Terje Mahan
Terje Mahan
dalam
bantalan vaskular lainnya terbatas pada sirkulasi serebral. Hal ini terjadi dan
dikondisikan melalui beberapa mekanisme, yang didalamnya mencakup regulasi
yang menurun akan reseptor-reseptor kunci dan faktor-faktor transkripsi, serta
produksi faktor-faktor yang bersirkulasi yang menghambat efek vasodilatori faktor
pertumbuhan endotelial vaskular (VEGF) dan faktor pertumbuhan plasental.
Kehamilan dapat mencegah dan menormalkan pemodelan ulang hipertensif akan
arteri serebral, mungkin hal ini terjadi melalui regulasi yang menurun akan reseptor
angiotensin tipe 1. Sawar darah otak (BBB) secara penting beradaptasi ketika
terjadinya kehamilan melalui penghentian saluran serum yang dapat menyebabkan
sawan untuk tidak masuk ke dalam otak dan membatasi efek permeabilitas VEGF
yang lebih terekspresi pada vaskulatur serebral selama kehamilan. Sedangkan
adaptasi sirkulasi serebral pada saat kehamilan memberikan aliran darah serebrum
yang relatif normal dan sifat-sifat BBB pada perubahan kardiovaskular yang
substansial dan tingkat faktor-faktor yang bersirkulasi, pada kondisi patologis,
adaptasi-adaptasi ini muncul untuk menyebabkan atau memicu cedera otak yang
PENDAHULUAN
Adaptasi sistem kardiovaskular maternal terhadap kehamilan adalah bersifat
substansial dan dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan unit janinplasental yang penting. Secara sitematis, kehamilan merupakan suatu kondisi yang
resistensi rendah dan volume tinggi yang dicirikan dengan peningkatan curah jantung
yang besar (CO) yang dikendalikan oleh hormon-hormon yang bersirkulasi yang
meningkat seiring dengan perkembangan kehamilan. Volume plasma pun meningkat
40% sampai 50% selama kehamilan tunggal (dan sampai 100% selama terjadinya
kehamilan kembar) yang berhubungan dengan penurunan resistensi vaskular
sistemik. Akibatnya, tekanan darah akan menurun pada pertengahan periode
kehamilan dan akan meningkat sampai level yang normal pada waktu menjelang
persalinan. Selain perubahan kardiovaskular sistemik, beberapa organ mengalami
peningkatan aliran darah selama terjadinya kehamilan, yang dimana organ-organ ini
mencakup ginjal, indung telur, dan uterus atau rahim. Distribusi CO pada masingmasing organ juga berubah selama kehamilan dengan peningkatan yang tertinggi
terjadi pada sirkulasi utero-plasental.
Adaptasi sirkulasi otak dan serebral terhadap kehamilan adalah unik dibandingkan
dengan apa yang terjadi pada organ-organ lainnya karena kebutuhan otak akan suplai
darah yang konstan dan intoleransi terhadap volume darah yang meningkat.
Kebutuhan yang tinggi akan sistem kardiovaskular serta tingkat yang tinggi akan
faktor-faktor yang bersirkulasi ketika terjadinya kehamilan akan mengancam
keselamatan otak, yang dimana otak merupakan suatu organ yang membutuhkan
metabolisme yang tinggi yang membutuhkan homeostasis ion dan air yang cukup.
Adaptasi fisiologis normal akan sistem kardiovaskular terhadap kehamilan mencakup
perubahan-perubahan yang mempengaruhi integritas dinding pembuluh darah,
hemodinamika, dan koagulasi yang dapat meningkatkan resiko stroke, edema, dan
komplikasi-komplikasi neurovaskular lainnya. Dibandingkan dengan organ-organ
lainnya, kami masih memiliki keterbatasan pemahaman akan adapatasi sirkulasi
serebral terhadap kehamilan dan mekanisme-mekanisme penyebabnya. Namun,
dengan memahami bagaimana kehamilan normal dan kondisi-kondisi seperti
contohnya preklampsia, dapat mempengaruhi dinding serebrovaskular, kita dapat
memahami komplikasi-komplikasi neurologis yang dapat menyebabkan morbiditas
dan kematian ibu di seluruh dunia.
Artikel tinjauan ini akan menjelaskan pengetahuan yang sudah didapatkan tentang
adaptasi sirkulasi serebral terhadap kehamilan, yang dimana mencakup perubahan
pada aliran darah serebral (CBF), hemodinamika, struktur vaskular, dan sifat-sifat
sawar darah-otak (BBB). Walaupun penelitian-penelitian yang dilakukan pada
manusia dan hewan akan dibahas, namun haruslah diingat bahwa penelitianpenelitian pada manusia tentang aliran darah otak dan struktur serebrovaskular
adalah sulit untuk dilakukan dan dengan demikian informasi yang cukup mengenai
adaptasi sirkulasi serebral pada manusia masihlah kurang. Kami telah menggunakan
model-model binatang untuk mengkarakterisasi adaptasi sirkulasi serebral terhadap
kehamilan dan hal inilah yang akan dijelaskan disini. Selain itu, ktia juga akan
internal (ICA) selama kehamilan pada wanita sehat. Penelitian ini juga mengukur
diameter ICA dan dengan demikian mengkalkulasikan perubahan pada resistensi
serebrovaskular (CVR) dan CBF global. Pada penelitian ini, CVR menurun dari
kondisi non-hamil yaitu 0,141 menjadi 0,112 mmHg x mL/100 g/menit pada wanita
hamil di trisemester ketiga, dan CBF nya meningkat 22% yaitu dari 42,2 mL/100 g/
menit pada wanita non-hamil menjadi 51,8 mL/100 g/menit pada wanita hamil di
trisemester ketiga. Kelebihan dari penelitian ini adalah bahwa diameter ICA dan
volume aliran darah dapatlah dihitung; namun, hal ini terbatas oleh analisis lintasbagian dan terdapat delapan kali lipat pasien yang diukur pada trisemester ketiga
dibandingkan dengan wanita non-hamil, dan lima kali lipat lebih banyak pada
trisemester pertama. Selain itu, bagaimana peneliti menormalisasikan bobot otak
tidaklah jelas. Temuan bahwa CBF meningkat sebanyak 22% pada saat kehamilan
pra-persalinan adalah bertolak belakang dengan penelitian longitudinal yang
dilakukan oleh Zeeman dkk, dimana Zeeman dkk menggunakan pencitraan resonansi
magnetik terkoding-kecepatan pada serebral tengah dan arteri serebral posterior
(PCA) pada 10 wanita hamil, dan mereka menemukan fakta bahwa CBF menurun
sebanyak 20% pada trisemester ketiga. Namun, penelitian ini menggunakan nilai
pasca-persalinan untuk pembandingan yang mungkin tidak setepat nilai pada saat
pra-kehamilan. Ketidasesuaian akan nilai CBF ini dikaji pada penelitian-penelitian
ini yang menyoroti kesulitan dalam hal pengukuran CBF pada wanita hamil.
