Anda di halaman 1dari 113

Nur Hadi,S.Ag,M.

Pd
Drs. Saiful
Huda,M.Pd.I
Muh. Hamdi Ihsan,Lc,

ILMU
KALAM
Untuk Pegangan Siswa kelas
XII
Peminatan Ilmu-ilmu Agama
MADRASAH ALIYAH

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala nikmat dan karunia-Nya,
sehingga buku hadis untuk pegangan siswa kelas XI peminatan Ilmu-ilmu Agama
Madrasah Aliyah dapat tersusun dengan baik. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, sahabat, keluarganya, serta orangorang yang mengikuti ajarannya hingga hari kiamat.
Buku ini disusun berdasarkan Standar Isi Madrasah Aliyah kurikulum 2013
untuk mata pelajaran Ilmu Kalam peminatan ilmu-ilmu agama kelas XI. Buku ini
disusun secara ringkas, padat, dan jelas, serta dilengkapi dengan kompetensi inti
dan kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, peta konsep
pembelajaran, yang dapat dijadikan pedoman siswa sehingga arah belajar siswa
bisa jelas dan sesuai tujuan. Selain itu buku ini juga disertai gambar-gambar di
setiap awal bab sehingga bisa mendatangkan kreatifitas siswa untuk berfikir
tentang materi sebelum melakukan eksplorasi materi pelajaran. Cara ini
ditempuh untuk memberi kenyamanan kepada peserta didik. Dengan demikian
buku ini diharapkan dapat menjadi mitra yang mengasikkan bagi peserta didik
dalam belajar.
Akhirnya, kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini masih ada
kekurangan, baik dari sisi metodologi maupun substansi maka saran dan kritik
yang konstruktif selalu kami harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga
buku ini bermanfaat dan mendapatkan ria dari Allah Swt. amin.
Bandung, Nopember 2013
Penulis

Pedoman Transliterasi Arab-Latin


Berikut ini adalah pedoman transliterasi yang diberlakukan berdasarkan
Keputusan Bersama Mentri Agama dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543/b/u/1987.
1. Konsonan
No
Arab
Latin
No
Arab
Latin
No
Arab
Latin
Tidak
1
dilamba
11
z
21
q
ngkan

2
3
4
5
6
7
8
9
10

12

13

14

15

16

Kh

17

18

19

20

2. Vokal Pendek

= a

kaifa

= i
= u

3. Vokal Panjang

=
=

22

sy

23

24

25

26

27

28

29

su ila

yahabu

qla

qla

yaqlu

l
m
n
w
h

4. Diftong

kataba


= au

ai
aula

PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU

Gambargambar di
kolom
petunjuk
pengguna
buku ini
diganti
sesuai
dengan
tampilan
setelah
dilyout

Setiap awal bab disajikan


kompetensi inti, kompetensi
dasar,
Indikator,
tujuan
pembelajaran, materi pokok,
dan
peta
konsep
yang
memberikan
gambaran
sementara kepada siswa serta
dapat mengetahui tujuan dan
target belajar, sehingga siswa
dapat memilih bagaimana cara
mempelajari buku ini..

Sebelum memasuki materi


pokok pembelajaran, ada
MUQADDIMAH yang
menggambarkan arti penting
pembahasan dalam bab. Dan
mengantarkan fikiran
pembaca tentang apa saja
yang harus dipelajari untuk
mencapai tujuan

Mari Mengamati sebagai


pendekatan scientific yang
merangsang siswa untuk
berfikir mengenai materi
yang dipelajari berdasarkan
ilustrasi yang digambarkan.

Eksplorasi
merupakan
sajian
materi
bahasan
dalam
bab
sebagai
pancingan
agar
siswa
mencari
materi
dari
sumber-sumber yang lain.

Mengkomunikasikan
merupakan sajian yang
mendorong siswa untuk
berani mengungkapkan apa
yang ia fahami dari bab.

Uji Kompetensi sebagai


lapangan bagi siswa untuk
menguji kemampuan
setelah mempelajarinya.

Pendalan Karakter
merupakan sajian untuk
mengatahui perubahan
sikap, pengetahuan dan

Hikmah,
sajian
terakhir dalam bab
yang
dapat
memberikan
hikmah
kepada
siswa.

Tugas dan penilaian sikap


merupakan sajian yang
mengajak
siswa
untuk
kreatif dalam mengambil
sebuah pelajaran yang bisa
diamalkan
dalam
kehidupan sehari-hari.

KOMPETENSI INTI (KI) DAN KOMPETENSI DASAR (KD)


SESUAI
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Ilmu Kalam Kelas XII
Madrasah Aliyah Peminatan Ilmu-Ilmu Agama
KELAS XII SEMESTER 1
Kompetensi inti
1. Menghayati
dan
mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya.

2. Menghayati
dan
Mengamalkan perilaku jujur,
disiplin,
tanggungjawab,
peduli
(gotong
royong,
kerjasama, toleran, damai)
santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara
efektif, sosial dan alam
serta dalam menempatkan
diri
sebagai
cerminan
bangsa dalam pergaulan
dunia.
3. Memahami,
menerapkan,
menganalisis
dan
mengevaluasi pengetahuan
faktual,
konseptual,
procedural
,
dan
metakognitif
berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang
ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena
dan
kejadian,
serta
menerapkan
pengetahuan

Kompetensi dasar

1.2. Menghayati dengan benar


kedudukan wahyu dan akal menurut
perspektif aliran kalam
1.3. Meyakini dengan benar mengenai
iman dan kufur menurut perspektif
aliran kalam
1.4. Berkomitmen menghindari perbuatan
dosa besar setelah memahami hukum
pelaku dosa besar menurut perspektif
aliran kalam
1.5. Menyadari pentingnya keimanan
yang benar setelah memahami
mengenai sifat-sifat, perbuatan dan
kehendak Tuhan, kehendak, kekuasaan
dan perbuatan manusia,
1.6. Meyakini kalamullah
2.1 Terbiasa mendahulukan wahyu baru
akal
2.2 Terbiasa beriman dan mghindari
prilaku kufur menurut perspektif
aliran kalam
2.3 Menghindari dosa besar menurut
perspektif aliran kalam
2.4 Terbiasa berbuat sesuai dengan
kehendak,perbuatan dan sifat Tuhan
dan manusia dalam pandangan aliran
Kalam
2.5 Terbiasa mengamalkan kalamullah
menurut perspektif aliran kalam
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6

Menganalisis kedudukan wahyu dan


akal menurut perspektif aliran kalam
Menganalisis iman dan kufur menurut
perspektif aliran kalam
Menganalisis hukum pelaku dosa
besar menurut perspektif aliran
kalam
Menganalisis kehendak,perbuatan
dan sifat Tuhan menurut perspektif
aliran kalam
Menganalisis kehendak, kekuasaan
dan perbuatan manusia menurut
perspektif aliran kalam
Menganalisis kalamullah menurut

Kompetensi inti
procedural
pada
bidang
kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya
untuk
memecahkan
masalah
4

Kompetensi dasar

perspektif aliran kalam

Mengolah, menalar, menyaji,4.1


dan mencipta dalam ranah
konkret dan ranah abstrak
terkait
dengan4.2
pengembangan dari yang
dipelajarinya
di
sekolah
secara
mandiri,
serta
bertindak secara efektif dan4.3
kreatif,
dan
mampu
menggunakan
metoda
4.4
sesuai kaidah keilmuan

4.5

4.6

D.6.KELAS XII SEMESTER 2


Kompetensi inti
1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya.

2. Menghayati dan
Mengamalkan perilaku
jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama,
toleran, damai) santun,
responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi
atas berbagai

Menyajikan peta konsep tentang


kedudukan wahyu dan akal menurut
perspektif aliran kalam
Menyajikan peta konsep tentang iman
dan kufur menurut perspektif aliran
kalam
Menyajikan peta konsep tentang
hukum pelaku dosa besar menurut
perspektif aliran kalam
Menyajikan peta konsep tentang
kehendak,perbuatan dan sifat Tuhan
menurut perspektif aliran kalam
Menyajikan peta konsep tentang
kehendak, kekuasaan dan perbuatan
manusia menurut perspektif aliran
kalam
Menyajikan peta konsep tentang
kalamullah menurut perspektif aliran
kalam

Kompetensi dasar
1.1. Menyadari pentingnya keyakinan yang
kuat dalam berakidah setelah memahami
pemikiran
kalam
Muhammad
Abduh,
Sayyid Ahmad Khan, Muhammad Iqbal,
1.2. Menyadari pentingnya keyakinan yang
kuat dalam berakidah setelah memahami
pemikiran
kalam
Hamzah
Fansuri,
Syamsuddin as-Sumatrani, Nuruddin arRaniri, Nawawi al-Bantani, dan Syekh
Ahmad Khatib as-Sambasi
2.1. Menunjukkan
perilaku
yang
positif
setelah
memahami
pemikiran
kalam
Muhammad Abduh, Sayyid Ahmad Khan,
Muhammad Iqbal,
2.2. Menunjukkan
perilaku
yang
positif
setelah
memahami
pemikiran
kalam
Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumatrani,
Nuruddin ar-Raniri, Nawawi al-Bantani, dan
Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi

Kompetensi inti

Kompetensi dasar

permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif,
sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.

3.

Mem
ahami,
menerapkan,menganalisis
dan mengevaluasi
pengetahuan faktual,
konseptual, procedural ,
dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan
humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan
kejadian, serta
menerapkan pengetahuan
procedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan
minatnya untuk
memecahkan masalah

4.

Meng
olah, menalar, menyaji, dan
mencipta dalam ranah
konkret dan ranah abstrak
terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, serta
bertindak secara efektif dan
kreatif, dan mampu
menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan

3.1. Menganalisis pemikiran kalam yang


dikembangkan
Muhammad
Abduh,
Sayyid Ahmad Khan Muhammad Iqbal.
3.2. Menganalisis
pemikiran
kalam
Hamzah
Fansuri,
Syamsuddin
asSumatrani, Nuruddin ar-Raniri, Nawawi
al-Bantani, dan Syekh Ahmad Khatib asSambas serta pengaruhnya
3.3. Membandingkan pemikiran kalam
Muhammad Abduh, Sayyid Ahmad
Khan,
Muhammad
Iqbal,
Hamzah
Fansuri,
Syamsuddin
as-Sumatrani,
Nuruddin ar-Raniri, Nawawi al-Bantani,
dan Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi

3.1. Mempresentasikan
peta
konsep
pemikiran
kalam
Muhammad
Abduh,
Sayyid Ahmad Khan,Muhammad Iqbal
3.2. Mempresentasikan
peta
konsep
pemikiran
kalam
Hamzah
Fansuri,
Syamsuddin as-Sumatrani, Nuruddin arRaniri, Nawawi al-Bantani, dan Syekh
Ahmad Khatib as-Sambas

Kompetensi Inti pada kurikulum Ilmu Kalam kelas X terdiri dari 4


kompetensi. KI-1 berkaitan dengan sikap terhadap Allah SWT, atau sikap
spiritual, KI-2 terkait dengan karakter diri dan sikap social, KI-3 terkait
dengan pengetahuan tentang materi ajar atau aspek kognitif, dan KI 4
terkait dengan penyajian pengetahuan dan ketrampilan.
KI-1, KI-2 dan KI-4 tidak diajarkan secara langsung (direct teaching) tetapi
dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran secara tidak
langsung (indirect teaching) pada setiap materi pokok yang ada pada KI-3.
Dalam pelaksanaanya 4 Kompetensi Inti (KI) yang kemudian dijabarkan
menjadi 57 Kompetensi Dasar (KD) seperti tersebut di atas merupakan
bahan kajian yang akan ditransformasikan dalam kegiatan pembelajaran
selama satu tahun (dua semester) yang terurai dalam minimal 36
minggu. Agar kegiatan pembelajaran itu tidak terasa terlalu panjang
maka 36 minggu itu dibagi menjadi dua semester, semester pertama
dan semester kedua. Setiap semester terbagi menjadi 18 minggu. Setiap
semester yang 18 minggu itu dilaksanakan ulangan/kegiatan lain
tengah semester dan ulangan akhir semester yang masing-masing diberi
waktu 2 jam/minggu. Dengan demikian waktu efektif untuk kegiatan
pembelajaran mata pelajaran Ilmu Kalam sebagai mata pelajaran
peminatan di Madrasah Aliyah disediakan waktu 2 x 45 menit x 32
minggu/per tahun (16 minggu/semester).
Berdasarkan 49 Kompetensi Dasar (KD) yang ada pada seluruh struktur
yang terdapat pada Kompetensi Inti (KI) terutama 18 Kompetensi Dasar
(KD) yang dijabarkan pada Kompetensi Inti (KI)-3, buku siswa mata
pelajaran Ilmu Kalam kelas X disusun menjadi 6 bab dengan rincian 4 bab
pada semester satu dan 2 bab pada semester dua. Berikut diketengahkan
pemetaan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam buku
guru dan susunan bab dalam buku siswa mata pelajaran Ilmu Kalam kelas
X (peminatan):
Semester 1
BAB
KI
KD
Prinsip dan Metode
1,2,3 dan 4
Peningkatan Kualitas Akidah
Tauhid dalam Ajaran Islam
1,2,3 dan 4
Syirik dalam Ajaran Islam
1,2,3 dan 4
Ilmu Kalam dalam Ajaran Islam 1,2,3 dan 4
Semester 2
BAB
KI
KD
Sejarah perkembangan ilmu
1,2,3 dan
kalam
4
Aliran dan doktrin aliran dalam
1,2,3 dan
Ilmu Kalam
4

DAFTAR ISI
Halaman Judul ...... i
Kata Pengantar ...... ii
Daftar Isi iii
BAB I : PERSOALAN-PERSOALAN ILMU KALAM PERSPEKTIF
ALIRAN KALAM
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.

Wahyu dan
Akal
..3
Iman dan
Kufur
5
Pelaku Dosa
Besar
.9
Perbuatan
Tuhan
.12
Uji
kompetensi
..15

BAB II : PERSOALAN-PERSOALAN ILMU KALAM PERSPEKTIF


ALIRAN KALAM
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.

Perbuatan
Manusia
..20
Kekuasaan dan Kehendak Mutlak
Tuhan.....................23
Kalam
Allah
27
Sifat-sifat
Allah
...27
Uji
Kompetensi
32

BAB III : PEMIKIRAN KALAM ULAMA MODERN


3.1.Pemikiran Kalam Muh.
Abduh...................37
3.2. Pemikiran Kalam Sayyid Akhmad
Khan...41
3.3. Pemikiran Kalam Muh.
Iqbal44
3.4. Uji Kompetensi
.49

BAB IV : MENGENAL PEMIKIRAN KALAM ULAMA MODREN

4.1. Pemikiran Kalam Hamzah

Fansury.54
4.2. Pemikiran Kalam Syamsuddin asSumatrani.55
4.3. Pemikiran Kalam Nuruddin arRaniri.55
4.4. Pemikiran Kalam Syekh Ahmad Khatib asSambasi.56
4.4. Uji Kompetensi
.59

GLOSARIUM..........................................................................
.........................75
DAFTAR
PUSTAKA..............................................................................
............76

BAB I
PERSOALAN-PERSOALAN POKOK ILMU
KALAM PERSPEKTIF ALIRAN KALAM

Sumber:
www.kpindo.com
Perbedaan itu indah dan penuh hikmah

Problematika teologis di kalangan umat Islam baru muncul pada


masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib (656-661 M) yang ditandai
dengan munculnya kelompok dari pendukung Ali yang memisahkan diri
karena tidak setuju dengan sikap Ali yang menerima tahkim dalam
menyelesaikan konfliknya dengan Muawiyah bin Abi Sufyan. Kelak
kelompok tersebut dikenal dengan sebutan Khawarij (pembelot, atau
pemberontak, atau yang keluar).
Kelompok yang kedua muncul adalah Rhawafidl (Syiah),
kebalikan Khawarij, mereka adalah pendukung Ali. Selanjutnya muncul
aliran Murjiah pada akhir kurun pertama (akhir masa sahabat).
Selanjutnya pada awal kurun kedua (masa Thabiin) muncul faham
Jabariyah. Kemunculan berikutnya adalah Mutazilah, Qodariyah kemudian
Asyariyah dan Maturidiyah.
Dari masing-masing aliran kalam memiliki pemahaman yang
berbeda tentang berbagai masalah ketuhanan dan lainnya, yang
kemudian menimbulkan argumentasi-argumentasi yang diperdebatkan
untuk membela masing-masing golongan.
Kompetensi Inti (KI)
2. Mengembangkan
akhlak (adab) yang baik dalam beribadah dan
berinteraksi dengan diri sendiri, keluarga, teman, guru, masyarakat,
lingkungan sosial dan alamnya serta menunjukan sikap partisipatif
atas berbagai permasalahan bangsa serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3.

Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

Kompetensi Dasar (KD)


2.1. Menunjukkan sikap positif setelah memahami persoalan-persoalan
pokok ilmu kalam menurut perspektif aliran kalam.
3.1. Mendiskusikan kedudukan wahyu dan akal menurut perspektif aliran
kalam.
3.2. Menganalisis iman dan kufur menurut perspektif aliran kalam.
3.3. Memahami hukum pelaku dosa besar menurut perspektif aliran
kalam.
3.4. Mendiskusikan perbuatan Tuhan menurut perspektif aliran kalam.
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan kedudukan wahyu dan akal perspektif aliran
kalam melalui diskusi dengan benar.
2. Siswa dapat menjelaskan iman dan kufur perspektif aliran kalam melalui
diskusi dengan benar.
3. Siswa dapat menjelaskan hukum pelaku dosa besar perspektif aliran
kalam melalui diskusi dengan benar.
4. Siswa dapat menjelaskan perbuatan Tuhan perspektif aliran kalam
melalui diskusi dengan benar.

PETA KONSEP
1. Khawarij
2. Syiah
3. Murjiah

Aliran-aliran Kalam

4. Jabariyah
5. Mutazilah
6. Qadariyah
7. Asyariyah

8. Maturidiyah

1. Wahyu dan Akal

Persoalan-persoalan
pokok ilmu kalam

2. Iman dan Kufur


3. Pelaku Dosa Besar
4. Perbuatan Tuhan

A. AMATI GAMBAR BERIKUT INI DAN BUATLAH


KOMENTAR ATAU PERTANYAAN!
Amati Gambar Berikut ini

Setelah Anda mengamati gambar


disamping buat daftar komentar
atau pertanyaan yang relevan
1.
.
.

ut

..
2.
.

Sumber: kaskus.co.id

Amati Gambar Berikut ini

Setelah Anda mengamati gambar


disamping buat daftar komentar
atau pertanyaan yang relevan
1.
.
.
..
2.
.

Sumber: nu.or.id

B.

PENDALAMAN MATERI

Selanjutnya Anda pelajari uraian berikut ini dan Anda


kembangkan dengan mencari materi tambahan dari sumber belajar
lainnya
A. Wahyu dan Akal
a. Pengertian Akal
Kata akal yang telah menjadi kosa kata bahasa Indonesia, secara
etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu al-aql ( )yang berarti:
ikatan, pikiran, pemahaman dan pengertian. Kata dapat diartikan
sebagai cahaya rohaniah yang dengannya dapat dijangkau sesuatu
yang tidak dapat dicapai oleh indra.
Kata akal dapat juga ditemui penggunaannya dalam Alquran
sebanyak 49 kali, meski hanya dalam bentuk kata kerja (). Dalam
hal ini, kata 1 kali, kata 24 kali, kata 1 kali,
kata 1 kali, sedangkan kata sebanyak 22 kali. Dari
kata-kata tersebut mempunyai dua arti pokok, yaitu berarti faham dan
mengerti.

Secara terminologis, kata akal dapat diartikan sebagai, daya pikir


yang memberikan kekuatan kepada manusia untuk merancang dan
mengoreksi serta mengukuhkan sesuatu dan menetapkan keputusan di
antara berbagai macam hal yang ditemui manusia dalam mencapai apa
yang diinginkan.
Selain itu, Harun Nasution mendefinisikan akal sebagai daya pikir
yang dianugrahkan Allah kepada manusia untuk menghasilkan
pengetahuan melalui kesan-kesan yang diperoleh pancaindra. Akal
dalam pengertian Islam, tidak dimaksudkan sebagai otak, tetapi
merupakan daya berfikir yang terdapat dalam jiwa manusia untuk
memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya.
Akal dalam pengertian inilah yang kemudian dikontraskan (dalam
Islam) dengan wahyu, sebagai sumber pengetahuan dari luar diri
manusia, yaitu dari Allah Swt.
Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa akal yang terdapat
dalam diri manusia, merupakan suatu daya yang dengannya manusia
dapat hidup bermutu dan dinamis, karena tingkah laku dan perbuatan
manusia dilakukan atas dasar pengertian atau pengetahuan dan
motivasi untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
b. Pengertian Wahyu
Kata wahyu berasal dari bahasa Arab yaitu yang berarti
suara, api,dan kecepatan. Di samping itu, kata wahyu juga berarti
bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Selanjutnya, ia juga mengandung
makna pemberitahuan secara sembunyi dan dengan cepat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata wahyu diartikan sebagai
petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para Nabi dan
Rasul melalui mimpi dan sebagainya. Dalam kedudukannya sebagai
petunjuk, wahyu juga dapat diartikan sebagai pemberitahuan
(informasi) dari Allah yang diberikan kepada orang-orang pilihannya
(Rasul) untuk disampaikan kepada manusia agar dijadikan sebagai
pegangan hidup. Ia mengandung ajaran, petunjuk dan pedoman yang
berguna bagi manusia untuk perjalanan hidupnya di dunia dan akhirat.
Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh Muhammad Abduh, ia
mengatakan bahwa wahyu adalah pengetahuan yang didapat sesorang
pada dirinya sendiri dengan suatu keyakinan bahwa pengetahuan itu
datang dari Allah swt. Di sini, Muhammad Abduh melihat wahyu tidak
hanya ditujukan kepada Nabi dan Rasul saja, tetapi juga kepada
manusia biasa.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akal dapat dimiliki
oleh setiap manusia dan inheren dalam dirinya. Sedangkan wahyu
merupakan informasi dari Tuhan yang berada di luar diri manusia.
Namun, fungsi kedua alat ini sama-sama untuk menghasilkan
pengetahuan, meskipun tingkat kebenarannya berbeda. Dalam hal ini,
kebenaran yang diperoleh dari wahyu bersifat absolut, sedangkan
kebenaran yang diperoleh melalui akal bersifat relatif. Wahyu
bersumber dari Allah, sedangkan akal bersumber dari manusia.
c. Wahyu dan Akal Perspektif Aliran Kalam

1. Aliran Mutazilah
Kaum Mutazilah dikenal sebagai aliran yang paling banyak
menggunakan akal dalam pembahasan-pambahasan teologinya,
sehingga ia dijuluki sebagai kaum rasionalis Islam. Dalam
pandangannya mengenai peranan akal dan wahyu untuk
mengetahui keempat hal tersebut di atas, tokoh-tokoh aliran
Mutazilah sependapat, bahwa pokok-pokok pengetahuan (tentang
Tuhan serta baik dan buruk) dan mensyukuri nikmat adalah wajib,
sebelum turunnya wahyu. Hal ini berarti, bahwa mengetahui Tuhan;
mengetahui baik dan buruk; kewajiban bersyukur atas nikmat yang
diberikan Tuhan; serta mengetahui kewajiban mengerjakan yang
baik dan meninggalkan yang buruk dapat diketahui oleh akal
manusia. Sehingga, seandainya tidak ada wahyu pun, manusia tetap
dapat mengtahuinya. Dengan penalaran akalnya, manusia bisa
berkesimpulan bahwa berterimakasih kepada Tuhan adalah wajib
sebelum datangnya wahyu.
Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa Mutazilah
menafikan peranan wahyu. Wahyu menurut mereka tetap memiliki
peranan yang sangat penting dalam keempat masalah tersebut.
Dalam kaitan ini, wahyu memiliki fungsi konfirmasi dan informasi,
memperkuat apa yang telah diketahui akal dan menerangkan apa
yang belum diketahui oleh akal. Hanya saja, menurut Mutazilah,
wahyu tidak selamanya yang menentukan apa yang baik dan apa
yang buruk, karena akal, bagi Mutazilah dapat mengetahui sebagian
yang baik dan sebagian dari yang buruk. Dalam artian, akal dapat
mengetahui garis-garis besarnya, sedangkan rinciannya diperoleh
melalui wahyu. Misalnya, sungguhpun akal dapat mengetahui Tuhan,
akan tetapi akal tidak dapat menentukan jenis Tuhan yang
sesungguhnya, sehingga apa yang digambarkan oleh akal itu dapat
saja berubah-ubah. Demikian halnya tentang perbuatan baik dan
buruk, ada saja yang tidak dapat dijangkau oleh akal, misalnya,
penyembelihan binatang untuk keperluan tertentu.
Dalam kaitannya dengan perbuatan baik dan buruk ini, kaum
Mutazilah membedakan antara serta
perbuatan-perbuatan yang tidak baik menurut akal dan
Serta perbuatan-perbuatan yang tidak
baik menurut wahyu. Begitu pula dibedakan antara kewajibankewajiban yang ditentukan oleh akal serta
dengan kewajiban-kewajiban yang ditentukan oleh
wahyu serta . Dalam kaitan ini, akal
hanya dapat mengetahui garis-garis besarnya saja dari kewajibankewajiban manusia, sedangkan perinciannya - sebagaimana
pendapat Abdul Jabbar hanya dapat diketahui melalui wahyu.
Selanjutnya, fungsi lain dari wahyu, menurut al-Syahrastani
adalah untuk mengingatkan manusia tentang kewajibannya dan
mempercepat untuk mengetahuinya atau memperpendek jalan
untuk mengetahui Tuhan.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa meskipun aliran
Mutazilah memberikan peranan yang besar kepada akal, namun,

tetap dalam keterbatasannya sebagai akal manusia, yang hanya


mampu mengetahui baik dan buruknya sesuatu secara
universal. Sedangkan kebaikan yang bersifat lokal dan varsial hanya
dapat diketahui melalui wahyu. Selanjutnya, wahyu menurut
Mutazilah, di samping sangat berperan untuk mengetahui perincian
dari apa yang baik dan buruk, juga dimaksudkan sebagai dasar
pembenaran bagi Tuhan untuk memberikan ganjaran terhadap
manusia di hari kemudian.
2. Aliran Asyariyah
Berbeda dengan aliran Mutazilah, aliran Asyariyah yang
termasuk dalam golongan Ahlus Sunnah Wal Jamaah memberikan
peranan yang lebih besar kepada wahyu dalam mengetahui
keempat persoalan tersebut di atas.
Menurut al-Asyari, segala kewajiban (yang harus dilakukan
oleh) manusia hanya dapat diketahui melalui wahyu. Akal tidak
dapat membuatu sesuatu menjadi wajib dan tidak dapat
mengetahui, bahwa mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang
jahat (buruk) itu adalah wajib bagi manusia. Memang betul, bahwa
akal dapat mengetahui Tuhan dan perlunya berterima kasih
kepadaNya. Namun, melalui wahyulah manusia dapat mengetahui,
bahwa orang yang taat kepada Tuhan akan mendapat pahala
(balasan baik) dan orang yang berbuat maksiat kepada-Nya akan
mendapat hukuman (siksa). Akal menurut Asyari, tidak mampu
mengetahui
kewajiban
manusia.
Untuk
itulah
wahyu
diperlukan, yakni untuk menetapkan mana yang wajib dan mana
yang tidak, mana perintah dan mana larangan dari Tuhan.
Dengan demikian, jika sekiranya wahyu tidak ada, manusia tak
akan tahu kewajiban-kewajibannya, bahkan kata al-Gazali
sekiranya syariat tidak ada, manusia tidak akan berkewajiban
mengetahui Tuhan dan tidak wajib pula berterima kasih kepada-Nya
atas nikmat-nikmat yang diturunkan kepada manusia. Demikian juga
soal baik dan buruk, ia hanya diketahui melalui perintah dan
larangan Tuhan.
Dalam penjelasannya, al-Syahrastani menyatakan bahwa
semua kewajiban diketahui melalui wahyu, sedangkan pengetahuan,
semuanya dapat diperoleh melalui akal. Karena itu, akal tidak dapat
mewajibkan untuk berbuat baik dan meninggalkan kejahatan, juga
tidak bisa menuntut dan menentukan suatu kewajiban. Dalam kaitan
ini, al-Taftazani menjelaskan, bahwa (bagi Asyariyah) sanksi hukum
untuk perbuatan orang yang berakal belum ada, sebelum datangnya
syara. Jadi tetapnya suatu hukum adalah atas landasan syara,
bukan dengan akal. Akal dalam hal ini, hanyalah merupakan alat
untuk memahami khitab syara. Pendapat ini juga didukung oleh alGazali, bahkan ia menegaskan, bahwa al-Hakim (pembuat hukum)
adalah Allah swt., dan tidak ada sanksi hukum sebelum datangnya
ketentuan syara. Hal ini lebih dipertegas lagi oleh al-Amidi dengan
mengatakan, bahwa tidak ada hakim (pembuat hukum) kecuali Allah
swt., dan tidak ada hukum kecuali yang telah ditetapkan oleh Allah.
Akal tidak punya wewenang menilai sesuatu perbuatan apakah baik

