Anda di halaman 1dari 27

PAPER

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH


PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
Paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan Pendidikan
Pancasila

Oleh:
Lina Nindyawati

(1411105021)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun paper ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam paper ini kami membahas mengenai nilai-nilai Pancasila
sebagai pedoman etika berpolitik.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada paper
ini. Oleh karena itu kami menginginkan pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan paper selanjutnya.
Akhir kata semoga paper ini dapat memberikan manfaat bagi penulis,
pemerintah, pembaca, dan masyarakat.

Jim
baran, 22 November 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar
Daftar Isi

2
3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Manfaat Penulisan

1.5 Batasan Masalah ........................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori

2.2.1 Perjuangan Para Tokoh Dalam Merumuskan Pancasila


2.2.2 Peran BPUPKI & PPKI dalam Merumuskan Pancasila
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

19
19

Daftar Pustaka
Lampiran

21
22

7
8

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pancasila menjadi dasar negara baru disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945. Namun jauh sebelum di sahkan nilai-nilai pancasila sudah ada
pada kehidupan masyarakat indonesia sejak zaman dahulu sebelum bangsa
indonesia menjadi sebuah negara dimana nilai-nilai tersebut berupa nilai-nilai
adat istiadat,kebudayaan serta relegius. Nilai-nilai yang ada kemudian diambil
dan dirumuskan oleh paa pendiri negara yang untuk nantinya dijadikan dasar
negara indonesia. Oleh karena itu untuk memahami pancasila secara utuh dan
kaitannya dengan jati diri bangsa indonesia ini diperlukan pemahaman sejarah
bangsa indonesia dalam membentuk suatu negara dan dijadikannya pacaila
sebagai dasar negara karena semua itu berhubungan dengan sejarah
perjuangan bangsa indonesia.
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undangundang Dasar 1945. Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila
Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan
Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya
Pancasila
1.2

RUMUSAN MASALAH

1.

Bagaimana perjuangan para tokoh dalam merumuskan pancasila?

2.

Bagaimana peran BPUPKI dan PPKI dalam merumuskan pancasila?

1.3

TUJUAN

1.
Agar para generasi muda mengetahui sejarah perjuangan para tokoh
dalam merumuskan pancasila untuk menyadarkan para generasi muda bahwa

semangat perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental telah


menghasilkan kekuatan yang luar biasa yaitu pancasila.
2.
Untuk mengetahui bagaimana peran BPUPKI dan PKI dalam perumusan
pancasila serta memberikan wawasan kepada masyarakat khususnya kepada
pelajar agar mengetahui pentingnya sejarah pancasila.

1.4

MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat bagi penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:


-

Dengan penulisan paper ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan


mengenai sejarah pancasila dalam konteks perjuangan bangsa Indonesia
-

Sebagai bahan bacaan bagi masyarakat umum.

1.5

BATASAN PERMASALAHAN

Karena cakupan materi dari pancasila ini cukup luas dan meliputi berbagai aspek
sejarah yang lain, maka saya hanya membataskan pembahasan dari konsep dan
tema yang telah saya tentukan, yaitu berupa materi sejarah lahirnya pancasila
dan kesaktian pancasila.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Landasan Teori

Nilai-nilai Pancasila diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri
negara, dijadikan sebagai dasar negara Republik Indonesia. Proses cara formal
tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, bidang panitia 9,
sidang BPUPKI kadua, serta akhirnya di sah kan secara yuridis sebagai dasar
negara RI. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk negara
sangat erat kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia. Ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan. Dalam kenyataannya secara
objektif telah dimiliki bangsa Indonesia sejak dahulu kala.
Sebagai dasar Negara RI sebelum disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945, sebenarnya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sudah ada dan
dihayati dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup masyarakat.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka untuk memahami Pancasila secara
komprehensif dan integral terutama dalam kaitannya dengan Pembentukan
Watak Bangsa (National and Character Building), yang akhir-akhir ini
menunjukan adanya penurunan kadar nilai (dekadensi/degradasi) kebangsaan,
maka mutlak diperlukan pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia guna
menumbuh kembangkan rasa nasionalisme, heroik dan patriotik. Proses
terjadinya bangsa dan negara melalui proses sejarah yang panjang yaitu sejak
zaman kerajaan telah mulai nampak dasar-dasar kebangsaan Indonesia,
walaupun masih bersifat lokal (kedaerahan). Dasar-dasar pembentukan
nasionalisme modern baru dirintis oleh para pejuang bangsa, yang dimulai
dengan pergerakan nasional yaitu kebangkitan nasional pada tahun 1908
(lahirnya Boedi Oetomo), kemudian diikrarkan melalui Sumpah Pemuda tanggal
28 Oktober 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia
terwujud pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia menyatakan diri merdeka
(proklamasi) dan tanggal 18 Agustus 1945 Indonesia telah resmi menjadi
Negara, baik secara defacto (factual) maupun dejure (yuridis).

2.2 Pembahasan
2.2.1 Perjuangan Para Tokoh Dalam Merumuskan Pancasila
Pada masa penjajahan, seluruh bangsa berjuang untuk meraih kemerdekaan.
Mereka berjuang dengan banyak cara. Ada yang berjuang dengan pertempuran
bersenjata. Ada pula yang berjuang dengan pikiran. Semuanya mengerahkan
segenap kemampuan untuk mencapai Indonesia merdeka.
Perjuangan melalui pemikiran banyak dilakukan oleh para pendiri bangsa. Salah
satunya dilakukan dalam perumusan Pancasila. Bagaimanakah perjuangan para
tokoh dalam merumuskan Pancasila? Mari kita simak proses perjuangan tersebut
dalam uraian berikut. Pada awal tahun 1945, Indonesia masih dijajah oleh
Jepang. Jepang menjajah Indonesia selama tiga tahun. Jepang menjajah
Indonesia sejak tahun 1942. Penjajahan itu dimulai setelah mereka berhasil
mengusir Belanda. Jepang juga berhasil menjajah beberapa negara di Asia
Tenggara. Beberapa negara tersebut antara lain Filipina, Burma (Myanmar), dan
Vietnam. Saat itu, tentara Jepang termasuk yang paling kuat di dunia.

