Blok 15 Isu 4
Blok 15 Isu 4
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
SAR adalah lesi mukosa rongga mulut yang merupakan keadaan patologik,
ditandai dengan ulser yang berulang, sakit, kecil, ulser bulat atau oval, dikelilingi
oleh pinggiran yang eritematus dengan dasar kuning keabu-abuan.
Penyakit ini relatif ringan karena tidak bersifat membahayakan jiwa dan tidak
menular. Tetapi bagi orang orang yang menderita SAR dengan frekuensi yang
sangat tinggi akan merasa sangat terganggu. Beberapa ahli menyatakan bahwa
SAR bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan
gambaran beberapa keadaan patologis dengan gejala klinis yang sama (Haikal,
2009).
SAR dapat membuat frustasi pasien dan dokter gigi dalam merawatnya
karena kadang-kadang sebelum ulser yang lama sembuh ulser baru dapat timbul
dalam jumlah yang lebih banyak. Prevalensi SAR bervariasi tergantung pada
daerah populasi yang di teliti. Angka prevalensi SAR berkisar 15-25% dari
populasi penduduk di seluruh dunia. Penelitian telah menemukan terjadinya SAR
pada dewasa sekitar 2% di Swedia (1985), 1,9% di Spanyol (2002) dan 0,5% di
Malaysia (2000). SAR tampaknya jarang terjadi di Bedouins Kuwaiti yaitu sekitar
5% dan ditemukan 0,1% pada masyarakat India di Malaysia. Namun, SAR sangat
sering terjadi di Amerika Utara. Di Indonesia belum diketahui berapa prevalensi
SAR di masyarakat, tetapi dari data klinik penyakit mulut di rumah sakit
Ciptomangun Kusumo tahun 1988 sampai dengan 1990 dijumpai kasus SAR
sebanyak 26,6%, periode 2003-2004 didapatkan prevalensi SAR dari 101 pasien
terdapat kasus SAR 17,3%. SAR lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria,
pada orang dibawah 40 tahun, orang kulit putih, tidak merokok, dan pada anakanak. Menurut Smith dan Wray (1999), SAR dapat terjadi pada semua kelompok
umur tetapi lebih sering ditemukan pada masa dewasa muda.2 SAR paling sering
dimulai selama dekade kedua dari kehidupan seseorang. Pada sebagian besar
keadaan, ulser akan makin jarang terjadi pada pasien yang memasuki dekade
keempat dan tidak pernah terjadi pada pasien yang memasuki dekade kelima dan
keenam (Haikal, 2009).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Lesi
Lesi adalah suatu kelainan patologis pada jaringan yangmenimbulkan
gejala/simtom. Lesi terbagi atas 2 macam, yaitu lesi primer (lesi pertama kali
timbul) dan lesi sekunder (timbul setelah lesi primer) (Langlais and Miller, 1994).
2.1.1 Lesi Primer
a) Makula
-
b) Papula
-
c) Plak
-
d) Nodula
-
Tumor jinak dari jaringan ikat yang terjadi karena iritasi kronis (iritasi
ringan yang terus menerus)
dihilangkan
(misal eksisi)
Misalnya : Iritasi fibroma
e) Vesikula
-
f) Bula
-
g) Postula
-
h) Keratosis
-
i) Wheals
-
Suatu papula atau plak yang bewarna merah muda ,edema, dan berisi
serum
muncul
2.1.2
Lesi Sekunder
a) Erosi
-
b) Ulseri
-
c) Fisura
-
d) Sikatriks
-
Pembentukan
jaringan
baru
yang
berlebihan
dalam
proses
regenerasi
f) Sinus
Suatu saluran yang memanjang dan rongga supuratif , kista atau abses
Misalnya: Abses Periapikal (Langlais and Miller, 1994).