Kami dan para peneliti lainnya telah menggunakan mikrosfer pada hewan untuk
mengukur perubahan absolut pada CBF selama terjadinya kehamilan. Terdapat
kekurangan yang jelas dalam penelitian-penelitian pada hewan, yang didalamnya
mencakup penggunakan anestesi pada sebagian binatang, namun tidak seluruh
penelitian yang dapat mempengaruhi CVR dan CBF. Lebih jauh lagi, penggunaan
mikrosfer adalah bersifat final, dengan demikian hal ini tidak menyertakan
penelitian-penelitian longitudinal. Pada model yang tidak diberikan anestesi, yaitu
domba yang diberi atau dipasangi kateter, CBF diketahui menurun dari 48 mL/100
g/menit pada kondisi tidak hamil menjadi 38 mL/100 g/menit pada kondisi hamil tua
(130 sampai 140 hari). Beberapa penelitian lain yang dilakukan terhadap tikus
menemukan adanya sedikit perubahan pada nilai CBF pada masa kehamilan tua
dibandingkan dengan pada tikus yang tidak hamil: 92 versus 88 mL/100 g/menit dan
58 versus 60 mL/100 g/menit.
paling umum selama kehamilan. Jika batas atas autoregulasi berubah sampai tekanan
yang lebih rendah selama kehamilan, maka ketidakstabilan autoregulatori dianggap
sebagai satu mekanisme eklampsia yang menjadi penyebabnya. Batas bawah
autoregulasi CBF juga penting untuk dipahami karena pendarahan yang substansial
dapat terjadi selama kelahiran yang seringkali menurunkan tekanan darah. Jika batas
bawah autoregulasi berubah menjadi tekanan yang lebih tinggi, CBF akan turun
dengan tekanan yang juga menurun, dan hal ini dapat memunculkan gejala-gejala
neurologis seperti contohnya pusing, bingung, hilangnya kesadaran, dan kerusakan
otak iskhemik.
Kami telah mengukur batas autoregulasi CBF selama kehamilan normal pada hewan
tikus yang dibius dengan menggunakan laser Doppler untuk mengukur perubahan
CBF. Dengan menggunakan pentobarbital sebagai obat biusnya dengan infusi cepat
fenilefrin untuk meningkatkan tekanan darah, kami menemukan tidak ada perbedaan
dalam hal tekanan dimana perubahan autoregulatori terjadi baik pada tikus yang
tidak hamil dan juga tikus yang sedang hamil tua. Namun, karena laser Doppler
mengukur perubahan relatif pada CBF, apakah CBF berada pada level yang sama
atau tidak setelah perubahan & peningkatan autoregulasi secara cepat belumlah
dipahami. Dengan demikian, pada penelitian terpisah kami menggunakan mikrosfer
untuk mengukur perubahan basal absolut pada CBF sebelum penginfusan fenilefrin
dan kemudian setelah tekanan darah secara cepat meningkat sampai 203 3 mmHg
untuk subjek penelitian yang tidak hamil dan 193 3 mm Hg untuk tikus yang
sedang hamil tua. Kami menemukan bahwa ketika CBF sama pada tikus yang sedang
hamil tua dan pada tikus yang tidak hamil pada kondisi awal, terdapat peningkatan
CBF sebanyak ~40% dengan hipertensi akut pada hewan yang sedang hamil
(Gambar 1A). Peningkatan CBF pada tekanan yang lebih tinggi dikarenakan oleh
penurunan CVR yang lebih tinggi pada hewan yang sedang hamil: 0,70 0,07 mm
Hg x mL/100g/menit untuk hewan yang tidak hamil versus 0,45 0,05 mm Hg x
mL/100 g/menit untuk hewan yang sedang hamil (Gambar 1B). Penurunan CVR
pada hewan yang sedang hamil yang disertai dengan hipertensi akut kemungkinan
disebabkan oleh peningkatan volume vaskular yang terjadi selama kehamilan, hal ini
disebabkan pemodelan ulang keluar arteriole otak dan karena densitas kapiler yang
meningkat (lihat dibawah). Autoregulasi CBF diukur pada tikus yang tidak hamil dan
pada tikus yang sedang hamil tua dengan menggunakan anestesi kloral hidrat, bukan
oleh pentobarbital. Diketahui bahwa batas atas autoregulasi itu agak berubah ke
tekanan yang lebih tinggi pada tikus yang sedang hamil tua, yaitu pada bagian
anterior dan posterior (depan dan belakang) korteks-korteks serebral (Gambar 2A
dan 2B). Namun, bentuk kurva autoregulatori CBF adalah berbeda dengan anestesi
yang berbeda, hal ini sepertinya karena kloral hidrat tidak menghasilkan perubahan
yang sama pada CBF, hal ini menunjukan adanya beberapa penurunan pada CVR
dibandingkan dengan pentobarbital sebelum dilakukannya infusi fenilefrin. Namun,
ketika isi air otak diukur, hanya hewan yang hamil lah yang mengalami pembentukan
edema yang signifikan sebagai respons terhadap hipertensi akut, dan hal yang sama
pun terjadi pada pemberian anestesi pentobarbital. Dengan demikian, hal ini
menunjukan bahwa otak akan lebih rentan mengalami pembentukan edema selama
kehamilan ketika terjadi peningkatan tekanan darah. Temuan ini adalah
pentingmengingat edma merupakans atu mekanisme utama akan terjadinya sawan,
dan hal ini dianggap dapat terjadi selama kehamilan dengan hipertensi.
Selain perubahan ke batas atas autoregulasi CBF, kehamilan juga tampaknya dapat
merubah batas autoregulasi ke batas bawah. Autoregulasi aliran darah serebral
selama hipotensi hemoragis diukur pada tikus yang tidak hamil dan tikus yang
sedang hamil tua yang diberi bius kloral hidrat. Tidak seperti batas atas autoregulasi
CBF yang berubah pada korteks anterior dan posterior selama kehamilan, batas
bawah autoregulasi bergerak ke tekanan yang lebih rendah hanya pada korteks
serebral
autoregulasi ke tekanan yang lebih rendah selama kehamilan dapat menjadi suatu
mekanisme protektif terhadap hipoksia/ iskhemia selama hipotensi hemoragis yang
dapat terjadi selama persalinan. Mekanisme lebih sering muncul pada korteks bagian
posterior, dan akibat dari hal ini belumlah sepenuhnya dipahami. Namun, perubahan
yang disebabkan oleh kehamilan pada sintase nitrik oksida neuronal dan endotelial
(eNOS dan nNos) secara spesifik pada korteks serebral posterior bisa jadi
penyebabnya.