Selama tahun 1945, keadaan berbalik. Tentara Jepang mulai mengalami


kekalahan di berbagai medan pertempuran. Pada Perang Pasifik, pasukan Jepang
dikalahkan oleh Amerika. Jepang juga dikalahkan oleh Sekutu pimpinan Inggris di
kawasan Indocina. Kekalahan tersebut mengancam kekuasaan Jepang di negara negara jajahannya. Di Indonesia, Jepang juga harus menghadapi perlawanan
rakyat. Terlebih lagi, Belanda masih ingin kembali menjajah Indonesia. Pada
waktu itu, Belanda bergabung dengan Sekutu. Perlawanan rakyat dan usaha
Belanda menjadikan kedudukan Jepang kian lemah.
Akhirnya, Jepang terpaksa menjanjikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia.
Janji tersebut bertujuan untuk meredam gejolak dan perlawanan rakyat
Indonesia. Selain itu juga dimaksudkan untuk memberi kesan bahwa Jepang-lah
yang memerdekaan Indonesia. Dengan janji tersebut, rakyat Indonesia
diharapkan bersedia membantu Jepang menghadapi Sekutu. Untuk memenuhi
janjinya, Jepang kemudian membentuk BPUPKI. BPUPKI merupakan singkatan
dari Badan Penyelidik Usaha - usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Badan
ini dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945. Dalam bahasa Jepang, BPUPKI disebut
Dokuritsu Zjunbi Tyoosakai. BPUPKI bertugas menyelidiki kesiapan bangsa
Indonesia dalam menyongsong kemerdekaan dan membentuk pemerintahan
sendiri. Penguasa Jepang menunjuk Dr. Radjiman Wediodiningrat sebagai ketua
BPUPKI. Beberapa tokoh terkemuka menjadi anggotanya. Beberapa tokoh
tersebut antara lain Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H Mas Mansyur,
K.H Wachid Hasyim, K.H Agus Salim, Soepomo dan Moh. Yamin.
2.2.2 Peran BPUPKI dan PPKI Dalam Merumuskan Pancasila
Jepang meyakinkan bangsa Indonesia tentang kemerdekaan yang dijanjikan
dengan membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Badan itu dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi
Cosakai. Jenderal Kumakichi Harada, Komandan Pasukan Jepang untuk Jawa pada
tanggal 1 Maret 1945 mengumumkan pembentukan BPUPKI. Pada tanggal 28 Mei
1945 diumumkan pengangkatan anggota BPUPKI. Upacara peresmiannya
dilaksanakan di Gedung Cuo Sangi In di Pejambon Jakarta (sekarang Gedung
Departemen Luar Negeri) oleh Gunseikan (Kepala Pemerintahan Bala tentara
Jepang di Jawa) disertai dengan pengibaran bendera Merah Putih disamping
bendera Hinomaru. Ketua BPUPKI ditunjuk Jepang adalah dr. Rajiman
Wedyodiningrat, wakilnya adalah Icibangase (Jepang), dan sebagai sekretarisnya
adalah R.P. Soeroso. Jumlah anggota BPUPKI adalah 63
orang yang mewakili hampir seluruh wilayah Indonesia ditambah 7 orang tanpa
hak suara yang terdiri dari golongan ulama, cendekiawan, petani, pedagang,
wartawan, bangsawan, rakyat jelata, PETA, serta beberapa keturunan Eropa,
China,dan,Arab.
Berikut beberapa Anggotanya:
1. KRT Radjiman Wedyodiningrat (Ketua)
2. R.P. Soeroso (Wakil Ketua)

3. Icibangase Yosio (Wakil Ketua) - orang Jepang


4. Ir. Soekarno
5. Drs. Moh. Hatta
6. Mr. Muhammad Yamin
7. Prof. Dr. Mr. Soepomo
8. KH. Wachid Hasjim
9. Abdoel Kahar Muzakir
10. Mr. A.A. Maramis
11. Abikoesno Tjokrosoejoso
12. H. Agoes Salim
13. Mr. Achmad Soebardjo
14. Prof. Dr. P.A.A. Hoesein Djajadiningrat
15. Ki Bagoes Hadikoesoemo
16. AR Baswedan
17. Soekiman
18. Abdoel Kaffar
19. R.A.A. Poerbonegoro Soemitro Kolopaking
20. KH. Ahmad Sanusi
21. KH. Abdul Halim
22. Liem Koen Hian
23. Tan Eng Hoa
24. Oey Tiang Tjoe
25. Oey Tjong Hauw
26. Yap Tjwan Bing.

Setelah terbentuk, BPUPKI segera mengadakan persidangan. Masa persidangan


pertama BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni
1945.digedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal
dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut
merupakan gedung Volksraad, lembaga DPR bentukan Belanda.

Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas rumusan dasar negara untuk
Indonesia merdeka. Pada persidangan dikemukakan berbagai pendapat tentang
dasar negara yang akan dipakai Indonesia merdeka. Pendapat tersebut
disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Sukarno.KRT
Radjiman Wedyodiningrat mengagendakan rapat dengan pembahasan tunggal
melalui satu pertanyaan Negara Indonesia Merdeka, yang kita bangun itu apa
dasarnya?

i.

Mr. Muhammad Yamin

Mr. Mohammad Yamin menyatakan pemikirannya tentang dasar negara


Indonesia merdeka dihadapan sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945.
Pemikirannya diberi judul Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia. Mr. Mohammad Yamin mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka
(secara lisan) yang intinya sebagai berikut:

1.
2.

5.

peri kebangsaan;
peri kemanusiaan;

3.

peri ketuhanan;

4.

peri kerakyatan;
kesejahteraan rakyat.

Dan Beliau juga menuliskan usulannya tersebut seperti tercantum di bawah ini :
1.
2.
3.
4.

Ketuhanan Yang Maha Esa


Kebangsaan Persatuan Indonesia

Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan
5.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Bisa kita lihat bahwa usulan tertulis dari Muh. Yamin mirip dengan Pancasila
sekarang ini.Bahkan lebih dari itu, perumusan dan sistematik yang dikemukakan
oleh Mr. Muh Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 itu sangat mirip dengan Pancasila
yang sekarang ini (Pembukaan UUD 1945). Tiga sila yakni : Sila pertama,
keempat, dan kelima baik perumusan maupun tempatnya sama dengan
Pancasila yang sekarang. Perbedaannya adalah pada sila kedua dan ketiga, yang
di dalam sistematik usul Muhammad Yamin berbalikan dengan sistematik yang
ada pada Pancasila sekarang. Selain itu perumusan kedua Sila itupun ada sedikit

perbedaan, yaitu digunakannya kata Kebangsaan pada sila Kebangsaan


Persatuan Indonesia, dan digunakannya kata Rasa pada sila Rasa
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kedua kata tersebut diatas yakni kata
Kebangsaan dan Rasa, sebagaimana diketahui di dalam Pancasila yang
sekarang tidak terdapat.
Kenyataan mengenai isi pidato serta usul tertulis mengenai Rancangan UUD
yang dikemukakan oleh Muhammad Yamin itu dapatlah meyakinkan kita bahwa
Pancasila tidaklah lahir pada tanggal 1 Juni 1945 karena pada tanggal 29 Mei
1945 Muhammad Yamin telah mengucapkan pidato serta menyampaikan usul
rancangan UUD Negara Republik Indonesia yang berisi lima azas dasar Negara.
Karena itu, banyak orang yang menyebut Muhamad Yamin sebagai penemu
Pancasila. BJ Boland dalam bukunya, The Struggle of Islam in Modern Indonesia,
secara terang-terangan menyebut Muh Yamin sebagai penemu Pancasila, bukan
Bung Karno.
Tesis ini makin diperkuat di jaman Orde Baru. Ini juga dalam kerangka desoekarnoisme. Nugroho Notosusanto, salah seorang ideolog orde baru, banyak
menulis tentang sejarah kelahiran Pancasila dengan mengabaikan sama sekali
peranan Soekarno.
Dengan penelitian yang sudah bisa ditebak hasilnya, Nugroho Notosusanto
menyimpulkan bahwa penemu Pancasila bukanlah Soekarno, melainkan
Mohammad Yamin dan Soepomo. Itu menjadi pegangan dalam buku-buku
penataran P4 dan buku-buku sejarah Orde Baru.
Rupanya, menurut versi Bung Hatta, Mohamad Yamin tidak berpidato tentang 5
azas itu pada 29 Mei 1945. Pidato itu, kata Bung Hattayang saat itu anggota
BPUPKI dan panitia kecilmengingat Pidato Yamin itu disampaikan di Panitia
Kecil.
Menurut Bung Hatta, yang saat itu juga anggota BPUPKI, penemu Pancasila itu
adalah Bung Karno. Saat itu, kata Bung Hatta, di kalangan anggota BPUPKI
muncul pertanyaan: Negara Indonesia Merdeka yang kita bangun itu, apa
dasarnya? Kebanyakan anggota BPUPKI tidak mau menjawab pertanyaan itu
karena takut terjebak dalam perdebatan filosofis berkepanjangan. Apa yang
dikatakan Bung Hatta mirip dengan penuturan Bung Karno. Dalam Buku Bung
Karno Penyambung Lidah Rakyat, Bung Karno mengatakan, selama tiga hari
sidang pertama terjadi perbedaan pendapat. Artinya, jika sidang dimulai tanggal
29 Mei 1945, maka hingga tanggal 31 Mei belum ada kesepakatan.
Terkait tanggal 29 Mei itu, seorang pakar UI, Ananda B Kusuma, menemukan
Pringgodigdo Archief. Dokumen ini cukup penting, sebab memuat catatancatatan tentang sidang itu. Menurut dokumen itu, orang-orang yang berpidato
pada tanggal 29 Mei 1945 itu: MRM. Yamin (20 menit), Tn. Soemitro (5 menit),
Tn. Margono (20 menit), Tn. Sanusi (45 menit), Tn. Sosro diningrat (5 menit), Tn.
Wiranatakusumah (15 menit).

