Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anemia pada ibu hamil adalah suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin Ibu kurang dari 11 gr% pada kehamilan trimester I dan III dan
<10,5gr% pada trimester II (Sharma,dkk., 2010; Rigby,2015).
Di dunia prervalensi anemia pada ibu hamil mencapai 38% (WHO,
2011). Di Indonesia memperlihatkan 37% ibu hamil mengalami anemia
(Kemenkes, 2013), di RS.Anutapura Palu pada tahun 2016 bulan januarimaret sebanyak 30 % mengalami anemia (RSU. Anutapura, 2016).
Anemia pada ibu hamil dapat berakibat buruk pada ibu yakni terjadinya
hipoksia, persalinan prematur, gagal jantung dan kematian maternal.
Selain berakibat pada ibu, hal tersebut juga dapat berakibat buruk pada
janin dan bayi yakni terjadinya abortus, bayi lahir prematur, intra uterin
fetal death, dan bayi berat lahir rendah (Reveiz et al, 2007; Sharma,2010).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram yang ditimbang 1 jam setelah
lahir (IDAI, 2009; Muchemi,dkk. 2010).
Prevalensi bayi berat lahir rendah di dunia sebnyak 20% dari lebih 20
juta kelahiran dan lebih sering terjadi di negaranegara berkembang atau
sosio-ekonomi rendah (WHO, 2014). Di Indonesia pada tahun 2013
sebanyak 10,2% dengan prevalensi bervariasi di setiap provinsi,
prevalensi terendan yaitu sumatera utara 7,2% dan Sulawesi Tengah
16,9% (Kemenkes 2013). Di RS.Anutapura Palu pada Tahun 2014
sebanyak 15% dari seluruh kelahiran dengan kermatian 13,9% dari
seluruh bayi BBLR. (RS.Anutapura, 2015 ).
Bayi Berat Lahir Rendah memiliki resiko untuk mengalami berbagai
macam penyakit, diantaranya infeksi, aspirasi mekonium, hipoglikemia,

asfiksia, dan perdarahan masif paru (Wiknjosastro, H. 2007) dengan


resiko kematian 35 kali dibanding dengan bayi berat lahir normal
(WHO.2014).
Hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan terjadinya BBLR yang
menjelaskan pada keadaan anemia metabolisme pada ibu maupun janin
terganggu serta pembelahan selpun terganggu sehingga mengganggu
pertumbuhan janin yang mengakibatkan terjadinya BBLR (Guyton, 2008;
Yuliana, 2009).
B. Rumusan Masalah
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di dunia
terutama di negara berkembang seperti Indonesia termasuk kota Palu
karena tingginya angka kejadiannya serta pada bayi dengan BBLR
memiliki resiko kesakitan dan kematian yang tinggi pada masa neonatus
maupun bayi. Oleh karena itu untuk mengurangi angka kesakitan dan
kematian pada masa neonatus dan bayi, maka status keshatan dan gizi
ibu semasa kehamilan perlu diperhatikan dan diperbaiki, salah satu
indikatornya anemia pada ibu hamil yang angka kejadiannya juga tinggi.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu diteliti apakah ada hubungan
Anemia pada Ibu hamil dengan Berat Bayi Lahir Rendah yang
dilahirkannya di Rumah Sakit Anutapura Palu Tahun 2016.

C. Pertanyaan Penelitian
1. Berapakah angka kejadian anemia pada ibu hamil yang melahirkan di
bagian kebidanan Rumah sakit Anutapura Palu pada tahun 2016?
2. Berapakah angka kejadian bayi berat lahir rendah di bagian
kebidanan Rumah sakit Anutapura Palu pada tahun 2016?
3. Apakah ada hubungan anemia ringan pada ibu hamil dengan bayi
berat lahir rendah yang dilahirkannya di bagian kebidanan RS
Anutapura Palu pada tahun 2016?
D. Hipotesis

Ada hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian bayi
berat lahir rendah yang dilahirkannya di bagian kebidanan rumah sakit
anutapura Palu.
E. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan
bayi berat lahir rendah yang dilahirkannya di bagian kebidanan rumah
sakit Anutapura Palu.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui angka kejadian anemia pada ibu hamil yang
melahirkan di bagian kebidanan Rumah Sakit Anutapura Palu.
2. Untuk mengetahui angka kejadian bayi berat lahir rendah yang lahir di
bagian kebidanan Rumah Sakit Anutapura Palu.
3. Untuk mengetahui hubungan anemia pada ibu hamil dengan bayi berat
lahir rendah yang dilahirkannya di bagian kebidanan Rumah Sakit
Anutapura Palu.

F. Manfaat Penelitian
a. Untuk Pengembangan Ilmu
1. Bagi penulis/ peneliti
Menambah wawasan penulis khususnya tentang hubungan anemia
pada ibu hamil dengan bayi berat lahir rendah serta pengalaman dan
menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah di Fakultas
Kedokteran Universitas Al-khairaat Palu.
2. Institusi pendidikan kesehatan
Untuk informasi ilmiah sebagai bahan pembelajaran dan Sebagai
bahan rujukan penelitian yang akan datang.

b. Untuk Penggunaan
1. Untuk tempat pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan dalam
melaksanakan

program

promosi

pelayanan

kesehatan

khususnya

berkaitan dengan pencegahan bayi berat lahir rendah dan komplikasinya.


2. Untuk Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
masyarakat akan pentingnya gizi ibu selama masa kehamilan khususnya
dalam pencegahan anemia pada ibu hamil terhadap bayi berat lahir
rendah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Anemia pada Ibu Hamil
a. Definisi Anemia pada Ibu Hamil
Anemia pada ibu hamil adalah suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin (Hb) ibu hamil <11 gr% pada trimester I dan III dan <10,5 gr%
pada trimester II. (Prawirohardjo,2008, Sharma & Shankar, 2010,
Rigby,2015).
b. Klasifikasi Anemia pada Ibu Hamil
Anemia pada ibu hamil diklasifikasikan berdasarkan derajat keparahan
(Sharma, 2010) :
1)
2)
3)
4)

Anemia ringan yaitu ibu dengan kadar Hb 10,0-19,9 g/dl.


Anemia sedang yaitu ibu dengan kadar Hb 7,0-10,0 g/dl.
Anemia berat yaitu ibu dengan kadar Hb <7 g/dl.
Anemia sangat berat yaitu ibu dengan kadar Hb <4 g/dl.

c. Epidemiologi Anemia pada Ibu Hamil


Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan,
baik di negara maju maupun negara berkembang dengan perbandingan
35 75% ibu hamil di negara berkembang dan 18% ibu hamil di negara
maju (Prawirohardjo,2008). Di Amerika Utaran prevalensi wanita hamil
dengan anemia sebanyak 17% dan di Asia Selatan sampai Tenggara
sebanyak 52% (WGO,2011). Di dunia wanita hamil dengan anemia
mencapai 12.312.000 dari 32.400.000 ibu hamil atau 38% ibu hamil
mengalami anemia (WHO, 2015),
Tabel. 1 Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil di Dunia
No
Penulis
1
WHO
2. WBG
3. WBG

Tahun
Lokasi
2011
Seluruh dunia
2011
Amerika Utara
2011
Asia Selatan

Prevalensi
38%
17%
52%

Tenggara
Di Indonesia Dari hasil Riset Keshatan Dasar (2013) secara nasional,
proporsi 1 tahun anemia pada populasi ibu hamil berkisar 37,1% dari
seluruh ibu hamil (Depkles, 2013). Sedangkan berdasarkan data yang
tercantum pada World development indikators prevalensinya sebnyak
30%.
Tabel 2. Prevalensi Kejadian Anemia di Indonesia
No
Penulis
1. WBG
2. Kemenkes

Tahun
Lokasi
2011
Indonesia
2013
Indonesia

Prevalensi
30%
37%

Grafik di bawah menunjukan angka kejadian anemia pada ibu hamil


yang melahirkan di RS.Anutapura Palu mengalami fluktuasi tiap bulan
pada tahun 2016, bulan januari terhitung 28 kasus dari 89 ibu hamil, pada
bulan ferbuari 37 kasus dari 112 ibu hamil, dan pada bulan maret
sebanyak 21 dari 77 ibu hamil.

