Anda di halaman 1dari 15

PEMBAHASAN

A. KOMUNIKASI SECARA UMUM


1. Konsep Komunikasi
Komunikasi berperan penting dalam proses kehidupan. Komunikasi merupakan inti dari
kehidupan sosial manusia dan merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia.
Banyak permasalahan yang menyangkut manusia dapat diidentifikasi dan dipecahkan melalui
komunikasi, tetapi banyak pula hal-hal kecil dalam kehidupan manusia menjadi
permasalahan besar karena komunikasi.
Komunikasi pada hakikatnya adalah suatu proses sosial. Sebagai proses sosial, dalam
komunikasi selain terjadi hubungan antara manusia juga terjadi interaksi saling memengaruhi
(Anwar, 1998). Dengan kata lain komunikasi adalah inti dari semua hubungan sosial. Apabila
dua orang atau lebih telah mengadakan hubungan sosial, maka sistem komunikasi yang
mereka dilakukan akan menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau
merenggangkan hubungan, menurunkan atau menambah ketegangan serta menambah
kepercayaan atau menguranginya.

2. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu communication. Kata communication itu
sendiri berasal dari bahasa latin communicatio yang artinya pemberitahuan dan/atau
pertukaran ide, dengan pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari
pendengarnya.
Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang
mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia melalui
pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta mengubah
sikap dan tingkat laku tersebut (Robbins dan Jones, 1982).
Duldt-Battey (2004) mendefinisikan komunikasi sebagai sebuah proses penyesuaian dan
adaptasi yang dinamis antara dua orang atau lebih dalam sebuah interaksi tatap muka yang
pada saat tersebut terjadi pertukaran ide, makna, perasaan dan perhatian.

Roger dalam Stuart G. W (1998) menekankan hakikat komunikasi sebagai suatu hubungan
yang dapat menimbulkan perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam
menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang terlibat dalam komunikasi.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses
pertukaran ide, perasaan, dan pikiran antara dua orang atau lebih yang bertujuan untuk
terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku serta penyesuaian yang dinamis antara orangorang yang terlibat dalam komunikasi.

3. Komponen Komunikasi
Menurut seorang ahli komunikasi, Effendy O. U. (2002), komunikasi terdiri dari lima
komponen yaitu : komunikator, komunikan, pesan, media, dan efek.

Komunikator
Komunikator adalah orang yang memprakarsai adanya komunikasi. Prakarsa timbul
karena jabatan, tugas, wewenang dan tanggung jawab ataupun adanya suatu keinginan

atau perasaan yang ingin disampaikan.


Dalam keperawatan, komunikator ini bisa perorangan, kelompok, atau organisasi.
Komunikan
Komunikan adalah orang yang menjadi objek komunikasi, pihak yang menerima
berita atau pesan dari komunikator. Komunikan -yang juga disebut sebagai sasaran
atau penerima pesan- adalah orang yang menerima pesan, artinya kepada siapa pesan
tersebut ditujukan. Dalam keperawatan, komunikan bisa perorangan, keluarga,

kelompok, ataupun masyarakat


Pesan
Pesan adalah segala sesuatu yang akan disampaikan. Pesan dapat berupa ide,
pendapat, pikiran dan saran.
Pesan atau berita juga merupakan rangsangan yang disampaikan oleh sumber kepada
sasaran. Pesan tersebut pada dasarnya adalah hasil pemikiran atau pendapat sumber
yang ingin disampaikan kepada orang lain. Penyampaian pesan banyak macamnya,
dapat dalam bentuk verbal ataupun nonverbal seperti gerakan tubuh, gerakan tangan,
ekspresi wajah, dan gambar. Apabila terdapat kesan yang berlainan dari pesan yang
disampaikan, maka seseorang akan lebih mempercayai kesan bukan kata-kata.
Misalnya, ketika seseorang berkata, saya tidak apa-apa kok sambil mengangkat
bahu dan ekspresi wajah kecewa. Kesan yang ditangkap lawan bicara pastilah bahwa

si pembicara kecewa. Isi simbolik dari pesan disebut informasi, dan apabila berupa

sesuatu yang baru, disebut inovasi.


