Anda di halaman 1dari 14

METODE PELATIHAN

Pelatihan ini menggunakan berbagai metode yang variatif, sehingga fasilitator punya kesempatan
untuk memanfaatkan kemampuan dan fleksibilitasnya dalam membawa suatu metode yang
direkomendasikan, maka menurut penulis, metode itu paling sesuai untuk menimbulkan insight bagi
peserta. Meski demikian, tidak tertutup kemungkinan bagi fasilitator untuk mengganti dengan
metode lain yang dianggap lebih sesuai, sepanjang tujuan sesi bisa dicapai dengan baik.
Walaupun diperlukan variasi dalam metode, tetap harus dijaga jangan sampai tujuannya hanyalah
semata-mata untuk tujuan variasi itu sendiri. Berikutnya beberapa pertimbangan dalam memilih
variasi metode:
1. apakah metode yang dipilih akan membuat lebih mudah mencapai tujuan sesi pelatihan?
2. Apakah waktu yang tersedia cukup?
3. Berapa jumlah peserta yang hadir dalam sesi tersebut?

Misalnya: Game Untung Rugi Berubah, sangat mengandalkan adanya perbedaan


individual peserta, sehingga jumlah peserta di bawah 15 orang akan kurang
menghasilkan efek maksimal.
4. Apakah peralatan yang dibutuhkan memang bisa disediakan?
Beberapa metode yang dipakai dalam pelatihan ini adalah:
Games
Role Playing
Diskusi Kasus
Metaplan dan Anjangsana
Ceramah
penjelasan lebih detailnya ada pada halaman berikut:
Jenis
Aktivitas Aturan
Peran:
Situasi
Apa Yang
Metode
Melakuka Siapa
Yang
Dihayati
n
Melakuka Melatar
Aktivitas n Apa
belakangi
Suatu
Aktivitas

Pertanyaa Menghaya
n Yang
ti Sudut
Terjawab Siapa

Pihak pertaama

Kalau begini hasilnya bagaimana, kalau bagitu


hasilnya bagaimana

1. Pelaksanaan suatua aksi


2. Efek satu aksi terhadap suatu situasi

Diterangkan

Tidak ditentukan

Ditentukan dengan jelas

Ditentukan dengan jelas

Game

Bagaimana rasanya
kalau saya jadi si A

Pihak pertama

Kalau sudah begini, enaknya bagaimana

Pihak pertaam maupun ketiga

Seperti apa situasinya kok


sampai begini

Pihak ketiga

Seperti apa

Pihak ketiga

Diserahkan kepada
pemeran

Ditentukan dengan
jelas

Diterangkan

Ditentukan dengan jelas

Ditentukandengan jelas

Ditentukan dengan jelas

Diterangkan

Studi Kasus

Ditentukan

Tidak ditentukan

Tidak ditentukan

Diterangkan

Dikusi Film

Ditentukan

Ditentukan

Ditentukan tidak
ada

Diamati

Dinamika internal
suatu peran yang
mendorong suatu aksi

Ditentukan kepada
pemeran

Simulasi

1. Pelaksanaan suatu aksia


Latar belakang situasi yang Dinamika internal
2. efek satu aksi terhadap suatu situasi
mendorong terjadinya suatu maupun eksternal
3. perubahan situasi dan pengaruhnya terhadap aksi berikutnya aksi
terjadinya suatu
aksi

Role Playing

Pihak ketiga

Harusnya seperti apa:


siapa melakukan apa

1. Gambaran suatu
situasi
2. peluang-peluang
tindakan di
dalamnya
Diterangkan

Tidak ada

Ditentukan

Ditentukan

Metaplan

Metode dan Teknik Bertanya


setelah peserta menjalani berbagai aktivitas melalui suatu metode, tidak semulanya secara otomatis
akan mampu melakukan ekstraksi nilai-nilai, ataupun mendapatkan 'aha'. Fasilitatorperlu membantu
memfasilitasi proses kognitif melalui teknik mengajukan pertanyaan sehingga peserta dapat
melakukan pengendapan dari pengalamnnya.
Fasilitator perlu mengenali bebagai teknik bertanya, tidak saja untuk membantu peserta
mendapatkan manfaat dari suatu metode, namun juga menggunakan pertanyaan sebagai bagian dari
proses fasilitas.
Di bawah ini diuraikan berbagai tekni bertanya sebagai cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu:
Tujuan Pertanyaan
Contoh Pertanyaan

Mengajak refleksi

Apakah 5 pelajaran penting yang kita tarik


dari permainan tadi?

