Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERKEMBANGAN IDE DAN GERAKAN KOPERASI

OLEH :
JUMIYANTI
NPM : 131061201092

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


IBNU SINA BATAM

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, kaena limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis bisa menyusun makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
pembuatan makalah ini.
Penulis menyedari bahwa masih banyak kekurangan didalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu penulis meminta kepada pembaca agar dapat memberikan saran dan kritiknya
yang sifatnya membangun dari semua pihak yang membaca maupun yang menggunakannya,
demi kesempurnaan penulisan makalah ini.

Batam, 18 September 2015


Penulis

PERKEMBANGAN IDE DAN GERAKAN KOPERASI

Abstrak
Mohammad Hatta, salah satu founding fathers Negara Indonesia telah meletakkan dasar
bagi sistem perekonomian Indonesia dengan menyatakan bahwa, perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun usaha yang dimaksud tidak lain adalah
koperasi. Pemikiran ini pun dituangkan dalam Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945 dengan
harapan koperasi dapat berperan sebagai sokoguru perekonomian nasional.
Koperasi di Indonesia ditempatkan pada posisi strategis dalam konstelasi perekonomian
nasional sesudah masa kemerdekaan. Tetapi dalam perkembangannya ternyata koperasi kurang
begitu dapat memainkan peran tersebut. Hal ini bisa dilihat pada masih kecilnya peran koperasi
dalam sistem perekonomian Indonesia.
Akankah cita cita Bung Hatta tentang koperasi sebagai soko guru perekonomian
nasional dapat terwujud di negeri ini? Ataukah ideologi koperasi akan lenyap ditelan zaman?
Menurut International Cooperative Alliance (ICA), Koperasi adalah sekumpulan orang
orang atau badan hukum yang bertujuan untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya dengan
memenuhi kebutuhan ekonomi anggotanya dengan jalan berusaha bersama dengan saling
membantu antara satu dengan yang lainnya dengan cara membatasii keuntungan, usaha tersebut
harus didasarkan prinsip prinsip koperasi.
Sedangkan menurut UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian Indonesia, koperasi
adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Kemudian muncul definisi lebih baku oleh ICA yang mendefinisikan koperasi sebagai
asosiasi yang bersifat otonom dengan keanggotaan bersifat terbukan dan sukarela untuk
meningkatkan kebutuhan ekonomi, sosial dan kultur melalui usaha bersama saling membantu dan
mengontrol usahanya secara demokratik.