atau buruk, dan tidak ada hukum sebelum datangnya ketentuan


syara.Tegasnya, tidak ada hukum taklif (tuntutan dan larangan)
sebelum datangnya wahyu.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa akal bagi
Asyaariyah hanya dapat mengetahui Tuhan. Namun, akal tidak
punya otoritas (wewenang) untuk menetapkan kewajiban. Yang
menetapkan adalah al-Hakim (pembuat hukum) yakni Allah
swt. Berbeda dengan Mutazilah yang menjadikan akal sebagai alHakim. Dengan kata lain, Asyariyah memberikan fungsi yang lebih
kecil kepada akal, sedangkan Mutazilah wewenang akal lebih
banyak. Dalam hal ini, akal menurut Asyariyah kemampuannya
terbatas dalam hal mengetahui eksistensi Tuhan. Akal diperlukan
untuk memahami wahyu.
3. Aliran Maturidiyah
Nama aliran ini identik dengan pendirinya, yaitu Abu Mansur
Muhammad Ibnu Mahmud al-Maturidy. Dalam faham teologinya, alMaturidy banyak terpengaruh oleh pemikiran Imam Abu Hanifah,
yang juga banyak menggunakan rasio dalam pandangan
keagamaannya. Meski demikian, sistem pemikiran teologinya masih
dalam kategori Ahlu Sunnah.
Dalam kaitannya dengan pembahasan tentang akal dan wahyu
ini aliran Maturidiyah terbagi kepada dua kelompok, yaitu
Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah Bukhara.
a) Maturidiyah Samarkand.
Aliran ini dianggap oleh beberapa kalangan lebih dekat
corak pemikirannya kepada Mutazilah dalam bidang teologi dari
pada ke Asyariyah.
Dalam pandangannya tentang otoritas akal dan wahyu,
kaitannya dengan keempat masalah pokok tersebut, Maturidiyah
Samarkand berpendapat bahwa akal dapat mengetahui eksistensi
Tuhan, oleh karena Allah sendiri yang memerintahkan manusia
untuk menyelidiki dan merenungi alam ini. Hal ini menunjukkan
bahwa akal manusia dapat mencapai marifatullah. Oleh karen itu,
akal sudah mengetahui tentang kewajiban mengetahui Tuhan
sebelum datangnya wahyu. Sehingga akan berdosa bila tidak
percaya kepada Tuhan sebelum datangnya wahyu.
Demikian halnya dengan kewajiban berterima kasih kepada
Tuhan, menurut Maturidiyah Samarkand, akal dapat mengetahui
keawajiban menusia untuk berterima kasih kepada Tuhan, meski
tampa bantuan wahyu.
Begitu pula mengenai baik dan buruk, akal pun dapat
mengetahui sifat baik yang terdapat di dalamnya, dan sifat buruk
yang terdapat dalam yang buruk. Dengan demikian, akal juga
dapat mengetahui bahwa yang buruk adalah buruk dan berbuat
baik adalah baik. Akal selanjutnya akan membawa kepada
kemuliaan dan melarang manusia mengerjakan perbuatanperbuatan yang membawa kepada kerendahan. Perintah dan
larangan dengan demikian menjadi wajib dengan kemestian akal.
Namun, yang diketahui akal hanyalah sebab wajibnya perintah

dan larangan itu. Adapun mengenai kewajiban berbuat baik dan


menjauhi yang buruk, akal tidak berdaya untuk mewajibkannya.
Karena kewajiban tersebut hanya dapat diketahui oleh wahyu.
Dari uraian tersebut di atas, dapat dipahami bahwa aliran
Maturidiyah Samarkand berpendapat, bahwa akal dapat
mengetahui tiga dari empat persoalan pokok tersebut, yakni:
Mengetahui Tuhan; kewajiban mengetahui Tuhan (berterima kasih
kepada Tuhan); serta mengetahui baik dan buruk. Sedangkan
yang terakhir, kewajiban mengerjakan yang baik dan
meninggalkan yang jahat adalah wewenang wahyu atau Tuhan.
b) Maturidiyah Bukhara
Jika Maturidiyah Samarkand ditokohi oleh Abu Mansur alMaturidy sendiri, maka Maturaidiyah Bukhara, tokohnya adalah
Abu Yusr Muhammad al-Bazdawy. Pemikiran teologi dari kedua
tokoh ini sedikit berbeda dan tidak terlalu mendasar.
Perbedaannya hanya pada sekitar masalah kewajiban-kewajiban
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan.
Al-Bazdawy
mengatakan
bahwa
akal
tidak
dapat
mengetahui kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi yang
buruk, karena akal hanya dapat mengetahui baik dan buruk saja.
Sedangkan yang menentukan kewajiban mengenai yang baik dan
buruk itu adalah Tuhan sendiri. Demikian halnya dengan
kewajiban mengetahui Tuhan. Akal hanya mampu mengetahui
Tuhan, tetapi ia tidak dapat mengetahui dan menentukan
kewajiban mengetahui Tuhan. Dalam hal ini, yang mengetahui dan
menentukannya adalah wahyu.
Pada perinsipnya, akal menurut paham aliran Maturidiyah
Bukhara, tidak dapat mengetahui kewajiban-kewajiban, melainkan
hanya dapat mengetahui sebab-sebab dari proses kewajiban itu
menjadi wajib. Oleh karenanya, mengetahui Tuhan dalam arti
berterima kasih kepada Tuhan, sebelum turunnya wahyu tidaklah
wajib bagi manusia. Bahkan mereka (para alim ulama Bukhara)
berpendapat bahwa sebelum datangnya Rasul, percaya kepada
Tuhan tidaklah wajib dan tidak percaya kepada Tuhan bukanlah
suatu dosa. Dari sini, kelihatan bahwa Maturidiyah Bukhara lebih
mendekati faham Asyariyah yang lebih mempungsikan wahyu
ketimbang akal.
d. Analisis Perbandingan
Merujuk pada uraian keempat aliran teologi Islam tersebut di
atas, maka dapat dinyatakan bahwa pandangan masing-masing
aliran tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya. Masingmasing aliran memberikan porsi tersendiri dalam menempatkan
peranan akal dan wahyu. Mutazilah misalnya, memberikan porsi
paling besar kepada akal, dibanding dengan ketiga aliran lainnya.
Bagi Mutazilah, keempat masalah yang diperbincangkan itu,
semuanya dapat diperoleh melalui akal. Hal ini berarti, bahwa porsi
kekuatan wahyu bagi Mutazilah lebih kecil dibanding dengan akal.

Berbeda dengan Mutazilah, aliran Asyariyah justru


memberikan porsi yang besar kepada wahyu jika dibanding dengan
ketiga aliran lainnya. Menurut kaum Asyariyah, hanya satu di antara
keempat pengetahuan itu yang dapat diketahui oleh akal.
Sedangkan tiga yang lainnya, hanya bisa dicapai dengan wahyu. Hal
ini berarti, bahwa aliran Asyariyah memberikan porsi paling besar
kepada wahyu dan paling kecil kepada akal.
Sedangkan aliran Maturidiyah yang terdiri dari dua cabang itu,
menempati posisi tengah antara Mutazilah dan Asyariyah. Meski
demikian, kedua cabang Maturidiyah tersebut sedikit mempunyai
perbedaan.
Maturidiyah Samarkand lebih dekat kepada Mutazilah, karena
aliran ini berpendapat bahwa dari keempat pokok masalah tersebut,
tiga diantaranya dapat diketahui oleh akal, sedangkan yang satunya
hanya dapat diketahui melalui wahyu.
Adapun Maturidiyah Bukhara, dalam pandangannya terhadap
akal dan wahyu, lebih mendekati pemikiran Asyariyah. Meskipun
pada kenyataannya memberikan porsi yang sama antara akal dan
wahyu. Dalam hal ini, dari empat masalah pokok tersebut, dua di
antaranya dapat diketahui oleh akal, sedangkan dua yang lainnya
lagi hanya dapat diketahui melalui wahyu.
Untuk lebih jelasnya, perbandingan ini dapat dianalogikan ke
dalam bentuk nilai (harga), yaitu, jika disusun dalam skala prioritas,
sesuai dengan tingkat penghargaannya antara akal dan wahyu,
maka akan terlihat dalam urutan sebagai berikut:
1. Mutazilah: Memberikan nilai 4 (empat) kepada akal, dan nilai
positif (0 +) pada wahyu
2. Maturidiyah Samarkand: Memberikan nilai 3 (tiga) pada akal, dan
nilai 1 (satu) pada wahyu.
3. Maturidiyah Bukhara: Memberikan nilai 2 (dua) pada akal dan 2
(dua) pada wahyu.
4. Sedangkan Asyariyah: Memberikan nilai 1 (satu) pada akal dan
nilai 3 (tiga) pada wahyu.
Menyangkut tentang eksistensi masyarakat terpencil dan
mayarakat modern yang tidak mempunyai kesempatan untuk
mengetahui Islam secara baik, hubungannya dengan persoalan
teologi,
menurut
Mutazilah
pedomannya
adalah
akal
pemimpinnya. Dalam arti, mereka harus berpedoman pada aturan
atau ketentuan yang telah berlaku dalam kelompoknya. Sedangkan
menurut
Asyariyah
persoalannya
diserahkan
kepada
kemahakuasaan mutlak Tuhan. Namun secara teologis tidak
dibebani kewajiban. Karena menurut Asyariyah, selama seseorang
belum sampai dakwah kepadanya, maka selama itu pula tidak ada
taklif atasnya.
Menurut hemat penulis, mereka tetap harus dihisab menurut
ketentuan yang berlaku dalam kelompoknya, kalau dia seorang
beriman (menurut kepercayaannya) dan beramal saleh maka ia
berhak masuk surga. Demikian sebaliknya, kalau dia tidak beriman
dan berpilaku buruk, maka ia harus dimasukkan ke neraka sebagai

ganjaran dari perbuatannya. Hal ini sesuai dengan Firman Allah


dalam Q.S. al-Baqarah (2) : 62:

(62)



Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orangorang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara
mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian
dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan
mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula)
mereka bersedih hati. (Q.S. 2:62)
Dari ayat tersebut di atas dapat dipahami bahwa agama dan
kepercayaan apa saja yang dimiliki seseorang, asalkan ia termasuk
orang yang beriman dan beramal shaleh, maka ia berhak mendapat
pahala dari Tuhan dan memperoleh ganjaran atas pahalanya itu.

B. Iman dan Kufur

1. Pengertian Iman
Iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan
menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati,
diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).
Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan
dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat
keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan
dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang
beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas.
Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah,
tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin
yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan
satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
2. Pengertian Kufur
Kufur secara bahasa artinya menutupi, oleh karena itu malam
dalam bahasa arab dinamai kafir karena ia menutupi siang, dan
petani juga disebut kafir karena ia menutupi biji dengan tanah.
Adapun secara istilah, kufur ada dua macam: kufur akbar dan kufur
ashgar.
Kufur akbar adalah kufur yang mengeluarkan pelakunya dari
millatul Islam, dan kufur ini ada enam macam:
a. Kufur takdzib yaitu mendustakan Islam dengan hati dan lisan. Ia
meyakini bahwa Islam adalah dusta dan mengatakan dengan
lisannya. (Al Mulk: 9).


()








Mereka menjawab: "Benar ada", Sesungguhnya telah datang
kepada Kami seorang pemberi peringatan, Maka Kami
mendustakan(nya) dan Kami katakan: "Allah tidak menurunkan
sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang
besar".
b. Kufur juchud yaitu meyakini kebenaran Islam dengan hatinya
namun lisannya mendustakan bahkan memerangi dengan
anggota badan. Contohnya adalah kufurnya firaun dan kuffar
quraisy.
c. Kufur istikbar yaitu meyakini kebenaran Islam dengan hati dan
lisannya, namun ia bersombong diri dan tidak mau menerima
Islam dan melaksanakannya karena sombong dan menganggap
remeh. Dan kufur ini disebut juga dengan kufur ienad.
Contohnya kufur iblis lanatullah alaih.
d. Kufur Iradl yaitu berpaling dari Islam, tidak membenarkan dan
juga tidak mendustakan. (Thaha: 124).





()

Dan
Barangsiapa
berpaling
dari
peringatan-Ku,
Maka
Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta".

e. Kufur nifaq yaitu mendustakan Islam dengan hatinya dan


memperlihatkan keimanan dengan lisan dan badannya, seperti
kufurnya Abdullah bin Ubay bin Salul gembong munafiq.
f. Kufur syakk, yaitu meragukan kebenaran Islam dan para rasul.
Sedangkan
kufur
ashgar
adalah
kufur
yang
tidak
mengeluarkan pelakunya dari millah Islam seperti berhukum dengan
hukum selain Allah, dosa-dosa besar seperti zina, kufur kepada
suami dan sebagainya. Kufur ini bisa menjadi kufur akbar bila ia
meyakini
kehalalannya
dengan
mengatakan
bahwa
Allah
menghalalkannya.
Agenda persoalan yang pertama timbul dalam teologi Islam
adalah masalah iman dan kufur. Persoalan itu dimunculkan pertama
kali oleh golongan Khawarij yang mengecap kafir sejumlah tokoh
sahabat Nabi SAW. yang dipandang telah melakukan dosa besar,
yaitu Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu sufyan, Abu Musa AlAsyari, Amr bin Al-Ash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam,
dan Aisyah istri Rasulullah SAW.
Dalam masalah iman dan kufur ini mutakallimin terdapat
perbedaan pendapat, diantaranya adalah:
1. Aliran Khawarij
Sebagai kelompok yang lahir dari peristiwa politik, pendirian
teologisnya terutama yang berkaitan dengan masalah iman dan
kufur lebih bertendensi politik daripada ilmiah-teoritis. Satu
perbedaan aliran khawarij dengan aliran lainnya adalah mereka
sangat mudah menghukumi kafir bagi orang-orang yang tidak
mau mengikutinya. Misalnya, NafiI bin Azraq yang digelari Amirul
Muminin oleh aliran Khawarij, memfatwakan bahwa barang siapa
membantahnya maka dia adalah kafir yang halal darahnya, halal
hartanya dan halal anak istrinya. Dalil yang mereka pakai untuk
pendirian ini adalah Q.S. Nuh (71) ayat 26-27:




( )





()

Artinya :
Nuh mendoa: Wahai Tuhanku! Jangan Engkau biarkan orangorang kafir itu bertempat tinggal dimuka bumi. Sesungguhnya jika
Engkau biarkan tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan
hamba-hamba Engkau, dan mereka hanya akan melahirkan anakanak yang jahat dan tidak tahu berterima kasih.

Inilah pendapat yang sangat keterlaluan dari Khawarij yang


memakai kalimat orang-orang kafir bagi orang Islam yang menjadi

a.

b.

c.

d.

e.

lawan politiknya. Kebenaran pernyataan ini tidak dapat disangkal


karena seperti yang diketahui bersama, Khawarij muncul karena
persoalan-persoalan teologis seputar masalah mumin atau
kafirkah Ali, Muawiyah dan pengikutnya? Jawaban atas pertanyaan
ini kemudian menjadi pijakan atas dasar teologi mereka. Menurut
mereka, Ali dan Muawiyah beserta para pengikutnya telah
melakukan tahkim kepada manusia, berarti mereka telah berbuat
dosa besar. Dan semua pelaku dosa besar, menurut semua sub
sekte khawarij, kecuali Najdah adalah kafir dan akan disiksa di
neraka selamanya.
Iman menurut aliran Khawarij bukan merupakan
pengakuan dalam hati dan ucapan dengan lisan saja, akan tetapi
amal ibadah menjadi rukun iman juga. Dan menurut aliran
Khawarij, orang yang tidak melakukan shalat, puasa, zakat, dan
lain sebagainya yang diwajibkan oleh Islam, maka termasuk kafir.
Jadi apabila sekarang mukmin melakukan dosa besar maupun
kecil, maka orang itu termasuk kafir dan wajib diperangi serta
boleh di bunuh. Harta bendanya boleh dirampas menjadi harta
ghanimah.
Sekte Muhakkimah
Golongan ini adalah golongan Khawarij murni yaitu Khawarij yang
pertama kali muncul seperti yang tertera di atas. Kufur di sini
adalah semua yang terlibat pada peristiwa tahkim. Dan semua
orang yang telah berdosa besar juga dikatakan kufur pada aliran
ini.
Sekte Azariqah
Menurut Sekte Azariqah yang beriman hanyalah golongan dari
mereka sendiri yang mau berhijrah dan tidak pernah melakukan
dosa besar. Dengan kata lain, berarti orang Islam yang bukan dari
golongan mereka atau golongan Azariqah sendiri yang menolak
untuk berhijrah dianggap musyrik. Merekapun menghalalkan
membunuh orang-orang yang dianggap musyrik termasuk anak
dan istrinya.
Sekte Najdah
Menurut Najdah yang disebut orang beriman adalah golongan
Najdah saja walaupun telah berdosa besar, menurut mereka orang
yang berdosa besar yang menjadi kafir dan kekal di dalam neraka
hanyalah orang Islam yang tak sepaham dengan golongannya.
Adapun pengikutnya jika melakukan dosa besar, betul akan
mendapat siksaan, tetapi bukan dalam neraka, dan kemudian
akan masuk surga.
Sekte Ajaridah
Sebagai aliran yang menitik beratkan iman dengan amal
perbuatan, Iman menurut Ajaridah adalah semua golongan
Ajaridah yang tidak berdosa besar, dan anak kecil dari orang yang
dianggap kafir masih di kategorikan beriman, selama ia belum
mengikuti orang tuanya. Anak dari orang yang dianggap kafir
tidak lantas menjadi kafir dan boleh dibunuh.
Sekte Sufriyah

Iman dalam pandangan sekte Sufriyah tidak selalu bisa hilang


hanya karena suatu dosa besar, Sufriyah membagi dosa besar
menjadi dua golongan; dosa besar yang sangsinya ada di dunia,
seperti membunuh dan berzina, dan dosa besar yang tidak ada
sangsinya di dunia, seperti meninggalkan shalat dan puasa. Orang
yang berbuat dosa golongan pertama tidak dipandang kafir yang
menjadi kafir hanyalah orang yang melaksanakan dosa golongan
kedua.
Sekte Sufriyah juga membagi kufur menjadi dua: kufr bi inkar alnimah atau di sebut juga kafir nimat yaitu mengingkari rahmat
Tuhan dan kufr bi inkar al-rububiyah (kafir millah) yaitu
mengingkari Tuhan. Dengan demikian term kafir tidak selamanya
harus keluar dari Islam.
f. Sekte Ibadiyah
Sekte Ibadiyah berpendapat bahwa orang Islam selain dari
golongan mereka adalah kafir tetapi boleh mengadakan hubungan
perkawinan dan warisan, dan syahadatnya boleh diterima. Dan
bahwa setiap pelaku dosa besar tetap sebagai muwahid (yang
mengesakan Tuhan), tetapi bukan mukmin. Maksudnya di sini ia
hanya dipandang sebagai kafir mengingkari nimat (kafir
nimat) dan bukan kafir millah/agama,
dengan kata lain
mengerjakan dosa besar tidak membuat orang menjadi keluar dari
Islam, namun siksaan yang bakal mereka terima di akhirat nanti
adalah kekal dalam neraka bersama orang-orang kafir lainnya.
2. Aliran Murjiah
Aliran Murjiah membentuk suatu faham dalam ushuluddin yang
berbeda dengan aliran Khawarij, syiah dan Ahlussunnah. Aliran ini
menangguhkan penilaian terhadap orang yang terlibat dalam
peristiwa tahkim di hadapan Tuhan, karena Tuhanlah yang
mengetahui keadaan iman seseorang. Aliran Murjiah terpecah
menjadi beberapa golongan kecil. Namun, pada umumnya
golongan Murjiah terbagi kepada dua golongan besar yaitu
golongan ekstrim dan golongan moderat.
a. Murjiah ekstrim adalah mereka yang berpandangan bahwa
keimanan terletak di dalam kalbu. Adapun ucapan dan
perbuatan tidak selamanya menggambarkan apa yang ada di
hatinya. Oleh karena itu segala ucapan dan perbuatan
seseorang yang menyimpang dari kaidah agama tidak berarti
menggeser atau merusak keimanannya, bahkan keimanannya
masih sempurna di hadapan Tuhan.
Dosa bagi aliran Murjiah tidak menjadi sebuah masalah, kalau
ada iman dalam hati. Mereka berpendapat bahwa iman adalah
tashdiq dalam hati saja, atau marifah (mengetahui) Allah
dengan hati, bukan secara demonstrative, baik dalam ucapan
maupun dalam tindakan. Oleh karena itu jika seseorang telah
beriman tetapi dia bertingkah laku seperti Yahudi atau Nasrani
atau bahkan menyembah berhala menurut Murjiah ia masih
mukmin. Hal ini disebabkan karena keyakinan mereka bahwa
iqrar dan amal bukanlah bagian dari iman. Kredo Murjiah

ekstrim yang terkenal adalah Perbuatan tidak dapat


menggugurkan keimanan, sebagaimana ketaatanpun tidak
dapat membawa kekufuran. Dapat diambil kesimpulan bahwa
kelompok ini memandang pelaku dosa besar tidak akan disiksa
di neraka.
b. Murjiah Moderat adalah mereka yang berpendapat bahwa
pelaku dosa besar tidak menjadi kafir. Meskipun disiksa di
neraka, ia tidak kekal di dalamnya, tergantung dari dosa yang di
lakukannya. Meskipun demikian, masih terbuka kemungkinan
bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya sehingga bebas dari
siksaan neraka. Ciri khas mereka lainnya adalah dimasukkannya
iqrar sebagai bagian penting dari iman, disamping tashdiq
(marifah).
3. Aliran Mutazilah
Menurut aliran Mutazilah, iman adalah pelaksanaan kewajibankewajiban kepada Tuhan. Jadi, orang yang membenarkan (tashdiq)
tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad rasul-Nya, tetapi
tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban itu tidak dikatakan
mukmin. Tegasnya iman adalah amal. Iman tidak berarti pasif,
menerima apa yang dikatakan orang lain, iman mesti aktif karena
akal mampu mengetahui kewajiban-kewajiban kepada Tuhan.
Kaum Mutazilah berpendapat bahwa orang mukmin yang
mengerjakan dosa besar dan mati sebelum taubat, tidak lagi
mukmin dan tidak pula kafir, tetapi dihukumi sebagai orang fasiq.
Di akhirat ia dimasukkan ke neraka untuk selama-lamanya, tetapi
nerakanya agak dingin tidak seperti nerakanya orang kafir. Dan
tidak pula berhak masuk surga. Jelasnya menurut kaum
Mutazilah, orang mumin yang berbuat dosa besar dan mati
sebelum taubat, maka menempati tempat diantara dua tempat,
yakni antara neraka dan surga (manzilatan baina al-manzilatain).
4. Aliran Asyariyah
Menurut aliran Asyariyah, iman secara esensial adalah tashdiq
bi al-janan (membenarkan dengan kalbu). Sedangkan qaul dengan
lisan dan melakukan berbagai kewajiban utama (amal bi al-arkan)
hanya merupakan furu (cabang-cabang) iman. Oleh sebab itu,
siapa pun yang membenarkan ke-Esaan Allah dengan kalbunya
dan juga membenarkan utusan-utusan-Nya beserta apa yang
mereka bawa dari-Nya telah beriman. Jadi tashdiq menurut
Asyariyah merupakan pengakuan dalam hati yang mengandung
marifah terhadap Allah.

5. Aliran Maturidiyah
Dalam masalah iman, aliran Maturidiyah berpendapat bahwa iman
adalah tashdiq bi al-qalb (meyakini dengan hati), bukan sematamata iqrar bi al-lisan (mengucapkan dengan lisan). Ia
berargumentasi dengan ayat al-Quran, surat al-Hujarat (49) ayat
14:





























()




Artinya:
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman".
Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah
tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika
kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan
mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Ayat tersebut difahami Al Maturidi sebagai usaha penegasan


bahwa keimanan itu tidak cukup hanya dengan perkataan saja,
tanpa di yakini oleh hati. Apa yang diucapkan oleh lisan dalam
bentuk pernyataan iman, menjadi batal apabila hati tidak
mengakuinya.
Aliran Maturidiyah ada dua kelompok, yaitu Maturidiyah
Samarkand dan Maturidiyah Bukhara;
a. Aliran Maturidiyah Samarkand
Dalam
masalah
iman,
aliran
Maturidiyah
Samarkand
berpendapat bahwa iman adalah tashdiq bi al-qalb, bukan
semata-mata iqrar bi al-lisan. Apa yang diucapkan oleh lidah
dalam bentuk pernyataan iman, menjadi batal bila hati tidak
mengakui ucapan lidah. Al-Maturidi tidak berhenti sampai di
situ. Menurutnya, tashdiq, seperti yang dipahami di atas, harus
diperoleh dari marifah. Tashdiq hasil dari marifah ini
didapatkan melalui penalaran akal, bukan sekedar berdasarkan
wahyu. Jadi, menurut Al-Maturidi Samarkand, iman adalah
tashdiq yang berdasarkan marifah. Meskipun demikian,
marifah menurutnya sama sekali bukan esensi iman, melainkan
faktor penyebab kehadiran iman.
b. Aliran Maturidiyah Bukhara
Iman menurut Maturidiyah Bukhara, seperti yang dijelaskan
oleh Al-Bazdawi, adalah tashdiq bi al-qalb dan tashdiq bi allisan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tashdiq bi al-qalb adalah
meyakini dan membenarkan dalam hati tentang keesaan Allah
dan rasul-rasul yang diutus-Nya beserta risalah yang
dibawanya. Adapun yang dimaksud demgan tashdiq bi al-lisan
adalah mengakui kebenaran seluruh pokok ajaran Islam secara
verbal.

