Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Hening widjayanti
Pembimbing :
dr. Soetedjo, Sp.S(K)
I.
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI SEREBELLUM
Serebellum (Latin, cerebellum) hanya meliputi 10% dari total volume
otak, tetapi mengandung lebih dari setengah dari semua neuron tersebut.
Serebellum memiliki tiga daerah berbeda secara fungsional yang menempati
sebagian besar fossa kranialis posterior. Lipatan dan folia dari cerebellum
sejajar secara horisontal dan lebih rapat daripada korteks serebral. Dari atas ke
bawah, cerebellum terbagi menjadi tiga lobus yaitu: anterior, posterior dan
lobus flocculonodular. Sedangkan dari garis tengah, cerebellum terbagi
menjadi vermis, intermediate dan bagian lateral. Serebellum terhubung ke
aspek dorsal batang otak oleh tiga pasang saluran simetris: pedunculus inferior
serebelum (juga disebut tubuh restiform), pedunculus serebelar tengah (atau
brachium
pons),
dan
batang
serebelum
superior
(atau
brachium
conjunctivum).3,5
Secara anatomis serebellum tersusun dari dua hemisfer dan vermis yang
terletak diantaranya. Potongan anatomis menunjukkan korteks serebelli dan
substansia alba yang berada di bawahnya, tempat nuklei serebelli tertanam.
Korteks serebelli terutama berperan untuk integrasi dan pemrosesan impuls
afferen. Struktur ini berproyeksi ke nuklei serebelli profundi yang kemudian
mengeluarkan sebagian besar serabut efferen yang meninggalkan serebellum.5
dorsal
spinoserebellar,
trigeminocerebellar,
dan
olivocerebellar aferen dan hubungan aferen dan eferen formasio retikularis dan
nukleus vestibuler.6
B. FISIOLOGI SEREBELLUM
Serebellum adalah organ pusat untuk kontrol motorik halus. Struktur ini
memproses informasi dari berbagai jaras sensorik terutama vestibular dan
propioseptik bersama dengan impuls motorik, dan memodulasi aktifitas area
nuklear motorik di otak dan medula spinalis. Secara fungsional dan filogenetik
terbagi menjadi tiga komponen yaitu vestibuloserebellum, spinoserebellum,
dan
serebroserebellum.
Vestibuloserebellum
secara
filogenetik
tertua,
keseimbangan. Spinoserebellum
terutama
mengelola
impuls
Komponen
serebellum
termuda
serebroserebellum
memiliki
C. DEFINISI
Definisi vertigo adalah rasa gerakan (sirkuler/linier) atau gerakan
sebenarnya (unsteadiness, ataxia) dari tubuh atau lingkungan sekitarnya diikuti
atau tanpa diikuti dengan gejala dari organ yang berada di bawah pengaruh saraf
otonom dan mata (nistagmus). Definisi lain vertigo adalah sensasi berputar-putar
baik dirinya sendiri ataupun sekelilingnya yang berputar.
Vertigo vestibular ada 2 macam yaitu vertigo vestibular perifer dan sentral.
Vertigo vestibular sentral adalah keluhan pusing berputar baik individu beputar
terhadap lingkungan sekitarnya ataupun lingkungan sekitarnya yang seolah
berputar terhadap dirinya, yang disebabkan adanya lesi di intrakranial dimana
dapat disebabkan oleh patologi di otak, batang otak atau serebelum. Contoh
infark, perdarahan, neoplasma, multiple sclerosis, meningitis, epilepsy vestibular,
migraine vertebrobasilar dan trauma.
TIA
Infark
Infeksi,
Trauma
D. EPIDEMIOLOGI
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu
dengan prevalensi sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki
epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness.
Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh
pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness
vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi
mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding pria
(2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren. 2
Frekuensi
Di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap tahunnya.
Dari stroke yang
setengah dari kasus terjadi pada mereka yang berusia 60-80 tahun.
Morbiditas/ Mortalitas
Cedera vaskular dan infark di sirkulasi posterior dapat menyebabkan
kerusakan yang permanen dan kecacatan. Pemulihan seperti yang terjadi pada
vertigo perifer akut tidak dapat diharapkan pada vertigo sentral.
