ULKUS KORNEA
A. Pengertian
Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya
destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. (Darling,H Vera, 2000, hal 112)
B. Etiologi
Faktor penyebabnya antara lain:
- Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata,
sumbatan saluran lakrimal), dan sebagainya
- Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma,
penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka
- Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : oedema kornea kronik, exposurekeratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma) ; keratitis karena defisiensi vitamin
A, keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis virus.
- Kelainan-kelainan sistemik; malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens-Jhonson,
sindrom defisiensi imun.
- Obat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun, misalnya : kortikosteroid, IUD,
anestetik lokal dan golongan imunosupresif.
Secara etiologik ulkus kornea dapat disebabkan oleh :
- Bakteri
Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah streptokok
pneumoniae, sedangkan bakteri lain menimulkan ulkus kornea melalui faktor-faktor
pencetus diatas.
- Virus : herpes simplek, zooster, vaksinia, variola
- Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium
- Reaksi hipersensifitas
Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus marginal), TBC (keratokonjungtivitis flikten),
alergen tak diketahui (ulkus cincin)
(Sidarta Ilyas, 1998, 57-60)
C. Tanda dan Gejala
- Pada ulkus yang menghancurkan membran bowman dan stroma, akan
menimbulkan sikatrik kornea.
- Gejala subyektif pada ulkus kornea sama seperti gejala-gejala keratitis. Gejala
obyektif berupa injeksi silier, hilangnya sebagian jaringan kornea dan adanya
infiltrat. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis disertai hipopion.
- Fotofobia
- Rasa sakit dan lakrimasi
(Darling,H Vera, 2000, hal 112)
D . MACAM-MACAM ULKUS KORNEA SECARA DETAIL
Ulkus kornea dibagi dalam bentuk :
1. Ulkus kornea sentral meliputi:
a. Ulkus kornea oleh bakteri
Bakteri yang ditemukan pada hasil kultur ulkus dari kornea yang tidak ada faktor
pencetusnya (kornea yang sebelumnya betul-betul sehat) adalah :
- Streptokokok pneumonia
- Streptokokok alfa hemolitik
- Pseudomonas aeroginosa
- Klebaiella Pneumonia
- Spesies Moraksella
Sedangkan dari ulkus kornea yang ada faktor pencetusnya adalah bakteri patogen
opportunistik yang biasa ditemukan di kelopak mata, kulit, periokular, sakus
konjungtiva, atau rongga hidung yang pada keadaan sistem barier kornea normal
tidak menimbulkan infeksi. Bakteri pada kelompok ini adalah :
- Stafilokukkus epidermidis
- Streptokokok Beta Hemolitik
- Proteus
Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokok
Bakteri kelompok ini yang sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulkus kornea
adalah :
- Streptokok pneumonia (pneumokok)
- Streptokok viridans (streptokok alfa hemolitik0
- Streptokok pyogenes (streptokok beta hemolitik)
- Streptokok faecalis (streptokok non-hemolitik)
Walaupun streptokok pneumonia adalah penyebab yang biasa terdapat pada
keratitis bakterial, akhir-akhir ini prevalensinya banyak digantikan oleh stafilokokus
dan pseudomonas.
Ulkus oleh streptokok viridans lebih sering ditemukan mungkin disebabkan karena
pneumokok adalah penghuni flora normal saluran pernafasan, sehingga terdapat
semacam kekebalan. Streptokok pyogenes walaupun seringkali merupakan bakteri
patogen untuk bagian tubuh yang lain, kuman ini jarang menyebabkan infeksi
kornea. Ulkus oleh streptokok faecalis didapatkan pada kornea yang ada faktor
pencetusnya.
Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokok
Ulkus berwarna kuning keabu-abuan, berbetuk cakram dengan tepi ulkus
menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea,
karen aeksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia
Pengobatan : Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi subkonjungtiva dan
intra vena
Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus
Infeksi oleh Stafilokokus paling sering ditemukan. Dari 3 spesies stafilokokus
Aureus, Epidermidis dan Saprofitikus, infeksi oleh Stafilokokus Aureus adalah yang
paling berat, dapat dalam bentuk : infeksi ulkus kornea sentral, infeksi ulkus
marginal, infeksi ulkus alergi (toksik).
Infeksi ulkus kornea oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila ada faktor
penceus sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi herpes simpleks dan lensa
kontak yang telah lama digunakan.
Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus
Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan disertai infiltrat
berbatas tegas tepat dibawah defek epithel. Apabila tidak diobati secara adekuat,
akan terjadi abses kornea yang disertai oedema stroma dan infiltrasi sel lekosit.
Walaupun terdapat hipopion ulkus sering kali indolen yaitu reaksi radangnya
minimal. Infeksi kornea marginal biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas terhadap Stafilokokus Aureus.
Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas
Berbeda dengan ulkus kornea sebelumnya, pada ulkus pseudomonas bakteri ini
ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Bakteri pseudomonas bersifat aerob obligat
dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat sintesis protein. Keadaan ini
menerangkan mengapa pada ulkus pseudomonas jaringan kornea cepat hancur dan
mengalami kerusakan. Bakteri pseudomonas dapat hidup dalam kosmetika, cairan
fluoresein, cairan lensa kontak.
Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri pseudomonas
Biasanya dimulai dengan ulkus kecil dibagian sentral kornea dengan infiltrat
berwarna keabu-abuan disertai oedema epitel dan stroma. Ulkus kecil ini dengan
cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi kornea. Ulkus
mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan.
Pengobatan : gentamisin, tobramisin, karbesilin yang diberikan secara lokal,
subkonjungtiva serta intra vena.
b. Ulkus kornea oleh virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit
dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan
menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami
nekrosis di bagian sentral.
c.Ulkus kornea oleh jamur
Ulkus kornea oleh jamur banyak ditemukan, hal ini dimungkinkan oleh :
- Penggunaan antibiotika secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama atau
pemakaian kortikosteroid jangka panjang
- Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang
disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau binatang yang terbang
mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh benda atau binatang yang
melukai kornea dan bukan dari adanya defek epitel dan jamur yang berada di
lingkungan hidup.
- Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik, maka
faktor ekologi ikut memberikan kontribusi.
Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana, ditanah, di udara dan sampah
organik. Keduanya dapat menyebabkan penyakit pada tanaman dan pada manusia
dapat diisolasi dari infeksi kulit, kuku, saluran kencing.
Aspergilus juga terdapat dimana-mana dan merupakan organisme oportunistik ,
selain keratitis aspergilus dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen dan endogen,
selulitis orbita, infeksi saluran lakrimal.
Kandida adalah jamur yang paling oportunistik karena tidak mempunyai hifa
(filamen) menginfeksi mata yang mempunyai faktor pencetus seperti exposure
keratitis, keratitis sika, pasca keratoplasti, keratitis herpes simpleks dengan
pemakaian kortikosteroid.
Pengobatan : Pemberian obat anti jamur dengan spektrum luas, apabila
memungkinkan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas untuk
dapat memilih obat anti jamur yang spesifik.
2. Ulkus marginal
Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat
atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan terdapat
daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus marginal dapat ditemukan pada
orang tua dan sering dihubungkan dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat
juga terjadi ebrsama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh
Moraxella, basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan dapat
dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Secara subyektif ; penglihatan
pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai rasa sakit, lakrimasi dan
fotofobia. Secara obyektif : terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat
atau ulkus yang sejajar dengan limbus.
Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3 hingga 4 hari,
tetapi dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi stafilokok atau kuman
lainnya. Disensitisasi dengan toksoid stafilokkus dapat memberikan penyembuhan
yang efektif.
a. Ulkus cincin
Merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh lingkaran kornea,
bersifat destruktif dan biasaya mengenai satu mata.
Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama penyakit disentri
basile, influenza berat dan penyakit imunologik. Penyakit ini bersifat rekuren.
Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja.
b. Ulkus kataral simplek
Letak ulkus peifer yang tidak dalam ini berwarna abu-abu dengan subu terpanjag
tukak sejajar dengan limbus. Diantara infiltrat tukak yang akut dengan limbus
ditepiya terlihat bagian yang bening.
Terjadi ada pasien lanut usia.
Pengobatan dengan memberikan antibiotik, steroid dan vitamin.
c. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea berjalan
progresif ke arah sentral tanpa adaya kecenderungan untuk perforasi. Gambaran
khasnya yaitu terdapat tepi tukak bergaung dengan bagan sentral tanpa adanya
kelainan dalam waktu yang agak lama. Tukak ini berhenti jika seluuh permukaan
kornea terkenai.
Penyebabya adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau autoimun.
Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata.
Pengobatan degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi konjungtiva,
keratektomi dan keratoplasti.
(Sidarta Ilyas, 1998, 57-60)
E. Penatalaksanaan :
Pasien dengan ulkus kornea berat biasanya dirawat untuk pemberian berseri
(kadang sampai tiap 30 menit sekali), tetes antimikroba dan pemeriksaan berkala
oleh ahli opthalmologi. Cuci tangan secara seksama adalah wajib. Sarung tangan
harus dikenakan pada setiap intervensi keperawatan yang melibatkan mata.
Kelopak mata harus dijaga kebersihannya, dan perlu diberikan kompres dingin.
Pasien dipantau adanya peningkatan tanda TIO. Mungkin diperlukan asetaminofen
untuk mengontrol nyeri. Siklopegik dan midriatik mungkin perlu diresep untuk
mengurangi nyeri dan inflamasi. Tameng mata (patch) dan lensa kontak lunak tipe
balutan harus dilepas sampai infeksi telah terkontrol, karena justru dapat
memperkuat pertumbuhan mikroba. Namun kemudian diperlukan untuk
mempercepat penyembuhan defek epitel.
F. Pemeriksaan Diagnostik :
a. Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan )
b. Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 15 - 20 mmHg
c. Pemeriksaan oftalmoskopi
d. Pemeriksaan Darah lengkap, LED
e. Pemeriksaan EKG
f. Tes toleransi glukosa
G. Pengkajian :
a. Aktifitas / istirahat : perubahan aktifitas
b. Neurosensori : penglihatan kabur, silau
c. Nyeri : ketidaknyamanan, nyeri tiba-tiba/berat menetap/
tekanan pada & sekitar mata
d. Keamanan : takut, ansietas
(Doenges, 2000)
ULKUS KORNEA
PENGERTIAN
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea. (Ilyas, Sidarta. ILMU PENYAKIT MATA. 2004. Jakarta: FKUI)
Ulkus kornea merupakan nekrosa pada jaringan kornea akibat trauma (radang dapat dipermukaan
atau mmenyusup ke jaringan yang lebih dalam). (Long, Barbarac. PERAWATAN MEDIKAL
BEDAH. 1996. Bandung: IAPK Pajajaran)
Hipopion: akumulasi pus dalam COA. (kamus kedokteran, GITA MEDIKA PRESS)
ANATOMI FISIOLOGI
Bagian mata:
Meliputi bola mata(bulbus okuli). Nervus optikus saraf otak, merupakan saraf otak yang
menghubungkan bulbus okuli dengan otak dan merupakan bagian penting dari pada organ
Visus.
Tunika nervosa: merupakan bagian terdalam bola mata disebut retina. 3 bagian retina
adalah:
Pers optika retina, dimulai dari kutub belakang bola mata sampai didepan khatulistiwa bola mata.
Pars siliaris merupakan lapisan yang dilapisi bagian dalam korpus siliaris.
Pars iridika melapisi bagian permukaan belakang iris.
ETIOLOGI
Bakteri
Jamur
Simplek
Defisiensi vitamin A
Logostalmus akibat parese saraf ke VIII, lesi saraf ke III atau neurotrofik dan ulkus
mooren.
Dikenal 2 bentuk ulkus kornea yaitu sentral dan perifer (marginal). Etiologi ulkus perifer:
reaksi toksik, alergi, autoimun dan infeksi.
Nyeri dan kejang kelopak mata, dapat dilihat dengan pemeriksaan fluorecein (zat warna
yang bisa menimbulkan pijaran) .
Mata merah
Foto fobia
Penglihatan menurun
Pada pemeriksaan terlihat kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek epitel.
Bila disebabkan jamur, maka infiltrate akan berwarna abu abu dikelilingi infiltrate
halus di sekitar (fenomena satelit).
PATOFISIOLOGI
TRAUMA : Kerusakan epitel kornea
Cacat kornea, mudah terjadi invasi bakteri kedalam kornea
Nyeri mata dan kelopak, silau, lakrimasi, penglihatan menurun.
Kekeruhan kornea disentral (ulkus berbatasan pada sisi-sisi paling aktif disertai infiltrate
berwarna kekuning-kuningan yang mudah pecah)
Pembentukan ulkus
Perforasi kornea
Hipopion
(akibat rangsangan toksin)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan oftalmoskopi
Vital sign
PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan menghalangi hidupnya bakteri dengan antibiotika dan
mengurangi radang dengan steroid. Penatalaksanaan ulkus kornea secara umum adalah sebagai
berikut:
Tidak boleh dibebat, karena akan menaikan suhu sehingga akan berfungsi sebagai
incubator.
Pada ulkus kornea berat disertai hipopion dapat dilakukan penyedotan. Selain itu
dimungkinkantindakan pembedahan atau keratoplasty apabila;
4.
5.
6.
7.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. ILMU PENYAKIT MATA. 2004. Jakarta: FKUI
Long, Barbarac. PERAWATAN MEDIKAL BEDAH. 1996. Bandung: IAPK Pajajaran) Mansjoer,
Arif dkk. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. 2001. Jakarta: MEDIA AESCULAPLUS FKUI
kamus kedokteran, GITA MEDIKA PRESS)
ULKUS KORNEA
I. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Indera penglihatan yang terletak pada mata (organ visus) terdiri dari organ okuli assesoria (alat
bantu mata) dan okulus (bola mata). Syaraf indera penglihatan, saraf optikus (urat saraf kranial
kedua), timbul dari sel-sel ganglion dalam retina, bergabung untuk membentuk saraf optikus.
ALIS
Dua potong kulit tebal yang melengkung ditumbuhi oleh bulu yang berfungsi sebagai pelindung
mata dari sinar matahari yang sangat terik dan sebagai alat kecantikan.
KELOPAK MATA
Terdiri dari 2 bagian kelopak mata atas dan kelopak mata bawah, fungsinya adalah pelindung
mata sewaktu-waktu kalau ada gangguan pada mata (menutup dan membuka mata).
ORGAN OKULI ASSESORIA
Adalah alat pembantu mata, terdapat disekitar bola mata yang sangat erat hubungannya dengan
mata, terdiri dari :
Kavum Orbita.
Merupakan rongga mata yang bentuknya seperti kerucut dengan puncaknya mengarah kedepan,
dan ke dalam.
Dinding rongga mata dibentuk oleh tulang :
1. Os Frontalis.
2. Os Zigomatikum.
3. Os Sfenoidal.
4. Os Etmoidal.
5. Os Palatum.
6. Os Lakrimal.
Rongga mata mempunyai beberapa celah yang menghubungkan ronggga mata dengan rongga
otak, rongga hidung, rongga etmoidalis dan sebagainya.
Rongga bola mata ini berisi jaringan lemak, otot, fasia, saraf, pembuluh darah dan apparatus
lakrimalis.
Supersilium (Alis Mata).
Merupakan batas orbita dan potong kulit tebal yang melengkung, ditumbuhi oleh bulu pendek
yang berfungsi sebagai kosmetik atau alat kecantikan.
Palpebra (Kelopak Mata).
Merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak didepan bulbus okuli, kelopak mata
atas lebih lebar dari kelopak mata bawah.Kelopak mata atas lebih mudah digerakkan yang terdiri
dari muskulus levator palpebra superior.Pada ujung kelopak mat terdapat silia (bulu mata).
Tarsus merupakan bagian dari kelopak yang berlipat-lipat.
menghubungkan bulbus okuli dengan otak dan merupakan bagian penting dari pada organ visus.