3.Pelaku Dosa Besar


1. Menurut Aliran Khawarij
Ciri yang menonjol dari aliran Khawarij adalah sifat ekstrimitas dalam
memutuskan persoalan-persoalan kalam. Hal ini selain di dukung oleh
watak kerasnya akibat pengaruh geografis kondisi gurun pasir, juga
karena di bangun atas dasar pemahaman tekstual atas nash-nash Al
Quran dan Hadits. Tak heran kalau aliran ini memiliki pandangan
ekstrim pula tentang status pelaku dosa besar. Mereka memandang
bahwa orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim yaitu Ali,
Muawiyah, Amr bin Ash, Abu Musa Al Asyari adalah kafir,
berdasarkan firman Allah dalam surat Al Maidah (05) ayat 44 :




()




Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya
(ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu
diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang
menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan
pendeta-pendeta
mereka,
disebabkan
mereka
diperintahkan
memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya.
karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah
kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga
yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.
Secara umum, subsekte aliran khawarij berpendapat bahwa
pelaku dosa besar di anggap kafir, masing subsekte memilki
pendapat yang berbeda-beda tentang pelaku dosa besar yang di beri
predikat kafir. Subsekte Khawarij yang ekstrim menggunakan istilah
yang lebih mengerikan di bandingkan dengan kafir, yaitu musyrik.
Mereka memandang musyrik bagi siapa saja yang tidak mau
bergabung dengan mereka. Bahkan orang Islam yang sefaham
dengan mereka tetapi tidak mau hijrah ke dalam lingkungan mereka.
Subsekte Najdah tidak jauh berbeda Azariqoh, mereka menganggap
musyrik kepada siapapun yang secara terus menerus mengerjakan
dosa kecil. Adapun dengan dosa besar, apabila tidak dilakukan secara
terus menerus pelakunya tidak dipandang musyrik, hanya di anggap
kafir saja.
Semua pelaku dosa besar, menurut semua subsekte khawarij
adalah kafir dan akan disiksa di neraka selamanya.
a. Sekte Azariqah

Pelaku dosa besar dalam pandangan mereka telah beralih status


keimanannya menjadi kafir secara agama, dan berarti ia telah
keluar dari Islam, mereka kekal dineraka bersama orang-orang kafir
lainnya.
b. Sekte Najdah
Sekte ini Menganggap kafir bagi seseorang yang melakukan dosa
kecil secara berkesinambungan, seperti halnya dengan pelaku dosa
besar. Mereka berpendapat jika pengikutnya melakukan dosa besar
mereka akan tetap mendapatkan siksa dalam neraka namun pada
akhirnya mereka akan masuk surga.
c. Sekte Sufriyah
1) Dosa besar yang terdapat sangsi didunia (seperti membunuh,
berzina, dll) tidak dipandang kafir.
2) Dosa besar yang tidak ada sangsinya didunia (seperti
meninggalkan sholat dan puasa) dipandang kafir.
2. Menurut Aliran Murjiah
Secara umum pandangan aliran Murjiah dalam mensikapi pelaku
dosa besar adalah menunda atau menangguhkan persoalan
dihadapan Allah nanti di hari pembalasan.
a.
Golongan Murjiah ekstrim
Golongan murjiah ekstrim berpandangan bahwa iman adalah
didalam kalbu, bukan secara demonstratif, baik dalam ucapan
ataupun dalam tindakan perbuatan, oleh karena itu menurut
golongan ini kalau seseorang telah beriman dalam hatinya, ia
dipandang tetap sebagai seorang mumin. Menurut kelompok ini
perbuatan maksiat yang dilakukan seseorang tidak dapat
menggugurkan keimanannya, sehingga mereka berpendapat
bahwa pelaku dosa besar tidak akan disiksa di neraka selama
mereka tetap dalam keadaan beriman kepada Allah.
b.
Golongan Murjiah Moderat
Mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah
menjadi kafir. Meskipun disiksa di neraka, mereka tidak kekal di
dalamnya, tergantung kepada ukuran dosa yang dilakukannya.
Masih terbuka kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuni
dosanya sehingga ia bebas dari siksa neraka.
3. Menurut Aliran Mutazilah
Kemunculan aliran Mutazilah dalam pemikiran teologi Islam di
awali oleh masalah yang hampir sama dengan aliran Khawarij dan
Murjiah yaitu mengenai status pelaku dosa besar. Apakah masih
beriman atau sudah kafir. Perbedaannya, bila Khawarij mengkafirkan
pelaku dosa besar, Murjiah memelihara keimanan pelaku dosa besar
maka Mutazilah tidak menentukan status dan predikat pelaku dosa
besar, apakah dia tetap mukmin atau kafir. Mereka memiliki istilah
manzilah bainal manzilatain. Menurut Mutazilah, setiap pelaku dosa
besar berada di posisi tengah-tengah, antara posisi mukmin dan
posisi kafir. Mereka menyebut pelaku dosa besar dengan sebutan
fasik. Ia akan kekal di dalam neraka, apabila meninggal dalam

keadaan belum bertaubat, walaupun dengan siksaan yang berbeda


dengan orang kafir.
Yang di maksud dengan dosa besar menurut pandangan
Mutazilah adalah segala perbuatan yang ancamannya disebutkan
secara tegas dalam nash, sedangkan dosa kecil sebaliknya, yaitu
segala perbuatan yang ancamannya tidak disebutkan secara tegas
dalam nash. Tampaknya Mutazilah menjadikan ancaman sebagai
kriteria dasar bagi perbuatan dosa besar maupun perbuatan dosa
kecil.
4. Menurut Aliran Asyariyah
Aliran Asyariyah berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidak
kafir. Walaupun melakukan dosa besar, mereka masih tetap sebagai
orang yang beriman dengan keimanan yang mereka miliki. Akan
tetapi jika dosa besar itu dilakukannya dengan anggapan bahwa hal
ini dibolehkan (halal) dan tidak meyakini keharamannya, ia dipandang
telah kafir.
Mukmin pelaku dosa besar, di akhirat nanti akan mendapat
beberapa kemungkinan:
a.Boleh jadi Tuhan mengampuni dosanya dengan sifat pemurah Tuhan,
karena Tuhan Maha Pemurah, dan ia langsung dimasukkan kedalam
surga tanpa hisab.
b.
Boleh jadi dia mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad, yakni
dibantu oleh Nabi Muhammad, sehingga dia dibebaskan Tuhan dari
segala siksaan, dan langsung dimasukkan kedalam surga.
c.Kalau kemungkinan dua diatas tidak terjadi pada pelaku dosa besar maka
dia akan disiksa di dalam neraka sesuai kadar dosanya, dan
kemudian dia akan dibebaskan dari siksaan dan dimasukkan surga
dan kekal di dalamnya karena saat di dalam dunia dia adalah
seorang yang beriman.
5. Menurut Aliran Maturidiyah
Aliran Maturidiyah baik Samarkand maupun Bukhara sepakat
menyatakan bahwa pelaku dosa masih tetap mukmin karena adanya
keimanan dalam dirinya, adapun balasan yang diperolehnya kelak di
akhirat bergantung pada apa yang dilakukannya di dunia.
Maturidiyah berpendapat, bahwa orang yang berdosa besar itu
tidak dapat dikatakan kafir dan tidak kekal di dalam neraka walaupun
ia mati sebelum bertaubat. hal itu di karenakan Tuhan telah
menjanjikan akan memberikan balasan kepada manusia sesuai
dengan perbuatannya sedangkan balasan bagi orang yang berbuat
dosa syirik adalah kekal dalam neraka.
6. Menurut Aliran Syiah Zaidiyah
Penganut Syiah Zaidiyah percaya bahwa orang yang melakukan dosa
besar akan kekal di dalam neraka, jika ia belum bertaubat dengan
taubat yang sesungguhnya.

4. Perbuatan Tuhan

Persoalan lain yang muncul dalam perbincangan kalam adalah


masalah perbuatan Tuhan. Dimulai dengan perdebatan ulama mengenai
iman. Ketika mereka memperbincangkan siapakah yang di anggap iman
dan siapakah yang di anggap kafir di antara pelaku tahkim. Dari
permasalahan ini muncul pertanyaan siapakah yang mengeluarkan
perbuatan manusia? Allah atau manusia sendiri?
Semua aliran kalam berpendapat bahwa Tuhan memiliki
perbuatan. Perbuatan di sini dipandang sebagai konsekwensi logis dari
dzat yang memiliki kemampuan untuk melakukannya.
1. Aliran Mutazilah
Sebagai aliran kalam yang bercorak rasional, Mutazilah berpendapat
bahwa perbuatan Tuhan hanya terbatas pada hal=hal yang dianggap
baik. Tetapi tidak berarti bahwa Tuhan tidak mampu melakukan
perbuatan buruk. Tuhan tidak melakukan perbuatan buruk karena Ia
mengetahui keburukan dari perbuatan buruk tersebut. Di dalam alQuran dijelaskan bahwa Tuhan tidak berbuat dzalim. Ayat-ayat alQuran yang di jadikan pedoman oleh kaum Mutazilah antara lain :
Q.S. Al Anbiya [21] ayat 23:





()






Artinya:
Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah
yang akan ditanyai.

Q.S. Ar Rum [30] ayat 8:




()
Artinya:
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri
mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu
yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia
benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya.
Seorang Mutazilah Qadi Abd Al Jabr, mengatakan bahwa ayat
pertama memberi petunjuk bahwa Tuhan hanya berbuat yang baik
dan Maha suci dari perbuatan buruk. Maka Tuhan tidak perlu di Tanya.
Sedangkan ayat yang kedua, menurut al-Jabr mengandung petunjuk
bahwa Tuhan tidak pernah dan tidak akan pernah melakukan
perbuatan-perbuatan buruk. Seandainya Tuhan melakukan perbuatan
buruk, maka pernyataan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi
serta segala isinya dengan hak, adalah tidak benar atau berita
bohong.
Faham kewajiban Tuhan berbuat baik, bahkan yang terbaik
mengharuskan Mutazilah melahirkan faham kewajiban Allah berikut
ini:

a. Kewajiban tidak memberikan beban diluar kemampuan manusia.


Memberi beban diluar kemampuan manusia adalah bertentangan
dengan faham berbuat baik dan terbaik. Tuhan akan bersikap
tidak adil apabila Ia memberi beban yang terlalu berat kepada
manusia.
b. Kewajiban mengirimkan Rasul. Argumentasi mereka adalah
kondisi akal tidak dapat mengetahui setiap apa yang harus di
ketahui oleh manusia tentang Tuhan dan alam ghaib. Oleh karena
itu Tuhan berkewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia
dengan cara mengirim Rasul. Tanpa Rasul manusia tidak mampu
hidup baik di dunia maupun di akhirat.
c. Kewajiban menepati janji (al-wad) dan ancaman (al-waid). Janji
dan ancaman merupakan satu dari lima dasar kepercayaan
Mutazilah. Tuhan tidak akan bersifat adil apabila Tuhan tidak
menepati janji untuk memberi pahala kepada orang yang berbuat
baik dan menjalankan ancaman bagi orang yang berbuat jahat.
Oleh Karena itu, menepati janji dan menjalankan ancaman adalah
kewajiban bagi Tuhan.

2. Aliran Asyariyah

Aliran Asyariyah berpendapat:


a. Perbuatan Tuhan bersifat tidak wajib (jaiz) dan tidak satupun
dariNya yang mempunyai sifat wajib.
b. Aliran Asyariyah menerima faham pemberian beban diluar
kemampuan manusia karena perbuatan manusia pada hakikatnya
adalah perbuatan Tuhan dan diwujudkan dengan daya Tuhan bukan
dengan daya manusia.
c. Aliran ini juga berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai
kewajiban menepati janji dan menjalankan ancaman yang ada
dalam al-Quran dan Hadis.

3. Aliran Maturidiyah

Kedua aliran Maturidiyah ada perbedaan:


a. Maturidiyah Samarkand, memberikan batas pada kekuasaan dan
kehendak mutlak Tuhan, mereka berpendapat bahwa perbuatan
Tuhan hanyalah menyangkut hal-hal yang baik saja, dengan
demikian Tuhan berkewajiban melakukan yang baik bagi manusia.
Demikian halnya dengan pengiriman rasul Maturidiyah Samarkand
sebagai kewajiban Tuhan.
b. Maturidiyah Bukhara memiliki pandangan yang sama dengan
Asyariyah mengenai faham bahwa Tuhan tidak mempunyai
kewajiban. Namun Tuhan pasti menepati janji-Nya, seperti memberi
upah orang yang telah berbuat kebaikan. Tentang kekuasaan Tuhan
dan kehendak mutlak Tuhan, tidak bersifat wajib (jaiz).

C.KEGIATAN DISKUSI
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah
diskusi dengan teman sebangku Anda atau dengan kelompok Anda,

kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi


tersebut di depan kelas.
Ambillah tema-tema berikut sebagai acuan berdiskusi:
a. Murni adalah seorang anak yang cerdas dan pintar, saking cerdas dan
pintarnya teman-temannya banyak yang menjuluki mutazilah.
b. Di suatu desa yang sangat agamis ada salah satu penduduk desa yang
melakukan dosa besar (sebut saja zina), sesuai dengan hukum
syariat dan adat desa setempat pelaku zina itu dijilid 100 kali dan
diasingkan. Bagaimana pendapat kalian?
c.
Andik adalah seorang anak yang tekun dan taat beribadah, dia
mempunyai teman yang berlainan keyakinan, namun mereka bisa
hidup bersama-sama dengan damai dan tentram.

D.

PENDALAMAN KARAKTER

Dengan memahami persoalan-persoalan pokok ilmu kalam


perspektif aliran kalam, maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai
berikut :
1.
Berpegang teguh pada prinsip dan pendirian.
2.
Menghargai pendapat orang lain.
3.
Toleran terhadap sesama.
4.
Menghindari sikap, perbuatan maupun ucapan yang
merugikan orang lain.
5.
Berterima kasih dan hormat kepada Guru yang telah
dengan sabar membimbing kita menuntut ilmu.
6.
Mengamalkan ilmu yang telah diajarkan oleh guru kita.

UJI KOMPETENSI
I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e, di depan
jawaban yang paling benar!
1. Akal memang dapat mengetahui adanya Tuhan, namun kewajiban
manusia hanya dapat diketahui melalui wahyu, ini adalah pendapat.
a. Mutazilah
b. Asyariyah
c. Murjiah moderat
d. Murjiah ekstrim
e. Maturidiyah
2. Aliran apakah yang menolak adanya kebangkitan dari kubur dan siksa
kubur?
a. Mutazilah
b. Khawarij
c. Murjiah moderat
d. Murjiah ekstrim
e. Maturidiyah
3. Aliran apakah yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar berada di
manzilah baina al-manzilatain?
a. Mutazilah
b. Khawarij
c. Murjiah moderat
d. Murjiah ekstrim
e. Maturidiyah
4. Pendapat Khawarij tentang iman dan amal adalah.
a. Iman tidak ada kaitannya dengan amal manusia
b. Iman tidak dapat bertambah dan tidak pula dapat berkurang
c. Iman adalah cukup diucapkan dengan lisan dan ditakrirkan di dalam
hati
d. Iman tidak penting dibanding amal perbuatan manusia
e. Iman bukan merupakan pengakuan dalam hati dan ucapan dengan
lisan saja, akan tetapi amal ibadah menjadi rukun iman juga
5. Pendapat Maturidiyah tentang seorang muslim yang melakukan dosa
besar dan tidak sempat bertaubat di akhir hayatnya adalah..
a. Ia tidak kafir dan tidak kekal di neraka
b. Kekal berada di dalam neraka
c. Tidak di neraka dan tidak pula berada di surga melainkan di antara
keduanya
d. Wajib dibunuh
e. Kafir dan kekal di neraka
6. Tentang perbuatan Tuhan, aliran Mutazilah berpendapat bahwa..
a. Perbuatan baik dan buruk bukanlah perbuatan Tuhan melainkan
perbuatan manusia
b. Segala perbuatan diciptakan Tuhan termasuk perbuatan baik dan
buruk manusia
c. Tuhan maha sempurna dan tidak mungkin menciptakan perbuatan
buruk manusia
d. Perbuatan Tuhan hanya terbatas pada hal-hal yang dianggap baik
e. Tuhan tidak memiliki andil dalam hal perbuatan manusia

7. Tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu merupakan pendapat


golongan..
a. Asyariyah
b. Jabariyah
c. Murjiah
d. Qadariyah
e. Mutazilah
8. Orang yang melakukan dosa besar akan kekal di dalam neraka, jika ia
belum bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya. Ini adalah
pendapat.
a. Asyariyah
b. Syiah Zaidiyah
c. Murjiah
d. Maturidiyah
e. Mutazilah
9. Aliran Mutazilah tidak menerima adanya miraj walaupun ada ayat alQuran dan hadis Nabi yang sahih menyatakan hal itu. Karena secara
fisik menurut mereka,
a. Isra Miraj sesuai dengan akal.
b. Isra Miraj ada dalam hadis.
c. Isra Miraj bertentangan dengan akal.
d. Isra Miraj sesuai dengan akal.
e. Isra Miraj ada dalam al-Quran.
10.
Dalil Al-Quran yang digunakan oleh golongan Khawarij menghukumi
kafir orang-orang yang terlibat peristiwa tahkim adalah surat..
a. Al-Maidah ayat 44.
b. Al-Baqarah ayat 59.
c. Al-Hujurat ayat 74.
d. Al-Isra ayat 44.
e. Al-Kahfi ayat 45.
II. Jawablah Pertanyaan berikut dengan benar!
1. Bagaimana kedudukan akal menurut Mutazilah?
2. Jelaskan sub sekte Khawarij!
3. Bagaimana posisi pelaku dosa besar menurut Mutazilah?
4. Jelaskan pendapat Asyariyah tentang akal!
5. Jelaskan pendapat Maturidiyah tentang perbuatan Tuhan!

Portofolio dan Penilaian Sikap


1.Carilah beberapa ayat dan hadist yang berhubungan dengan persoalanpersoalan pokok ilmu kalam dengan mengisi kolom di bawah ini :
Nama Surat + No.
No. Ayat / Hadits Riwayat
Redaksi Ayat / Hadits
1.
2.
3.
4,
5.
2. Setelah kalian memahami uraian mengenai persoalan-persoalan
pokok ilmu kalam perspektif aliran kalam, coba kamu amati
perilaku berikut ini dan berikan komentar
No.
1.
2.

3.
4.
5.

Perilaku Yang Diamati


Bakar menertawakan
pendapat Umar dalam
satu forum diskusi.
Hazeem menolak ajakan
temannya untuk
melanggar peraturan
sekolah.
Jono suka sakit hati jika
pendapatnya tidak
diterima.
Toni selalu menuruti
keinginan temannya, baik
atu buruk.
Tono protes kepada
gurunya karena nilainya
jelek

Tanggapan / Komentar Anda

Hikmah


Perhiasan ilmu itu adalah tawadlu (rendah diri) dan
adab (tata krama)

BAB II
PERSOALAN-PERSOALAN POKOK ILMU
KALAM PERSPEKTIF ALIRAN KALAM
(Lanjutan)

www.kpindo.com
Perbedaan itu indah dan penuh hikmah
Karena banyaknya persoalan yang menjadi perdebatan dan
terjadi khilaf diantara mutakallimin dan untuk bisa fokus dalam materi,
maka pada BAB II ini akan melanjutkan materi yang ada pada BAB I yaitu
Persoalan-Persoalan Pokok Ilmu Kalam Perspektif Aliran Kalam.
Kompetensi Inti (KI)
2. Mengembangkan
akhlak (adab) yang baik dalam beribadah dan
berinteraksi dengan diri sendiri, keluarga, teman, guru, masyarakat,
lingkungan sosial dan alamnya serta menunjukan sikap partisipatif atas
berbagai permasalahan bangsa serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
Kompetensi Dasar (KD)
2.1.Menunjukkan sikap positif setelah memahami persoalan-persoalan
pokok ilmu kalam menurut perspektif kalam.
3.5. Mendiskusikan kehendak, kekuasaan dan perbuatan manusia
menurut perspektif aliran kalam .

3.6. Mendiskusikan kehendak mutlak Tuhan dan keadilan Tuhan menurut


perspektif aliran kalam.
3.7. Mendiskusikan kalamullah menurut perspektif aliran kalam.
3.8. Mendiskusikan sifat-sifat Tuhan menurut perspektif aliran kalam.
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan kehendak, kekuasaan dan perbuatan manusia
menurut perspektif aliran kalam melalui diskusi dengan benar.
2. Siswa dapat menjelaskan kehendak mutlak Tuhan dan keadilan Tuhan
menurut perspektif aliran kalam melalui diskusi dengan benar.
3. Siswa dapat menunjukkan kalamullah menurut perspektif aliran kalam
melalui demonstrasi dengan benar.
4. Siswa dapat menunjukkan sifat-sifat Tuhan menurut perspektif aliran
kalam melalui demonstrasi dengan benar.

PETA KONSEP
1. Khawarij
2. Syiah
3. Murjiah

Aliran-aliran Kalam

4. Jabariyah
5. Mutazilah
6. Qadariyah
7. Asyariyah

8. Maturidiyah

1. Perbuatan Manusia

Persoalan-persoalan
pokok ilmu kalam

2. Kekuasaan dan kehendak mutlak Allah


3. Kalam Allah
4. Sifat-sifat Allah

A. AMATI GAMBAR BERIKUT INI DAN BUATLAH


KOMENTAR ATAU PERTANYAAN!
Amati Gambar Berikut iniut ini

Setelah Anda mengamati gambar


disamping buat daftar komentar
atau pertanyaan yang relevan
1.
.
.
..
2.
.

Sumber: kaskus.co.id

Amati Gambar Berikut ini

Setelah Anda mengamati gambar


disamping buat daftar komentar
atau pertanyaan yang relevan
1.
.
.
..
2.
.

Sumber: kompasiana.com

B.

PENDALAMAN MATERI

Selanjutnya Anda pelajari uraian berikut ini dan Anda


kembangkan dengan mencari materi tambahan dari sumber belajar
lainnya.

A. Perbuatan Manusia
Masalah perbuatan manusia, bermula dari pembahasan sederhana yang
di lakukan oleh kelompok Jabariyah dan kelompok Qodariyah, yang
kemudian di lanjutkan lebih mendalam oleh aliran Mutazilah, Asyariyah
dan Maturidiyah.
1. Aliran Jabariyah
a. Aliran Jabariyah Ekstrim
Aliran ini berpendapat, bahwa segala perbuatan manusia bukanlah
merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, Tetapi
kemauan yang dipaksakan atas dirinya karena tidak mempunyai
daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak memunyai
pilihan.
b. Aliran Jabariyah Moderat
Aliran ini berpendapat, bahwa Tuhan menciptakan perbuatan
manusia, baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik, tetapi
manusia mempunyai peranan di dalamnya. Tenaga yang diciptakan

dalam diri manusia


perbuatannya.

mempunyai

efek

untuk

mewujudkan

2. Aliran Qadariyah
Aliran Qodariyah menyatakan bahwa segala tingkah manusia
dilakukan
atas
kehendaknya
sendiri.
Manusia
mempunyai
kewenangan
untuk
melakukan
segala
perbuatannya
atas
kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh
karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang di
lalkukannya dan berhak mendapatkan hukuman atas kejahatan yang
di perbuatnya. Semua perbuatan manusia adalah pilihannya sendiri,
bukan oleh kehendak atau takdir Tuhan.
Aliran Qodariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang
tepat menyandarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan
Tuhan. Banyak ayat yang mendukung pendapat ini, misalnya dalam
surat Al-Kahfi [18] ayat 29:





)









(

Artinya:
Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka
Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami
telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya
mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih
yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan
tempat istirahat yang paling jelek.
Dalam surat Ali Imran [3] ayat 165:

()



Artinya:
Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan
Uhud), Padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat
kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata:
"Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari
(kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.
Dalam surat Al-Rad [13] ayat 11:










()










Artinya:
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.

Dalam surat Al-Nisa [4] ayat 111:

()

Artinya:
Barang siapa yang mengerjakan dosa, Maka Sesungguhnya ia
mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

3. Aliran Mutazilah
Aliran Mutazilah memandang manusia memiliki daya yang
besar dan bebas. Oleh karena itu, mereka sefaham dengan Qodariyah
dengan faham free will. Daya yang ada pada diri manusia adalah
tempat terciptanya perbuatan. Jadi, Tuhan tidak dilibatkan dalam
perbuatan manusia.
Dalam faham ini, Mutazilah mengakui Tuhan sebagai pencipta
awal, sedangkan manusia berperan sebagai fihak yang berkreasi
untuk merubah bentuknya. Untuk membela fahamnya, mereka
mengungkapkan firman Allah surat al-Sajdah (32) ayat:7:
















()

Artinya:
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan
yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Yang dimaksud dengan ahsana pada ayat diatas adalah semua
perbuatan Tuhan adalah baik. Dengan demikian perbuatan manusia
bukan perbuatan Tuhan, karena di antara perbuatan manusia ada
perbuatan jahat.

Disamping argumentasi naqliyah (dalil naqli) diatas, aliran ini


mengungkapkan argumentasi rasional (dalil aqli) mereka sebagai
berikut:
a. Apabila Allah menciptakan perbuatan manusia, sedangkan manusia sendiri tidak
mempunyai perbuatan, batallah taklif syar'i. Hal ini karena syariat adalah ungkapan
perintah dan larangan yang merupakan thalab, pemenuhan thalab tidak terlepas
dari kemampuan, kebebasan, dan pilihan.
b. Apabila manusia tidak bebas untuk melakukan perbuatannya. Runtuhlah teori pahala
dan hukuman yang muncul dari konsep faham al-wa'd wa al-wa'id (janji dan
ancaman). Hal ini karena perbuatan itu menjadi tidak dapat di sandarkan kepadanya
secara mutlak sehingga berkonsekwensi pujian atau celaan.
c. Apabila manusia tidak mempunyai kebebasan dan pilihan, pengutusan para Nabi
tidak ada gunanya sama sekali. Bukankah tujuan pengutusan itu adalah dakwah dan
dakwah harus dibarengi dengan kebebasan pilihan?
Dari faham di atas, Mutazilah berpendapat bahwa manusia
terlibat dalam penentuan ajal, karena ajal ada dua macam, yang
pertama al-ajal al-thabii. ajal inilah yang dipandang oleh Mutazilah
sebagai kekuasaan mutlak Tuhan untuk menentukannya. Ajal yang
kedua, ajal yang dibikin oleh manusia itu sendiri, misalnya membunuh
seseorang atau bunuh diri di tiang gantungan atau minum racun. Ajal
ini bisa dipercepat atau diperlambat.

4. Aliran Asyariyah

Dalam faham Asyari, manusia ditempatkan pada posisi yang


lemah. Aliran ini lebih dekat dengan faham Jabariyah. Untuk
menjelaskan dasar pijakannya, Asyari memakai teori
kasb
(acquisition, perolehan), segala sesuatu terjadi dengan perentaraan
daya yang diciptakan, sehingga menjadi perolehan dari muktasib
(yang memperoleh kasb) untuk melakukan perbuatan, manusia
kehilangan keaktifan, sehingga manusia hanya bersikap pasif dalam
perbuatan-perbuatannya. Argument yang di pakai oleh Al-Asyari
untuk membela keyakinannya adalah Q.S. Ash-shaffat (37) ayat 96:


()







Artinya:
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu
perbuat itu".
Wa ma tamalun pada ayat di atas, di artikan Al Asyari dengan
apa yang kamu perbuat dan bukan apa yang kamu buat. Dengan
demikian ayat ini mengandung arti Allah menciptakan kamu dan
perbuatan-perbuatanmu. Dengan kata lain dalam Asyariyah yang
mewujudkan kasab atau perbuatan manusia adalah Tuhan.

5. Aliran Maturidiyah
Ada perbedaan antara Maturidiyah Samarkand dan Bukhara
mengenai perbuatan manusia:
a. Maturidiyah Samarkand
Kehendak dan daya buat pada diri manusia tapi posisinya lebih
kecil daripada daya yang terdapat dalam faham Mutazilah. Oleh

karena itu, manusia dalam faham Al-Maturidi Samarkand, tidaklah


sebebas manusia dalam faham Mutazilah.
b. Maturidiyah Bukhara.
Manusia tidak mempunyai daya untuk melakukan perbuatan, hanya
Tuhanlah yang dapat menciptakan, dan manusia hanya dapat
melakukan perbuatan yang telah diciptakan Tuhan baginya.