Dari penjelasan pengertian di atas diharapkan koperasi bukan hanya menjadi slogan yang
menawarkan konsep kebersamaan, gotong royong, kemandirian dan persamaan hak dan
kewajiban saja melainkan koperasi mencoba untuk tumbuh dan berkembang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan kemakmuran, kesejahteraan dan kehidupan yang layak secara adil.
Sedangkan tujuan koperasi berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian di
Indonesia adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar
1945.
Merebaknya Ide Koperasi
Pada masa penjajahan, ide dan gerakan koperasi tampak pada awal abad ke 19. Gerakan
ini tampaknya secara serempak dengan gerakan gerakan koperasi di Negara Negara lain.
Gerakan koperasi di Indonesia dapat mewadahi gerakan sosial ekonomi masyarakat yang dapat
merupakan landasan bagi gerakan politik atau usaha usaha memerdekakan negeri ini. Jadi
koperasi berkembang bersama perkembangan gerakan gerakan politik di Indonesia. Maka
pemerintah perlu mengendalikan, mengatur, menertibkannya. Pada masa Jepang, gerakan
koperasi menjadi alat dari pemerintah Jepang untuk mendistribusikan kebutuhan kebutuhan
rakyat. Maka rakyat perlu didata lengkap. Namun selanjutnya pemerintah Jepang memanfaatkan
koperasi untuk mengumpulkan hasil hasil pertanian rakyat, guna membiayai perang Asia Timur
Raya.
Pada masa kemerdekaan, koperasi mengalami dinamika perkembangan, kadang pasang
kadang surut. Dalam masa ini koperasi memperoleh kedudukan penting dan strategis dalam UUD
1945 pada pasal 33 ayat 1.
Sesudah penyerahan kedaulatan RI oleh Pemerintah Belanda, ide- ide koperasi dan
gerakan koperasi berkembang di mana mana, namun akibat reorganisasi/pengaturan/penertiban
oleh pemerintah dan memburuknya ekonomi, koperasi mengalami kesulitan untuk dapat
berkembang dengan baik. Terlebih karena inflasi yang sangat tinggi pada tahun 1965. Akibatnya
banyak koperasi yang akhirnya mati.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pemikiran pemikiran tentang koperasi dan gerakan
koperasi memperoleh dukungan bahkan dimotori oleh pemerintah. Perkembangan koperasi rupa
rupanya menjadi target dari pemerintah dalam rangka melaksanakan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen, setidak tidaknya salah satu target (lihat Pasal 33 ayat 1 UUD 1945).
Peraturan Perundang undangan tentang Koperasi di Indonesia
Selama masa pertumbuhan dan berkembangnya ide dan gerakan koperasi di Indonesia
sejak masa penjajahan Belanda, sudah banyak undang undang dan atau peraturan mengenai
koperasi yang dikeluarkan oleh pemerintah (Belanda, Jepang dan pemerintah Republik
Indonesia). Berbagai peraturan perundang undangan tersebut disusun dalam rangka
pengendalian, pemanfaatan, pengaturan, pemberdayaan dan pengembangan koperasi. Pada masa
pemerintahan Orde Baru muncul dua undang undang mengenai koperasi yaitu Undang
Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian.
Pengertian Koperasi
Sebagaimana dimuat dalam Bab III Bagian I, Pengertian Koperasi, Pasal 3 UU No. 12
Tahun 1967, Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial
beranggotakan orang orang atau badan badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan
ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Sedangkan pada Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 No. 1 UU RI No. 25 Tahun 1992
tentang perkoperasian, menegaskan bahwa yang dimaksud dengan , Koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukun koperasi dengan melandaskan
kegiatan nya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas
asa kekeluargaan.
Dari kedua pengertian koperasi tresebut diatas akan kita coba pelajari beberapa hal
sebagai berikut :
Jika dipandang secara sepintas pengertian koperasi pada UU No.12 Th 1967 tampak
lebih sosialistis daripada pengertian pada UU No. 25 Th 1992. Sedangkan pengertian koperasi
pada UU No.25 Th 1992 tampak lebih condong ke sifat kapasilistis. Atau secara sepintas lalu

pengertian koperasi pada UU No. 25 Th 1992 lebih bermuka atau bernuansa kapasilistis. Hal ini
ditunjukan dengan pengertian badan usaha.pengertian badan usaha secara singkat adalah
organisasi factor-faktor produksi yang berproduksi untuk pasar dengan tujuan memperoleh laba.
Pengertian koperasi pada UU No.12 Th 1967 adalah organisasi ekonomi rakyat. Pada
dasarnya sebenarnya juga dapat diartikan sebagai kegiatan usaha rakyat. Dengan melihat unsurunsur definisi selanjutnya serba bernuansa rakyat, dalam kebersamaan dan kekeluargaan. Namun
jika kita kembali ke pengertian koperasi menurut UU No.25 Th 1992 tersebut ,kiranya ada
maksud-maksud tertentu yang perlu ditafsirkan apa yang menjadi pesannya.
Perlu diingat bahwa koperasi sitidaknya mempunyai dua aspek yaitu ekonomi dan sosial.
Sebagai organisasi ekonomi maka koperasi tunduk pada hukum, hukum ekonomi dan efisiensi.
Sebagai organisasi sosial maka koperasi perlu mengutamakan dimensi kehidupan sosial yaitu
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Oleh karena itu perlu diingat bahwa koperasi
mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan utama dan tujuan antara. Tujuan antara adalah tujuan
ekonomis dan tujuan utama adalah peningkatan kualitas hidup masyarakat baik anggota koperasi
maupun masyarakat lingkungan kerja koperasi tersebut.
Beberapa unsur lain dan pengertian koperasi dalam kedua pengertian terebut tidak berbeda
, misalnya aspek keanggotaan ,sosial,asa. Sedangkan dalam pengertian koperasi menurut UU
No.25 Th 1992 , ditegaskan landasan gerak badan usaha ini adalah prinsip-prinsip koperasi.
Prinsip-prinsip koperasi :
Dalam bagian ini dibahas prinsip-prinsip koperasi baik yang dimuat dalam UU No.12 Th
1967 dan dalam UU No.25 Th 1992. Berikut merupakan tabel yang membandingkankedua UU
yang mengatur tentang koperasi.