Tunika okuli, terdiri dari :
1. Kornea.
Merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita dapat melihat membran pupil dan
iris. Penampang kornea lebih tebal dari sklera, terdiri dari 5 lapisan epitel kornea, 2 lamina
elastic anterior (bowmen), 3 subtansi propia, 4 lamina elastika posterior dan 5 endotelium.
Kornea tidak mengandung pembuluh darah. Peralihan antara kornea ke sklera disebut sclero
corneal junction.
2. Sklera.
Merupakan lapisan fibrous yang elastis yang merupakan bagian dinding luar bola mata dan
membentuk bagian putih mata, bagian depan sklera tertutup oleh kantong konjungtiva.
Tunika Vaskulosa Okuli.
Merupakan lapisan tengah dan sangat peka akan pembuluh darah. Lapisan ini menurut letaknya
terbagi atas 3 bagian, yaitu :
1. Koroid.
Merupakan selaput yang tipis dan lembab merupakan bagian belakang tunika vaskulosa.
Fungsinya memberikan nutrisi pada tunika.
2. Korpus silliaris.
Merupakan lapisan yang tebal terbentang mulai dari ora serata sampai ke iris. Bentuk
keseluruhan seperti cincin, korpus silliaris terdiri dari orbikularis silliaris, korona silliaris dan
muskulus silliaris terdapat pada bagian luar korpus silliaris antara sklera dan korona
silliaris.Fungsinya untuk terjadinya akomodasi, pada proses melihat muskulus silliaris harus
berkontraksi.
3. Iris.
Merupakan bagian terdepan tunika vaskulosa okuli, berwarna karena mengandung pigmen,
berbentuk bulat seperti piring dengan penampang 12 mm, tebal mm, di tengah terletak bagian
berlubang yang disebut pupil. Pupil berguna untuk mengatur cahaya yang masuk ke mata.
Bagian belakang dari ujung iris menempel pada lensa mata, sedangkan ujung pinggirnya
melanjut sampai ke korpus silliaris.
Pada irirs terdapat 2 buah otot; Muskulus spincter pupila pada pinggir iris, dan muskulus
dilatator pupila terdapat agak ke pangkal irirs dan banyak mengandung pembuluh darah dan
sangat mudah terkena radang bisa menjalar ke korpus silliaris.
Tunika Nervosa.
Merupakan lapisan terdalam bola mata, disebut retina.
Retina dibagi atas 3 bagian :
1. Pars Optika Retina.
Dimulai dari kuutb belakang bola mata sampai did epan khatulistiwa bola mata.
2. Pars Siliaris.
Merupakan lapisan yang dilapisi bagian dalam korpus siliar.
3. Pars Iridika.
Merupakan lapisan permukaan belakang iris.
Retina terdapat dibagian belakang melanjut sampai ke nervus optikus, secara histologis retina
terdiri dari 10 lapisan, pembagian lapisannya :
ULKUS MODERN
Penyakit ini umumnya menyerang orang tua.Mengenai satu atau dua mata.Ulkus ini bersifat
menjalar,kekeruhannya sampai di limbus.Pinggir ulkys bergerigi dan berwarna lebih putih
karena
dinding ulkus bergaung.Biasanya mulai di perifer dan menjalar ke tengah.Ulkus baru menjadi
tenang bila seluruh kornea telah terkena.
Sebabnya belum jelas,kemungkina karena faktor neurogen,infeksi virus,alergi atau prakanser
Penatalaksanaan :
Lakukan pemeriksaan bakteriologik.
Berikan antibiotika dan atrofin sulfat lokal pada mata.
Usaha-usaha lain yang dilakukan :
1. Keratomi dengan parasentesis (bagi penganut faktor neurogen).
Dengan dasar faktor neurogen,sehingga diusahakan memutuskan saraf kornea yang letaknya
superficial.Kemudian dilakukan parasentesis dengan keratom menembus limbus.Cairan
intraokuler yang baru dengan lebih banyak zat anti;
2. Flap konyungtival bagi penganut teori infeksi.
Konyungtival bulbi di insisi,dilepaskan dari dasarnya dan ditarik untuk menutupi ulkus;
3. Keratoplasti lameler bagi penganut teori prekanser.Daerah ulkus diangkat dan diganti dengan
kornea donor;
4. Bagi penganut teori imunologi,dilakukan insisi pada pinggir kornea,karena banyak terdapat sel
plasma di pinggir kornea.
ULKUS KORNEA SENTRALIS
Mungkin terlihat Descemeth fold,keratic praecipitatedan hipopion (ulkus kornea
kumhipopion).Ulkus kornea sentralis ini dapat disebabkan oleh :
1. Bakteri (Pseudomonas pyocyaneus,Pneumokok,Sterptococcus beta
hemoliticus,Staphylococcus aureus,Diplobasil petit,Basil friedlander dan Escherichia coli)
2. Jamur (Aspergilus,kandida).
Bila disebabkan oleh jamur disebut karatomikosis. Didapati jaringan nekrotik pada ulkus dengan
pinggir ulkus sedikit menimbul. Terdapat satelit atau penonjolan infiltrat seperti benang yang
merupakan hifa jamur.Pada kerokan ulkus dengan detiksi larutan KOH 10 % hifa itu akan
terlihat.
Penatalaksanaan :
Mata penderita ditutrup. Berikan antibiotika lokal tiap jam atau 6 kali sehari. Untukj
Pseudomonas pyocyaneus berikan preparat Gentamisin atau polimiksin B. Berikan Atropin
Sulfas untuk mengistirahatakan mata dan mencegah perlengketan iris di bagian sentral. Hati- hati
dengan pemberian Atropin Sulfas.
Bila tekanan intraokoler meninggi, berikan Asetazolamid. Bila sebabnya jamur lakukan kerokan
mekanis ( debredement ) dan berikan lokal Amfoterisin B, Mikostatin,
Dalam 5 7 hari kuman mungkin telah tidak ada lagi, tetapi penyembuhan ulkus paling cepat 3
minggu 1 bulan sehingga baha infeksi sekunder selalu ada.
Sebelumnya klien tidak pernah mengalami penyakit seperti sekarang yang memerlukan tindakan
Perawatan di Rumah Sakit.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut klien tidak ada dari pihak keluarganya yang mengalami penyakit seperti yang klein
derita saat ini maupun kencing manis.
III. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum
Tampak sakit sedang, kesadarn composmentis, klien tampak cemas.
Tanda vital :
Tekanan darah : 140/70 mmHg
Denyut nadi : 88 x/mt
Suhu : 37 0C
Respirasi : 24 x/mt
B. Kulit
2 detik.Kebersihan kulit cukup, tidak ada ikterik, tidak terdapat lesi, turgor kulit cepat kembali
C. Kepala
Keadaan kulit kepala dan rambut tampak cukup bersih, struktur simetris, tidak mengeluh sakit
kepala.
D. Mata
Mata kanan Mata kiri
Kebersihan Cukup Cukup
Konjungtiva Hiperemia (-) Hiperemia (-)
Sklera Bening Bening
Pupil Reflek (+) Reflek (+)
Visus 0,5/60 0,5/60
Lensa Keruh Keruh
Palpebra Odema (-) Odema(-)
E. Hidung
Kebersihan cukup, membedakan bau (+), tidak ada pembesaran massa hidung, pengeluaran
sekret abnormal (-).
F. Telinga
Tidak ada kelainan anatomi, fungsi mendengar baik, tidak ada peradangan dan pengeluaran
sekret abnormal.
G. Mulut
Kebersihan mulut cukup, fungsi menelan baik, gigi tidak lengkap. Terdapat caries gigi, fungsi
bicara baik.
H. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tyroid.
I. Dada
Bentuk simetris, frekuensi nafas 24 x/mt.
J. Abdomen
Struktur simetris, frekuensi bising usus : 10 x/mt, kembung tidak ada.
K. Sistem reproduksi
Klien sebagai seorang suami dan ayah 5 orang anak, klien mengatakan bahwa penyakit DM yang
dideritanya juga mempengaruhi fungsinya sebagai seorang suami.
L. Ekstremitas atas dan bawah
Rentang gerak penuh, keseimbangan dan cara berjalan tegap tapi penuh hati-hati dan sedikit
dibantu karena fungsi melihat klien terganggu.
IV. Kebutuhan Fisik, Psikososial, Sosial dan Spiritual
A. Aktivitas dan istirahat
Di rumah : Klien dalam beraktivitas kadang-kadang dibantu oleh keluarganya,
istirahat siang 7 jam.1-2 jam, tidur
6 jam, klien merasa segar setelah bangun tidur. 1 jam, tidur Di rumah sakit : Istirahat
B. Personal hygiene
Di rumah : Mandi 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari, kuku dipotong bila panjang.
Di rumah sakit : Mandi 2 x sehari.
C. Nutrisi
7 gelas sehari.Di rumah : Makan 3 x sehari, tidak ada pantangan dalam makanan, minum
Di rumah sakit : 6 gelas sehari, BB 56 kg.Makan 3 x sehari, diet NBTKTP, minum
D. Eliminasi
Di rumah : BAB 1 x sehari, BAK 4 x sehari, warna kuning muda, nyeri pada saat BAK tidak ada.
Di rumah sakit : BAB (-), BAK 3 x sehari, nyeri saat BAK tidak ada.
E. Psikososial
Klien cepat menyesuaikan diri dengan perawat dan klien lain, komunikasi lancar, selama dirawat
tidak ada yang datang berkunjung, klien ditunggui oleh anaknya, klien bertanya tentang operasi
yang akan dilaksanakan.
F. Spiritual
Klien seorang yang beragama islam, selama dirawat tampak klien tidak melaksanakan shalat 5
waktu.
V. Data Penunjang
Laboratorium
No Jenis pemeriksaan Kategori normal Hasil
1 Hb 13,5 17,5 gr % 15,0 gr %
2 Leukosit 4000 - 11.000 12,600
3 Waktu perdarahan 1 - 3 2'
4 Waktu pembekuan 4 - 9 5
2
DS :Klien menanyakan tentang operasiyang akan dilakukan.
DO:- Klien tampak Gelisah.
- Bertanya tentang
tindakan yang akan
C. DAFTAR MASALAH
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
Nyeri pada kepala khususnya pada mata sebelah kanan
yang ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan Nyeri pada kepala khususnya
pada mata sebelah kanan
DO : Klien terlihat meringis saat bangun dari tempat
Tidur dan saat diajak berkomonikasi
Ansietas / Cemas sehubungan dengan Kurang pengetahuan tentang prosedur invasif yang akan
dilakukan. Yang ditandai dengan :
DS : Klien menanyakan tentang Tindakan yang akan
dilakukan.
DO:- Klien tampak Gelisah. Dan menanyakan tentang
tindakan yang akan dilakukan pada matanya
1.
Jumat
17/02/06
- Mengkaji tipe, intensitas dan lokasi nyeri. Skala nyeri 1 (dari skala 0-5).
- Mempertahankan istirahat di tempat tidur dalam ruangan yang tenang dan dalam posisi yang
nyaman.
- Mengajarkan metode distraksi/relaksasi selama nyeri akut dengan cara mengajak klien bercerita
dan napas dalam.
- Mengobservasi vital sign.
Tekanan darah:140/70 mmHg
Denyut nadi : 88 x/mt
Suhu : 37 0C
Respirasi : 24 x/mt
- Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan, mendekatkan alat yang dibutuhkan pasien ke
tubuhnya.
- Mengatur lingkungan sekitar pasien, menjauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan
kecelakaan.
- Menganjurkan keluarga klien untuk
mengawasi / menemani pasien saat
melakukan aktivitas
- Kolaborasi dalam pemberian tetes mata
kolmet tiap jam
S : Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang.Skala nyeri 0
(dari skala 0-5).
O : - Klien tidak terlihat meringis saat
bangun dari tempat tidur dan jika
diajak berkomonikasi
- Tanda- tanda Vital :
Tekanan darah:120/70 mmHg
Denyut nadi : 80 x/mt
Suhu : 36 0C
Respirasi : 20 x/mt
A : Masalah teratasi
P: Intervinsi dihentikan.
Jumat
17/02/06
1 Mengkaji tingkat ansietas.
2 Memberi penjelasan tentang proses
Tindakan yang akan dilaksanakan.
3.Memberi dukungan moril dan motivasi
untuk klien.
S : Klien mengatakan Sudah mengerti tiundakan yang akan dilaksanakan padanya.
O :- Klien nampak tenang dan selalu
ditemani keluarganya
TD : 120/80 mmHg.
Nadi : 80 x/menit.
Resp : 20 x/menit.
Temp : 362 0C.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
ULKUS KORNEA
Oleh :
Lucyana 0810313233
Preseptor :
Dr. Ardizal Rahman, Sp.M (K)
ULKUS KORNEA
I. PENDAHULUAN
Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan
dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini
dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini
dan diobati secara memadai.1
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui
berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang
uniform, avaskuler dan deturgenses. Deturgenses, atau keadaan dehidrasi relatif
jaringan kornea, dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan
oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam
mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat
daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea
dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan
edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel telah
beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea berakibat film air mata
menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang
menarik air dari stroma kornea superfisial untuk mempertahankan keadaan
dehidrasi.1
Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing, dan
dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke
dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea
merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri, menurunkan
kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea. 2
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea
dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan
penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya
komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus
kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan
penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia. 2
Membran Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3.
Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang
lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer
serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu
lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea
yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau
sesudah trauma.
4.
Membran Descement
Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m. Endotel
melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden. 4
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk
ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung
Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin
regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. 4
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour
aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar
dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,
avaskularitasnya dan deturgensinya. 1
III. DEFINISI
2,4
IV. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya. Insidensi
ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan
predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian
lensa kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui penyebabnya. Walaupun infeksi
jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879 tetapi baru mulai periode
1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan menyebutkan peningkatan angka
V. PATOFISIOLOGI
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan
sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama
terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan
kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh
karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan
penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil.
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak
segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.
Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma
kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit
polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus
kornea.
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea
baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa
sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra
superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif,
regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang
terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan
dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.
VI. ETIOLOGI
1,4
a. Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala
klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen
yang bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.
Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan
spesies mikosis fungoides.
Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit
dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan
menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami
nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia
(jarang).
Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh
b. Noninfeksi
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan
organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan
protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat
destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali
antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida
dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.
Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan
merusak epitel kornea.
Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang
merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film
air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel
yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih
lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan
flurosein.
Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari
makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh
tubuh.
Obat-obatan
Granulomatosa wagener
Rheumathoid arthritis
VII. KLASIFIKASI
b.
c.
d.
Ulkus marginal
b.
c.
Gejala Subjektif
Sekret mukopurulen
Pandangan kabur
Mata berair
Silau
Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer
kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
Gejala Objektif
Injeksi siliar
Hipopion
IX. DIAGNOSIS
1,3
bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering
kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien
seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi,
virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat
penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi
imunosupresi khusus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi
siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat
dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Tes air mata
Pemeriksaan slit-lamp
Keratometri (pengukuran kornea)
Respon reflek pupil
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah
tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk
cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan
menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok
pneumonia.
Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik
kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila
tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma
dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu
reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas
kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.
Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam.
gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan
berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik
mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini
terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya
sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan
dakriosistitis.
Diagnosis
ulkus kornea gonococcus, secret hijau kebiruan pada ulkus korna Pseudomonas.
Bentuk ulkus bulat atau oval, terdapat pada daerah sentral atau parasentral dari
kornea. Hipopion dapat terbentuk atau tidak.
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ulkus kornea bakteri menggunakan antibiotik. Keputusan
pemberian antibiotik awal harus didasarkan pada :
1. gambaran klinik berat ringannya ulkus kornea bakteri pada pemeriksaan awal
2. enterpretasi dari hasil pulasan gram
3. efektivitas dan keamanan antibiotik
Pada kasus ulkus kornea bakteri terdapat 2 prinsip terapi antibiotik yaitu :
1. Kombinasi antibiotik berspektrum luas, fortified secara intensif tanpa
memperhatikan kasil pulasan (shoot gun therapy)
2. antibiotik tunggal spesifik berpedoman pada hasil pemeriksaan mikrobiologi.