B.

Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Allah

Faham keadilan Tuhan dalam pemikiran kalam, bergantung pada


pandangan apakah manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak
dan berbuat? Ataukah manusia itu hanya terpaksa saja? Perbedaan
pandangan terhadap bebas atau tidaknya manusia ini menyebabkan
perbedaan penerapan makna keadilan, yang disepakati mengandung
arti meletakkan sesuatu pada tempatnya.
Persoalan kehendak mutlak dan keadilan Tuhanini didasari pula
oleh perbedaan pemahaman terhadap kekuatan akal dan fungsi wahyu.
Bagi aliran yang berpendapat bahwa akal memiliki daya yang besar,
kekuasaan Tuhan pada hakikatnya tidak lagi bersifat mutlak semutlak
mutlaknya. Adapun aliran yang berpendapat sebaliknya, berpendapat
bahwa kekuasaan dan kehendak Tuhan bersifat mutlak.

1. Aliran Mutazilah

Mutazilah berprinsip, bahwa Tuhan itu adil dan tidak mungkin


berbuat zhalim dengan memaksakan kehendak kepada hambahamba-Nya dan mengharuskan hamba-hamba-Nya menanggung
akibat dari perbuatannya. Keadilan Tuhan menurut konsep Mutazilah
merupakan titik tolak dari pemikirannya tentang kehendak mutlak
Tuhan.
Keadilan Tuhan terletak pada keharusan adanya tujuan dalam
perbuatan-perbuatan-Nya, yaitu kewajiban berbuat baik dan terbaik
bagi makhluk dan memberikan kebebasan kepada manusia. Adapun
kehendak mutlak-Nya di batasi oleh keadilan Tuhan itu sendiri.Dalam
pandangan Mutazilah kekuasaan dan
kehendak mutlak Tuhan berlaku dalam jalur hukum-hukum yang
tersebar ditengah alam semesta. Mutazilah menggunakan dalil QS.Al
Ahzab (33) ayat 62:

Artinya: Sebagai sunnah Allah yang Berlaku atas orang-orang yang


telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan
mendapati peubahan pada sunnah Allah.
Disamping ayat-ayat yang menjelaskan kebebasan manusia yang
disinggung dalam pembicaraan tentang free will dan predestination.
Keadilan Tuhan, menurut Mutazilah adalah Tuhan tidak berbuat dan
tidak memilih yang buruk, yang di jadikan sandaran mereka adalah:
-

Q.S. al Anbiya (21) ayat 47:


















()




Artinya :
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat,
Maka Tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika
(amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan
(pahala)nya. dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.
-

Q.S. Yaasin (36) ayat 54:











()


Artinya :
Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan
kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.
- Q.S. Fushilat (41) ayat 54:

()

Artinya :
Ingatlah bahwa Sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan
tentang Pertemuan dengan Tuhan mereka. ingatlah bahwa
Sesungguhnya Dia Maha meliputi segala sesuatu.
-

Q.S. an Nisa (4) ayat 40:


()







Artinya :
Sesungguhnya Allah tidak Menganiaya seseorang walaupun sebesar
zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan
melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang
besar.
- Q.S. al Kahfi (18) ayat 49:

Artinya :
Dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang
bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan
mereka berkata: "Aduhai celaka Kami, kitab Apakah ini yang tidak
meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia
mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka
kerjakan ada (tertulis). dan Tuhanmu tidak Menganiaya seorang
juapun".

Keadilan Tuhan menurut konsep Mutazilah merupakan titik tolak


dalam pemikirannya tentang kehendak mutlak Tuhan. Keadilan Tuhan
terletak pada keharusan adanya tujuan dalam perbuatan-perbuatanNya, yaitu kewajiban berbuat baik dan terbaik bagi makhluk-Nya dan
memberi kebebasan kepada manusia.

2. Aliran Asyariyah

Aliran Asyariyah mengartikan keadilan dengan menempatkan


sesuatu pada tempatnya. Mereka percaya pada kemutlakan
kekuasaan Tuhan. Tuhan berbuat sesuatu semata-mata adalah
kekuasaan dan kehendak mutlak-Nya, bukan karena kepentingan
manusia atau tujuan lainnya.
Ayat-ayat yang digunakan sebagai sandaran pendapat kaum
Asyariyah adalah:
- Q.S. al Buruj (85) ayat 16:


()


Artinya :
Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.
- Q.S. Yunus (10) ayat 99:





()





Artinya :
Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang
yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak)
memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang
beriman semuanya?
-

Q.S. as Sajadah (32) ayat 13:













(
Artinya :
Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada
tiap- tiap jiwa petunjuk, akan tetapi telah tetaplah Perkataan dari
padaKu: "Sesungguhnya akan aku penuhi neraka Jahannam itu
dengan jin dan manusia bersama-sama."
-

Q.S. al Anam (6) ayat 112:










()

Artinya :

Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu
syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian
mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataanperkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau
Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.
- Q.S. al Baqarah (2) ayat 253:










()

Artinya :
Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian
yang lain. di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung
dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa
derajat. dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa
mukjizat serta Kami perkuat Dia dengan Ruhul Qudus. dan kalau Allah
menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang
datang) sesudah Rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka
beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, Maka
ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka
yang kafir. seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka
berbunuh-bunuhan. akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendakiNya.
Ayat-ayat tersebut di fahami Asyari sebagai pernyataan
tentang kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Kehendak Tuhan
pasti berlaku, apabila kehendak Tuhan tidak berlaku, berarti Tuhan
lupa, lalai dan lemah untuk melaksanakan kehendak-Nya. Padahal
sifat lalai, lupa dan lemah adalah sifat yang mustakhil (tidak mungkin)
bagi Allah. Tanpa dikehendaki Tuhan manusia tidak akan berkehendak
apa-apa.
Asyariyah memahami bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan
mutlak terhadap makhluk-Nya dan dapat berbuat sekehendak hatiNya. Dengan demikian, ketidakadilan difahami dalam arti Tuhan tidak
dapat berbuat sekehendak-Nya terhadap makhluk. Atau dengan kata
lain, dikatakan tidak adil apabila di fahami Tuhan tidak lagi berkuasa
mutlak terhadap milik-Nya.

3. Aliran Maturidiyah

Dalam memahami kehendak mutlak dan keadilan Tuhan, aliran


ini terbagi menjadi dua yaitu Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah
Bukhara. Keadaan ini di sebabkan perbedaan keduanya dalam
menentukan porsi penggunaan akal dan pemberian batas terhadap

kekuasaan mutlak Tuhan. Karena menganut faham free will dan free
act serta adanya batasan bagi kekuasaan mutlak Tuhan, kaum
Maturidiyah Samarkand mempunyai posisi yang lebih dekat dengan
Mutazilah, tetapi kekuatan akal dan batasan yang di berikan kepada
kekuasaan mutlak Tuhan lebih kecil daripada yang diberikan
Mutazilah.
a. Aliran Maturidiyah Samarkand
Tuhan memang memiliki kekuasaan mutlak, namun kekuasaan-Nya
dibatasi oleh batasan yang diciptakan-Nya sendiri.
1) Kemerdekaan dalam kemauan dan perbuatan yang menurut
pendapat mereka, ada pada manusia.
2) Keadaan Tuhan menjatuhkan hukuman bukan sewenang-wenang,
tetapi
berdasarkan
atas
kemerdekaan
manusia
dalam
mempergenukan daya yang diciptakan Tuhan dalam dirinya
untuk berbuat baik atau berbuat jahat.
3) Keadaan hukuman-hukuman Tuhan, sebagaimana kata alBazdawi, tak boleh tidak mesti terjadi.
b.Aliran Maturidiyah Bukhara
Tuhan tidak mungkin melanggar janji-janji-Nya, memberi pahala
kepada orang yang berbuat baik dan menghukum orang yang
berbuat jahat.

C.Kalamullah
1.

Dalam persoalan kalamullah ini ada perbedaan pendapat diantara


aliran kalam, diantaranya adalah:
Aliran Jabariyah
Fahamnya mengenai kalam Tuhan (al-Quran), Jahm bin Shafwan
berpendapat bahwa, al-Quran adalah makhluk yang dibuat sebagai
suatu yang baru/hadis.

2.

Aliran Mutazilah
Mutazilah berpendapat, bahwa al-Quran yang disebut dalam kalam
atau sabda Tuhan yang tersusun dari huruf dan suara adalah makhluk
yang dijadikan oleh Tuhan. Kalamullah tersebut tidak ada pada Zat
Tuhan, melainkan berada di luar diri-Nya.

3.

Aliran Asariyah
Menurut aliran Asyariyah kalam Allah itu Esa dan Qadim. Adapun
mengenai
perintah
dan
larangan, waid dan
sebagainya
merupakan itibar-itibar dalam kalam-Nya dan bukan merupakan
jumlah berbilang di dalam kalam itu sendiri. Dari keterangan ini alAsyari melihat bahwa, kalam Allah itu ada dua bentuk, yaitu :
a. Sesuatu yang merupakan sifat Tuhan dan itulah yang qadim.
b. Lafadz yang menunjuk atas kalam yang qadim tersebut itulah yang
baru/hadis dan bersifat makhluk.

D. Sifat-Sifat Tuhan
Perdebatan antar aliran kalam tentang sifat-sifat Tuhan tidak terbatas
pada persoalan apakah Tuhan memiliki sifat atau tidak, tetapi juga

pada persoalan-persoalan cabang sifat-sifat Allah, seperti melihat


Tuhan dan esensi al-Quran.

1. Aliran Mutazilah

Washil bin Atha menegaskan bahwa siapa saja yang


menetapkan adanya sifat qadim bagi Allah, ia telah menetapkan
adanya dua Tuhan. Mutazilah berpendapat bahwa Tuhan tidak
memiliki sifat, sebab apabila Tuhan memiliki sifat, sifat tersebut harus
kekal seperti halnya dzat Tuhan. Jika sifat-sifat itu kekal, maka yang
kekal bukan hanya satu tetapi banyak. Tegasnya, kekalnya sifat-sifat
membawa pada faham banyak yang kekal. Selanjutnya faham ini
akan membawa kepada faham politheisme atau syirik.
Definisi mereka tentang Tuhan, menurut Asyari bersifat
negative. Tuhan tidak mempunyai pengetahuan, kekuasaan, hajat dan
lain sebagainya. Tuhan bagi Mutazilah tetap mengetahui, berkuasa
dan seabagainya tetapi tidak dengan sifat dalam arti kata yang
sebenarnya. Artinya, Tuhan mengetahui dengan pengetahuan dan
pengetahuan itu adalah Tuhan sendiri.
Aliran Mutazilah memberikan daya yang besar kepada akal
berpendapat bahwa Tuhan tidak dapat memiliki sifat-sifat jasmani.
Mereka mentawilkan ayat-ayat yang memberikan kesan bahwa Tuhan
bersifat jasmani secara metaforis. Dengan kata lain, ayat-ayat alQuran yang menggambarkan Tuhan bersifat jasmani di tawil dengan
pengertian yang layak bagi kebesaran dan keagungan Allah.
Misalnya, kata istawa dalam surat Thaha ayat lima di tawil dengan
al-istila wa al-ghalabah (menguasai dan mengalahkan), kata ini dalam
surat Thaha ayat 39 ditawilkan dengan ilmi (pengetahuan-Ku), kata
wajhah dalam surat al-Qashash ayat 88 ditawilkan dengan dzatuhu
ayy nafsuhu (dzatNya, yakni diriNya), kata yadd dalam surat Shad
ayat 75 ditakwilkan dengan al quwwah (kekuatan).
Mutazilah berpendapat bahwa Tuhan karena bersifat immateri,
tidak dapat dilihat oleh mata kepala. Karena, pertama Tuhan tidak
mengambil tempat sehingga tidak dapat dilihat, kedua bila Tuhan
dapat dilihat dengan mata kepala, berarti Tuhan dapat dilihat
sekarang di dunia, padahal kenyataannya tidak ada seorangpun yang
dapat melihat Tuhan di alam ini. Ayat-ayat al-Quran yang dijadikan
sandaran dalam mendukung pendapat diatas adalah;
- QS. Al Anam (6) ayat 103:













()

Artinya:
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat
melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha
mengetahui.
-

QS. Al Qiyamah (75) ayat 23:

Artinya:
Kepada Tuhannyalah mereka melihat.

()

QS. Al Araf (7) ayat 14:

()


Artinya: Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka


dibangkitkan".
-

QS. Al Kahfi (18) ayat 110:



()





Artinya:
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya".
-

QS. Asy Syura 51:









()

Artinya:
Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkatakata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang
tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu
diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

2.

Aliran Asyariyah

Menurut Asyariyah, Tuhan memiliki sifat karena perbuatanperbuatannya. Mereka juga mengatakan bahwa Tuhan mengetahui,
berkuasa, menghendaki dan sebagainya serta memiliki pengetahuan,
kemauan dan daya. Asyariyah berpendapat bahwa sifat-sifat Tuhan
itu unik sehingga tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat manusia
Asyariyah memberi daya yang kecil pada akal dan menolak
faham Tuhan memiliki sifat-sifat jasmani, jika sifat jasmani dianggap
sama dengan sifat manusia. Tetapi ayat-ayat al-Quran yang
menggambarkan Tuhan memiliki sifat jasmani, tidak boleh ditawilkan
tetapi harus diterima sebagaimana makna harfiahnya. Oleh sebab itu,
Tuhan dalam pandangan Asyariyah mempunyai mata, wajah, tangan
serta bersemayam di singgasana. Tetapi, semua dikatakan la
yukayyaf wa la yuhadd (tanpa diketahui bagaimana cara dan
batasnya).
Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala kelak di akhirat.
Asyary menjelaskan bahwa sesuatu yang dapat dilihat adalah

sesuatu yang mempunyai wujud. Karena Tuhan memiliki wujud, Ia


dapat dilihat, lebih jauh dikatakan Tuhan melihat apa yang ada.
Dengan demikian, Dia melihat diri-Nya juga. Jika Tuhan melihat diriNya, tentu Ia dapat membuat manusia mempunyai kemampuan
melihat diri-Nya. Ayat-ayat al-Quran yang dijadikan sandaran dalam
menopang pendapatnya adalah ;
- QS. Al Qiyamah (75) ayat 22-23:

()



( )

Artinya: Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.


kepada Tuhannyalah mereka melihat.
-

QS. Al Araaf (7) ayat 143:








()



Artinya:
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu
yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung)
kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri
Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan
berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah
ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala)
niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya Menampakkan diri
kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa
pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata:
"Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang
yang pertama-tama beriman".
-

QS. Yunus (10) ayat 26:















()
Artinya:
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga)
dan tambahannya. dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan
tidak (pula) kehinaan. mereka Itulah penghuni syurga, mereka kekal
di dalamnya.

3. Aliran Maturidiyah

Menurut Maturidiyah, sifat-sifat Tuhan itu mulazamah (ada


bersama; inhern) dzat tanpa terpisah (innaha lam takun ain al-dzat
wa la hiya ghairuhu). Menetapkan sifat bagi Allah tidak harus
membawa kepada pengertian anthropomorphisme, karena sifat tidak
berwujud yang terpisah dari dzat, sehingga berbilang sifat tidak akan
membawa pada berbilangnya yang qadim (taaddud al-qudama).
Tampaknya faham Maturidiyah tentang makna sifat Tuhan cenderung
mendekati faham Mutazilah. Perbedaannya, al-Maturidi mengakui
adanya sifat-sifat Tuhan, sedangkan Mutazilah menolak adanya sifatsifat Tuhan.
Menurut Maturidi Samarkand, dalam menghadapi ayat-ayat
yang memberi gambaran Tuhan memiliki sifat jasmani, mereka
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tangan, muka, mata dan
kaki adalah kekuasaan Tuhan.
Demikian pula Maturidi Bukhara, mereka sependapat dengan
Asyariyah dan Maturidi Samarkand bahwa Tuhan dapat dilihat
dengan mata kepala. Al-Bazdawi mengatakan, bahwa Tuhan kelak
memperlihatkan diri-Nya untuk kita lihat dengan mata kepala, sesuai
dengan apa yang Ia kehendaki.

4. Aliran Syiah Rafidhah

Sebagian besar tokoh Syiah Rafidhah menolak bahwa Allah


senantiasa bersifat tahu. Mereka menilai bahwa pengetahuan itu
bersifat baru, tidak qadim. Sebagian besar mereka berpendapat
bahwa Allah tidak tahu terhadap sesuatu sebelum kemunculannya.
Sebagian dari mereka berpendapat bahwa Allah tidak bersifat
tahu terhadap sesuatu sebelum Ia menghendakinya. Ketika Ia
menghendaki sesuatu, Ia pun bersifat tahu. Jika Ia tidak
menghendaki, maka Ia tidak bersifat tahu. Makna Allah berkehendak
menurut mereka adalah bahwa Allah mengeluarkan gerakan
(taharraka harkah). Ketika gerakan itu muncul, Ia bersifat tahu
terhadap sesuatu itu. Mereka berpendapat pula bahwa Allah tidak
bersifat tahu terhadap sesuatu yang tidak ada.
Sebagian dari mereka berpendapat bahwa pengetahuan
merupakan sifat dzat Allah dan bahwa Allah tahu tentang diri-Nya
sendiri, tetapi Ia tidak dapat di sifati tahu terhadap sesuatu sebelum
sesuatu itu ada. Sebagian yang lain berpendapat bahwa Allah
senantiasa mengetahui dan pengetahuan-Nya merupakan sifat dzatNya. Ia tidak dapat disifati bersifat tahu terhadap sesuatu sebelum
sesuatu itu ada, sebagaimana manusia tidak dapat disifati melihat
dan mendengar sesuatu sebelum bertemu dengan sesuatu itu sendiri.
Mayoritas tokoh Rafidhah menyifati Tuhannya dengan bada
(perubahan). Mereka beranggapan bahwa Tuhan mengalami banyak
perubahan. Sebagian mereka mengatakan bahwa Allah terkadang
memerintahkan
sesuatu
lalu
mengubahnya.
Terkadang
Ia
menghendaki melakukan sesuatu lalu mengurungkannya karena ada
perubahan pada diri-Nya. Perubahan ini bukan dalam arti naskh,
tetapi dalam arti bahwa pada waktu yang pertama Ia tidak tahu apa
yang akan terjadi pada waktu yang kedua.

C.KEGIATAN DISKUSI
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah
diskusi dengan teman sebangku Anda atau dengan kelompok Anda,
kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi
tersebut di depan kelas.
Ambillah persoalan-persoalan berikut sebagai bahan diskusi:
1.
Hilwa adalah seorang anak yang rajin beribadah dalam
kesehariannya Hilwa beramal dengan sangat ikhlas dan tampak
tidak berharap hanya keridlaan Allah swt. sampai kedua orang
tuanya begitu terharu. Bagaimanakah Hilwa dapat seperti itu?
2.
Di sebuah sekolah, siswanya dianjurkan selalu membawa al-Quran
setiap pergi ke sekolah. Sesampainya di sekolah, al-Quran
dikumpulkan di rak khusus yang berada di kelas masing-masing.
Kenapa al-Quran harus ditempatkan di tempat yang khusus?
3.
Bakar adalah seorang petani yang hidupnya pas-pasan yang hidup di
sebuah desa yang jauh dari kota, dengan kemiskinannya tersirat
betapa percayanya dia dengan kekuasaan dan kehendak Allah.

D.

PENDALAMAN KARAKTER

Dengan memahami persoalan-persoalan pokok ilmu kalam


perspektif aliran kalam, maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai
berikut :
a. Berpegang teguh pada prinsip dan pendirian.
b. Menghargai pendapat orang lain.
c. Toleran terhadap sesama.
d. Menghindari sikap, perbuatan maupun ucapan yang merugikan
orang lain.
e. Berterima kasih dan hormat kepada Guru yang telah dengan sabar
membimbing kita menuntut ilmu.
f. Mengamalkan ilmu yang telah diajarkan oleh guru kita.

UJI KOMPETENSI
I.

Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e, di depan


jawaban yang paling benar !
1. Tuhan memiliki sifat, tetapi tidak sama dengan makhluq-Nya adalah
pendapat..
a. Mutazilah
b. Asyariyah
c. Salafiyah
d. Qadariyah
e. Maturidiyah
2. Menurut Mutazilah, perbuatan baik dan buruk manusia harus
diganjar oleh Tuhan, karena merupakan konsekuensi dari prinsip..
a. Al-Tauhid
b. Al-Adl
c. Al-wadu wal waid
d. Al-Manzilah bainal Manzilatain
e. Amar maruf-nahi munkar
3. Pendapat Asyariyah tentang kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan
adalah.
a. Tuhan itu adil dan tidak mungkin berbuat zhalim dengan
memaksakan kehendak kepada hamba-hamba-Nya
b. Tuhan memang memiliki kekuasaan mutlak, namun kekuasaanNya dibatasi oleh batasan yang diciptakan-Nya sendiri.
c. Tuhan tidak mungkin melanggar janji-janji-Nya, memberi pahala
kepada orang yang berbuat baik dan menghukum orang yang
berbuat jahat.
d. Tuhan berbuat sesuatu semata-mata adalah kekuasaan dan
kehendak mutlak-Nya
e. Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan ikut keinginan manusia.
4. Pandangan aliran Mutazilah dengan sifat Allah adalah..
a. Sifat Allah banyak sekali
b. Allah hanya mempunyai sifat satu
c. Tuhan tidak memiliki sifat
d. Tuhan memiliki sifat
e. Sifat-sifat Tuhan itu mulazamah
5. Kalam Allah itu Esa dan Qadim, ini adalah pendapat aliran..
a. Asyariyah
b. Jabariyah
c. Murjiah
d. Mutazilah
e. Wahabiyah
6. Aliran Kalam yang memiliki kesamaan pandangan tentang Tuhan
bersifat adil karena Ia mengganjar perbuatan baik/buruk hasil ikhtiar
manusia, adalah..
a. Asyariyah dan Maturidiyah
b. Jabariyah dan Qadariyah
c. Syiah dan Murjiah
d. Qadariyah dan Mutazilah

e. Salafiyah dan Wahabiyah


7. Manusia memiliki daya yang besar dan bebas adalah merupakan
pendapat aliran.
a. Asyariyah
b. Jabariyah
c. Murjiah
d. Mutazilah
e. Wahabiyah
8. Tuhan memiliki sifat karena perbuatan-perbuatannya, adalah
pendapat dari aliran
a. Mutazilah
b. Maturidiyah
c. Asyariyah
d. Syiah
e. Murjiah
9. Perbuatan manusia menurut aliran Qadariyah..
a. Perbuatan manusia bukan perbuatan yang timbul dari kemauan
sendiri, tapi dipaksakan.
b. Perbuatan manusia dilakukan atas kehendak sendiri.
c. Perbuatan manusia terjadi begitu saja tanpa di ketahui.
d. Perbuatan manusia di adakan oleh Tuhan.
e. Perbuatan manusia terjadi tanpa sepengetahuan Tuhan.
10.
Kehendak mutlak Tuhan, dibatasi oleh keadilan Tuhan adalah
pendapat dari..
a. Maturidiyah Bukhara
b. Maturidiyah Samarkand
c. Murjiah Moderat
d. Murjiah
e. Mutazilah
II. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!
1. Bagaimanakah pendapat Mutazilah tentang sifat Allah? Sebutkan
dalilnya!
2. Bagaimana pendapat aliran Qadariyah tentang perbuatan manusia?
Sebutkan dalilnya!
3. Bagaimana pendapat aliran Asyariyah tentang kekuasaan dan
kehendak muthlak Allah? Sebutkan dalilnya!
4. Jelaskan pendapat aliran Mutazilah tentang kalamullah!
5. Jelaskan pendapat aliran Maturidiyah tentang sifat Allah!

Portofolio dan Penilaian Sikap


1.Carilah beberapa ayat dan hadist yang berhubungan dengan persoalanpersoalan pokok ilmu kalam dengan mengisi kolom di bawah ini :
Nama Surat + No.
No.
Ayat / Hadits
Redaksi Ayat / Hadits
Riwayat
1.
2.
3.
4,
5.
2. Setelah kalian memahami uraian mengenai persoalan-persoalan
pokok ilmu kalam perspektif aliran kalam, coba kamu amati
perilaku berikut ini dan berikan komentar
No.
1.
2.
3.
4.

5.