Jika kedua sajian prinsip-prinsip koperasi tersebut diatas,maka taka da perbedaan yang
mencolok antara prinsip-prinsip koperasi pada UU No.12 Th 1967 dan pada UU No 25 Th 1992.
Lebih-lebih kita perhatikan prinsip pertama sampai dengan prinsip keempat. Mulai prinsip kelima
sampai dengan prinsip ketujuh dari UU No.12 Th 1967 berbeda sajiannya dengan prinsip-prinsip
No.5 ayat 1 dan ayat 2,prinsip A dan B dalam UU No.25 Th 1992.

Prinsip nomor 7 dari UU No.12 Th 1967 sama persis dengan prinsip no E ayat 1 dari UU
No. 25 Th 1992. Sedangkan dua prinsip lain berbeda baik rumusan, tekanan maupun isinya.
Kedua prinsip atau sendi dasar tersebut ada;ah sendi dasar no 5 dan 6 pada UU No 12 Th 1967
yang sangat berbeda dengan prinsip ayat 2 A dan B pada UU No.25 Th 1992.
Sendi dasar no 5 pada UU No.12 Th 1967 boleh dikatakan merupakan arah dan tujuan
final dari koperasi. Sedangkan prinsip tersebut tak dimuat dalam UU No.25 Th 1992 sebagai
peinsip,mungkin karena sudah dimasukkan dalam pengertian tujuan(Bab II , bagian kedua pasal 3
UU No.25 Th 1992)
Mengenai sendi dasar ke-6 dalam UU No.12 Th 1967 juga tidak muncul dalam prinsipprinsip koperasi menurut UU No.25 Th 1992. Hal ini dapat ditafsirkan bahwausaha dan
ketatalaksanaan bersifat terbuka ini sudah masuk dalam pengertian pengelolaan dilakukan
secara demokratis
Dengan pertimbangan-pertimbangan diatas dapatlah disimpulkan bahwa koperasi perlu
menegaskan kembali komitmennya mengenai kemajuan pendidikan dan kerjasama antar
koperasi. Karena kedua dal ini saling mempengaruhi dan saling mendorong bagi peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat.
Telaah Terhadap Beberapa Aspek Koperasi
Penulis akan mengajak pembaca untuk mencoba menelaah warisan semangat, cara
kerja/prinsip-prinsip koperasi dan warisan nilai-nilai dari koperasi Rochdale, yang tampak
diadopsi oleh gerakan koperasi di Indonesia. Dibawah ini secara berturut-turut akan disajikan
prinsip-prinsip koperasi Rochdale dan prinsip-prinsip koperasi Indonesia , menurut UU No 25 Th
1992. Cukup dengan UU No 25 Th 1992 ,karena sendi-sendi dalam UU No 12 Th 1967 hampir
tak berbeda dari sisi isi,semangat/jiwa bahkan sebagian besar isi rumusan sama. Selanjutnya akan
disajikan beberapa aspek warisan nilai dari koperasi Rochdale dalam sebuah refleksi.

Prinsip koperasi Rochdale dan prinsip koperasi Indonesia dalam UU No 25 Th 1992

Telaah mengenai dua hal ini, kami coba membatasi pada prinsip prinsip koperasi
Rochdale yang masih terkandung dalam pernyataan koperasi Rochdale maupun yang sudah
mengkristal, menurut kristalisasi Prof. Cole MA. Sedangkan rumusan lain versi ICA, maupun
versi yang ditulis dalam buku Kamaralsjah tidak digunakan karena inti semangat dan jiwanya
sama.
Perbandingan Prinsip prinsip Koperasi Rochdale dan Koperasi Indonesia
No

Prinsip prinsip Koperasi Rochdale Prinsip

1.

menurut Prof Cole MA.


Democratic Control

Open membership
A fixed or limited interest on capital

prinsip

Koperasi

Indonesia

menurut UU No. 25 Th 1992


Ayat 1
a.

2.
3.

Keanggotaan

bersifat

sukarela

dan

terbuka
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan
secara adil dan sebanding dengan besarnya

4.

jasa usaha masing masing anggota


The distribution of surplus in devident to d. Pemberian balas jasa yang terbatas
the members in proportion in their terhadap modal.