Dalam satu seri, infark serebelum memiliki tingkat kematian sebesar
7% dan 17% dengan distribusi arteri superior serebelar dan arteri posterior
inferior serebelar. Infark di daerah yang disuplai oleh arteri posterior inferior
serebelar sering terkait dengan efek massa dan penekanan batang otak dan
ventrikel ke empat, oleh karena itu, membutuhkan manajemen medis dan
bedah saraf yang agresif.
E. ETIOLOGI
Vertigo sentral (central vertigo) melibatkan proses penyakit yang mempengaruhi
batang otak (brain stem) atau cerebellum.
Cerebellar infarction
Vertebro basilaris ischemia, Transient ischemic attack dan stroke pada
sistem vertebrobasilar sering dihubungkan dengan ataksia atau vertigo.
Cerebelum disuplay oleh 3 arteri besar: serebellar superior, serebellar anterior
inferior, dan cerebellar posterior inferior. Daerah-daerah yang disuplay oleh
masing-masing pembuluh darah ini sangat variabel, dari satu individu ke individu
yang lain dan antara kedua sisi serebelum seperti yang ditunjukkan oleh pasien.
Cerebellar pedunkula superior, medial dan inferior berturut-turut disuplai oleh
arteri cerebellar superior, anterior inferior dan posterior inferior.
Infark
serebellar terjadi akibat oklusi arteri cerebellar; sindroma klinik yang dihasilkan
dapat dibedakan hanya melalui hubungannya dengan temuan batang otak. Pada
tiap-tiap kasus, tanda cerebellar termasuk ataksia tungkai ipsilateral dan
hypotonia. Gejala dan tanda lain seperti sakit kepala, nausea, vomiting, vertigo,
nystagmus, dysarthria, palsy okular atau pandangan, kelemahan facial atau
sensory loss, dan hemiparesis kontralateral atau defisit hemisensory bisa ada.
Infark batang otak atau penekanan oleh edema cerebellar dapat mengakibatkan
komadan kematian.
Faktor risiko terjadinya infark adalah karakteristik pada seorang individu
yang mengindikasikan bahwa individu tersebut memiliki peningkatan risiko untuk
kejadian stroke infark dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki
karakteristik tersebut. Menurut guidelines for the primary prevention of stroke
yang dikeluarkan oleh AHA dan ASA, faktor risiko stroke diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok1,2,3 :
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
Meliputi umur, ras, jenis kelamin
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan terdokumentasi baik
Meliputi hipertensi, DM, jantung, dislipidemia
3. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan kurang terdokumentasi
Meliputi migren, merokok, peningkatan kadar fibrinogen.
F. Manifestasi Klinis
Vertigo
menyebabkan
sentral
tanda
biasanya
neurologis
tambahan
selain
murni
vertigo,
menyebabkan
torsional dan tidak dapat dihambat oleh fiksasi mata pada objek.
Tabel 1. Perbedaan Vertigo Perifer Dan Vertigo Sentral 7
Ciri-ciri
Lesi
Penyebab
Vertigo Perifer
Sistem vestibular (telinga
Vertigo Sentral
Sistem vertebrobasiler dan
Vertigo posisional
paroksismal
vertebrobasiler
insufisiensi, neoplasma,
maniere,
migren basiler
neuronitis vestibuler,
labirintis,
Gejala gangguan SSP
Diantaranya :diplopia,
parestesi,
gangguan sensibilitas dan
fungsi
motorik, disartria, gangguan
Masa laten
Habituasi
Intensitas vertigo
Telinga berdenging dan
3-40 detik
Ya
Berat
Kadang-kadang
serebelar
Tidak ada
Tidak
Ringan
Tidak ada
atau tuli
Nistagmus spontan
Perifer
Mendadak
Berat
(+)
(++)
(+)
Sentral
Lambat
Ringan
(-)
(-)
(-)
Arah Nistagmus
Satu arah
Bervariasi
Aksis Nistagmus
Horisontal atau
Horisontal,
Rotatorik
oblik, rotatorik
Hilang kesadaran
Tidak ada
Dapat terjadi
Tidak ada
vertikal,
kranial
serta
tanda-tanda cerebellar
Kemungkinan diagnosis
Peripheral cause: unilateral
loss
of
vestibular
function; late stages of acute vestibular
Detik sampai menit
neuronitis
Benign paroxysmal positional vertigo;
perilymphatic fistula
Posterior transient ischemic attack;
jam
Beberapa jam
perilymphatic fistula
Mnires disease; perilymphatic fistula from
trauma or
surgery;
migraine;
acoustic
Beberapa hari
neuroma
Early acute vestibular neuronitis*; stroke;
Beberapa minggu
Selain
itu
kita
bisa
membedakan
vertigo
sentral
dan
perifer
bolak balik,
ritmis,
dengan
frekuensi
tertentu.