Perilaku Yang Diamati


Qomar anak yang suka
mengamuk di kelas
Hanna selalu melakukan
sholat dhuha pada waktu
istirahat
Ali dan Supri adalah dua
siswa yang disukai guru
dan teman-temannya
Hartono baru saja menjadi
juara I lomba MTQ tingkat
provinsi tetapi dia tidak
tetap rendah diri
Siti
selalu
sayang
terhadap
dua
orang
adiknya yang masih kecil
sekalipun kadang-kadang
adiknya ada yang nakal

Tanggapan / Komentar Anda

Hikmah

Amal yang paling disukai Allah adalah yang

SOAL SEMESTER I
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e, di depan
jawaban yang paling benar !
1. Tuhan memiliki sifat, tetapi tidak sama dengan makhluq-Nya adalah
pendapat..
a. Mutazilah
b. Asyariyah
c. Salafiyah
d. Qadariyah
e. Maturidiyah
2. Menurut Mutazilah, perbuatan baik dan buruk manusia harus
diganjar oleh Tuhan, karena merupakan konsekuensi dari prinsip..
a. Al-Tauhid
b. Al-Adl
c. Al-wadu wal waid
d. Al-Manzilah bainal Manzilatain
e. Amar maruf-nahi munkar
3. Pendapat Asyariyah tentang iman dan amal adalah.
a. Iman tidak ada kaitannya dengan amal manusia
b. Iman tidak dapat bertambah dan tidak pula dapat berkurang
c. Iman adalah cukup diucapkan dengan lisan dan ditakrirkan di
dalam hati
d. Iman tidak penting dibanding amal perbuatan manusia
e. Iman dan amal memiliki kaitan erat satu degan yang lainnya
4. Pendapat Asyariyah tentang seorang muslim yang melakukan dosa
besar dan tidak sempat bertobat di akhir hayatnya adalah..
a. Ia tidaklah kafir dan tetap muslim
b. Kekal berada di dalam neraka
c. Tidak di neraka dan tidak pula berada di surga melainkan di antara
keduanya
d. Wajib dibunuh
e. Kafir dan kekal di neraka
5. Tentang perbuatan Tuhan, aliran Jabariyah berpendapat bahwa..
a. Perbuatan baik dan buruk bukanlah perbuatan Tuhan melainkan
perbuatan manusia
b. Segala perbuatan diciptakan Tuhan termasuk perbuatan baik dan
buruk manusia
c. Tuhan maha sempurna dan tidak mungkin menciptakan perbuatan
buruk manusia
d. Tuhan hanya menciptakan perbuatan yang baik-baik saja
e. Tuhan tidak memiliki andil dalam hal perbuatan manusia
6. Aliran Kalam yang memiliki kesamaan pandangan tentang Tuhan
bersifat adil karena Ia mengganjar perbuatan baik/buruk hasil ikhtiar
manusia, adalah..
a. Asyariyah dan Maturidiyah
b. Jabariyah dan Qadariyah
c. Syiah dan Murjiah
d. Qadariyah dan Mutazilah
e. Salafiyah dan Wahabiyah

7. Tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu merupakan pendapat


golongan..
a. Asyariyah dan Maturidiyah
b. Jabariyah dan Qadariyah
c. Syiah dan Murjiah
d. Qadariyah dan Mutazilah
e. Salafiyah dan Wahabiyah
8. Pandangan Theology Mutazilah selalu bertolak belakang dengan
Asyariyah dan Maturidiyah, kecuali pada persoalan..
A. Janji Tuhan
B. Perbuatan manusia
C. Al-Quran
D. Rupa Tuhan
E. Prinsip ajaran
9. Di antara tokoh yang mempengaruhi pemikiran teologi al-Maturidi
adalah..
a. Al-Bazdawi dan Abdullah Wahab
b. Ibn Hazam al-Andalusi dan Abu Musa al-Asyari
c. Ibnu Nadim Abu Huzail al-Allaf
d. Abu Hasan Al-Asyary dan Abu Hasan Al-Maturidi
e. Abu Mansur al-Maturidi dan al-Bazdawi
10. Dalil Al-Quran yang kerap digunakan oleh golongan Khawarij guna
menguatkan pendapatnya tentang manusia menganut paham free
will and free act adalah..
a. Padahal Allah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
(al-Safat:96)
b. Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu.(al-Kahfi:29)
c. Dan Kamu tidak memapu menempuh jalan itu, kecuali bila
dikehendaki Allah (al-Insan:30)
d. Siapa yang melihat kemunkaran hendaknya ia merobah dengan
tangannya(al-Hadits)
e. Sesungguhnya Allah tidak merobah nasib suatu kaum sehingga
mereka merobah nasib mereka sendiri..(al-Radu:11)
11. Kedudukan akal menurut aliran Mutazilah adalah..
A. Sejajar dengan wahyu
B. Beriringan dengan wahyu
C. Lebih tinggi dari wahyu
D. Di belakang wahyu
E. Lebih rendah dari wahyu
12. Ahlusunnah wal jamaah biasanya merujuk kepada golongan..
A. Asyariyah
B. Mutazilah
C. Jabbariyah
D. Khawarij
E. Murjiah
13. Aliran yang sangat keras menentang bentuk syirik dan taqlid
adalah..
A. Mutazilah
B. Qadariyah
C. Wahabiyah

D. Khawarij
E. Asyariyah
14. Pembahsan tentang Tuhan dan pertaliannya dengan manusia pada
Ilmu Kalam disandarkan pada ..
A. Filsafat dan tasauf
B. Akal
C. Wahyu
D. Wahyu dan akal murni
E. Fiqh dan Ushul Fiqh
15. Berikut ini adalah pernyataan yang benar tentang Khawarij:
A. Pelaku dosa besar bukanlah kafir dan bukan pula mumin
B. Kelompok yang menganut paham al-Manzila bainal manzilatain
C. kelompok yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib
D. Abu Hudzail adalah pemimpin Khawarij pertama
E. Membagi wilayah kekuasaannya menjadi wliayah Islam dan wilayah
Yahudi
16. Golongan kalam yang dikelompokkan sebagai aliran rasional Islam
adalah.
A. 1 dan 2
B. 3 dan 4
C. 5 dan 6
D. 1 dan 3
E. 3 dan 6
17. Kewajiban mengetahui perbuatan baik dan buruk berdasarkan
wahyu adalah pendapat..
A. Mutazilah
B. Qadariyah
C. Jabbariyah
D. Khawarij
E. Asyariyah
18. Tuhan memiliki sifat tetapi tidak sama dengan sifat makhluqnya
adalah pendapat
A. Asyariyah
B. Khawarij
C. Qadariyah
D. Jabariyah
E. Salafiyah
19. Perbedaan antara Asyariyah dan Mutazilah dalam memposisikan
akal dapat dicermati melalui salah satu pernyataan yang benar
berikut ini:
A. Menurut Asyariyah kedudukan akal lebih tinggi dari wahyu
B. Menurut Mutazilah kedudukan wahyu lebih tinggi dari akal
C. Baik Asyariyah maupun Mutazilah sepakat meletakkan wahyu di
atas akal
D. Asyariyah memandang bahwa akal tanpa wahyu dapat mengenal
Tuhan
E. Akal menurut Mutazilah dapat mengantarkan kepada sumber
kebenaran meskipun tanpa agama
20. Alasan Mutazilah meniadakan sifat-sifat Tuhan karena..

A. Dengan memberikan sifat bagi Tuhan justru akan membatasi


kekuasaan Tuhan
B. Dengan meniadakan sifat-sifat Tuhan maka Ia menyatu dengan
ciptaan-Nya
C. Tuhan tidak memiliki sifat tetapi Asmaul Husna
D. Tuhan tidak memiliki sifat tetapi mengetahui dengan ilmunya
E. Sifat Tuhan dapat diprediksi melalui ciptaan-Nya
21. Aliran yang memiliki kesamaan pandangan bahwa Iman adalah
keyakinan di dalam hati, perkataan dengan lisan, dan diwujudkan
dengan perbuatan adalah...
A. Qadariyah-Jabbariyah
B. Salafiyah-Mutazilah
C. Murjiah-Qadariyah
D. Syiah-Khawarij
E. Asyariyah-Maturidiyah
22. Menurut Asyari kewajiban berterima kasih kepada Tuhan dapat
diketahui melalui..
A. Akal
B. Wahyu
C. Akal dan wahyu
D. Ilmu Tarekat
E. Ilmu Kalam
23. Al-Maturidi sepaham dengan Mutazilah dan bertentangan dengan
pendirian Asyariyah terutama dalam hal..
A. Melihat rupa Tuhan
B. Perbuatan baik dan buruk manusia
C. Mengetahui Tuhan
D. Kewajiban manusia berterima kasih kepada Tuhan
E. Sifat-sifat Tuhan
24. Wahyu bagi golongan Mutazilah berfungsi sebagai..
A. Penerang menuju jalan kebenaran
B. Memberi penjelasan tentang perincian hukuman dan balasan yang
akan diterima manusia
C. Perisai diri nabi SAW dalam menjalankan misinya sebagai seorang
rasul
D. Sumber utama dalam menetapkan hukum
E. Kalam Allah yang ditujukan kepada seluruh manusia melalui rasulNya
25. Menurut Mutazilah, Tuhan memberi janji dan ancaman bagi manusia
sebagai konsekuensi dari prinsip..
A. Al-Tauhid
B. Al-Adl
C. Al-wadu wal waid
D. Al-Manzilah bainal Manzilatain
E. Amar maruf-nahi munkar
26. Aliran Kalam yang memiliki kesamaan pandangan tentang Tuhan
bersifat adil karena Ia mengganjar perbuatan baik/buruk hasil ikhtiar
manusia , adalah..
A. Jabariyah dan Qadariyah
B. Syiah dan Murjiah

C. Asyariyah dan Maturidiyah


D. Salafiyah dan Wahabiyah
E. Qadariyah dan Mutazilah
27. Salah satu paham yang dilontarkan Najdah adalah
A. Orang berdosa besar yang menjadi kafir dan kekal di neraka adalah
orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka
B. Dosa kecil akan menjadi dosa besar jika dikerjakan terus menerus
dan yang mengerjakannya sendiri menjadi musyrik
C. Pelaku dosa kecil harus diampuni dan pelaku dosa besar harus
dibunuh
D. Tidak ada perbedaan antara pelaku dosa kecil maupun pelaku dosa
besar
E. Tidak ada surga bagi pelaku dosa besar
28. Definisi iman menurut Murjiah moderat adalah...
A. Iman adalah pengakuan dengan lisan saja
B. Iman adalah pelaksanaan dengan perbuatan
C. Iman ialah pengakuan tetang Tuhan, tentang Rasul-Rasulnya dan
iman tidak mempunyai sifat berkurang atau bertambah
D. Iman ialah taqriru bil qalbi
E. Berbuat baik seakan-akan Tuhan melihat perbuatan kita
29. Menurut faham Jabariah moderat, tenaga yang diciptakan dalam diri
manusia mempunyai efek mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Efek
yang dimaksud adalah..
A. al-Iradath al- Qawiyah
B. Al-Kasb atau acquistion
C. al-Afalu al-Khamsah
D. Asa dan harapan
E. Usaha dan doa
30. Untuk menjaga kemurnian tauhid atau Ke Maha Esa-an Tuhan, aliran
Mutazilah tidak mengakui adanya..
A. Tuhan
B. Sifat-sifat makhluq
C. Makhluq
D. Hari kebangkitan
E. Sifat-sifat Tuhan
31. Mengenai al-Quran yang dalam istilah teologi disebut Kalam Allah,
menurut Mutazilah adalah..
A. Kalamullah
B. Qadim atau kekal
C. Bukan qadim atau baharu
D. Lebih tinggi dari akal
E. Muzizat Nabi Muhammad SAW
32. Tentang sifat-sifat Tuhan, Al-Maturidi memiliki kesamaan pandang
dengan Asyari bahwa..
A. Tuhan mempunyai sifat-sifat
B. Tuhan tidak mempunyai sifat-sifat
C. Sifat-sifat Tuhan sama dengan sifat-sifat mansuia
D. Tuhan berkuasa dengan sifatnya
E. Sifat Tuhan menyatu dengan zatnya
33. Tentang pengetahuan Tuhan, Al-Maturidi berpendapat bahwa..

A. Tuhan mengetahui dengan sifatnya


B. Tuhan mengetahui dengan zat-Nya
C. Tuhan mengetahui dengan pengetahuan-Nya
D. Tuhan mengetahui dengan sifat, zat dan pengetahuan-Nya
E. Tuhan bukan mengetahui dengan sifat, zat dan pengetahuan-Nya
34. Mengenai soal dasa besar, al-Maturidi sefaham dengan al-Asyari,
yaitu..
A. Orang berdosa besar adalah kafir
B. Orang berdosa besar adalah msuyrik dan masuk neraka selamanya
C. Orang berdosa besar bukanlah kafir dan bukan pula mukmin
melainkan fasik
D. Orang berdosa besar kedudukannya di antara mukmin dan kafir
E. Orang berdosa besar masih tetap mukmin dan soal dosa besarnya
akan ditentukan Tuhan kelak di akhirat
35. Aliran Maturidiah terpecah menjadi dua golongan yaitu..
A. Moderat dan ekstrim
B. Tradisional dan modern
C. Timur dan Barat
D. Samarkand dan Bukhara
E. Kiri dan Kanan
36. Golongan Maturidiah Samarkand mempunyai faham-faham yang
lebih dekat dengan golongan ..
A. Qadariah
B. Murjiah
C. Jabariah
D. Asiariah
E. Mutazilah
37. Adapun Maturidiah Bukhara mempunyai faham-faham yang lebih
dekat dengan golongan..
A. Qadariah
B. Murjiah
C. Jabariah
D. Asiariah
E. Mutazilah
38. Pendapat tentang orang yang berdosa besar bukanlah kafir dan
bukanlah mumin, tetapi fasik, orang fasik itu masuk ke neraka secara
kekal adalah pendapat..
A. Asyariyah
B. Jabariyah
C. Mutazilah
D. Maturidiyah
E. Qadariyah
39. Tuhan tidak memiliki kewajiban-kewajiban
tertentu adalah
pendapat..
A. Asyariyah
B. Mutazilah
C. Jabbariyah
D. Khawarij
E. Syiah

40. Kewajiban mengetahui perbuatan baik dan buruk berdasarkan


wahyu adalah pendapat..
A. Asyariyah
B. Mutazilah
C. Jabbariyah
D. Khawarij
E. Syiah
41. Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu
perbuat itu (al-Saffat 96) merupakan landasan aliran..
A. Salafiyah
B. Qadariyah
C. Mutazilah
D. Jabbariyah
E. Wahabiyah
42. Berikut ini adalah perbedaan Mutazilah dengan Maturidiyah, kecuali
..
A. Perbuatan manusia
B. Hari akhir
C. Kemakhlukan Quran
D. Ketuhanan
E. Pelaku dosa besar
43. Perbedaan antara Asyariyah dan Maturdiyah adalah pada
persolan.
A. Perbuatan manusia
B. Rupa Tuhan
C. Persoalan Iman
D. Melihat Tuhan
E. Al-quran Qodim
44. Akal dapat mengetahi perbuatan baik dan buruk meskipun tanpa
agama..
A. Qadariah
B. Sunni
C. Jabbariah
D. Salafiah
E. Syiah
45. Golongan yang menganut paham free will and free act adalah
A. Syiah
B. Khawarij
C. Qadariyah
D. Mutazilah
E. Jabbariyah
46. Al-Quran adalah qadim dan bukan makhluq adalah pendapat..
A. Asyariah
B. Jabariah
C. Mutazilah
D. Murjiah
E. Qadariah
47. Tuhan memiliki sifat, tetapi tidak sama dengan makhluq-Nya adalah
pendapat..
A. Mutazilah

B. Asyariyah
C. Salafiyah
D. Qadariyah
E. Maturidiyah
48. Kedudukan akal menurut aliran Mutazilah adalah..
A. Sejajar dengan wahyu
B. Beriringan dengan wahyu
C. Lebih tinggi dari wahyu
D. Di belakang wahyu
E. Lebih rendah dari wahyu
49. Kewajiban mengetahui Tuhan dengan akal adalah pendapat..
A. Asyariyah
B. Mutazilah
C. Jabbariyah
D. Khawarij
E. Syiah
50. Kewajiban mengetahui perbuatan baik dan buruk berdasarkan
wahyu adalah pendapat..
A. Asyariah
B. Mutazilah
C. Jabbariah
D. Khawarij
E. Syiah

BAB III
PEMIKIRAN KALAM ULAMA MODERN

Sumber: Sarkub.com
Orang alim itu akan selalu hidup sekalipun sudah meninggal
dunia
Sepeninggalan Nabi dan para sahabat bukan berarti hilang semua
ajaran kebenaran didunia ini, mereka tetap hidup diantara kita karena
sepeniggalan mereka tetap hidup generasi selanjutnya. Para pewaris Nabi
ini dikenang karena kontribusi mereka akan pemurnian tauhid. Merekalah
yang berjuang menghilangkan syirik, khurafat dan bidah yang menggejala
dalam umat Islam. Walaupun jalan yang ditempuh rumit, tidak meluluhkan
cita-cita mereka yang sebetulnya sederhana yaitu kembali ke tauhid Islam
dan tegaknya kalimatullah.
Kompetensi Inti (KI)
2. Mengembangkan akhlak (adab) yang baik
dalam beribadah dan
berinteraksi dengan diri sendiri, keluarga, teman, guru, masyarakat,
lingkungan sosial dan alamnya serta menunjukan sikap partisipatif atas
berbagai permasalahan bangsa serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural tentang al-Quran, hadis, fiqh, akidah, akhlak,
dan sejarah Islam dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan
peradaban serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya dalam
memecahkan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
3.1. Memahami pemikiran kalam yang dikembangkan
Abduh, Sayyid Ahmad Khan dan Muhammad Iqbal

Muhammad

3.2. Menganalisis pemikiran kalam Muhammad Abduh, Sayyid Ahmad


Khan dan Muhammad Iqbal
3.3. Mendiskripsikan pokok pemikiran kalam Muhammad Abduh, Sayyid
Ahmad Khan, dan Muhammad Iqbal
3.4. Menganalisis pengaruh pemikiran kalam Muhammad Abduh, Sayyid
Ahmad Khan, dan Muhammad Iqbal dalam dunia Islam
3.5. Membandingkan pemikiran kalam Muhammad Abduh, Sayyid Ahmad
Khan dan Muhammad Iqbal
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pemikiran kalam yang dikembangkan
Muhammad Abduh, Sayyid Ahmad Khan dan Muhammad Iqbal melalui
diskusi dengan benar.
2. Siswa dapat menjelaskan pemikiran kalam Muhammad Abduh, Sayyid
Ahmad Khan dan Muhammad Iqbal melalui diskusi dengan benar.
3. Siswa dapat menunjukkan pengaruh pemikiran kalam Muhammad
Abduh, Sayyid Ahmad Khan, dan Muhammad Iqbal dalam dunia Islam
melalui demonstrasi dengan benar.
4. Siswa dapat menunjukkan perbandingan pemikiran kalam Muhammad
Abduh, Sayyid Ahmad Khan dan Muhammad Iqbal melalui demonstrasi
dengan benar.

PETA KONSEP

1.Muhammad Abduh

Ulama Modern Ilmu


Kalam

2. Sayyid Ahmad Khan


3. Muhammad Iqbal

1. Wahyu dan Akal


2. Iman dan Kufur
3. Pelaku Dosa Besar

Persoalan-persoalan
pokok ilmu kalam

4. Perbuatan Tuhan
5. Perbuatan Manusia
6. Sifat-Sifat Tuhan
7. Kalam Allah
8. Kekuasaan dan Kehendak Allah

A. AMATI GAMBAR BERIKUT INI DAN BUATLAH


KOMENTAR ATAU PERTANYAAN!
Amati Gambar Berikut ini

Setelah Anda mengamati gambar


disamping buat daftar komentar
atau pertanyaan yang relevan
1.
.
.
..
2.
.

Sumber: www.blogspot.com

Amati Gambar Berikut ini

Setelah Anda mengamati gambar


disamping buat daftar komentar
atau pertanyaan yang relevan
1.
.
.
..
2.
.

Sumber: fitripitli.blogspot.com

B.

PENDALAMAN MATERI

Selanjutnya Anda pelajari uraian berikut ini dan Anda


kembangkan dengan mencari materi tambahan dari sumber belajar
lainnya

1. Pemikiran Kalam Muhammad Abduh


A. Riwayat Hidup Muhammad Abduh
Syekh Muhammad Abduh nama lengkap
Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah
dilahirkan
didesa
Mahallat
Nashr
Kabupaten
Buhairah, Mesir, pada tahun 1849 M. Beliau bukan
berasal dari keturunan yang kaya dan bukan pula
keturunan
bangsawan.
Beliau
hidup
dalam
lingkungan keluarga petani.
Namun demikian,
ayahnya terkenal sebagai orang terhormat yang suka
memberi pertolongan. kekerasan yang diterapkan
penguasa-penguasa
Muhammad
Ali
dalam

memungut pajak menyebabkan penduduk berpindahpindah tempat untk menghindarinya. Abduh sendiri
dilahirkan dalam kondisi yang penuh kecemasan ini.
Semua saudara Muhammad Abduh membantu ayahnya
mengelola usaha pertanian, kecuali Muhammad Abduh yang oleh
ayahnya ditugaskan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Mula-mula
Abduh dikirim ayahnya ke Masjid Al-Ahmadi Tanta untuk mempelajari
Al-Quran ( belakangan tempat ini menjadi pusat kebudayaan selain AlAzhar ). Namun sistim pengajaran disana sangat menjengkelkannya
sehingga setelah dua tahun disana, ia memutuskan untuk kembali
kedesanya. Dan bertani seperti saudara-saudara serta kerabatnya.
Ketika kembali kedesa, ia dikawinkan. Pada saat itu ia berumur 16
tahun. Semula ia bersikeras untuk tidak melanjutkan studinya, tetapi ia
kembali belajar atas dorongan pamannya, Syekh Darwish, yang banyak
mempengaruhi kehidupan Abduh sebelum bertemu dengan Jamaludin
Al-Afghani. Atas jasanya itu, Abduh berkata:
,Ia telah membebaskanku dari penjara kebodohan (the prison
of ignorance) dan membimbingku menuju ilmu pengetahuan..
Setelah menyelesaikan studi dibawah bimbingan pamannya,
Abduh melanjutkan studi di Al-Azhar pada bulan pebruari 1866. Tahun
1871, Jamaludin Al-Afghani tiba di Mesir. Ketika itu Abduh masih
Mahasiswa Al-Azhar menyambut kedatangannya. Ia selalu menjadi
murid
kesayangan
Al-Afghani.
Hubungan
ini
mengalihkan
kecendrungan Muhamad Abduh dari tasawuf dalam arti yang sempit,
sebagai bentuk cara berpakaian dan dzikir, kepada tasawuf dalam arti
yang lain, yaitu perjuangan untuk melakukan perbaikan keadaan
masyarakat, membimbing mereka untuk maju dan membela ajaranajaran Islam. Setelah dua tahun sejak pertemuannya dengan Al-Afgani,
terjadilah perubahan yang sangat berarti pada kepribadian Abduh dan
mulai menulis kitab-kitab serta mengkritik pendapat-pendapat yang
dianggap salah. Al-Afghani pulalah yang mendorong Abduh aktif
dalam bidang sosial dan politik. Artikel-artikel pembaharuannya
banyak dimuat pada surat kabar Al-Ahram di kairo.
Setelah menyelesaikan studi di Al-Azhar pada tahun 1877
dengan gelar alim (sekarang Lc) , Abduh mulai mengajar di Al-Azhar
dengan mengajar manthiq (logika) dan ilmu kalam (teologi), di Dar AlUlum dan dirumahnya sendiri mengajar kitab Tahdzib al-Akhlaq
karangan Ibnu Maskawaih dan sejarah peradaban kerajaan-kerajaan
Eropa. Ketika Al-Afghani diusir dari Mesir pada tahun 1879 karena
dituduh melakukan gerakan perlawanan terhadap Khedewi Tufiq,
Abduh juga dituduh ikut campur didalamnya. Ia dubuang keluar kota
kairo. Namun, pada tahun 1880, ia diperbolehkan kembali ke ibu kota,
kemudian diangkat menjadi redaktur surat kabar resmi pemerintahan
Mesir, Al-Waqai Al-Mishiriyyah. Pada waktu itu kesadaran nasiaonal
Mesir mulai tampak dan dibawah pimpinan Abduh, surat kabar resmi
itu memuat artikel-artikel tentang urgenitas nasional Mesir, disamping
berita-berita resmi.
Setelah Revolusi Urabi 1882 (yang berakhir dengan kegagalan),
Abduh Ketika itu masih memimpin surat kabar Al-Waqai- dituduh
terlibat dalam revolusi besar tersebut sehingga pemerintah Mesir

memutuskan untuk mengasingkannya selam tiga tahun dengan


memberi hak kepadanya untuk memilih tempat pengasingannya, dan
Abdul memilih Suriah. Di negeri ini, ia menetap selama setahun.
Kemudian ia menyusul gurunya, Al-Afghani, yang ketika itu ia berada
diparis. Diasana mereka menerbitkan surat kabar Al-Urwah Al-Wutsqa,
yang bertujuan mendirikan Pan-Islam menentang penjajahan Barat
khususnya Inggris. Tahun 1884, Abduh diutus oleh surat kabar
termasuk keinggris untuk menemui tokoh-tokoh Negara itu yang
bersimpati kepada rakyat Mesir. Tahun 1885 Muhammad Abduh
meninggalkan Paris menuju Beirut (Libanon) dan mengajar disana
sambil mengarang beberapa kitab.
Di Beirut, aktivitas Muhammad Abduh tidak terbatas pada
mengajar dan mengarang saja, tetapi bersama beberapa tokoh agama
lainnya mendirikan organisasi yang bertujuan menggalang kerukunan
antar umat beragama. Organisasi ini telah membuahkan hasil yang
positif, terbukti dengan dimuatnya artikel-artikel yang mengangkat
ajaran agama Islam secara objektif pada media massa di Inggris,
padahal pada saat itu jarang sekali dijumpai hal seperti itu di media
barat. Namun organisasi ini dinilai oleh penguasa Turki di Beirut
mempunyai tujuan-tujuan politik, sehigga penguasa tersebut
mengusulkan kepada pemerintah Mesir untuk mencabut hukuman
pengasingan Muhammad Abduh dan diminta kembali ke Mesir.
Pada tahun 1888, Muhammad Abduh kembali ke Mesir dan oleh
pemerintah Mesir Abduh diberi Tugas sebagai hakim. Pemerintah Mesir
agaknya sengaja merintangi keinginan Abduh untuk mengajar, agar
pikiran-pikirannya yang mungkin bertentangan dengan kebijaksanaan
pemerintah saat itu tidak dapat diteruskan kepada generasi muda
Mesir.
Tahun 1899, Abduh diangkat menjadi Mufti kerajaan Mesir dan
pada tahun yang sama Abduh juga diangkat sebagai anggota Majelis
Syuro kerajaan Mesir, seksi perundang-undangan. Pada tahun 1905,
Muhammad Abduh mencetuskan ide pembentukan Universitas Mesir.
Ide ini mendapat respon positif dari pemerintah dan mayarakat. Tetapi
sayang univeritas yang beliau cita-citakan baru berdiri setelah beliau
berpulang ke Rahmatullah. Muhammad Abduh meninggal dunia pada
tanggal 11 Juli tahun 1905.
Syekh Muhammad Abduh menggerakkan dan mempelopori
kebangkitan intelektual. Kebangkitan dan reformasi dipusatkan pada
gerakan kebangkitan, kesadaran dan pemahaman Islam secara
komprehensif, serta penyembuhan agama dari berbagai problem yang
muncul ditengah-tengah masyarakat modern. Pemikiran utama
Muhammad Abduh adalah pertama, membebaskan umat dari taqlid
dengan berupaya memahami agama langsung dari sumbernya (AlQuran dan Hadits). Kedua, memperbaiki gaya bahasa Arab yang
sangat bertele-tele, yang dipenuhi dengan kaidah-kaidah kebahasaan
yang sulit dimengerti.

B. Pemikiran-Pemikiran Kalam Muhammad Abduh


1. Kedudukan Akal dan Fungsi Wahyu

Ada dua persoalan pokok yang menjadi fokus utama pemikiran


Abduh, sebagaimana diakuinya sendiri, yaitu:
a. Membebaskan akal pemikiran dari belenggu-belenggu taqlid yang
menghambat perkembangan pengetahuan agama sebagai mana
haknya salaf al-ummah (ulama sebelum abad ke-3 Hijriah),
sebelum timbulnya perpecahan yakni memahami langsung dari
sumber pokoknya, Al-Quran.
b. Memperbaiki gaya bahasa Arab, baik yang digunakan dalam
percakapan resmi dikantor-kantor pemerintahan maupun dalam
tulisan-tulisan media massa.
Dua persoalan pokok itu muncul ketika ia meratapi
perkembangan umat Islam pada masanya. Sebagaimana dijelaskan
Sayyid Qutub, kondisi umat Islam saat ini dapat digambarkan
sebagai suatu masyarakat yang beku, kaku, menutup rapat-rapat
pintu ijtihad, mengabaikan peranan akal dalam memahami syariat
Allah atau meng-istinbath-kan hukum-hukum, karena mereka telah
merasa cukup dengan hasil karya pendahulunya yang juga hidup
dalam masa kebekuan akal (jumud) serta yang berdasarkan
khurafat-khurafat.
Atas dasar kedua fokus pikirannya itu, Muhammad Abduh
memberikan peranan yang diberikan olehnya sehingga Harun
Nasution menyimpulkan bahwa Muhammad Abduh memberi
kekuatan yang lebih tinggi kepada akal daripada Mutazilah.
Menurut Abduh akal dapat mengetahui hal-hal berikut ini:
1. Tuhan dan sifat-sifatnya.
2. Keberadaan hidup di akhirat.
3. Kebahagiaan jiwa diakhirat bergantung pada upaya mengenal
Tuhan dan berbuat baik, sedangkan kesengsaraanya bergantung
pada sikap tidak mengenal Tuhan dan melakukan perbuatan jahat.
4. Kewajiban manusia mengenal Tuhan.
5. Kewajiban manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan
jahat untuk kebahagiaan di akhirat.
6. Hukum-hukum mengenai kewajiban itu.
Dengan memperhatikan perbandingan Muhammad Abduh
tentang peranan akal diatas, dapat diketahui pula bagaimana fungsi
wahyu baginya. Baginya, wahyu adalah penolong (al-muin). kata ini
ia pergunakan untuk menjelaskan fungsi wahyu bagi akal manusia.
Wahyu, katanya, menolong akal untuk mengetahui sifat dan
keadaan kehidupan alam akhirat. Mengatur kehidupan masyarakat
atas dasar prinsip-prinsip umum yang dibawanya. Menyempurnakan
akal tentang Tuhan dan sifat-sifatnya. Dan mengetahui cara
beribadah serta berterima kasih pada Tuhan. dengan demikian,
wahyu bagi Abduh berfungsi sebagai konfirmasi, yaitu untuk
menguatkan dan menyempurnakan pengetahuan akal dan informasi.
Lebih jauh Abduh memandang bahwa menggunakan akal
merupakan salah satu dasar Islam. Iman seseorang tidak sempurna
kalau tidak didasarkan pada akal. Islam, katanya, adalah agama
yang pertama kali mengikat persaudaraan antara akal dan agama.