Menganalisa

Bagaimana jika hasil diskusi tersebut


dikaitkan dengan rendahnya kesadaran
masyarakat mengenai akta kelahiran?

Membantu peserta menerapkan dalam


situasinya sendiri

Menurut anda, bagaimana jika role play tadi


diterapkan pada sistem Manajemen Berbasis
sekolah di sekolah anda?

Menggugah minat (misal di awal


sesi/awal pelatihan)

Tahuakah anda saja yang bisa dilakukan oleh


seorang yang jago berkomunikasi?

Menimbulkan kesadaran

Apa yang terjadi jika bentuk pekerjaan


terburuk bagi anak terus dibiarkan?

Memberi kesempatan kalrifikasi

Ada yang belum jelas dan ingin mengajukan


pertanyaan?

Mengembalikan perhatian peserta ke


Baik, saudara X, ada yang ingin Anda bagikan
kepada forum ...? (Gunakan nada yang halus)
materi (peserta mengobrol)
Cara mengajukan pertanyaan
Cara mengajukan pertanyaan sangat penting diperhatikan agar fasilitator tidak terkesan merasa
orang yang paling hebat dan ahli di dalam ruang pelatihan.

Sebagai contoh, ada peserta mengobrol ada anda ingin mengajukan pertanyaan agar perhatian
peserta kembali pada forum, jangan lakukan dengan suatu pertanyaan yang sulit seperti mau
memberikan hukuman supaya malu. Lakukan pertanyaan sederhana seperti dalam tabel di atas,
tujuannya bukan menghukum atau mempermalukan korban, namun sekedar membuat mereka
mengembalikan perhatian ke forum.

Cara yang lebih halus adalah cara lempar bola bebas. Jika cukup banyak peserta yang kurang
memperhatikan, maka ajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Tunggu waktu secukupnya agar
kelas merespon, arahkan pandangan secara lembut kepada seluruh kelas secara memutar.
Jika respon tidak muncul dan perhatian dari kelas masih tetap kurang, maka perlu dilakukan
pembagian kelompok untuk diskusi. Pembagian kelompok dilakukan denganmetode direct
splitting, yakni membuat peserta yang bersebelahan menjadi terpisah. Misalnya menggunakan
potongan dis-ku-si, yakni setiap peserta secara bergantian diminta menyebut kata dis, peserta
sebelahnya ku, peserta berikutnya si, dilanjutkan kata dis, lagi dan seterusnya. Sebagai
variasi bisa saja digunakan kata lain, misal 1 kemudian 2, kemudian 3, kembali lagi ke 1
dan seterusnya. Untuk membuat suasana menjadi segar bisa dengan kata lucu rokok, susu dan
donat.
Teknik ini akan membelah peserta dalam kelompok di mana peserta yang tadinya duduk
bersebelahan dan mengobrol akan langsung terpisah dalam kelompok yang berbeda. Kemudian
berikan pertanyaan untuk dijawab melalui diskusi kelompok dan minta mereka menulis di metaplan
atau filpchart.
CARA MEMULAI PELATIHAN
Fasilitator perlu datang lebih awal, sehingga memiliki waktu cukup untuk melakukan
persiapan.
Berkenalan dengan peserta sebelum acara dimulai akan sangat membantu kelancaran proses
pelatihan. Beberapa fasilitator pemula tanpa alasan jelas sering mengambil jarak dengan
peserta untuk mempertahankan posisinya (red: jaga image).
Sesi Pertama (Modul 1) perlu dilakukan dengan waktu dan perhatian yang penuh, ini adalah
inverstasi berharga yang akan sangat menentukan kesuksesan sesi berikutnya.
Apresiasi kepada peserta yang datang tepat waktu harus menjadi pegangan seorang
fasilitator. Mulai tepat waktu, jangan menunda, menunggu peserta yang datang telambat.
Menunggu peserta yang terlambat artinya memberi reward kepada yang salah dan memberi
punishment kepada yang tepat waktu.
Di awal proses sangat penting untuk membangun kepercayaan peserta pada modul dan para
fasilitator yang membawakannya. Ungkapan kepada peserta bagaiaman modul
dikembangkan dan di daerah mana saja sudah diuji cobakan serta hasil-hasil yang sudah
diperoleh.
DAFTAR PERIKSA
Gunakan daftar periksa ini dengan cara memberikan tanda apabila sudah tersedia dengan baik.
Kolom catatatn dipergunakan jika ada sesuatu hal uang masih membutuhkan tindakan lebih lanjut.
Disediakan dua jenis Daftar Periksa, yakni Daftar Periksa sebelum mulai Pelatihan dan daftar
Periksa sebelum udah mulai suatu sesi.
DAFTAR PERIKSA SEBELUM MULAI PELATIHAN
No
PERIHAL
1.

