Anda di halaman 1dari 2

Pada saat Irwan HIdayat mulai bekerja di Sido Muncul pada tahun 1970, posisi perusahaan keluarga

tersebut jauh dari kata mentereng seperti yang kini terlihat. Tampilannya sama saja dengan ribuan
perusahaan jamu lain dengan beragam merek. Kemudian pada tahun 1972, Ibundanya, Desi Sulistyo
Hidayat memberikan tampuk kepemimpinan kepada dirinya dan empat orang adiknya sebagai
generasi ketiga pemilik Sido Muncul.
Oleh Ibundanya, Irwan diberikan posisi direktur dan sebuah perusahaan dalam keadaan yang
kurang menguntungkan. Utang bahan baku pada masa tersebut setara dengan 30 bulan omzet
perusahaan, luas pabrik hanya seluas 600 meter persegi, dan tidak memiliki satu pun mesin.
Meski memiliki jabatan direktur, Irwan minim pengetahuan pengelolaan perusahaan, tidak memiliki
ide-ide segar untuk memajukan perusahaan, datang ke kantor jam 12:00 siang, jam 14:00 main
kartu, jam 16:00 pulang. Untunglah ada keempat adiknya, Sofyan Hidayat, Johan Hidayat, Sandra
Linata, serta David Hidayat yang turut mengelola perusahaan.
Masa-masa pencerahan
Industri jamu tradisional selama masa 1970 hingga 1990an meski mengalami pasang surut, namun
tetap dikenal sebagai produk tradisional warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Jamu di dalam
hati sanubari rakyat Indonesia memiliki fungsi menjaga kesehatan serta merawat tubuh manusia.
Bisa jadi ini salah satu penyebab industri jamu tetap bertahan diterpa hembusan angin zaman.
Seiring waktu, Irwan mulai menyadari bahwa banyak kesalahan yang pernah dilakukannya karena
ketidak tahuan. Kemudian pada tahun 1993, tanpa terduga Irwan mendapatkan pelajaran sangat
berharga dari seseorang yang mengalami gangguan jiwa. Orang sakit jiwa tersebut menyatakan
bahwa jamu produksi Sido Muncul rasanya pahit dan busuk. Kemudian Irwan dan saudaranya
berupaya melakukan perbaikan terhadap produk jamu mereka. Pelajaran berharga lain diperolehnya
dari tukang bajaj yang mengajarkan bahwa setiap manusia mempunyai tanggung jawab sosial.
Irwan kemudian berkesimpulan bahwa perusahaannya harus memiliki visi memberi lebih
banyak manfaat bagi masyarakat dan tidak mengejar untung semata. Hal inilah yang menjadi
salah satu pemicu Sido Muncul memberikan anugerah tahunan Sido Muncul Award kepada individu
yang memiliki kepedulian dan kepekaan sosial.
Lalu tibalah krisis tahun 1997 dan Irwan justru nekad membangun pabrik modern untuk
memproduksi jamu secara mekanis demi memenuhi visinya serta meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap produk Sido Muncul. Meski banyak kolega menganggap langkah tersebut
terlalu berisiko, sikap tidak mau tahu Irwan malah berhasil menyelamatkan Sido Muncul meski
biaya pembangunan pabrik membengkak dari Rp 15 milyar menjadi Rp 30 milyar.

Pada tahun 2000, dengan aset pabrik seluas tujuh hektar yang memenuhi standar farmasi dan
laboratorium seluas 3.000 meter persegi yang berdiri di atas areal seluas 32 hektar, Sido Muncul
menjadi salah satu perusahaan yang paling siap beroperasi di pasaran setelah krisis reda.
Pada tahun yang sama pula, Departemen Kesehatan memberikan sertifikat Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) kepada Sido Muncul, yang mana sertifikat ini biasanya hanya diberikan kepada
industri farmasi. Dengan CPOB ini pula, lisensi pembuatan jamu SIdo Muncul disejajarkan dengan
lisensi produk-produk industri farmasi sehingga bisa dikatakan, Sido Muncul telah melakukan
lompatan kuantum dan siap menghadapi persaingan global.
Maka naiklah gengsi jamu-jamu Sido Muncul hingga setara dengan produk-produk industri farmasi.
Dengan produk-produk unggulan seperti STMJ, Tolak Angin, Kuku Bima, Kunyit Asem, Anak Sehat,
dan lain-lain, Irwan semakin berani berekspansi hingga daratan Eropa.
Strategi pemasaran yang digenjot Irwan juga tidak tanggung-tanggung. Dengan menggunakan jasajasa figur terkemuka seperti Setiawan Djodi, Sophia Latjuba, Rhenald Kasali, Dahlan Iskan, Chris
John, termasuk pula tokoh nyentrik seperti Mbah Maridjan yang terkenal dengan
pekikanRasa! Sido Muncul pun semakin terbang mengangkasa.
Tetap Membumi
Semua kesuksesan yang sudah diraih Irwan Hidayat bersama Sido Muncul tidak membuatnya lupa
daratan. Ia tetap ingat dengan visi perusahaan dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Berbagai
kegiatan sosial yang diselenggarakan atas nama Sido Muncul maupun atas nama Irwan Hidayat
rutin diadakan di berbagai wilayah.
Contoh berbagai bentuk kegiatan sosial tersebut adalah tetap mengizinkan karyawannya yang
berusia 70 tahun untuk terus bekerja, sumbangan terhadap korban bencana alam, dan tentunya
yang paling ikonik adalah Program Mudik Gratis bagi para pedagang jamu yang sudah diadakan
secara rutin sejak tahun 1991.

Anda mungkin juga menyukai