Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH
RINA WULANDARI
2015-403-0047

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

1. Pengertian
Hipertensi dikategorikan ringan jika tekanan diastoliknya berkisar 95 104
MmHg, hipertensi sedang kalau tekanan diastoliknya diantara kisaran 105 & 114 MmHg,
& hipertensi berat bila tekanan diastoliknya berkisar 115 MmHg atau lebih dari itu.
Pembagian atau perkategian ini berdasarkan dari peningkatan tekanan diastolik karena
dianggap

lebih

serius

dari

peningkatan

sistolik

Gunawan,

2003

).

Hipertensi ialah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi
merupakan sebuah kondisi di mana berlangsung gangguan pada mekanisme pengaturan
tekanan darah (Mansjoer,2008 : 144)
2. Etiologi/Penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya bisa dibedakan menjadi 2 golongan besar
yakni : ( Lany Gunawan, 2001 )
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) ialah hipertensi yg tidak diketahui apa
penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yg biasanya di sebabkan oleh penyakit
lain.
Hipertensi primer hampir terdapat pada lebih dari 90 persen penderita hipertensi,
sedangkan 10 persen sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Walaupun
hipertensi primer belum diketahui dengan tentu penyebabnya, data-data penelitian
sudah dapat menemukan sekian banyak factor yg tidak jarang sekali menyebabkan
terjadinya

sebuah

penyakit

hipertensi.

Pada umunya penyakit hipertensi tak memiliki penyebab yg secara spesifik.


Hipertensi terjadi juga terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer.
Tapi ada sekian banyak factor yg sangat mempengaruhi proses terjadinya hipertensi :
a. Genetik : Respon nerologi yang terjadi pada stress atau disebabkan karena kelainan
eksresi atau disebabkan karena transport Na.
b. Obesitas : Yang disebabkan karena terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan atau menyebabkan tekanan darah menjadi meningkat.
c. Stress dikarenakan atau disebabkan oleh Lingkungan.
d. Karena hilangnya Elastisitas pada jaringan serta arterisklerosis pada seseorang yang
lanjut usia serta terdapat pelebaran pembuluh darah.
3. Patofisiologi

4. Tanda dan Gejala


Tanda serta gejala hipertensi dapat dibedakan menjadi :
a) Tidak ada gejala yang begitu spesifik yang dapat dihubungkan dengan adanya
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh tenaga kesehatan
yang memeriksa tekanan darahnya. Ini menunjukan bahwa hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa atau di tentukan apabila tekanan arteri tidak dikur.

b) Gejala yg lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yg menyertai hipertensi


meliputi nyeri kepala & kelelahan. Dalam kenyataannya ini adalah gejala terlazim yg
berkaitan kebanyakan pasien yg mencari bantuan medis.
5. Klasifikasi
Dengan Cara klinis derajat hipertensi akan dikelompokkan sebagai berikut :

6. MANIFESTASI KLINIS
Terhadap sebagian besar penderita, hipertensi tak memunculkan gejala; biarpun
secara tidak sengaja sekian banyak gejala terjadi bersamaan & diakui berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yg dimaksud yakni
sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan & kelelahan; yg mungkin
terjadi baik pada penderita hipertensi, ataupun pada seseorang bersama tekanan darah yg
normal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran & bahkan
koma dikarenakan terjadi pembengkakan otak. Kondisi ini dinamakan ensefalopati
hipertensif, yg memerlukan penanganan langsung.
7. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yg bisa berlangsung pada penyakit hipertensi menurut TIM
POKJA RS Harapan Kita (2003 : 64) & Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) yakni
diantaranya :
Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, dan transient ischemic

attack =.
Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).

Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.


Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Dosen Fakultas kedokteran USU, Abdul Madjid
(2004), meliputi :
Pemeriksaan laboratorium teratur yg dilakukan sebelum mengawali terapi bertujuan
memastikan adanya kerusakan organ & faktor resiko lain atau mencari penyebab
hipertensi. umumnya diperiksa urin analisa, darah perifer komplit, kimia darah

(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol keseluruhan, HDL, LDL
Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (bisa
mengidentifikasi hipertensi, yang merupakan tambahan bisa dilakukan pemerisaan

lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH & ekordiografi.
Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium
serum (meningkat menunjukkan aldosteron yg meningkat), kalsium serum
(peningkatan bisa menyebabkan hipertensi : kolesterol & tri gliserit (indikasi pencetus
hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula
(menunjukkan

disfungsi

ginjal),

asam

urat

(hal

penyebab

hipertensi)

Pemeriksaan radiologi : Photo dada & CT scan


9. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian ini meliputi identitas pasien, umur, pekerjaan, riwayat penyakit sekarang,
dahulu, dan keluarga.
Dalam pengkajian Doengoes ( 1999 ) meliputi aktivitas dan latihan, eliminasi, kebiasaan
BAB dan BAK, makan dan cairan meliputi kebiasaan makanan dan minuman yang
dikonsumsi dari jenis makanan berlemak, kolesterol tinggi, beralkohol, mengandung
garam yang tinggi, dan sebagainya. Neuron sensori : gejala sakit kepala, lemas, istirahat,
dan tidur, adanya susah tidur, kebiasaan tidur, persepsi kognitif, persepsi klien tentang
penyakitnya sedangkan untuk pemeriksaan fisik yang terpenting adalah tanda-tanda vital
yaitu tensi darah, adanya kenaikan.
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Menurut Doengoes ( 1993 ) pada klien hipertensi dapat ditemukan diagnosa dan
intervensi keperawatan sebagai berikut :

a) Gangguan perfuasi jaringan sehubungan dengan menurunnya suplai O2 jaringan


perifer.
1) Tujuan : suplai O2 ke jaringan terpenuhi
2) Kriteria hasil :
Kulit tampak kemerahan tidak cyanosis
Suhu tubuh dalam batas normal 36C s.d 37C
Nadi dalam batas normal ( 60-80 x/mnt )
3) Intervensi :
Monitor tekanan darah, untuk evaluasi awal gunakan manset yang tepat dan
tehnik yang akurat. Rasionalisasi : perbandingan dari tekanan memberikan

gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan masalah vaskuler.


Catat
keberadaan,
kualitas
denyutan
sentral
perifer
Rasionalisasi : denyutan karotis, juguralis, radialis dan femoralis mungkin
teramati/ terpolasi denyut pada tungkai mungkin menurun mencerminkan

efek dan vasokontriksi dan kongesti vena.


Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasionalisasi : adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisia
kapiler

lambat,

mungkin

kaitannya

dengan

vasokontriksi

mencerminkan dekompensasi/ penurunan curah jantung


Catat
adanya
oedem
umum

atau

tertentu

Rasionalisasi : dapat mengidentivikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau

vaskuler.
Ciptakan

lingkungan

yang

nyaman

Rasionalisasi : membantu menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan

relaksasi.
Batasi

aktivitas

Rasionalisasi : menurunkan stress dan ketegangan yang mrmpengaruhi

tekanan darah dan perjalanan penyakit.


Lakukan tindakan yang nyaman seperti meninggikan kepala di tempat
tidur.
Rasionalisasi :mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan

rangsang simpatis.
Pantau respon terhadap

obat

untuk

mengontrol

tekanan

darah.

Rasionalisasi : respon terhadap terapi obat, tergantung individu efek

sinergis obat karena efek sampinh tersebut, maka penting untuk


menggunakan obat dalam jumlah sedikit dan dosis rendah.
Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi.
b) Ganguan rasa nyaman nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
1) Tujuan : nyeri berkurang / hilang
2) Kriteria hasil :
tekanan darah turun/normal maksimal 140/90mmHg
klien tidak merasa pusing / leher tidak terasa kaku lagi
klien tampak tenang
3) Intervensi :
Mempertahankan
tirah
baring
selama

masa

akut.

Rasionalisasi : meminimalkan stimulasi / maningkatkan relaksasi.


Berikan tindakan non farmakologik untuk menghilangkan sakit kepala,
misalnya

kompres

idngin

pada

dahi,

pijat

punggung.

Rasionalisasi : tindakan massage bertujuan untuk menurunkan tekanan


vaskuler serebral dan memperlambat respon simpatik, efektif dalam

menghilangkan nyeri.
Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala, misalnya : mengejan waktu BAB, batuk panjang dan banyak
bergerak.
Rasionalisasi : aktivitas yang meningkat vasokontriksi menyebabkan sakit

kepala pada peningkatan tekanan vaskuler.


