PENDAHULUAN
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan biasa atau
persalinan normal atau persalinan spontan terjadi apabila bayi lahir dengan
presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau alat bantu serta tidak
melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24
jam.1
Proses
persalinan
ditandai
oleh
adanya
kontraksi
uterus
yang
menyebabkan dilatasi serviks dan mendorong fetus keluar melalui jalan lahir.
Kontraksi miometrium selama persalinan akan terasa sangat menyakitkan bagi
ibu. Sebelum timbulnya kontraksi yang menyakitkan ini, uterus harus disiapkan
untuk proses kelahiran. Miometrium tidak akan berespon sampai dengan usia
kehamilan 36-38 minggu, dan setelah periode memanjang ini, fase transisional
diperlukan sampai serviks mengalami penipisan dan perlunakan.2
Selama proses persalinan salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah
kontraksi miometrium. Kontraksi miometrium yang tidak menyebabkan dilatasi
serviks dapat dirasakan kapanpun selama masa kehamilan. Kontraksi ini timbul
dengan intensitas yang rendah dan durasi yang singkat. Timbul rasa tidak nyaman
yang terbatas di abdomen bawah dan lipatan paha. Menjelang saat-saat akhir
kehamilan, ketika uterus mulai mengalami persiapan untuk persalinan, kontraksi
ini bertambah sering hal ini sering terjadi pada multipara dan kadang disebut
persalinan palsu. Namun, pada beberapa ibu kontraksi kuat dari uterus yang
menimbulkan dilatasi serviks, penurunan janin dan pengeluaran hasil konsepsi
yang timbul secara mendadak tanpa peringatan.2
Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori-teori yang
kompleks. Terdapat beberapa teori yang sering dibicarakan antara lain faktorfaktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh
saraf, dan faktor nutrisi dimana faktor-faktor ini dapat menyebabkan persalinan
dimulai.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan biasa atau
persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi
belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau alat bantu serta tidak melukai ibu
dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.1
Pada persalinan yang normal, terdapat juga hubungan antara waktu dengan
perubahan biokimiawi pada jaringan ikat serviks, yang menyebabkan kontraksi
uterus dan pembukaan serviks. Semua peristiwa tersebut terjadi sebelum pecahnya
selaput ketuban. Bila selaput ketuban pecah lebih dahulu, menurut penelitian
hanya 8% yang menyebabkan peningkatan aktivitas uterus.
Kehamilan yang aterm adalah kehamilan yang berusia antara 37 sampai 42
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Sedangkan persalinan preterm
adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum aterm
atau cukup bulan dengan berat janin antara 1000-2500 gram atau tua kehamilan
antara 28 minggu sampai 36 minggu. Dan persalinan post-term atau serotinus
adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yang
diperkirakan. Persalinan immaturus kurang dari 28 minggu lebih dari 20 minggu
dengan berat janin antara 500-1000 gram.1,2,3
2.2 Faktor-faktor Penyebab Mulainya Persalinan
Suatu persalinan ditandai dengan peningkatan aktivitas miometrium dari
aktivitas jangka panjang dan frekuensi rendah, menjadi aktivitas tinggi dengan
frekuensi yang lebih tinggi. Kondisi ini menghasilkan suatu keadaan menipis dan
membukanya serviks uterus. Pada persalinan normal terdapat juga hubungan
antara waktu dengan perubahan biokimiawi jaringan ikat serviks yang
menyebabkan kontraksi uterus dan pembukaan serviks. Semua peristiwa tersebut
terjadi sebelum pecahnya selaput ketuban.2,3,4
2
