan terjadi pula lingkungan kerja yang
kurang memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang berbahaya. Masalah tersebut di atas
akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu
keselamatan dan kesehatan kerja yang merupakan salah satu bagian dari perlindungan tenaga
kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan.
B. KONSEP SALAH SATU ISTILAH
Dalam rangka memperoleh lingkungan kerja yang sehat dan mendukung proses
industri dengan berbagai teknologi yang digunakan, upaya ke arah pemeliharaan, perbaikan,
dan peningkatan kondisi lingkungan kerja menjadi penting perananya. Beberapa pengertian
yang berkaitan dengan Kesehatan dan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1

Higiene Industri (Industrial Hygiene)


a. Pengertian
Menurut Robet W. Alen, dkk (1976) dalam Rachman, dkk (1990), Industrial Hygiene
dinyatakan bahwa (1):
Industrial Hygiene is brodly concerned with the chemical and physical stresses that
may impair the health and well being of works Secara bebas higiene industri dapat
diartikan sebagai gangguan kimia dan fisika yang mungkin dapat merusak kesehatan
dan kesejahteraan karyawan. Lebih lanjut ditekankan lagi, gangguan tersebut meliputi
gangguan oleh adanya debu, kimia, cairan, gas, uap, dan kabut yang dapat
membahayakan pernafasan, kulit, paru-paru dan mata. Dimungkinkan pula gangguan
terjadi
karena
pemaparan
radiasi
pengion
dan
bukan
pengion.
Thomas J. Smith (1988) dalam Rachman,dkk (1990), mengemukakan Higiene industri
sebagai berikut (2):
Industrial hygiene is the environmental science of identifying and evaluating chemical,
and biologic hazard in the workplace and devising ways to control or eliminated
them. Secara bebas, definisi tersebut dapat diartikan bahwa higiene industri meupakan
ilmu lingkungan yang menjatidirikan dan penilaian bahaya fisika, kimia, dan biologi di
tempat kerja serta memperloh cara unruk mengawasinya atau menghilagkan bahaya

tersebut. Sumamur (1984) dalam bukunya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
mengemukakan bahwa Higiene perusahaan adalah (3):
Spesialis dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang dengan mengadakan penelitian
kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitataif dan kuantitatif dalam lingkungan
kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar
tindakan korektif dilingkungan kerja tersebut serta bila perlu pencegahan, agar pekerja
dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta
dimungkinkan mengecap denrajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sasaranya adalah
lingkungan kerja dan bersifat teknis.
Berdasarkan pengertian higiene perusahaan dari berbagai ahli, secara umum dapat
disimpulkan bahwa higiene industri atau disebut juga higiene perusahaan mempunyai
karakteistik mendasar sebagai ilmu kesehatan lingkungan yang menghususkan
garapannya untuk mengantisifasi, menjatidirikan, menegakan, menilai dan mengawasi
faktor-faktor lingkungan industri atau perusahaan yang akan atau dipengaruhi terhadap
Kesehatan masyarakat.
b. Tujuan dan Ruang Lingkup
Tujuan dari higiene industri adalah memberikan perlindungan terhadap kesehatan
tenagakerja melalui penekatan secara teknis terhadap efek samping penerapan
teknologi produksi, agar tercipta lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan
kesehatan, sehinggs terwujud tenaga kerja yang sehat, selamat, sejahtera, dan
mampu bekerja produktif dan efisien. Adapun ruang lingkup kegiatan atau aktivitas
higiene industri akan mencakup hal-hal mengenai mengantisipasi, mengenal,
mengevaluasi, dan mengendalikan
c. Prinsip dasar
Untuk penerapan higiene industri di tempat kerja suatu industri akan diperlukan
pemahaman terhadap 3 prinsip dasar yaitu :
- pengenalan terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja
- penilaian/evaluasi terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja
- pengendalian terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
pengertian dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
Secara filosofi : suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah amupun rokhaniah tenaga kerja pada khususnya manusia pada umumnya,
hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.
Secara keilmuan : Ilmu pengetauan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
B. TUJUAN K3
Sebagaimana dijelaskan dalam pengertian K3 secara filosofi bahwa K3 bertujuan untuk
menjamin kesempurnaan jasmaniah dan rokhaniah tenaga kerja serta hasil karya dan
budayanya. Oleh karena itu keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk mencegah
dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan menjamian :
1. Bahwa setiap tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja dalam keadaan
selamat dan sehat.
2. Bahwa setiap sumber produksi dipergunakan secara aman dan efesien
3. Bahwa proses produksi dapat berjalan lancar
Kondisi tersebut di atas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan termasuk kebakaran,
peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi. Oleh karena itu
setiap usaha K3 tidak lain adalah usaha pencegahan dan penanggulangan kecelakaan dan
penyakit di tempat kerja.
C. RUANG LINGKUP K3
Bertolak dari batasan hygiene industry,kesehatan,dan keselamatan kerja di atas,maka
ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja (k3) dapat di gariskan sebagai berikut :
1 Kesehatan dan keselamatan kerja di terapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja,bahaya akibat kerja dan usaha yang di
kerjakan
2 Aspek perlindungan k3 meliputi :
Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
Peralatan dan bahan yang di gunakan
Faktor-faktor lingkungan kerja
Proses produksi
Karakteristik dan sifat pekerjaan