Sidang itu diberi alokasi waktu 130 menit. Akan tetapi, yang cukup aneh, Yamin
disebut berpidato 120 menit. Padahal, saat itu ada lima pembicara lain yang juga
harus menyampaikan pidatonya.
G. Moedjanto, seorang sejarahwan, juga menemukan kejanggalan pada pidato
Yaminyang disebut tanggal 29 Mei 1945 itu. Pada alinea terakhir berbunyi:
Dua hari yang lampau tuan Ketua memberi kesempatan kepada kita sekalian
juga boleh mengeluarkan perasaan. Dua hari yang lampau itu berarti tanggal
27 Mei 1945, sedangkan sidang baru dibuka pada tanggal 29 Mei 1945. Artinya,
seperti dikatakan Bung Hatta, pidato Yamin itu memang disampaikan di Panitia
Kecilpasca Soekarno menyampaikan pidato tanggal 1 Juni 1945.
Mohammad Yamin sendiri mengakui Bung Karno sebagai penggali Pancasila. Itu
dapat dilihat di pidato Yamin pada 5 Januari 1958 : Untuk penjelasan ingatlah
beberapa tanggapan sebagai pegangan sejarah: 1 Juni 1945 diucapkan pidato
yang pertama tentang Pancasila ... tanggal 22 Juni 1945 segala ajaran itu
dirumuskan di dalam satu naskah politik yang bernama Piagam Jakarta dan
pada tanggal 18 Agustus 1945 disiarkanlah Konstitusi Republik Indonesia, sehari
sesudah permakluman kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam konstitusi itu
pada bagian pembukaan atau Mukadimahnya dituliskan hitam di atas putih
dengan resmi ajaran filsafat pancasila.
Roeslan Abdulgani, yang sempat menjadi Menteri Penerangan di era Bung Karno,
juga menyebut Bung Karno sebagai penggali Pancasila. Dua pemikiran besar di
dalam pancasila, yaitu Sosio-nasionalisme (penggabungan sila ke-2 dan ke-3)
dan Sosio-demokrasi (penggabungan sila ke-4 dan ke-5), sudah digarap oleh
Bung Karno sejak tahun 1920-an. Dalam konteks ini, Hatta juga punya peranan
ketika menaburkan ide-ide tentang demokrasi kerakyatan.

ii.

Prof. Dr. Mr. Soepomo

Mr. Supomo mendapat giliran mengemukakan pemikirannya di hadapan sidang


BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945. Pemikirannya berupa penjelasan tentang
masalah-masalah yang berhubungan dengan dasar negara Indonesia merdeka.
Negara yang akan dibentuk hendaklah negara integralistik yang berdasarkan
pada hal-hal berikut ini:
1.

Persatuan Indonesia
2.

3.

Kekeluargaan;

Keseimbangan lahir dan batin;


4.
5.

Musyawarah;
Keadilan sosial.

Mr. Soepomo dalam pidatonya selain memberikan rumusan tentang Pancasila,


juga memberikan pemikiran tentang paham integralistik Indonesia. Hal ini
tertuang di dalam salah satu pidatonya bahwa jika kita hendak mendirikan
Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat
Indonesia, maka negara kita harus berdasar atas aliran pikiran (staatsidee)
negara yang integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang
mengatasi seluruh golongan-golongannya dalam lapangan apapun.

iii.

Ir. Soekarno

Di dalam pidato tanpa teks Bung Karno pada tanggal 1 juni 1945 itu antara lain
berbunyi : Saudara-saudara ! Dasar negara telah saya sebutkan, lima
bilangannya. Inikah Panca Dharma ? Bukan !Nama Panca Dharma tidak tepat di
sini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membicarakan dasar..Namanya
bukan Panca Dharma, tetapi.saya namakan ini dengan petunjuk seorang
teman kita ahli bahasa..namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar
dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan
abadi. Kelima sila tadi berurutan sebagai berikut:
1. Kebangsaan Idonesia;
2. Internasionalisme atau peri-kemanusiaan;
3. Mufakat atau domokrasi;
4. Kesejahteraan sosial;
5. Ke-Tuhanan.
Kemudian Bung Karno menambahi lagi pidatonya, Atau barang kali ada saudarasaudara yang tidak senang atas bilangan itu ? Saya boleh peras sehingga tinggal
tiga saja. Saudara Tanya kepada saya apakah perasan tiga perasan itu ?
Berpuluh-puluh tahun sudah saya pikirkan dia, ialah dasar-dasarnya Indonesia,
Weltanschaung kita. Dua dasar yang pertama, kebangsaan dan
internasionalisme; kebangsaan dan peri kemanusiaan, saya peras menjadi satu :
itulah yang dahulu saya namakan socio-nationalisme. Dan demokrasi yang
bukan demokrasi barat, tetapi politiek economiche democratie, yaitu politiek
democratie dengan sociale rechtvaardigheid, demokrasi dengan kesejahteraan
saya peraskan pula menjadi satu. Inilah yang dulu saya namakan socio
democratie.
Tinggal lagi ketuhanan yang menghormati satu sama lain.
Jadi yang asalnya lima itu telah menjadi tiga: socionationalisme, sociodemocratie
dan ketuhanan. Kalau tuan senang dengan simbul tiga ambillah yang tiga ini.