Media
Media adalah segala sarana yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan
pesan ada pihak lain. Dengan demikian, saluran komunikasi dapat berupa pancaindra
manusia maupun alat buatan manusia. Media -alat pengirim pesan atau saluran pesanmerupakan alat atau saluran yang dipulih oleh sumber untuk menyampaikan pesan

kepada sasaran.
Efek
Efek atau akibat atau dampak adalah hasil dari komunikasi. Hasilnya adalah terjadi
perubahan pada diri sasaran. Perubahan dapat ditemukan pada aspek pengetahuan,
sikap, maupun tingkah laku. Terjadinya perubahan perilaku adalah tujuan akhir dari
komunikasi.
Hubungan antara kelima komponen tersebut dapat dilihat pada bagan berikut.

Pesan

Sumber

Sasaran

Efek (akibat)

Media
Umpan Balik

4. Bentuk Komunikasi
Ada beberapa bentuk komunikasi yang perlu diketahui oleh seorang komunikator agar dia
mampu memilih bentuk komunikasi yang tepat ketika berkomunikasi.
Secara garis besar bentuk komunikasi dibagi empat yaitu : komunikasi personal, komunikasi
kelompok, komunikasi massa dan komunikasi medio (Effendy, O. U., 2002).

Komunikasi personal

Komunikasi personal terdiri dari dua bentuk yaitu komunikasi intrapersonal dan
komunikasi interpersonal.
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang dilakukan pada diri sendiri, yang
terdiri dari sensasi, persepsi, memori, dan berpikir (Rahmat, J., 1996). Komunikasi
intrapersonal biasanya dilakukan oleh seseorang ketika merenung tentang dirinya atau
pada saat melakukan evaluasi diri. Dalam keperawatan, bentuk komunikasi ini juga
dilakukan pada saat analisis diri. Komunikasi ini dapat meningkatkan kesadaran diri
dan penilaian objektif terhadap masalah.
Sedangkan komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada orang
lain atau komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Komunikasi yang
dilakukan oleh perawat dengan kliennya pada saat konseling bisa dikategorikan

sebagai komunikasi interpersonal.


Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok terdiri dari dua bentuk yaitu komunikasi kelompok kecil dan
komunikasi kelompok besar.
Bentuk komunikasi kelompok kecil antara lain ceramah, diskusi panel, simposium,
forum, seminar dan lain-lain. Bentuk ceramah, misalnya, cocok sekali digunakan
untuk penyuluhan.
Komunikasi kelompok besar (public speaking) adalah komunikasi yang dilakukan
dengan jumlah pendengar yang banyak. Contoh bentuk ini adalah kampanye hidup

sehat yang dilakukan di lapangan.


Komunikasi massa
Komunikasi massa (Mass Communication) adalah komunikasi yang dilakukan dengan
perantara atau media komunikasi yang ada di masyarakat seperti radio, televisi, film,
pers, dan lain-lain. Bentuk komunikasi ini masih jarang digunakan oleh perawat,
padahal komunikasi massa sangat efektif untuk mengubah perilaku masyarakat.
Sebagai contoh, untuk mengubah persepsi masyarakat tentang penderita gangguan
jiwa, mungkin sangat baik dengan menayangkan di televisi bagaimana sebenarnya
gangguan jiwa itu.