Gambar 1. Dampak kehamilan terhadap aliran darah serebral (CBF) dan resistensi serbrovaskular
(CVR) sebagai respon terhadap hipertensi akut. (A) CBF regional yang diukur dengan menggunakan
mikrosfer dari tikus yang tidak hamil (NP) dan tikus yang hamil tua (LP) secara basal (Kendali) dan
setelah penginfusan fenilefrin untuk menyebabkan hipertensi akut (HTN). Pada kondisi kendali,
tidaklah terdapat perbedaan pada CBF di wilayah otak manapun yang diukur. Setelah hipertensi akut,
hewan yang sedang hamil tua mengalami peningkatan CBF yang signifikan dibandingkan dengan
tikus yang tidak hamil yang mengalami perubahan tekanan darah yang sama di setiap wilayah kecuali
di wilayah batang otak. **P<0,01 versus Kendali:
yang tidak hamil (NP) dan tikus yang sedang hamil tua (LP) diukur dengan menggunakan mikrosfer
secara basal pada tekanan darah normal (Kendali) dan setelah penginfusan fenilefrin untuk memicu
hipertensi akut (HTN). Hipertensi akut menyebabkan penurunan CVR secara signifikan pada hewan
NP dan hewan LP, yang dimana hal ini mendemonstrasikan perubahan autoregulatori yang cepat.
Namun tikus yang mengalami hamil tua mengalami penurunan CVR yang signifikan dengan
peningkatan yang sama pada tekanan darah dibandingkan dengan subjek penelitian yang tidak hamil.
**P<0,01 versus Kendali: P<0,01 versus NP. Sebagian dari artikel ini sudah diterbitkan pada J
Appl Physial 2011; 110; 329-339.
Gambar 2. Perubahan pada autoregulasi aliran darah serebral (CBF) selama kehamilan. (A. B)
Autoregulasi CBF pada serebrum anterior dan posterior diukur dengan menggunakan laser Doppler
selama infusi cepat fenilefrin untuk meningkatkan tekanan darah pada subjek penelitian/ tikus yang
tidak hamil (NP) dan tikus yang hamil tua (LP). Pada kedua wilayah otak, kehamilan dapat merubah
kurva autoregulasi ke arah kanan. *P < 0,05 versus CBF pada 100 mm Hg; *p < 0,05 versus LP. (C,
D) Autoregulasi CBF pada korteks serebral anterior dan posterior yang diukur dengan menggunakan
laser Doppler selama hipotensi hemoragik untuk menurunkan tekanan darah pada tikus yang tidak
hamil (NP) dan tikus yang sedang hamil tua (LP). Kehamilan dapat merubah kurva autoregulatori ke
tekanan yang lebih rendah hanya pada serebrum posterior saja. *p < 0,05 versus LP.
sindrom HELLP (hemolisis, enzim hati yang meningkat, platelet rendah), dan
eklampsia. Kehamilan pra-persalinan (hamil tua) telah secara khusus diteliti karena
kondisi ini memungkinkan munculnya gejala-gejala neurologis. Struktur arteri
serebral posterior, yang mencakup diameter pasif dan distensibilitas, tidaklah
berbeda pada tikus yang mengalami hamil tua, namun keduanya ini memaksakan
terjadinya dilatasi pada tekanan yang lebih rendah. Interpretasi awal kami akan hasilhasil ini adalah bahwa kurva autoregulasi bergeser ke tekanan yang lebih rendah
selama kehamilan. Saat ini kami mengetahui bahwa hal ini tidaklah terjadi (lihat
diatas) dan mengingatkan kita bahwa aktifitas miogenik arteri pial bukanlahs satusatunya faktor yang mempengaruhi autoregulasi CBF. Tentang bagaimana kehamilan
dapat merubah komponen-komponen neuronal atau metabolik yang mempengaruhi
autoregulasi CBF belum lah tereksplorasi.
Sudah sangat diketahui bahwa hewan dan manusia yang hamil adalah lebih sensitif
terhadap endotoksin bakteri dibandingkan dengan ketika tidak hamil, hal ini
merupakan respon terhadap lipopolisakharida dosis-rendah (LPS) dengan koagulasi
intravaskular terdiseminasi. Hipersensitivitas vaskulatur tepi dan vaskulatur ginjal
terhadap LPS dianggap disebabkan oleh perubahan pada sistem imun bawaan dan
adaptif selama kehamilan. Saat ini, kami pun mengeksplorasi tentang apakah
sirkulasi serebral juga dapat meningkatkan sensitifitas terhadap LPS atau tidak
dengan menginfuskannya sebanyak 1,5 g/kg pada hari ke-14 kehamilan tikus dan
kemudian kami mempelajari perubahan pada struktur PCA dan fungsinya pada hari
ke-20 dari masa kehamilan tikus yang biasanya mencapai 22 hari (yaitu kehamilantua). Dibandingkan dengan hewan yang tidak hamil yang mendapatkan perlakuan
yang sama, PCA dari hewan yang sedang hamil tua ternyata merespon terhadap LPS
dengan penurunan tonal dan peningkatan sensitivitas terhadap nitrik oksida (Gambar
3). Selain itu, ekspresi sintase nitrik oksidase yang diinduksi (iNOS) pun
meningkatkan PCA tiga kali lipat pada hewan yang sedang hamil tua pada kondisi
terkendali (yang diberi infusan larutan salin). Lebih jauh lagi, ketika pembuluhpembuluh darah dari hewan yang sedang tidak hamil dan yang sedang hamil
merespon infusi LPS dengan peningkatan ekspresi iNOS, peningkatan ini adalah
lebih tinggi pada hewan yang sedang hamil. Ketika ekspresi mRNA sitokin dikur
pada arteri pial dari hewan yang tidak hamil dan hewan yang sedang hamil, diketahui
kehamilan sendiri dapatlah meningkatkan ekspresi faktor nekrosis tumor sitokin proinflamatori (TNF) dan interferon namun juga meningkatkan interleukin sitokin
anti inflamatori interleukin-10. Dengan demikian, arteri serebral selama kehamilan
muncul pada kondisi inflamasi, dengan peningkatan iNOS yang substansial dan
peningkatan ekspresi sitokin pro-inflamatori. Namun, peningkatan interleukin-10
dapat memberikan keseimbangan antiinflamaori sehingga fungsi tersebut akant tetap
sedikit berada pada tingkat normal.
CBF ke tekanan yang lebih tinggi selama hipertensi kronis yang berfungsi sebagai
proteksi mikrosirkulasi. Satu aspek yang menarik akan kehamilan adalah bahwa hal
tersebut mencegah pemodelan-ulang kedalam karena hipertensi pada tikus betina.