5.
6.

purchases.
Trading strictly on a cash basis
Selling only pure an unadulterated goods

7.

a. Pendidikan perkoperasian
Providing for the education of the b. Kerjasama antar anggota

8.

members in cooperative principles


Political and religious neutrality

e. Kemandirian
Ayat2 :

Jika dibaca secara sekilas, tampak bahwa prinsip Rochdale 1 4 isinya sama dengan
prinsip koperasi Indonesia

ayat 1 nomor a-d dengan padanan 1b,2a,3d dan 4c. sedangkan

beberapa pinsip yang lain dapat dijelaskan sebagai berikut :


Prinsip koperasi Rochdale nomor 7 jelas sudah tampak pada prinsip koperasi Indonesia
ayat 2.a mengenai pendidikan perkoperasian. Sedangkan prinsip nomor 8 dari koperasi Rochdale
jelas sudah masuk dalam prinsip koperasi Indonesia ayat 1.a yaitu prinsip keanggotaan bersifat

sukarela dan terbuka. Tentu saja keterbukaan ini bagi siapa saja tanpa membedakan golongan,
etnis, agama, politik, dan sebagainya.
Prinsip koperasi Rochdale nomor 5 dan 6 memang tidak tampak. Namun ini bukan berarti
bahwa prinsip itu tidak dijalankan, misalnya dalam hal pendidikan perkoperasian, jelas bahwa
kedua hal itu yakni prinsip pembelian tunai dan kejujuran dalam mutu dan ukuran wajib
dilaksanakan. Perlu diingat bahwa prinsip koperasi Rochdale adalah kristalisasi pengalaman dari
koperasi konsumsi. Sedangkan cakupan prinsip koperasi Indonesia jauh lebih luas dar hanya
koperasi konsumsi saja.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa koperasi Indonesia mewarisi semangat/jiwa,
pedoman/landasan kegiatan, dari koperasi Rochdale, baik warisan itu diperoleh melalui
pemikiran tokoh tokoh koperasi yang belajar tentang koperasi dari Eropa, maupun warisan
yang diterima atau diadopsi oleh gerakan koperasi Indonesia sebagai anggota ICA (International
Cooperative Alliance). ICA menegaskan bahwa koperasi disebut sebagai koperasi apabila
kegiatannya menggunakan prinsip prinsip koperasi, minimal memenuhi 4 prinsip yang dalam
prinsip koperasi Indonesia menurut UU No. 25 Th 1992 adalah prinsip pada ayat 1.a,b,c,d.
Prinsip kemandirian yang ditegaskan dalam prinsip koperasi Indonesia dan wajib
dilaksanakan atau diusahakan, tidak sebut sebut oleh koperasi Rochdale, tetapi dilakukan oleh
koperasi Rochdale. Mereka tidak menggantungka diri pada pihak manapun. Jadi koperasi
Rochdale menjadi contoh dalam hal kemandirian ini.
Warisan Nilai nilai dari Koperasi Rochdale
Selain Rochdale Principles yang diwariskan dan menjiwai koperasi seluruh dunia, dari
prinsip prinsip tersebut dapat digali warisan nilai nilai yang penting baik bagi perkembangan
koperasi itu sendiri, maupun masyarakat. Karena mau tak mau koperasi akan sangat berpengaruh
sebagai sebuah sarana, cara bersikap/bekerja, cara berpikir bagi peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat. Dengan singkat kata koperasi membentuk atmosfer sosial ekonomi dan pendidikan
masyarakat. Beberapa hal yang dapat disebut sebagai warisan jiwa/nilai dari koperasi Rochdale
antara lain adalah :
1. Keadilan
2. Mengutamakan layanan

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Jujur
Menjaga mutu
Keterbukaan
Persaudaraan
Peningkatan kualitas hidup
Kebebasan
Demokratis