3
4

Teknologi dan metodologi kerja.

Penerapan K3 dilaksanakan secara kholistik sejak perencanaan hingga pengelolaan


hasil dari kegiatan industri barang ataupun jasa.
Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggungjawab
atas keberhasilan usaha K3

D KETERKAITAN K3 DENGAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT & KEILMUAN


LAINNYA
Kaitan Ilmu Kesehatan & Keselamatan Kerja dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat dapat
dilihat sebagai berikut :
Pengertian paradigma sehat menurut WHO adalah sehat secara fisik, mental, social, dan
produktif. Sedangkan Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan melalui usaha pengorganisasian di masyarakat.
Masyarakat pekerja sebagai kelompok produktif yang memerlukan perhatian cukup penting
sebagai tulang punggung perekonomian keluarga dan masyarakat pada umumnya.
Kesehatan masyarakat adalah batasan keilmuan yang meliputi kesehatan lingkungan dan
kesehatan kerja. Kesehatan lingkungan sendiri merujuk pada sifat dari kondisi lingkungan yang
mempengaruhi kualitas kesehatan. Sedangkan kesehatan kerja memusatkan perhatian pada
pekerja baik di industri, pertanian, jasa, informal, dan sector lainnya. Sehingga kalau
diperlihatkan dalam diagram maka akan terlihat sebagai berikut :
Perbedaan antara Hiperkes dengan Kesehatan Masyarakat Hiperkes:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Tenaga Kerja merupakan Tujuan Utama


biasanya mengurusi golongan karyawan yang mudah didekati
efektifnya pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan periodik
yang dihadapi lingkungan kerja
terutama bertujuan meningkatkan produktivitas
dibiayai oleh perusahaan atau masyarakat tenaga kerja
perkembangan sangat pesat setelah revolusi industri
perundang-undangan berada dalam ruang lingkup ketenagakerjaan

Kesehatan Masyarakat :
1. Masyarakat umum merupakan Tujuan Utama
2. biasanya mengurusi masyarakat yang kurang mudah dicapai.
3. sulit melakukan pemeriksaan kesehatan periodik
4. yang dihadapi lingkungan umum
5. terutama bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
6. dibiayai oleh anggaran pemerintah
7. perkembangan sangat pesat setelah kemajuan dibidang Ilmu jasad-jasad renik
8. perundang-undangan berada dalam Ilmu Kesehatan