Pada dan selama persalinan ada tiga faktor penting yang berperan, yaitu
power (kekuatan kontraksi ibu (his), kontraksi otot dinding perut, kontraksi
diafragma pelvis atau kekuatan mengejan, ketegangan dan kontraksi ligament
rotumdum), passanger (janin dan plasenta), passage (kondisi jalan lahir lunak dan
tulang). Tanda dan gejala persalinan dimulai adalah penipisan dan pembukaan
serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks dan cairan lendir
bercampur darah bloody show.2,5
Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori-teori yang
kompleks. Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur dan sirkulasi
darah uterus, pengaruh saraf, dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang
mengakibatkan partus dimulai. Perkembangan ilmu biokimia dan biofisika telah
banyak mengungkapkan proses dimulai dan berlangsungnya partus, antara lain
penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Seperti diketahui progesteron
merupakan penenang bagi otot-otot uterus. Penurunan kadar kedua hormon ini
terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Kadar prostaglandin dalam
kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm meningkat terlebih sewaktu partus. 1,3
Pengaruh hormon hanya sebagian dari banyak faktor-faktor kompleks
yang dapat membangkitkan his. Selanjutnya dengan berbagai tindakan, persalinan
dapat juga dimulai (induction of labor) misalnya : 1) merangsang pleksus
Frankenhauser dengan memasukkan gagang laminaria dalam kanalis servikalis, 2)
pemecahan ketuban, 3) penyuntikan oksitosin (sebaiknya dengan jalan intravena),
4) pemakaian prostaglandin, dan sebagainya. Dalam menginduksi persalinan perlu
diperhatikan bahwa serviks sudah matang (serviks sudah pendek dan lembek), dan
kanalis servikalis terbuka minimal satu jari. Untuk menilai serviks dapat juga
dipakai skor pelvis yang dibuat oleh Bishop, yang lebih sering disebut dengan
Bishop Score, yaitu bila bishop score lebih dari 8, induksi persalinan
kemungkinan besar akan berhasil. Berikut ini akan ditampilkan kriteria penilaian
Bishop Score :1,3
Nilai
Keadaan serviks
Pembukaan serviks
< 1 cm
1- 2 cm
2-4 cm
>4 cm
> 4 cm
1-2 cm
< 1 cm
Konsistensi serviks
Keras
Sedang
Lunak
Posisi serviks
Posterior
Tengah
Anterior
-3
-2
-1
2.4
Cm
+1, +2
Presentation
Cephalic
Breech
Transverse
Compound
Face
Brow
Percent
96,8
2,7
0,3
0,1
0,5
0,01
Incidence
1:36
1:335
1:1000
1:2000
1:10000
aksis dari pintu atas panggul. Pada berbagai keadaan dimana kepala telah
turun ke dalam pelvis, bahu anterior akan dapat dibedakan dengan
manuver ketiga.
2.
Pemeriksaan Dalam
Sebelum persalinan, diagnosis presentasi fetus dan posisi dari pemeriksaan
vagina tidak dapat disimpulkan karena bagian tubuh yang menjadi presentasi
harus dipalpasi melewati serviks yang tertutup dan segmen bawah uteri.
Dengan onset persalinan dan setelah dilatasi serviks, presentasi verteks dan
posisinya dapat dipalpasi dengan letak sutura dan fontanel.2,3,4
Auskultasi
Walaupun auskultasi saja dengan fetoskop aural tidak menghasilkan informasi
yang dapat dipercaya untuk menentukan presentasi dan posisi fetus, namun
auskultasi dapat memperkuat hasil yang didapat dari palpasi. Bagian abdomen
ibu dimana denyut jantung janin dapat dengan jelas terdengar terkait dengan
presentasi dan bagian tubuh yang telah masuk panggul.2,3,4
4.
aktif dapat didiagnosis saat dilatasi serviks > 3 cm dengan adanya kontraksi
uterus. Sekali ambang dilatasi serviks sudah tercapai, kemajuan persalinan
normal dapat dicapai tergantung dari paritas dan mencapai 4 6 jam. Antisipasi
kemajuan selama 1 sampai 2 jam kala 2 untuk memonitor keselamatan janin.