Tetapi barangkali tidak semua tuan-tuan senang kepada trisila ini, dan minta satu
dasar saja ? Baiklah, saya jadikan satu, saya kumpulkan lagi menjadi satu.
Apakah yang satu ? Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga
menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu
perkataan gotong-royong ! alangkah hebatnya ! negara gotong-royong.
Dalam amanat presiden tanggal 24 September 1955 Bung Karno menegaskan
bahwa aku bukan pencipta pancasila, pancasila diciptakan oeh Bangsa
Indonesia sendiri.Aku hanya mengali pancasila dari buminya Indonesia
Apakah benar Soekarno menggali pancasila dari bumi Indonesia?,untuk
menyimpulkanya kita akan bahasa fakta fakta yang terjadi mengenai Beliau
sebelum sidang 1 BPUPKI
Dalam buku otobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia,
Soekarno mengatakan: Di pulau Bunga (Ende) yang sepi tidak berkawan aku
telah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya merenungkan di bawah pohon
kayu. Ketika itu datang ilham yang diturunkan oleh Tuhan mengenai lima dasar
falsafah hidup yang sekarang dikenal dengan Pancasila. Aku tidak mengatakan,
bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali
tradisi kami jauh sampai ke dasarnya dan keluarlah aku dengan lima butir
mutiara yang indah.. Dengan demikian, banyak yang menyebut Ende sebagai
tempat penyusunan gagasan-gagasan Pancasila
Fakta selanjutnya Beliau juga pernah mengatakan ,Saya mengakui, pada waktu
saya berumur 16 tahun, duduk di bangku sekolah H.B.S. di Surabaya, saya
dipengaruhi seorang sosialis yang bernama A. Baars, yang memberi pelajaran
kepada saya, katanya : jangan berpaham kebangsaan, tetapi berpahamlah rasa
kemanusiaan seluruh dunia (Internasionalisme), jangan mempunyai rasa
kebangsaan sedikitpun. Itu terjadi pada tahun 1917. akan tetapi pada tahun
1918, alhamdulillah, ada orang lain yang memperingatkan saya, ia adalah Dr.
Sun Yat Sen ! Di dalam tulisannya San Min Cu I atau The THREE peoples
Principles, saya mendapatkan pelajaran yang membongkar kosmopolitanisme
yang diajarkan oleh A. Baars itu. Dalam hati saya sejak itu tertanamlah rasa
kebangsaan, oleh pengaruhThe THREE peoples Principles (Nasionalisme,
Demokrasi, Sosialisme)beliau juga menanmbahi The THREE peoples
Principlesdengan Keadilan Sosial.
Hal ini dapat dibuktikan pada saat Konprensi Partai Indonesia (partindo) di
Mataram pada tahun 1933, bung Karno menyampaikan gagasan tentang
marhaennisme, yang pengertiannya ialah sebagai berikut ini :
(a) Sosio nasionalisme, yang terdiri dari Internasionalisme, Nasionalisme
(b) Sosio demokrasi yang terdiri dari Demokrasi, Keadilan sosial.
Setelah mengetahui hal-hal tersebut, mari kita cocokkan Kelima sila dari
Pancasila Bung Karno ini yang diusulkan saat sidang BPUPKI 1dengan
marhaenisme Bung Karno adalah persis sama, Cuma ditambah dengan Ke
Tuhanan. Untuk lebih jelasnya baiklah kita susun sebagai berikut:

(a) Kebangsaan Indonesia berarti sama dengan nasionalisme dalam


marhaenisme, juga sama dengan nasionalisme milik San Min Cu I milik Dr. Sun
yat Sen, Cuma ditambah dengan kata-kata Indonesia.
(b) Internasionalisme atau peri-kemanusiaan berarti sama dengan
internasionalisme dalam marhaenisme, juga sama dengan internasionalisme
(kosmopolitanisme) milik A. Baars.
(c) Mufakat atau demokrasi berarti sama dengan demokrasi dalam
marhaenisme, juga sama dengan demokrasi dalam San Min Cu I milik Dr. Sun Yat
Sen;
(d) Kesejahteraan sosial berarti sama dengan keadilan sosial dalam
marhaenisme, juga berarti sama dengan sosialisme dalam San Min Cu I milik Dr.
Sun Yat Sen.
(e) Ke-Tuhanan yang diambil dari pendapat-pendapat para pemimpin Islam, yang
berbicara lebih dahulu dari Bung Karno,
Dengan cara mencocokkan seperti ini, berarti nampak dengan jelas bahwa
Pancasila yang dicetuskan oleh Bung Karno pada tanggal 1 juni 1945berasal dari
3 sumber yaitu:
a) Dari San Min Cu I Dr. Sun Yat Sen (Cina);
b) Dari internasionalisme (kosmopolitanisme A. Baars (Belanda).
c) Dari umat Islam.
Pancasila yang dirumuskan Ir. Soekarno biasa disebut dengan Rumusan Pancasila
Jadi Pancasila 1 juni 1945, adalah bersumber dari : (1) Cina; (2) Belanda; dan (3)
Islam. Dengan begitu bahwa pendapat yang menyatakan Pancasila itu digali dari
bumi Indonesia sendiri atau dari peninggalan nenek moyang adalah tidak
sepenuhnya betul.
Sehari sesudah proklamasi, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, terjadilah rapat
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Panitia ini dibentuk sebelum
proklamasi dan mulai aktip bekerja mulai tanggal 9 Agustus 1945 dengan
beranggotakan 29 orang. Dengan mempergunakan rancangan yang telah
dipersiapkan oleh BPUPKI, maka PPKI dapat menyelesaikan acara hari itu untuk
melengkapi kelengkapan suatu negara, yaitu:
a) Menetapkan Undang-Undang Dasar ; dan
b) Memilih Presidan dan Wakil Presiden
Tapi sayangnya Piagam Jakarta yang telah matang disetujui bersama untuk
dibacakan pada proklamasi tanggal17 Agustus dan akan disahkan pada 18
Agustus 1945 itu digagalkan Soekarno dan kawan-kawannya. Pagi-pagi buta jam
4, Soekarno mengajak Hatta ke rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan

teks proklamasi. Naskah dari Panitia Sembilan dimentahkan di rumah perwira


Jepang itu dan diganti coret-coretan teks proklamasi yang sangat ringkas.
Dan ujungnya pada tanggal 18 Agustus 1945, Piagam Jakarta juga diubah
mendasar. Lewat rapat kilat yang berlangsung tidak sampai tiga jam, hal-hal
penting yang berkenaan dengan Islam dicoret dari naskah aslinya. Dalam rapat
yang mendadak yang diinisiatif oleh Soekarno (dan Hatta) itu, empat wakil umat
Islam yang ikut dalam penyusunan Piagam Jakarta tidak hadir. Yang hadir adalah
Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo. Yang lain adalah Soekarno,
Hatta, Supomo, Radjiman Wedyodiningrat, Soeroso, Soetardjo, Oto Iskandar
Dinata, Abdul Kadir, Soerjomihardjo, Purbojo, Yap Tjwan Bing, Latuharhary, Amir,
Abbas, Mohammad Hasan, Hamdhani, Ratulangi, Andi Pangeran dan I Bagus
Ketut Pudja.
Dalam rapat yang dipimpin Soekarno yang berlangsung pada jam 11.30-13.45
itu diputuskan : Pertama, Kata Mukaddimah diganti dengan kata Pembukaan.
Kedua, Dalam Preambul (Piagam Jakarta), anak kalimat: berdasarkan kepada
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya, diubah menjadi berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketiga,
Pasal 6 ayat 1, Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama Islam, katakata dan beragama Islam dicoret. Keempat, Sejalan dengan perubahan yang
kedua di atas, maka Pasal 29 ayat 1 menjadi Negara yang berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai pengganti Negara berdasarkan atas
Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya. Hal ini didasari protes dari kaum minoritas non Islam di Wilayah
timur Indonesia yang mengancam akan memisahkan diri dari RI jika sila ke-1
tidak diganti. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 biasa
disebut dengan Rumusan Pancasila 3 dan telah disahkan PPKI serta seperti yang
berlaku sekarang ini.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Perjuangan melalui pemikiran banyak dilakukan oleh para pendiri bangsa. Salah
satunya dilakukan dalam perumusan Pancasila. Jepang kemudian membentuk
BPUPKI. BPUPKI merupakan singkatan dari Badan Penyelidik Usaha - usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Badan ini dibentuk pada tanggal 1 Maret
1945. Dalam bahasa Jepang, BPUPKI disebut Dokuritsu Zjunbi Tyoosakai. BPUPKI
bertugas menyelidiki kesiapan bangsa Indonesia dalam menyongsong
kemerdekaan dan membentuk pemerintahan sendiri. Setelah terbentuk, BPUPKI
segera mengadakan persidangan. Masa persidangan pertama BPUPKI dimulai
pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945.digedung Chuo Sangi In di
Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila.
Pancasila 1 juni 1945, adalah bersumber dari : (1) Cina; (2) Belanda; dan (3)
Islam. Dengan begitu bahwa pendapat yang menyatakan Pancasila itu digali dari
bumi Indonesia sendiri atau dari peninggalan nenek moyang adalah tidak
sepenuhnya betul.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dibentuk sebelum proklamasi dan
mulai aktif bekerja mulai tanggal 9 Agustus 1945 dengan beranggotakan 29
orang. Dengan mempergunakan rancangan yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI,
maka PPKI dapat menyelesaikan acara hari itu untuk melengkapi kelengkapan
suatu negara, yaitu:
a)

Menetapkan Undang-Undang Dasar ; dan


b)

Memilih Presidan dan Wakil Presiden


3.2 Saran

Dengan berpijak pada uraian diatas, maka beberapa saran yang diajukan adalah
sebagai berikut :
1.

Agar para generasi muda tidak melupakan sejarah perjuangan para tokoh
dalam merumuskan pancasila.
2.

Supaya masyarakat mengetahui bagaimana pentingnya mengetahui


sejarah pancasila dan mengamalkan nilai-nilai pancasila.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013.Pancasila Dalam Kontek Sejarah Perjuangan Bangsa.
http://uniqpost.com/76630/pancasila-dalam-kontek-sejarah-perjuangan-bangsa/
(diakses tanggal 23 November 2014 pukul 18.00 Wita)
Anonim.2012.NILAI-NILAI PERJUANGAN DALAM PERUMUSAN PANCASILA.
http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Nilainilai_Perjuangan_dalam_Perumusan_Pancasila_6.1_%28BAB_1%29 (diakses
tanggal 23 November 2014 pukul 18.15)
Djanarko,Indri.2011.PANCASILA DALAM KONTEKS PERJUANGAN BANGSA.
http://indridjanarko.dosen.narotama.ac.id/files/2011/05/Modul-Pancasila-2Pancasila-Dalam-Konteks-Perjuangan-Bangsa.pdf (diakses tanggal 23 November
2014 pukul 17.55 Wita)
Michio, RA. 2013. Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa.
http://yanti41.blogspot.com/2013/11/pancasila-dalam-konteks-sejarah.html
(diakses tanggal 22 November 2014 pukul 15.00 Wita)
Rivaldi,Thoriq.Makalah PKN.
https://www.academia.edu/5626402/Makalah_pkn_fix (diakses tanggal 23
November 2014 pukul18.30 Wita)

Wikipedia. Pancasila. http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila (diakses tanggal 22


November 2014 pukul 15.05 Wita)

LAMPIRAN:
Sejarah Kesaktian Pancasila
Senin,01 Oktober 2012
Setiap tanggal 1 Oktober kita memperingatI hari Kesaktian Pancasila. Sudah 45
tahun revolusi berdarah tanggal 30 September 1965 yang dilakukan oleh Partai
Komunis Indonesia (PKI). Kudeta berdarah yang dilakukan oleh Partai Komunis
Indonesia (PKI) ini menelan enam Jenderal TNI AD dan dua Perwira.
Tujuan kudeta tersebut adalah merebut pemerintahan yang sah dan mengganti
ideologi Pancasila dengan komunisme-sosialisme. Tetapi Tuhan berkehendak lain,
sehingga revolusi berdarah ini mengalami kegagalan dan Pancasila masih tegak
kuat menjadi dasar negara dan dasar sumber hukum bangsa Indonesia.
Setelah 45 tahun, saatnya kita menggali kembali makna hari Kesaktian Pancasila
ini agar bangsa Indonesia bisa belajar dari sejarah kelam dan bisa bangkit dari
krisis multidimensi. Peristiwa ini adalah puncak dari kerapuhan pemerintah Orde
Lama di bawah kendali Presiden Soekarno, yang kemudian dilengserkan oleh
MPRS pada tahun 1967.
Pada awal berdirinya pemerintahan Orde Baru, di bawah kendali Presiden
Soeharto, secara bulat dan meyakinkan tertulis di dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) akan melaksanakan nilai-nilai Pancasila secara murni dan
konsukuen. Dasar negara Pancasila dijadikan sebagai landasan ideal dan hukum
Rencana Program Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dan panjang. Sehingga
pemerintah Orde Baru memproklamirkan dan mensosialisasikan program
Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila (P4).