Tikus betina yang diberikan inhibitor NOS L-NAME pada air minumnya selama
mingu terakhir kehamilan ternyata memiliki PCA yang sama pada diameter lumen,
sedangkan tikus betina yang tidak hamil yang diberikan L-NAME dengan durasi
yang sama dengan hewan yang hamil ternyata memiliki PCA yang secara signifikan
lebih sedikit pada diameter dengan peningkatan ketebalan dinding arteri. Lemahnya
pemodelan ulang pada hewan yang hamil tidaklah disebabkan karena tekanan darah
yang lebih rendah karena hewan yang tidak hamil dan hewan yang hamil memiliki
tingkat hipertensi yang sama dengan inhibisi NOS. Fakta bahwa kehamilan dapat
mencegah
pemodelan-ulang
hipertensif
arteri
serebral
telah
dikonfirmasi
kebenarannya pada penelitian yang dilakukan oleh Dahl tentang sensitifitas tikus
terhadap garam. Mekanisme dimana kehamilan dapat mencegah pemodelan-ulang
hipertensif arteri serebral kedalam belumlah kita pahami, namun hal ini mungkin
berhubungan dentan temuan dimana kehamilan dapat menurunkan regulasi reseptor
angiotensin tipe 1 (AT1R) pada arteri serebral (Gambar 4A).
Gambar 3. Dampak lipopolisakharida dosis-rendah (LPS) terhadap vasodilasi nitrik oksida (NO),
kontribusi terhadap tonal dan ekspresi iNOS pada arteri serebral dari hewan yang hamil dan hewan
yang tidak hamil. (A, B) Penanganan LPS tidak mempengaruhi dilasi arteri serebral terhadap donor
NO NONOate pada hewan yang tidak hamil, namun secara signifikan meningkatkan reaktifitas arteri
pada hewan yang hamil. (C) Hal yang sama, tidak terdapat perbedaan dalam konstriksi terhadap
inhibitor NOS L-NNA pada arteri serebral hewan yang tidak hamil dengan penanganan LPS, namun
secara signifikan meningkatkan konstriksi pada arteri dari hewan yang hamil tua yang ditangani
dengan LPS. (D) Hewan yang hamil juga telah meningkatkan iNOS mRNA pada arteri dari kedua
kendali dan hewan yang ditangani dengan LPS. Penanganan/ pemberian LPS juga meningkatkan
iNOS pada arteri pada hewan yang tidak hamil, namun kadarnya/ tingkatnya adalah lebih tinggi pada
hewan yang hamil tua. NP-CTL, kelompok hewan yang tidak hamil yang ditangani/ diberi perlakuan;
NP-LPS, hewan yang tidak hamil yang ditangani dengan LPS; LP-CTL, kelompok hewan yang hamil
tua dan diberi perlakuan; LP-LPS, hewan yang hamil dan ditangani dengan LPS. *p < 0,05 versus LP-
CTL. Terakhir, versi definitif akan makalah ini telah diterbitkan pada Reproduct Sci 2011;18:12111221 oleh SAGE Publications Ltd/SAGE Publications, Inc. Hak cipta dilindungi. .
Mungkin yang lebih menarik lagi adalah bahwa kehamilan dapat mengembalikan
pemodelan-ulang hipertensif yang sebelumnya sudah ada tanpa menurunkan tekanan
darah. Tikus betina yang mengalami hipertensi melalui penghambatan NOS selama 2
minggu pun dikembangbiakan dan struktur PCA serta sifat-sifat biokimia nya diukur
3 minggu kemudian (kehamilan-tua) dan dibandingkan dengan tikus yang tidak
hamil yang mengalami hipertensi selama 2 atau 5 minggu. Tikus yang tidakhamil
yang mengalami hipertensi selama 2 atau 5 minggu memiliki pemodelan-ulang
hipertrofik kedalam yang signifikan, hal ini menunjukan bahwa PCA pada hewan
yang hipertensi sebelum kehamilan telah mengalami pemodelan ulang. Setelah 3
minggu kehamilan, PCA memiliki diameter lumen dan ketebalan dinding arteri yang
sama dengan kendali/ subjek yang tidak mengalami hipertensi (Gambar 4C). Dengan
demikian, satu adaptasi sirkulasi serebral pada masa kehamilan adalah berfungsi
untuk membatasi respon terhadap hipertensi kronis dengan mengembalikan dan
mencegah pemodelan hipertrofik ke dalam. Hal ini sepertinya berguna, namun,
tekanan darah masihlah meningkat dan dengan demikian; efek protektif akan CVR
yang meningkat selama hipertensi kronis tidaklah dialami pada kondisi kehamilan.
Peranan aktivasi reseptor yang teraktivasi proliferator peroksisom (PPAR) selama
kehamilan sebagai satu mekanisme yang menyebabkan pemodelan-ulang juga telah
diteliti. Reseptor yang teraktivasi proliferator peroksisom merupakan faktor
transkripsi teraktivasi-ligan yang terekspresi pada berbagai tipe sel dan meregulasi
gen-gen yang terlibat dalam adipogenesis, homeostasis glukosa, dan metabolisme
lipid. Peseptor yang teraktivasi proliferator peroksisom juga terekspresi pada sel-sel
kehamilan memiliki hubungan dengan penurunan ekspresi mRNA PPAR pada arteri
serebral sebagai respon terhadap kehamilan (Gambar 4B). Dengan demikian,
kehamilan berkaitan dengan penurunan ekspresi PPAR dan AT1R pada arteri
serebral yang dapat menyebabkan propensitas pembuluh-pembuluh darah ini menjadi
sulit untuk mengalami pemodelan-ulang hipertensif (Gambar 4C). Hubungan antara
PPAR dan ekspresi dan penyinalan AT1R masihlah belum dipahami.
Gambar 4. Dampak kehamilan terhadap ekspresi reseptor yang teraktivasi proliferator peroksisom
(PPAR), reseptor angiotensin tipe 1 (AT1R) dan pemodelan ulang hipertensif arteri serebral. ( A, B)
Ekspresi mRNA relatif PPAR dan AT1R arteri serebral posterior yang terisolasi pada tikus yang tidak
hamil (NP) dan tikus yang hamil tua (LP) tanpa dan dengan penanganan selama 10 hari dengan
penghambat PPAR GW9662 (NP + GW, LP + GW). Kehamilan secara signifikan menyebabkan
penurunan regulasi PPAR dan AT1R pada arteri serebral. Tidak ada pengaruh penanganan dengan
GW9662 baik pada hewan yang hamil maupun yang tidak hamil terhadap ekspresi PPAR ataupun
AT1R. *p < 0,05 versus NP. +p < 0,05 versus NP + GW. Diterbitkan pada Front Physiol 2010;1:130.