Kebanyakan wanita dengan persalinan spontan akan melahirkan dalam waktu 10
jam setelah tercapainya persalinan spontan. Insufisiensi aktivitas uteri dapat
terjadi dan dapat dikoreksi karena kemajuan persalinan abnormal.3
2.4 Manajemen Persalinan Normal dan Melahirkan
Dilatasi serviks
Persalinan Palsu :
terfiksasi dengan baik pada panggul, maka kemungkinann terjadinya prolaps tali
pusat dan kompresi tali pusat meningkat. Kedua, persalinan akan segera dimulai
pada saat kehamilan aterm. Ketiga, jika kelahiran tidak terjadi dalam waktu 24
jam atau lebih setelah ketuban pecah, kemungkinan terjadinya infeksi intrauteri
akan meningkat.4
Dengan melakukan pemeriksaan menggunakan spekulum, diagnosis
adanya ketuban pecah dapat ditegakkan. Pada inspekulo dapat dilihat adanya
cairan yang mengumpul pada forniks posterior atau cairan jernih keluar pada jalan
lahir. Walaupun beberapa tes diagnostik untuk mendeteksi adanya ketuban pecah
telah direkomendasikan, namun tidak ada yang dapat benar-benar dipercaya. Jika
diagnosis tidak jelas, metode selanjutnya adalah dengan melihat pH dari cairan
vagina. pH sekret vagina normal antara 4,5 5,5, sedangkan cairan amnion 7
7,5. Penggunaan nitrazine untuk mendiagnosis ketuban pecah adalah mudah dan
metode yang cukup dapat dipercaya. pH diatas 6,5 akan mengindikasikan adanya
ketuban pecah. Positif palsu dapat terjadi jika bercampur dengan darah, semen
atau adanya bakterial vaginosis dan negatif palsu akibat cairan analisis sedikit. Tes
lainnya dapat digunakan untuk mendeteksi ketuban pecah. Arborisasi atau
terbentuknya daun pakis pada cairan vagina akan mengindikasikan adanya cairan
amnion dibandingkan cairan serviks. Jika terdapat kristal berbentuk daun pakis
hal ini menandakan adanya konsentrasi natrium klorida, protein dan karbohidrat
pada cairan. Deteksi menggunakan alfa-fetoprotein pada sekret vagina digunakan
untuk mendeteksi adanya cairan amnion. Identifikasi dilakukan dengan
menginjeksikan berbagai macam pewarna seperti Evans blue, methylene blue,
indigo carmine atau fluorescein pada kantung amnion melalui amniosentesis.4
2.4.B. Penipisan Serviks
Derajat penipisan serviks (effacement) dilakukan untuk membandingkan
panjang kanalis servikalis dengan tebal serviks yang teraba. Saat panjang serviks
berkurang setengahnya artinya serviks telah menipis 50%. Ketika serviks menjadi
tipis dan menyatu dengan segmen bawah uteri, maka terjadi 100% komplit.4,5
2.4.C. Dilatasi Serviks
11
2.5.A. Kala I
Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut
mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu
darah ini berasal dari kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau
mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang
berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika
serviks membuka.
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagai dalam 2 fase.
1.
2.
b.
c.
terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih
pendek.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan
multigravida. Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka lebih
dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri
eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit
terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran
serviks terjadi dalam saat yang sama.
Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau telah
lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir
lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai
pembukaan 5 cm disebut ketuban pecah dini.
13
14
2.5.D. Kala IV
Kala ini dianggap perlu untuk mengamati apakan ada perdarahan
postpartum.
kepala relatif lebih besar dan lebih berat. Mungkin pula bentuk uterus sedemikian
rupa, sehingga volume bokong dan ekstremitas yang lebih besar berada di atas, di
ruangan yang lebih luas, sedangkan kepala berada di bawah, di ruangan yang
lebih sempit. Ini dikenal sebagi teori akomodasi. Dalam mempelajari mekanisme
partus ini, imaginasi stereometrik kepala janin dan ruang panggul harus benarbenar difahami.1,4,5
Seperti telah dijelaskan terdahulu 3 faktor penting yang memegang
peranan pada persalinan adalah: kekuatan ibu yaitu his dan mengedan, keadaan
jalan lahir serta janinnya sendiri.1,4
His adalah salah satu kekuatan pada ibu seperti telah telah dijelaskan yang
menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi
kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam
rongga panggul.1,4,5
Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan
sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu
atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah
sumbu kepala janin miring dengan bidang atas panggul. Asinklitismus anterior
menurut Naegele ialah apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan
dengan pintu atas panggul. Dapat pula asinklitismus posterior menurut Litzman,
keadaan sebaliknya dari asinklitismus anterior.1,5
Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme
turunnya kepala dengan sinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah
pelvis lebih luas dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior. Hal
asinklitismus penting jika daya akomodasi panggul agak terbatas. Asinklitismus
derajat sedang merupakan ketentuan persalinan normal, namun jika semakin berat
kondisi ini akan disebut cephalopelvic disproportion.1,3
Pada banyak kasus, verteks memasuki panggul dengan sutura sagitalis
sejajar dengan diameter transversa panggul. Janin masuk ke dalam panggul
dengan oksiput berotasi 45o berada pada bidang anterior dari posisi transversal.