Komunikasi medio
Komunikasi medio (medio Communication) adalah bentuk komunikasi yang
menggunakan media atau alat peraga tertentu seperti surat, telepon, e-mail, pamflet,
poster, spanduk dan sebagainya. Di berbagai institusi pelayanan kesehatan kita sudah
melihat banyak pamflet atau poster tentang kesehatan yang dapat dibaca oleh klien
dan keluarga yang berkunjung.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi


Agar proses komunikasi berjalan lancar, yaitu mencapai tujuan sebagaimana yang
diharapkan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor yang memengaruhi
setiap unsur komunikasi dapat bersifat positif, yaitu menunjang keberhasilan komunikasi;
atau bersifat negatif, yaitu menghambat berlangsungnya proses komunikasi (Effendy, O. U.,
2000). Semua faktor tersebut disederhanakan menjadi tujuh faktor sebagai berikut:

Kredibilitas
Kredibilitas (credibility) terdapat dan berpengaruh pada sumber atau komunikator.
Kredibilitas komunikator sangat memengaruhi keberhasilan proses komunikasi,
karena hal ini memengaruhi tingkat kepercayaan sasaran atau komunikan terhadap
pesan yang disampaikan. Larangan merokok yang disampaikan oleh seorang dokter
spesialis paru mungkin akan lebih diterima klien daripada jika disampaikan oleh
perawat ruangan. Di sinilah pentingnya seorang perawat bekerjasama dengan tim

kesehatan lain.
Isi pesan
Faktor ini terdapat dan berperan pada pesan, artinya pesan yang disampaikan
hendaknya mengandung isi yang bermanfaat bagi sasaran. Hasil komunikasi akan
lebih baik jika isi pesan besar manfaatnya bagi kepentingan sasaran. Pesan yang
disampaikan perawat seharusnya dapat memenuhi kebutuhan klien atau yang dapat
memecahkan masalah klien. Karena itu perawat perlu melakukan pengkajian dan

analisis diri sebelum berkomunikasi dengan klien (Stuart, G. W., 1998).


Kesesuaian dengan kepentingan sasaran
Kesesuaian dengan kepentingan sasaran terdapat dan berperan pada pesan. Pesan
yang disampaikan harus berhubungan dengan kepentingan sasaran. Makin erat
hubungan tersebut, makin dapat diharapkan keberhasilan komunikasi. Karena itu,
dalam berkomunikasi dengan klien perawat harus memahami terlebih dahulu
permasalahan klien. Jangan sampai perawat memberikan informasi yang sebetulnya
tidak dibutuhkan atau sudah diketahui klien. Di sinilah diperlukan pengkajian yang

akurat (Antai-Otong,1995).
Kejelasan
Kejelasan (clarity) terdapat dan berperan pada pesan. Kejelasan pesan yang
disampaikan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi. Pesan yang
membingungkan atau tidak jelas akan membuat sasaran bingung sehingga tidak
terjadi perubahan perilaku (Ellis, Gates & Kenworthy, 2000). Hal ini sering terjadi
ketika perawat melatih klien melakukan keterampilan tertentu. Karena perawat

menjelaskan dengan kalimat yang kurang jelas dan berbelit-belit, akibatnya klien

tidak melakukan keterampilan tersebut.


Kesinambungan dan konsistensi
Berkesinambungan dan konsistensi terdapat pada pesan. Pesan yang akan
disampaikan harus konsisten dan berkesinambungan. Agar pesan yang disampaikan
bisa konsisten dan berkesinambungan, seorang perawat atau tenaga kesehatan perlu
membuat

perencanaan

yang

matang

sebelum

melakukan

intervensi

atau

berkomunikasi dengan klien (Taylor, C., 1993). Di samping itu perlu adanya
pemahaman yang sama dan kesepakatan antara tega kesehatan yang tergabung dalam
tim agar informasi yang diberikan kepada klien sama dan konsisten. Jika pesan yang
disampaikan selalu berubah-ubah maka sulit diharapkan terjadinya perubahan

perilaku sasaran.
Saluran
Saluran terdapat dan berperan pada media. Media yang digunakan harus disesuaikan
dengan pesan yang ingin disampaikan. Sebagai contoh, untuk melakukan penyuluhan
kesehatan pada masyarakat desa dengan tingkat pendidikan rata-rata SD sampai SMP,
penggunaan lembar balik (flipchart) dengan gambar-gambar yang menarik akan lebih
efektif daripada menggunakan overhead projector (OHP). Pemilihan media yang tepat
dapat meningkatkan pemahaman sasaran sehingga perubahan yang diharapkan dap

tercapai (Ellis, Gates & Kenworthy, 2000).