Anemia pada ibu hamil


35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
Januari

Ferbuari
Anemia pada ibu hamil

Maret

Gambar 1. Anemia pada ibu hamil di RS.Anutapura Palu tahun 2016 bulan
Januari Maret ************
RSU.Anutapura Palu 2016
d. Penyebab Anemia pada Ibu Hamil
Penyebab tersering anemia pada ibu hamil adalah kekuranga zat besi
akibat asuspan yang tidak memadai selama kehamilan dan penyerapan
yang tidak baik. Selain kekurangan zat besi anemia juga dapat
diakibatkan infeksi, kekurangan zat gizi (folat dan vitamin B12, A dan C),
dan kondisi genetik seperti talasemia (WHO, 2015; Simanjuntak,2008).
e. Patofisiologi Anemia pada Ibu Hamil
Kebutuhan oksigen pada kehamilan lebih tinggi sehingga memicu
peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah
dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume
plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin
(Hb) dan hematokrit (Hct) akibat hemodilusi, namun tidak mempengaruhi
mean corpuscular volume (MCV) atau volume rerata eritrosit yang
menandakan ukuran eritrosit. (Reveiz et al,2007, Prawirohardjo,2008,
Kozuma,2009, Rigby,2015)
Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologik
kehamilan. Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit.
Konsentrasi

hemoglobin darah, dan hitung eritrosit, tetapi tidak

menurunkan jumlah absolute Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. (Reveiz et


al,2007, Prawirohardjo,2008, Kozuma,2009,)
Selain secara fisiologik, anemia pada ibu hamil paling sering
disebabkan oleh defisiensi zat-zat nutrisi. Hal ini disebabkan adanya
peningkatan kebutuhan nutrisi selama kehamilan. Penyebab mendasar
anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup, absorpsi yang tidak
adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang berlebihan,
dan kurangnya utilisasi nutrisi hematopoietik. Sekitar 75% anemia dalam

kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi. (penyebab tersering kedua


adalah anemia megaloblastik yang disebabkan oleh defisiensi asam folat
dan defisiensi vitamin B12. Penyebab anemia lainnya yang jarang ditemui
antara lain proses inflamasi, hemolitik, dan non-nutrisional seperti penyakit
kronis, anemia aplastik dan keganasan. (Reveiz et al,2007, Prawirohardjo,
2008, Kozuma,2009, Sharma & Shankar, 2010)
f. Faktor Resiko Terjadinya Anemia Pada Kehamilan *****************
1) Umur Ibu
Ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang berumur 20 35 tahun
yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun
atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena
akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun
janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu
mengalami anemia (Amiruddin, 2007).
2) Paritas
Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko 1.454 kali lebih besar
untuk mengalami anemia dibanding dengan paritas rendah. Adanya
kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka
akan semakin tinggi angka kejadian anemia (Herlina, 2006).

3) Kurang Energi Kronis (KEK)


Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara

untuk

mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS).
Pengukuran LILA tidak Dapat digunakan untuk memantau perubahan
tatus gizi dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
dapat digunakan untuk tujuan penapisan status gizi Kurang Energi Kronis
(KEK). ibu hamil kek adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA<23.5

cm. Deteksi KEK dengan ukuran LILA yang rendah mencerminkan


kekurangan energi dan protein dalam intake makanan sehari hari yang
biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi.
Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK berpeluang
untuk menderita anemia (Darlina, 2003).
4) Infeksi Dan Penyakit
Infeksi dan penyakit zat
mempertahankan daya

tahan

penyakit. Menurut penelitian,


kadar sel darah putih

besi merupakan unsur


tubuh

agar

penting

dalam

tidak mudah terserang

orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki

(untuk melawan bakteri) yang rendah pula.

Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh


akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah
pascabedah

atau

karena

kecelakaan,

menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi

(infeksi cacing tambang, malaria, TBC) (Anonim, 2004).


5) Jarak Kehamilan
Proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas 1 3
anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2
tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak
kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat
untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi
sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko
terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil
pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya
(Amirudin, 2007)
6) Pendidikan

10

Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia


yang diderita masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak dijumpai
di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan
dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan
pendidikan dan tingkat social ekonomi rendah (Manuaba, 2010). Menurut
penelitian Amirrudin dkk (2007),

faktor

yang

mempengaruhi status

anemia adalah tingkat pendidikan rendah.


g. Gambaran Klinik Anemia
Menurut WHO, anemia dikategorikan sebagai berikut: (1) anemia
ringan (Hb 10 10,9 g/dL) ; (2) anemia sedang (Hb 7.0 9,9 g/dL) ; (3)
anemia berat (Hb < 7,0 g/dL).

Umumnya anemia ringan tidak

menimbulkan gejala. Gejala akan nampak pada anemia sedang hingga


berat. (Reveiz et al,2007; Sharma, 2010)
1) Gejala : (Reveiz, 2007; Sharma, 2010)
a) anemia ringan : asimtomatik
b) anemia sedang : lemah, kurang energi, letih, pusing, anoreksia
c) anemia berat : palpitasi, takikardi, dispnea, gagal jantung
2) Tanda : (Reveiz et al,2007; Prawirohardjo, 2008; Kozuma, 2009;
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

Sharma, 2010)
Pallor
Stomatitis
Glositis (anemia defisiensi asam folat)
Gingivitis (anemia defisiensi asam folat)
Diare (anemia defisiensi asam folat)
Takikardi
Dispneu pada anemia berat
Murmur sistolik di aera mitral yang disebabkan sirkulasi hiperdinamik

h. Diagnosis Anemia pada Ibu Hamil ******


1) Anamnesis (Simanjuntak, N.A.,2008, sharma 2010) :
a) cepat lelah
b) cering pusing
c) mata berkunang-kunang
d) keluhan mual muntah lebih hebat dari saat hamil mudah
2) Pemeriksaan Fisik

11

Pada anemia ringan jarang ditemui tanda secara fisik namun untuk
keadaan anemia yang lebih berat dapat dijumpai pucat pada konjungtiva
(kunjungtiva anemis) dan palpebra inferior, glositis, stomatitis, dan udema
(Kartikasari, N.D.,2010; Sharma, 2010).
3) Laboratorium.
Untuk pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan Hb minimal
dua kali sealama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester III yang
dapat dilakukan dengan pemeriksaan menggunakan metode Sahli dengan
interpretasi (Simanjuntak, N.A.,2008) :
a) 11,0 g% disebut tidak anemia
b) 9,0 g% - 10,9 g% disebut anemia ringan
c) 7,0 g % - 8,9 g% disebut anemia sedang
d) <7,0 g% disebut anemia berat
i. Komplikasi Anemia Ibu Hamil pada Janin-Bayi, dan Ibu Hamil itu
Sendiri
2)
a)
b)
c)
d)
3)

Bagi Ibu (Reveiz et al,2007, Sharma & Shankar,2010)


Hipoksia
Persalinan prematur
Gagal jantung
Kematian maternal
Bagi Janin dan bayi (Reveiz et al, 2007, Prawirohardjo, 2008,

a)
b)
c)
d)
e)
f)

Kozuma, 2009, Sharma & Shankar,2010)