Menurutnya, kepercayaan kepada exsistensi Tuhan juga berdasarkan


akal, wahyu yang dibawa Nabi tidak mungkin bertententangan
dengan akal. Kalau ternyata keduanya terdapat pertentangan,
menurutnya, terdapat penyimpangan dalam tataran interpretasi
sehingga diperlihatkan interpretasi lain yang mendorong pada
penyesuaian.
b. Kebebasan Manusia dan Fatalisme
Bagi Abduh, disamping mempunyai daya pikir, manusia juga
mempunyai kebebasan memilih, yang merupakan sifat dasar alami
yang ada dalam diri manusia. Kalau sifat dasar ini dihilangkan dari
dirinya, ia bukan manusia lagi, tetapi makhluk lain. Manusia dengan
akalnya mampu mempertimbangkan akibat perbuatan yang
dilakukannya.
Kemudian
mengambil
keputusan
dengan
kemauannya sendiri, dan selanjutnya mewujudkan perbuatannya itu
dengan daya yang ada dalam dirinya.
Karena manusia menurut hukum alam dan sunnatullah
mempunyai kebebasan dalam menentukan kemauan dan daya
untuk mewujudkan kemauan, faham perbuatan yang dipaksakan
manusia atau Jabariyah tidak sejalan dengan pandangan hidup
Muhammad Abduh. Manusia, menurutnya, mempunyai kemampuan
berpikir dan kebebasan dalam memilih, namun tidak memiliki
kebebasan absolut. Ia menyebut orang yang mengatakan manusia
mempunyai kebebasan mutlak sebagai orang yang angkuh.
c. Sifat-Sifat Tuhan
Dalam Risalah, ia menyebut sifat-sifat Tuhan. Adapun mengenai sifat
itu termasuk esensi Tuhan atau yang lain? Ia menjelaskan bahwa hal
itu terletak di luar kemampuan manusia. Sungguhpun demikian,
Harun Nasution melihat bahwa Abduh cenderung kepada pendapat
bahwa sifat termasuk esensi Tuhan walaupun tidak secara tegas
mengatakannya.
d. Kehendak Mutlak Tuhan
Karena yakin akan kebebasan dan kemampuan manusia, Abduh
melihat bahwa Tuhan tidak bersifat mutlak. Tuhan telah membatasi
kehendak
mutlak-Nya
dengan
memberi
kebebasan
dan
kesanggupan kepada manusia dalam mewujudkan perbuatanperbuatannya. Kehendak mutlak Tuhan pun dibatasi oleh
Sunnatullah yang telah ditetapkannya. Didalamnya terkandung arti
bahwa Tuhan dengan kemauan-Nya sendiri telah membatasi
kehendak-Nya dengan Sunnatullah Sunnatullah yang diciptakan-Nya
untuk mengatur alam ini.
e. Keadilan Tuhan
Karena memberi daya besar kepada akal dan kebebasan manusia,
Abduh mempunyai kecenderungan untuk memahami dan meninjau
alam ini bukan hanya dari segi kehendak mutlak Tuhan, tetapi juga
dari segi pandangan dan kepentingan manusia. Ia berpendapat
bahwa alam ini diciptakan untuk kepentingan manusia dan tidak

satupun ciptaan Tuhan yang tidak membawa manfaat bagi manusia.


Adapun masalah keadilan Tuhan, ia memandangnya bukan hanya
dari segi kemaha sempurnaan-Nya, tapi juga dari pemikiran rasional
manusia. Sifat ketidak adilan tidak dapat diberikan kepada Tuhan
karena ketidak adilan tidak sejalan dengan kesempurnaan aturan
alam semesta.
f. Antrofomorfisme
Karena Tuhan termasuk kedalam alam rohani, rasio tidak dapat
menerima faham bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat Jasmani.
Abduh, yang memberi kekuatan besar pada akal, berpendapat
bahwa tidak mungkin esensi dan sifat-sifat Tuhan mengambil bentuk
tubuh atau roh mahluk di alam ini. Kata-kata wajah, tangan, duduk
dan sebagainya mesti difahami sesuai dengan pengertian yang
diberikan orang arab kepadanya. Dengan demikian, katanya, kata
al-arsy dalam Al-Quran berarti kerajaan atau kekuasaan, kata alkursy bearti pengetahuan.
g. Melihat Tuhan
Muhammad Abduh tidak menjelaskan pendapatnya apakah
Tuhan yang bersifat rohani itu dapat dilihat oleh manusia dengan mata
kepalanya dihari perhitungan kelak? Ia hanya menyebutkan bahwa
orang yang percaya pada tanzih (keyakinan bahwa tidak ada suatupun
dari makhluk yang menyerupai Tuhan) sepakat mengatakan bahwa
Tuhan tak dapat digambarkan ataupun dijelaskan dengan kata-kata.
Kesanggupan melihat Tuhan dianugerahkan hanya kepada orang-orang
tertentu di akhirat.

2. Pemikiran Kalam Sayyid Ahmad Khan


A. Riwayat Hidup Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan berasal dari keturunan Husein, cucu
Nabi Muhammad SAW melalui Fatimah dan Ali dan dia
dilahirkan di Delhi pada tahun 1817 M. Nenek dari
Sayyid Ahmad Khan adalah Sayyid Hadi yang menjadi
pembesar istana pada zaman Alamaghir II ( 1754-1759 )
dan dia sejak kecil mengenyam didikan tradisional dalam
wilayah pengetahuan Agama dan belajar bahasa Arab
dan juga pula belajar bahasa Persia. Ia adalah sesosok
orang yang gemar membaca buku dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan dan dia ketika berumur
belasan tahun dia bekerja pada serikat India Timur.
Bekerja pula sebagai Hakim, tetapi pada tahun 1846 ia
kembali pulang kekota kelahirannya Delhi.
Di kota inilah dia gunakan waktunya dan kesempatannya untuk
menimba ilmu serta bergaul dengan tokoh tokoh , pemuka Agama

dan sekaligus mempelajari serta melihat peninggalan peninggalan


kejayaan Islam, seperti Nawab Ahmad Baksh, Nawab Mustafa
Khan,Hakim Mahmud Khan, dan Nawab Aminuddin. Selama di Delhi
Sayyid Ahmad Khan memulai untuk mengarang yang mana karyanya
yang pertama adalah Asar As Sanadid. Dan pada tahun 1855 dia
pindah ( hijrah ) ke Bijnore, di tempat ini pula dia tetap mengarang
buku buku penting mengenai Islam di India. Pada tahun 1857 terjadi
pemberontakan dan kekacauan di akibatkan politik di Delhi yang
menyebabkan timbulnya kekerasan ( anarkis ) terhadap penduduk
India. Ketika dia melihat keadaan masyarakat India kususnya Delhi, ia
berfikir untuk meninggalkan India menuju Mesir, tetapi dia sadar dan
terketuk hatinya harus memperjuangkan umat Islam India agar
menjadi maju, maka ia berusaha mencegah terjadinya kekerasan dan
konflik, serta mejadi penolong orang Inggris dari pembunuhan, hingga
ia di beri gelar Sir didepan namanya, tetapi ia menolak hadiah dalam
bentuk lainnya. Hubungan yang baik dengan pihak Inggris digunakan
untuk kepentingan umat Islam India.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan
umat Islam India dapat diwujudkan hanya dengan cara bekerja sama
dengan pihak Inggris. Jalan yang ditempuh umat Islam untuk
memperoleh ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang diperlukan, bukan
hanya dengan cara kerjasama dengan Hindu untuk menentang Inggris,
tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris. Ia
berusaha meyakinkan Inggris bahwa pemberontakan 1857 umat Islam
tidak memainkan peran utama. Ia keluarkan pamphlet yang berisi
penjelasan tentang hal-hal yang memunculkan pemberontakan 1857.
Diantara sebab-sebab yang ia sebutkan, adalah :
1. Intervensi Inggris dalam soal keagamaan, seperti pendidikan agama
Kristen yang diberikan kepada yatim piatu di panti asuhan yang
diasuh oleh Inggris. Pembentukan sekolah-sekolah misionaris
Kristen dan penghapusan pendidikan agama dari perguruanperguruan tinggi.
2. Tidak turut sertanya orang-orang India, baik Islam maupun Hindu
dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat. Hal-hal tersebut
membawa dampak :
a. Rakyat India tidak mengetahui tujuan dan niat Inggris, mereka
anggap Inggris datang untuk merubah agama mereka menjadi
Kristen.

b. Pemerintah Inggris tidak mengetahui keluhan-keluhan rakyat


India.
c. Pemerintah Inggris tidak berusaha mengikat tali persahabatan
dengan rakyat India, padahal kestabilan dalam pemerintahan
tergantung pada hubungan baik dengan rakyat.
Atas sikapnya ini, Sayyid Ahmad Khan berhasil merubah
pandangan Inggris terhadap umat Islam India. Umat Islam India
mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Karena
mereka percaya pada kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam
menentukan kehendak dan melakukan perubahan.
Pada tahun 1861 ia mendirikan sekolah Inggris di Muradabad,
dan pada tahun 1878 ia juga mendirikan sekolah Mohammedan Angio
Oriental College ( MAOC ) di Aligarh yang merupakan karya yang paling
bersejarah dan berpengaruh untuk memajukan perkembangan dan
kemajuan Islam di India. Ia mengajukan pengunduran diri dari pegawai
pemerintahan Inggris dan sampai hayatnya di tahun 1898, ia lebih
mementingkan pendidikan umat Islam India.

B. Pemikiran Pemikiran Sayyid Ahmad Khan


Pemikiran Sayyid Ahmad Khan mempunyai kesamaan dengan
Muhammad Abduh di Mesir, setelah Abduh berpisah dengan Jamaluddin
Al- Afghani dan setelah sekembalinya dari pengasingan. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa ide yang dikemukakannya, terutama akal yang
mendapat penghargaan tinggi dalam pandangannya. Penganut faham
Qodariyah, menentang taklid dan sama-sama membuka pintu ijtihad
yang berlaku dikalangan umat Islam pada umumnya saat itu.
Dan menurut Ahmad Khan bahwasannya keyakinan, kekuatan dan
kebebasan akal yang menjadikan manusia menjadi bebas untuk
menentukan kehendak dan melakukan perbuatan sesuai yang dia
inginkan. Jadi pemikirannya itu mempunyai kesamaan dengan
pemikiran Qodariyah, Contohnya manusia telah di anugrahi oleh Allah
berbagai macam daya, di antaranya adalah daya fikir yang berupa akal,
dan daya fikir untuk merealisasikan kehendak yang di inginkannya.
Demikian dengan Sayyid Ahmad Khan selanjutnya, berjalan dan beredar
sesuai dengan hukum Allah yang telah ditentukan oleh Allah. Segalanya
dalam alam terjadi menurut hokum sebab akibat. Karena kuatnya
kepercayaan pada hukum alam dan kerasnya ia mempertahankan

konsep hukum alam, ia dianggap kafir oleh golongan Islam yang belum
dapat menerima idenya.
Bagi mereka percaya pada hokum alam akan membawa kepada
faham naturalism dan materialism yang pada akhirnya membawa
kepada keyakinan tidak adanya Tuhan. Khan mendapat julukan Nechari,
kata urdu yang berasal dari bahasa Inggris nature (law of nature).
Umat Islam yang berdomisili di India mengalami kemerosotan dan
kemunduran sebagaimana yang di kemukakan oleh Ahmad Khan yaitu
di karenakan mereka tidak mengikuti perkembangan zaman yang
sedang berlangsung mereka cenderung mengikuti pendahulu mereka,
tetapi bahwasannya ia menentang keras dengan faham taklid,
sebagaimana yang dianut dalam faham Qodariyah. Ia menolak faham
taklid dan tidak segan-segan menyerang faham ini. Sumber ajaran Islam
menrut pendapatnya hanyalah Al-Quran dan Hadits.
Sebab kemunduran Islam di India dikarenakan mereka terlena
dengan gaung peradapan Islam klasik sehingga mereka tidak menyadari
bahwa peradapan baru telah tumbuh dan bermunculan di Barat.
Timbulnya peradaban serta kemajuan ini di dasari oleh Ilmu
pengetahuan dan teknologi pada orang-orang Barat tersebut. Manusia
senantiasa berubah dan oleh karena itu perlu diadakan ijtihad baru
untuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam dengan keadaan
masyarakat yang telah berubah.
Khan mengemukakan bahwa Tuhan telah menentukan tabiat dan
Nature (sunnatullah) bagi setiap mahkluk-Nya yang tetap dan tidak
berubah. Menurutnya Islam adalah agama yang paling sesuai dengan
hukum alam dan Al-quran adalah firman-Nya.
Maka sudah barang tentu sejalan dan tidak ada pertentangan. Dia
tidak mau dalam suatu pemikirannya terganggu dan terbatasi oleh
orentasi Hadist dan Fiqih, di karenakan segala sesuatu diukur dengan
kritik rasional, serta menolak segala yang bertentangan dengan logika
dan hukum alam. Ia hanya mau mengambil Al-quran sebagai landasan
dan pedoman Islam, sedang yang lainnya hanyalah membantu dan
kurang begitu penting. Baginya tidak semua Hadits dapat diterima,
karena ada hadits-hadits buatan. Hadits yang dapat diterima sebagai
sumber hokum hanya setelah diadakan penelitian yang seksama akan
keasliannya. Contohnya, atas penolakan Hadist dikarenakan berisi
moralitas Masyarakat Islam pada abad pertama ataupun pada abad ke
dua, sewaktu Hadist dikumpulkan dan dikodifikasikan. Sedangkan
hukum Fiqih menurutnya berisi tentang moralitas masyarakat sampai

saat timbulnya mazhab mazhab dan menolak taqlid. Sebagai


konsekuensi dari penolakan taklid tersebut Khan memandang perlu
sekali untuk di adakannya ijtihad ijtihat baru untuk menyesuaikan
pelaksanaan ajaran ajaran Islam dengan situasi dan kondisi
masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan.
Perhatian Sayyid Akhmad Khan terhadap pendidikan umat Islam
memang sangat besar. Ia pernah berkunjung ke Inggris, antara lain
untuk mempelajari sistem pendidikan barat. Sekembalinya dari
kunjungan tersebut ia membentuk panitia peningkatan pendidikan umat
Islam. Salah satu tujuan panitia ini adalah menyelidiki sebab-sebab
umat Islam sedikit yang sekolah di sekolah-sekolah pemerintah.
Pengaruh pemikiran Sayyid Ahmad Khan tidak hanya terbatas pada
bidang pendidikan saja. Diantara pemikiran-pemikirannya yang lain
adalah dasar sistem perkawinan dalam Islam, poligami tidak dianjurkan
tapi dibolehkan dalam kasus-kasus tertentu. Hukum potong tangan bagi
pencuri bukan suatu hukum yang wajib dijalankan, tetapi hanya
merupakan hukum maksimal yang dijatuhkan dalam keadaan tertentu.

Kesimpulan
Bahwasanya faham dan pemikiran yang dianut Oleh Sayyid
Ahmad Khan ada kesamaan dengan faham yamg dianut oleh Qodariyah,
misalnya manusia di anugrahi Tuhan berbagai macam daya diantaranya
fikiran yang berupa akal dan daya fisik untuk merealisasikan kehendak.
Adapun penolakan taklid oleh Ahmad Khan dikarenakan dapat
mengurangi relevansi Quran dengan masyarakat baru pada zaman
tersebut, maka ia memandang perlu diadakannya ijtihad-ijtihad baru
(tajdid) untuk menyesuaikan ajaranajaran agama Islam dengan situasi,
kondisi dan perkembangan masyarakat yang terus menerus mengalami
perubahan ataupun tajdid dalam kehidupan mereka
Dan ia mengedepankan rasio ataupun pemikiran-pemikiran, dan
menolak semua yang bertentangan dengan logika dan hukum alam,
misalnya Hadist dan Fiqih dikarenakan itu semua adalah esensinya
moralitasmoralitas masyarakat pada zaman abad pertama dalam
pengumpulan Hadist tersebut dan adapun Fiqih yang esensinya tentang
moralitas masyarakat berikutnya sampai timbulnya mazhabmazhab.
Tetapi Sayyid Ahmad Khan tetap mengambil Al-quran sebagai
pedoman, rujukan dan landasan atas ajaranajaran agama Islam.

3.Pemikiran Kalam Muhammad Iqbal


A. Riwayat Hidup Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal adalah anak keturunan dari kelas
Brahmana (kelas sosial tertinggi di India), dilahirkan
tanggal 22 Februari 1873 M. di Sialkot, Punjab Barat,
Pakistan. Ayahnya bernama Muhammad Nur, seorang
sufi yang sangat saleh. Sejak masih anak-anak, agama
sudah tertanam dalam jiwanya. Pendidikan agama selain
dari orang tua, juga didapatkan dengan mengaji dengan
Mir Hassan. Di rumah sang guru, ia selain belajar
mengaji agama juga belajar membuat sajak.
Dibantu oleh Mir Hassan, ia memasuki sekolah Scotiish
mission School. Tamat di sini, ia melanjutkan ke Government
College dan memperoleh gelar sarjana muda (BA) 1897, ia
mendapat beasiswa serta dua mendali emas karena menguasai
bahasa inggris dan arab. Kemudian pada tahun 1905, ia
memperoleh gelar MA di bidang filsafat.
Di perguruan tinggi, ia berkenalan dengan seorang guru
besar, Thomas Arnold yang banyak membentuk jiwa filosifinya.
Guru besar ini menyarankan Iqbal untuk mengambil program
Doktor di London. Dalam waktu satu tahun, program itu dapat
diselesaikan di Universitas Cambridge dibawah promotor Mc.
Taggart. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich, Jerman. Di
Universitas ini, ia memperoleh gelar Ph.D di dalam filsafat dengan
disertasinya yang berjudul the Development of Metaphysics in
Persia (perkembangan metafisika di Persia). Berbekal sejumlah
keahlian, ia memulai karir sebagai pendidik (dosen), pengacara, di
India ia juga aktif dalam bidang politik. Setelah merasa muak
dengan pekerjaannya sebagai pengacara ia mengundurkan diri dari
pekerjaannya dan lebih cenderung di rumah dengan terus berkarya
membuat sajak-sajak yang bermuatan teologis dan filosofis.
Buku yang berjudul The Recontruction of religius Though in
Islam adalah kumpulan dari ceramah-ceramahnya sejak tahun
1982 dan merupakan karya terbesarnya dalam bidang filsafat.
Pada tahun 1930, Iqbal memasuki bidang politik dan menjadi ketua
konfrensi tahunan Liga Muslim di Allahabad, ia menjadi tulang
punggung Partai Liga Muslim India. Karir Iqbal semakin bersinar
dan namanya semakin harum setelah dirinya mendapatkan gelar
sir dari pemerintahan kerajaan Inggris di London atas usulan
seorang wartawan Inggris yang mengamati sepak terjang Iqbal.
Sebagai seorang negarawan yang matang tentu pandanganpandangan terhadap ancaman luar juga sangat tajam. Bagi Iqbal,
budaya barat adalah budaya imperialism, anti spiritual dan jauh
dari norma insani. Karenanya ia sangat menentang pengaruh
budaya barat. Dia yakin bahwa faktor terpenting bagi reformasi

dalam diri manusia adalah jati dirinya. Dengan pemahaman seperti


itu yang ia landasi diatas ajaran Islam maka ia berjuang
menumbuhkan rasa percaya diri pada umat Islam. Umat Islam tidak
boleh merasa rendah diri menghadapi budaya barat. Dengan cara
ini umat Islam dapat melepaskan diri dai belenggu imperialism.
Iqbal mengingatkan bahwa imitasi yang dilakukan umat Islam
kepada barat baik secara personal maupun sosial dikarenakan
hilangnya rasa percaya diri, inilah yang akan menghambat dan
menghancurkan peradaban Islam.
Kemudian pada tahun 1931 dan tahun 1932, ia ikut konfrensi
meja bundar di London yang membahas konstitusi baru bagi India.
Pada bulan oktober tahun 1933, ia di undang ke Afganistan untuk
membicarakan pembentukan Universitas Kabul. Pada tahun 1935,
ia jatuh sakit dan bertambah parah setelah istrinya meninggal
dunia. Tidak lama sejak itu beliau tutup usia.
B. Pemikiran Kalam Muhammad Iqbal
Dibandingkan sebagai teolog, Muhammad Iqbal sesungguhnya
lebih terkenal sebagai filosof. Oleh karena itu, agak sulit menemukan
pandangan-pandangannya mengenai wacana-wacana kalam klasik,
seperti fungsi akal dan wahyu, perbuatan Tuhan, perbuatan
manusia, dan kewajiban-kewajiban Tuhan. Itu bukan berarti ia sama
sekali tidak menyinggung ilmu kalam. Bahkan ia sering
menyinggung beberapa aliran kalam yang pernah muncul dalam
agama
Islam.
Sebagai ahli hukum, menurutnya, umat Islam mundur karena
cendrung melaksanakan hukum secara statis dan konservatif.
Kelompok konservatif menuduh golongan pemikir rasionalis
Mutazilah sebagai biang perpecahan umat Islam. Akibat dari
gerakan tersebut lahirlah pemikiran yang menutup pintu ijtihad,
terlebih-lebih setelah fatwa al-gazali yang mengharamkan filsafat
sebagai cara pandang dalam kehidupan keberagamaan. Tujuan
diturunkanya Al-Quran, menurutnya adalah membangkitkan
kesadaran manusia sehingga mampu menerjemahkan dan
menjabarkan nas-nas Al-Quran yang masih global dalam realita
kehidupan manusia dan dinamika masyarakat yang selalu berubah.
Inilah yang dalam rumusan fiqh disebut ijtihad yang oleh Iqbal
disebut Prinsip Gerak dalam Struktur Islam.
Menurut Dr. Syed Zafrullah Hasan dalam pengantar buku
Metafisika Iqbal , Iqbal memiliki beberapa pemikiran yang
fundamental yaitu intuisi, diri, dunia dan Tuhan. Dan jika dikaji,
pemikiran-pemikirannya yang fundamental (intuisi, diri, dunia dan
Tuhan) itulah yang menggerakkan dirinya untuk berperan di India
pada khususnya dan dibelahan dunia timur atau barat pada
umumnya baik sebagai negarawan maupun sebagai agamawan.
Karena itulah ia disebut sebagai tokoh Multidimensional.
C. Hakikat Teologi
Secara umum ia melihat teologi sebagai ilmu yang berdimensi
keimanan, mendasarkan kepada esensi tauhid. Didalamnya

terdapat jiwa yang bergerak berupa persamaan, kesetiakawanan


dan kebebas kemerdekaan. Pandangannya tentang ontology
teologi membuatnya berhasil melihat anomaly (penyimpangan)
yang melekat pada literatur ilmu kalam klasik. Teologi Asyariyah,
umpamanya menggunakan cara dan pola pikir ortodoksi Islam.
Mutazilah sebaliknya, terlalu jauh bersandar pada akal, yang
akibatnya mereka tidak menyadari bahwa dalam wilayah
pengetahuan agama, pemisahan antara pemikiran keagamaan dari
pengalaman kongkrit merupakan kesalahan besar.
D. Pembuktian Tuhan
Dalam membuktikan eksistensi Tuhan, Iqbal menolak
argument kosmologis maupun ontologis. Ia juga menolak argument
teleologis yang berusaha membuktikan eksistensi Tuhan yang
mengatur ciptaan-Nya dari sebelah luar. Walaupun demikian, ia
menerima landasan teleologis yang imanen (tetap ada). Untuk
menopang hal ini, Iqbal menolak pandangan yang statis tentang
Matter serta menerima pandangan Whitehead tentangnya sebagai
struktur kejadian dalam aliran dinamis yang tidak berhenti. Karakter
nyata konsep tersebut ditemukan Iqbal dalam jangka waktu murninya Bergson, yang tidak terjangkau oleh serial waktu. Dalam
jangka waktu murni ada perubahan, tetapi tidak ada suksesi.
E. Jati Diri Manusia
Untuk melihat pemikiran Iqbal dalam hal jati diri manusia atau
tentang eksistensi kita bisa melihatnya dalam puisi asrar-i-kudhi,
dalam antologi puisinya itu ia secara jelas mengungkapkan apa itu
manusia. Secara jelas kita pahami bahwa ia mentransformasikan
pikirannya dalam syair/puisi mengenai manusia, dan hakikat
manusia. Dalam puisinya ia memberi saran kepada manusia agar
bisa bertafakur kepada Allah dan menyadari akan ke-ada-annya.
Dari segi konteks kita bisa melihat bahwa Iqbal sangat terpengaruh
oleh pemikiran Nietczhe tentang eksistensi manusia, bagaimana ia
berada sebagai seorang ubermen dari ini juga ia membuat paham
tentang manusia itu sendiri dengan konsep insan-kamil. Selain itu
juga kita bisa melihat bahwa Iqbal sangat dipengaruhi dengan
pemikiran-pemikiran tasawuf, sehingga selain mengada sebagai
seorang manusia yang dinamis ia juga sebagai seseorang yang taat
beragama.
Faham dinamisme Iqbal berpengaruh besar terhadap jati diri
manusia. Penelusuran terhadap pendapatnya tentang persoalan ini
dapat dilihat dari konsepnya tentang ego, ide sentral dalam
pemikiran filosofisnya. Kata itu diartikan dengan kepribadian.
Manusia
hidup
untuk
mengetahui
kepribadiannya
serta
menguatkan
dan
mengembangkan
bakat-bakatnya,
bukan
sebaliknya, yakni melemahkan pribadinya, seperti yang dilakukan
oleh para sufi yang menundukkan jiwa sehingga fana dengan Allah.
Pada hakikatnya menafikan diri bukanlah ajaran Islam karena
hakikat hidup adalah bergerak dan gerak adalah perubahan.
Filsafat khudinya tampaknya merupakan reaksi terhadap kondisi

umat Islam yang ketika itu telah dibawa oleh kaum sufi semakin
jauh dari tujuan dan maksud Islam yang sebenarnya. Dengan
ajaran khudinya, ia mengemukakan pandangan yang dinamis
tentang kehidupan dunia.
F. Dosa
Iqbal secara tegas menyatakan dalam seluruh kuliahnya
bahwa Al-Quran menampilkan ajaran tentang kebebasan ego
manusia yang bersifat kreatif. Dalam hubungan ini, ia
mengembangkan cerita tentang kejatuhan adam (karena memakan
buah terlarang) sebagai kisah yang berisi pelajaran tentang
kebangkitan manusia dari kondisi primitive yang dikuasai hawa
nafsu naluriah kepada pemilikan kepribadian bebas yang
diperolehnya
secara
sadar,
sehingga
mampu
mengatasi
kebimbangan dan kecenderungan untuk membangkang dan
timbulnya ego terbatas yang memiliki kemampuan untuk
memilih. Allah telah menyerahkan tanggung jawab yang penuh
resiko ini, menunjukkan kepercayaan-Nya yang besar kepada
manusia. Maka kewajiban manusia adalah membenarkan adanya
kepercayan ini. Namun, pengakuan terhadap kemandirian
(manusia)
itu
melibatkan
pengakuan
terhadap
semua
ketidaksempurnaan yang timbul dari keterbatasan dan kemandirian
itu.