Setelah pemerintahan Orde Baru berlangsung selama 32 tahun, ternyata


Pancasila justru menjadi alat politik pemerintahan Orde Baru untuk
melanggengkan kekuasaan. Dan, slogan keberhasilan pembangunan ekonomi
ternyata justru hanya melahirkan kesenjangan sosial, krisis ekonomi, krisis
kepercayaan, krisis politik, dan utang luar negeri yang membengkak.
Akhirnya, Orde baru pun digulingkan oleh gerakan moral (moral forces)
mahasiswa tahun 1998 yang melahirkan Orde Reformasi.
Melalui hari Kesaktian Pancasila sekarang ini, kita mencoba untuk menggali
kembali makna mendalam Pancasila sebagai ideologi bangsa, dasar hukum, dan
pandangan hidup bangsa Indonesia untuk ditanamkan dalam diri anak didik kita.
Sehingga, anak didik kita kelak menjadi generasi bangsa yang mempunyai
wawasan kebangsaan dan nasionalisme supaya tidak terjebak pada tindakan
menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan seperti PKI. Hari Kesaktian
Pancasila bukan dalam arti mitologi, bahwa karena kesaktiannya Pancasila
mampu menggagalkan rencana PKI untuk menggantikannya dengan ideologi
komunis.
Mari kita memaknai kembali hari Kesaktian Pancasila sebagai wahana pendidikan
bagi anak didik kita untuk melaksanakan nilai-nilai Pancasila secara murni dan
konsukuen dengan semangat belajar dan prestasi. Sesuai dengan kondisi bangsa
Indonesia yang sedang berjuang keluar dari krisis multidimensi dan
perkembangan globalisasi, maka memaknai hari Kesaktian Pancasila haruslah
kontekstual. Ada tiga prinsip yang harus ditanamkan pada anak didik kita sejak
dini menurut Presiden Soekarno yang sering disebut dengan Trisakti.
Pertama adalah sakti dalam berbudaya dan berkepribadian. Artinya pendidikan
yang kita ajarkan sejak Sekolah Dasar haruslah berdasarkan kepada nilai-nilai
Pancasila yang lahir dari khasanah budaya bangsa Indonesia. Kepribadian dan
budaya Indonesia yang luhur akan melahirkan anak didik yang mempunyai
kebanggaan nasional, cinta tanah air, semangat persatuan dalam pembangunan,
dan harga diri sebagai bangsa Indonesia.
Kedua, sakti dalam bidang ekonomi yaitu berdiri di atas kaki sendiri (berdikari).
Bangsa Indonesia harus keluar dari ketergantungan kepada negara lain dalam
bidang ekonomi. Anak-anak Indonesia harus belajar ekonomi Pancasila yang
didasarkan pada kemandirian, kekeluargaan, dan koperasi sebagai soko guru
perekonomian nasional. Dengan menerapkan ekonomi Pancasila, maka
diharapkan tidak ada eksploitasi terhadap sumber daya alam, penumpukan
kekayaan pada segolongan orang, dan kesenjangan sosial. Sebab sesuai dengan
amanat UUD 1945 pasal 33 bahwa kekayaan alam Indonesia digunakan untuk
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Ketiga, sakti dalam berdaulat dan menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Indonesia telah kehilangan Provinsi Timor Timur, pulau
Sipadan dan Ligitan, sekarang Indonesia sedang menghadapi persoalan
perbatasan wilayah dengan Malaysia. Oleh karena itu seluruh rakyat Indonesia
harus berjuang bersama-sama mempertahankan kedaulatan wilayahnya dari

rongrongan negara lain. Sebab, kedaulatan wilayah Indonesia adalah sumber


kekayaan alam sekaligus simbol harga diri sebagai bangsa yang besar.
Dengan menggali kembali makna Kesaktian Pancasila melalui semangat dan jiwa
Trisakti yang kita tanamkan dalam pendidikan kepada anak didik kita, maka
bangsa Indonesia akan keluar dari krisis multidimensi. Dan, Pancasila sebagai
dasar negara, ideologi, dan sumber dari segala sumber hukum akan tetap tegak
berdiri dan lestari.

Alamat web: http://disdik-kepri.com/makalah-a-artikel/762-memaknai-kesaktianpancasila

Jumat, 05 Oktober 2012


KESAKTIAN PANCASILA

Bangsa Indonesia memiliki 4 pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara


yaitu PANCASILA, UUD 1945, NEGARA KESATUAN RI, dan BHINEKA TUNGGAL IKA.
Keempat pilar tersebut adalah pondasi bagi bangsa Indonesia dalam membentuk
NKRI. Salah satu pilar yang akan di bahas lebih detail yaitu PANCASILA.
PANCASILA sebagai dasar Negara merupakan cita Negara sekaligus cita Hukum
bagi NKRI. Segala peraturan perundang-undangan yang berlaku di NKRI di
pedomi oleh PANCASILA. Peraturan perundang-undangan yang berlaku di NKRI
apabila bertentangan dengan PANCASILA tidak di benarkan .

Pancasila dengan urutan tiap-tiap sila, yang telah menjadi kesepakatan bersama
Bangsa Indonesia. Tidak boleh di robah-robah baik isinya maupun urutannya
yaitu :
Sila Pertama

: Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sila Kedua

: Kemanusiaan yang adil dan beradab

Sila Ketiga

: Persatuan Indonesia

Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan


dalam permusyawaratan perwakilan.
Sila Kelima

: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

PANCASILA juga sebagai Pandangan hidup dan kepribadian bangsa. Sikap ini
ditegaskan lagi dalam ketetapan MPR No. 11 / MPR /1978. Pancasila sebagai
pandangan hidup dan kepribadian bangsa adalah sumber kejiwaan masyarakat
dan bangsa indonesia karena itu wajib di cerminkan dalam kehidupan yang
seluruh anggota nya masyarakat terutama pimpinan masyarakat.
Padangan hidup pancasila :Surga adalah yang terbaik dari segalanya
dipaparkan oleh Drs. SUPARNO WIJOYO dalam acara Peringatan Hari Kesaktian
Pancasila di gedung BINA GRAHA PEMPROVSU. Drs. SUPARNO WIJOYO
memaparkan nilai-nilai luhurnya Pancasila, yaitu :
Jiwa nya pancasila

: Ingat Allah, Sabar, Jujur, Suci dan Bersih

Palsafah Pancasila

: Tercapailah kebahagiaan, kemakmuran dunia dan


akhirat.

Idiologi pancasila

: Tidak menerima segala bentuk, faham yang tidak


beragama.

PANCASILA membentuk Karakter Manusia Indonesia dalam mewujudkan Cinta


Bangsa dan Tanah Air dengan Nilai-Nilai Kejuangan 45 dipaparkan oleh Dra. Nina
Karina. M.SP saat acara sarasehan memperingatin hari Kesaktian Pancasila di
Gedung Bina Graha. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kedaulatan ada
di tangan Rakyat, rakyat memiliki hak untuk menyampaikan inspirasinya. Rakyat
mematuhi segala ketentuan yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Oleh karena itu masyarakat Indonesia diminta bekerja sama untuk membangun
kesadaran, tekad, keuletan, dan membangun ketangguhan untuk bangkit dari
keterpurukan krisi yang membelenggu negeri ini, mulai dari diri sendiri, dari hal
terkecil sampai dapat menjaga kondisi yang baik dari negeri ini.
Nilai-nilai bela Negara yang perlu dikembangan diantaranya adalah :
1.
2.

Cinta tanah air

Sadar berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan Pancasila


dan UUD 1945
3.

Yakin kepada Pancasila sebagai ideologi Negara.


4.
5.

Rela Berkorban bagi bangsa dan Negara.


Memiliki kemampuan awal bela Negara

Dra. HJ. NINA KARINA, M.SP menuturkan bahwa Pemuda Harapan bangsa harus
berkerjasama membangun dan mengejar ketertinggalan untuk mewujudkan
masyarakat yang lebih sejahtera,aman, dan berkeadilan, sehingga secara umum
akan dapat mengakselerasikan pembangunan bangsa dalam mewujudkan tujuan
dan cita-cita nasionalnya seperti yang di cantumkan dalam pembukaan undangundang dasar tahun 1945.
Dalam acara serasehan Drs. H. Muhammad TWH ( Tok Wan Harian ) memaparkan
kepada generasi muda kehidupan Berbangsa dan bernegara harus menumbuh
kembangkan jiwa dan semangat serta penanaman Nilai-nilai pancasila.

