Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Amnesti pajak bukanlah hal yang baru dalam dunia perpajakan. Beberapa
Negara yang lain sudah pernah terlebih dahulu mempraktikkannya dengan
tingkat keberhasilan yang beragam. Kamus Besar Bahasa Indonesia
mengartikan amnesti (am.nes.ti/amnsti/ n) sebagai pengampunan atau
penghapusan hukuman yang diberikan kepala Negara kepada seseorang atau
sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana tertentu. Dengan
demikian amnesti pajak dapat kita artikan sebagai pengampunan atau
penghapusan hukuman dari Negara kepada Wajib Pajak. Lebih jelas Undangundang nomor 11 tahun 2016 tentang pengampunan pajak mendefinisikan
pengampunan/amnesti pajak sebagai penghapusan pajak yang seharusnya
terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di
bidang perpajakan, dengan cara mengungkap harta dan membayar uang
tebusan.
Beberapa Negara yang telah terlebih dahulu menerapkan amnesti pajak dalam
administrasi pajaknya diantaranya Belgia, Jerman, Yunani, Italia, Portugal, Rusia,
Afrika Selatan, Spanyol, Amerika dan Kanada. Masing-masing Negara memiliki
kekhas-an dalam pelaksanaan amnesti pajak, baik terkait subjek, objek, jangka
waktu, maupun tata caranya. Misalnya Afrika Selatan menerapkan kebijakan
amnesti pajak pada tahun 2006 untuk UMKM (pelaku bisnis dengan peredaran
usaha kurang dari R10 juta. Amnesti pajak diberlakukan bagi seluruh UMKM baik
yang belum terdaftar maupun sudah terdaftar namun tidak melaporkan
penghasilannya dengan benar. Dengan amnesti pajak UMKM berkesempatan
untuk memperbaiki pelaporan pajaknya tanpa dikenai sanksi atas pajak-pajak di
masa yang telah lalu.
Alink dan Kommer (2011:349) mengatakan bahwa kepatuhan sukarela
(voluntary compliance) merupakan cara yang paling efektif dan efisien dalam
mengumpulkan uang pajak dari masyarakat. Sayangnya tidak seluruh Wajib
Pajak patuh dan mau melaksanakan kewajiban perpajakannya. Permasalahan
mengenai banyaknya Wajib Pajak yang tidak patuh dan terlalu besarnya beban
pekerjaan terkait dengan peningkatan kepatuhan Wajib Pajak menjadi pekerjaan
rumah yang tidak pernah terselesaikan bagi aparat pajak. Dalam situasi seperti
itu amnesti pajak dapat menjadi solusi sementara, meskipun pelaksanaan
amnesti pajak dapat memberikan kesan lemahnya penegakan hukum yang
dilakukan oleh aparat pajak.
Amnesti pajak dilaksanakan dengan harapan bahwa dengan diberikan
pengampunan atas ketidakpatuhan di masa lampau, di masa mendatang
kepatuhan Wajib Pajak akan membaik. Meskipun pada umumnya kepatuhan
a.
b.
b.
c.
sudah ber-NPWP maupun belum ber-NPWP. Dalam hal Wajib Pajak belum
memiliki NPWP namun ingin memanfaatkan amnesti pajak, Wajib Pajak terlebih
dahulu mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
atau kedudukan Wajib Pajak. Apabila Wajib Pajak sudah pernah memiliki NPWP
namun telah dihapus, atau NWP berstatus non efektif, Wajib Pajak dapat
meminta KPP untuk mengaktifkan kembali NPWP tersebut. Wajib Pajak yang
dapat memanfaatkan amnesti pajak adalah Wajib Pajak yang mempunyai
kewajiban menyampaikan SPT Tahunan PPh. Sehingga sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan nomor 243/PMK.03/2014 Wajib Pajak Orang Pribadi yang
menerima atau memperoleh penghasilan neto di bawah PTKP tidak diwajibkan
memanfaatkan amnesti pajak.
Meski semua Wajib Pajak dapat memanfaatkan amnesti pajak, namun terdapat
3 (tiga) jenis Wajib Pajak yang tidak dapat memanfaatkan amnesti pajak ini,
yaitu:
a.
b.
c.
Uang Tebusan
Untuk mendapatkan amnesti, Wajib Pajak harus membayar sejumlah uang
tebusan yang dihitung dari besarnya harta yang diungkap dalam Surat
Pernyataan. Penentuan tariff uang tebusan dibagi ke dalam tiga periode, yaitu
periode pertama Juli-September 2016, periode kedua Oktober-Desember 2016
dan period ketiga/terakhir Januari-Maret 2017. Tarif uang sebagaimana diatur
dalam UU Pengampunan Pajak disajikan dalam tabel berikut:
Tata cara penghitungan uang tebusan dan contoh perhitungannya dapat dilihat
pada tulisan saya sebelumnya di link berikut ini: Cara Menghitung Uang Tebusan
bagi Wajib Pajak yang Akan Memanfaatkan Amnesti Pajak.