KESIMPULAN
1. Muhammad Abduh dalam perjalanan keilmuannya dibantu oleh
pamannya yang bernama Syekh Darwis.
2. Persoalan pokok yang menjadi focus utama pemikiran Muhammad
Abduh adalah :
a. Membebaskan pemikiran akal dari belenggu taqlid yang
menghambat perkembangan pengetahuan agama sebagaimana
haknya salafal ummah
b. Memperbaiki gaya bahasa.
3. Menurut Muhammad Abduh, wahyu adalah penolong akal untuk
mengetahui keadaan kehidupan alam akhirat.
4. Selain berfikir, menurut Muhammad Abduh manusia juga
mempunyai kebebasan berfikir.
5. Karya Sayyid Ahmad Khan yang paling bersejarah dan berpengaruh
dalam perkembangan Islam di India adalah didirikannya MAOC.
6. Muhammad
Iqbal
berpandangan
bahwa
dalam
al-Quran
menunjukkan ajaran tentang kebebasan ego manusia yang bersifat
kreatif.

C.KEGIATAN DISKUSI
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah
diskusi dengan teman sebangku Anda atau dengan kelompok Anda,

kemudian persiapkan diri


tersebut di depan kelas.

D.

untuk

mempresentasikan

hasil

diskusi

PENDALAMAN KARAKTER

Dengan memahami Pemikiran Kalam Ulama Modern, maka


seharusnya kita memiliki sikap sebagai berikut :
1. Berpegang teguh pada prinsip dan pendirian.
2. Menghargai pendapat orang lain.
3. Toleran terhadap sesama.
4. Menghindari sikap, perbuatan maupun ucapan yang merugikan
orang lain.
5. Berterima kasih dan hormat kepada Guru yang telah dengan sabar
membimbing kita menuntut ilmu.
6. Mengamalkan ilmu yang telah diajarkan oleh guru kita.

UJI KOMPETENSI
I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e, di depan
jawaban yang paling benar!
1. Dalam pencapaian posisi keilmuan yang tinggi, Muhammad Abduh
dibimbing oleh pamannya yang bernama
a. Syekh Maulana
b. Syekh Yusuf
c. Syekh Darwis
d. Syekh Darwin
e. Syekh Maliki
2. Surat kabar yang diterbitkan oleh Muhammad Abduh bersama alAfghani di Paris
a. Al Urwah al Wutsqo
b. Al arwah wustqo
c. Mahadi
d. Al Wustqoy
e. Urwah
3. Fungsi wahyu menurut Muhammad Abduh adalah
a. Wahyu adalah yang utama
b. Wahyu sejajar dengan akal
c. Wahyu penolong akal
d. Wahyu dibawah akal
e. Wahyu tak berarti tanpa akal
4. Pemikiran Muhammad Abduh tentang kebebasan manusia, sejalan
dengan pemikiran faham
a. Mutazilah
b. Jabariyah
c. Qodariyah
d. Murjiah
e. Syiah
5. Sekolah yang didirikan oleh Sayyid Akhmad Khan di India memiliki
nama
a. COAM
b. MAOC
c. MOAC
d. CAOM
e. MOCA
6. Pemikiran Sayyid Akhmad Khan memiliki kemiripan dengan pemikiran
faham..
a. Mutazilah
b. Jabariyah
c. Qodariyah
d. Murjiah
e. Syiah
7. Buku berjudul The Recontruction of Religius Though in Islam karya
Muhammad Iqbal, merupakan kumpulan dari.
a. Catatan hariannya

b.
c.
d.
e.
8.

Karya sastranya
Ceramah-ceramahnya
Puisi-puisinya
Karya-karya ilmiahnya
Muhammad Iqbal menerima konsep pembuktian Tuhan yang
bersifat
a. Teologis
b. Imanen
c. Filosofis
d. Rasional
e. Teologis Imanen
9. Pandangan tentang jati diri manusia Muhammad Iqbal, dipengaruhi
oleh faham
a. Dinamisme
b. Animisme
c. Pholytheisme
d. Ateis
e. Fungsioanalisme
10. Menurut Sayyid Akhmad Khan, kemrosotan umat Islam di India di
sebabkan oleh.
a. Keengganan mereka mengikuti perkembangan
b. Keengganan mereka mengikuti warisan sejarah
c. Keengganan mereka mengikuti ajaran agama
d. Keengganana mereka melaksanakan ajaran
e. Keasyikan mereka menikmati hidup
II.
1.
2.
3.
4.
5.

Jawablah Pertanyaan berikut dengan benar


Apa saja yang dapat diketahui akal menurut Muhammad Abduh?
Bagaimana pendapat Sayyid Akhmad Khan tentang akal? Jelaskan!
Bagaimanakah pemikiran kalam Muhammad Iqbal? Jelaskan!
Bagaimanakah Muhammad Abduh memandang teologi? Jelaskan!
Jelaskan bagaimana pandangan Muhammad Abduh, Sayyid Akhmad
Khan dan Muhammad Iqbal terhadap Al Quran?

Portofolio dan Penilaian Sikap


1.Carilah beberapa ayat dan hadist yang berhubungan dengan pemikiran
kalam ulama modern, dengan mengisi kolom di bawah ini :
Nama Surat + No.
No.
Ayat / Hadits
Redaksi Ayat / Hadits
Riwayat
1.
2.
3.
4,
5.
2. Setelah kalian memahami uraian mengenai pemikiran kalam ulama
modern, coba kamu amati perilaku berikut ini dan berikan komentar
No.
1.

2.
3.
4.

5.

Perilaku Yang Diamati


Andik selalu
menghormati pendapat
adiknya yang masih di
bangku Madrasah
Ibtidaiyah.
Bahrus sering minta uang
kepada orang tuanya
dengan cara memaksa
Dodo suka terlambat
pulang dan ia memberi
alas an yang bohong
Toni adalah anak yang
tepat waktu dalam
mengerjakan tugas dari
gurunya
Tono protes kepada
gurunya karena nilainya
jelek

Tanggapan / Komentar Anda

Hikmah


Balasan/pahala itu tergantung pada kadar
kecapaian

BAB IV
PEMIKIRAN KALAM ULAMA MODERN

Sumber: wordpress.com
Orang alim itu akan selalu hidup sekalipun sudah meninggal
dunia
Ulama memiliki peran penting dalam sejarah umat Islam. Ulama tampil menjadi
pendekar awal dalam suatu kekuasaan sosial-politik yang ikut menentukan arah perjalanan
bangsa. Sampai saat ini, ulama tetap eksis menghadapi pelbagai perubahan fundamental
akibat modernisasi kehidupan umat Islam. Diskursus tentang ulama di nusantara banyak
dikaji oleh beberapa peneliti asing dan juga sarjana muslim. Studi Clifford Geertz (1960)
tentang ulama Jawi menyatakan bahwa ulama adalah palang budaya nusantara. Hirokoshi
(1987) meneliti Ulama Sunda hingga menemukan peran akan keberadaan ulama dalam
masyarakat kontemporer. Mansur Noor (1980) juga meneliti ulama di Madura dan
menemukan peranannya dalam kehidupan keagamaan dan sosial-politik umat Islam.
menekankan sejarah sosial dan intelektual yang terabaikan dalam studi-studi tentang ulama
Indonesia.
Periode kerajaan Islam nusantara pada masa kolonial Belanda menjadi titik episentrum
awal mulanya peran ulama di Indonesia. Jatuhnya kerajaan-kerajaan Islam yang dihempaskan
oleh perusahaan Barat seperti Vereenidge Oost-Indischi Campaigne (VOC) dalam jaringan
nusantara, menjadi cikal bakal pangagungan posisi ulama dengan menempatkan diri dalam
transformasi jabatan. Ulama menjadi pemimpin lembaga pendidikan Islam, seperti pesantren
di Jawa, surau di Minangkabau dan dayah di Aceh.
Para ulama memainkan peran penting sebagai qadhi (hakim) dan
syaikhul Islam untuk memperkuat pelaksanaan Islam dalam kerajaan.
Dengan tumbuhnya beberapa lembaga ini, ulama memiliki fondasi
institusionalnya. Kemudian menjadi ahli tunggal yang berkontribusi dalam
praktek-praktek keagamaan.
Satu sisi, munculnya komunitas Jawi di Mekah juga turut intens
menguatkan nilai-nilai keIslaman di nusantara. Ulama Indonesia yang
belajar di Mekah kemudian mentransmisikan Islam ke nusantara. Ulama
yang terkenal di komunitas ini antar lain Syaikh Muhammad Nawawi alBantani (1813-1897) dan Mahfudz Termas (1868-1919). Dari merekalah
lahir ulama-ulama seperti Khalil Bangkalan (w. 1923) dan Hasyim Asyari
(1871-1947). Sepulangnya dari Mekah, mereka mendirikan institusiinstitusi pendidikan dan penyebaran Islam tradisional.

Kompetensi Inti (KI)


4. Mengembangkan akhlak (adab) yang baik
dalam beribadah dan
berinteraksi dengan diri sendiri, keluarga, teman, guru, masyarakat,
lingkungan sosial dan alamnya serta menunjukan sikap partisipatif atas
berbagai permasalahan bangsa serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
5. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural tentang al-Quran, hadis, fiqh, akidah, akhlak,
dan sejarah Islam dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan
peradaban serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya dalam
memecahkan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
3.6. Memahami pemikiran kalam yang dikembangkan Muhammad
Abduh, Sayyid Ahmad Khan dan Muhammad Iqbal
3.7. Menganalisis pemikiran kalam Muhammad Abduh, Sayyid Ahmad
Khan dan Muhammad Iqbal
3.8. Mendiskripsikan pokok pemikiran kalam Muhammad Abduh, Sayyid
Ahmad Khan, dan Muhammad Iqbal
3.9. Menganalisis pengaruh pemikiran kalam Muhammad Abduh, Sayyid
Ahmad Khan, dan Muhammad Iqbal dalam dunia Islam
3.10. Membandingkan pemikiran kalam Muhammad Abduh, Sayyid Ahmad
Khan dan Muhammad Iqbal
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pemikiran kalam yang dikembangkan
Muhammad Abduh, Sayyid Ahmad Khan dan Muhammad Iqbal melalui
diskusi dengan benar.
2. Siswa dapat menjelaskan pemikiran kalam Muhammad Abduh, Sayyid
Ahmad Khan dan Muhammad Iqbal melalui diskusi dengan benar.
3. Siswa dapat menunjukkan pengaruh pemikiran kalam Muhammad
Abduh, Sayyid Ahmad Khan, dan Muhammad Iqbal dalam dunia Islam
melalui demonstrasi dengan benar.
4. Siswa dapat menunjukkan perbandingan pemikiran kalam Muhammad
Abduh, Sayyid Ahmad Khan dan Muhammad Iqbal melalui demonstrasi
dengan benar.

PETA KONSEP
1. Hamzah Fansury
2. Syamsuddin as-Sumatrani

Ulama Ilmu Kalam


Nusantara

3. Nuruddin ar-Raniri
4. Nawawi al-Bantani
5. Syekh Khatib as-Sambasi
1. Wahyu dan Akal

Persoalan-persoalan
pokok ilmu kalam

2. Iman dan Kufur


3. Pelaku Dosa Besar

4. Perbuatan Tuhan
5. Perbuatan Manusia
Sifat-Sifat Tuhan
A. AMATI GAMBAR 6.BERIKUT
INI DAN BUATLAH
7. Kalam Allah
KOMENTAR ATAU PERTANYAAN!

8. Kekuasaan dan Kehendak Allah

Amati Gambar Berikut ini

Setelah Anda mengamati gambar


disamping buat daftar komentar
atau pertanyaan yang relevan
1.
.
.
..
2.
.

Sumber: www.blogspot.com

Amati Gambar Berikut

Setelah Anda mengamati gambar


disamping buat daftar komentar
atau pertanyaan yang relevan
1.
.
.
..
2.
.

Sumber: wartakampus-nu.blogspot.com

B.

PENDALAMAN MATERI
Selanjutnya Anda pelajari uraian berikut ini dan Anda
kembangkan dengan mencari materi
tambahan dari sumber belajar
lainnya

PEMIKIRAN KALAM ULAMA NUSANTARA


1. Hamzah Fansury
Hamzah Fansury lahir di Sumatera Utara, dikenal sebagai tokoh
tasawuf dari Aceh. Ia hidup antara akhir abad ke-16 hingga awal abad

ke-17 M. Tokoh sufi ini di tanah air terkenal membawa paham


Wahdatul Wujud, yang diambil dari pemikiran Ibnu Arabi. Keluarganya
diketahui telah lama dan turun-temurun tinggal di kota Fansur (Barus),
sebuah kota pantai di Sumatera.
Berdasarkan bukti hasil karya yang terlacak, Hamzah Fansury
adalah peletak dasar bahasa Melayu sebagai bahasa keempat di dunia
Islam, setelah bahasa Arab, Persi, dan Turki. Para sejarawan
mengasumsikan bahwa ia sudah mulai menulis pada masa Kesultanan
Aceh, yaitu pada masa Sultan Alauddin Riayat Syah Sayid alMukammal (1589-1604). Sultan Iskandar Muda memiliki peran yang
besar dalam mempopulerkan hasil karya-karya Hamzah Fansury.
Berbagai daerah yang dikirimi kitab karya Hamzah antara lain Gresik,
Kudus, Makassar, Ternate, Malaka, Kedah, Sumatera Barat, dan
Kalimantan Barat,
Hampir seluruh hasil karya Hamzah Fansury sebagai sarana
mempopulerkan pemikiran Wahdatul Wujud. Beliau memiliki
keteguhan dalam berpikir, sekalipun pemikirannya tentang Kesatuan
Tuhan dan makhluk ini mendapat tantangan keras dari Nuruddin arRaniri. Hamzah dianggap telah menyebarkan ajaran Panteisme.
Memang dalam karyanya, Hamzah Fansury sering mengangkat aspek
tasybih (keserupaan / kemiripan) antara Tuhan dengan alam ciptaanNya. Sekalipun dalam karyanya ia tidak lupa menampilkan aspek
tanzih (perbedaan) antara Tuhan dan makhluk, Hanya saja yang
banyak ditonjolkan adalah konsep Wahdatul Wujudnya.
2. Syamsuddin as-Sumatrani
Syekh Syamsuddin bin Abdillah as-Sumatrani adalah murid
Hamzah Fansury Seperti gurunya, as-Sumatrani juga tokoh penganut
paham wahdatul wujud. Walaupun mengikuti aliran yang sama,
namun ada perbedaan kentara antara guru dan murid ini. Hamzah
Fansury adalah seorang sufi pencari Tuhan, yang mencoba melakukan
pencarian Tuhan karena didorong oleh batinnya. sedangkan, asSumatrani seorang ahli sufi dan juga filosuf lebih merasakan
kebutuhan mengenali hakikat dari segala sesuatu, serta mengetahui
kesatuan yang tersembunyi. As-Sumatrani berpandangan bahwa
usaha mengenal Tuhan harus dibimbing oleh guru yang sempurna
karena bila tidak maka akan terjerembab dalam kesesatan.
Sebagai murid yang terpercaya, as-Sumatrani mengikuti paham
Wahdatul Wujudnya yang dianut gurunya, Dan paham yang dianut
oleh as-Sumatrani bertentangan dengan Nuruddin ar-Raniri. Maka
oleh ar-Raniri, Ia dianggap menebarkan ajaran yang menyesatkan.
Akibatnya karya-karyanya yang berbahasa Arab dan Melayu banyak
yang dibakar dan dimusnahkan oleh Nuruddin ar-Raniri atas perintah
Sultan Iskandar Sani (1636-1641).
Namun ada Beberapa kitab hasil karya as-Sumatrani yang
tersisa dan berhasil diselamatkan tetapi sudah tidak lengkap lagi.
Salah satu karya besarnya yang lolos dari pembakaran, Miras alMumin (Warisan Orang yang Beriman), merupakan kitab ilmu kalam
yang memuat tanya jawab mengenai kepercayaan Islam. Kitab ini
mengupas tentang sifat Allah, sifat para nabi, wahyu, dan hari

kebangkitan. Satu kitabnya berjudul Miras al-Muhaqqiqin (Warisan


Orang yang Yakin) merupakan kitab tasawuf yang mengupas zikir dan
makrifat Allah swt.
3. Nuruddin ar-Raniri
Nuruddin ar-Raniri memiliki nama lengkap Nuruddin Muhammad
bin Ali bin Hasanji bin Muhammad bin Hamid ar-Raniri al-Quraisyi asySyafii. Ia lahir sekitar pertengahan abad ke-16 di Ranir (sekarang
Rander) di daerah Gujarat, India, dan meninggal pada tanggal 22
Zulhijah 1069 H atau bertepatan dengan 21 September
1658 M.
Sebagai pendatang, Nuruddin ar-Raniri mulai merantau ke
Nusantara, dengan memilih Aceh sebagai tempat tinggalnya.
Sebelumnya mengembara, ia mengajar agama dan diangkat sebagai
syekh Tarekat Rifaiah di India. Ia datang di Aceh pada tanggal 31 Mei
1637. Ada asumsi bahwa kedatangannya ke Aceh karena Aceh pada
saat itu telah menggantikan peran Malaka yang dikuasai Portugis,
sebagai pusat perdagangan, politik, dan studi Islam di Kawasan Asia
Tenggara.
Nuruddin ar-Raniri terkenal sebagai seorang ulama dan penulis
yang sangat produktif. Pada tiap tulisannya, ar-Raniri pun selalu
menyebutkan sumber pengambilannya untuk memperkuat argumen
yang dipaparkannya. Tulisannya meliputi berbagai cabang ilmu
agama, seperti sejarah, fikih, hadits, akidah, mistik, filsafat, danjuga
ilmu perbandingan agama. Karyanya dalam bidang fikih yang cukup
populer adalah al-Sirat al-Mustaqim (Jurus Lurus), membahas berbagai
masalah ibadah, seperti salat, puasa, dan zakat. Karya-karya lainnya
antara lain Bustan al-Salatin (berisi sejarah), dan Asrar al-Ihsan fi
Marifat al-Ruh wa al-Rahman (berisi ilmu kalam).
Nuruddin ar-Raniri tertulis dalam sejarah sebagai salah seorang
ulama yang mempunyai jasa besar dalam menyebar luaskan bahasa
Melayu di kawasan Asia Tenggara. Pada masa itu bahasa Melayu telah
tersebar luas menjadi lingua franca. Nuruddin ar-Raniri mendapat
tugas sebagai mufti Kerajaan Aceh pada masa Sultan Iskandar Sani.
Posisi penting ini menjadikannya leluasa untuk menerangkan tentang
kesesatan ajaran Wihdatul Wujud dan menentang serta memberantas
ajaran tersebut yang telah dikembangkan oleh tokoh sufi Hamzah
Fansury dan Syamsuddin as-Sumatrani.
Di samping Ar-Raniri memusnakan kitab hasil karya-karya
Hamzah Fansury dan Syamsuddin as-Sumatrani, ar-Raniri juga
menrbitkan karya tulisan dengan tujuan menyanggah pendapat
paham Wujudiyyah yang dianggap sesat tersebut. Karya-karya untuk
keperluan tersebut antara lain Asrar al-Arifin (Rahasia Orang yang
Mencapai Pengetahuan), Syarab al-Asyiqin (Minuman Para Kekasih),
dan Al-Muntahi (Pencapai Puncak). Di samping berupa tulisan, ArRaniri juga melakukan sanggahan melalui polemik-polemik terbuka
dengan para pengikut Wujudiyyah.
4. Nawawi al-Bantani

Nawawi al-Bantani nama lengkapnya yaitu Nawawi bin Umar bin


Arabi. Di lingkungan keluarganya, ia dikenal dengan sebutan Abu
Abdul Muti. Nawawi al-Bantani lahir di Banten pada tahun 1813 M dan
meninggal pada tahun 1897 M di Mekah. Makam Nawawi al-Bantani
berada di pemakaman Mala, berdekatan dengan makam istri Nabi
saw. Khadijah. Bila ditelisik dari silsilah keluarga ayahnya, Nawawi
adalah salah satu keturunan penguasa pertama kerajaan Banten,
Sultan Hasanuddin, putra Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
Nawawi al-Bantani adalah salah satu ulama' yang terkenal dan
menjadi kebanggaan umat Islam di Asia tenggara, karena dikenal
sebagai salah satu ulama besar di kalangan umat Islam internasional.
Ia pernah menjabat sebagai imam besar Masjidil Haram. Beberapa
juga mendapat julukan kehormatan dari Arab Saudi, Mesir, dan
Suriah , seperti Sayid Ulama al-Hejaz, Mufti (Ulama yang dipercaya
memberikan Fatwa) dan Faqih ( Ulama' ahli Fiqh). walaupun demikian,
Nawawi al-Bantani tetap tampil dengan sangat sederhana.
Pada umur 15 tahun, Nawawi telah melaksanakan ibadah haji
dan tinggal di Makkah lebih dari 3 tahun untuk menimba dan
memperdalam ilmu agama dari beberapa orang syekh, baik di Mekah
maupun di Madinah. Setelah pulang dari Tanah Suci (sekitar tahun
1831 M), Nawawi mengajar di pesantren peninggalan orang tua.
Namun karena situasi dan kondisi politik pada sat itu yang tidak
menguntungkan, ia memilih kembali lagi ke Mekah dan bermukim di
sana hingga akhir hidupnya. Nawawi belajar kepada beberapa orang
guru, diantara gurunyanya adalah Syekh Muhammad Khatib Sambas
(dari Kalimantan), Syekh Yusuf Sumulaweni ,Syekh Abdul Hamid
Dagastani dan Syekh Abdul Gani Bima (dari Nusa Tenggara),.
Karena kecerdasan dan bekal ilmu agama yang ditekuninya
selama 30 tahun. Syekh Nawawi menyampaikan pengajian di Masjidil
Haram setiap harinya. Dan pada saat memberikan pengajiannya
banyak murid-muridnya yang berasal dari Tanah Air antara lain K.H.
Khalil (dari Bangkalan, Madura), K.H. Asyari (Bawean, Madura), dan
K.H. Hasyim Asyari (Jombang, Jawa Timur). Dari Malaysia tercatat
nama K.H. Dawud (Perlak), dan masih banyak lagi murid dari berbagai
negara. Strateginya melawan penjajahan adalah melalui jalur
pendidikan. Nawawi al-Bantani tergolong ulama' yang tidak agresif
dan revolusioner, tetapi Ia
tetap anti penjajah. Pada setiap
kesempatan Ia selalu
memberikan penyadaran kepada muridmuridnya dengan jiwa-jiwa keagamaan serta semangat menegakkan
kebenaran di mana saja berada dengan segala tantangan yang
dihadapi serta resikonya terutama melawan ketidakadilan yang
dilakukan oleh penjajah barat.
Menurut penelitian para sejarah ditemukan bukti bahwa tulisan
Syekh Nawawi al-Bantani banyak mempunyai kelebihan dan
keistemawaan, diantaranya adalah pemakian bahasa yang sederhana
sehingga mudah dan enak dipahami oleh pembaca, hasil karyanya
bisa menjelaskan istilah-istilah sulit yang sulit dipahami oleh
kebanyakan pembaca, dan kemampuannya menghidupkan isi tulisan
sehingga para pembaca dapat menjiwai isinya. Di negara-negara
Timur Tengah, kitab-kitab karya Syekh Nawawi sudah tidak asing lagi,

karena menjadi bacaan dan bahan materi serta acuan dalam berbagai
kelompok kajian.
5. Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi
Syekh Ahmad Khatib Sambasi nama belakangnya sambasi yang
artinya adalah putral dari Sambas, Kalimantan. Ia adalah seorang ahli
tarekat dan mendirikan Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yang
banyak kita jumpai dan tersebar di tanah Air. Ahmad Khatib lahir di
Kalimantan. Tanggal lahirnya tidak terlacak secara pasti. Masa
hidupnya lebih banyak dihabiskan di Mekah hingga wafatnya pada
tahun 1878 M. Ia mengabdikan hidup dan mendedikasikan ilmu
agama yang dikuasainya untuk menjadi guru hingga wafatnya.
Menurut Snouck Hurgronje, meskipun Nawawi al-Bantani tetap
menunjukkan sikap netralnya terhadap gerakan tarekat, namun ia
tetap mengakui sebagai pengikut atau murid guru besar Syekh Ahmad
Khatib as-Sambasi.
Hasil karya Syekh Ahmad Khatib Sambasi yang sangat terkenal
dan membawa pengaruh kuat terhadap praktik sufisme di daratan
tanah Melayu adalah kitab Fath al-Arifin (Kemengan Orang-orang
yang Makrifat). Kitab ini adalah panduan praktis berzikir dan berdoa,
serta pengamalan kata-kata tertentu tanpa putus. Menurut
pendapatnya, hal tersebut merupakan bagian utama dari aktivitas
tarekat.
Syekh Ahmad Khatib Sambasi mempunyai pengaruh yang luas.
Murid-muridnya berasal dari berbagai belahan penjuru dunia. Di
samping Nawawi al-Bantani, murid lainnya antara lain Haji Muhammad
Syah dan Haji Fadil (dari Malaysia). Pengaruh tarekat yang
dikembangkan oleh dua orang muridnya di Johor Malaysia ini berhasil
menghimpun kurang lebih 14.000 pengikut yang loyal sekitar tahun
1940-an.

C.KEGIATAN DISKUSI
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah
diskusi dengan teman sebangku Anda atau dengan kelompok Anda,
kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi
tersebut di depan kelas.

D.

PENDALAMAN KARAKTER

Dengan memahami Pemikiran Kalam Ulama Modern; pemikiran


kalam ulama nusantara, maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai
berikut :
1. Berpegang teguh pada prinsip dan pendirian.
2. Menghargai pendapat orang lain.
3. Toleran terhadap sesama.
4. Menghindari sikap, perbuatan maupun ucapan yang merugikan
orang lain.
5. Berterima kasih dan hormat kepada Guru yang telah dengan sabar
membimbing kita menuntut ilmu.
6. Mengamalkan ilmu yang telah diajarkan oleh guru kita.

UJI KOMPETENSI
I.

Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e, di depan


jawaban yang paling benar !
1. Hamzah Fansury lahir di
a. Sumatera barat
b. Sumatera selatan
c. Sumatera utara
d. Jawa timur
e. Madura
2. Hamzah Fansury terkenal sebagai tokoh.
a. Fiqih
b. Hadis
c. Tafsir
d. Tasawuf
e. Sejarah
3. Faham wahdatul wujud dibawa oleh
a. Hamzah Fansury
b. Nuruddin ar-Raniri
c. Nawawi al-Bantani
d. Syamsuddin as-Sumatrani
e. Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi
4. Asrar al-Ihsan fi Marifat al-Ruh wa al-Rahman adalah kitab ilmu kalam,
karangan
a. Hamzah Fansury
b. Nuruddin ar-Raniri
c. Nawawi al-Bantani
d. Syamsuddin as-Sumatrani
e. Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi
5. Miratsul al-Mumin (Warisan orang beriman) adalah kitab ilmu kalam
karangan.
a. Hamzah Fansury
b. Nuruddin ar-Raniri
c. Nawawi al-Bantani
d. Syamsuddin as-Sumatrani
e. Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi
6. Nawawi al-Bantani lahir di Banten pada tahun.
a. 1812
b. 1813
c. 1814
d. 1912
e. 1913
7. Makam Nawawi al-Bantani terletak di pemakaman...
a. Baqi
b. Haram
c. Nabawi
d. Arafah
e. Mala
8. Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi lahir di
a. Sumatera

b. Sulawesi
c. Kalimantan
d. Aceh
e. Banten
9. Nuruddin ar-Raniri lahir di Ranir daerah Gujarat India, kemudian
merantau ke nusantara dan bertempat tinggal di
a. Bali
b. Sulawesi
c. Kalimantan
d. Aceh
e. Banten
10. Diantara karya Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi adalah kitab ..
a. Fath al-arifin
b. Fath al-qarib
c. Fath al-muin
d. Fath al-wahab
e. Fath al-jawwad
II.