(C). Diameter lumen pasif versus tekanan arteri serebral posterior pada tikus yang tidak hamil yang
tidak mengalami hipertensi (NP-CTL), atau setelah penanganan dengan penghambat sintase nitrik
oksida (NOS) L-NAME selama 2 minggu (NP-HTN-2) atau 5 minggu (NP-HTN-5) untuk
menyebabkan hipertensi. Kelompok tikus yang tidak hamil yang terpisah adalah hipertensif dengan LNAME selama 2 minggu kemudian dikembangbiakan dan arteri serebral posterior dibandingkan
dengan hewan yang hamil tua (LP-HTN). Hewan NP-CTL memiliki diameter lumen yang secara
signifikan lebih besar dibandingkan dengan hewan NP-HTN-2 atau NP-HTN-5, sedangkan hewan LPHTN memiliki diameter lumen yang sama dengan subjek penelitian normotensif walaupun selama 5
minggu mengalami hipertensi. Pengembalian pemodelan-ulang hipertensif dengan kehamilan dapat
berhubungan dengan penurunan regulasi PPAR dan/atau AT1R pada pembuluh-pembuluh darah
tersebut. *p < 0,05 dan **p<0,01 NP-CTL versus NP-HTN-2 dan NP-HTN-5;
p <0,01 LP-HTN
versus NP-HTN-2 dan NP-HTN-5. Sebelumnya diterbitkan dengan judul Hypertension 2008;51:10521057.
Perubahan dalam Reaktifitas dan Struktur Arteriol Parenkhimal dan Kapiler Selama
Kehamilan Normal
Ketika tingkat ekspresi PPAR menurun pada arteri serebral dapat menjelaskan
respons pembuluh-pembuluh darah tersebut terhadap PPAR selama kehamilan, hal
ini tampaknya tidaklah terjadi untuk arteriol parenkhimal otak (PA). Arteriol
parenkhimal akan mengalami peningkatan yang substansial pada diameter lumen
selama kehamilan yang tergantung pada PPAR; namun, ekspresi mRNA PPAR
akan menurun di dalam segmen pembuluh darah ini dibandingkan dengan arteriarteri pial. Tidak seperti arteri pial yang strukturnya berubah dan sedikit fungsional
selama kehamilan, PA akan mengalami pemodelan-ulang keluar yang meningkatkan
diameter lumen (Gambar 5). Peningkatan diameter lumen PA selama kehamilan
dibarengi dengan sedikit perubahan pada diameter luar namun juga dibarengi dengan
dinding vaskular yang menipis. Dengan demikian, kehamilan dapat menyebabkan
Gambar 5. Dampak kehamilan dan aktivasi reseptor yang teraktivasi oleh proliferator peroksisom
(PPAR) terhadap pemodelan-ulang arteriol yang mempenetrasi otak. Arterior yang mempenetrasi
otak terisolasi pada kelompok subjek penelitian yang tidak hamil (NP), kelompok kendali yang hamiltua (LP), dan NP yang ditangani dengan rosiglitazone agonis PPAR selama 3 minggu untuk meniru
kondisi kehamilan (NP + Rosi), atau LP yang ditangani dengan inhibitor/ penghambat PPAR
GW9662 (LP + GW9662) selama paruh terakhir kehamilan yang digunakan untuk mengukur diameter
lumen dan ketebalan dinding dengan kondisi yang bertekanan. (A) Tekanan pasif versus kurva
diameter arteri-arteri serebral (pial) pada tikus yang tidak hamil dan tikus yang hamil-tua. Kehamilan
tidak mempengaruhi ukuran luminal arteri serebral. (B) Arteriol yang mempenetrasi otak pada LP dan
NP yang diberikan rosiglitazone ternyata memiliki diameter lumen yang secara signifikan lebih besar
dibandingkan dengan subjek kendali yang tidak hamil dan hewan yang hamil-tua yang diberi
GW9662: *p<0,05 versus NP;
++
menurun pada arteriole yang mempenetrasi selama kehamilan dan aktivasi PPAR. **p<0,01 versus
NP;
++
p < 0,01 versus LP + GW. Dengan demikian, kehamilan dan aktivasi PPAR dapat
menyebabkan pemodelan ulang hipotrofik keluar pada arteriol yang mempenetrasi otak. (D) Tekanan
aktif versus kurva diameter akan arteriol yang mempenetrasi menunjukkan bahwa semua pembuluh
darah memiliki reaktivitas miogenik di dalam tekanan autoregulator yang berkisar dari 25 sampai 100
mmHG, kemudian mengalami dilatasi yang terkondisikan. Arteriole dari LP dan hewan yang tidak
hamil yang diberikan rosiglitazone memiliki lumen yang lebih besar dibandingkan dengan hewan
yang tidak hamil dan hewan yang hamil tua yang diberikan GW9662. **p<0,01 versus NP; ++p<0,01
versus LP + GW. Sebagian sudah diterbitkan pada J Appl Physiol 2011;110:329-339.
Gambar 6. Diagram ringkas adaptasi vaskular serebral selama terjadinya kehamilan dan dampak akan
hipertensi akut. (A) Arteri serebral dan arteriol pada kondisi tidak hamil. (B) Selama kehamilan,
arteriol yang mempenetrasi akan mengalami pemodelan-ulang hipotrofik keluar karena pengaruh
aktivasi reseptor yang teraktivasi oleh proliferator peroksisom (PPAR) yang meningkat selama
terjadinya kehamilan. Selain terhadap pemodelan arteriol keluar pada otak, denistas kapiler pun
meningkat. (C) Selama hipertensi akut, seperti halnya yang terjadi selama preeklampsia dan
eklampsia yang parah, dilatasi yang dipaksakan pada arteri serebral yang besar akant terjadi, hal ini
menurunkan resistensi vaskular dan memungkinkan transmisi tekanan hidrostatis yang lebih besar lagi
(Ph) terhadap aliran arteriol dan kapiler. Karena arteriol mengalami pemodela-ulang hipotrofik keluar,
tekanan dinding pun secara signifikan meningkat, hal ini merupakan pengaruh yang dapat
meningkatkan peningkatan permeabilitas dan juga pecahnya pembuluh darah serta pendarahan
(digambarkan dengan tanda panah yang berwarna hitam). Peningkatan pada tekanan hidrostatis juga
mempengaruhi bantalan kapiler untuk meningkatkan filtrasi transapilari dan mengkondisikan
terjadinya pembentukan edema yang lebih tinggi selama kehamilan karena adanya penurunan
resistensi vaskular dan peningkatan volume vaskular serta densitas kapiler. Sebagian diterbitkan pada
J Appl Physiol 2011; 110:329-339.