1 Oktober di Indonesia diperingati sebagai hari kesaktian pancasila. Peringatan


Kesaktian Pancasila ini berakar Pada sebuah peristiwa tanggal 30 September
1965. Konon, ini adalah awal dari Gerakan 30 September (G30SPKI). Oleh
pemerintah Indonesia, pemberontakan ini merupakan wujud usaha mengubah
unsur Pancasila menjadi ideologi komunis. Maka 30 September diperingati
sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September dan tanggal 1 Oktober
ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Pancasila secara de yure dan de facto memang merupakan dasar negara


Republik Indonesia resmi. Beberapa dokumen penetapannya ialah :

Rumusan Pertama

: Piagam Jakarta - tanggal 22 Juni 1945

Rumusan Kedua

: Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18


Agustus 1945

Rumusan Ketiga

: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat tanggal 27 Desember 1949

Rumusan Keempat

: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara tanggal 15 Agustus 1950

Rumusan Kelima
: Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan
Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)

Lantas, kenapa Pancasila dianggap SAKTI? Dimanakah letak sebenarnya


Kesaktian Pancasila itu sementara Pancasila sendiri setuju atau tidak setuju tidak
lagi ditaati sebagai sebuah jiwa yang menyatu pada diri bangsa Indonesia.
Dimanakah letak Kesaktia Pancasila itu sementara Pancasila sendiri memiliki arti
dan makna yang berbeda di setiap rezim yang memimpin negara ini ternyata
terminology kata SAKTI (kekuatan, kekuasaan atau energi) adalah sebuah konsep
ajaran agama Hindu atau perwujudan dari aspek kewanitaan Tuhan .

Pengamalan Pancasila dalam Rangka Menghargai Perbedaan

Pancasila dirumuskan dalam semangat kebersamaan. Salah satunya terwujud


dalam sikap menghargai perbedaan. Perbedaan pendapat tidak menjadi
hambatan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Hal itu merupakan sikap
yang harus kita tiru. Pada waktu itu bangsa Indonesia belum memiliki dasar
negara. Tetapi, sikap para tokoh telah mencerminkan semangat kebersamaan
dan jiwa ksatria. Mereka bersedia menerima perbedaaan apa pun ketika proses
perumusan dasar negara berlangsung. Nah, sekarang kita telah memiliki
Pancasila sebagai dasar negara yang kuat. Kekuatan Pancasila telah terbukti
selama berdirinya negara Indonesia. Pancasila mampu menyatukan seluruh
bangsa Indonesia. Pancasila juga mampu bertahan menghadapi rongrongan
pemberontak. Oleh karena itu, kita harus bangga memiliki dasar negara yang
kuat. Kita harus dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satunya adalah menghargai perbedaan. Kita harus memiliki
sikap menghargai perbedaan seperti dalam perumusan Pancasila. Kita harus
menyadari bahwa negara kita terdiri atas beragam suku bangsa. Setiap suku
Bangsa memiliki ragam budaya yang berbeda. Perbedaan suku bangsa dan
budaya bukan menjadi penghalang untuk bersatu. Tetapi, justru perbedaan itu
akan menjadikan persatuan negara kita kuat seperti Pancasila.

Pengamalan Pancasila dalam Wujud Sikap Toleransi


Mengamalkan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (falsafah hidup
bangsa) berarti melaksanakan pancasila dalam kehidupan sehari-hari ,
menggunakan pancasila sebagai petunjuk hidup sehari-hari , agar hidup kita
dapat mencapai kesejahteraan dan kebahagian lahirdan batin.
Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari ini adalah sangat penting
karena dengan demikian diharapkan adanya tata kehidupan yang serasi
(harmonis)
Alamat web: http://hijausmanli.blogspot.com/2012/10/artikel-kesaktianpancasila.html

Makna Dibalik Kesaktian Pancasila


1 Oktober 2014
Setelah pada malamnya yakni 30 September 1965 terjadi peristiwa yang
menghenyakan dengan dikenal sebagai G 30 S/PKI. Maka keesokan harinya
bangsa Indonesia dengan didukung oleh Angkatan Bersenjata merespon dengan
cepat. Tentara bersama rakyat langsung mencari para korban kebiadapan PKI
serta mulai melakukan pengejaran dan penumpasan terhadap PKI. Atas respon

yang cepat ini, pemerintah Orde Baru menamakan 1 Oktober sebagai Hari
KesaktianPancasila.
Peringatan Hari Kesaktian Pancasila setiap tanggal 1 Oktober, harus dijadikan
sebagai kesempatan untuk merefleksikan tentang pemaknaan nilai-nilai dan
kesaktian Pancasila itu sendiri. Hal ini penting khususnya bagi generasi muda
bangsa ini. Generasi baru tidak akan memiliki rasa percaya diri dan kebanggaan
atas bangsa ini tanpa mengenali sesungguhnya sejarahkehidupannya.
Di tengah terpaan pengaruh kekuatan global, kita seharusnyamenguatkan dan
memperlengkapi diri agar tidak terjerembab dalam lika-liku zaman sekarang ini.
Salah satunya adalah dengan menggali kembali nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila itu sendiri. Nilai-nilai itulah yang kemudian kita maknai sebagai
energi untuk membangun kembali jati diri bangsa ini. Bangsa ini bisa berdiri
tegak, hanya jika mau kembali menghidupkan dan sekaligus
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Pancasila adalah dasar
negara. Pancasila adalah asal tunggal dan menjadi sumber dari segala sumber
hukum yang mengatur masyarakat Indonesia, termasuk kehidupan berpolitik.
Karena itu, partai politik sebagai salah satu infrastruktur politik dan segala
sesuatu yang hadir dan lahir dinegara ini, harus tunduk dan taat pada Pancasila
Fakta sejarah yang hinga saat ini masih diperdebatkan mengenai peristiwa G 30
S PKI hendaknya tidak mengubah rasa memiliki kita terhadap pancasila yang
sudah jelas-jelas berperan sebagai simbol pemersatu bangsa. Berbagai peristiwa
yang pernah terjadi semenjak proklamasi 17 agustus 1945 hingga saat ini, yang
pada akhirnya tidak menggoyahkan pancasila sebagai dasar negara merupakan
hal yang disebut sebagai kesaktian pancasila.
Kesaktian disini bukan diartikan pancasila secara aktif mampu melakukan
sesuatu, melainkan pandangan serta nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila
mampu ditranformasikan oleh komponen bangsa dalam berkehidupan
kebangsaan dan bernegara.
Meletusnya pemberontakan G 30 S PKI, sampai di bubarkan dan dilarangnya
berkembang paham komunis di indonesia, terbitnya Supersemar, hingga
tumbangnya pemerintahan Presiden Soekarno merupakan tonggak berdirinya
pemerintahan baru yang di pimpin oleh presiden Soeharto yang disebut sebagai
pemerintahan orde baru. Orde baru berhasil memerintah indonesia selama 32
tahun lamanya sebelum di gantikan oleh gerakan reformasi.
Peristiwa 1 Oktober 1965 tersebut kemudian telah melahirkan suatu orde dalam
sejarah pasca kemerdekaan republik ini. Orde yang kemudian lebih dikenal
dengan Orde Baru itu menetapkan tanggal 1 Oktober setiap tahunnya sebagai
hari Kesaktian Pancasila sekaligus sebagai hari libur nasional. Penetapan itu
didasari oleh peristiwa yang terjadi pada hari dan bulan itu, dimana telah terjadi
suatu usaha perongrongan Pancasila, namun berhasil digagalkan. Belakangan
setelah orde baru jatuh dan digantikan oleh orde yang disebut Orde Reformasi,
peringatan hari Kesaktian Pancasila ini sepertinya mulai dilupakan. Terbukti