Kapasitas sasaran
Kapasitas sasaran terdapat pada komunikan. Dalam menyampaikan pesan,
komunikator harus memperhitungkan kemampuan sasaran dalam menerima pesan.
Kemampuan sasaran menerima pesan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial
ekonomi, sosial budaya, dan sebagainya.

Ketujuh faktor tersebut di atas saling berhubungan dan saling memengaruhi satu sama
lainnya. Jika sumber tidak mempunyai kredibilitas yang tinggi, maka dampar memengaruhi
pemillihan pesan yang disampaikan dan media yang digunakan.
Faktor lain yang memengaruhi komunikasi adalah faktor psikologis seperti sikap,
pengalaman hidup, motivasi, kepribadian, dan konsep diri (Rahmat, J., 1996). Faktor sosial
seperti usia, jenis kelamin, kelas sosial, suku, bahasa, kekuasaan, dan peran sosial juga
memengaruhi pres komunikasi (Ellis, Gates & Kenworthy, 2000).

B. KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto, 1994). Sedangkan menurut
Stuart & Sundeen (1995) komunikasi terapeutik juga dapat dipersepsikan sebagai proses
interaksi antara klien dan perawat yang membantu klien mengatasi stres sementara untuk
hidup harmonis dengan orang lain, menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat diubah
dan mengatasi hambatan psikologis yang menghalangi realisasi diri (Kozier et.al, 2000).
Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi sosial yaitu pada komunikasi terapeutik
selalu terdapat tujuan atau arah yang spesifik untuk komunikasi.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien dan membina hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien.

2. Fungsi Komunikasi Terapeutik


Menurut Vancarolis (1990) dalam Purwanto (1994) fungsi komunikasi terapeutik adalah
untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat-klien melalui hubungan
perawat-klien. Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji
masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan.
Dwidiyanti (2008) mengungkapkan bahwa seorang perawat profesional selalu mengupayakan
untuk berperilaku terapeutik, yang berarti bahwa tiap interaksi yang dilakukan menimbulkan
dampak terapeutik yang memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang. Tujuan
hubungan terapeutik diarahkan pada tetumbuhan klien yang menurut Stuart dan Sundeen
(1995) dan Limberg, Hunter & Kruzweski (1983) meliputi:
a. Meningkatkan tingkat kemandirian klien melalui proses realisasi diri, penerimaan diri
dan rasa hormat terhadap diri sendiri
b. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi
c. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling
tergantung dan mencintai
d. Meningkatkan kesejahteraan klien dengan peningkatan fungsi dan kemampuan
memuaskan kebutuhan serta Mencapai tujuan personal yang realistik

3. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik dilaksanakan dengan tujuan :
a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurang beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
pada hal-hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan
derajat kesehatan.
d. Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga kesehatan)
secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah
klien.

4. Karakteristik Komunikasi Terapeutik


Menurut Arwani (2002) ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik
antara lain:
a. Keikhlasan
Perawat harus menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan yang dimiliki terhadap
keadaan klien. Perawat yang mampu menunjukkan rasa ikhlasnya mempunyai
kesadaran mengenai sikap yang dipunyai terhadap klien sehingga mampu belajar
untuk mengkomunikasikan secara tepat.
b. Empati
Empati merupakan perasaan pemahaman dan penerimaan perawat terhadap
perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan dunia pribadi klien. Empati
merupakan sesuatu yang Jujur, sensitif dan tidak dibuat-buat (objektif) didasarkan atas
apa yang dialami orang lain. Empati cenderung bergantung pada kesamaan
pengalaman Siantar orang yang terlibat komunikasi.
c. Kehangatan
Dalam kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan ide-ide
dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau
dikonfrontasi. Suasana yang hangat, permisif dan adanya ancaman menunjukkan
adanya

rasa

penerimaan

perawat

terhadap

klien.

mengekspresikan perasaannya secara lebih mendalam.