Cara ini diindikasikan untuk ulkus kornea bakteri ringan dan pemeriksaan
pulasan gram hanya ditemukan satu jenis bakteri.
Pengobatan awal dinilai setelah 24-48 jam.
Tabel 1. Evaluasi klinis pengobatan ulkus kornea bakteri
Tanda
Perbaikan
Perburukan
Tidak berubah/mengecil
Meluas
Menurun
Meningkat
Lebih jelas
Kurang jelas
Tidak berubah
Lebih dalam
Tidak berubah/mengecil
Lebih luas
Infiltrasi stroma
ukuran
Reaksi sel darah putih
pada stroma
Menurun/terlokalisasi
Meningkat
Menurun
Meningkat
terdapat
kesepakatan
waktu
dihentikannya
atau
dikuranginya
reepitelisasi
2.
3.
4.
Jamur bersepta : Fusarium sp, Acremonium sp, Aspergilus sp, Clodosporium sp,
Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora sp, Curvularia sp, Altenaria sp.
jaringan
hidup
membentuk
ragi,
sedangkan
pada
media
perbiakan
Trauma oleh bahan vegetatif. Penderita yang umum adalah para pekerja lapangan
khususnya di musim panen.
2.
3.
4.
Patogenesis(fundamental)
Jamur berkembang dalam lingkungan yang panas & lembab. Jamur tidak
mudah menginfeksi kornea diperlukan trauma, status imunokompromis &
kerusakan jaringan. Virulensi jamur, berhubungan dengan kemampuan mereka
untuk berkembang biak dalam jaringan kornea, tahan pertahanan host & kerusakan
jaringan. Setelah penetrasi, jamur menyebabkan kerusakan langsung oleh invasi
dan pertumbuhan jamur & kerusakan akibat infiltrasi leukosit, toksin jamur & enzim.
Manifestasi klinis infeksi jamur kornea dapat terjadi dalam 24-48 jam atau mungkin
tertunda selama 10-20 hari. Jamur mengeluarkan berbagai zat toksin - protease,
haemolysin, eksotoksin , Tricothene - Fusariam, Acremonium, Gliotoxin, Penicillium
aspergillous, Candida albicans fosfolipase.
Toksin ini menimbulkan respon inflamasi dalam dosis rendah dan perusakan
sel pada konsentrasi yang lebih tinggi. Infeksi jamur kornea cenderung menyebar
jauh ke dalam stroma kornea.. Jamur bahkan bisa menembus membran Descement
utuh ke dalam bilik anterior.
4. Awalnya bentuk lesi tidak teratur, pinggirnya menonjol dan ireguler, lesi satelit,
cincin imun dan hipopion.
5. Permukaannya agak tinggi dengan infiltrat putih keabu-abuan, yang bisa dengan
munculan kering atau tidak kering.
6. Ulkus yang timbul karena jamur yang berpigmen akan tampak coklat atau gelap;
pinggir tinggi, kering, kasar dengan plak lunak di permukaan kornea.
(a)
(b)
Diagnosis
1. Anamnesis
Tanyakan riwayat trauma terutama tumbuhan, tanah, dan pemakaian streoid topikal
lama.
2. Pemeriksaan Oftalmologi (fundamental)
Untuk memeriksa ulkus kornea diperlukan slit lamp atau kaca pembesar dan
pencahayaan terang. Harus diperhatikan pantulan cahaya saat menggerakkan
cahya di atas kornea, daerah yang kasar menandakan defek pada epitel.
Cara lain untuk melihat ulkus adalah dengan tes fluoresein. Pada tes fluoresein
defek epitel ditandai dengan adanya daerah yang berwarna hijau.
Gambar 3 : Ulkus Kornea Jamur
2. Kultur
-
Koloni Fusarium berwarna putih dalam tahap awal, ketika koloni dewasa
pigmentasi terjadi dari kuning sampai merah kemudian merah sampai ungu.
Koloni Aspergillus berwarna putih pada awalnya, tetapi produksi spora menjadikan
warna hijau beludru.
Koloni Candida berwarna putih sampai tan dan opak dengan kontur datar, mulus,
bulat. Konsistensi pucat lunak.
3. Biopsi Jaringan kornea
b.
Ragi (yeast) : Amp-B 0,15% setiap 5 menit selama 1 jam dan kemudian 1 jam
untuk beberapa hari.
c.
Ketokonazol oral bisa digunakan untuk terapi ajuvan pada ulkus jamur berfilamen
yang berat. Flukonazol oral bisa digunakan pada ulkus et causa Candida yang berat.
d.
Jika terapi ini tidak efektif, stop terapi selama 24 jam. Ambil spesimen untuk kultur
ulang.
c. Triozole derivatif
1. Flukonazol
Aksi : peningkatan permeabilitas membran dengan menghambat ambilan prekursor
sintesis RNA dan DNA.
Dosis : tetes mata 0,3% setiap 4 jam , turunkan dosis sampai 4 kali sehari selama
14-21 hari. PO 200-600 mg / hari dalam 2 dosis selama 3 minggu untuk Candida
dan 10-12 minggu untuk Cryptococcus. Dosis intra-vitreal 100 mikrogram
Efek samping : Iritasi, sensasi terbakar
Aktivitas : Candida dan Cryptococcus
2. Itraconazole
Aksi : peningkatan permeabilitas membran dengan menghambat ambilan prekursor
sintesis RNA dan DNA.
Dosis : salep mata 1% setiap satu jam. PO 200 mg BD selama 1 minggu
XI. Komplikasi
Pengobatan ulkus yang tidak adekuat dan terlambat dapat menimbulkan
komplikasi yaitu:3
1. Terbentuknya jaringan parut kornea sehingga dapat menurunan visus mata.
2. Perforasi kornea
3. Iritis dan ridosiklitis
4. Descematokel
5. Glaukoma sekunder
6. Endoftalmitis atau panoftalmitis
7. Katarak
XII. Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada
keparahan
dan
lambatnya
mendapat
pertolongan
serta
timbulnya
dilanjutkan
dengan
mitosis
sel
dan
pembentukan
pembuluh
darah
Nama
: Tn. D
MR
: 80.23.78
Umur
: 40 thn.
Pekerjaan
Alamat
Keluhan Utama : Mata kiri merah dan kabur sejak 2 minggu yang lalu.
Mata kiri merah dan kabur sejak 2 minggu lalu. Sehari sebelumnya mata terkena
buah sawit yang jatuh ke mengenai mata ketika panen sawit. Penglihatan kabur
pada sudut dalam mata kiri dan mata kiri yang berair.
Pasien merasakan mata kirinya nyeri dan silau pada saat melihat cahaya yang
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit seperti ini.
Pemeriksaan Fisik
Status Oftalmikus
Status Ophtalmikus
OD
OS
5/5
20/70
Refleks fundus
Silia/supersilia
Trikiasis (-),madarosis
Trikiasis (-),madarosis
(-)
(-)
Udem - , hiperemis -
Udem- , hiperemis -
Aparat lakrimalis
Konjungtiva tarsalis
Hiperemis -
Hiperemis +, injeksi
Palpebra superior
Palpebra inferior
silier +, injeksi
Konjungtiva fornik
konjungtiva +
Konjungtiva bulbi
Sclera
Putih
Putih
Kornea
Bening
Cukup dalam
Cukup
dalam,hipopion(+)
dengan permukaan
Pupil
Bulat, semimidriasis,
reflek (+/+)
Lensa
Bening
Sulit dinilai
Korpus Vitreum
Bening
Sulit dinilai
Fundus:
papil
aa:vv= 2:3
pembuluh darah
perdarahan
retina
macula
Tidak dilakukan
(-),eksudat (-)
fovea (+)
N(palpasi)
N(Palpasi)
Orto
Orto
Bebas
Bebas
Pemeriksaan lainnya
Gambar
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004
5.
6.
7.
8.
Surgical Procedures of the Ocular Surface chapter 21, p 436. American Academy of
Ophtalmology. San Fransisco : 2008.
9.
KASUS PANJANG
TRAUMA OKULI KHEMIS DAN TERMIS
ET CAUSA ALUMINIUM CAIR
O LE H:
Dewi Sri Wulandari0610710031
Hyastianingrum K.R 0610710059
Ima Maria 0610710063
PEMBIMBING :
dr. T. Budi Sulistya, Sp.M
LABORATORIUM ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Struktur bola mata terbentuk cukup baik untuk melindungi mata dari trauma. Bola mata terletak
pada permukaan yang dikelilingi oleh tulang tulang yang kuat. Kelopak mata dapat menutup
dengan cepat untuk mengadakan perlindungan dari benda asing, dan mata dapat mentoleransi
tabrakan kecil tanpa kerusakan. Walau demikian, trauma dapat merusak mata, terkadang sangat
parah dimana terjadi kehilangan penglihatan, dan lebih jauh lagi, mata harus di keluarkan.1
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak sengaja yang menimbulkan perlukaan mata.
Kebanyakan trauma mata adalah ringan, namun karena luka memar yang luas pada sekeliling
struktur, maka dapat terlihat lebih parah dari sebenarnya. Secara garis besar trauma ocular dibagi
dalam 3 kategori : trauma tumpul, trauma tajam dan trauma kimia.2
Trauma mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda,
kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah. Kecelakaan di rumah,
kekerasan, ledakan, cedera akibat olah raga, dan kecelakaan lalulintas merupakan keadaan yang
paling sering menyebabkan trauma mata.1
Terdapat sekitar 2,4 juta trauma okuler dan orbita di Amerika serikat setiap tahunnya, dimana
20.000 sampai 68.000 dengan trauma yang mengancam penglihatan dan 40.000 orang menderita
kehilangan penglihatan yang signitifikan setiap tahunnya. Hal ini hanya di dahului oleh katarak
sebagai penyebab kerusakan penglihatan Di AS dan trauma merupakan penyebab paling banyak
dari kebutaan unilateral.3
Trauma okuli khemis meliputi 26,5% dari seluruh trauma okuli. Lebih dari 23% pasien
mengalami kecacatan penglihatan bilateral permanen. Kelompok yang beresiko tertinggi adalah
laki-laki usia muda. Sebagian besar kecelakaan ini terjadi di tempat kerja atau rumah tangga.
Trauma okuli akibat basa lebih sering terjadi daripada asam dan memerlukan terapi jangka
panjang. Walaupun telah dilakukan penanganan medis yang maksimal sulit untuk mencapai
rehabilitasi.4
Trauma okuli khemis dan thermis merupakan kedaruratan yang memerlukan pengenalan dan
penanganan segera. Pengenceran agen kimia secara cepat merupakan penanganan yang
diperlukan untuk mengurangi kerusakan jaringan dan mempertahankan penglihatan. Luasnya
kerusakan mata sebanding dengan perbedaan pH bahan kimia dengan pH netral 7,4, lama waktu
kontak, dan jumlah bahan kimia.5
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan trauma okuli khemis dan termis ?
2. Bagaimana mendiagnosa trauma okuli khemis dan termis ?
3. Bagaimana penatalaksanaan trauma okuli khemis dan termis ?
1.3. Tujuan
Selain berdasarkan efek perforasi yang ditimbulkan trauma okuli juga bisa diklasifikasikan
berdasarkan penyebabnya yaitu :
1. Trauma tumpul (contusio okuli) (non perforans)
2. Trauma tajam (perforans)
3. Trauma Radiasi
a. Trauma radiasi sinar infra merah
b. Trauma radiasi sinar ultraviolet
c. Trauma radiasi sinar X dan sinar terionisasi
4. Trauma Kimia
a. Trauma asam
b. Trauma basa7
2.2 Trauma Kimia
Mata terbakar (ocular burns) mewakili hingga 18% trauma okuli yang ada di departemen
emergensi. Dari 18% mata terbakar, 84% adalah trauma kimia.8 Trauma kimia paling sering
terjadi di lingkungan kerja perindustrian.9 Sekitar 7% kasus trauma okuli yang ada di
departemen emergensi Amerika Serikat adalah paparan kimia yang berhubungan dengan
pekerjaan. Kecelakaan kerja berkontribusi 63% pada trauma kimia okuli, sedangkan 33%
disebabkan oleh kecelakaan dalam rumah. Sepuluh persen kasus merupakan kasus
penyalahgunaan, yang sering terjadi pada sosioekonomi rendah.9,10
Pria tiga kali lebih besar predileksi terhadap trauma kimia okuli daripada wanita. Walaupun
trauma kimia okuli terjadi di berbagai distribusi usia, akan tetapi yang lebih sering pada rentang
usia 16-45 tahun. Tidak ada ras spesifik yang berkecenderungan untuk mengalami trauma kimia.
Agen penyebab yang lebih sering dijumpai pada kasus-kasus yang ada ialah kimia basa.9,11
Walaupun kalsium hidroksida merupakan penyebab yang paling sering dijumpai pada trauma
kimia basa, amonia menyebabkan kondisi terbakar yang lebih serius. Pada kimia asam, asam
hidrifluorat menyebabkan trauma paling membahayakan, sedangkan asam sulfat merupakan agen
kimia asam yang sering dijumpai.12
Komplikasi trauma kimia antara lain adalah kehilangan penglihatan, glaukoma, katarak,
ulkus/perforasi kornea, sikatrik kornea, retinal detachment, serta konjungtiva dan palpebra
defek.13
Gambar 3. Beberapa agen kimia penyebab dan sumbernya yang sering dijumpai pada
trauma kimia okuli10
2.3 Klasifikasi Trauma Kimia Okuli
Ada beberapa skema klasifikasi untuk mengevaluasi derajat kerusakan pada trauma kimia okuli,
akan tetapi system klasifikasi Hughes, yang kemudian dimodifikasi oleh Ballen dan Roper Hall,
merupakan klasifikasi yang sering digunakan pada stadium akut, karena kemudahan yang
dimilikinya.6,9 Sistem klasifikasi ini didasarkan pada korelasi antara hilangnya kejernihan
kornea dan derajat iskemia limbus dengan prognosisnya.
Gambar 4. Grading Hughes yang dimodifikasi untuk derajat trauma kimia okuli11,14
2.4 Patofisiologi Trauma Kimia Okuli
Trauma kimia okuli pada umumnya menyebabkan kerusakan pada palpebra, konjungtiva kornea,
dan segmen anterior mata. Pada lokasi ini lah, kerusakan yang ditimbulkan mempunyai potensi
untuk menyebabkan gangguan penglihatan, tergantung dari volume, pH, durasi terpapar, dan
derajat penetrasi dari bahan kimia tersebut. Mekanisme trauma kimia berbeda antara yang asam
dan yang basa, oleh karena itu penting untuk mengetahui tipe agen kimia penyebab trauma.11
Kimia asam merupakan zat dengan pH rendah dan sangat mudah diurai menjadi ion hidrogen
dan anion dalam permukaan depan mata. Ion hidrogen yang dihasilkan dari penguraian senyawa
kimia asam, menyebabkan perubahan pH dalam mata. Sedangkan anion yang dihasilkan
menyebabkan denaturasi, presipitasi dan koagulasi (nekrosis koagulasi) protein, sehingga
permukaan kornea tampak berkabut. Koagulasi protein ini lah yang menjadikan trauma kimia
asam lebih tidak membahayakan daripada trauma kimia basa, karena lebih banyak terbatas pada
bagian anterior mata saja. Proses koagulasi ini memang menyebabkan kerusakan pada mata,
akan tetapi merupakan suatu mekanisme perlindungan dari penetrasi yang lebih dalam.10,15
Kimia basa merupakan zat dengan pH tinggi dan sangat mudah diurai menjadi ion hidroksil dan
kation dalam permukaan depan mata. Kimia basa dapat menyebabkan kerusakan mata yang
serius. Ion hidroksil yang dihasilkan mengakibatkan terjadinya proses saponifikasi, ion ini
berikatan dengan asam lemak dan protein, menyebabkan nekrosis likuefaktif yang berlawanan
dengan nekrosis koagulatif pada kimia asam. Kation yang terurai juga dengan aktif berinteraksi
dengan kolagen dan glikosaminoglikan dari stroma menjadikan fogging pada stroma. Kerusakan
jaringan yang luas di dalam kornea sangat berbahaya, karena akan hal ini memudahkan penetrasi
yang lebih dalam dari senyawa kimia tersebut dan infiltrasi segmen anterior. Penetrasi senyawa
kimia ke bagian segmen anterior, bersama dengan hidrasi kolagen, perubahan fibril malignan,
dan perubahan trabekular dapat menyebabkan perubahan tekanan intraokular secara cepat (dalam
beberapa detik hingga beberapa menit) dan signifikan. Hal tersebut dapat menimbulkan iritis,
glaukoma, dan penurunan ketajaman penglihatan.11,16
2.4 Manifestasi klinis Trauma Kimia Okuli
Tanda dan gejala awal dari trauma kimia mata dapat berupa:
a. Nyeri
b. Mata merah
c. Tanda-tanda iritasi
d. Keluarnya air mata yang berlebihan
e. Ketidakmampuan mempertahankan membuka kelopak mata
f. Merasa ada sesuatu pada mata
g. Pembengkakan kelopak mata
h. Penglihatan kabur.17
2.5 Diagnosis Trauma Kimia Okuli
Diagnosis trauma kimia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium.