Uang Tebusan diadministrasikan sebagai PPh Non Migas Lainnya sehingga Wajib
Pajak membayar dengan kode akun pajak 411129 dan kode jenis setoran 512.
SPT Tahunan PPh tahun pajak 2015 bagi Wajib Pajak yang akhir tahun
bukunya berakhir pada periode 1 Juli 2015 sampai dengan 31 Desember
2015; atau
b.
SPT Tahunan PPh tahun pajak 2014 bagi Wajib Pajak yang akhir tahun
bukunya berakhir pada periode 1 Januari 2015 sampai dengan 30 Juni 2015.
Dalam hal Wajib Pajak ingin memanfaatkan amnesti pajak, namun belum
melaporkan SPT Tahunan PPh terakhir, maka Wajib Pajak dapat melaporkan SPT
Tahunan tersebut.
Uang tebusan dihitung dengan cara mengalikan tariff uang tebusan dengan nilai
harta bersih yang belum atau belum seluruhnya dilaporkan dalam SPT Tahunan
PPh terakhir. Dimana nilai harta bersih merupakan selisih antara nilai harta
dikurangi nilai utang.
Dalam hal Wajib Pajak belum memiliki NPWP, Wajib Pajak dapat mengajukan pendaftaran N
dalam hal NPWP telah dihapus atau berstatus non efektif, Wajib Pajak dapat meminta kepad
mengaktifkan kembali NPWP tersebut;
b. Membayar Uang Tebusan
Uang tebusan dibayar lunas melalui bank persepsi dengan menggunakan SSP yang berfung
pembayaran uang tebusan setelah mendapatkan validasi
c. Melunasi Seluruh Tunggakan Pajak
1) Tunggakan pajak termasuk biaya penagihan pajak yang timbul sehubungan dengan adan
penagihan pajak kepada Wajib Pajak harus dilunasi oleh Wajib Pajak;
2) Dalam hal tunggakan pajak telah dibayar sebagian, penghitungan besarnya tunggakan p
proporsional antara besarnya pokok pajak dengan sanksi administrasi berdasarkan data
sistem administrasi Direktorat Jenderal Pajak;
Contoh:
a) Wajib Pajak badan mempunyai utang pajak yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pa
dengan jumlah pokok pajak sebesar Rp10.000.000.000,- dan sanksi administrasi berup
penghitungan besarnya tunggakan pajak yang harus dilunasi oleh Wajib Pajak adalah:
b) Wajib Pajak Orang Pribadi mempunyai utang pajak yang tercantum dalam Surat Ketet
sebesar Rp1.000.000.000 dan tidak terdapat data mengenai rincian besarnya pokok d
Sanksi
3) Dalam hal data yang terdapat pada sistem administrasi Direktorat Jenderal Pajak tidak m
yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak.
d. Melunasi Pajak Yang Tidak Atau Kurang Dibayar Atau Melunasi Pajak Yang Seharusnya Tidak
Bagi Wajib Pajak Yang Sedang Dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan Dan/Atau Penyidika
e.
Apabila Wajib Pajak belum menyampaikan SPT Tahunan PPh tahun terakhir, berlaku ketentu
Wajib Pajak harus menyampaikan SPT Tahunan PPh tahun terakhir yang mencerminkan
1)
dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh sebelum tahun pajak terakhir yang disampaikan seb
Pengampunan Pajak berlaku ditambah harta yang bersumber dari penghasilan pada tah
dan
2)
Harta yang dimiliki selain harta sebagaimana dimaksud pada angka 1) di atas harus diun
harta tambahan dalam Surat Pernyataan
g Apabila Wajib Pajak bermaksud mengalihkan harta ke Indonesia, maka Wajib Pajak harus m
tersebut ke Indonesia dan menginvestasikannya di dalam wilayah Indonesia
Investasi tersebut dilakukan paling singkat selama 3 (tiga) tahun:
1)
sebelum 31 Desember 2016 bagi Wajib Pajak yang memilih memanfaatkan amnesti paja
atau
2) sebelum 31 Maret 2017 bagi Wajib Pajak yang memilih memanfaatkan amnesti pajak pad
h. Apabila harta yang diungkap dalam Surat Pernyataan adalah harta yang berada di Indonesia
tidak dapat mengalihkan harta tersebut ke luar negeri paling singkat sleama 3 (tiga) tahun te
diterbitkannya Surat Keterangan.
Surat Pernyataan
Untuk memperoleh amnesti pajak Wajib Pajak harus menyampaikan surat
b.
c.
d.
e.
bukti pelunasan pajak yang tidak atau kurang dibayar atau pajak yang
seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan
pemeriksaan bukti permulaan atau penyidikan
f.
fotokopi SPT Tahunan PPh Terakhir kecuali bagi Wajib Pajak yang
terdaftar setelah tahun 2015
g.
h.
i.
j.
Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pernyataan paling banyak 3 (tiga) kali
selama periode Juli 2016 hingga Maret 2017. Surat Pernyataan kedua atau ketiga
dapat disampaikan sebelum atau setelah Surat Keterangan atas Surat
Pernyataan yang pertama atau kedua diterbitkan.
a.
b.
c.
d.
e.
Dalam hal Surat Pernyataan tidak disampaikan secara langsung ke KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar atau tidak dilampiri surat kuasa atau dokumen yang telah
ditentukan, Surat Pernyataan dianggap tidak disampaikan dan dikembalikan
kepada Wajib Pajak.
Surat Keterangan
Surat Keterangan atau lengkapnya Surat Keterangan Pengampunan Pajak
adalah surat yang diterbitkan oleh Kepala Kanwil DJP atas nama Menteri sebagai
bukti pemberian pengampunan pajak. Surat Keterangan harus diterbitkan
paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya Surat Pernyataan
beserta lampirannya. Apabila jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja tersebut tidak
terpenuhi, maka Surat Pernyataan dianggap sebagai Surat Keterangan.
b.
c.
d.
Untuk kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian tahun pajak, dan tahun
pajak, sampai dengan akhir tahun pajak terakhir yang berkaitan dengan
kewajiban PPh, dan PPN dan PPn BM.
Wajib Pajak yang akan mengalihkan hartanya ke Indonesia harus mengalihkan hartanya me
yang ditunjuk secara khusus. Investasi tersebut dilakukan dalam bentuk:
a.
b.
obligasi BUMN;
c.
d.
e.
f.
g.
invetasi sektor riil berdasarkan prioritas yang ditentukan oleh Pemerintah; dan/atau
h.
2)
sukuk;
3)
saham;
4)
5)
6)
7)
deposito;
8)
tabungan;
9)
giro; dan/atau
10) instrumen investasi pasar keuangan lainnya termasuk produk asuransi, perusahaan pe
pensiun atau modal ventura, yang mendapatkan persetujuan dari OJK
2. Pembukuan
a.
harta bersih yang disampaikan dalam Surat Pernyataan dikurangi dengan nilai harta be
dalam SPT Tahunan PPh Terakhir sebagai tambahan atas saldo laba ditahan dalam ner
b.
Harta tambahan yang diungkapkan dalam Surat Pernyataan yang berupa aktiva tidak b
diamortisasi untuk tujuan perpajakan
c.
Harta tambahan yang diungkapkan dalam Surat Pernyataan yang berupa aktiva berwu
disusutkan untuk tujuan perpajakan
3. Pengalihan Hak
a.
Wajib Pajak yang telah memperoleh Surat Keterangan dan membayar uang tebusan at
bergerak berupa tanah dan/atau bangunan dan/atau harta berupa saham yang belum
nama Wajib Pajak harus melakukan pengalihan hak menjadi nama Wajib Pajak
b.
Pengalihan hak atas harta berupa tanah dan/atau bangunan dibebaskan dari pengenaa
permohonan pengalihan hak atau penandatanganan surat pernyataan oleh kedua bela
notaris dilakukan paling lambat tanggal 31 Desember 2017. Pembebasan dilakukan den
Keterangan Bebas PPh dari Kepala KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.
c.
Pengalihan hak atas harta berupa saham dibebaskan dari pengenaan PPh apabila perja
hak dilakukan paling lambat tanggal 31 Desember 2017. Pembebasan dilakukan denga
Bebas PPh dari Kepala KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.
d.
Apabila sampai dengan tanggal 31 Desember 2017 Wajib Pajak tidak melakukan penga
pengalihan hak yang dilakukan dikenai pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
mengompensasikan kelebihan pembayaran pajak PPh dan PPN atau PPn BM untuk ma
tahun pajak terakhir ke masa pajak berikutnya;
c.
dan PPn BM untuk masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak, sampai dengan a
terakhir;
d.
melakukan pembetulan SPT PPh dan PPN dan PPn BM untuk masa pajak, bagian tahun
pajak, sampai dengan akhir tahun pajak terakhir, setelah UU Pengampunan Pajak berla
5. Pembetulan SPT
Setelah UU Pengampunan Pajak berlaku, pembetulan SPT sampai dengan akhir tahun paja
disampaikan oleh Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan dianggap tidak disam
Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal di atas, untuk dapat memanfaatkan amnesti pajak, langkahlangkah yang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak diantaranya:
1.
2.
3.
Membuat daftar harta dan hutang yang belum dilaporkan dalam SPT
Tahunan PPh terakhir
4.
5.
6.
Meminta pajak yang tidak atau kurang dibayar atau pajak yang
seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan
pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan dan melunasinya
7.
8.
9.
10.
11.