2.1.3
a) Herpes Zooster
Manifestasi oral terdiri dari sekelompok vesikel yang timbul secara
unilateral dikelilingi oleh daerah eritematosa yang nyata dan mengenai
bagian manapun pada mukosa mulut. Bagian mukosa mulut yang sering
terkena adalah bibir,lidah, palatum dan mukosa pipi.
b) Gingivostomatitis hepertika
Ditandai
dengan
munculnya
panas
secara
tiba-tiba,
malaise,
limfadenopati regional dan lesi-lesi oral berupa gejala gingivitis akut dan
vesikel-vesikel kecil yang timbul pada mukosa oral.
c) Campak
Manifestasi oral pada campak:
-
Bercak koplik pada mukosa pipi. Lesi ini tidak teratur, berupa bercak
putih kebiruan pada dasar yang kemerah-merahan. Bercak-bercak
tersebut dapat timbul pada bagian bibir dengan jumlah yang berubahubah.
d) Herpangina
Timbul vesikel pada pilaranterior fasia tonsil, palatum molle, uvula
dan tonsil. Vesikel berukuran seperti jarum pentul yang dikelilingi halo
sedikit demi sedikit dan menjadi tukak yang lebih besardan tertutup oleh
fibrin.
e)
2.2
lainnya.
Bentuk
lesi
ini
ditandai
dengan
ulser-ulser
Etiologi SAR
Etiologi SAR masih belum diketahui dengan pasti. Ulser pada SAR
bukan karena satu faktor saja tetapi multifaktorial yang memungkinkannya
berkembang menjadi ulser .
Faktor Predisposisi :
1) Faktor genetik
Faktor genetik dianggap memainkan peranan yang sangat besar
padapasien yang menderita SAR. Insiden SAR dipercaya meningkat
pada pasien yangmemiliki riwayat keluarga positif terkena SAR.
Kurang lebih 50% keturunanderajat pertama dari penderita SAR juga
akan mengidap SAR. Pasien denganriwayat keluarga SAR akan
menderita SAR sejak usia muda dan lebih beratdibandingkan pasien
tanpa riwayat keluarga SAR.
Faktor genetic SAR diduga berhubungan dengan peningkatan
jumlahhuman leucocyte antigen (HLA) Antigen inimenyerang sel-sel
melalui mekanisme sitotoksik dengan jalan mengaktifkanterlepasnya sel
mononuclear
ke
epithelium
khususnya
lapisan
prickle
sel
masa
pra-menstruasi
(phaselhuteal
menstruasi)
korpus
luteum
hormon
pada
kelenjar
tersebut
seperti
FSH,
LH,
akan
terjadi
penurunan
estrogen
danprogesterone
secara
mendadak.
gangguan
keseimbangan
sel-sel
termasuk
rongga
5) Faktor Mikroorganisme
Streptococcus diduga sangat berpengaruh dalam patogenesis SAR,
baik itu secara langsung maupun melalui stimulus antigen yang
mungkin
melakukan
reaksi
silang
dengan
mukosa
mulut.
Aktifnya
mengalami
stress
hormon
glukokortikoid
menyebabkan
padaorang
meningkatnya
yang
katabolisme
10
11
BAB III
KONSEP MAPPING
Keluhan Pasien
Pemeriksaan
dokter gigi
Pemeriksaan
Subjektif
Pemeriksaan
Objektif
Diagnosa
SAR (Stomatitis
Aftosa Rekuren)
Perawatan (Pada
Gejala)
12
Pemeriksaan
Penunjang
BAB IV
PEMBAHASAN
13
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.Lesi adalah suatu kelainan patologis pada jaringan yangmenimbulkan
gejala/simtom
2.Lesi terbagi atas 2 macam, yaitu lesi primer (lesi pertama kali timbul) dan
lesi sekunder (timbul setelah lesi primer)
3.Adalah lesi mukosa rongga mulut yang merupakan keadaan patologik,
ditandai dengan ulser yang berulang, sakit, kecil, ulser bulat atau oval,
dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus dengan dasar kuning keabuabuan
4.Pencegahan SAR diantaranya menjaga kebersihan rongga mulut, serta
mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama makanan yang mengandung
vit B12 dan zat besi. Ada beberapa usaha lain yang dilakukan untuk
mencegah munculnya sariawan. Misalnya menjaga kesehatan pada mulut,
menghindari luka pada mulut, menghindari kondisi stress, sering
mengkonsumsi buah dan sayur, terutama vit B, vit C, dan zat besi.
5.2 Saran
Sebagai mahasiswa kedokteran gigi harus mengenal dan mengetahui
tentang SAR sehingga dapat menangani pasien- pasien dengan baik dan benar.
15
DAFTAR PUSTAKA
Haikal, Mohamad. 2009. Aspek Imunologi Stomatitis Aftosa Rekuren. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Lewis, MAO. 1998. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut. Jakarta : Widya Medika.
Langlais R.P and Miller C.S. 1994. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut.
Jakarta Hipokrates
16