Mengenai keadilan tampak ditentukan dalam cara pembagian sisa hasil usaha, yang
sebanding dengan jasa/pembelian anggota. Jadi keadilan yang diharapkan bukan keadilan pasar
tetapi lebih ditegaskan sebagai keadilan distributif menurut jasa.
Mengutamakan layanan, tampak bahwa setiap anggota yang masuk, tentu menyerahkan
sesuatu, yaitu simpanan pokok, wajib,tenaga,pemikiran dan sebagainya, bagi kepentingan
bersama. Koperasi sendiri dituntut untuk melayani secara adil pada setiap anggotanya, atau
layanan sebaik baiknya. Hal ini disebabkan anggota adalah sokoguru koperasi,pemilik dan
sasaran koperasi.
Kejujuran adalah salah satu nilai yang sangat penting. Tanpa kejujuran organisasi apapun
dan dimanapun akan ambruk dan runtuh. Kejujuran organisasi apapun dan dimanapun akan
ambruk dan runtuh. Jujur dalam praktik berkoperasi meliputi antara lain dalam hal mengurus
uang, barang, timbangan, ukuran dan sebagainya. Bahkan sampai hal menjaga mutu barang
dagangan, atau melayani anggota dengan barang barang asli/ yang tidak palsu atau dipalsukan.
Keterbukaan ini menegaskan bahwa koperasi diselenggarakan bersama, milik bersama,
untuk kepentingan bersama, maka kejujuran atau keterbukaan dalam tata laksana menjadi sangat
penting. Setiap anggota memiliki hak untuk mengetahui atau memperoleh informasi mengenai
berbagai aspek koperasi yaitu aspek organisasi, keuangan, usaha dan administrasi.
Dalam koperasi juga dibutuhkan adanya rasa persaudaraan. Dalam kebersamaan di
koperasi mereka mengalami hal hal yang sama, saling membantu, memahami dan mengerti
masing masing kesulitan dan kebutuhan. Semangat saling membantu/menolong yang lain, tentu
akan menumbuhkan semangat persaudaraan. Setiap anggota koperasi berusaha melakukan peran
masing masing sebaik baiknya bagi kebaikan sesame anggota yang lain, maka hal ini akan
memupuk semangat kekeluargaan yang tinggi. Oleh karena itu tidak salah bila dikatakan bahwa

koperasi dapat berhasil baik bila dilandasi dengan semangat kekeluargaan yang tinggi. Semangat
kekeluargaan yang tinggi akan berhasil bila dilandasi dengan semangat cinta kasih.
Menapaki Kancah Ekonomi Global
Perekonomian internasional dan nasional mulai berubah dan kematian terhadap sebuah
idealism telah menghadang di depan mata. Globalisasi dan free market sebagai trend dunia yang
hanya mempercayai kekuatan modal sebagai penggerak dunia, saat ini sedang melalukan
ekspansi ke pelbagai bidang kehidupan untuk masuk dan mengakar di dalamnya. Perubahan
kondisi sosial politik di Negara Negara dunia ketiga mulai menjadi mangsa liberalisasi
ekonomi dunia.
Indonesia sebagai salah satu Negara sedang berkembang telah lama menjadi incara para
kapitalis dunia. Hal ini menyebabkan berpindahnya kekuasaan hegemoni nasional menjadi
hegemoni internasional melalui proses privatisasi dan deregulasi yang lebih dikenal sebagai neoliberal regime. Kita bisa melihat, saat ini mulai marak berbagai perusahaan multinasional yang
masuk ke Negara Negara dunia ketiga. Tidak salah jika liberalisasi di pandang sebagai berkah
bagi sejumlah umat manusia dalam mencapai kemajuan, kepuasan dan kenikmatan dunia secara
luas. Tidak salah jika liberalisasi di pandang sebagai berkah bagi sejumlah umat manusia dalam
mencapai kemajuan, kepuasan dan kenikmatan dunia secara luas. Contoh konkret yang berpihak
pada liberalisasi ekonomi adalah adanya penetrasi global sebagai langkah integrasi perekonomian
antar Negara yang menghapus batas batas wilayah secara ekonomi suatu Negara. Dengan
ditinjaunya kembali berbagai kebijakan yang berkaitan dengan tari dan diberlakukannya
hambatan non-tarif (non-tariff barrier) serta bea ekspor impor dalam perdagangan antar Negara
semakin memperjelas bahwa semua Negara tidak akan mampu menhindar dari dampak
perubahan konstelasi perekonomian global. Hal ini ditegaskan lagi dengan hadirnya blok blok
antar kawasan seperti AFTA, FTAA, NAFTA, WTO dan berbagai bentuk blok lain yang
menempatkan diri sebagai steering committee untuk mengatasi ketimpangan infrastruktur
ekonomi sebagai akibat digulirkannya pasar global dunia (liberalisasi ekonomi atau kapitalisme
global atau globalisasi).
Siapkah Indonesia untuk menyongsong era baru tersebut? Bagaimana bargaining power
infrastruktur ekonomi kita dalam bersaing dengan perusahaan perusahaan multinasional?