Nistagmus
kedudukan bola mata posisi netral atau menyimpang atau test posisional atau
gerakan kepala. 7
Nystagmus
Arah
Vertigo sentral
Berubah-ubah
Vertigo perifer
Horizontal/horizontal
2.
3.
Sifat
Test posisional
Unilateral/bilateral
rotatoar
Bilateral
Singkat
Lebih lama
Lama
Singkat
Sedang
Larut/sedang
Test dengan
Susah ditimbulkan
Dominasi arah jarang
Mudah ditimbulkan
Sering ditemukan
rangsang (kursi
ditemukan
4.
Latensi
Durasi
Intensitas
Sifat
5.
Terhambat
lobus oksipital.
Gangguan nervus kranialis bila mengenai batang otak, gangguan motorik,
gangguan koordinasi, drop attack, gangguan sensorik dan gangguan
kesadaran. Selain itu juga dapat menyebabkan adanya gejala-gejala
tambahan seperti adanya : Gangguan gerak bola mata, hingga terjadi
diplopia, sehingga jalan sempoyongan, kehilangan keseimbangan, vertigo,
nistagmus. Bila lesi di kortikal, akan terjadi gejala klinik seperti afasia,
gangguan sensorik kortikal, muka dan lengan lebih lumpuh, deviasi mata,
hemiparese yang disertai kejang.
Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala neurologis
berupa
kelemahan,
disarthria,
gangguan
penglihatan
dan
pendengaran,
G. Patofisiologi
Neurofisiologi Alat Keseimbangan Tubuh
Alur perjalanan informasi berkaitan dengan fungsi AKT melewati tahapan sebagai
berikut.
1.
Tahap Transduksi.
Rangsangan gerakan diubah reseptor (R) vestibuler (hair cells), R. visus (rod
dan cone cells) dan R proprioseptik, menjadi impuls saraf. Dari ketiga R
tersebut, R vestibuler menyumbang informasi terbesar disbanding dua R lainnya,
yaitu lebih dari 55%. Mekanisme transduksi hari cells vestibulum berlangsung
ketika rangsangan gerakan membangkitkan gelombang pada endolyimf
yang
masuk
merangsangn
ke
dalam
pelepasan
(NT)
ke
celah
sinaps
untuk
Tahap Transmisi
Impuls yang dikirim dari haircells dihantarkan oleh saraf aferen vestibularis
Inti vestibularis
Vestibulo-serebelum
Inti okulo motorius
Hiptotalamus
Formasio retikularis
Korteks prefrontal dan imbik
Tahap Persepsi
Tahap ini belum diketahui lokasinya. 5
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
dengan
apa
kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik
dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan
nuklei N.III,IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi
paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. 9
Dalam
kondisi
fisiologis/normal,
informasi
yang
tiba
di
pusat
integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan
proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan,
keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul
berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak.
Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap
lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral
dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang
aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu,
akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom. Di samping itu, respons
penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal
yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan
gejala lainnya. 10
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian ketidakseimbangan
tubuh :
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan
hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan
timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari
berbagai reseptor sensorik perifer
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter
tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya
gejala vertigo.
6. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses
adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang
akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor), peningkatan kadar
CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya
mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf
parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering
timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas
simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi
setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
Stroke Infark dapat disebabkan :
1.Trombosis (penyakit trombooklusif)
Merupakan penyebab stroke yang paling sering. Arteriosklerosis serebral
dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis serebral.
Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan yang tidak
umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan
beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi
secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada
setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau
hari.6,7
a. Emboli kardiogenik terdiri dari : fibrilasi atrium atau aritmia lain, thrombus
mural ventrikel kiri, penyakit katup mitral atau aorta,endokarditis (infeksi atau
non-infeksi)
b. Emboli paradoksal (foramen ovale paten) dan emboli arkus aorta.6,7
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan
neurologis
dilakukan
dengan
perhatian
khusus
pada:
1.Fungsivestibuler/serebeler
a. Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik.
Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya
dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya
pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah
kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada
mata terbuka maupun pada mata tertutup.
b. Tandem Gait:
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari
kaki kanan / kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan
menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
c. Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler
posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti
orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan
bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik.
Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.
Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau
perifer.
1FungsiVestibuler
a.Uji Dix H allpike
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang dengan
cepat, sehingga kepalanya menggantung 45 di bawah garis horisontal, kemudian
kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan
hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya
perifer atau sentral.
Klinis
Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah periode
laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau
menghilang
bila
tes
diulang-ulang
beberapa
kali
(fatigue).
Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1
menit, bila diulang-ulang reaksi
b.Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis semisirkularis
lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin
(30C) dan air hangat (44C) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap
irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi
sampai
hilangnya
nistagmus
tersebut
(normal
90-150
detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan. Canal paresis ialah jika abnormalitas
ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin,
sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah
nistagmus
yang
sama
di
masing-masing
telinga.
nervus
trigeminal
(V)
dan
fascial
(VII)
sering
dipengaruhi.
Cerebellar hemorrhage
Banyak perdarahan cerebellar diakibatkan oleh penyakit hipertensi vaskuler;
jarang disebabkan antikoagulasi, malformasi arteri-vena, dyscrasia darah, tumor
dan trauma. Hemoragik cerebellar hipertensi biasanya terjadi pada white matter
dalam
cerebellum
dan
bisanya
meluas
kedalam
ventrikel
keempat.
menjauhi sisi hemoragik) dan palsy facial perifer ipsilateral sering terjadi.
Pandangan satu arah tidak dapat berubah oleh tes kalori. Nystagmus dan depresi
ipsilateral dari refleks kornea dapat terjadi. Pasien, jika sadar, memperlihatkan
ataksia saat berdiri dan berjalan; ataxia tungkai jarang terjadi. Pada stadium akhir
penekanan batang otak, kedua kaki spastik dan respon plantar ekstensor dapat
terlihat.
CSF kadang-kadang bercampur darah, tapi punksi lumbal harus dihindari jika
diduga terjadi perdarahan cerebellar, karena dapat menyebabkan sindroma
herniasi.
Vertebrobasilar insufficiency
Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode rekuren dari
suatu vertigo dengan onset akut dan spontan pada kebanyakan pasien terjadi
beberapa detik sampai beberapa menit. Lebih sering pada usia tua dan pada paien
yang memiliki factor resiko cerebrovascular disease. Sering juga berhungan
dengan gejala visual meliputi inkoordinasi, jatuh, dan lemah. Pemeriksaan
diantara gejala biasanya normal. 9
J. Penatalaksanaan
Pengobatan jangka pendek bertujuan mengurangi gejala yang dikeluhkan pasien,
Beberapa pilihan obat vertigo yang dapat digunakan :
Vasodilator
Seperti betahistine dapat digunakan untuk pengobatan vertigo dengan efek
meningkatkan aliran peredaran darah ke koklea stria vascularis atau melalui
penghambatan aktivitas inti vestibular.
Dosis dewasa : 6-12 mg PO /8 jam
Antihistamin
Seperti dimenhidrinat. Digunakan untuk pengobatan dan pencegahan gangguan
vestibular yang dapat menyebabkan mual dan muntah. Melalui kegiatan pusat
anticholinergic, ia mengurangi stimulasi dan menekan fungsi vestibular labirin.
Dosis dewasa : 50 mg PO / IM 4-6 jam
Antiemetik
K. Prognosis
Prognosis bervariasi tergantung dari keparahan stroke, lokasi dari sumbatan.
Selain itu klinis dari individu juga menentukan terhadap tingkat kesembuhan.