Inervasi Perivaskular
Arteri subarkhnoid serebral (pial) terinervasi dengan serat syaraf simpatetik,
parasimpatetik, dan trigeminal. Pada kondisi fisiologis, syaraf-syaraf perivaskular ini
tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap CBF ketika subjek penelitian diam.
Namun, pada kondisi patologis, syaraf-syaraf ini memiliki peranan yang lebih
penting. Sebagai contoh, selama hipertensi akut, aktifitas syaraf simpatetik memiliki
fungsi protektif/ melindungi yang membatasi hiperperfusi dan peningkatan
permeabilitas BBB. Aktivasi syaraf trigeminal dapat menyebabkan vasodilasi pada
arteri dural dan pial selama terjadinya kondisi migrain, dan stimuli yang merugikan.
Kehamilan dapat mempengaruhi densitas syaraf perivaskular lebih memiliki
hubungan dengan kondisi-kondisi patologis seperti contohnya hipertensi akut yang
terjadi pada saat preeklampsia/ eklampsia, dan sakit kepala yang parah dan kronis
yang sering muncul bersamaan dengan preeklampsia.
Gambar 7. Pengaruh kehamilan terhadap inervasi perivaskular arteri serebral. Fotomikrograf (10 x)
arteri serebral posterior yang diberi pewarna untuk serat syaraf yangmengandung peptida yang
berkaitan-dengan-gen kalsitonin (CGRP) pada (A) tikus yang tidak hamil, (B) tikus yang hamil tua,
(C) tikus pasca persalinan, dan (D) tikus jantan. (E) Densitas syaraf rata-rata CGRP perivaskular,
produk gen protein 9,5 (PGP 9,5)- dan syaraf yang mengandung tirosin-hidroksilase (TH) pada
seluruh segmen arteri serebral posterior dari tikus yang tidak hamil (NP), tikus yang hamil tua (LP),
tikus pascapersalinan (PP) dan tikus jantan. Densitas syaraf diekspresikan per mikron kuadrat pada
dinding vaskular. Kehamilan dan jenis kelamin jantan tidak memiliki pengaruh terhadap inervasi total
(PGP 9,5) atau inervasi simpatetik (TH); namun, inervasi serat syaraf yang mengandung CGRP pada
arteri serebral posterior dianggap lebih tinggi pada hewan yang hamil-tua, sedangkan arteri pada tikus
jantan hanya sedikit memiliki serat yang mengandung CGRP. *p <0,01 versus PGP, **p<0,01 versus
TH, p<0,05 versus TH, +p<0,05 versus CGRP jantan. Terakhir, versi definitif makalah ini telah
diterbitkan pada Reproduct Sci 2008;15:411-419 oleh SAGE Publications Ltd/SAGE Publications,
Inc. Hak cipta dilindungi .
Vena Serebral
Selain pada arteri serebral, vena serebral juga memliki peranan yang penting di
dalam mengendalikan hemodinamika pada kondisi fisiologis normal dan telah
terimplikasi pada perkembangan beberapa kondisi patologis. Tidak seperti sisi
arterial vaskulatur, 70 sampai 80% volume darah ada pada sisi vena. Dengan
demikian, perubahan pada aliran vena keluar dapat secara signifikan mempengaruhi
volume darah serebral dan tekanan intrakranial. Selain itu, thrombosis vena serebral
dan/atau sinus vena dapat menyebabkan komplikasi neurologis serius seperti
contohnya infraksi vena dan pendarahan intrakranial. Kehamilan akan meningkatkan
resiko beberapa komplikasi yang berhubungan dengan vena serebral, hal ini
mencakup trombosis vena intrakranial, stroke, dan pendarahan serebral, hal ini
terbaru
telah
menginvestigasi
tentang
bagaimana
kehamilan
mempengaruhi vena Galen serebral, yaitu suatu vena dari sistem vena dalam. Vena
yang besar ini mengkondisikan aliran dari area medial diencefalon, ganglia basal,
otak tengah, aspek medial bagian serebral, dan korpus kalosum. Dengan demikian,
hal ini memiliki peranan yang besar di dalam otak. Vena ini dikelilingi oleh lapisan
sel-sel otot polos yang besar dan memiliki tingkat basal yang rendah, tonal yang
terpicu-tekanan (4 sampai 6%) pada kondisi tidak hamil yang dapat menurun selama
terjadinya kehamilan menjadi hanya 1 sampai 2% saja (Gambar 8). Penurunan tona
pada vena Galen selama kehamilan dapat menyebabkan pembuluh-pembuluh darah
ini memliki diameter yang lebih besar. Namun, peningkatan diameter lumen tidaklah
hanya disebabkan oleh penurunan tonal selama kehamilan. Pada kondisi pasif, vena
Galen juga lebih besar dengan dinding vaskular yang secara signifikan lebih tipis
yang dimana hal ini akan meningkatkan tekanan dinding vaskular. Dengan demikian,
vena Galen akan mengalami pemodelan-ulang hipotrofik keluar selama terjadinya
kehamilan, hal ini sama dengan PA. Hal tentang apakah pemodelan-ulang vena
Galen yang dipicu oleh kehamilan ini disebabkan oleh aktivasi PPAR atau relaksin
atau tidak adalah hal yang belum sepenuhnya dipahami. Namun, pembesaran vena
serebral selama kehamilan dapat meningkatkan stasis atau penggabungan vena, hal
ini merupakan suatu pengaruh yang dapat dipicu oleh peningkatan koagulasi. Selain
itu, tekanan dinding vena yang meningkat selama kehamilan juga dapat
meningkatkan resiko pecah atau rusak, terutama pada kondisi hipertensif. Adalah
penting untuk diingat bahwa tidaklah diketahui pengaruh apa yang terjadi pada vena
serebral lain selama kehamilan seperti contohnya pada vena parenkhimal dan venula
yang merupakan pemicu terjadinya pendarahan petekhial yang terjadi pada kondisi
eklampsia.
kondisi normal, dan juga respon terhadap hipertensi akut, adalah penting untuk
dipahami sehingga kondisi-kondisi seperti contohnya eklampsia dapat dihindari.