Apakah sudah dibentuk Panitia Lokal?

2.

Apakah Anda sudah menyiapkan Pre Kit Pelatihan?


(melakukan modifikasi pada Pre Kit yang tersedia)

3.

Apakah sudah berkoodinasi dan mengirimkan


dokumen terkait untuk pelatihan?

ADA

CATATAN

Pre Kit Pelatihan


Properti Pelatihan
Petunjuk Teknik Pelaksanaan

4.

Apakah Pre Kit Pelatihan sudah dikirimkan panitia


pada peserta?

5.

Apakah Pre Kit Pelatihan sudah dikirimkan balik


kepada panitia?

6.

Sudahkah anda mempelajari Modul Pelatihan?

7.

Apakah DPRD sudah dihubungi dan bersedia?

8.

Apakah Bupati/Walikota sudah dihubungi dan


bersedia?

9.

Apakah sudah tersedia laptop untuk presentasi di


DPRD/Bupati?

10. Apakah sudah tersedia kendaraan untuk berangkat ke


lokasi hearing (Gedung DPRD/Bupati)
11. Apakah sudah ada pendekatan/lobby kepada pihak
komisi DPRD terkait?
12. Apakah sudah ada pendekatan/lobby kepada pihak
Bupati dan instansi pemda terkait?
13. Apakah kain berwarna gelap sudah tersedia (hitam,
biru atau coklat)
14. Apakah kertas metaplan sudah tersedia?
Jumlah 3 warna x 50 lembar. Ukuran 10 x 20 cm.
15. Apakah sudah tersedia lem semprot (3M) atau
double tape dan gunting?
16. Jika menggunakan lem semprot, apakah sudah
disemprot ke pada kain hitam?
17. Apakah LCD Projector dan layar sudah tersedia.
18. Apakah LCD Projector sudah dicoba dan menyala
dengan baik?
19. Apakah posisi bayangan gambar/ukuran huruf dari
LCD Projector sudah tetap, dan dapat terlihat dari
orang yang duduk paling belakang?
20. Apakah memerlukan kabel gulung?
21. Apakah sudah tersedia colokan kabel untuk LCD
Projector?
22. Apakah Narasumber sudah dihubungi dan bersedia?
23. Apakah sudah dilakukan pertemuan koordinasi
dengan Narasumber?
24. Apakah data-data yang diperlukan dimiliki oleh
Narasumber?
25. Apakah data-data penunjang lain sudah tersedia?

26. Apakah papan flipchart sudah tersedia 4 buah dan


masing-masing dengan kertas 10 lembar?
27. Apakah sudah tersedia spidol white board bebagai
warna dalam jumlah cukup? (+/- 20)
28. Apakah sound system sudah tersedia?
3 wireless mic,atau 1 wireless mic dan 2 cable mic
(untuk peserta) Audio jack untuk output suara dari
laptop
29. I unitkomputer dan printer untuk tugas peserta
30. Apakah kertas HVS sudah tersedia (5 rim)
31. Apakah peserta sudah terdiri dari:
Pemda Terkait
Anggota LSM
Anggota Ormas/Orsos terkait
Wartawan
No

PERIHAL

1.

Sudahkah Anda mempelajari Modul Pelatihan?

2.

Apakah LCD Projector sudah dicoba dan menyala


dengan baik?

3.

Apakah posisi bayangan gambar/ukuran huruf dari


LCD Projector sudah tepat, dan dapat terlihat dari
orang yang duduk paling belakang?

4.

Apakah semua powerpoint sudah tersedia dengan


lengkap?

5.

Apakah sudah tersedia alat penunjuk (pointer) untuk


menjelaskan di layar proyektor?

6.

Apakah peralatan sound system sudah dicoba dan


berfungsi dengan baik?
Periksa baterai wireless mic

7.

Apakah peralatan untuk aktivitas peserta sudah


tersedia dengan lengkap dan dalam kondisi baik?
(Alat peraga, kertas kerja, dll)

8.

Apakah lay out ruangan sudah sesuai dengan tujuan


Sesi?