Anamnesis
Umumnya, pasien datang dengan keluhan ada cairan atau gas yang mengenai mata.
Pada anamnesa perlu diketahui:
a. Kapan terjadi kecelakan dan lamanya zat kimia penyebab berkontak dengan mata.
b. Jenis zat kimia penyebab, nama dagang atau tipe produknya.
c. Tindakan awal membersihkan mata, dengan apa dibersihkan.
Jika kerusakan kelopak mata menyebabkan mata tidak bisa ditutup maka akan mudah iritasi
g. Inflamasi konjungtiva
Dapat terjadi hiperemi konjungtiva dan kemosis
i. Iskemia peri limbal
Iskemia perilimbal sangat mempengaruhi prognosis penyembuhan kornea
j. Penurunan ketajaman penglihatan
Terjadi karena defek epitel atau kekeruhan kornea, meningkatnya lakrimasi atau
ketidaknyamanan pasien.
Mc Culey membagi trauma kimia mata menjadi 4 fase yaitu:11
1. Fase Immediate
Pada pemeriksaan awal harus dinilai 3 hal yaitu :
a) Tingkat keparahan trauma
b) Prognosis
c) Terapi yang diberikan
Klasifikasi yang biasa digunakan untuk menilai gejala klinis dan prognosis adalah:
Klasifikasi Hughes
a) Ringan : Erosi epitel kornea, kornea sedikit kabur, tidak ada nekrosis iskemik konjungtiva atau
sclera.
b) Sedang : Opasitas kornea mengaburkan detail iris, nekrosis iskemik yang minimal di
konjungtiva dan sclera.
c) Berat : Garis pupil kabur, iskemik nekrosis konjungtiva atau sclera yang signifikan.
Klasifikasi Thoft
a) Grade 1 : Kerusakan epitel kornea, tidak ada iskemik
b) Grade 2 : Kornea kabur, tapi iris masih bias terlihat, iskemik kecil dari 1/3 limbus
c) Grade 3 : Epitel kornea hilang total, stroma kabur sehingga iris juga terlihat kabur, iskemik
sepertiga sampai setengah limbus
d) Grade 4 : Kornea opak, iskemik lebih dari setengah limbus
2. Fase Akut
Selama minggu pertama setelah trauma, hal hal yang harus diperhatikan adalah :
a) Ada atau tidaknya re-epitelisasi
b) Kejernihan kornea dan lensa
c) Tekanan intra okuler
d) Inflamasi di bilik mata depan
Proses inflamasi yang progresif menyebabkan mulainya re-epitelisasi, proliferasi, dan migrasi
keratosit menjadi terlambat sehingga inflamasi harus di kontrol.
3. Fase Pemulihan dini
Pada fase ini yang di monitor adalah sama pada fase akut di tambah dengan perubahan dalam
kejernihan dan ketebalan kornea. Selama fase ini epitel dan keratosit di kornea dan konjungtiva
terus berproliferasi untuk memperbaiki stroma dan permukaan okuler, sehingga struktur dan
fungsinya kembali normal.
Pada kasus trauma kimia yang tidak terlalu parah, biasanya pada fase ini re-epitelisasi telah
selesai, dengan tanda opasifikasi tidak ada lagi. Sedangkan pada kasus yang lebih parah, pada
fase ini re-epitelisasi terhenti atau tertunda, sehingga proses perbaikan epitel terganggu akibatnya
terjadi :
a) Debridement proteolitik matrik stroma berlebihan
b) Stroma menipis dan mungkin terjadi perforasi
4. Fase Pemulihan Akhir
Pada fase ini mata mengalami perkembangan re-epitelisasi yang bisa di kelompokkan menjadi :
a) Re-epitelisasi komplit atau hampir komplit
Oculi Sinistra
(Orthophoria)
Posisi
(Orthophoria)
Bola Mata
Visus
5/5
Palpebra
Cornea
COA
Iris
Kesan jernih
Lensa
Jernih
n+1/p
TIO
n/p
Diagnosis
- OD trauma oculi termis dan khemis grade IV dengan komplikasi keratopathy
- OS trauma oculi termis dan khemis grade I dengan komplikasi edema palpebra
Planning diagnosis
- Slit lamp, visus, TIO
Rencana Terapi
- Pro ekstraksi corpus alienum + eksplorasi LA
- Irigasi RL 2L ODS
- Tobro ed 61 ODS
- SA 1% 31 ODS
- Timolol 0,5% 21 ODS
- Doksisiklin 2100 mg
- Vit C 2000 mg
- Oculotect eg 41 ODS
- Repithel eo 41 ODS
Rencana Monitoring
- Visus
- Slit lamp
- TIO
KIE
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien beserta
pengobatan, komplikasi dan prognosis
- Menjelaskan pada pasien agar menjaga higienitas mata untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder
- Menjelaskan pasien agar melakukan pengobatan dengan rutin, karena penyembuhannya yang
membutuhkan waktu yang cukup lama
- Menjelaskan kepada pasien untuk berhati-hati agar tidak terjadi trauma berulang
Prognosis
- Visam : dubia et malam
- Sanam : dubia et malam
- Vitam : bonam
Oculi Dextra
Oculi Sinistra
(Orthophoria)
Posisi Bola
Mata
(Orthophoria)
1/300
Visus
5/5
Palpebra
Hazy
Cornea
Sde
COA
Sde
Iris
Sde
Pupil
Sde
Lensa
Jernih
n+1/p
TIO
n/p
Terapi:
- Irigasi RL 2L ODS
- Tobro ed 61 ODS
- SA 1% 31 ODS
- Timolol 0,5% 21 ODS
- Doksisiklin 2100 mg
- Vit C 2000 mg
- Oculotect eg 41 ODS
- Repithel eo 41 ODS
- EDTA ed 31 OD
Follow-Up 28 November 2011
Oculi Dextra
Oculi Sinistra
(Orthophoria)
Visus
5/5
Palpebra
Cornea
Sde
COA
Dalam
Sde
Iris
Sde
Pupil
Sde
Lensa
Jernih
n+1/p
TIO
n/p
Terapi:
- Irigasi RL 2L ODS
- Tobro ed 61 ODS
- SA 1% 31 ODS
- Timolol 0,5% 21 ODS
- Doksisiklin 2100 mg
- Vit C 2000 mg
- Oculotect eg 41 ODS
- Repithel eo 41 ODS
- EDTA ed 31 OD
- Glaukon 2250 mg
Follow-Up 29 November 2011
Oculi Dextra
Oculi Sinistra
(Orthophoria)
Visus
5/5
Palpebra
Cornea
Sde
COA
Dalam
Sde
Iris
Sde
Pupil
Sde
Lensa
Jernih
n+1/p
TIO
n/p
Terapi:
- Irigasi RL 2L ODS
- Tobro ed 61 ODS
- SA 1% 31 ODS
- Timolol 0,5% 21 ODS
- Doksisiklin 2100 mg
- Vit C 2000 mg
- Oculotect eg 41 ODS
- Repithel eo 41 ODS
- EDTA ed 31 OD
- Glaukon 2250 mg
- KSR 11
- Epilasi
Follow-Up 30 November 2011
Oculi Dextra
Oculi Sinistra
(Orthophoria)
Visus
5/5
Palpebra
Cornea
Sde
COA
Dalam
Sde
Iris
Sde
Pupil
Sde
Lensa
Jernih
n+1/p
TIO
n/p
Terapi:
- Tobro ed 61 ODS
- SA 1% 31 ODS
- Timolol 0,5% 21 ODS
- Doksisiklin 2100 mg
- Vit C 2000 mg
- Oculotect eg 41 ODS
- Repithel eo 41 ODS
- EDTA ed 31 OD
- Glaukon 2250 mg
- KRS
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien laki-laki 42 tahun datang dengan keluhan mata kanan panas dan nyeri setelah terkena
percikan logam alumunium panas sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Mata pasien merah,
nrocoh, silau, dan pandangannya kabur. Kelopak mata pasien bengkak. Tidak ada riwayat
keluarnya darah dari mata pasien.
Dari literatur didapatkan manifestasi yang dapat terjadi pada trauma mata antara lain:
a. Nyeri
b. Mata merah
c. Tanda-tanda iritasi
d. Keluarnya air mata yang berlebihan
e. Ketidakmampuan mempertahankan membuka kelopak mata
f. Merasa ada sesuatu pada mata
Lensa jernih
TIO dengan pemeriksaan digital: normal
Penurunan visus pada pasien disebabkan adanya kerusakan pada kornea yang merupakan media
refraksi. Kerusakan kornea dapat disebabkan karena panas maupun derajat keasaman logam
aluminium. Panas dan nyeri pada mata pasien disebabkan oleh rangsangan logam alumunium
panas pada ujung-ujung saraf kornea dan konjungtiva. Rangsangan ini juga meningkatkan
sekresi kelenjar lakrimal sehingga terjadi epifora. Jaringan orbita yang terkena rangsangan
mengalami inflamasi. Inflamasi pada palpebra menyebabkan edema palbebra serta entropion dan
blefarospasme akibat nyeri. Inflamasi pada konjungtiva menyebabkan pelebaran pembuluh darah
konjungtiva yang tampak sebagai conjunctival injection dan pericorneal injection. Akibat
rangsangan panas juga terjadi iskemik pada limbus 360 dan luka bakar pada konjungtiva.
Kornea mata pasien mengalami kerusakan jaringan berupa erosi pada seluruh permukaannya.
Inflamasi pada iris dan rangsangan ujung saraf kornea menyebabkan dilatasi pembuluh darah iris
dan kontraksi iris sehingga pupil pasien tampak midmidriasis, reflek pupil negatif, dan pasien
mengalami fotofobia. Peningkatan TIO pada mata kanan pasien dapat disebabkan inflamasi iris
yang menyebabkan iris menempel pada lensa sehingga terjadi blok pupil, dapat juga disebabkan
adanya sel-sel inflamasi yang menyumbat trabekula meshwork sehingga mengganggu aliran
humor aqueous.
Terapi yang diberikan pada pasien ini sebagai berikut.
Irigasi RL 2L ODS untuk menetralisir efek bahan kimia dan panas pada mata.
Walaupun trauma mata ini tidak mengancam nyawa, prognosis pada pasien ini dubia et malam
karena adanya kerusakan kornea secara menyeluruh sehingga visus mata yang mengalami
trauma sulit untuk dikembalikan. Di samping itu, adanya luka bakar dan iskemik limbus 360
pada konjungtiva menyebabkan proses penyembuhannya lebih sulit. Secara kosmetik, hasilnya
juga kurang baik karena adanya luka bakar pada bagian wajah.
BAB V
KESIMPULAN
Telah dilaporkan pasien Tn. W usia 42 tahun dengan OD trauma oculi termis dan khemis grade
IV dengan komplikasi keratopathy + OS trauma oculi termis dan khemis grade I dengan
komplikasi edema palpebra. Diagnosis ditegakkan dari anamnesa mata kanan panas dan nyeri
setelah terkena percikan logam alumunium panas sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Mata
pasien merah, nrocoh, silau, dan pandangannya kabur. Kelopak mata pasien bengkak. Tidak ada
riwayat keluarnya darah dari mata pasien. Pemeriksaan fisik didapatkan penurunan visus: 1/60;
palpebra spasme, edema, dan entropion; konjungtiva didapatkan CI (+), PCI (+); iskemik limbus;
luka bakar; kornea, didapatkan erosi epitel seluruh kornea; pupil not round, RP (-), midmidriasis;
lensa kesan tampak jernih; TIO dengan pemeriksaan digital: peningkatan tekanan intraokuler
pada mata kanan. Sedangkan pada mata kiri didapatkan visus: 5/5; palpebra edema dan
didapatkan corpus alienum margo palpebra superior dan inferior; konjungtiva didapatkan PCI
(+); kornea serta didapatkan erosi di jam 7 paracentral sedalam epitel.
Pasien diterapi dengan Ekstraksi corpus alienum dan eksplorasi untuk mengeksplorasi luka dan
mencegah perlukaan mata lebih lanjut akibat corpus alienum, Irigasi RL 2L ODS untuk
menetralisir efek bahan kimia dan panas pada mata, Tobro ed 61 ODS merupakan antibiotik
topikal untuk mencegah infeksi sekunder, SA 1% 31 ODS sebagai sikloplegik untuk
merelaksasikan iris sehingga mengurangi nyeri dan mencegah sinekia posterior, Timolol 0,5%
21 ODS sebagai agen penghambat beta adrenergik yang mengurangi efek saraf simpatis dalam
mendilatasi pupil, Doksisiklin 2100 mg merupakan antibiotik sistemik untuk memperkuat efek
antibiotik topikal, Vit C 2000 mg untuk membantu reepitelialisasi kornea dan mempercapat
penyembuhan, Oculotect eg 41 ODS untuk mencegah kekeringan mata dan mempercepat
reepitelialisasi kornea, Repithel eo 41 ODS merupakan air mata buatan dengan kandungan
vitamin A untuk mempercepat reepitelialisasi kornea, EDTA ed 31 OD sebagai buffer untuk
mengikat ion-ion logam berat yang masih tertinggal di mata, serta Glaukon 2250 mg
merupakan agen antiglaukoma yang bekerja sebagai inhibitor karbonik anhidrase sehingga dapat
mengurangi produksi humor aqueous.
Prognosis pada pasien ini dubia et malam karena adanya kerusakan kornea secara menyeluruh
sehingga visus mata yang mengalami trauma sulit untuk dikembalikan. Di samping itu, adanya
luka bakar dan iskemik limbus 360 pada konjungtiva menyebabkan proses penyembuhannya
lebih sulit. Secara kosmetik, hasilnya juga kurang baik karena adanya luka bakar pada bagian
wajah.
DAFTAR PUSTAKA
1. James B, Chew C dan Bron A, 2010. Eye Injury. http://www.losangeleyeinjury.com. Diakses
tanggal 2 Desember 2011
2. McGwin G, Xie A, Owsley C, 2005. Occular Trauma. http://www.emedicine.com. Diakses
tanggal 2 Desember 2011
3. Rhobson, Joe. 2008. Occular Trauma Management. http://.opt.pacificu.edu. Diakses tanggal 2
Desember 2011
5. Rihawi, S., Frentz, M., Schrage, NF. 2006. Emergency Treatment of Eye Burns: which
rinsing solution should we choose?. Graefes Arch Clin Exp Ophtalmology 244: 845-854.
6. Kuhn F, Morris R, Witherspoon CD. 1995. BETT: The Terminology of Ocular Trauma
7. Ilyas, Sidharta. 2011. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Keempat. Hal 259-276. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI
8. Melsaether, CN, Rosenm, CL. Burns, Ocular. EMedicine: The Continually Updated Clinical
Reference. 1 Nov. 2007. 07 May 2009 http://emedicine.medscape.com/article/7986966. Diakses
pada tanggal 4 Desember 2011.