Sehingga

klien

akan

5. Prinsip Komunikasi Terapeutik (Keliat, 1996)


Tujuan komunikasi terapeutik akan tercapai apabila perawat dalam helping relationship
memiliki prinsip-prinsip/karakteristik dalam menerapkan komunikasi terapeutik yang
meliputi:
a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya
sendiri serta nilai yang dianut.
b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai
c. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien
d. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental
e. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin
matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
f. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahak untuk mengetahui
dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustrasi
g. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya
h. Memahami betul arti dari empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya
simpati bukan tindakan yang terapeutik
i. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik
j. Mampu berperan sebagai rol model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang
lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan
sehat fisik, mental, spiritual dan gaya hidup
k. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan yang dianggap mengganggu
l. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang
tanpa rasa takut
m. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi
n. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan berdasarkan
prinsip kesejahteraan manusia
o. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap dirinya atas
tindakan yang dilakukan dan bertanggung jawab terhadap orang lain
Dengan prinsip-prinsip tersebut di atas, diharapkan perawat akan mampu menggunakan
dirinya sendiri secara terapeutik. Selanjutnya upaya perawat untuk meningkatkan
kemampuan yang berhubungan dengan pengetahuan tentang dinamika komunikasi,
penghayatan terhadap kelebihan dan kekurangan diri dan kepekaan terhadap kebutuhan orang
lain sangat diperlukan dalam therapeutic use of self. Menggunakan diri secara terapeutik
memerlukan integrasi dari ketiga kemampuan tersebut (Dwidiyanti, 2008).

6. Teknik Komunikasi Terapeutik


Menurut Stuart & Sundeen (1995), teknik komunikasi terdiri dari:
a. Mendengarkan (Listening)
Mendengarkan merupakan dasar dalam komunikasi yang akan mengetahui perasaan
klien. Teknik mendengarkan dengan cara memberi kesempatan klien untuk bicara
banyak dan perawat sebagai pendengar aktif. Menurut Ellis (1998), menjelaskan
bahwa mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukkan pada
orang lain bahwa apa yang dikatakannya adalah penting dan dia adalah orang yang
penting. Mendengarkan juga menunjukkan pesan anda bernilai untuk saya dan
saya tertarik padamu.
b. Pertanyaan Terbuka
Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topik yang
akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeutik apabila klien menunjukkan
penerimaan dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi nun terapeutik apabila perawat
mendominasi interaksi dan menolak respons klien (Stuart dan Sendeen, 1995)
c. Mengulang
Merupakan teknik yang dilaksanakan dengan cara mengulang pokok pikiran yang
diungkapkan klien, yang berguna untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi
indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraan. Teknik ini bernilai terapeutik ditandai
dengan perawat mendengar dan melakukan validasi, mendukung klien dan
memberikan respons terhadap apa yang baru saja dikatakan oleh klien.
d. Penerimaan
Penerimaan adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang
menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti persetujuan.
Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa menunjukkan keraguan
atau ketidaksetujuan. Dikarenakan hal tersebut, perawat harus sadar terhadap ekspresi
nonverbal. Bagi perawat perlu menghindari memutar mata ke atas, menggelengkan
kepala, mengerutkan atau memandang dengan muka masam pada saat berinteraksi
dengan klien.
e. Klarifikasi
Klarifikasi merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak
mendengar atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba
memahami situasi yang digambarkan klien.
f. Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang didengar,
refleksi perasaan dengan cara memberi respons pada perasaan klien terhadap isi

pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya. Teknik ini akan
membantu perawat untuk memelihara pendekatan yang tidak menilai (Byod dan
Nihart, 1998), dikutip oleh Nurjanah (2001).
g. Asertif
Menurut Smith (1992) dalam Nurjanah (20001) asertif adalah kemampuan dengan
cara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap
menghargai hak orang lain. Tahap-tahap menjadi lebih asertif menurut lindberg
(1998) dalam Nurjanah (2001) antara lain menggunakan kata tidak sesuai dengan
kebutuhan, mengkomunikasikan maksud dengan jelas, mengembangkan kemampuan
mendengar, pengungkapan komunikasi disertai dengan bahasa tubuh yang tepat,
meningkatkan kepercayaan diri dan gambaran diri dan menerima kritik dengan ramah.
h. Memfokuskan
Cara ini dengan memilih topik yang penting atau yang telah dipilih dengan menjaga
pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik,lebih jelas dan berfokus pada
realitas.
i. Membagi persepsi
Merupakan teknik komunikasi dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal
yang dirasakan dan dipikirkan.
j. Identifikasi tema
Merupakan teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang muncul dan
berguna untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting.
k. Diam (Silence)
Diam dilakukan dengan tujuan mengorganisir pemikiran, memproses informasi,
menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon. Diam tidak dilakukan
dalam waktu yang lama karena mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam juga
dapat diartikan sebagai mengerti atau marah. Diam di sini juga menunjukkan
kesediaan seseorang untuk menanti orang lain untuk berpikir, meskipun begitu diam
yang tidak tepat dapat menyebabkan orang lain merasa cemas (Myers,1999), dikutip
oleh Nurjanah (2001).
l. Informing
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih
lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi adalah akan memfasilitasi
komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan dan memfasilitasi klien untuk
mengambil keputusan (Stuart & Sundeen,1995). Kurangnya pemberian informasi
yang dilakukan saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien tidak percaya. Hal
yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien ada saat memberikan informasi.
m. Humor

Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu mengurangi ketegangan dan rasa
sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988)
melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang
menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi
ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi
rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidakmampuannya untuk berkomunikasi
dengan klien.
n. Saran
Teknik yang bertujuan memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Teknik ini
tidak tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.
7. Tahapan Dalam Komunikasi Terapeutik
Dalam komunikasi terapeutik ada empat tahap , Diana pada setiap tahap mempunyai tugas
yang harus diselesaikan oleh perawat (Stuart & Sundeen , 1995)
a. Fase Prainteraksi
Prainteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien. Perawat mengumpulkan
data tentang klien, mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri dan membuat
rencana pertemuan dengan klien.
b. Fase Orientasi
Fase ini dimulai ketika perawat bertemu dengan klien untuk pertama kalinya. Hal
utama yang perlu dikaji adalah klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi
terbinanya hubungan perawatan klien. Dalam memulai hubungan tugas pertama
adalah membina rasa percaya, penerimaan dan pengertian komunikasi yang terbuka
dan perumusan kontrak klien. Pada tahap ini perawat melakukan kegiatan sebagai
berikut : memberi salam dan senyum pada klien, melakukan validasi (kognitif,
psikomotor, afektif) memperkenalkan nama perawat, menanyakan nama kesukaan
klien, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan kegiatan, menjelaskan kerahasiaan. Tujuan akhir pada
fase ini ialah terbina hubungan saling percaya.
c. Fase Kerja
Pada tahap kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan yang dilakukan adalah
memberi kesempatan pada klien untuk bertanya, menanyakan keluhan utama,
memulai kegiatan dengan cara yang baik, melakukan kegiatan sesuai rencana.
Perawat memenuhi kebutuhan dan mengembangkan pola-pola adaptif klien. Interaksi

yang memuaskan akan menciptakan situasi/suasana yang meningkatkan integritas


klien dengan meminimalisasi ketakutan, ketidakpercayaan, kecemasan dan tekanan
pada klien.
d. Fase Terminasi
Pada tahap terminal dalam komunikasi terapeutik kegiatan yang dilakukan oleh
perawat adalah menyimpulkan hasil wawancara, tindak lanjut