ADA

CATATAN

CARA ORANG DEWASA BELAJAR (ANDRAGOGY)


Seorang fasilitator perlu mengetahui perbedaan cara belajar anak-anak dan orang dewasa, sehingga
mampu memperlakukan peserta secara tepat.
Cara anak belajar
Anak punya rasa ingin tahu yang besar hampir pada semua hal. Dengan demikian cukup
mudah untuk menagajak seorang anak mempelajari hal baru.
Proses belajar pada anak sangat tergantung pada orang lain yang lebih berpengalaman

(guru/pembimbing). Mereka memerlukan jawaban dari orang lain atas bebagai pertanyaan di
pikirannya.
Cara orang dewasa belajar
Rasa ingin tahu pada orang dewasa terbatas pada apa yang tengah menjadi kebutuhan atau
keinginannya.
Tantangan bagi fasilitator untuk menghidupkan suatu optik agar dirasa penting dan
dibutuhkan.
Mampu menumbuhkan pikiran bahwa suatu sesi bermanfaat bagi peserta.
Orang dewasa mengalami suatu hambatan belajar, ditandai dengan: rasa enggan, malu
terlihat bodoh atau tidak mengerti, rasa takut gagal dan tidak percaya diri.
Tantangan bagi fasilitator dalam mendesain dan membutuhkan iklim pembelajaran
yang sifatnya tidak berisiko sosial seperti malu, dan lain-lain.
Fasilitator perlu bersikap mendukung, mendorong, tidak mencela, dan menerima apa
adanya.
Orang dewasa lebih senang diperlukan secara setara, karena mereka juga sudah memiliki
pengalaman, pendapatan, pandangan, kemauan, kesadaran, tanggung jawab dan tujuan.
Tantangan pada fasilitator untuk mampu membawakan pelatihan dengan cara
membangkitkan minat melalui cara bertanya, teknik menggali jawaban dan
membuka ruang diskusi/berpendapat.
Kemampuan berpikir abstaraktif pada orang dewasa membuat mereka lebih senag belajar
dari pengalamannya.
Tantangan bagi fasilitator dalam mengembangkan metode yang sifatnya
experienciaal learning, yakni aktivitas pengalaman berstruktur seperti; game,
diskusi, brainstorming, role playing, dll.
MENGAHADAPI SITUASI SULIT
dalam modul pelatihan ini, tidak dikenal adanya istilah peserta sulit, yang ada adalah situasi sullit.
Penyebutan peserta sulit sangat perlu dihindari karna bersifat memberi stigma. Selain itu istilah itu
akan membuat kesan bahwa kita mempersamakan antara subyek dengan perilakunya.
Selain itu pemebrian stigma peserta sulit akan mempengaruhi kondisi pikiran fasilitator untuk
mempecayai bahwa meman sulit menghadapinya, dan tindakannya kemudian cenderumg akan
mengikuti kepercayaan itu.
Kenyataan dalam kehidupan, tidak ada orang yang benar-benar sulit bagi setiap orang. Selalu saja
ada orang yang sanggup menangani seorang yang dianggap sulit dalam pandangan orang lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kita dapat mengendalikan sepanjang mengetahui caranya.
Dalam terminologi NLP ada suatu keyakinan yang perlu diinternalisasi oleh seorang fasilitator:
Tidak ada yang namanya peserta sulit, yang diperlukan adalah seorang fasilitator yang lebih
fleksibilitas. Jadi fleksibelitas sikap dan perilaku yang tepat dari fasilitator akan menentukan
apakah dia bisa mengarahkan seorang peserta yang dianggap berperilaku sulit atau tidak.
Seorang peserta menjadi berperilaku yang menyulitkan fasilitator umumnya terpicu oleh suatu
kondisi yang mendahului, beberapa kondisi yang memicu munculnya situasi sulit adalah:
pelatihan yang tidak direncanakan dan dikelola dengan baik, seperti kurangnya fasilitas
dasar untuk akomodasi, manajemen waktu yang buruk, ruangan yang tidak memadai dan
sebagainya.
Peserta yang terpaksa datang, biasanya disebabkan pemberian tugas yang mendadak, peserta