9. Burns FR, Paterson CA. 1989. Prompt irrigation of chemical eye injuries may avert severe
damage. Occup Health Safety.; 58: 3336
10. Socransky SJ. 2003. Ocular burn management and eye irrigation. In: Reichman, Eric, and
Robert R. Simon. Emergency Medicine Procedures. New York : McGraw-Hill
11. Wagoner MD. 1997. Chemical injuries of the eye: current concepts in pathophysiology and
therapy. Surv Ophthalmol.; 41(4):275313
12. Trudo, EW, Rimm, W. 2003. Chemical injuries of the eye. In: Ophthalmic care of the combat
casualty. Falls Church, Va: Office of the Surgeon General, United States Army; Washington,
D.C., Borden Institute, Walter Reed Army Medical Center, United States Army Medical Dept.
Center and School, Uniformed Services University of the Health Sciences
13. Kuckelkorn R, Kottek A, Schrage N & Reim M. 1995. Poor prognosis of severe chemical
and thermal burns. The need for adequate emergency care and primary prevention. Int Arch
Occup Environ Health; 67:281284
14. Macdonald EC, Cauchi P, Azuara Blanco A, Foot BG. 2009. Surveillance of severe chemical
corneal injuries in the UK. Br J Ophthalmol
15. Kimi, T, Khosla-Gupta, BA. 2002. Chemical and thermal injuries to the ocular surface. In:
Holland, EJ, Mannis. Ocular Surface Disease Medical and Surgical Management. New York:
Springer
16. Sharma, A, Smilkstein, MJ, Fraufelder, FW. 2006. Ophthalmic principles. In: Goldfranks
toxicologic emergencies. New York : McGraw-Hill
17. Randleman, JB. 2010. Chemial eye burn overview. http://www.emedicine.com Dikses pada
tanggal 4 Desember 2011.
18. Kenneth, C. 2002. Emergency Ophthalmology, a Rapid Treatment Guide. Boston Medical
Publishing Division
19. Randleman, JB. 2006. Burnm chemical. Department of Ophthalmology.
http://www/emedicine.com. Diakses pada tanggal 4 Desember 2011.
20. Vaughan, D.G., Asbury, A., Riordan-Eva, P. 2002. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta:
Widya Medika.
I.
II. Patofisiologi
Trauma Mata Pada Kornea
Edema Kornea
Erosi Kornea
Laserasi Kornea + Perforasi Kornea
Edema Kornea
(Cairan Terkumpul di
bawah epitel)
Kekeruhan yang menetap
Jaringan Intraokular
Sukar dilihat
Menjadi Vesikel
Rasa sakit
o/k tarikan
serat saraf
Pecah
Ulkus Kornea
Rasa nyeri bertambah
Erosi Kornea
(Terlepasnya epitel kornea)
Menimbulkan infiltrat
(Keratitis)
Kerusakan epitel
Ulkus Kornea
Data Penunjang :
Pemeriksaan Laboratorium, seperti :.
SDP, leukosit , kemungkinan adanya infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan kultur. Untuk mengetahui jenis kumannya.
3. Kalau perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, dan tonografi,
maupun funduskopi (Ilyas, S., 2000)
1.
V.
Pengobatan :
Pengobatan pada tukak kornea bertujuan :
Menghalangi hidupnya bakteri, dengan antibiotika.
Mengurangi reaksi radang, dengan steroid.
Secara umum tukak diobati sebagai berikut :
Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai
inkubator.
b. Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari.
c. Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder.
d. Debridement sangat membantu penyembuhan.
e. Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi lokal kecuali keadaan berat.
3. Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelialisasi dan mata terlihat tenang.
4. Pada tukak kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila :
a. Dengan pengobatan tidak sembuh.
b. Terjadinya jaringan parut yang mengganggu penglihatan.
1.
a.
b.
2.
a.
1.
a.
b.
c.
V. Intervensi
Diagnosa No. 1
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : Klien akan :
Melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri setelah intervensi.
L
Klien tidak gelisah.
Intervensi :
Lakukan tindakan penghilangan nyeri yang non invasif dan non farmakologi, seperti
berikut :
Posisi : Tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah-ubah antara berbaring pada
punggung dan pada sisi yang tidak sakit.
Distraksi
Latihan relaksasi
R/ Tindakan penghilangan nyeri yang non invasif dan nonfarmakologi memungkinkan klien
untuk memperoleh rasa kontrol terhadap nyeri.
2. Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif.
R/ Klien kebanyakan mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang nyerinya dan
tindakan penghilangan nyeri yang efektif.
3. Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan analgesik yang diresepkan.
R/ Untuk beberapa klien terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan penghilangan
nyeri yang efektif.
4. Beritahu dokter jika nyeri tidak hilang setelah 1/2 jam pemberian obat, jika nyeri
bertambah.
R/ Tanda ini menunjukkan peningkatan tekanan intraokular atau komplikasi lain.
L
L
1.
a.
b.
2.
a.
b.
c.
d.
3.
a.
b.
c.
Diagnosa No.2
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil : Klien akan :
Menunjukkan penyembuhan tanpa gejala infeksi.
Nilai Labotratorium : SDP normal, kultur negatif.
Intervensi :
Tingkatkan penyembuhan luka :
Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupan cairan yang adekuat.
Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai diberitahukan untuk dilepas.
R/ Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang
meningkatkan penyembuhan luka pembedahan. Memakai pelindung mata meningkatkan
penyembuhan dengan menurunkan kekuatan iritasi.
Gunakan tehnik aseptik untuk meneteskan tetes mata :
Cuci tangan sebelum memulai.
Pegang alat penetes agak jauh dari mata.
Ketika meneteskan, hindari kontak antara mata, tetesan dan alat penetes.
Ajarkan tehnik ini kepada klien dan anggota keluarganya.
R/ Tehnik aseptik meminimalkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi risiko
infeksi.
Kaji tanda dan gejala infeksi .
Kemerahan, edema pada kelopak mata.
Injeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol).
Drainase pada kelopak mata dan bulu mata.
A.
1.
2.
Trauma tajam, yang mungkin perforatif mungkin juga non perforatif, dapat juga di sertai dengan
adanya korpus alienum atau tidak. Korpus alienum dapat terjadi di intraokuler maupun
ekstraokuler.
3.
Trauma termis oleh jilatan api atau kontak dengan benda membara.
4.
Trauma khemis karena kontak dengan benda yang bersifat asam atau basa.
5.
Trauma listrik oleh karena listrik yang bertegangan rendah maupun yang bertegangan tinggi.
6.
7.
Trauma radiasi oleh gelombang pendek atau partikel-partikel atom (proton dan neutron).
B.
1.
2.
Ruptura kornea
Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris, merupakan suatu
keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.
3.
4.
Hifema
Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris atau korpus
siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah kornea, hal ini merupakan suatu
keadaan yang serius.
Pembagian hifema:
a.
b.
a.
Galukoma sekunder, di sebabkan oleh adanya penyumbatan oleh darah pada sudut kamera okuli
anterior.
b.
Imhibisi kornea, yaitu masuknya darah yang terurai ke dalam lamel-lamel kornea, sehingga
kornea menjadi berwarna kuning tengguli dan visus sangat menurun.
Penanganan terhadap imhibisi kornea:
Tindakan pembedahan yaitu keratoplastik.
5.
Iridoparese-iridoplegia
Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis.
Penanganan:
Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulan-bulan tetap midriasis maka
telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.
6.
Iridodialisis
Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan di sebut
dengan pseudopupil.
Penanganan:
Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika ada maka perlu adanya operasi
untuk memfixasi iris yang lepas.
7.
Irideremia
Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan.
Penanganan secara konservatif adalah dengan memberikan kacamata untuk mengurangi silau.
8.
9.
10. Glaukoma
Di sebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior, yang di sebut
traumatic angle yang menyebabkan gangguan aliran akquos humour.
Penanganan di lakukan secara operatif.
11. Ruptura sklera
Menimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif segera.
12. Ruptura retina
Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan, harus di lakukan
operasi.
Pengkajian dasar
1.
2.
3.
Neurosensori
Adanya distorsi penglihatan, silau bila terkena cahaya, kesulitan dalam melakukan adaptasi (dari
terang ke gelap/ memfokuskan penglihatan).
Pandangan kabur, halo, penggunaan kacamata tidak membantu penglihatan.
Peningkatan pengeluaran air mata.
4.
5.
Keamanan
Penyakit mata, trauma, diabetes, tumor, kesulitan/ penglihatan menurun.
6.
Pemeriksaan penunjang
Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin mengalami penurunan
akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan pada sistem suplai untuk retina.
Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa, trauma, arteri cerebral
yang patologis atau karena adanya kerusakan jaringan pembuluh darah akibat trauma.
Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata (normal
12-25 mmHg).
Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler,
papiledema, retina hemoragi.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul:
1.
a.
Diskusikan dan ajarkan pada pasien pentingnya cuci tangan ysng bersih sebelum menyentuh
mata.
b.
Gunakan dan demonstrasikan tehnik yang benar tentang cara perawatan dengan kapas yang
steril serta dari arah yang dalam memutar kemudian keluar.
c.
d.
Diskusikan dan observasi tanda-tanda dari infeksi (merah, darinase yang purulen).
e.
2.
a.
b.
c.
Gunakan alat yang menggunkan sedikit cahaya (mencegah terjadinya pandangan yang kabur,
iritasi mata).
d.
Anjurkan pada pasien untuk melakukan aktivitas yang bervariasi (mendengarkan radio,
berbincang-bincang).
e.
f.
3.
a.
Jelaskan kembali tentang keadaan pasien, rencana perawatan dan prosedur tindakan yang akan
di lakukan.
b.
Jelaskan pada pasien agar tidak menggunakan obat tets mata secara senbarangan.
c.
Anjurkan pada pasien gara tidak membaca terlebih dahulu, mengedan, buang ingus, bersin
atau merokok.
d.
Anjurkan pada pasien untuk tidur dengan meunggunakan punggung, mengtur cahaya lampu
tidur.
e.
Observasi kemampuan pasien dalam melakukan tindakan sesuai dengan anjuran petugas.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.
Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC.
Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
I.
II. Patofisiologi
Trauma Mata Pada Kornea
Edema Kornea
Erosi Kornea
Edema Kornea
(Cairan Terkumpul di
bawah epitel)
Kekeruhan yang menetap
Jaringan Intraokular
Sukar dilihat
Menjadi Vesikel
Rasa sakit
o/k tarikan
serat saraf
Pecah
Ulkus Kornea
Rasa nyeri bertambah
Erosi Kornea
(Terlepasnya epitel kornea)
Menimbulkan infiltrat
(Keratitis)
Kerusakan epitel
Ulkus Kornea
Data Penunjang :
Pemeriksaan Laboratorium, seperti :.
SDP, leukosit , kemungkinan adanya infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan kultur. Untuk mengetahui jenis kumannya.
3. Kalau perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, dan tonografi,
maupun funduskopi (Ilyas, S., 2000)
1.
V.
Pengobatan :
Pengobatan pada tukak kornea bertujuan :
Menghalangi hidupnya bakteri, dengan antibiotika.
Mengurangi reaksi radang, dengan steroid.
Secara umum tukak diobati sebagai berikut :
Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai
inkubator.
b. Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari.
c. Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder.
d. Debridement sangat membantu penyembuhan.
e. Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi lokal kecuali keadaan berat.
3. Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelialisasi dan mata terlihat tenang.
4. Pada tukak kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila :
a. Dengan pengobatan tidak sembuh.
b. Terjadinya jaringan parut yang mengganggu penglihatan.
1.
a.
b.
2.
a.
1.
a.
b.
c.
V. Intervensi
Diagnosa No. 1
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : Klien akan :
Melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri setelah intervensi.
L
Klien tidak gelisah.
Intervensi :
Lakukan tindakan penghilangan nyeri yang non invasif dan non farmakologi, seperti
berikut :
Posisi : Tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah-ubah antara berbaring pada
punggung dan pada sisi yang tidak sakit.
Distraksi
Latihan relaksasi
R/ Tindakan penghilangan nyeri yang non invasif dan nonfarmakologi memungkinkan klien
untuk memperoleh rasa kontrol terhadap nyeri.
2. Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif.
R/ Klien kebanyakan mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang nyerinya dan
tindakan penghilangan nyeri yang efektif.
3. Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan analgesik yang diresepkan.
R/ Untuk beberapa klien terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan penghilangan
nyeri yang efektif.
4. Beritahu dokter jika nyeri tidak hilang setelah 1/2 jam pemberian obat, jika nyeri
bertambah.
R/ Tanda ini menunjukkan peningkatan tekanan intraokular atau komplikasi lain.
L
L
1.
a.
b.
2.
a.
b.
c.
d.
3.
a.
b.
c.
Diagnosa No.2
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil : Klien akan :
Menunjukkan penyembuhan tanpa gejala infeksi.
Nilai Labotratorium : SDP normal, kultur negatif.
Intervensi :
Tingkatkan penyembuhan luka :
Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupan cairan yang adekuat.
Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai diberitahukan untuk dilepas.
R/ Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang
meningkatkan penyembuhan luka pembedahan. Memakai pelindung mata meningkatkan
penyembuhan dengan menurunkan kekuatan iritasi.
Gunakan tehnik aseptik untuk meneteskan tetes mata :
Cuci tangan sebelum memulai.
Pegang alat penetes agak jauh dari mata.
Ketika meneteskan, hindari kontak antara mata, tetesan dan alat penetes.
Ajarkan tehnik ini kepada klien dan anggota keluarganya.
R/ Tehnik aseptik meminimalkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi risiko
infeksi.
Kaji tanda dan gejala infeksi .
Kemerahan, edema pada kelopak mata.
Injeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol).
Drainase pada kelopak mata dan bulu mata.
A.
1.
2.
Trauma tajam, yang mungkin perforatif mungkin juga non perforatif, dapat juga di sertai dengan
adanya korpus alienum atau tidak. Korpus alienum dapat terjadi di intraokuler maupun
ekstraokuler.
3.
Trauma termis oleh jilatan api atau kontak dengan benda membara.
4.
Trauma khemis karena kontak dengan benda yang bersifat asam atau basa.
5.
Trauma listrik oleh karena listrik yang bertegangan rendah maupun yang bertegangan tinggi.
6.
7.
Trauma radiasi oleh gelombang pendek atau partikel-partikel atom (proton dan neutron).
B.
1.
2.
Ruptura kornea
Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris, merupakan suatu
keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.
3.
4.
Hifema
Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris atau korpus
siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah kornea, hal ini merupakan suatu
keadaan yang serius.
Pembagian hifema:
a.
b.
a.
Galukoma sekunder, di sebabkan oleh adanya penyumbatan oleh darah pada sudut kamera okuli
anterior.
b.
Imhibisi kornea, yaitu masuknya darah yang terurai ke dalam lamel-lamel kornea, sehingga
kornea menjadi berwarna kuning tengguli dan visus sangat menurun.
Penanganan terhadap imhibisi kornea:
Tindakan pembedahan yaitu keratoplastik.
5.
Iridoparese-iridoplegia
Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis.
Penanganan:
Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulan-bulan tetap midriasis maka
telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.
6.
Iridodialisis
Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan di sebut
dengan pseudopupil.
Penanganan:
Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika ada maka perlu adanya operasi
untuk memfixasi iris yang lepas.
7.
Irideremia
Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan.
Penanganan secara konservatif adalah dengan memberikan kacamata untuk mengurangi silau.
8.
9.
10. Glaukoma
Di sebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior, yang di sebut
traumatic angle yang menyebabkan gangguan aliran akquos humour.
Penanganan di lakukan secara operatif.
11. Ruptura sklera
Menimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif segera.
12. Ruptura retina
Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan, harus di lakukan
operasi.
Pengkajian dasar
1.
2.
3.
Neurosensori
Adanya distorsi penglihatan, silau bila terkena cahaya, kesulitan dalam melakukan adaptasi (dari
terang ke gelap/ memfokuskan penglihatan).
Pandangan kabur, halo, penggunaan kacamata tidak membantu penglihatan.