Gambar 8. Dampak kehamilan terhadap diameter aktif dan tonus vena serebral. (A) Tekanan aktif
versus kurva diameter untuk vena serebral pada tikus yang tidak hamil (NP) dan tikus yang hamil-tua
(LP). Vena dari hewan yang hamil tua (kotak terbuka, n = 11) memiliki diameter yang secara
signifikan lebih besar dibandingkan dengan vena pada hewan yang tidak hamil (lingkaran tertutup, n =
13) pada semua tekanan. (B) Persentase tonus vena yang terpicu-tekanan secara signifikan lebih tinggi
pada hewan yang tidak hamil dibandingkan dengan hewan yang hamil pada semua tekanan. *p<0,05
versus NP, **p<0,01 versus NP; #p<0,05 versus 10 mmHg pada hewan yang hamil-tua. Sebagian
telah diterbitkan pada J Cereb Blood Flow & Metab oleh Van der Wijk dkk.
meningkatkan tekanan darah secara akut/ cepat (Gambar 9A dan 9B). Karena
perubahan pada hemodinamika dapat mempengaruhi permeabilitas, yaitu penurunan
CVR yang meningkatkan tekanan mikrosirkulasi, permeabilitas BBB yang terisolasi
dan arteri pial serebral yang tertekan pun diukur pada tikus yang tidak hamil dan
pada tikus yang sedang hamil-tua untuk mengetahui apakah kehamilan dapat
merubah permeabilitas secara langsung atau tidak. Walaupun secara umum
diasumsikan bahwa arteri pial tidak mengandung sifat-sifat BBB, resistensi listrik
transendotelial telah diukur pada arteri pial serebral dan diketahui memiliki susunan
~1500-cm2, hal ini mengindikasikan BBB yang ketat dengan permeabilitas ion
yang rendah. Ketika permeabilitas BBB terhadap Lucifer Yellow diukur pada PCA
susunan ketiga pada tikus yang hamil tua dan tikus yang tidak hamil sebagai respons
terhadap tekanan intravaskular yang meningkat, kedua tipe pembuluh meningkatkan
permeabilitas dengan tekanan > 180mmHg, dengan PCA pada hewan yang sedang
hamil-tua memiliki permeabilitas yang lebih tinggi dibandingkan pada hewan yang
tidak hamil yaitu 200mmHg, suatu tekanan yang tidak akan secara normal terlihat
pada pembuluh darah ini bahkan ketika terjadi hipertensi akut (Gambar 9C) Dari
pengukuran arteri terisolasi, terlihat bahwa kehamilan tidak secara substansial
meningkatkan permeabilitas BBB dan peningkatan permeabilitas BBB in vivo
selama hipertensi akut sepertinya disebabkan oleh CVR yang menurun dan volume
vaskular yang meningkat yang terjadi dari pemodelan-ulang PA keluar dan
peningkatan densitas kapiler. Selain itu, ekspresi protein taut kedap pada arteri
serebral pada tikus yang tidak hamil dan pada tikus yang hamil-tua tidaklah berbeda,
juga hal ini menunjukan bahwa permeabilitas paraselular tidaklah meningkat selama
kehamilan (Gambar 9D). Terakhir, konduktifitas hidrolik (Lp) dan filtrasi
transvaskular (Jv/S) juga diukur pada vena serebral pada hewan yang tidak hamil dan
pada hewan yang hamil-tua. Lp dan Jv/S merupakan parameter yang penting yang
berkaitan dengan pergerakan air melalui dinding vaskular sebagai respon terhadap
tekanan hidrostatis. Hal yang sama pada permeabilitas larutan, tidaklah terdapat
pengaruh kehamilan terhadap Lp atau Jv/S.
endotelial, dan vasodilasi melalui interaksi yang kompleks antara VEGF dengan dua
reseptornya, yaitu tirosin kinase 1 yang mirip FMS (Flt 1) atau reseptor VEGF 1
(VEGFR1) dan kinase liver janin 1 (Flk1) atau reseptor VEGF 2 (VEGFR2). Pada
sirkulasi uterin, ekspresi VEGF dan reseptornya VEGFR1 meningkat selama
kehamilan, hal ini meningkatkan pertumbuhan dan peningkatan permeabilitas
bantalan vaskular. Pada vena serebral, ekspresi mRNA VEGF juga meningkat tiga
kali lipat dibandingkan dengan pada kondisi tidak hamil, tanpa peningkatan pada
reseptor VEGFR1, VEGFR2, atau neuropilin (Gambar 10A dan 10B). Hal yang sama
dengan sirkulasi uteri, VEGF meningkatkan permeabilitas BBB vena serebral;
namun, faktor-faktor yang bersirkulasi selama kehamilan dapat mengendalikan
aksinya. Ketika vena serebral diperfusikan dengan plasma pada hewan yang tidak
Gambar 9. Pengaruh kehamilan terhadap sawar darah-otak (BBB). Perfusi otak in situ digunakan
untuk membandingkan permeabilitas BBB pada tikus yang hamil (NP) dan pada tikus yang hamil-tua
(LP) setelah hipertensi akut (HTN) yang dipicu dengan pemberian fenifefrin. Kehamilan berkaitan
dengan peningkatan permeabilitas BBB yang signifikan terhadap sodium fluoresein (NaFl) (A) dan
dekstran Texas Red 70-kDa (B). Arteri serebral terisolasi digunakan untuk mengukur permeabilitas
BBB terhadap Lucifer yellow (LY) sebagai respon terhadap perubahan yang sama pada tekanan
hidrostatik (C) dan ekspresi protein taut kedap (D). Arteri dari hewan yang hamil tua dan dari hewan
yang tidak hamil cukup meningkatkan permeabilitas sebagai respon terhadap tekanan; namun,
peningkatan ini lebih tinggi terjadi pada hewan yang hamil tua dibandingkan dengan pada hewan yang
tidak hamil, dan perbedaan peningkatan ini terjadi hanya pada tekanan yang lebih tinggi. Tidak
terdapat perubahan dalam ekspresi mRNA protein taut kedap. *p<0,05 versus NP HTN.
++
p<0,01
Kadar atau tingkat sFlt1 yang terlalu meningkat selama kehamilan telah terimplikasi
pada patogenesis preeklampsia. Jumlah sFlt1 yang tinggi dapat merubah
paparan dari serum hamil-tua memiliki hubungan dengan aktivasi mikroglial dan
dicegah melalui penambahan larutan reseptor TNF 1. Namun, TNF tidaklah
meningkat pada serum hewan yang hamil-tua, hal ini menunjukkan bahwa faktor
yang bersirkulasi yang lain di dalam serum mengaktivasi mikroglia dan produksi
TNF untuk menyebabkan hipereksitabilitas. Faktor yang mendasari hal ini belumlah
sepenuhnya dipahami.