memiliki beban tugas saat meninggalkan pekerjaan, sehingga peserta tidak tahhu apa
manfaat datang ke pelatihan.
Mengatasi hal ini adalah mengirimkan paket Pre Kit Pelatihan kepada peserta
seminggu sebelum pelaksanaan acara. Isi Pre Kit ini dibahas di bagian lain dalam
panduan ini.
Pengalaman negatif dalam pelatihan sjenis yang sebelumnya sehingga peserta memiliki
ekspektasi buruk pada pelatihan ini.
Dari penjelasan di atas, jelas seklai bahwa pada awal suatu pelatihan, seorang fasilitator punya tugas
penting dalam menyelesaikna dengan baik berbagai pesoalnan laten yang disebut di atas. Untuk
itulah, sesi pertama (modul 1) memiliki kedudukan sangat penting dan fasilitator perlu
menginventasikan waktu dan energinya dengan sungguh-sungguh agar terhindar dari Situasi Sulit
yang sewaktu-waktu bisa mucul.
Beberapa jenis situasi sulit yang biasanya muncul di suatu pelatihan:
1. Cara bertanya peserta
a. Beberapa peserta, punya kecenderungan cara bertanya yang tidak efektif.
Pertanyaan
ini akan terdengar sulit dan menyerang bagi fasilitator. Biasanya
ditandai dengan
pertanyaan yang mempertanyakan, mendebat, menyalakn,
memonopoli, menentang
atau menertawakan.
Perlu digarisbawahi di sini, tidaksemula kondisi di atas di maksudkan untuk
menyerang pembicara, ada berbagai kemungkinan sebab lain: misalnya peserta
kurang pandai pemilihan kata (lack of argumentation skill), atau ekpresi limiting
belief dari isi penanya. Contoh:
Menurut saya, itu tidak mungkin karena...
Apa yang anda sampaikan adalah omong kosong, bahwa...
2. Peserta bergurau/ melawak secara berlebihan, biasanya peserta ini merasa bosan atau
mungkin membutuhkan perhatian khusus. Jelas di sini dituntut suatu fleksibilitas dari
fasilitator.
3. Peserta yang tidak menyimak, tidur atau mengobrol bisa disebabkan berbagai sebab.
Misalnya tepaksa datanf, kebosanan, merasa topik tidak penting dan tidak menarik, seklai
lagi di sini jelas sekali pentingnya Pre Kit Pelatihan dan pelaksanaan Sesi 1 (Modul 1)
untuk mendapatkan rasa penting, berguna dan menarik dari peserta.
4. Pembahasan topik yang sensitif. Di beberapa daerah tertentu, adanya sejarah konflik rasial,
agama atau suku dapat menyebabkan sebuah topik menjadi sensitif. Apabila fasilitator
kurang fleksibel dan pandai mengemas isu (framing). Peserta mungkin akan merasa tidak
nyaman. Tantangan bagi fasilitator adalah; peserta belum tentu menyuarakan
ketidaknyamanan mereka, namun dengan mengamati bahasa non-verbalnya, maka kita bisa
mendapatkan petunjuk ketidaknyamanan tersebut.

CARA MEMPERTAHANKAN PERHATIAN


Berikut ini sejumlah teknik untuk membantu mempertahankan agar sesi tetap dapat menarik:
1. pelajari dan terapkan materi-materi dalam modul ini yang merupakan teknik NLP untuk
Anda aplikasikan sendiri dalam pelatihan. Inilah yang disebut Walk the Talk, menerapkan
apa yang kita kerjakan.
2. Beberapa hal penting sebagai panduan:
a) Memulai suatu sesi dengan mantap dan secara cukup lantang.
b) Gunakan sikap yang simpatik, ramah, bersahabat, dan menyenangkan

3.
4.
5.
6.

c) Tunjukan gaya yang serius namun tetap santai.


d) Gunakan bahasa tubuh yang menarik:
i.
Berdiri tegak
ii.
Kepalkan tangan Anda saat menunjukan semangat
iii.
Tunjukan ekspresi perasaan pada muka Anda saat berbicara hal yang
menunjukan perasaan: gembira, sedih, prihatin, dan sebagainya.
e) Berbicara dengan intonasi yang menarik. Untuk mengesankan suatu hal menjadi penting,
rendahkan suara dengan mimik cukup serius.
Peka terhadap bahasa tubuh peserta yang menunjukkan perasaan jenuh, bosan atau ngantuk.
Sesekali ajukan pertanyaan sederhaan (persoalan yang mudah saja) dengan tujuan
mendapatkan/mempertahankan perhatian, bukan hal yangpenting, sebab yang terpenting,
sebab yang terpenting adalah mengembalikan perhatian mereka ke sesi.
Secara alami peserta akan terpecah perhatiannya karena kepetan duduk dalam menyimak
suatu sesi, untuk itu sangat disarankan fasilitator siap untuk menggunakan ice
breake/energizer agar kembali segar.
Penggunaan humor yang sesuai dengan ikon juga bisa mengusir kejenuhan dan
mempertahankan perhatian peserta. Namun jangan sampai seorang fasilitator berubah peran
menjadi pelawak atau penghibur. Humor semata-mata hanyal bumbu peneyedap atau bagian
dari suatu teknik metafor yang berguna dalam mengarahkan suatu makna.