dengan klien,

melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik) mengakhiri wawancara dengan cara
yang baik (Stuart & Sundeen, 1995)
8. Cara Perawat Menghadirkan Diri Secara Fisik Sehingga Dapat Memfasilitasi
Komunikasi Yang Terapeutik (Egan dalam Keliat, 1992)
Seorang perawat perlu memperhatikan sikap tertentu untuk melakukan terapeutik antara
lain :
a. Berhadapan
Berhadapan langsung dengan orang yang diajak komunikasi mempunyai arti bahwa
komunikator siap untuk berkomunikasi.
b. Mempertahankan Kontak Mata
Kontak mata merupakan kegiatan menghargai klien dan mengatakan keinginan untuk
tetap berkomunikasi
c. Membungkuk Ke Arah Klien
Sikap ini merupakan posisi yang menunjukkan keinginan untuk mendengar sesuatu.
d. Mempertahankan Sikap Terbuka
Sikap ini ditunjukkan dengan posisi kaki atau tangan tidak melipat, menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi.
e. Tetap rileks
Merupakan sikap yang menunjukkan adanya keseimbangan antara ketegangan dengan
relaksasi dalam memberi respons pada klien.
9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik (Potter & Perry dalam
Nurjannah, 2001, Tamsuri, 2005)
Dalam melakukan sebuah komunikasi salah satunya komunikasi yang terapeutik dapat
dipengaruhi beberapa hal antara lain:
a. Perkembangan
Perkembangan manusia mempengaruhi bentuk komunikasi dalam dua aspek, yaitu
tingkat perkembangan tubuh mempengaruhi kemampuan untuk menggunakan teknik
komunikasi tertentu dan mempersepsikan pesan yang disampaikan .
b. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa.

c. Gender
Laki-laki dan perempuan menunjukkan gaya komunikasi yang berbeda dan memiliki
interpretasi yang berbeda terhadap suatu percakapan.
d. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat
untuk menyadari nilai seseorang. Dalam hubungan profesionalnya perawat
diharapkan tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya.
e. Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya
juga akan membatasi cara bertindak dan komunikasi.
f. Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian. Perawat perlu
mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga mampu memberikan asuhan
keperawatan yang tepat.
g. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Hubungan
terapeutik akan terjalin dengan baik jika didukung oleh pengetahuan perawat tentang
komunikasi terapeutik baik tujuan, manfaat dan proses yang akan dilakukan.
h. Peran dan Hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan hubungan antar orang yang berkomunikasi. Berbeda
dengan komunikasi yang terjadi dalam pergaulan bebas, komunikasi antar perawat
klien terjadi secara formal karena tuntutan profesionalisme.
i. Lingkungan
Suasana yang bising, tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan kerancuan,
ketegangan dan ketidaknyamanan. Untuk itu perawat perlu menyiapkan lingkungan
yang tepat dan nyaman sebelum memulai interaksi dengan pasien.
j. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa aman dan
kontrol. Untuk itu perawat perlu memperhitungkan jarak yang tetap pada saat
melakukan hubungan dengan klien.
k. Masa Bekerja
Makin lama seseorang bekerja semakin benak pengalaman yang dimiliknya sehingga
akan semakin baik komunikasinya (Kariyoso, 1994).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan perawat dan klien yang terapeutik
adalah pengalaman belajar dan perbaikan emosi klien. Bagi klien, dalam hal ini perawat
memakai dirinya secara terapeutik dan memakai teknik komunikasi agar perilaku klien dapat
berubah ke arah yang positif seoptimal mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Mundakir. (2006). KOMUNIKASI KEPERAWATAN. Yogyakarta. Graha Ilmu


Suryani. (2006). Komunikasi Terapeutik. Jakarta. EGC
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=990

Anda mungkin juga menyukai