Peningkatan pengeluaran air mata.
4.
5.
Keamanan
Penyakit mata, trauma, diabetes, tumor, kesulitan/ penglihatan menurun.
6.
Pemeriksaan penunjang
Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin mengalami penurunan
akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan pada sistem suplai untuk retina.
Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa, trauma, arteri cerebral
yang patologis atau karena adanya kerusakan jaringan pembuluh darah akibat trauma.
Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata (normal
12-25 mmHg).
Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler,
papiledema, retina hemoragi.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul:
1.
a.
Diskusikan dan ajarkan pada pasien pentingnya cuci tangan ysng bersih sebelum menyentuh
mata.
b.
Gunakan dan demonstrasikan tehnik yang benar tentang cara perawatan dengan kapas yang
steril serta dari arah yang dalam memutar kemudian keluar.
c.
d.
Diskusikan dan observasi tanda-tanda dari infeksi (merah, darinase yang purulen).
e.
2.
a.
b.
c.
Gunakan alat yang menggunkan sedikit cahaya (mencegah terjadinya pandangan yang kabur,
iritasi mata).
d.
Anjurkan pada pasien untuk melakukan aktivitas yang bervariasi (mendengarkan radio,
berbincang-bincang).
e.
f.
3.
a.
Jelaskan kembali tentang keadaan pasien, rencana perawatan dan prosedur tindakan yang akan
di lakukan.
b.
Jelaskan pada pasien agar tidak menggunakan obat tets mata secara senbarangan.
c.
Anjurkan pada pasien gara tidak membaca terlebih dahulu, mengedan, buang ingus, bersin
atau merokok.
d.
Anjurkan pada pasien untuk tidur dengan meunggunakan punggung, mengtur cahaya lampu
tidur.
e.
Observasi kemampuan pasien dalam melakukan tindakan sesuai dengan anjuran petugas.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.
Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC.
Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Trauma tumpul dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak ataupun bola mata.
Trauma sebelumnya dapat juga memberikan kelainan pada mata tersebut sebelum meminta
pertolongan.
4. Pemeriksaan khusus Mata :
L Sakit untuk mengedip/pergerakan
L Lakrimasi
L Fotofobia
L Kelopak menjadi kaku (blefarospasme)
L Tajam penglihatan menurun
L Ada bagian kornea yang jernih (dangkal/tipis)
L Warna iris seakan-akan berwarna lebih hitam.
Bila telah terjadi perforasi :
L Pupil akan terlihat lonjong.
L Cairan bilik mata depan dapat mengalir keluar
L Cairan COA mengandung fibrin
L Bisa terbentuk jaringan parut di kornea
L Iris prolap.
IV. Data Penunjang :
1. Pemeriksaan Laboratorium, seperti :.
SDP, leukosit , kemungkinan adanya infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan kultur. Untuk mengetahui jenis kumannya.
3. Kalau perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, dan tonografi, maupun
funduskopi (Ilyas, S., 2000)
V. Pengobatan :
1. Pengobatan pada tukak kornea bertujuan :
Intervensi :
1. Tingkatkan penyembuhan luka :
a. Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupan cairan yang adekuat.
b. Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai diberitahukan untuk dilepas.
R/ Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang
meningkatkan penyembuhan luka pembedahan. Memakai pelindung mata meningkatkan
penyembuhan dengan menurunkan kekuatan iritasi.
2. Gunakan tehnik aseptik untuk meneteskan tetes mata :
a. Cuci tangan sebelum memulai.
b. Pegang alat penetes agak jauh dari mata.
c. Ketika meneteskan, hindari kontak antara mata, tetesan dan alat penetes.
d. Ajarkan tehnik ini kepada klien dan anggota keluarganya.
R/ Tehnik aseptik meminimalkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi risiko infeksi.
3. Kaji tanda dan gejala infeksi .
a. Kemerahan, edema pada kelopak mata.
b. Injeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol).
c. Drainase pada kelopak mata dan bulu mata.
d. Materi purulen pada bilik anterior (antara kornea dan iris).
e. Peningkatan suhu.
f. Nilai laboratorium abnormal (misal : peningkatan SDP, hasil kultur ).
R/ Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan
keseriusan infeksi.
4. Beritahu dokter tentang semua drainase yang terlihat mencurigakan.
R/ Drainase abnormal memerlukan evaluasi medis dan kemungkinan memulai penanganan
farmakologi.
Adanya kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan adanya insufisiensi sistem lakrimal,
sumbatan saluran lakrimal.
2. Faktor eksternal; luka pada kornea (erosio kornea) karena trauma, penggunaan lensa kontak,
luka bakar pada daerah muka.
3.
Kelainan-kelainan kornea yang di sebabkan oleh: edema kornea kronik, exposure keratitis
(lagoftalmus, anastesi umum, koma, dan kelainan palpebra seperti koloboma).4
4.
Bakteri. Bakteri yang sering mengakibatkan ulkus kornea adalah streptokokkus -hemolitik,
stafilokokkus aureus, moraxella likuefasiens, pseudomonas aeruginosa, nocardia asteroids,
alcaligenes sp., streptokokkus anaerobic, streptokokkus -hemolitik, enterobakter hafnia,
proteus sp., stafilokokkus epidermidis, dan moraxella sp.
2. Virus
3. Jamur
4. Reaksi hipersensitivitas.
Gejala Klinik
Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma ringan yang
merusak epitel kornea. Gejala-gejala yang ditimbulkan olehnya bervariasi tergantung dari
jenis ulkus apakah steril atau infektif, keadaan fisik pasien, besarnya ulkus dan virulensi
inokulum. Ulkus akan memberikan gejala mata merah, sakit mata ringan hingga berat,
fotofobia, penglihatan menurun dan kadang kotor.1,2,3
BAB II
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Putih di kedua mata dialami pasien sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu.
Putih di mata kiri lebih besar dari mata kanan. Mata kiri terlihat keruh sampai hampir
menutupi semua warna hitam mata. Sebelumnya pasien sering mengalami mata merah yang
hilang timbul meskipun dengan pengobatan. Setiap pagi kelopak mata penderita selalu
terbalik. Sejak usia 3 bulan mata pasien sering ada kotoran, berair dan takut cahaya. Sejak
lahir
kelopak
mata
bagian
atas
pasien
tidak
terbentuk
sempurna.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis:
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : Nadi = 98x/menit
Respirasi = 28x/menit
Suhu badan = 36,70
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
Thoraks : jantung dan paru tidak ada kelainan
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak
teraba
RESUME
Seorang anak laki-laki umur 1 tahun 2 bulan, datang berobat di poliklinik mata
Rumah Sakit Prof.R.D.Kandou pada tanggal 4 Agustus 2008 dengan keluhan utama ada putih
di kedua mata sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu. Mata kiri terlihat keruh sampai hampir
menutupi semua warna hitam mata. Mata merah yang hilang timbul (+). Kotoran pada mata
(+), mata berair (+) dan takut cahaya (+). Setiap pagi kelopak mata penderita selalu terbalik.
VODS; t.d.e,
OD: koloboma palpebra superior pada sepertiga daerah nasal, kornea jernih dengan bercak
leukoma di kuadran kiri bawah, pupil bulat isokor, refleks cahaya (+), fotofobia (+).
OS: koloboma palpebra superior pada sepertiga daerah nasal, ulkus kornea (+), permukaan
kasar dan datar, pupil susah dievaluasi karena keruhnya kornea, fotofobia (+).
DIAGNOSIS
Ulkus kornea OS
Leukoma OD
Koloboma palpebra superior pada sepertiga daerah nasal ODS
PENANGANAN
Pasien MRS
Ulcori ED 6 dd gtt I OS
Gentamycin EO 3 dd app OS
Lyteers ED 1 gtt/2jam
Cefadroxyl syrup 3dd cth
Tutup palpebra ODS
Direncanakan untuk operasi plastik untuk menutup koloboma palpebra superior.
PROGNOSA
Dubia ad bonam
BAB III
DISKUSI
ini memudahkan terjadi trauma pada kornea dan konjungtiva serta terjadi infeksi.
Kelanjutannya adalah ulserasi kornea.
Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma ringan yang
merusak epitel kornea. Gejala-gejala yang ditimbulkan olehnya bervariasi tergantung dari
jenis ulkus apakah steril atau infektif, keadaan fisik pasien, besarnya ulkus dan virulensi
inokulum. Ulkus akan memberikan gejala mata merah, sakit mata ringan hingga berat,
fotofobia, penglihatan menurun dan kadang kotor.1,2,3
Pada mata kanan pasien ditemukan leukoma. Leukoma adalah suatu bercak
putih porselen yang tampak dari jarak jauh. Leukoma ini merupakan jaringan parut yang
dihasilkan dari proses penyembuhan peradangan pada bagian kornea yang lebih dalam.
Pada mata kiri pasien ditemukan ulkus kornea. Ulkus ini menyebabkan
terjadinya kekeruhan pada kornea; permukaan kornea tampak tidak licin. Kekeruhan pada
kornea pasien berwarna putih kelabu, keruh dengan batas tidak jelas dan permukaan tidak
licin. Kornea yang normal berwarna jernih dan transparan, tidak ada vaskularisasi.
Permukaan kornea yang tidak licin menandakan adanya defek pada permukaan kornea akibat
hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan. Tejadinya kematian jaringan
permukaan kornea pada pasien ini disebabkan oleh exposure sehingga permukaan kornea
menjadi kering. Karena kekeringan, permukaan kornea mudah mengalami trauma dan iritasi
kronis, sebab jaringan lapisan epitel kornea tidak mendapatkan suplai nutrisi dari air mata
yang seharusnya terus-menerus membasahi permukaan kornea. Dengan demikian kematian
jaringan sangat mudah terjadi. Setelah ada kematian jaringan, maka terjadi proses inflamasi
yang ditandai dengan adanya infiltrat yang membuat kornea menjadi keruh.1,2,3,5
Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan pertahanan pada
waktu peradangan tak dapat segera datang seperti pada jaringan lain yang mengan dung
banyak vaskularisasi. Dengan adanya defek atau trauma pada kornea, maka badan kornea,
wandering cells, dan sel-sel lain yang terdapat pada stroma kornea segera bekerja sebagai
makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan
tampak sebagai injeksi di perikornea. Proses selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel
mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat
yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas tak jelas dan permukaan
tidak licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel, infiltrasi, peradangan dan terjadilah
ulkus kornea.1,3
endoftalmitis,
panoftalmi
dan
berakhir
dengan
ptisis
bulbi.
Dengan terjadinya perforasi cairan COA dapat mengalir ke luar dan iris mengikuti gerakan
ini ke depan sehingga iris melekat pada luka kornea yang perforasi dan disebut sinekhia
anterior atau iris dapat menonjol ke luar melalui lubang perforasi tersebut dan disebut iris
prolaps yang menyumbat fistel.
Pada waktu adanya perforasi tekanan intraokuler menurun. Oleh karena timbul
peradangan iris dan badan siliar maka cairan COA mengandung fibrin dan fibrin ini menutup
fistel sehingga tekanan intraokuler meningkat lagi. Dengan naiknya tekanan intraokuler,
fibrin yang menutup fistel terlepas kembali dan fistelpun terbuka lagi. Jadi fistel hilang
timbul berganti-ganti sampai terbentuk sikatrik di kornea. Karena itulah maka pada
pemerikasaan adanya fistel pada ulkus kornea, setelah pemberian fluoresin bola mata harus
ditekan sedikit untuk melepaskan fibrinya dari fistel sehingga cairan COA dapat mengalir
keluar melalui fistel seperti air mancur pada tempat ulkus dengan fistel tersebut.
Bila pada tempat perforasi kornea dan iris prolaps kemudian terjadi jaringan parut, maka
disebut leukoma adherens di mana pada tempat tersebut terjadi penyempitan sudut COA oleh
adanya sinekia anterior, menyebabkan aliran balik cairan di sudut COA menjadi terganggu,
yang dapat menyebabkan timbulnya peninggian tekanan intraokuler dan menjadi glaukoma
sekunder. Berhubung jaringan parut pada leukoma adherens tidak kuat, adanya glaukoma
sekunder dapat menyebabkan menonjolnya leukoma tersebut yang disebut stafiloma kornea
yang tampak seperti anggur.1,2
Ulkus kornea sembuh dengan dua cara: migrasi sel-sel epitel sekeliling ulkus
disertai dengan mitosis dan masuknya vaskularisasi dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang
kecil akan sembuh dengan cara yang pertama, ulkus yang lebih besar dan dalam biasanya
akan mengakibatkan munculnya pembuluh darah untuk mensuplai sel-sel radang. Leukosit
dan fibroblas menghasilkan jaringan granulasi dan sikatrik sebagai hasil penyembuhan.
Pengobatan umumnya untuk ulkus kornea adalah dengan sikloplegik,
antibiotika yang sesuai dengan sediaan topikal, dan pasien dirawat bila mengancam perforasi,
pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat, dan perlunya obat
sistemik. Pengobatan atau terapi pada ulkus kornea bertujuan untuk menghalangi hidupnya
bakteri dengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid.
Secara umum ulkus diobati sebagai berikut:
1. Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai inkubator.
2. Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari
3. Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder,
4. Debridemen sangat membantu penyembuhan.
5. Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi lokal kecuali bila keadaan berat.
Pada pasien ini disarankan agar mata selalu dibersihkan bila ada sekret.
Diberikan tetes air mata artifisial yang harus diteteskan pada kedua mata setiap 2 jam untuk
mencegah terjadinya kekeringan pada mata sehingga dapat memperparah proses radang pada
ulkus kornea.
Pada mata kiri, ulkus diterapi dengan antibiotika topikal yaitu gentamicyn
ointment dengan tujuan membunuh bakteri penyebab infeksi sehingga proses inflamasi akan
berkurang.
Koreksi pembedahan pada kelainan palpebra merupakan solusi bagi pasien ini
agar matanya
Pengobatan dihentikan apabila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat terang.
Prognosis pada pasien ulkus kornea pada umumnya baik, tergantung pada
ukuran
dan
dalamnya
ulkus,
pengobatan
dan
faktor-faktor
pencetus.
Orang tua pasien dianjurkan untuk selalu memperhatikan keadaan mata pasien, khususnya
selama belum dilakukan koreksi koloboma palpebranya.5
Adanya kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan adanya insufisiensi sistem lakrimal,
sumbatan saluran lakrimal.
2. Faktor eksternal; luka pada kornea (erosio kornea) karena trauma, penggunaan lensa kontak,
luka bakar pada daerah muka.
3.
Kelainan-kelainan kornea yang di sebabkan oleh: edema kornea kronik, exposure keratitis
(lagoftalmus, anastesi umum, koma, dan kelainan palpebra seperti koloboma).4
4.
Bakteri. Bakteri yang sering mengakibatkan ulkus kornea adalah streptokokkus -hemolitik,
stafilokokkus aureus, moraxella likuefasiens, pseudomonas aeruginosa, nocardia asteroids,
alcaligenes sp., streptokokkus anaerobic, streptokokkus -hemolitik, enterobakter hafnia,
proteus sp., stafilokokkus epidermidis, dan moraxella sp.
2. Virus
3. Jamur
4. Reaksi hipersensitivitas.
Gejala Klinik
Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma ringan yang
merusak epitel kornea. Gejala-gejala yang ditimbulkan olehnya bervariasi tergantung dari
jenis ulkus apakah steril atau infektif, keadaan fisik pasien, besarnya ulkus dan virulensi
inokulum. Ulkus akan memberikan gejala mata merah, sakit mata ringan hingga berat,
fotofobia, penglihatan menurun dan kadang kotor.1,2,3
Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea
dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau di tengahnya.
Iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang pada kornea.
Gejala yang dapat menyertai adalah penipisan kornea, lipatan Descemet, reaksi jaringan uvea
(akibat gangguan vaskularisasi irirs), berupa suar, hipopion, hifema dan sinekhia posterior.
Biasanya kokus gram positif, stafilokokus aureus dan streptokokus pneumoni akan
memberikan gambaran ulkus yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih
abu-abu pada anak ulkus yang supuratif. Daerah kornea yang tidak terkena tetap berwarna
jernih dan tidak terlihat infiltrasi sel radang.