Ilmu Kesehatan dan Keselamatan kerja juga meliputi penerapan berbagai keilmuan
kedokteran, fisika, kimia, biokimia, sosial dan fisiologi. Dalam penerapan ilmu-ilmu tersebut
dikembangkan melealui disiplin ilmu higiene lingkungan kerja, toksikologi industri, gizi tenaga
kerja, ergonomi, dan penerapan prinsip-prinsip keselamatan kerja.
Dalam menciptakan suasana serta kondisi lingkungan kerja yang sehat diperlukan upayaupaya yang merupakan penerapan ilmu higiene lingkungan kerja untuk mencegah bahaya
lingkungan kerja dan masyarakatnya melalui penerapan teknologi yang sasarannya adalah
lingkungan kerja. Sedangkan sifat, cara masuk serta pencegahan dari zat-zat toksik di lingkungan
kerja memerlukan penerapan keilmuan toksikologi industri melalui pendekatan ilmu kimia,
fisika, biokimia, immunologi, immunokimia serta fisiologi. Di dalam proses pekerjaannya tenaga
kerja berhadapan dengan peralatan kerja, untuk proses adaptasi dan mencapai produktipitas
diperlukan keserasian dengan aspek-aspek fisik maka aspek suasana kerja, kepuasan kerja, serta
rasa aman dalam bekerja maka diperlukan pengembangan psikologi industri serta penerapan
aspek-aspek keselamatan kerja.
E PENDIDIKAN DAN PROFESI K3
Dalam bidang pendidikan pemerintah telah membentuk dan menyelenggarakan pendidikan
untuk menghasilkan tenaga ahli K3 pada berbagai jenjang pendidikan, misalnya :
1 Diploma III Hiperkes di Universitas Sebelas Maret
2 Strata 1 pada fakultas kesehatan masyarakat khususnya peminatan K3 di Unair, Undip,
dll. Dan jurusan K3 FKM UI
3 Strata 2 pada program pasca sarjana khususnya program studi K3, misalnya di UGM,
UNDIP, UI, Unair.
Pada beberapa diploma kesehatan semacam kesehatan lingkungan dan keperawatan
juga ada beberapa SKS dan Sub Pokok bahasan dalam sebuah mata kuliah yang khusus
mempelajari K3.
Dari bidang pendidikan tersebut maka akan lahirlah beberapa ahli yang nantinya
akan menempati profesi yang mempunyai tanggung jawab dalam memperhatikan
kesehatan dan keselamatan kerja, yang pada umumnya ahli-ahli tersebut
dipertimbangkan sebagai bagian dari manajemen. Ahli-ahli yang harus memperhatikan
kesehatan dan keselamatan kerja ini merupakan fungsi dari 2 peranan yang berbeda,
yaitu :
a. Ahli higiene industri
Ahli higiene industri perusahaan adalah seorang teknisi perusahaan atau seorang insinyur
yang telah mendapatkan pendidikan khusus dalam bidang higiene industri.
Ahli higiene industri adalah orang yang bertangungjawab terhadap higiene industri atau