Satu aspek yang penting penelitian ini adalah bahwa hewan yang hamil dimana
serum diambil tidaklah mengalami sawan, hal ini menunjukan bahwa BBB memiliki
peran yang penting di dalam melindungi otak dari serum yang dapat menyebabkan
sawan selama kehamilan. Adalah mungkin bahwa BBB beradaptasi ke tingkat faktor
sirkulasi yang tinggi selama periode kehamilan untuk mencegah laluan ke otak dan
melindunginya dari kondisi hipereksitabilitas. Tidaklah diketahui reseptor yang mana
atau
transporter
yang
mana
yang
beradaptasi
dengan
kehamilan
untuk
ini
apakah
adaptasi
terhadap
faktor-faktor
ini
tidak
cukup
atau
transporter/reseptor BBB kalah oleh kadar serum yang dapat menyebabkan kondisi
sawan.
Gambar 10. Peranan faktor-faktor yang bersirkulasi di dalam adaptasi sawar darah-otak (BBB)
terhadap faktor pertumbuhan endotelial vaskular (VEGF) selama kehamilan. (A) Ekspresi mRNA
relatif VEGF pada vena serebral dari tikus yang tidak hamil dan tikus yang hamil-tua melalui qPCR.
Ekspresi VEGF secara signifikan meningkat selama kehamilan pada vena serebral. (B) Ekspresi
mRNA relatif VEGFRs: VEGFR1 (Flt1), VEGFR2 (Flk1), dan neuropilin pada vena serebral dari
tikus yang tidak hamil dan tikus yang hamil-tua melalui qPCR. Tidak terdapat perubahan ekspresi
VEGFR dengan kehamilan (*p < 0,05 versus tidak hamil). (C) Permeabilitas BBB sebagai respon
terhadap VEGF 50 ng/mL pada vena serebral dari tikus yang tidak hamil (NP V) diperfusikan dengan
plasma NP (NPpi) dan vena dari tikus yang hamil-tua (LP v) yang diperfusikan dengan plasma LP
(LPpl). (D) Permeabilitas yang terpicu VEGF dicegah pada pembuluh LP yang diperfusikan dengan
plasma LP. Kurangnya respon terhadap VEGF selama kehamilan disebabkan oleh faktor-faktor yang
bersirkulasi yang ada pada plasma LP karena plasma LP yang diperfusikan pada vena serebral dari
tikus yang tidak hamil dicegah oleh sFlt1 pada kadar 50 ng/mL dan 500 ng/mL, hal ini menunjukan
bahwa sFlt1 merupakan satu faktor yang bersirkulasi yang penting yang dilepaskan selama kehamilan
yang mengendaliikan permeabilitas yang dipicu oleh VEGF (**p<0,01 versus semuanya). Sebagian
sudah diterbitkan dalam FASEB J 2012;26:355-362.
tidaklah disebabkan oleh permeabilitas BBB yang meningkat. Perihal tentang apakah
AQP4 yang meningkat selama kehamilan yang terlibat di dalam pembentukan edema
sebagai respons terhadap hipertensi akut belumlah sepenuhnya dipahami. Satu aspek
yang penting akan AQP4 di otak adalah bahwa AQP4 dapat mempengaruhi ambang
batas sawan. Tikus yang DNA nya direkasaya AQP4 memliki ambang batas sawan
yang lebih tinggi, hal ini menunjukan bahwa kondisi-kondisi yang meningkatkan
AQP4 di otak, seperti contohnya kehamilan, dapatlah menurunkan ambang batas
terjadinya sawan. Pengaruh kehamilan terhadap ambang batas sawan belumlah
diukur, namun hal ini secara potensial merupakan adaptasi yang penting selama
terjadinya kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sawan, terutama
selama kondisi-kondisi yang meningkatkan permeabilitas BBB seperti contohnya
preeklampsia dan eklampsia.
PERSPEKTIF
Kehamilan memiliki suatu tantangan yang unik terhadap otak dan sirkulasi otak yang
berbeda dengan organ-organ yang lain. Ketika sistem organ yang lain mengalami
peningkatan aliran darah secara substansial, adaptasi sirkulasi serebral sepertinya
bertujuan untuk menjaga konstansi relatif dalam hal peningkatan volume plasma
yang dan CO yang tinggi. Namun, sirkulasi serebral tidaklah berubah selama
kehamilan. Sama halnya dengan bantalan vaskula lainnya, sirkulasi serebral adalah
lebih sensitif terhadap pengaruh LPS dan mengalami peningkatan ekspresi iNOS dan
sitokin pro-inflamasi selama kehamilan normal. Walaupun arteri pial subarkhnoid
besar tidaklah mengalami perubahan yang substansial dalam hal struktur ataupun
fungsinnya selama kehamilan normal, namun PA mengalami pemodelan-ulang
hipotrofik keluar. Selain itu, kehamilan dapat meningkatkan densitas kapiler pada
korteks serebral posterior. Peningkatan diameter lumen PA bersamaan dengan
penipisan dinding vaskular secara substansial dapat meningkatkan tensi dinding
vaskular, yang dimana hal ini dapat meningkatkan resiko edema atau pendarahan
selama peningkatan tekanan darah yang berlebihan, hal ini seperti yang terlihat pada
kasus preeklampsia dan eklampsia yang parah. Selain itu, peningkatan densitas
kapiler juga dapat berperan untuk meningkatkan filtrasi transvaskular sebagai respon
terhadap tekanan hidrostatik yang meningkat dan dapat menjadi penyebab akan
peningkatan pembentukan edema yang terjadi pada hewan yang hamil selama
hipertensi akut. Pembesaran PA dan densitas kapiler yang lebih tinggi di otak
mungkin memiliki dampak yang menguntungkan dengan merubah batas bawah
autoregulasi CBF ke tekanan yang lebih rendah. Perubahan kurva autoregulasi ke
tekanan yang lebih rendah dapat menjadi suatu pelindungan dari cedera hipoksis/
iskemik pada otak selama hipotensi hemoragik yang dapat terjadi ketika proses
persalinan. Kehamilan juga menurunkan regulasi AT1R dan PPAR pada sirkulasi
serebral, dan hal ini sepertinya bertanggungjawab untuk mencegah dan
mengembalikan pemodelan-ulang hipertensif kedalam. Terakhir, BBB beradaptasi
dengan level angiogenik yang bersirkulasi dan faktor-faktor permeabilitas yang
meningkat seiring dengan laju kehamilan untuk mencegah pembentukan edema.
Walaupun ekspresi VEGF meningkat sebanyak tiga kali lipat pada vena serebral
selama kehamilan, peningkatan permeabilitas BBB yang dipicu oleh VEGF dicegah
oleh tingkat faktor-faktor anti-angiogenik yang bersirkulasi seperti contohnya sFlt-1.
Adaptasi BBB terhadap faktor-faktor yang bersirkulasi selama kehamilan mungkin
merupakan salah satu adaptasi yang paling penting yang terjadi untuk mencegah
KONFLIK KEPENTINGAN
Para penulis/peneliti menyatakan bahwa tidak ada konflik kepentingan.