Abortus
Bayi lahir prematur
Intrauterine fetal death (IUFD)
Bayi berat lahir rendah (BBLR)
Mortalitas perinatal
Neural tube defect akibat anemia defisiensi asam folat

j. Prognosis Anemia pada Ibu Hamil dan Janin / Bayi


Umumnya prognosis baik pada anemia ringan hingga sedang jika
diberikan penanganan yang tepat dan tidak ada penyakit yang mendasari.
Namun pada anemia berat didapatkan prognosis buruk baik bagi ibu
maupun janin. (Reveiz et al, 2007; Kozuma, 2009; Harper,2015)

12

k. Pengendalian Anemia pada Ibu Hamil


Anemia pada ibu hamil dapat dicegah dengan pemantauan kesehatan
dan anjuran-anjuran mengenai pola hidup sehat melalui Antenatal Care
dengan jumlah kunjungan minimal 4 kali yaitu kunjungan pertama antara
minggu ke 8-12, kunjungan kedua antara minggu ke 24-26, kunjungan
ketiga

minggu

ke

32

dan

keempat

antara

minggu

ke

36-38

(Lincetto.O.dkk,2010). Khusus untuk pencegahan anemia pada ibu hamil


dilakukan dengan meningkatkan asupan gizi ibu seperti mengkonsumsi
makanan tinggi zat besi dan asam folat seperti protein hewani (ikan tuna,
daging sapi dan telur) dan protein nabati (kacang-kacangan, sayuran
hijau, dan buah-buahhan), serta buah-buahan segar tinggi akan vitamin C
yang membantu penyerapan besi. Pemberian suplemen juga dapat
diberikan dengan anjuran 60mg/hari untuk zat besi selama 6 bulan dan
sedikitnya 400 g/hari untuk asam folat (Prawirohardjo,2008; Simanjuntak,
2008).

2. Pertumbuhan Janin
a. Defenisi
Pertumbuhan janin adalah perubahan yang ditandai dengan pola-pola
sekuensial pertumbuhan, diferensiasi, dan maturasi jaringan serta organ
yang ditentukan oleh substrat ibu, transfer substrat melalui plasenta, dan
potensi pertumbuhan janin yang dikendalinkan oleh genom atau sering
disebut faktor genetik (Destuti, H.,2010).
b. Fase Pertumbuhan Janin
Pertumbuhan janin dibagi menjadi tiga fase pertumbuhan sel yang
berurutan yaitu :

13

1) fase awal hiperplasia terjadi selama 16 minggu pertama dari


kehamilan dan ditandai oleh peningkatan jumlah sel secara cepat.
2) fase kedua, yang berlangsung sampai minggu ke-32, meliputi
hiperplasia dan hipertropi sel.
3) fase ketiga atau setelah usia gestasi 32 minggu, pertumbuhan janin
berlangsung melalui hipertrofi sel dan pada fase inilah sebagian besar
deposisi lemak dan glikogen terjadi.
Laju pertumbuhan janin yang setara selama tiga fase pertumbuhan sel ini
adalah dari 5 g/hari pada usia 15 minggu, 15-20 g/hari pada minggu ke24, dan 30-35 g/hari pada usia gestasi 34 minggu (Destuti, H.,2010).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin


Faktor keturunan atau bawaan menentukan cepat pertumbuhan,
bentuk
janin, diferensiasi dan fungsi organ-organ yang dibentuk. Akan tetapi
makanan yang disalurkan oleh ibunya melalui plasenta (ari-ari) mempuyai
peranan yang sangat penting untuk menunjang potensi keturunan ini
(Destuti, H.,2010).
Gizi ibu yang kurang atau buruk pada waktu konsepsi atau sedang
hamil muda dapat menyebabkan kematian atau cacat janin. Diferensiasi
terjadi pada trimester pertama hidupnya janin, hingga kekurangan zat
tertentu yang sangat dibutuhkan dalam proses diferensiasi dapat
menyebabkan tidak terbentuknya suatu organ dengan sempurna, atau
tidak dapat berlangsungnya kehidupan janin tersebut. Pertumbuhan cepat
terjadi terutama pada trimester terakhir kehamilan ibu. Maka kekurangan
makanan dalam periode tersebut dapat menghambat pertumbuhannya,
hingga bayi dilahirkan dengan berat dan panjang yang kurang daripada
seharusnya (Destuti, H.,2010).
d. Kebutuhan Nutrisi dan pengaruhnya terhadap Ibu dan Janin

14

Kebutuhan fetus yang terbesar terjadi selama trimester terakhir


kehamilan, berat fetus bertambah hampir dua kali lipat selama dua bulan
terakhir kehamilan. Biasanya ibu tidak mengabsorpsi cukup protein,
kalsium, fosfat, besi, dan vitamin dari dietnya selama trimester akhir
kehamilan untuk menyuplai kebutuhan ekstra fetus. Seorang wanita
dewasa normal memiliki 2.000 mg besi di tubuh yang 60-70% berada
dalam eritrosit, sedangkan sisanya disimpan dalam hati, limpa, dan
sumsum tulang. Pada saat hamil, kebutuhan besi meningkat sebanyak
50% atau lebih kurang 1.000 mg, kebutuhan tersebut terdiri dari 300 mg
untuk
janin dan plasenta, 500 mg untuk meningkatkan maternal, dan 200 mg
untuk kompensasi terhadap ekskresi (Guyton, 2007; Kozuma, 2009).
Sehingga pada ibu hamil yang pada dietnya kurang kandungan besi
biasanya mudah mengalami anemia hipokrom termaksut janin di
dalamnya yang akan mempengaruhi metabolisme janin dan ibu. Contoh
selain besi yaitu vitamin D, karena dibutuhkan pada saluran pencernaan
untuk absorsi kalsium untuk kebutuhan mempertahankan tulang ibu dan
pembentukan tulang janin. Kebutuhan makro maupun mikro nutrisi pada
ibu hamil akan terpenuhi bila kandungan pada diet ibu hamil mencukupi
sesuai tabel berikut (Guyton, 2007; yuliana, 2009) :
Tabel 3. Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil (Prawirohardjo S., 2009)
Nutrisi
Makronutrisi
Kalori (Kcal)
Protein (g)
Mikronutrisi
Vitamin larut dalam lemak
A (g RE)
D (g)
E (mg TE)
K (g)
Vitamin larut dalam air

2500
60
800
10
10
65

15

C (mg)
Folat (g)
Niasin (mg)
Riboflavin (mg)
Tiamin (mg)
Piridoksin B6 (mg)
Kobalamin (g)
Mineral
Kalsium (mg)
Fosforus (mg)
Iodine (g)
Iron (mg)
Magnesium (mg)
Zinc (mg)

70
400
17
1,6
1,5
2,2
2,2
1.200
1.200
175
30
320
15

e. Akibat Pertumbuhan dan Perkembangan Janin Terganggu


Janin yang pertumbuhan dan perkembangannya terganggu akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya kesakitan bahkan kematian pada
janin baik dalam kandungan maupun yang akan dilahirkan. Resiko
kesakitan jangka pendeknya yaitu hipoglikemia, hipokalsemia, hipotermia,
polisitemia, necrotizing enterocolitis dan hipertensi paru, untuk jangka
panjangnya memungkinkan untuk terjadi penyakit jantung iskemik, stroke
hipertensi, Non-Insulin Dependent Diabete (Visentin,S.,2012).

3. Berat Bayi Lahir Rendah


a.
Definisi Bayi Lahir Rendah
Berat Bayi Lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu satu
jam setelah lahir. Normalnya bayi dilahirkan setelah 37-41 usia gestasi
dengan berat normal rata-rata 3000-4000 gram, sedangkan bayi dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram digolongkan sebagai Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) tanpa memandang masa gestasi (IDAI 2008; Wardlaw
2004; Muchemi,dkk. 2010).