Mekanisme persalinan pada semua presentasi biasanya serupa.2,3,4
16
Posisi berubah mengikuti jalan lahir yaitu bentuk panggul manusia. Hal
inilah yang disebut mekanisme persalinan. Tanda adanya kemajuan persalinan
adalah adanya engagement, descent, fleksi, rotasi internal, ekstensi, rotasi
eksternal dan ekspulsi.2,3,4
1. Engagement merupakan mekanisme dimana diameter biparietal yang diikuti
oleh diameter transversa terbesar dari kepala janin masuk ke pintu atas panggul.3,4
2. Turunnya kepala dapat terjadi dengan 1 atau lebih dari 4 tekanan yaitu: cairan
amnion, tekanan langsung fundus pada bokong dengan kontraksi, otot abdominal
perut ibu serta ekstensi dan straightening dari tubuh janin.3,4
3. Setelah kepala turun dan menemukan resistensi, yaitu saat melewati serviks,
dinding pelvis, atau pelvic floor, janin akan fleksi. Pada gerakan ini, dagu akan
berkontak dengan dada janin sehingga diameter suboksipitobregmatika akan
memendek menggaktikan diameter oksipitofrontal.3,4
4. Rotasi internal atau putaran paksi dalam akibat pergerakan kepala sehingga
oksiput menuju simfisis pubis dari posisinya semula atau ke arah posterior
mendekati sakrum. Rotasi internal ini penting pada persalinan kecuali janin kecil.
Putaran ini terjadi saat kepala mencapai dasar pelvis.3,4,6
17
18
5.
Setelah kepala yang dalam posisi fleksi ini mencapai vulva, maka kepala
akan mengadakan ekstensi. Pada saat inilah dapat terjadi ruptur perineum.
Ekstensi ini terjadi akibat adanya dorongan kontraksi uterus yang mendorong
janin ke arah posterior dan akibat adanya resisten yang ditimbulkan pelvic
floor mendorong janin ke arah anterior sehingga terjadi gerakan pembukaan
vulva yang menyebabkan ekstensi kepala. Hal ini menyebabkan oksiput
berkontak dengan bagian inferior dari simfisis pubis. Kepala lahir oksiput,
19
bahu belakang. Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru
kemudian trokanter belakang. Kemudian bayi lahir seluruhnya.1,3,5
Bila bayi telah lahir, segera jalan napas dibersihkan. Tali pusat dijepit di
antara 2 cunam pada jarak 5 dan 10 cm. Kemudian, digunting di antara kedua
cunam tersebut lalu diikat. Tunggul tali pusat diberi anti septik. Umumnya bila
telah lahir lengkap, bayi segera akan menarik napas dan menangis.1
Resusitasi dengan jalan membersihkan dan mengisap lendir pada jalan
napas harus segera dikerjakan. Cairan di dalam lambung hendaknya diisap untuk
mencegahnya masuk ke dalam paru-paru ketika bayi muntah dan muntahnya
terisap masuk ke dalam paru-parunya.1,5
Bila bayi telah lahir, uterus mengecil. Partus berada dalam kala III (kala
uri). Walaupun bayi telah lahir, kala uri tidak kalah pentingnya dengan kala I dan
kala II. Kematian ibu karena perdarahan pada kala uri tidak jarang terjadi. Segera
setelah bayi dikeluarkan, his mempunyai amplitudo yang sama tinggi hanya
frekuensinya berkurang. Akibat his ini, uterus akan mengecil, sehingga perlekatan
plasenta dengan dinding uterus akan terlepas. Melepasnya plasenta dari dinding
uterus ini dapat dimulai dari tengah (sentral menurut Schultze), pinggir (marginal
menurut Mathews-Duncan), kombinasi tengah dan pinggir. Yang terbanyak adalah
menurut Schultze. Umumnya kala III berlangsung selama 6 sampai 15 menit.