kondisi lingkungan kerja, tugasnya adalah membuat atau memperbaiki kondisi lingkungan
kerja menjadi sehat dan aman dan bebas dari bahaya kerja yang dapat menyebabkan sakit
terhadap tenaga kerja. Ahli higiene industri melakukan survei tempat kerja dengan
menggunaan perlatan khusus untuk mengukur atau menilai setiap kondisi lingkungan yang
mungkin berpengaruh buruk terhadap kesehatan atau bahkan keselamatan tenaga kerja,
selanjutnya melakukan koreksi atau pengendalian tehadap bahaya yang ada yang tidak
memenuhi standar atau nilai ambang batas yang ditetapkan.
b. Ahli keselamatan kerja
Ahli Keselamatan kerja perusahaan adalah seorang teknisi perusahaan atau seorang
insinyur yang telah mendapatkan pendidikan khusus dalam bidang Keselamatan kerja.
Ahli keselamatan kerja adalah orang yang bertangung jawab terhadap keselamatan tenaga
kerja dari bahaya yang ada di tempat kerja yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan
kerja yang diderita oleh tenaga kerja. Tugasnya dari hari ke ahari menyelenggarkan fungsi
administrasi keselamatan kerja yaitu melihat atau mengamati setiap pekerjaan atau operasi
proses produksi secara dekat agar dapat mengetahui dan mengadakan perbaikan terhadap
potensi bahaya yang ada. Tujuannya adalah untukmencegah kerusakan mesin atau peralatan
atau kerusakan bahan-bahan, mengamankan agar operasi dalam proses produksi tidak sering
berhenti oleh karena adanya tenaga kerja yang menderita kecelakaan kerja, serta meniadakan
atau memperkecil biaya yang dikeluarkan oleh karena adanya tenaga kerja yang menderita
kecelakaan atau sakit akibat kerja yang timbul oleh kondisi lingkungan yang tidak memenuhi
norma yang berlaku.
Selain kedua ahli tersebut masih ada unsur lain yang merupakan tenaga ahli yang juga
memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja melalui pendekatan medis. Tenaga ahli
tersebut adalah Ahli Kedokteran Kerja di perusahaan. Ahli Kedokteran Kerja di Perusahaan
adalah seorang dokter (umum) yang bekerja di perusahaan yang tugas dan tangungjawabnya
adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada para tenaga kesehatan serta telah mendapat
pendidikan khusus dalam bidang kedokteran kerja atau hiperkes medis. Disamping itu masih
ada tenaga ahli yang membantu Ahli Hiperkes Medis yaitu paramedis atau perawat
perusahaan yaitu seorang tenaga perawat atau paramedis yang membantu tugas-tugas dokter
perusahaan dan telah mendapatkan pendidikan khusus hiperkes.
Perlu diketahui bahwa tenaga ahli yang dapat dihasilkan di pusat pendidikan di indonesia
baru Ahli Kedokteran Kerja atau Ahli Hiperkes Medis. Lulusan tersebut dihasilkan dari
program Pasca Sarjana FKUI, UGM, dan UNAIR. Sedangkan program pendidikan yang
menghasilkan tenaga Ahli Higiene Industri atau Hiperkes Teknis dan Ahli Keselamatan kerja
yang ada di Indonesia belum ada masih dalam rintisan. Ahli Higiene Industri dan Ahli
Keselamatan kerja yang ada di Indonesia umumnya lulusan luar negeri dan jumlahnya pun
masih sangat sedikit.