16

b. Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah


Bayi berat lahir rendah dibagi sesuai dengan berat lahir tanpa
memandang masa gestasi, sebagai berikut (Muchemi,dkk. 2015) :
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah berat lahir 1500 gram sampai
2500 gram.
2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) / Very Low Birth Weight
(VLBW) Infant adalah berat lahir 1000 gram sampai 1500 gram.
3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) atau extremely low birth
weight (ELBW) Infant adalah berat lahir kurang dari 1000 gram.
c. Epidemiologi Bayi Berat Lahir Rendah
Prevalensi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) diperkirakan mencapai
20% dari seluruh kelahiran di dunia yang mewakili lebih dari 20 juta
kelahiran pertahunnya. Prevalensi untuk setiap negara sangat bervariasi
Secara statistik menunjukkan ni benua Asia Selatan prevalensinya 28%
dari seluruh bayi lahir sedangkan di Amerika Latin 9%. Sedangkan untuk
resiko kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat
lahir lebih dari 2500 gram (WHO, 2014).
Tabel 4. Prevalensi BBLR di Dunia
No
.
1.
2.
3.

Penulis
WHO
WHO
WHO

Tahun
2014
2014
2014

Lokasi

Prevalensi

Dunia
20%
Asia Selatan 28%
Amerika Latin 9%

Di Indonesia daari Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010


menunjukan angka kejadian bayi berat lahir rendah sebesar 11,1%,
kemudaian pada tahun 2013 didapatkan prevalensinya mengalami
penurunan menjadi 10,2% dengan variasi yang mencolok untuk tiap

17

provisnsi, prevalensi terendaah yakni di Profinsi Sumatra Utara 7,2% dan


yang tertinggi di Sulawesi Tengah 16,9% (Kemenkes, 2013). Penurunan
dari tahun 2010 ke 2013 dianggap masih merupakan masalah apabila
prevalensinya 5%. (Depkes, 2003).
Tabel 5. Prevalensi BBLR di Indonesia
No

Penulis

.
1.
2.
3.
4.
5.

IDAI
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes

Tahun
2009
2010
2013
2013
2013

Lokasi
Iindonesia
Indonesia
Indonesia
Sumut
Sulteng

Prevalensi
15-30%
11,1%
10,2%
7,2%
16,9%

Angka kejadian BBLR di RS.Anutapura Palu tahun 2012 berkisar 361


kasus dengan jumlah kematian 21 bayi, tahun 2013 berkisar 303 kasus
dengan jumlah kematian 42 bayi, dan tahun 2014 berkisar 325 kasus
dengan jumlah kematian 7 bayi (RS.Anutapura Palu, 2015).

25%

20%

15%

10%

5%

0%
2012

2013
BBLR

2014
Column1

18

Gambar 3. Jumlah kasus BBLR dari seluruh bayi lahir (warna biru) dan
kematian pada BBLR (warna orange) di RSU Anutapura Palu tahun 2012,
2013, dan 2014
RSU. Anutapura Palu 2015

d. Patofisiologi

19

Rokok
Asap

Nikotin

Status Gizi

Radikal bebas
Katekolami
Vasokontrik
si pembuluh
darah

Kerusakan
endotel
Vasokonstriktor
Hiperten

Teratogenik

Suplai
makanan

Sel
mengalami
kematian

Oksigenatus

Gangguan
metabolis

Defisien
si Zat

Defisien
si folat

Anemia

Nutrien pertumbuhan
Ekspresi gen fetus

Gangguan Pertumbuhan fetus

BBLR

Gambar 4. Patofisiologi BBLR (Sumber: Pediatricinfo)


Pada gambar 1 di atas dapat dijelaskan secara singkat bahwa status
gizi yang kurang, radikal bebas dan oksidan yang terkandung dalam asap
rokok dapat mengakibatkan gangguan metabolisme sehingga terjadi
defisiensi

folat

dan

zat

besi

yang

mengakibatkan

pembentukan

Hemoglobin tidak maksimal sehingga terjadi anemia dan ekspresi gen

20

fetus terganggu. Nikotin dan adikal bebas juga dapat mengakibatkan


terjadinya

hipertensi

mengakibatkan

karena

kerusakan

karena

endotel

radikal
dan

bebas

penurunan

dan

oksidan

vasokonstriksi

pembuluh darahdan nikotin melalui mekanisme peningkatan katekolamin


mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah. Hipertensi dan anemia
yang terjadi mengakibatkan penurunan oksigenasi pada fetus. semua hal
tersebut

mengakitban

gangguan

perkembangan

fetus,

gangguan

perkembangan fetus juga dapat diakibatkan teratogenik akibat kematian


sel pada janin yang semuanya

mengakibatkan terjadinya

BBLR

(Yuliana.2009).

e. Faktor Resiko Bayi Berat Lahir Rendah


Bayi Berat Lahir Rendah dapat dipengaruhi oleh multi faktor baik
gabungan maupun tunggal. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor maternal
(ibu), faktor Janin, dan faktor lingkungan. Ketiga faktor ini masih menjadi
masalah, terutama faktor khususnya anemia defisensi Haemoglobin.
1) Faktor maternal (Ibu)
a) Faktor Demografi :
Faktor demografi meliputi pendidikan, pengetahuan tentang gizi, dan
sosial ekonomi. Faktor-faktor tersebut saling berhumbungan yakni
semakin tinggi tinggkat pendidikan ibu maka akan semakin banyak
informasi untuk mencegah terjadinya BBLR misalkan pengetahuan
tentang gizi yang sesuai dan seimbang untuk kebutuhan janin dan ibu
dengan sokongan keadan sosial dan ekonomi. Serta melalui perawatan
antenatal yang dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan pada trimester
pertama sampai trimester ketiga, Sehingga dapat menurunkan resiko
kesakitan pada saat menjelang kehamilan baik pada ibu maupun pada
anak

(Setyowati.2004,

Haslinda.2012) .

Hanifah.2009,

Abdoerrachman.2007,

21

b) Faktor Kesehatan :
(1) Usia
Kelahiran BBLR lebih tinggi pada ibu muda dengan kehamilan
pertama berusia kurang dari 20 tahun. Hal ini terjadi karena mereka belum
matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien
wanita

dewasa.

Pada

ibu

yang

tua

meskipun

mereka

telah

berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai


menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterin dan dapat
menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama
kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita
yang berusia kurang dari usia 20 sampai lebih dari usia 35 tahun (M.Anik.
2013, Setyowati T., 2004).
(2) Paritas
Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah
kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak
kesehatan yang ditimbulkan adalah kejadian BBLR. Anak lebih dari 4
dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena
keadaan rahim biasanya sudah melemah (H. Wiknjosastro, dkk. 2010,
M.Anik. 2013)
(3) Penyakit Penyerta
(a) Anemia
Zat besi penting untuk mengkompensasi peningkatan volume darah
yang terjadi selama kehamilan dan asam folat serta makro pretein seperti
globin yang merupakan protein pembentuk sel darah merah, untuk
memastikan

pertumbuhan

dan

perkembangan

janin

yang

akurat.