Tinggi fundus uteri setelah kala III kira-kira 2 jari di bawah pusat.1,5
2.6.A.Manajemen Kala I
Memonitor kesejahteraan janin dengan monitor denyut jantung janin setiap
30 menit pada kala I dan setiap 15 menit pada kala II. Pada kehamilan yang
berisiko, auskultasi dilakukan setiap 15 menit pada kala I dan setiap 5 menit pada
kala II.3,5
Kontraksi uteri dimonitor secara kuntitatif dan kualitatif. Dengan telapak
tangan berada pada uterus, pemeriksa mengidentifikasi onset kontraksi.3
Tanda vital ibu yaitu temperatur, frekuensi nadi, dan tekanan darah
dievaluasi setiap 4 jam. Jika ketuban telah pecah beberapa jam sebelum terjadi
persalinan atau terdapat kenaikan suhu pada ambang batas, suhu diukur setiap
20
jam. Jika ketuban pecah > 18 jam, antibiotik preventif dapat diberikan untuk
infeksi streptokokus grup B direkomendasikan.3,5
Pemeriksaan dalam (pemeriksaan vagina) dilakukan pada kala I untuk
mengidentifikasi status serviks, station dan posisi janin. Saat ketuban pecah,
pemeriksaan dilakukan lebih jarang dilakukan.3,5
Pasien tidak boleh makan selama persalinan. Pengosongan lambung pada
persalinan terjadi lebih lama sehingga makanan atau obat oral tidak diabsorpsi dan
dapat terjadi muntah dan aspirasi.3
Cairan intravena tidak banyak berguna pada persalinan normal kecuali
pada penggunaan analgesik. Infus berguna saat nifas untuk memberikan oksitosin
profilaktik atau pada saat terjadi atonia uteri. Pada persalinan yang memanjang
dapat diberikan glukosa, natrium dan cairan pada wanita yang puasa sebanyak 60
120 ml/jam untuk mencegah dehidrasi dan asidosis.3
Posisi ibu selama persalinan di tempat tidur dibuat senyaman mungkin
yang biasanya dicapai dengan posisi lateral, namun tidak dilarang untuk
terlentang.3
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat menghambat
kepala janin masuk kedalam panggul. Jika buli teraba pada palpasi suprasimfisis,
maka diwajibkan untuk berkemih baik berkemih sendiri dikamar mandi atau
dengan menggunakan kateter.3
Manajemen ini dapat dibantu dengan partograf. Untuk memantau
kemajuan persalinan dan membantu penolong untuk mengambil keputusan dalam
penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif).4,5
Partogram dibuat oleh WHO untuk negara berkembang. Persalinan dibagi
menjadi fase laten yang tidak lebih lama dari 8 jam dan fase aktif yang dimulai
dari dilatasi serviks 3 cm dan selama dilatasi minimal kemajuannya adalah 1
cm/jam. Observasi selama 4 jam direkomendasikan sebelum dilakukan intervensi
ketika fase aktif lambat. Persalinan dibuat grafik dan dianalisis menggunakan 2
garis yaitu waspada dan bertindak.4,5
21
22
Kala ini disebut kala uri. Kala uri dimulai sejak bayi lahir lengkap sampai
plasenta lahir lengkap. Didapat 2 tingkat pada kelahiran plasenta:
1.
2.
janin
lahir,
uterus
masih
mengadakan
kontraksi
yang
1.
Perasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri
menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam
vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak
24
masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus.
Perasat ini dilakukan hati-hati. Jika hanya sebagian plasenta yang terlepas,
maka akan terjadi perdarahan
2.
Perasat Strasmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri
mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang
diregangkan ini, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tidak
terasa getaran berarti plasenta telah lepas.
3.
PerasatKlein
Wanita disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Jika
pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina,
berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Jika plasenta telah lahir, maka dapat dilihat bahwa uterus berkontraksi baik
dan terdorong ke atas kanan oleh vagina yang berisi plasenta. Dengan tekanan
ringan pada fundus uteri, plasenta mudah dapat dilahirkan, tanpa menyuruh
wanita untuk mengedan.3
Manajemen aktif kala III untuk membantu menghindarkan terjadinya
perdarahan pascapersalinan, yaitu meliputi:4
1.
2.
3.
Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, dapat diberikan oksitosin dosis
kedua 10 unit IM. Jika dalam waktu 30 menit plasenta belum lahir:4
25
Perasat Crede adalah dengan cara memijat uterus seperti memeras jeruk
agar plasenta lepas dari dinding uterus hanya dapat dipergunakan bila terpaksa,
misalnya perdarahan.
Setelah plasenta lahir, harus diteliti benar, apakah kotiledon-kotiledon
lengkap atau masih ada sebagian di dalam kavum uteri. Selanjutnya harus
diperhatikan apakah kontraksi uterus berjalan dengan baik. Selanjutnya jika ada
ruptur perineum, maka dilakukan perineorafi.
Tujuh
pokok
penting
yang
harus
diperhatikan
sebelum
26
2.
3.
4.
5.
6.
7.
27
BAB III
KESIMPULAN
28