Adapun peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dalam K3 bila dilihat secara
keilmuan, bidang keilmuan kesehatan masyarakat merupakan bagian dari bidang ilmu
kesehatan disamping kedokteran, kedokteran gigi dan keperawatan. Profesi dokter, dokter
gigi ataupun perawat sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat luas. Sedangkan Sarjana
Kesehatan Masyarakat sebagian besar masyarakat umum belum mengenal peran dan
kedudukannya dalam upaya pembangunan bidang kesehatan. SKM memiliki kemampuan
profesional dan spesifik bidang kesehatan masyarakat, yaitu:
1) Menetapkan diagnosis kesehatan masyarakat/komunikasi yang intinya
mengenali, merumuskan, dan menyusun prioritas masalah kesehatan
masyarakat.
2) Mengembangkan program penanganan masalah kesehatan masyarakat
yang bersifat promotif dan preventif.
3) Bertindak sebagai manajer madya yang dapat berfungsi sebagai pelaksana,
pengelola, pendidik dan peneliti.
4) melakukan pendekatan masyarakat.
5) Bekerja dalam tim multidisipliner (Konsorsium ilmu Kesehatan, 1998).
Selain kompetensi yang bersifat generalis, SKM sesuai dengan tuntutan
pengguna atau pasar juga berkembang ke arah adanya sebuah khususan
atau peminatan.
Sesuai dengan fragmentasi ilmu kesehatan masyarakat yang meliputi 7 bidang
(Husin, 2003), maka umumnya dapat dikembangkan pula 7 peminatan di bidang
kesehatan masyarakat, yaitu epidemiologi, biostatistika, pendidikan kesehatan, kesehatan
lingkungan, gizi kesehatan masyarakat, administrasi dan kebijakan kesehatan, kesehatan
kerja. Dari 7 bidang peminatan yang ada, peminatan kesehatan kerja (biasanya
ditambahkan dengan keselamatan karena sangat terkait sehingga menjadi kesehatan dan
keselamatan kerja, disingkat K3) saat ini dirasakan mengalami perkembangan pesat
dikarenakan K3 merupakan salah satu aspek penting dalam mendukung keberlangsungan
proses produksi, sebagai tuntutan pasar dan berkembangnya industrialisasi.
Peluang pasar kerja da peminat K3 juga cenderung lebih banyak. Kondisi ini
sangat strategis untuk melihat peran SKM dalam upaya kesehatan kerja. SKM peminatan
K3 memiliki kemampuan profesional untuk mengidentifkasi dan memecahkan masalah
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan dan keselamatan kerja, menganalisa
permasalahan K3, melakukan fasilitasi dan mengembangkan program-program K3.
Kompetensi SKM peminatan K3 yang diharapkan adalah memiliki pola pikir integratif,
dapat menguasai dan mengembangkan konsep-konsep dasar serta pengetahuan praktis
bidang K3 dan dapat mengembangkan budaya K3 di tempat kerja dengan pendekatan
nilai budaya, humanisme dan psikososial serta diarahkan untuk menuju berbagai profesi,
misalnya sebagai safety/health specialist, konsultan, auditor dan profesi lain di bidang
K3. Dilihat dari isi mata ajaran, kompetensi SKM peminatan K3 mencakup:

1. Mampu memahami konsep umum, peran, fungsi, strategi sistem manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja secara integratif
2. Memiliki wawasan dan pemahaman mengenai pendekatan perilaku organisasi dalam
konteks keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Mampu memahami peran sentral promosi kesehatan pekerja dalam pelayanan
kesehatan kerja untuk optimalisasi kesehatan pekerja, kapasitas kerja dan kualitas
kehidupan.
4. Memahami prinsip dasar pengukuran kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Memahami esensi dasar keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja guna
pengembangan secara aplikatif.
6. Mampu memahami sumber-sumber, bentuk dan sifat hasil dari lingkungan kerja,
metoda-metoda sampling, nilai ambang batas, manajemen industri dan toksikologi
pengendalian di lingkungan kerja.
7. Mampu memahami tentang prinsip-prinsip, teknik dan penerapan unsur-unsur
manajemen risiko dan pencegahan kerugian di industri, identifikasi bahaya, analisis
probabilitas, penakaran risiko, kriteria risiko, pengendalian risiko dan manajemen
risiko.
8. Mampu memahami tentang keterkaitan antara psikologi dengan kesehatan pekerja,
dasar-dasar psikologi industri, dan teknik dasar perubahan perilaku pekerja di dalam
industri (tempat kerja).
9. Mampu memahami definisi, teori terjadinya kebakaran, (fire chearn, fire chenitry,
ignition, flame spread, fire hazard. Pemodelan ledakan dan kebakaran untuk ruang
terbuka dan tertutup, metoda identifikasi kebakaran, rekayasa pengendalian
kebakaran analisis risiko.
10. Mampu memahami mengenai ruang lingkup sistem pengelolaan keselamatan dan
kesehatan kerja, elemen-elemen pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja,
metoda implementasi audit.
11. Mampu memahami mengenai ruang lingkup sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja. Dibahas elemen-elemen manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja, juga metoda implementasi audit.
12. Mampu memahami mengenai upaya penyerasian pekerjaan/kondisi kerja terhadap
pekerja, prinsip-prinsip dasar ergonomi dan aplikasinya bagi keselamatan dan
keseahatan kerja.
13. Mampu memahami mengenai pengertian hukum dan perundang-undangan, proses
pembuatan dan penerapan. Dibahas juga latar belakang serta berbagai hambatan
penerapan hukum dan perundang-undangan kesehatan kerja.
14. Mampu memahami mengenai prinsip-prinsip dan metoda penelitian masalah
kesehatan kerja dengan pendekatan epidemiologi. Hubungan pekerjaan dan
kesehatan,
persyaratan,
pengukuran,
disain
studi
serta
berbagai
persyaratanmetodologi. Mampu memahami tentang konsep, metoda dan program
analisis risiko keselamatan kerja, analisis pemaparan yang merupakan bagian dari
analisis risiko kesehatan kerja.