Kebutuhan zat-zat tersebut meningkat selama kehamilan. Seiring dengan


pertumbuhan janin kebutuhan zat besi yang meningkat selama kehamilan

22

dapat diperoleh dengan minum tablet tambah darah dan mengkonsumsi


makanan yang cukup dan seimbang. Makanan yang banyak mengandung
zat besi antara lain daging terutama hati dan jeroan, telur, polong kering,
kacang tanah, kacang-kacangan dan sayur-sayuran berwarna hijau
(WHO, 2003, Hanifah L. 2009, Malilah. 2008)
(b) Pre eklamsia dan eklamsia
Pre eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan, sedangkan eklamsia
adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan yang ditandai
dengan kejang dan koma. Kedua kondisi tersebut dapat mempengaruhi
plasenta dan uterus karena aliran darah ke plasenta menurun sehingga
terjadi gangguan fungsi plasenta Waldo E.,1999, A. Zubaidah. 2005).
(c) Status Gizi
Faktor status gizi kurang pada saat hamil sangat berpengaruh
terhadap

kejadian

BBLR

karena

bayi

yang

dikandungnya

sulit

mendapatkan nutrisi untuk pertumbuhan diintrauterin. Kekurangan gizi


pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,
cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam
kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Indikator lain untuk
mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LLA. LLA
adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan
indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk
melahirkan anak dengan BBLR (Hanifa L.,2009, Depkes RI. 2008).
(4) Faktor Kebiasaan :
(a) Perokok
Penelitian yang dilakukan oleh BMA Tobacco Control Resource Centre
menunjukkan bahwa ibu yang merokok selama kehamilan memiliki risiko
melahirkan BBLR sebesar 1, 5-9, 9 kali dibandingkan dengan berat badan

23

lahir bayi dari ibu yang tidak merokok. Kondisi BBLR sangatlah
merugikan. Bayi dengan kondisi BBLR sering disertai dengan komplikasi,
antara lain: sindrom gangguan pernapasan idiopatik, pneumonia aspirasi,
perdarahan

intraventrikuler,

hiperbilirubinemia,

sindrom

aspirasi

mekonium, hipoglikemia simtomatik, dan asfiksia neonatorum. Bahkan,


bayi dengan BBLR merupakan salah satu penyebab utama kematian
perinatal. Angka kematian perinatal pada bayi BBLR lebih daripada 2 kali
angka kematian bayi normal (Yuliana. 2009).
(b) Pengguna obat-obatan
Masalah utama adiksi narkoba dalam kehamilan adalah efek samping
obat terhadap perkembangan janin. Pengaruh yang merugikan ini bisa
pengaruh langsung dari obat tersebut melewati plasenta menimbulkan
efek pada sel embrio, bisa juga dari pengaruh tidak langsung dengan
mempengaruhi perfusi plasenta dan oksigenasi janin. Intensitas dari efek
obat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain jenis obat, frekuensi
pemakaian, efek terhadap aliran darah plasenta, efek terhadap jaringan
janin, waktu pemakaian dalam kehamilan (Limoa Riyani. 2013).
2) Faktor Janin
a) Gameli
Gameli adalah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Berat
badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan dari pada janin pada
kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama (Abdoerrachman,
dkk. 2007).
b) Hidramnion
Hidramnion yaitu keadaan dimana banyaknya air ketuban melebihin
2000 cc, pada keadaan normal banyaknya air ketuban dapat mencapai
1000 cc untuk kemudian menurun lagi. Hidramnion dianggap sebagai
kehamilan resiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak. Pada

24

hidramnion menyababkan uterus regang sehingga dapat menyebabkan


partus (Manuahba. 2006).
3) Faktor Lingkungan
a) Paparan asap rokok
Ibu yang terpapara asap rokok beresiko melahirkan BBLR karna
seorang perokok pasif akan mempunyai resiko yang sama dengan
perokok aktif 1 - 5 batang perhari.
Meskipun tidak semua ibu yang terpapar asap rokok dapat melahirkan
BBLR. Asap rokok mengandung sejumlah teratogen potensial seperti
nikotin, karbon monoksida, tar dan berbagai hidrokarbon. Zat-zat ini selain
bersifat fototoksik, juga memiliki efek vasokontriksi pembuluh darah dan
mengurangi kadar oksigen dan gangguan pembuluh darah sehingga
membuat aliran nutrisi dari ibu ke janin terhambat dan terganggu.
(H.Wiknjosastro, dkk. 2010, Yuliana. 2009).
b) Radiasi
Jaringan embrionik sangat sensitif terhadap radiasi karena sel pada
janin mempunyai tingkat proliferasi yang sangat tinggi dan belum
terdiferensiasi dengan baik. Pada embrio dan fetus, hilangnya sejumlah
kecil sel akan sangat berpengaruh. Tubuh janin tersusun dari sejumlah
kecil sel dan setiap sel nantinya akan menjadi cikal bakal untuk sejumlah
besar sel dalam tubuh. Sel tersebut, jika mengalami kematian, tidak
dengan mudah dapat digantikan. Dengan demikian efek radiasi inutero
pada janin atau efek teratogenik dapat berupa anak dengan ukuran tubuh
lebih kecil dengan pertumbuhan yang tidak sempurna (A. Zubaidah.
2005).
f. Gambaran Klinik Bayi Berat Lahir Rendah
Secara umum gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut
(Manuaba, 2010) :
1) Berat kurang dari 2.500 gram
2) Panjang kurang dari 45 cm

25

3)
4)
5)
6)
7)
8)

Lingkar dada kurang dari 30 cm dan lingkar kepala kurang dari 33 cm.
Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
Kulit tipis, transparan, rambut lanugi banyak, lemak berkurang
Otot hipotonik lemah dan pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
Ekstermitas paha abduksi, sendi lutut fleksi
Pernapasan 40-50 kali per menit dan nadi 100-140 kali per menit

g. Diagnosis Bayi Berat Lahir Rendah


Diagnosis bayi berat lahir rendah dapat ditegakan dengan penimbanga
segerah setelah bayi selesai dikeringkan darih darah dan air ketuban
(IDAI, 2009).
1) Anamnesis
Dalam anamnesis yang perlu ditanyakan untuk mencari tau faktorfaktor penyebab terjadinya bayi berat lahir rendah anatara lain (IDAI,
2009) :
(a) umur ibu
(b) riwayat hari pertama haid terakir
(c) riwayat persalinan sebelumnya
(d) paritas, jarak kelahiran sebelumnya
(e) Kenaikan berat badan selama hamil
(f) aktivitas
(g) penyakit yang diderita selama hamil
(h) obat-obatan yang diminum selama hamil
2) Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisis akan ditemukan tanda-tanda sebagai berikut
(IDAI, 2009) :
(a) berat badan <2500 gram
(b) tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
(c) tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
3) Pemeriksaan Penunjang

26

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (IDAI,


2009) :
(a) pemeriksaan skor ballard
(b) tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
(c) darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
(d) foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
(e) USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <35 minggu,
dimulai pada umur 3 hari dan dilanjutkan sesuai hasil didapat.

h. Akibat dari Bayi Berat Lahir Rendah


1) Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotoraks. Ini disebabkan
distress yang sering dialami bayi ini pada persalinan Insiden idiopathic
respiratory

distress

syndrome

berkurang

oleh

karena

IUGR

mempercepat maturnya jaringan paru (Hanifa Wiknjosastro. 2007).


2) Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat. Hipoglikemia
ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati dimana
hasil pengukuran kadar gula darah kurang dari 45mg/dL (2,6 mmol/L)
dan meningginya metabolisme bayi (Hanifa Wiknjosastro. 2007,
Mutianingsih R. 2014).
3) Keadaan lain yang mungkin terjadi : asfiksia, perdarahan paru yang
massif,

hipotermia,

cacat

bawaan

akibat

kelainan

kromosom

(sindroma downs, Turner dan lain-lain), cacat bawaan oleh karena


infeksi intrauterine dan sebagainya (Hanifa Wiknjosastro. 2007,
Mutianingsih R. 2014).

i. Prognosis dari Bayi Berat Lahir Rendah


Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal,
misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi / makin rendah berat

27

bayi makin tinggi angka kematian), afiksia/iskemia otak, sindroma


gangguan pernapasan, gangguan mental, perdarahan intraventrikuler,
displasia

bronkopulmonal,

retrolentalfibroplasma,

infeksi,

gangguan

metabolik (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga


tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan
perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan
suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi
gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lainlain (Hanifa Wiknjosastro. 2007, Mutianingsih R. 2014).

j. Pengendalian Terhadap Bayi Berat Lahir Rendah


Dengan mengetahui berbagai faktor penyebab berat badan lahir
rendah dapat dipertimbangkan langkah pencegahan dengan cara
(Manuahba 2006) :
1)

Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur.