Semakin rendah nilai kesadaran maka prognosis semakin buruk dan tingkat
mortalitasnya tinggi. Keluhan pusing berputar yang dialami oleh pasien dengan
infark di cerebellum memerlukan penanganan yang cepat, selain itu semakin cepat
kita mengetahui adanya penyebab keluhan vertigo maka tingkat kesembuhan akan
semakin tinggi.
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
Umur
Alamat
Pekerjaan
Agama
Pendidikan
Masuk RS
Keluar RS
: Tn S
: 53 tahun
: Ngemplak Simongan, Semarang Barat
: Wiraswasta
: Islam
: SLTA
: 24 Juli 2016
: 3 Agustus 2016
Masalah aktif
Pusing melayang 3
Nausea&vomitus 3
Vertigo sentral ec
Tanggal
24-07-2016
24-07-2016
01-08-2016
4
5
6
7
8
Stroke Infark
Diplopia3
Dismetria3
Disdiadokinesia3
Hipertensi
Dislipidemia
24-07-2016
24-07-2016
24-07-2016
25-07-2016
No
Kronologi
:
1 hari SMRS, pasien tiba-tiba mengeluh pusing (+), pusing
dirasakan seolah-olah seperti melayang (+), pada saat berdiri sepertinya
hendak terjatuh (+), keluhan pusing berputar terhadap lingkungan sekitarnya
ataupun lingkungan sekitar yang berputar terhadap diri pasien (-), rasa mual
(+), muntah > 2 kali. Pasien lalu tidur, namun saat bangun tidur keluhan
muncul kembali. Keluhan berkurang bila menutup mata. Semakin memberat
dengan membuka mata dan melihat lingkungan sekitar. Pandangan dobel
(+), Keluhan keringat dingin (-), nyeri kepala lama (-), telinga terasa
gemrebeg
(-),
berdenging
dan
pendengaran
agak
berkurang
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Sedang
Composmentis/ E4M6V5
150/90 mmHg
98 x/mnt
36,5 C
24x/menit
156 cm
55 kg
55 : (1,56m)2 = 22,63 kg/m2 (normoweight)
2. Status internus
Kepala
: mesosefal
Mata
Leher
Dada
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
: tympani
Palpasi
Alat kelamin
Ekstremitas
: edema - / -, sianosis - / -
3. Status Psikikus
Cara berpikir
: Realistis
Perasaan hati
: Euthym
Tingkah laku
: Normooaktif
Ingatan
: Cukup
Kecerdasan
: Cukup
4. Status Neurologis
Kesadaran : GCS E4 M6 V5 = 15
Kepala
Mata
Bentuk
: mesosefal
Nyeri tekan
: (-)
Simetri
: (+)
Leher
Sikap
: lurus
Pergerakan
: bebas
Kaku kuduk
: (-)
Nn. craniales
Kanan
Kiri
N. I ( Olfaktorius )
Subyektif
Dengan Bahan
Tajam penglihatan
visus >3/60
visus >3/60
Lapang penglihatan
dbn
dbn
Melihat warna
dbn
dbn
Sela mata
1.5 cm
1.5 cm
Pergerakan bulbus
Strabismus
Nistagmus
Eksoptalmus
Reflek cahaya
+N
+N
Reflek konsensual
+N
+N
Reflek konvergensi
+N
+N
Melihat kembar
N. II ( Optikus )
N. III ( Okulomotorius )
N. IV ( Troklearis )
Pergerakan mata
+
-
N. V ( Trigeminus )
Membuka mulut
Mengunyah
Menggigit
Reflek kornea
Sensibilitas muka
N. VI ( Abdusens )
Pergerakan mata
(ke lateral)