15. Mampu memahami dan melakukan studi di industri/institusi/rumah sakit dan LSM,
untuk mendapatkan gambaran/implementasi program keselamatan dam kesehatan
kerja di industri/institusi, baik dalam aspek organisasi manajemen maupun dalam
perencanaan, implementasi, evaluasi dan monitoring.
Jadi peran SKM dalam berbagai bentuk upaya kesehatan masyarakat, diantaranya
adalah sebagai pelaksana lapangan, pendidikan, penyuluhan kesehatan masyarakat,
pembangunan model, pengelolaan kesehatan masyarakat, pengelola dan pengendali
upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya kesehatan
masyarakat seperti diuraikan di atas dapat dilakukan melalui berbagai upaya atau
program-program. Untuk melaksanakan upaya tersebut dibutuhkan sejumlah profesi,
seperti dokter, perawat, ahli higiene kerja, ahli toksikologi, ahli ergonomi, ahli
epidemiologi dan ahli keselamatan (Harrington & Gill, 2005).
SKM peminatan K3 khususnya dapat diberdayakan dan dikembangkan untuk
menempati profesi seperti ahli higiene kerja, ergonomi dan ahli keselamatan. Dilihat dari
tugas pokok kesehatan kerja dan bentuk pengendalian bahaya kesehatan, tenaga SKM
mempunyai kompetensi yang sangat sesuai karena tenaga SKM dirancang untuk
melakukan tugas pokok atau upaya-upaya yang bersifat promosi, perlindungan dan
pencegahan. Selain itu kemampuan sebagai leader, pengelola program diharapkan akan
lebih mengoptimalkan upaya kesehatan kerja.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rokhaniah tenaga kerja pada khususnya
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan
makmur. Ilmu pengetauan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
K3 bertujuan untuk menjamin kesempurnaan jasmaniah dan rokhaniah tenaga kerja serta
hasil karya dan budayanya. Oleh karena itu keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk
mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
B. SARAN

Sumber :
1. Denny Hanifa Maher. 2001. Pengantar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Modul Mata
Kuliah Pengantar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2. Harrington, JM, Gill, FS, 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Alih Bahasa Sudjoko
Kuswadji. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Rachman,dkk .1990. Pedoman Studi Hiperkes pada Institusi Pendidikan Tenaga
Sanitasi.Jakarta : Depkes RI Pusdiknas
4. Riyadi Selamat .2007. Peran SKM dalam UKK. www.binakesehatankerja.com. diakses
tanggal 16 mei 2008.
5. Setiyabudi
Ragil. Kesehatan
dan
Keselamatan
kerja
di
lingkungan
Industri.http://www.blogger.com/feeds/2174074575745305118/posts/default . diakses
tanggal 16 mei 2008
6. Soeripto M, 2008. Higiene Industri. Jakarta : FKUI
7. Suardi Rudi.2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
penerbit PPM
8. Sugandi Didi. 2003. Keselamatan Kerja.Bunga Rampai Hiperkes & KK.Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponogoro

9. Sumamur P.K.1967. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta : PT Toko Gunung


Agung.
10. Sumamur P.K.1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.Jakarta : PT Toko
Gunung Agung

Anda mungkin juga menyukai