2)

Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan


kehamilan dan persalinan preterm

3)

Memberi nasehat tentang :

a)

Gizi saat hamil

b)

Meningkatkan pengertian keluarga berencana internal

c)

Memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan segera


melakukan konsultasi.

d)

Menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini


penyakit ibu dapat diketahui dan diawasi/diobat

4. Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil dengan Bayi Berat Lahir


Rendah

28

Anemia pada masa kehamilan dapat berdampak buruk pada ibu


maupun bayi yang akan dilahirkan karena pada keadaan anemia transfer
oksigen

ke

jaringan

sel

ibu

dan

janin

berkurang

yang

dapat

mengakibatkan efek tidak langsung pada ibu dan bayi antara lain bayi
lahir prematur dan BBLR, pada ibu akan meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi. Sedangkan anemia berat pada masa kehamilan dapat
mengakibatkan resiko morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi
yang akan dilahirkan (Guyton, 2008; Yuliana, 2009; Simanjuntak, N.A.,
2009).

B. Kerangka Teori

29

Faktor IBU

Paparan
asap

Plasent
a Previa

Asupa
n
Radik
al
bebas

Kerusak
an
Endotel

Nikot
in
Katekolami

Vasokonstri
ksi pemb.

Gang.u

Eko.,pend. &

Intake

Kurang
Gizi
Def.Fe
& folat

Usia

Usia

Def.mak
ro

Hb /

Ekspresi
gen
fetus

Usia

Endometriu
m

Oksigena

Endometr
ium
blm.siap

Pertumbuhan
janin terganggu
Gemel

Faktor
Janin

BBL

Hidrami
on

Gambar 5. Kerangka Teori


Pada gambar 2 menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan
dengan bayi berat lahir rendah yang terbagi menjadi tiga pokok utama
yakni faktor ibu, janin dan lingkungan. Faktor ibu yaitu paritas dan usia
yang mempengaruhi endometrium, kemudian kekurangan gizi dalam hal
ini asam folat dan besi yang mengakibatkan terjadinya anemia sehingga
oksigenasi pada ibu maupun janin terganggu dan kesemuannya
mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuahn fetus, sama halnya
dengan faktor lingkungan, ibu yang merokok atau terpapar rokok dan
faktor janin itu sendiri yakni pada plasenta previa akan mengakibatkan
gangguan pada pertumbuan fetus. Terganggunya pertumbuhan fetus
berdampak pada rendahnya berat badan bayi saat dilahirkan atau bayi

30

berat lahir rendah, pada gambar tersebut juga dijelaskan ada faktor yang
langsung berdampak pada rendahnya bera badan lahir bayi yakni pada
faktor janin yang mengalami gemeli dan hidramion.

A. Kerangka Konsep

Variabel Independen :
Variabel Dependen:

Anemia ibu

Berat badan

Gambar 6. Kerangka Konsep

B. Definisi Operasinal

1. Berat lahir bayi ialah berat lahir bayi yang di timbang dalam 1 jam
setelah lahir dengan menggunakan timbangan bayi yang diisi pada
case raport, dikategorikan sebagai (IDAI 2008, Wardlaw 2004,
Prawirohardjo 2008, Muchemi,dkk. 2015) :
a. BBLR
b. Normal

: < 2500 gram


: 2500 gram 4000 gram

2. Anemia pada ibu hamil penelitian ini adalah ibu kurang dari normal
dan dapat dilihat pada hasil pemeriksaan laboratorium sebelum
melahirkan dan diisi pada Case Raport, dikategorikan menjadi
(Prawirohardjo,2008, Sharma & Shankar, 2010, Rigby,2015, ) :
a. Anemia
b. Tidak Anemia

: Hb < 11 gram %
: Hb 11 gram %

31

DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton A.C & Hall J.E., 2007, Kehamilan dan Laktasi dalam Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 11, Jakarta: EGC. Hal 1080-1088.
2. Prawirohardjo S., 2009, Pembuahan, Nidasi, dan Plasentasi dalam
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo : oleh Trijatmo Rachimhadhi.
Edisi keempat, cetakan kedua. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Hal 139-147.
3. Prawirohardjo S., 2009, Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada
Perempuan Hamil dalam Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo :
oleh Djusar Sulin. Edisi keempat, cetakan kedua. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 181-182.
4. Harper J.L., 2015, Iron Deficiency Anemia, diakses tanggal 20
Desember

2015,

viewed

on

http://emedicine.medscape.com/article/202333overview#showall
5. Rigby F.B., 2015,

Anemia

and

Thrombocytopenia

in

Pregnancy, diakses tanggal 20 Desember 2015, viewed on


http://emedicine.medscape.com/article/261586-overview
6. Prawirohardjo S., 2008, Kelainan Hematologik dalam Buku
Ilmu Kebidanan : Abdulmuthalib, Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta. Hal 774-780
7. Kozuma Shiro, 2009, Approaches to Anemia in Pregnancy,
JMAJ

52(4):

214218,

2009

(https://www.med.or.jp/english/journal/pdf/2009_04/214_218.p
df)
8. Reveiz L, Gyte GML, Cuervo LG, 2007, Treatments for irondeficiency

anaemia

in

pregnancy

(Review)

http://apps.who.int/rhl/reviews/langs/CD003094.pdf
9. Sharma J.B., Shankar M., 2010, Anemia in Pregnancy. JIMSA
October

December

2010

Vol.

23

http://medind.nic.in/jav/t10/i4/javt10i4p253.pdf
dpake)

No.

(alamat

klo

32

10.

Ikatan Dokter Dokter Anak Indonesia, 2008. Klasifikasi Bayi

Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi in Sylviati M.Damanik.


Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. IDAI; Jakarta. 12
11. Prawirohardjo, S., 2008. Fisiologi Kehamilan, Persalinan,
Nifas, dan Bayi Baru Lahir. In Abdul Bari Saifuddin. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka. 115-388.
12. Cunningham, G.F., 2005. Pertumbuhan dan Perkembangan
Janin. In Huriawati Hartanto. Obstetri Williams Vol. 1. Jakarta:
EGC. 138-175.
13. Hanifa Wiknjosastro, Abdul Bari Saifuddin, Trijatmo Rachimhadhi.
2007. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Cetakan 7. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; Jakarta. Hal 771-787.
14. Tessa Wardlaw, Ann Blanc, Jelka Zupan, Elisabeth Ahman. 2004. Low
Birthweight. UNICEF: New York. [Serial Online]. [cited 2013 Agustus
9].Availablefrom:http://www.childinfo.org/files/low_birthweight_from_E
Y.pdf. P: 1 - 9.
15.

World Health Organization. 2014. Global Nutrition Targets 2025;

Geneva. [Serial Online]. [cited 2015 November 29]. Available from:


http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/149020/2/WHO_NMH_NHD_1
4.5_eng.pdf
16. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset
Kesehatan Dasar. Jakarta; Depertemen Kesehatan RI
17. Dinas Kesehatan Kota Palu. 2012. Profil Jumlah BBLR.
18. Hanifa Wiknjosastro, Abdul Bari Saifuddin, Trijatmo Rachimhadhi.
2010.