Bila ulkus disebabkan oleh pseudomonas, maka ulkus akan terlihat melebar
dengan cepat, bahan purulen berwarna kuning kehijauan terlihat melekat pada permukaan
ulkus. Bila ulkus disebabkan oleh jamur, maka infiltrat akan berwarna abu-abu di keliling
infiltrat halus di sekitarnya (fenomena satelit).
Bila ulkus berbentuk dendrit akan terdapat hipestesi pada kornea. Ulkus yang
berjalan cepat dapat membentuk Decemetocele atau terjadi perforasi kornea yang berakhir
dengan suatu leukoma adherens. Bila proses ulkus berkurang maka akan terlihat
berkurangnya rasa sakit, fotofobia, berkurangnya infiltrat pada tukak dan defek epitel kornea
menjadi bertambah kecil.2
Penatalaksanaan
Pengobatan umumnya untuk ulkus kornea adalah dengan sikloplegik,
antibiotika yang sesuai dengan topikal dan subkonjungtiva, dan pasien dirawat bila
mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat,
dan perlunya obat sistemik.
Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan menghalangi hidupnya bakteri
dengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid.
Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat terang,
kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu.
Pada ulkus kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila dengan
pengobatan tidak sembuh dan terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan.2,5,6
BAB II
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Putih di kedua mata dialami pasien sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu.
Putih di mata kiri lebih besar dari mata kanan. Mata kiri terlihat keruh sampai hampir
menutupi semua warna hitam mata. Sebelumnya pasien sering mengalami mata merah yang
hilang timbul meskipun dengan pengobatan. Setiap pagi kelopak mata penderita selalu
terbalik. Sejak usia 3 bulan mata pasien sering ada kotoran, berair dan takut cahaya. Sejak
lahir
kelopak
mata
bagian
atas
pasien
tidak
terbentuk
sempurna.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis:
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : Nadi = 98x/menit
Respirasi = 28x/menit
Suhu badan = 36,70
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
Thoraks : jantung dan paru tidak ada kelainan
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak
teraba
Ekstremitas : akral hangat, deformitas tidak ada.
Status neurologi : motorik dan sensibilitas baik, refleks fisiologis (+), refleks patologis (-)
kornea positif, permukaan kasar dan datar, pupil susah dievaluasi karena keruhnya kornea,
fotofobia positif.
RESUME
Seorang anak laki-laki umur 1 tahun 2 bulan, datang berobat di poliklinik mata
Rumah Sakit Prof.R.D.Kandou pada tanggal 4 Agustus 2008 dengan keluhan utama ada putih
di kedua mata sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu. Mata kiri terlihat keruh sampai hampir
menutupi semua warna hitam mata. Mata merah yang hilang timbul (+). Kotoran pada mata
(+), mata berair (+) dan takut cahaya (+). Setiap pagi kelopak mata penderita selalu terbalik.
VODS; t.d.e,
OD: koloboma palpebra superior pada sepertiga daerah nasal, kornea jernih dengan bercak
leukoma di kuadran kiri bawah, pupil bulat isokor, refleks cahaya (+), fotofobia (+).
OS: koloboma palpebra superior pada sepertiga daerah nasal, ulkus kornea (+), permukaan
kasar dan datar, pupil susah dievaluasi karena keruhnya kornea, fotofobia (+).
DIAGNOSIS
Ulkus kornea OS
Leukoma OD
Koloboma palpebra superior pada sepertiga daerah nasal ODS
PENANGANAN
Pasien MRS
Ulcori ED 6 dd gtt I OS
Gentamycin EO 3 dd app OS
Lyteers ED 1 gtt/2jam
Cefadroxyl syrup 3dd cth
Tutup palpebra ODS
Direncanakan untuk operasi plastik untuk menutup koloboma palpebra superior.
PROGNOSA
Dubia ad bonam
BAB III
DISKUSI
kornea pasien berwarna putih kelabu, keruh dengan batas tidak jelas dan permukaan tidak
licin. Kornea yang normal berwarna jernih dan transparan, tidak ada vaskularisasi.
Permukaan kornea yang tidak licin menandakan adanya defek pada permukaan kornea akibat
hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan. Tejadinya kematian jaringan
permukaan kornea pada pasien ini disebabkan oleh exposure sehingga permukaan kornea
menjadi kering. Karena kekeringan, permukaan kornea mudah mengalami trauma dan iritasi
kronis, sebab jaringan lapisan epitel kornea tidak mendapatkan suplai nutrisi dari air mata
yang seharusnya terus-menerus membasahi permukaan kornea. Dengan demikian kematian
jaringan sangat mudah terjadi. Setelah ada kematian jaringan, maka terjadi proses inflamasi
yang ditandai dengan adanya infiltrat yang membuat kornea menjadi keruh.1,2,3,5
Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan pertahanan pada
waktu peradangan tak dapat segera datang seperti pada jaringan lain yang mengan dung
banyak vaskularisasi. Dengan adanya defek atau trauma pada kornea, maka badan kornea,
wandering cells, dan sel-sel lain yang terdapat pada stroma kornea segera bekerja sebagai
makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan
tampak sebagai injeksi di perikornea. Proses selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel
mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat
yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas tak jelas dan permukaan
tidak licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel, infiltrasi, peradangan dan terjadilah
ulkus kornea.1,3
Ulkus kornea dapat menyebar ke permukaan atau masuk ke dalam stroma.
Kalau terjadi peradangan yang hebat, tetapi belum ada perforasi ulkus, maka toksin dari
peradangan kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar dengan melalui membrana
Descemet, endotel kornea dan akhirnya ke chamber oculi anterior (COA). Dengan demikian
iris dan badan siliar meradang dan timbullah kekeruhan di cairan COA disusul dengan
terbentuknya hipopion (pus di dalam COA). Hipopion ini steril, tidak mengandung kuman.1
Karena kornea pada ulkus menipis, tekanan intra okuler dapat menonjol ke luar
dan disebut keratektasi. Bila peradangan terus mendalam, tetapi tidak mengenai membrana
Descemet dapat timbul tonjolan pada membrana tersebut yang disebut Descemetocele atau
mata lalat.1
Bila peradangan hanya di permukaan saja, dengan pengobatan yang baik dapat
sembuh dengan tidak meninggalakan sikatrik. Pada peradangan yang dalam penyembuhan
berakhir dengan terbentuknya sikatrik, yang dapat berbentuk nebula yaitu bercak seperti
awan yang hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan, makula yaitu bercak
putih yang tampak jelas di kamar terang, dan leukoma yaitu bercak putih seperti porselen
yang tampak dari jarak jauh.1,4
Bila ulkus lebih dalam lagi bisa mengakibatkan terjadinya perforasi. Adanya
perforasi membahayakan mata oleh karena timbul hubungan langsung dari bagian dalam
mata dengan dunia luar sehingga kuman dapat masuk ke dalam mata dan menyebabkan
timbulnya
endoftalmitis,
panoftalmi
dan
berakhir
dengan
ptisis
bulbi.
Dengan terjadinya perforasi cairan COA dapat mengalir ke luar dan iris mengikuti gerakan
ini ke depan sehingga iris melekat pada luka kornea yang perforasi dan disebut sinekhia
anterior atau iris dapat menonjol ke luar melalui lubang perforasi tersebut dan disebut iris
prolaps yang menyumbat fistel.
Pada waktu adanya perforasi tekanan intraokuler menurun. Oleh karena timbul
peradangan iris dan badan siliar maka cairan COA mengandung fibrin dan fibrin ini menutup
fistel sehingga tekanan intraokuler meningkat lagi. Dengan naiknya tekanan intraokuler,
fibrin yang menutup fistel terlepas kembali dan fistelpun terbuka lagi. Jadi fistel hilang
timbul berganti-ganti sampai terbentuk sikatrik di kornea. Karena itulah maka pada
pemerikasaan adanya fistel pada ulkus kornea, setelah pemberian fluoresin bola mata harus
ditekan sedikit untuk melepaskan fibrinya dari fistel sehingga cairan COA dapat mengalir
keluar melalui fistel seperti air mancur pada tempat ulkus dengan fistel tersebut.
Bila pada tempat perforasi kornea dan iris prolaps kemudian terjadi jaringan parut, maka
disebut leukoma adherens di mana pada tempat tersebut terjadi penyempitan sudut COA oleh
adanya sinekia anterior, menyebabkan aliran balik cairan di sudut COA menjadi terganggu,
yang dapat menyebabkan timbulnya peninggian tekanan intraokuler dan menjadi glaukoma
sekunder. Berhubung jaringan parut pada leukoma adherens tidak kuat, adanya glaukoma
sekunder dapat menyebabkan menonjolnya leukoma tersebut yang disebut stafiloma kornea
yang tampak seperti anggur.1,2
Ulkus kornea sembuh dengan dua cara: migrasi sel-sel epitel sekeliling ulkus
disertai dengan mitosis dan masuknya vaskularisasi dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang
kecil akan sembuh dengan cara yang pertama, ulkus yang lebih besar dan dalam biasanya
akan mengakibatkan munculnya pembuluh darah untuk mensuplai sel-sel radang. Leukosit
dan fibroblas menghasilkan jaringan granulasi dan sikatrik sebagai hasil penyembuhan.
Pengobatan umumnya untuk ulkus kornea adalah dengan sikloplegik,
antibiotika yang sesuai dengan sediaan topikal, dan pasien dirawat bila mengancam perforasi,
pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat, dan perlunya obat
sistemik. Pengobatan atau terapi pada ulkus kornea bertujuan untuk menghalangi hidupnya
bakteri dengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid.
Secara umum ulkus diobati sebagai berikut:
1. Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai inkubator.
2. Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari
3. Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder,
4. Debridemen sangat membantu penyembuhan.
5. Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi lokal kecuali bila keadaan berat.
Pada pasien ini disarankan agar mata selalu dibersihkan bila ada sekret.
Diberikan tetes air mata artifisial yang harus diteteskan pada kedua mata setiap 2 jam untuk
mencegah terjadinya kekeringan pada mata sehingga dapat memperparah proses radang pada
ulkus kornea.
Pada mata kiri, ulkus diterapi dengan antibiotika topikal yaitu gentamicyn
ointment dengan tujuan membunuh bakteri penyebab infeksi sehingga proses inflamasi akan
berkurang.
Koreksi pembedahan pada kelainan palpebra merupakan solusi bagi pasien ini
agar matanya
Pengobatan dihentikan apabila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat terang.
Prognosis pada pasien ulkus kornea pada umumnya baik, tergantung pada
ukuran
dan
dalamnya
ulkus,
pengobatan
dan
faktor-faktor
pencetus.
Orang tua pasien dianjurkan untuk selalu memperhatikan keadaan mata pasien, khususnya
selama belum dilakukan koreksi koloboma palpebranya.5
CONTOH KASUS
1. Kasus :Pasien laki-laki 42 tahun datang dengan keluhan mata kanan panas dan nyeri setelah
terkena percikan logam alumunium panas sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Mata
pasien merah, nrocoh, silau, dan pandangannya kabur. Kelopak mata pasien bengkak. Tidak
-
Diagnosa :
Trauma oculi termis dan khemis grade IV dengan komplikasi keratopathy + OS trauma oculi
pembilasan
yang
dilakukan
segera
dengan
anestesi
topikal
terlebih
dahulu.Pembilasan dilakukan dengan larutan steril sampai pH air mata kembali normal.Jika
ada benda asing dan jaringan bola mata yang nekrosis harus dibuang. Bila diduga telah terjadi
penetrasi bahan kimia kedalam bilik mata depan maka dilakukan irigasi bilik mata depan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ekstraksi corpus alienum dan eksplorasi untuk mengeksplorasi luka dan mencegah
perlukaan mata lebih lanjut akibat corpus alienum.
Irigasi RL 2L ODS untuk menetralisir efek bahan kimia dan panas pada mata.
Timolol 0,5% 21 ODS sebagai agen penghambat beta adrenergik yang mengurangi
efek saraf simpatis dalam mendilatasi pupil.
Repithel eo 41 ODS merupakan air mata buatan dengan kandungan vitamin A untuk
mempercepat reepitelialisasi kornea.
EDTA ed 31 OD sebagai buffer untuk mengikat ion-ion logam berat yang masih
tertinggal di mata.
D. Komentar
Penurunan visus pada pasien disebabkan adanya kerusakan pada kornea yang merupakan
media refraksi.Kerusakan kornea dapat disebabkan karena panas maupun derajat keasaman
logam aluminium.Panas dan nyeri pada mata pasien disebabkan oleh rangsangan logam
alumunium panas pada ujung-ujung saraf kornea dan konjungtiva.Rangsangan ini juga
meningkatkan sekresi kelenjar lakrimal sehingga terjadi epifora.Jaringan orbita yang terkena
rangsangan mengalami inflamasi.Inflamasi pada palpebra menyebabkan edema palbebra serta
entropion dan blefarospasme akibat nyeri.Inflamasi pada konjungtiva menyebabkan
pelebaran pembuluh darah konjungtiva yang tampak sebagai conjunctival injection dan
pericorneal injection.Akibat rangsangan panas juga terjadi iskemik pada limbus 360 dan
luka bakar pada konjungtiva.Kornea mata pasien mengalami kerusakan jaringan berupa erosi
pada seluruh permukaannya.Inflamasi pada iris dan rangsangan ujung saraf kornea
menyebabkan dilatasi pembuluh darah iris dan kontraksi iris sehingga pupil pasien tampak
midmidriasis, reflek pupil negatif, dan pasien mengalami fotofobia. Peningkatan TIO pada
mata kanan pasien dapat disebabkan inflamasi iris yang menyebabkan iris menempel pada
lensa sehingga terjadi blok pupil, dapat juga disebabkan adanya sel-sel inflamasi yang
menyumbat trabekula meshwork sehingga mengganggu aliran humor aqueous.
Walaupun trauma mata ini tidak mengancam nyawa, prognosis pada pasien ini dubia et
malam karena adanya kerusakan kornea secara menyeluruh sehingga visus mata yang
mengalami trauma sulit untuk dikembalikan. Di samping itu, adanya luka bakar dan iskemik
limbus 360 pada konjungtiva menyebabkan proses penyembuhannya lebih sulit. Secara
kosmetik, hasilnya juga kurang baik karena adanya luka bakar pada bagian wajah.
2.
Kasus :Perempuan, 18 tahun datang ke Poli mata RSUP NTB dengan keluhan keduamata merah. Pada
awalnya mata kiri merah sejak 4 hari yang lalu, 2 hari kemudiandiikuti oleh mata kanan. Mata bengkak(+)
rasa berpasir pada mata (-), perih (+)kotoran (++) berwarna kekuningan terutama di pagi hari ketika bangun
tidur dan mataterasa perih, gatal (+), berair (+), silau (-), demam (-).Pada pemeriksaan mata kanan di dapatkan:
visus 6/6, kulit palpebra superior etinferior edema (-), hiperemi (-). Konjungtiva palpebra inferior
hiperemi (+), folikel (-),injeksi konjungtiva (+). Margo palpebra kotoran (-). Kornea, bilik mata depan dan
irisdalam batas normal. Pupil ukurannya 3 mm, reflek langsung dan tak langsung (+),lensa jernih. TIO
kesan normal. Tes sensibilitas normal. Pada mata kiri di dapat : visus6/6, kulit palpebra
superior et inferior edema (-), hiperemi (-). Konjungtiva palpebrainferior hiperemi (+), folikel
(-), injeksi konjungtiva (+). Margo palpebra kotoran (-).Kornea, bilik mata depan dan iris
dalam batas normal. Pupil ukurannya 3 mm, reflek langsung dan tak langsung (+), lensa
jernih. TIO kesan normal. Tes sensibilitas normal.
- Diagnosa :
Pasien didiagnosis dengan konjungtivitis Alergika OD et OS.
a.
Pengertian
Konjungtivitis merupakan peradangan atau radang selaput lendir yang menutupi belakang
kelopak mata.Penyakit ini bervariasi dari hiperimia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis
berat dengan banyak sekret purulen kental.