Dapatkah koperasi sebagai bagian dari pelaku ekonomi di Indonesia mengambil peran di
dalamnya?
Koperasi di tengah derasnya arus liberalisasi ekonomi
Koperasi sebagai badan usaha non-profit sejak awal harus mempersiapkan strategi usaha
yang tidak hanya berorientasi pada service oriented (maksimalisasi pelayanan) dan kemakmuran
secara merata bagi anggotanya saja tetapi koperasi juga harus mulai menata usahanya baik dalam
hal infrastruktur keuangan, efisiensi, pembangunan akses pasar baru, berinovasi serta penataan
terhadap investasi (modal pinjaman dari lembaga lain) yang memberikan nilai tambah kegunaaan
yang lebih tinggi. Koperasi harus mampu menggerakkan marketing synergy untuk meningkatkan
produktivitas dan membuka bidang usaha strategis yang memiliki asas manfaat lebih tinggi untuk
kebutuhan anggota dan masyarakat. Disinilah dituntut kejelian pengurus koperasi untuk
menetapkan bentuk usaha yang mampu mengakomodir berbagai potensi partisipasi yang
diberikan anggotanya. Hanya koperasi yang mampu mensinergikan kemampuannya dengan
tuntutan kebutuhan masyarakatlah yang akan eksis dalam persaingan kapitalisme global. Sebagai
contoh, koperasi harus mulai menata orientasi usaha dan memaksimalkan potensi setiap bidang
usahanya menjadi bentuk koperasi yang akomodatif dan mampu mengakomodir setiap peluang
usaha kedalam sub sub koperasi yang telah terbentuk. Misalkan dengan mengoptimalkan setiap
bangunan koperasi yang sudah ada, baik koperasi pembelian (purchasing cooperative), koperasi
konsumen (consumer productive) dan koperasi produsen (productive cooperative). Dengan
spesifikasi bentuk koperasi tersebut diharapkan koperasi mampu mengambil peran seperti yang
dilakukan oleh perusahaan swasta dan BUMN sehingga koperasi tidak menjadi subsistem
dibawah perusahaan swasta dan BUMN dalam perekonomian nasional.
Lalu pertanyaannya adalah, seberapa besar kekuatan jaringan koperasi (cooperative
network) dalam mengimbangi tekanan dari liberalisasi ekonomi dalam suatu kawasan ekonomi
tertentu?
Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat sebenarnya memiliki potensi besar untuk
tumbuh dan berkembang. Kekuatan partisipasi, totalitas, kemandirian dan kesamaan tujuan
menjadi modal dasar bagi koperasi untuk bersaing dengan pelaku pelaku ekonomi lainnya
dalam kancah liberalisasi ekonomi. Thoby Mutis (1992) mengungkapkan adanya tujuh peluang

koperasi untuk bergerak maju sebagai salah satu pelaku besar dalam kancah liberalisasi ekonomi.
Dengan komponen perubahan yang ditawarkan ini, koperasi diharapkan mampu mengambil
peran dalam konstelasi ekonomi global yang berorientasi pada liberalisasi ekonomi.
Komponen komponen tersebut adalah, pertama, perlunya pemurnian partisipasi anggota
dalam pengambilan keputusan, perencanaan, control dan adanya deofisionalisasi yang tuntas
sehingga peranan pemerintah hanya sebatas sebagai fasilitator dalam pengembangan koperasi.
Kedua, peningkatan peran koperasi dalam memacu pertumbuhan koperasi dengan menggerakkan
sumber daya serta informasi. Ketiga, mutu cooperativism dalam koperasi perlu ditingkatkan.
Keempat, koperasi harus mampu meraih brain gain yang memadai untuk memacu cooperative
entrepreneurial dan teknologi koperasi (technocoop). Kelima, memelihara iklim bisnis yang
kondusif dan menjalin kemitraan dengan pelaku usaha lainnya yang lebih baik dan menempatkan
koperasi sebagai subyek atau pelaku usaha. Keenam, mengembangkan peluang bisnis koperasi.
Ketujuh, kompatibilitas bisnis yang dipicu oleh koperasi yang memiliki jaringan dengan aneka
bisnis di sektor informal dan formal.

DAFTAR PUSTAKA

Y, Harsoyo,dkk.2006.Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan.Yogyakarta.Pustaka Widyatama.

Anda mungkin juga menyukai