Ilmu

Kebidanan. Edisi

3. PT Bina

Pustaka

Sarwono

Prawirohardjo; Jakarta. Hal 696-701.


19. Muchemi O.M, Echoka, Makokha. 2010. Factors associated with low
birth weight among neonates born at Olkalou District Hospital, Central
Region,

Kenya.

(online),

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4458305/pdf/PAMJ-20108.pdf, diakses 29 november 2015.


20. Setyowati T., 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir
dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994). Badan

33

penelitian dan pengembangan kesehatan. JKPKBPPK; Jakarta Pusat.


[Serial Online]
http://grey.litbang.depkes.go.id/gdl.php?
mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-res-1996-titiek-1137-bayi
21. Hanifah L., 2009. Hubungan Antara Status Gizi Ibu Hamil dengan
Berat Badan Bayi Lahir (Studi Kasus Di Rb Pokasi). Karya Ilmiah.
UNS; Surakarta. [cited 2015 Desember 01] Available from :
http://eprints.uns.ac.id/7327/1/105812010200908271.pdf
22. Abdoerrachman, Dahlan Ali, DKK. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3.
Cetakan 11. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
23. Haslinda., 2012. Analisis faktor-faktor pada ibu yang mempengaruhi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSU Anutapura Palu Tahun 2012.
Skripsi. UNISA: Palu.
24. Guyton & Hall, 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11, EGC,
Jakarta.
25. Yuliana. 2009. Merokok Meningkatkan Resiko Terjadinya Kelahiran
BBLR. Pediatricinfo. [Serial Online]. [cited 2015 Desember 27].
Available

from:

http://pediatricinfo.wordpress.com/2009/02/23/merokok-meningkatkanrisiko-terjadinya-kelahiran-bblr/
26. Maryunani Anik. 2013. Asuhan Bayi dengan BBLR. CV. Trans Info
Media: Jakarta. P: 5 40.
27. Setyowati T., 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir
dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994). Badan
penelitian dan pengembangan kesehatan. JKPKBPPK; Jakarta Pusat.
[Serial

Online]

http://grey.litbang.depkes.go.id/gdl.php?

mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-res-1996-titiek-1137-bayi
28. Waldo E. Nelson, Richard E. Behrman, Robert Kliegman, Ann M.
Arvin. 1999. Ilmi Kesehatan Anak. Edisi 15. Vol 1. EGC; Jakarta.
29. Alatas Zubaidah. 2005. Efek Teratogenik Radiasi Pengion. Puslitbang
Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir BATAN: Jakarta.
30. Malihah Hanum Lulu, Sholihah Lutfiatus. 2008. Panduan Lengkap
Hamil Sehat. Diva Press: Jogjakarta. P: 22 62.

34

31. Depkes RI. 2008. Penyakit penyebab kematian Bayi Berat Lahir
(Neonatal) dan Sistem Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di
Indonesia. Jakarta.
32. Limoa Riyani. 2013.

[Serial

Online].

[cited

2015

Desember

27]Available from :
http://www.fakultaskedokteran.com/2013/01/penyalahgunaan-obatdan-narkotika-selama-masa-kehamilan/
33. Manuaba, I.B.G, et all., 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
34. Hanifa Wiknjosastro, Abdul Bari Saifuddin, Trijatmo Rachimhadhi.
2007. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Cetakan 7. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; Jakarta. Hal 771-787.
35. Mutianingsih R. 2014. Hubungan Antara Bayi Berat Lahir Rendah
Dengan Kejadian Ikterus, Hipoglikemi Dan Infeksi Neonatorum Di
Rsup Ntb Tahun 2012. Universitas Brawijaya; Malang. [Serial Online]
[cited

2014

Januari

04]

Available

from

http://ws.ub.ac.id/selma2010/public/images/UserTemp/2014/04/24/201
40424152826_7575.pdf
36. Imtihanatun Najahah. 2014. Faktor Risiko Panjang Lahir Bayi Pendek,
(Online),

(http://www.lpsdimataram.com/phocadownload/April-

2014/3%20Faktor%20Risiko%20%20Panjang%20Lahir%20Bayi
%20Pendek%20Di%20Ruang%20Bersalin%20RSUD-Imtihanatun
%20Najahah.pdf, diakses 3 april 2016)
37. Destuti, H. 2010. Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Dengan
Berat Badan Bayi Baru Lahir Di RSUP Haji Adam Malik Medan.n
Skripsi. Medan: Fakultas Kedoktera UNIV. Sumatra Utara
38. Simanjuntak, N.A. 2009. Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Badan Pengelolah Rumahsakit
Umum Brantauprapat Kabupaten Labuan Batu. Skripsi. Medan.
Fakultas Kedokteran Univ.Sumatera Utara.
39. Simanjuntak, N.A. 2008. Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan
Kejadian BBLR di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Rantau
Prapat Kabupaten Labuan Batu. Skripsi. USU; Sumatra Utara.

35

40. M.Nur Dewi Kartikasari.2010. Hubungan Antara Pengetahuan Dan


Sikap Tentang Anemia Dengan Keteraturan Mengkonsumsi Fe pada
Ibu Hamil di BPS Sri Lumintu Surakarta. Tesis. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta. [Serial Online]. [cited 2016 Mei 1]. Available from:
http://scholar.google.co.id/scholar?
q=tanda+anemia&btnG=&hl=id&as_sdt=0%2C5
41. World Bank Group. 2016. Wolrd Development

Indicators.

Washington, DC. . [Serial Online]. [cited 2016 Mei 22]. Available from:
http://wdi.worldbank.org/table/2.19
42. Visentin,S., Bertin,M., Rampon,M., Trevisanuto,D., Zanardo,V., and
Cosmi,E. 2012. Infants Born with Intrauterine Growth Restriction:
Renal and Cardiovascular Follow-Up. Italy: Padua.
43. Lincetto.O, Mothebesoane-Anoh.S, Gomez.P and Munjanja.S. 2010.
Antenatal Care. Africa.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian observasional analisis study dengan
pendekatan cross sectional dengan satu kali pengamatan untuk setiap
subjek penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan Anemia
pada Ibu Hamil dengan Bayi Berat Lahir Rendah yang Dilahirkannya.
Oleh sebab itu desain penelitian yang digunakan sebagai berikut:

36

BAYI

IBU

Anemi

BBL
Tdk.Ane
mia
Gambar 7. Desain Penelitian
Pada gambar 7 Memperlihatkan desain pada penelitian ini yaitu
Subjek penelitian adalah Bayi yang berat badannya diukur dalam waktu
satu jam sesaat setelah dilahirkan yang memiliki berat <2500gr, setelah itu
hasil pemeriksaan Hb ibu bayi tersebut pada saat tirmester 3 atau sesaat
sebelum melahirkan yang tercatat dalam medical report dan memenuhi
kriteria inklusi dilihat apakah tergolong anemia ( ibu dengan Hb <11g/dl )
atau tidak anemia ( ibu dengan Hb Hb 11g/dl).

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian


Waktu :

Dimulai sejak bulan april Juli 2016

Tempat : Penelitian dilaksanakan di ruang bagian kebidanan RSU


Anutapura Palu.
C. Populasi Dan Sampel

a. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi yang dilahrikan dibagian
kebidana RSU Anutapura Palu pada tahun 2016.
b. Sampel

37

Sampel dalam penelitian ini adalah bayi yang dilahirkan di RSU


Anutapura Palu pada tahun 2016 secara normal dan Hb ibunya diukur
pada trimester 3 atau sesaat sebelum melahirkan dan tercatat dalam
medical report (Total Sampling).