Konjungtivitis dapat di klasifikasikan berdasarkan penyebabnya yaitu : Konjungtivitis bakteri,
Konjungtivitis virus, Konjungtivitis klamidia, Konjungtivitis alergi.
suatu
bentuk
konjungtivitis
kronik
yangdisebabkan
olehChlamydia
vasokonstriktor untuk mengurangi hiperemi.Selain itu berikan KIE pada pasien yaitu :
Menganjurkan pasien untuk tidak menggosok gosok matanya. Setiap kali pasien memegang mata yang
Benjolan pada kelopak mata kanan bawah dialami penderita sejak 4 bulan yang lalu.Benjolan
tesebut tidak sakit, tidak gatal, pada perabaan keras,tidak ada nyeri pada penekanan, dan tidak
ada penurunan penglihatan.Pemeriksaan fisik : Status Oftalmologis OD: Benjolan di
palperbra inferior bagianmedial, benjolannya keras, melekat pada tarsus akan tetapi lepas dari
kulit, tidak hiperemis, nyeri tekan (-), dan pada ujung kelenjar meibom terdapat masa
kuningdari sekresi yang tertahan.
- diagnosa :Kalazion Palpebra Inferior Oculus Dextra.
a. Pengertian
Kalazion merupakan peradangan lipogranuloma pada kelenjar Meibomatau kelenjar
Zeis yang tersumbat.Penyebabnya tidak diketahui danmengakibatkan pembengkakan yang
tidak sakit pada kelopak.Dapat mengenaisatu atau beberapa kelenjar dan terjadi secara
perlahan-lahan sampai beberapaminggu.
Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dan kelenjar Zeis.Kelenjar Zeis
pada pangkal rambut dan kelenjar Meibom pada tarsus.kelenjar Meibom adalah kelenjar sebasea yang
menghasilkan minyak yang membentuk permukaan selaput air mata dengan infeksi ringan
dan mengakibatkan peradangankronis pada kelenjar tersebut. Kalazion dapat mengenai semua umur.
beberapa bulan atau diserap setelah beberapa tahun.Bila kecil dapatdisuntik steroid danyang
besar dilakukan pengeluaran isi.Dan bila terdapat sisa dapat diberikankompres hangat.
Penyulit pada Kalazion besar dapat mengakibatkan astigmant dan bilaterjadi Kalazion
berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan pemeriksaanhistopatologik untuk menghindarkan
kesalahan diagnosa dengan kemungkinanadanya karsinoma sel sebasea.
d.Komentar
Diagnosis pada pasien ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaanoftalmologis. Dari
anamnesis pada pasien didapatkan adanya benjolan padakelopak bawah mata kanan bagian medial,
benjolannya keras, tidak nyeri pada penekanan, dan tidak hiperemis, Keadaan ini sesuai
dengan kepustakaan yangmenyatakan bahwa Kalazion berupa benjolan yang tanpa keluhan,
rabaan keras,tidak hiperemis, tida ada nyeri tekan, melekat pada tarsus akan tetapi lepas
darikulit. Terjadinya perlahan-lahan sampai beberapa minggu.Pada pemeriksaan oftalmologis
didapatkan benjolan yang tidak nyeri pada palpebra inferior okulus dextra, tidak hiperemis.
Benjolan yang melekat padatarsus akan tetapi lepas dari kulit, pada ujung kelenjar meibom terdapat
masakuning dari sekresi yang tertahan. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwaKalazion
merupakan paradangan pada kelenjar Meibomatau kelenjar Zeis yangtersumbat.Penanganan pada
pasien yaitu dengan kompres hangat selama 10-20 menit4x sehari, antibiotik topikal dan steroid.
Maksud pengompresan akan melunakkanminyak yang mengeras yang menyumbat saluran dan
mempermudah pengaliranserta penyembuhan. Sedangkan pemberian antibiotika topikal adalah
untuk mengobati infeksi dan pemberian steroid untuk mengobati peradangan.Kalaziondapat
hilang dalam beberap bulan atau diserap setelah beberapa tahun.Bila kecildapat disuntik steroid dan yang
besar dilakukan insisi dan kuretase.
4. Kasus : - Identitas pasien
Nama
: Tn.D
Umur
: 29 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Alamat
No.MR
: 75-76-31
Tgl.Masuk
Keluhan utama
: mata sebelah kiri sakit. Hal ini telah dialami pasien sejak 1 bulan
yang lalu sebelum datang ke RSUPM. Awalnya mata sebelah kiri pasien terkena serbuk kayu,
kemudian karena gatal dan pedih maka pasien mengkucek-kucek matanya hingga merah.
Penglihatan pada mata sebelah kiri menurun (+) diseratai dengan mata berair. Mata sebelah
-
Oculi Dextra
6/6
Orthoporia
Dalam Batas Normal
Dalam Batas Normal
Dalam Batas Normal
Dalam Batas Normal
Dalam Batas Normal
Jernih
Sedang
Bulat, RC(+), diameter 2 mm
Cokelat
Jernih
Oculi Sinistra
1/60
Orthoporia
Dalam Batas Normal
Dalam Batas Normal
Hiperemis
Hiperemis
Hiperemis,kemosis (+)
Menonjol, Keruh (+)
Tidak Dapat Dinilai
Tidak Dapat Dinilai
Tidak Dapat Dinilai
Tidak Dapat Dinilai
. - Diagnosa : Kerato-Uveitis OS
a. Pengertian
Keratouveitis adalah istilah yang digunakan ketika ada kombinasi keratitis dan
uveitis.Uveitis adalah peradangan di dalam mata.
Keratitis terjadi ketika kornea menjadi meradang.Kornea adalah "jendela" yang jelas, di
mana cahaya masuk ke mata.Itu selalu ditutupi dengan lapisan air mata. Karena merupakan
lapisan luar dari depan mata, perlu untuk melindungi mata dari dunia luar, seperti kulit kita
tidak. Namun, tidak seperti kulit yang dengan mudah dapat kembali normal setelah
meradang, kornea dipengaruhi lebih serius oleh peradangan karena mudah terluka dan bisa
kehilangan kejernihannya.
Tindakan
Pengobatan melibatkan penggunaan obat tetes mata atau salep antivirus, misalnya tetes
mata asiklovir dan steroid, dalam kombinasi yang berbeda tergantung pada aktivitas baik
keratitis atau uveitis itu.Jarang steroid atau asiklovir dapat digunakan dalam bentuk tablet.
d.
Komentar
Untuk mencegah makin meluasnya penularan konjungtivitis, kita perlu memperhatikan
langkah-langkah berikut:
Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan
untuk
endoftalmitis
adalah
dengan
terapi
antibiotik
(intravitreal,
subkonjungtiva, topikal, dan sistemik), terapi steroid (dengan hati-hati), dan terapi suportif. 1,2
Untuk terapi antibiotik, diberikan injeksi gentamisin 0,5 cc intravitreal dan 0,1 cc
subkonjungtiva. Selain itu sebagai antibiotik topikal diberikan Levofloksasin (LFX) dan
Tobro (Tobramisin) eyedrops, gentamisin zalf.Untuk antibiotik sistemik diberikan Seftriakson
intravena dan Baquinor (Siprofloksasin) tablet.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. H. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta.
2. http://www.scribd.com/doc/25837481/Laporan-kasus
Ulkus Kornea
DEFINISI
Ulkus Kornea adalah luka terbuka pada lapisan kornea yang paling luar.
Kornea
PENYEBAB
Ulkus biasanya terbentuk akibat:
# Infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas atau pneumokokus),
jamur, virus (misalnya herpes) atau protozoa akantamuba
# Kekurangan vitamin A atau protein
# Mata kering (karena kelopak mata tidak menutup secara sempurna dan
melembabkan kornea).
Faktor resiko terbentuknya ulkus:
- Cedera mata
- Ada benda asing di mata
- Iritasi akibat lensa kontak.
GEJALA
Ulkus kornea menyebabkan nyeri, peka terhadap cahaya (fotofobia) dan
peningkatan pembentukan air mata, yang kesemuanya bisa bersifat ringan.
Pada kornea akan tampak bintik nanah yang berwarna kuning keputihan.
Kadang ulkus terbentuk di seluruh permukaan kornea dan menembus ke dalam.
Pus juga bisa terbentuk di belakang kornea.
Semakin dalam ulkus yang terbentuk, maka gejala dan komplikasinya semakin
berat.
Gejala lainnya adalah:
- gangguan penglihatan
- mata merah
- mata terasa gatal
- kotoran mata.
Dengan pengobatan, ulkus kornea dapat sembuh tetapi mungkin akan
meninggalkan serat-serat keruh yang menyebabkan pembentukan jaringan parut
dan menganggu fungsi penglihatan.
Komplikasi lainnya adalah infeksi di bagian kornea yang lebih dalam, perforasi
kornea (pembentukan lubang), kelainan letak iris dan kerusakan mata.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan adalah:
- Ketajaman penglihatan
- Tes refraksi
- Tes air mata
- Pemeriksaan slit-lamp
- Keratometri (pengukuran kornea)
- Respon refleks pupil
- Goresan ulkus untuk analisa atau kultur
- Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
PENGOBATAN
Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis
mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea.
Tergantung kepada penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung
antibiotik, anti-virus atau anti-jamur.
Untuk mengurangi peradangan bisa diberikan tetes mata corticosteroid.
A. Pengertian
Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi
(kerusakan) pada bagian epitel kornea. (Darling,H Vera, 2000, hal 112)
IB. Etiologi
Faktor penyebabnya antara lain:
Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal),
dan sebagainya
Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka
bakar pada daerah muka
Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : oedema kornea kronik, exposure-keratitis (pada
lagophtalmus, bius umum, koma) ; keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis
superfisialis virus.
Kelainan-kelainan sistemik; malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens-Jhonson, sindrom defisiensi imun.
Obat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun, misalnya : kortikosteroid, IUD, anestetik lokal dan
golongan imunosupresif.
Pada ulkus yang menghancurkan membran bowman dan stroma, akan menimbulkan sikatrik kornea.
Gejala subyektif pada ulkus kornea sama seperti gejala-gejala keratitis. Gejala
obyektif berupa injeksi silier, hilangnya sebagian jaringan kornea dan adanya infiltrat.
Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis disertai hipopion.
-
Fotofobia
Streptokokok pneumonia
Pseudomonas aeroginosa
Klebaiella Pneumonia
Spesies Moraksella
Sedangkan dari ulkus kornea yang ada faktor pencetusnya adalah bakteri patogen opportunistik yang
biasa ditemukan di kelopak mata, kulit, periokular, sakus konjungtiva, atau rongga hidung yang pada
keadaan sistem barier kornea normal tidak menimbulkan infeksi. Bakteri pada kelompok ini adalah :
Stafilokukkus epidermidis
Proteus
Pengobatan : gentamisin, tobramisin, karbesilin yang diberikan secara lokal, subkonjungtiva serta intra
vena.
Penggunaan antibiotika secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama atau pemakaian
kortikosteroid jangka panjang
Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang disertai lecet epitel,
misalnya kena ranting pohon atau binatang yang terbang mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di
kornea oleh benda atau binatang yang melukai kornea dan bukan dari adanya defek epitel dan jamur
yang berada di lingkungan hidup.
Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik, maka faktor ekologi ikut
memberikan kontribusi.
Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana, ditanah, di udara dan sampah organik. Keduanya
dapat menyebabkan penyakit pada tanaman dan pada manusia dapat diisolasi dari infeksi kulit, kuku,
saluran kencing.
Aspergilus juga terdapat dimana-mana dan merupakan organisme oportunistik , selain keratitis
aspergilus dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen dan endogen, selulitis orbita, infeksi saluran
lakrimal.
Kandida adalah jamur yang paling oportunistik karena tidak mempunyai hifa (filamen) menginfeksi mata
yang mempunyai faktor pencetus seperti exposure keratitis, keratitis sika, pasca keratoplasti, keratitis
herpes simpleks dengan pemakaian kortikosteroid.
Pengobatan : Pemberian obat anti jamur dengan spektrum luas, apabila memungkinkan dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas untuk dapat memilih obat anti jamur yang spesifik.
2. Ulkus marginal
Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau dapat juga
rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus.
Ulkus marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan dengan penyakit rematik atau
debilitas. Dapat juga terjadi ebrsama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella,
basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan dapat dihubungkan dengan alergi
terhadap makanan. Secara subyektif ; penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai
rasa sakit, lakrimasi dan fotofobia. Secara obyektif : terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat
atau ulkus yang sejajar dengan limbus.
Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3 hingga 4 hari, tetapi dapat
rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi stafilokok atau kuman lainnya. Disensitisasi dengan toksoid
stafilokkus dapat memberikan penyembuhan yang efektif.
a.
Ulkus cincin
Merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh lingkaran kornea, bersifat destruktif dan
biasaya mengenai satu mata.
Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama penyakit disentri basile, influenza berat
dan penyakit imunologik. Penyakit ini bersifat rekuren.
Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja.
b.
c.
Ulkus Mooren
Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea berjalan progresif ke arah sentral
tanpa adaya kecenderungan untuk perforasi. Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak bergaung
dengan bagan sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama. Tukak ini berhenti jika seluuh
permukaan kornea terkenai.
Penyebabya adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau autoimun.
Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata.
Pengobatan degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi konjungtiva, keratektomi dan
keratoplasti.
(Sidarta Ilyas, 1998, 57-60)
E. Penatalaksanaan :
Pasien dengan ulkus kornea berat biasanya dirawat untuk pemberian berseri (kadang sampai tiap
30 menit sekali), tetes antimikroba dan pemeriksaan berkala oleh ahli opthalmologi. Cuci tangan secara
seksama adalah wajib. Sarung tangan harus dikenakan pada setiap intervensi keperawatan yang
melibatkan mata. Kelopak mata harus dijaga kebersihannya, dan perlu diberikan kompres dingin. Pasien
dipantau adanya peningkatan tanda TIO. Mungkin diperlukan asetaminofen untuk mengontrol nyeri.
Siklopegik dan midriatik mungkin perlu diresep untuk mengurangi nyeri dan inflamasi. Tameng mata
(patch) dan lensa kontak lunak tipe balutan harus dilepas sampai infeksi telah terkontrol, karena justru
dapat memperkuat pertumbuhan mikroba. Namun kemudian diperlukan untuk mempercepat
penyembuhan defek epitel.
F. Pemeriksaan Diagnostik :
a.
Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan )
b.
c.
Pemeriksaan oftalmoskopi
d.
e.
Pemeriksaan EKG
f.
G. Pengkajian :
a.
Aktifitas / istirahat
b.
Neurosensori
c.
d.
Nyeri
mata
Keamanan
: perubahan aktifitas
: penglihatan kabur, silau
: ketidaknyamanan, nyeri tiba-tiba/berat menetap/ tekanan pada & sekitar
: takut, ansietas
(Doenges, 2000)
Ketakutan atau ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman
mengenai perawatan pasca operatif, pemberian obat
Intervensi :
Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.
b.
Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pasca operasi sampai stabil
Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperlukan
c.
Nyeri yang berhubungan dengan trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah atau
pemberian tetes mata dilator
Intervensi :
d.
Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan
Intervensi :
Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan gejala, komplikasi yang harus
segera dilaporkan pada dokter
Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti mengenai teknik yang
benar dalam memberikan obat
Kriteria hasil :
a. Pasien menerima dan mengatasi sesuai dengan keterbatasan penglihatan
b. Menggunakan penglihatan yang ada atau indra lainnya secara adekuat
Intervensi:
-
f. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan proses
penyakit
Tujuan: Pasien memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya
Kriteria hasil:
a. Pasien memahami instruksi pengobatan
b. Pasien memverbalisasikan gejala-gejala untuk dilaporkan
Intervensi:
-
Ajarkan prosedur penetesan obat tetes mata dan penggantian balutan pada pasien dan
keluarga
Diskusikan gejala-gejala terjadinya kenaikan TIO dan gangguan penglihata
DAFTAR PUSTAKA