Jawablah Pertanyaan berikut dengan benar!


1. Jelaskan apa yang anda ketahui dengan konsep wahdatul wujud-nya
Hamzah Fansury?
2. Apa jabatan yang diemban Nuruddin ar-Raniri dalam kerajaan Aceh?
Dan apa yang dilakukan?
3. Kapan dan dimanakah Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi wafat?
4. Thariqah apa yang dianut oleh Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi?
5. Sebutkan diantara karya Syamsuddin as-Sumatrani!

Portofolio dan Penilaian Sikap


1.Carilah beberapa ayat dan hadist yang berhubungan dengan pemikiran
kalam ulama modern, dengan mengisi kolom di bawah ini :
Nama Surat + No.
No.
Ayat / Hadits
Redaksi Ayat / Hadits
Riwayat
1.
2.
3.
4,
5.
2. Setelah kalian memahami uraian mengenai
pemikiran kalam
ulama modern, coba kamu amati perilaku berikut ini dan berikan
komentar
No.
1.

2.
3.

4.

5.

Perilaku Yang Diamati


Andik selalu menghormati
pendapat adiknya yang
masih di bangku Madrasah
Ibtidaiyah.
Suwarno adalah anak yang
jago dalam berdebat di
madrasahnya
Hazeem tadarus al-Quran
setiap hari bada maghrib
bersama
kakak
dan
adiknya
Cipto dan Rauf sedang
dihukum oleh bapak guru
karena
rambutnya
gondrong
Amirah menjadi juara I
lomba baca puisi tingkat
kabupaten/kota,
dia
menjadi
sombong
dihadapan
temantemannya

Tanggapan / Komentar Anda

Hikmah

Orang cerdas/pintar itu adalah orang yang


mampu mengendalikan nafsunya dan beramal

SOAL SEMESTER II
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e, di depan
jawaban yang paling benar !
1.

Di bawah ini adalah beberapa tokoh ulama modern Ilmu Kalam,


kecuali ...
A.
Syekh Muhammad Abduh
B.
Syekh Muhammad Mursyid Ridlo
C.
Mohamad Iqbal
D.
Sayyid Ahmad Khan
E.
Jamaluddin al-Afghani
2.
Di bawah ini adalah 2 persoalan kalam yang menjadi pokok
pemikiran Mohamad Abduh, yaitu :
A.
Peningkatan amal dan taqwa
B.
Penyempurnan kalam Ilahi dan pemikiran umat
C.
Pembebasan akal dari belenggu taqlid dan memperbaiki gaya
bahasa Arab
D.
Pembebasan umat Islam dari penjajahan dan kedengkian
E.
Mempersatukan perbedaan madzhab dan perbedaan agama
3.
Guru tokoh aliran ilmu kalam modern Mohamad Abduh adalah ...
A.
Ibnu Rusdy
B.
Jalaluddin Assegaf
C.
Jamaluddin al Afghani
D.
Syayyid Akhmad Khan
E.
Jalaluddin Rumi
4.
Kemunduran pemikiran kalam sebelum Muhammad Abduh ditandai
dengan, kecuali ....
A.
Sudah merasa cukup dengan karya pendahulu mereka
B.
Pendapat sudah tertutupnya pintu ijtihad
C.
Adanya gerakan taklid
D.
Mengabaikan peranan akal dalam memahami syariat Alloh
E.
Menggunakan akal saat mengistimbatkan hukum-hukum
5.
Salah satu nama organisasi yang didirikan Mohamad Abduh
adalah ...
A.
Al Urwatul wutsqa
B.
Pan Islamisme
C.
Al Qawaid
D.
Al Wahabi
E.
Al Ummah
6.
Menurut Moh. Abduh Wahyu berperan sebagai ...
A.
konfirmasi
B.
konsentrasi
C.
interprestasi
D.
koordinasi
E.
konfigurasi
7.
Pola pemikiran bahwa manusia memiliki kemampuan dan kebebasan
berbuat secara mutlaq adalah ...

A.
B.
C.
D.
E.

faham usfuriyah
faham assalafiyah
faham wadariyah
faham jabariyah
faham maturidiyah
8.
Tokoh ulama kalam modern yang masih ada garis keturunan dari
Nabi Muhammad dari garis Fatimah dan Ali bin Abi Tholib adalah ...
A.
Jamaluddin al Afghani
B.
Jamaluddin Ar Rumi
C.
M. Abduh
D.
Sayyid Ahmad Khan
E.
Sayyid Abdullah
9.
Ulama kalam modern yang hanya menerima al Quran sebagai
sumber pedoman umat Islam adalah..
A.
Mohamad Abduh
B.
Mohamad Ar Rumi
C.
Sayyid Ahmad Khan
D.
Jamaluddin
E.
Moh. Iqbal
10. Di bawah ini tujuan diturunkannya Al Quran menurut tokoh ulama
kalam Moh. Iqbal yaitu ...
A.
Mencerdaskan umat beragama dalam ilmu pengetahuan
B.
Mendasarkan pola pikir umat sesuai al Quran
C.
Membangkitkan kesadaran manusia sehingga mampu
menerjemahkan dan menjabarkan al Quran dalam kehidupan
sehari-hari
D.
Menyelaraskan pola kehidupan umat dalam satu petunjuk
E.
Menyadarkan pola pikir trinitas
11. Beberapa sebab kemunduran umat Islam menurut para tokoh ilmu
kalam modern karena, kecuali ...
A.
masyarakat saat itu beku dan kaku tidak mau bergerak untuk
mencapai kemajuan
B.
keyakinan pintu ijtihad sudah tertutup
C.
mengabaikan peranan akal dalam memahami syariat Allah
D.
kehidupan mereka dipengaruhi ada budaya yang abangan dan
kurofat
E.
keinginan untuk selalu hidup sesuai hukum dan kaidah agama
dengan menjabarkan ajaran pokok untuk dijabarkan dalam
kehidupan sehari-hari ...
12. Mengambil hukum baru berdasar hukum lama (al Quran) untuk
dijabarkan sesuai kehidupan soal ini adalah ...
A.
melakukan ijtihad hukum
B.
menutup ijtihad hukum
C.
membekukan hukum
D.
menyalahi hukum
E.
merusak hukum
13. Beberapa sebab kemunduran umat Islam menurut para tokoh ilmu
kalam modern karena, kecuali ...
A.
masyarakat saat itu beku dan kaku tidak mau bergerak untuk
mencapai kemajuan

B.
C.
D.

keyakinan pintu ijtihad sudah tertutup


mengabaikan peranan akal dalam memahami syariat Allah
kehidupan mereka dipengaruhi ada budaya yang abangan dan
kurofat
E.
keinginan untuk selalu hidup sesuai hukum dan kaidah agama
dengan menjabarkan ajaran pokok untuk dijabarkan dalam
kehidupan sehari-hari ...
14. Akal dapat mengetahui adanya Tuhan dan adanya kehidupan dibalik
kehidupan dunia ini. Dengan akal, manusia dapat mengetahui
kewajiban berterima kasih kepada Tuhan, kebaikan adalah dasar
kebahagiaan dan kejahatan adalah dasar kesengsaraan di akhirat.
Pernyataan tersebut adalah pemikiran kalam yang dikemukakan oleh

A. Jamaluddin al Afghani
B. Muhammad Abduh
C. Jamaluddin Ar Rumi
D. Sayyid Ahmad Khan
E. M. Iqbal
15. Akal dan wahyu mempunyai hubungan yang sangat erat, karena
akal memerlukan wahyu, tapi wahyu itu tidak mungkin berlawanan
dengan akal. Jika nampak pada lahirnya wahyu itu berlawanan dengan
akal, maka memberi kebebasan pada akal untuk memberi interpretasi.
Pernyataan tersebut adalah pemikiran kalam yang dikemukakan oleh

A. Muhammad Abduh
B. Jamaluddin Ar Rumi
C. Sayyid Ahmad Khan
D. M. Iqbal
E. Jamaluddin al Afghani
16. Walaupun manusia memiliki banyak kemauan namun semua itu
tidak bersifat absolut karena terbatasi oleh sifat prerogative Tuhan
atau kehendak mutlak-Nya. Pernyataan tersebut adalah pemikiran
kalam yang dikemukakan oleh ...
A. Muhammad Abduh
B. Jamaluddin Ar Rumi
C. Sayyid Ahmad Khan
D. M. Iqbal
E. Jamaluddin al Afghani
17. Kehendak Tuhan tidak selamanya bersifat mutlak. Karena Tuhan
telah membatasi kemutlakan-Nya dengan memberi kesempatan pada
manusia untuk berijtihad. Pernyataan tersebut adalah pemikiran kalam
yang dikemukakan oleh Muhammad Abduh tentang
A. Kedudukan Akal dan Fungsi Wahyu
B. Kebebasan manusia
C. Sifat Tuhan
D. Keadilan Tuhan
E. Kehendak mutlak Tuhan
18. Memikirkan yang Maha segalanya akan membuat akal gagal
berfikir karena tidak akan sampai pada puncaknya, karena yang ada
pada Tuhan mustahil tersusun dari beberapa zat. Jika memaksakan

untuk memikirkan-Nya terlalu jauh dikhawatirkan akan membawa


dampak negatif. Pernyataan tersebut adalah pemikiran kalam yang
dikemukakan oleh Muhammad Abduh tentang
A. Kedudukan Akal dan Fungsi Wahyu
B. Kebebasan manusia
C. Sifat Tuhan
D. Keadilan Tuhan
E. Kehendak mutlak Tuhan
19. Keyakinan terhadap Tuhan, malaikat, rosul, dan lain-lain tidak akan
di ketahui tanpa peranan akal. sedangkan fungsi wahyu menurut
menurutnya dapat diartikan sebagai penolong bagi akal untuk
memahami syariat Tuhan, sifat-Nya, alam akhirat dan lain-lain.
Pernyataan tersebut adalah pemikiran kalam yang dikemukakan oleh
Muhammad Abduh tentang
A. Kedudukan Akal dan Fungsi Wahyu
B. Kebebasan manusia
C. Sifat Tuhan
D. Keadilan Tuhan
E. Kehendak mutlak Tuhan
20. Tuhan menciptakan alam ini bukan semata-mata karena kemutlakanNya. Namun ada tujuan lain bagi manusia dan seluruh makhluk dan
semua perbuatan manusia akan di balas sesuai kebaikan dan
keburukannya. Pernyataan tersebut adalah pemikiran kalam yang
dikemukakan oleh Muhammad Abduh tentang
A. Kedudukan Akal dan Fungsi Wahyu
B. Kebebasan manusia
C. Sifat Tuhan
D. Keadilan Tuhan
E. Kehendak mutlak Tuhan
21. Tuhan tidak akan menampakkan wujud-Nya kepada makhluk. Jika
Tuhan menampakkan wujudnya di akhirat, itu hanya di anugerahkan
pada hamba tertentu dan belum tentu hamba itu bisa melihat wujud
Tuhan yang sebenarnya. Pernyataan tersebut adalah pemikiran kalam
yang dikemukakan oleh Muhammad Abduh tentang
A. Perbuatan Tuhan
B. Wujud Tuhan
C. Antropomorfisme
D. Keadilan Tuhan
E. Kehendak mutlak Tuhan
22. Bahwa Tuhan wajib berlaku baik pada manusia dan makhluk-Nya.
Pernyataan tersebut adalah pemikiran kalam yang dikemukakan oleh
Muhammad Abduh tentang
A. Perbuatan Tuhan
B. Wujud Tuhan
C. Antropomorfisme
D. Keadilan Tuhan
E. Kehendak mutlak Tuhan
23. Bahwa Tuhan tidak dapat diwujudkan dalam bentuk apapun
sebagaimana yang terekam dalam pikiran manusia. Jika dalam AlQuran terdapat kata-kata tangan, wajah Tuhan dan lain-lain. Itu

hanya sebagai permisalan untuk mempermudah memahami Al-Quran.


Pernyataan tersebut adalah pemikiran kalam yang dikemukakan oleh
Muhammad Abduh tentang
A. Perbuatan Tuhan
B. Wujud Tuhan
C. Antropomorfisme
D. Keadilan Tuhan
E. Kehendak mutlak Tuhan
24. Dilahirkan di India pada tahun 1817, merupakan tokoh pembaru di
kalangan umat Islam India pada abad ke-19 nenek moyangnya berasal
dari Semenanjung Arabia dan kemudian hijrah ke Herat, Persia (Iran),
karena tekanan politik pada zaman dinasti Bani Umayyah. Tokoh yang
dimaksud adalah
A. Muhammad Abduh
B. Jamaluddin Ar Rumi
C. Sayyid Ahmad Khan
D. M. Iqbal
E. Jamaluddin al Afghani
25. Dilahirkan di desa Mahallat Nashr Kabupaten Al-Buhairah, mesir
pada tahun 1849 M. Ayahnya di kenal sebagai orang terhormat yang
suka memberi pertolongan. Ia melanjutkan studi ke Al -Azhar pada
bulan Februari 1866. Pada Studinya di Al-Azhar pada tahun 1877
dengan gelar Alim, abduh mulai mengajar di Al-Azhar. Tokoh yang
dimaksud adalah
A. Muhammad Abduh
B. Jamaluddin Ar Rumi
C. Sayyid Ahmad Khan
D. M. Iqbal
E. Jamaluddin al Afghani
26. Dilahirkan di Sialkot Punjab India 9 November 1877 dan meninggal
di Lahore Pakistan 21 April 1938. Berasal dari keluarga kelas
menengah yang banyak dibekali nilai-nilai Islam yang kuat. Bakat
menulisnya berkembang pesat di bawah bimbingan Maulwi Mirr Hasan.
Tokoh yang dimaksud adalah
A. Muhammad Abduh
B. Jamaluddin Ar Rumi
C. Sayyid Ahmad Khan
D. M. Iqbal
E. Jamaluddin al Afghani
27. Bahwa satu-satunya cara untuk mengubah pola berpikir umat Islam
India dari keterbelakangannya adalah pendidikan. Pernyataan tersebut
adalah pemikiran kalam yang dikemukakan oleh
A. Sayyid Ahmad Khan
B. Muhammad Abduh
C. Jamaluddin al Afghani
D. Jamaluddin Ar Rumi
E. M. Iqbal
28. Bahwa Allah memberi kebebasan pada akal untuk memberi
interpretasi. tapi akal bukanlah segala-galanya dan kekuatan akal pun

terbatas. Pernyataan tersebut adalah pemikiran kalam yang


dikemukakan oleh
A. Muhammad Abduh
B. Sayyid Ahmad Khan
C. Jamaluddin al Afghani
D. Jamaluddin Ar Rumi
E. M. Iqbal
29. Manusia telah di anugrahi Tuhan dengan berbagai macam daya, di
antaranya adalah daya berfikir berupa akal, dan daya fisik untuk
merealisasikan kehendaknya. Karena kuatnya kepercayaan terhadap
hukum alam dan kerasnya mempertahankan konsep hukum alam,
dianggap kafir. Pernyataan tersebut adalah pemikiran kalam yang
dikemukakan oleh
A. Muhammad Abduh
B. Jamaluddin al Afghani
C. Jamaluddin Ar Rumi
D. Sayyid Ahmad Khan
E. M. Iqbal
30. Bahwa Tuhan telah menetukan tabiat atau nature (Sunnatullah) bagi
setiap makhluk nya yang tetap dan tidak pernah berubah. Pernyataan
tersebut adalah pemikiran kalam yang dikemukakan oleh
A. Muhammad Abduh
B. Jamaluddin al Afghani
C. Jamaluddin Ar Rumi
D. Sayyid Ahmad Khan
E. M. Iqbal
31. Diantara fungsi wahyu menurut M. Abduh adalah, kecuali
A. Wahyu memberi keyakinan kepada manusia bahwa jiwanya akan
terus ada setelah tubuh mati.
B. Wahyu menolong akal untuk mengetahui akhirat dan keadaan hidup
manusia di sana
C. Wahyu mempunyai fungsi konfirmasi
D. Wahyu mempunyai fungsi korelasi
E. Wahyu menolong akal dalam mengatur masyarakat atas dasar
prinsip-prinsip umum
32. Dari penolakan terhadap taklid, tokoh ini memandang perlu di
adakkan ijtihad-ijtihad baru untuk menyesuikan pelaksanaan ajaranajaran Islam dengan situasi dan kondisi masyarakat yang senantiasa
mengalami perubahan. Pernyataan tersebut adalah pemikiran kalam
yang dikemukakan oleh
A. Muhammad Abduh
B. Jamaluddin al Afghani
C. Jamaluddin Ar Rumi
D. M. Iqbal
E. Sayyid Ahmad Khan
33. M. Iqbal meraih gelar Doktor Filsafat tahun 1907 dengan
Disertasinya yang berjudul .
A. Perkembangan Metafisika di Syiria
B. Perkembangan Metafisika di Persia
C. Perkembangan Metafisika di Eropa

D. Perkembangan Metafisika di Spanyol


E. Perkembangan Metafisika di India
Perhatikan indikator berikut !
1. Hancurnya Baghdad yang telah menjadi pusat politik, kebudayaan
dan pusat pemikiran
2. Timbulnya faham Fatalisme yang menyebabkan umat Islam pasrah
pada nasib
3. Sikap Jumud (Statis) dalam pemikiran umat Islam
34. Indikator diatas merupakan faktor kemunduran umat Islam yang
dikemukakan oleh
A. Muhammad Abduh
B. Jamaluddin al Afghani
C. Jamaluddin Ar Rumi
D. M. Iqbal
E. Sayyid Ahmad Khan
35. Bukanlah tempat melainkan sebuah keadaan dimana didalam AlQuran keduanya merupakan penampilan-penampilan kenyataan batin
secara visual. Diantaranya tempat itu bukanlah tempat untuk
bersenang-senang (Berlibur).
A. Hakikat Teologi
B. Pembuktian Tuhan
C. Jati Diri Manusia
D. Dosa
E. Surga dan Neraka
36. Pemikiran ulama hanya bertumpu pada ketertiban sosial. Mereka
menolak pembaharuan dalam bidang hukum dan pintu Ijtihad mereka
tutup, hal ini menyebabkan hilangnya dinamika berpikir umat Islam.
pernyataan ini akibat buruk dari
A. Penyerangan tentara Mongol pimpinan Gulakhu Khan di Baghdad
B. Penyerangan tentara Mongol pimpinan Gulakhu Khan di Mesir
C. Penyerangan tentara Mongol pimpinan Gulakhu Khan di Irak
D. Penyerangan tentara Mongol pimpinan Gulakhu Khan di Iran
E. Penyerangan tentara Mongol pimpinan Gulakhu Khan di Basrah
37. Muhammad Abduh di angkat menjadi Mufti Mesir, kedudukan besar
itu ia pegang sampai ia meninggal dunia pada
A. Tahun 1903
B. Tahun 1904
C. Tahun 1905
D. Tahun 1906
E. Tahun 1907
38. Menurut M. Abduh, untuk menggunakan pendapat akal melalui sifat
kesucian dan kemutlakan yang terdapat dalam wahyu yang bisa
membuat orang bermanfaat, merupakan
A. fungsi konfirmasi wahyu
B. fungsi afirmasi wahyu
C. fungsi kronologi wahyu
D. fungsi konsekwensi wahyu
E. fungsi korelasi wahyu

39. Disamping teolog M. Iqbal adalah penyair masyhur, diantara Karyakarya sastra yang membuatnya amat terkenal adalah syair-syair yang
ditulis dalam bahasa Persia dan Urdhu antara lain, kecuali
A. Asrar-I Khudi
B. Payam-I Masyriq
C. Pesan dari Timur
D. Navid Namah
E. Navad Numah
40. Membangkitkan
kesadaran
manusia
sehingga
mampu
menerjemahkan dan menajabarkan nas-nas Al-Quran yang masih
global dalam realita kehidupan manusia dan dinamika masyarakat
yang selalu berubah. Hal ini menurut M. Iqbql dinamakan ...
A. Prinsip Mobilisasi dalam Struktur Islam
B. Prinsip Perubahan dalam Struktur Islam
C. Prinsip Gerak dalam Sistem Islam
D. Prinsip Gerak dalam Struktur Islam
E. Prinsip Gerak dalam Kebudayaan Islam
41. Hamzah Fansury lahir di
a. Sumatera barat
b. Sumatera selatan
c. Sumatera utara
d. Jawa timur
e. Madura
42. Hamzah Fansury terkenal sebagai tokoh.
a. Fiqih
b. Hadis
c. Tafsir
d. Tasawuf
e. Sejarah
43. Faham wahdatul wujud dibawa oleh
a. Hamzah Fansury
b. Nuruddin ar-Raniri
c. Nawawi al-Bantani
d. Syamsuddin as-Sumatrani
e. Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi
44. Asrar al-Ihsan fi Marifat al-Ruh wa al-Rahman adalah kitab ilmu
kalam, karangan
a. Hamzah Fansury
b. Nuruddin ar-Raniri
c. Nawawi al-Bantani
d. Syamsuddin as-Sumatrani
e. Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi
45. Miratsul al-Mumin (Warisan orang beriman) adalah kitab ilmu kalam
karangan.
a. Hamzah Fansury
b. Nuruddin ar-Raniri
c. Nawawi al-Bantani
d. Syamsuddin as-Sumatrani
e. Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi
46. Nawawi al-Bantani lahir di Banten pada tahun.

a. 1812
b. 1813
c. 1814
d. 1912
e. 1913
47. Makam Nawawi al-Bantani terletak di pemakaman...
a. Baqi
b. Haram
c. Nabawi
d. Arafah
e. Mala
48. Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi lahir di
a. Sumatera
b. Sulawesi
c. Kalimantan
d. Aceh
e. Banten
49. Nuruddin ar-Raniri lahir di Ranir daerah Gujarat India, kemudian
merantau ke nusantara dan bertempat tinggal di
a. Bali
b. Sulawesi
c. Kalimantan
d. Aceh
e. Banten
50. Diantara karya Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi adalah kitab ..
a. Fath al-arifin
b. Fath al-qarib
c. Fath al-muin
d. Fath al-wahab
e. Fath al-jawwad

GLOSARIUM

Al-istila wa al-ghalabah

: menguasai dan mengalahkan

Anarkis
Anomaly
Asyariyah

: Kekerasan
: Penyimpangan
:golongan Ahlus
Sunnah
Wal
Jamaah memberikan peranan yang
lebih besar kepada wahyu

Iqrar bi al-lisan
: Menyatakan dengan lisan.
Jumud
: Kebekuan akal
Kufr bi inkar al-nimah
: Mengingkari nikmat/rahmat Allah
Kufr bi inkar al-rububiyah/kafir millah : Mengingkari Tuhan
Kufur akbar
:kufur yang mengeluarkan pelakunya
dari millatul Islam
Kufur Iradl
:
berpaling
dari
Islam,
tidak
membenarkan
dan
juga
tidak
mendustakan
Kufur istikbar

: meyakini kebenaran Islam dengan


hati
dan
lisannya,
namun
ia
bersombong diri dan tidak mau
menerima
Islam
dan
melaksanakannya karena sombong
dan menganggap remeh

Kufur juchud

;meyakini kebenaran Islam dengan


hatinya
namun
lisannya
mendustakan bahkan memerangi
dengan anggota badan

Kufur nifaq

:mendustakan Islam dengan hatinya


dan
memperlihatkan
keimanan
dengan lisan dan badannya, seperti
kufurnya Abdullah bin Ubay bin Salul
gembong munafiq.
: meragukan kebenaran Islam dan
para rasul.
: mendustakan Islam dengan hati dan
lisan

Kufur syakk,
Kufur takdzib
la yukayyaf wa la yuhadd

: (tanpa diketahui bagaimana cara


dan batasnya

Manzilah baina al-manzilatain


manzilah bainal manzilatain.

:Tempat diantara dua tempat yaitu


surga dan neraka.
: setiap pelaku dosa besar berada di
posisi tengah-tengah, antara posisi
mukmin dan posisi kafir.

Mutazilah

Rasio
Rasional
Sunnatullah
Tanzih

: Akal
: Berdasarkan akal
: Ketentuan Allah
:Yakin tidak ada makhluk yang
menyerupai Allah
: Membenarkan/meyakini dengan hati.
: petunjuk dari Allah yang diturunkan
hanya kepada para Nabi dan Rasul
melalui mimpi dan sebagainya.

Tashdiq bi al-qalb
Wahyu

aliran yang paling banyak


menggunakan
akal
dalam
pembahasan-pambahasan
teologinya, sehingga ia dijuluki
sebagai kaum rasionalis Islam

Daftar Pustaka
Abbas, Siradjudin. 2006. Itiqad Ahlissunnah wa al-jamaah, Jakarta :
CV. Pustaka Tarbiyah.
Al Bahiy, Muhammad. 1986. Pemikiran Islam Modern. Jakarta: Pustaka
Panjimas.
An-Nadawi, Abu Ali, 1995. PertentanganAlam Pikiran Islam
denganAlam Pikiran Barat, terjemahan Mahyudin Syaf, Bandung
: Al-Maarif,
Asmuni, Yusran. Ilmu Tauhid. 1998. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Bakir Yusuf Barmawi, Sistem Pemikiran Teologi Muhammad Abduh,
Makalah, t.k, tp., t.th.
_____________, Pembaharuan dalam Islam, cet. 5, Jakarta : Bulan
Bintang, 1987.
Firdaus A.N., 1992, Syeh Muhammad Abduh Risalah Tauhid, Jakarta,
Bulan Bintang.
Hasan, Ilyas. 1996. Pioneers of Islamic Revival. Bandung: Mizan
Ibrahim Madkour, Aliran dan teori Filsafat Islam, cet.1, Jakarta : Bumi
Aksara, 1995.
Imarah, Muhammad. 2007. 45 Tokoh Pengukir Sejarah (terj). Solo: Era
Intermedia
Ismail, Hasan Al-Asyari. 1998. Prinsip-prinsip Dasar Aliran Theologi
Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia.
Jauhari, Heri, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, CV Pustaka Setia,
Bandung
Jhon L. Esposito, 2001. Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern,
Bandung : Mizan.
JMS. Baljon,(ed). 1986. Ahmad Khan dalam Gibb, dkk ., The
Ensiklopedy of Islam, Leiden: EJ.Brill.
John J. Donohue dan John L. Esposito (penyunting), Islam
Pembaharuan dan Ensiklopedi Masalah-Masalah, Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 1993.
Mohammad, Herry. dkk. 2006. Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh
Abad 20. Jakarta: Gema Insani
Nasution, Harun. 1975. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran
dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang
______________. 1987. Muhammad Abduh dan teologi Rasional
Mutazilah, cet.1, Jakarta : UI Press.
______________. 1990. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran
Dan Gerakan. Jakarta: PT Bulan Bintang.
______________. 1998. Pembaharuan dalam Islam, Jakarta : Bulan
Bintang.
Rais, Amin, M, Dr. 1987. Cakrawala Islam Antara Cita Dan Fakta.
Bandung: Mizan.
Refonga, Rahman. 1996.
Sejarah
Pemikiran dalam
Islam
Theologi/Ilmu Kalam, Jakarta: PT. Pustaka Setia.
Rifai, Moh., Abdul Aziz, 1994. Pelajaran Ilmu Kalam, Semarang: CV
Wicaksana.

Rojak Abdul, Anwar Rosihon. Ilmu Kalam. 2006. CV Pustaka Setia,


Bandung
Sani, Abdul. 1998. Perkembangan Modern Dalam Islam, Jakarta : Raja
Grafindo

Anda mungkin juga menyukai