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


1. Kriteria Inklusi :
a. Bayi yang dilahirkan pervaginam di bagian kebidanan RSU Anutapura
Palu.
b. Bayi lahir cukup bukup bulan.
c. Bayi dengan berat badan lahir normal dan BBLR.
d. Ibu yang kadar Hbnya telah diukur pada trimester 3 atau sesaat
sebelum melahirkan.
e. Ibu bayi usia reprosi (20-35 tahun).
f. Ibu bayi setuju untuk ikut dalam penelitian tanpa paksaan.
2. Kriteria Eklusi :
a.

Bayi lahir kembar (Gameli)

b.

Tidak bisa berkomunikasi.

c.

Ibu bayi dengan gizi buruk

d.

Memiliki penyakit kronis (DM, Vaginosis, Malaria, dll)

e.

Kelainan pada saat kehamilan (Hidramnion, Plasenta Previa, dll)

E. Cara Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dilakukan dengan meneliti seluruh subyek
penelitian pada tahun 2016 yang memenuhi kriteria hingga jumlah sampel
yang ditetapkan terpenuhi.

38

F. Besar Sampel

Rumus besar sampel yang akan digunakan adalah Analitik Kategorik


tidak Berpasangan. Besar sampel yang diperlukan pada penelitian ini sesuai
dengan rumus sebagai berikut:
Rumus Analitik kategorik tidak berpasangan:

n=

n=

n=

45

Z = Deviat baku alfa / Kesalahan I = 1,96


Z = Deviat baku beta / Kesalahan II = 0,84
P1 = Proporsi pada kelompok yg nilainya merupakan judgement peneliti.
(90% = 0,9)
P2 = Proporsi pada kelompok yg sudah diketahui nilainya = 0,7
Q1 = 1 P1 = 1 0,9 = 0,1
Q2 = 1 P2 = 1 0,7 = 0,3 selisih proporsi minimal yg dianggap bermakna
P = P + P2 / 2 = 0,9 + 0,7 / 2 = 0,8 proporsi total
Q = 1 P = 1 0,8 = 0,2
Dengan demikian jumalah sampel dalam penelitian ini adalah 45.

39

G. Alur dan Prosedur Penelitian

Populasi Penelitian
Informed Concent

Memenuhi
Kriteria

Subyek Penelitian

PENGAMBILAN DATA
Bayi
Ibu
Mencatat Laboratium
Berat lahir
Wawancara

bayi
Pengumpulan Data
Analisis Data
Penulisan hasil
Penyajian Data

Gambar 8. Alur Penelitian


Pada gambar 8 memperlihatkan alur pada penelitian ini untuk
membimbing peneliti dalam penelitian sampai pada penyajian data. Alur
penelitian serta penjelasannya dapat dibaca pada prosedur penelitian.
Prosedur Penelitian
1. Pada Ibu yang melahirkan di RSU Anutapura Palu yang masuk
populasi penelitian diberi penjelasan tentang tujuan penelitian ini
untuk mengetahui apakah ibu mengalami anemia pada saat trimester
tiga atau menjelang persalinan serta mengetahui morbiditas dan

40

mortalitas bayi yang berat badan lahirnya kurang sehingga dapat


memperoleh suatu kesimpulan yang bermakna mengenai hubungan
antara anemia dengan kejadian berat bayi berat lahir rendah, manfaat
penelitian ini untuk Ibu sendiri maupun bagi petugas medis,
pemerintah sebagai pemantau kebijakan serta masyarakat lainnya,
sedangkan

bagi

masyarakat

atau

ibu

hamil

lainnya

dapat

meningkatkan kesadaran untuk dapat menghindari terjadinya anemia


pada saat kehamilan yang berhubungan dengan kurangnya berat
badan bayi pada saat lahir dengan mengingat pengaruh buruknya
dikemudian hari. Cara pengambilan data dilakukan dengan cara
pemeriksaan kesehatan berupa wawancara pada Ibu dengan
memberikan

beberapa

pertanyaan

yang

berhubungan

dengan

penyebab kurangnya berat badan bayi saat lahir setelah itu


memeriksa ibu dengan mengukur lingkar lengan bagian atas
menggunakan meteran yang dilingkarkan pada lengan bagian atas ibu
dan mencatat hasil laboratorium dari hasil pemeriksaan darah lengkap
oleh laboratorium rumah sakit anutapura Palu pada trimester tiga dan
pada bayi dilakukan pemeriksaan dengan menimbang berat badan
dalam waktu satu jam pertama kelahiran dengan cara meletakkan
bayi ibu pada timbangan yang telah tersedia. Pada penelitian ini
subjek memiliki hak untuk untuk menolak ikut dalam penelitian ini bila
terjadi hal-hal yang tidak memungkinkan ibu untuk terus ikut atau ibu
merasa tidak bersedia ikut, maka ibu berhak untuk menolak atau
mengundurkan diri tanpa konsekuensi.
2. Setelah ibu diberikan penjelasan tentang penelitian ini, kemudian ibu
dimintakan persetujuan untuk ikut dengan melihat apakah ibu
memenuhi kriteria inklusi sebagai subjek penelitian.
3. Ibu yang memenuhi kriteria inklusi dan setuju mengikuti penelitian
dianggap sebagai subjek penelitian.
4. Pada semua ibu dilakukan wawancara dengan cara peneliti mengisi
kuisioner dan case report kemudian dilakukan pemeriksaan LLA pada
ibu dengan menggunakan meteran dan memeriksa hasil rekam medik

41

ibu atau hasil pemeriksaan kadar Hb trimester tiga atau sebelum


melahirkan oleh laboratorium RSU Anutapura Palu.
5. Pada bayi dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan timbangan
berat badan bayi untuk memastikan apakah bayi tersebut termaksud
BBLR atau berat lahirnya normal, yang ditimbang dalam 1 jam setelah
lahir.
6. Setelah itu dilakukan pengumpulan data dari semua sampel penelitian
dengan menginput data ke computer dan dimasukan ke dalam dummy
table.
7. Pengolahan data menggunakan SPSS 17.0 for windows. Data yang
ada akan sangat dijaga kerahasiaannya.
8. Semua data yang telah diolah, dimasukkan ke dalam penulisan hasil
penelitian.
9. Menyajikan data pada seminar hasil dan ujian skripsi secara lisan.

H. Rencana Analisis Data


1. Rencana analisis data
Menggunakan Uji Chi-square
2. Dummy Table

Tabel 6. Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan BBLR

Bayi Berat Lahir

Anemia

Rendah
....
....
....

Anemia
Tidak Anemia
Total

Normal
....
....
....

Chi-Square df =.... p=....


I. Implikasi Etik Penelitian

42

Penelitian yang saya lakukan tidak mengandung masalah yang dapat


melanggar etik penelitian, karena:
1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan secara lengkap
tentang tujuan, cara penelitian yang akan dilakukan dan dimintakan
persetujuan dari setiap penderita.
2. Penderita yang akan diteliti setuju dan mempunyai hak untuk bertanya
dan ikut ataupun menolak untuk mengikuti penelitian ini, tanpa ada
paksaan dan rasa takut untuk mengikuti penelitian.
3. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian dan bahaya karena hanya
menggunakan metode kuisioner, pemeriksaan fisik biasa dan melihat
hasil pemeriksaan kadar Hb oleh Laboratorium rumah sakit yang
merupakan protab pada ibu hamil sebelum melahirkan untuk case
report.
4. Peneliti tidak akan mencantumkan nama penderita pada lembar
pengumpulan data (kuesioner) yang akan diisi oleh penderita dan
semua data disimpan dengan aman dan disajikan secara lisan maupun
tulisan secara anonim.
5. Semua pemeriksaan yang dilakukan sehubungan dengan penelitian
tidak memungut biaya.

Anda mungkin juga menyukai