Melihat kembar
N. VII ( Fasialis )
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Memperlihatkan gigi
Bersiul
tidak dilakukan
Detik arloji
dbn
dbn
Suara berbisik
dbn
dbn
Tes Schwabach
dbn
dbn
Tes Rinne
dbn
dbn
Tes Weber
dbn
dbn
Sensibilitas Faring
Refleks muntah
Perasaan lidah
(2/3 bagian depan)
N. VIII ( Oktavus )
N. IX ( Glosofaringeus )
Perasaan lidah
N. X ( Vagus )
Arkus Faring
simetris
Berbicara
dbn
Menelan
Nadi
80 x / menit
tidak dilakukan
Memalingkan kepala :
Okulo kardiak
N. XI ( Aksesorius )
Mengangkat bahu
N. XII ( Hipoglosus )
Pergerakan lidah
bebas
Tremor lidah
Artikulasi
dbn
dbn
Kekuatan
lidah
Anggota gerak :
Motorik
Superior
Inferior
Pergerakan
+/+
+/+
Kekuatan
5/5
5/5
Tonus
+/+
+/+
Trofi
E/E
E/E
R. Fisiologis
+/+
+/+
R. Patologis
-/-
-/-
Klonus
-/-
: miksi
defekasi
Gerakan-gerakan abnormal
Tremor
: (-)
Athetosis
: (-)
Miokloni
: (-)
Khorea
: (-)
Ht
Leukosit
Trombosit
GDS
Ureum
Creatinin
Na
Cl
Osmolaritas : FD : L
Kesan:
Cor tak membesar
Tak tampak gambaran metastasis maupun kelainan pada pulmo dan tulang yang
tervisualisasi
EKG (24-7-2016):
V. NEUROLOGIC FORMULATION
Pasien laki-laki suku Jawa umur 53 tahun, pekerjaan wiraswasta sudah
menikah datang dengan keluhan 1 hari SMRS vertigo non vestibular, nausea
dan vomitus. Keluhan berkurang bila menutup mata. Semakin memberat dengan
membuka mata dan melihat lingkungan sekitar. Pandangan dobel (+), riwayat
hipertensi tidak terkontrol (+).
Pada Pemeriksaan Fisik didapatkan tanda vital tekanan darah 150/90
mmHg, nadi 98x/ menit, reguler, frekuensi nafas 24 x/ menit dan suhu 36,5 C.
Pada pemeriksaan neurologis didapati kesadaran composmentis, GCS: E4M6V5,
nistagmus vertikal (+), tanda tanda sindrom serebellar (+)
meliputi
disdiadokokinesis serta dismetria. Diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini
adalah vertigo vestibular sentral suspect .lesi intrakranial cerebellum.
Kumpulan tanda dan gejala tersebut konsisten mengarah ke vertigo non
vestibular sentral yang dikarenakan lesi di intrakranial (Infark di Cerebellum)
Female patient, Mrs. A, 29 years old man, Javannesse, a housewife,
right handed, married, came with chief complaint vestibular vertigo, with
chronic progressive headache, and vomiting, and impaired balance since 3
months before admission. The patient has past medical history of VP-shunt in
2011, and had underwent surgery in March 19th, 2014 with histopathological
examination result Pilocytic Astrocytoma Cerebellum (WHO Grade I).
On physical examination found vital signs, blood pressure 130/80
mmHg, heart rate 80x/ minute, regular,respiration rate 16 x/minute and
temperature 36,8 C.