Bantu
klien
dalam
ambulasi

sesuai

kebutuhan.

Rasionalisasi : pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit

kepala klien juga dapat mengalamio episode hipertensi postural.


Berikan
cairan
,
makanan
lunak
yang
mudah

ditelan.

Rasionalisasi : meningkatkan kenyamanan umum dan mengurangi kebutuhan

energi/ kelelahan.
Berikan
analgetik

sesuai

indikasi

terapi.

Rasionalisasi : menurunkan nyeri dan merangsang system syaraf simpatis.


c) Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan.
1) Tujuan : klien dapat beraktivitas tanpa bantuan
2) Kriteria hasil :
klien merasa mampu beraktivitas
klien bisa beraktivitas sederhan
3) Intervensi :

Kaji

respon

keluarga

terhadap

aktivitas

Rasionalisasi : mengkaji respon fisiologis terhadap stress aktivitas dan bila


ada merupakan indicator dari aktivitas kerja yang berkaitan dengan tingkat

aktivitas.
Intruksikan

klien

tentang

teknis

penghematan

energi

Rasionalisasi : tehnik penghematan energi mengurangi penurunan energi, juga

membentu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.


Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas / perawatan diri bertahap,
berikan

bantuan

sesuai

kebutuhan.

Rasionalisasi : kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja


jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan
mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
d) Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan pusing sekunder dengan
peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK).
1) Tujuan : penderita bisa istirahat dan tidur dengan tenang
2) Kriteria hasil :
Penderita bisa tidur 8 jam perhari.
Mata tidak tampak merah.
3) Intervensi :
Kaji
kebiasaan
tidur

istirahat

Rasionalisasi : mengkaji perk\lunya dan mengidentifikasi intervensi yang

tepat.
Kaji
Rasionalisasi

kebiasaan
:

kebiasaan

pengguanaan
pemakaian

obat

obat
sangat

mempengaruhi pola tidur.


Ciptakan

Rasionalisasi : memberikan situasi kondusif untuk tidur.


Anjurkan
tehnik

Rasionalisasi : membantu menginduksi tidur.


Beri
posisi
tidur

suasana

sedative
sedative

sangat
tenang

yang

relaksasi
nyaman

Rasionalisasi : perubahan posisi mengubah cara tekanan dan meningkatkan


istirahat.
e) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
1) Tujuan : pasien mengerti tentang penyakitnya
2) Kriteria hasil : pasien dapat mengungkapkan tentang hipertensi, gejala, tanda,
penyebab, komplikasi, dan pencegahannya.

3) Intervensi :
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
Rasionalisasi : mengkajio tingkat kemampuan klien, yang mana dapat
mempengaruhi minat klien/ orang terdekat untuk mempelajari penyakit,
kemajuan terapi dan prognisis serta hambatan yang terjadi dalam proses

pengobatan.
Tetapkan dan tentukan tekanan darah normal, jelaskan tentang hipertensi dan
efeknya

pada

jantung,

pembuluh

darah,

ginjal

dan

otak.

Rasionalisasi : memberikan dasar pengetahuan yang benar tentang tekanan darah


serta menerangkan faktor-faktor resiko yang menunjukan hubungan dalam

menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler.


Bantu klien dalam menidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler yang
dapat diubah, misalnya obesitas, diet tnggi lemak jenuh dan kolesterol, merokok,

alkoholik, dan pola hidup penuh stress.


Jelaskan tentang terapi, obat-obatan serta efek samping yang terjadi.
Rasionalisasi : menjelaskan factor resiko dan kemungkinan yang diubah serta

manfaat yang dapat diambil.


Anjurkan klien untuk konsultasi dengan pemberi peringatan sebelum
menggunakan

obat

yang

diresepkan

ataupun

yang

tidak

diresepkan.

Rasionalisasi : kewaspadaan penting dalam pencegahan interaksi obat yang


kemungkinan berbahaya

DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Doengoes ( 1993 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Smith T. 1995. Tekanan Darah Tinggi. Cetakan V. Arcan.Jakarta
Sobel, B. J. M. D. and George L. Bakris, M . D . FACP. 1999 . Pedoman KLinis diagnosa dan
Terapi Hipertensi. Penerbit Hipokrates.

Anda mungkin juga menyukai