tanggal 1 Oktober tersebut tidak lagi ditetapkan sebagai hari libur nasional
sebagaimana sebelumnya.
Selama masa pemerintahan orde baru setiap tanggal 1 Oktober selalu di adakan
upacara peringatan hari kesaktian pancasila, begitu juga pada masa
pemerintahan berikutnya. Di masa Presiden Megawati Soekarnoputri kepala
negara tidak menghadiri upacara yang dipusatkan di Lubang Buaya. Pada masa
pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari bersejarah yang
dirayakan setiap tanggal 1 Oktober ini dimaknai secara lebih luas. Jika pada
perayaan-perayaan sebelumnya Kesaktian Pancasila selalu dikaitkan dengan
penumpasan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G-30-S/PKI),
maka kali ini sejarah Kesaktian Pancasila dimaknai sejak proklamasi
kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agsutus 1945. Demikian versi baru upacara
peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang berlangsung di Monumen Pancasila
Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Selain pemaknaan yang baru atas sejarah, hal baru lainnya adalah upacara
kembali dipimpin oleh presiden Republik Indonesia serta disertai dengan
pembacaan naskah ikrar yang menyebutkan bahwa sejak Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) diproklamasi pada 17 Agustus 1945 terjadi banyak
rongrongan terhadap Pancasila dan NKRI baik yang datang dari dalam negeri
maupun luar negeri. Namun, bangsa Indonesia mampu mempertahankan
Pancasila dan NKRI.
Makna Kesaktian Pancasila Sebagai dasar negara, Pancasila tidak hanya
merupakan sumber derivasi peraturan perundang-undangan. Melainkan juga
Pancasila dapat dikatakan sebagai sumber moralitas terutama dalam hubungan
dengan legitimasi kekuasaan, hukum, serta berbagai kebijakan dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.
Pancasila mengandung berbagai makna dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Makna yang pertama Moralitas, sila pertama, Ketuhanan Yang Maha
Esa mengandung pengertian bahwa negara Indonesia bukanlah negara teokrasi
yang hanya berdasarkan kekuasaan negara dan penyelenggaraan negara pada
legitimasi religius. Kekuasaan kepala negara tidak bersifat mutlak berdasarkan
legitimasi religius, melainkan berdasarkan legitimasi hukum serta legitimasi
demokrasi. Oleh karenanya asas sila pertama Pancasila lebih berkaitan dengan
legitimasi moralitas. Para pejabat eksekutif, anggota legislatif, maupun yudikatif,
para pejabat negara, serta para penegak hukum, haruslah menyadari bahwa
selain legitimasi hukum dan legitimasi demokratis yang kita junjung, juga harus
diikutsertakan dengan legitimasi moral. Misalnya, suatu kebijakan sesuai hukum,
tapi belum tentu sesuai dengan moral. Salah satu contoh yang teranyar yakni
gaji para pejabat penyelenggara negara itu sesuai dengan hukum, namun
mengingat kondisi rakyat yang sangat menderita belum tentu layak secara moral
(legitimasi moral).
Hal inilah yang membedakan negara yang berketuhanan Yang Maha Esa dengan
negara teokrasi. Walaupun dalam negara Indonesia tidak mendasarkan pada
legitimasi religius, namun secara moralitas kehidupan negara harus sesuai

dengan nilai-nilai Tuhan terutama hukum serta moral dalam kehidupan


bernegara.
Makna kedua Kemanusiaan, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengandung
makna bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang beradab, selain terkait juga dengan nilai-nilai moralitas
dalm kehidupan bernegara.
Negara pada prinsipnya adalah merupakan persekutuan hidup manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat
manusia di dunia hidup secara bersama-sama dalam suatu wilayah tertentu,
dengan suatu cita-cita serta prinsip-prinsip hidup demi kesejahteraan bersama.
Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung nilai suatu kesadaran sikap
moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani
manusia dalam hubungan norma-norma baik terhadap diri sendiri, sesama
manusia, maupun terhadap lingkungannya.
Oleh Karena itu, manusia pada hakikatnya merupakan asas yang bersifat
fundamental dan mutlak dalam kehidupan negara dan hukum. Dalam kehidupan
negara kemanusiaan harus mendapat jaminan hukum, maka hal inilah yang
diistilahkan dengan jaminan atas hak-hak dasar (asas) manusia. Selain itu, asas
kemanusiaan juga harus merupakan prinsip dasar moralitas dalam pelaksanaan
dan penyelenggaraan negara.
Makna ketiga, Keadilan. Sebagai bangsa yang hidup bersama dalam suatu
negara, sudah barang tentu keadilan dalam hidup bersama sebagaimana yang
terkandung dalam sila II dan V adalah merupakan tujuan dalam kehidupan
negara. Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa pada
hakikatnya manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus
berkodrat adil.
Dalam pengertian hal ini juga bahwa hakikatnya manusia harus adil dalam
hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap
lingkungannya, adil terhadap bangsa dan negara, serta adil terhadap Tuhannya.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, segala
kebijakan, kekuasaan, kewenangan, serta pembagian senantiasa harus
berdasarkan atas keadilan. Pelanggaran atas prinsip-prinsip keadilan dalam
kehidupan kenegaraan akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Makna keempat, Persatuan. Dalam sila Persatuan Indonesia sebagaimana yang
terkandung dalam sila III, Pancasila mengandung nilai bahwa negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis, yaitu sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Negara merupakan suatu persekutuan hidup
bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara berupa suku, ras,
kelompok, golongan, dan agama. Konsekuensinya negara adalah beraneka
ragam tetapi tetap satu sebagaimana yang tertuang dalam slogan negara yakni
Bhinneka Tunggal Ika.

Makna kelima, Demokrasi. Negara adalah dari rakyat dan untuk rakyat, oleh
karena itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan negara. Sehingga
dalam sila kerakyatan terkandung makna demokrasi yang secara mutlak harus
dilaksanakan dalam kehidupan bernegara. Maka nilai-nilai demokrasi yang
terkandung dalam Pancasila adalah adanya kebebasan dalam memeluk agama
dan keyakinannya, adanya kebebasan berkelompok, adanya kebebasan
berpendapat dan menyuarakan opininya, serta kebebasan yang secara moral
dan etika harus sesuai dengan prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara.
Terlebih lagi hingga kini kita selaku bangsa tentulah malu terhadap para pendiri
negara yang telah bersusah payah meletakkan pondasi negara berupa Pancasila,
sedangkan kita kini seakan lupa dengan tidak melaksanakan nilai-nilai Pancasila
yang sangat sakti tersebut.
Perilaku KKN, kerusuhan antar sesama warga negara, ketidakadilan dan
ketimpangan sosial, berebut jabatan, perilaku asusila, serta berbagai perilaku
abmoral lainnya adalah segelintir perilaku yang hanya dapat merusak nilai
Pancasila itu sendiri. Kini, Marilah kita kembali junjung tinggi nilai-nilai Pancasila
agar kita tetap dipandang sebagai bangsa dan negara yang beradab, beragama,
beretika, dan bermoral (DP, berbagai sumber)
Alamat web: http://www.pusakaindonesia.org/makna-dibalik-kesaktian-pancasila/

Anda mungkin juga menyukai