VI. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Klinik
: Pusing melayang
Naussea
Vomitus
Diplopia
Nystagmus vertikal
Dismetria
Disdiadokokinesis
Diagnosis Topis
: Lesi intrakranial
Diagnosis Etiologik : suspect infark cerellum dd SOL
2. Hipertensi grade II
VII. Prognosis
Ad vitam
Ad sanam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
Inferior
+/+
5-5-5/5-5-5
/ N
E/E
++/++
-/-/-
: 88 mg/dl
Asam urat
: 5.50 mg/dl
Kolesterol
: 162 mg/dl
Trigliserida
: 152 mg/dl
HDL
: 29 mg/dl
(35 60 mg/dl)
LDL
: 110 mg/dl
MSCT polos
Mata
Nn. Craniales
Motorik
- Gerak
- Kekuatan
- Tonus
- Trofi
Inferior
+/+
5-5-5/5-5-5
/ N
/ N
E/E
E/E
- RF
++/++
- RP
-/- Klonus
Sensibilitas : Dalam batas normal
Vegetatif
: Dalam batas normal
Koordinasi, gait dan keseimbangan
Cara berjalan : ataksik gait (+)
Test Romberg : (+) jatuh kesisi kanan
Tandem gait
: miring kesisi kanan
Disdiadokinesis : (+)
Ataksia
: (+)
Dismetria
: (+)
++/++
-/-/-
Romberg
: (+)
Ip Tx : IVFD RL 20 tpm
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam (iv)
Betahistin mesylate 6mg/8jam(po)
Vit B1B6B12 1 tab/8 jam (po)
Simvastatin 10 mg/24 jam (po)
Amlodipin 10 mg/24 jam (po)
Ip Mx : Tanda vital, GCS, defisit neurologis
Ip Ex : Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit, rencana pengelolaan
Tanggal 01 Agustus 2016, hari ke 6 perawatan
S:
O: KU
Kesadaran
TV
Leher
Mata
Nn. Craniales
Motorik
- Gerak
- Kekuatan
- Tonus
- Trofi
- RF
- RP
Inferior
+/+
5-5-5/5-5-5
N/ N
N/ N
E/E
E/E
++/++
-/-
++/++
-/-
- Klonus
Sensibilitas : Dalam batas normal
Vegetatif
: Dalam batas normal
Koordinasi, gait dan keseimbangan
-/-
Ip Tx : IVFD RL 20 tpm
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam (iv)
Betahistin mesylate 6mg/8jam(po)
Vit B1B6B12 1 tab/8 jam (po)
Simvastatin 10 mg/24 jam (po)
Amlodipin 10 mg/24 jam (po)
Aspilet 80 mg/24 jam (po)
Ip Mx : Tanda vital, GCS, defisit neurologis
Ip Ex : Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit, rencana pengelolaan
MSCT polos
Mata
Nn. Craniales
Motorik
- Gerak
- Kekuatan
- Tonus
- Trofi
Inferior
+/+
5-5-5/5-5-5
N/ N
N/ N
E/E
E/E
- RF
++/++
- RP
-/- Klonus
Sensibilitas : Dalam batas normal
Vegetatif
: Dalam batas normal
Koordinasi, gait dan keseimbangan
++/++
-/-/-
Ip Tx : IVFD RL 20 tpm
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam (iv)
Betahistin mesylate 6mg/8jam(po)
Vit B1B6B12 1 tab/8 jam (po)
Simvastatin 10 mg/24 jam (po)
Amlodipin 10 mg/24 jam (po)
Aspilet 80 mg/24 jam (po)
Ip Mx : Tanda vital, GCS, defisit neurologis
Ip Ex : Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit, rencana pengelolaan
untuk rawat jalan
DECISION MAKING
BAB IV
PEMBAHASAN
Vertigo sentral adalah vertigo yang disebabkan oleh gangguan yang
berasal dari sistim saraf pusat, disebabkan oleh adanya perdarahan atau iskemik
pada serebellum, nucleus vestibularis dan penghubungnya dengan batang otak.
Infark serebellar terjadi akibat oklusi arteri cerebellar; sindroma klinik yang
dihasilkan dapat dibedakan hanya melalui hubungannya dengan temuan batang
otak. Pada tiap-tiap kasus, tanda cerebellar termasuk ataksia tungkai ipsilateral
dan hypotonia. Gejala dan tanda lain seperti sakit kepala, nausea, vomiting,
vertigo, nystagmus, dysarthria, palsy okular atau pandangan, kelemahan facial
atau sensory loss, dan hemiparesis kontralateral atau defisit hemisensory bisa ada.
Pada kasus ini seorang pasien laki-laki 53 tahun, pekerjaan wiraswasta
datang dengan keluhan 1 hari SMRS vertigo vestibular, nausea dan vomitus.
Keluhan berkurang bila menutup mata. Semakin memberat dengan membuka
mata dan melihat lingkungan sekitar. Pandangan dobel (+), riwayat hipertensi
tidak terkontrol (+).
Pada Pemeriksaan Fisik didapatkan tanda vital tekanan darah 150/90
mmHg, nadi 86 x/ menit, reguler, frekuensi nafas 24 x/ menit dan suhu
36,5
C.
Pada
pemeriksaan
neurologis
didapati
kesadaran
ataksia, dismetria dan disdiakokinesis kanan. Cara berjalan : ataksik gait (+), Test
Romberg (+) , Tandem gait
pada
1.