TOLOK UKUR
1. Banyakannya pertanyaan dari peserta selama sesi atau setelah sesi menunjukan Anda
berhasil menumbuhkan minat peserta. Utamanya jika pertanyaan itu berupa:
2. banyaknya pertanyaan yang mempertanyakan pengetahuan Anda atau meragukan apa
yang Anda sampaikan, hal itu menunjukkan belum terjadinya proses penerimaan dari
peserta kepada Anda atau modul.
3. Minat dan semangat yang ditunjukkan peserta selama sesi berlangsung mengindikasikan
keberhasilan Anda membanggun suasana partisipasi dan membangkitkan daya tarik.
4. Di luat sesi pelatihan, banyaknya peserta yang menggunakan jargon-jargon, komentar dan
sebagai mengindikasikan adanya interanlisasi suatu konsep.
5. Ketepatan waktu kehadiran peserta menunjukkan bahwa peserta sudah meletakkan prioritas
yang tinggi pada sesi dan bisa membayangkan manfaatnya.
6. Memonitor proses hearing secara langsung akan dapat membantu Anda memillih sejauh
mana akuisisi skill knowlege dan attitude sudah terjadi pada peserta.
MENGAPA BAHASA TUBUH DAN INTONASI SEDEMIKIAN PENTING
Pada tanhun 70-an masyarakat indonesia yang menonton TVRI sering melihat film Chaplin. Yakni
film lawak hitam putih yang belum bersuara, hanya menggunakan ekspresi dan gerak tubuh seperti
pantomim. Menariknya, sekalipun tidak ada kalimat apapun yang dikatakan, namun kita bisa
terpingkal-pingkal karenannya. Di tahun 90-an, hal serupa dilakukan Mr. Bean, sekalipun sudah
menggunakan musik dan sedikit suara.
Dari mana kita bisa terpingkal-pingkal, padahal tidak ada kata apapun yang dikatakan oleh chaplin
maupun Mr. Bean? Bagaimana kita bisa mengerti atau menangkap pesan yang mereka maksudkan?
Apakah ini berarti bahwa kita bisa berkomunikasi tanpa kata-kata? Memang demikianlah, ternyata
pesan dan makna bisa disampaikan tanpa menggunakan kata-kata. Inilah yang disebut body
language, alias bahasa tubuh yaitu gerakan tubuh, ekspresi dan lain-lain yang membuat kita
mengerti makna yang dimaksydkan orang lain.
Pada modul ke-8 kita sudah dikenalkan pada konsep 3V, yakni Verbal, Vokal, Visual. Yakni kita bisa

melipatkan kekuatan pesan apabila menggunakan komponen 3V secara sekaligus. Verbal (katakata), Voakl (intonasi), Visual (bahasa tubuh).
Bagaimana peran Vokal dalam penyampaian pesan? Coba kita ingat saat kita masih kecil dan
bermain hujan-hujanan di halaman rumah yang becek dan berlumpur. Lantas orang tua kita marah,
dan memanggil Jaka .... Pada saat itu tanpa kita sadari kita menilai seberapa marah orang tua
kita berdasarkan intonasi yang dipakainya. Jika dalam perhitungan kita intonasinya masih wajar,
maka kita lanjutkan main hujan.
Namun beberapa menit kemudian orang tua kita memanggil JAKKKA!!!!, sekalipun tidak ada
perubahan/penambahan kata lain, namun dari intonasi yang digunakan kali ini kita tahu bahwa
orang tua kita sudah marah dan sudah tidak bbisa ditawar lagi.
Di sinilah terlihat bahwa intonasi menyumbang/berperan dalam pembentukan suatu makna. Bahkan
intonasi bisa mengubah makna secara drastis. Bayangkan, semisal seorang laki-laki mengucapkan
kalimat ini pada seorang perempuan Dara, aku mencintaimu... Semua dari kita langsung menegrti
maknanya bahwa laki-laki itu mencintai Dara.
Namun jika intonasinya diubah: Dara, aku mencintaimu...?. Secara drastis maknanya langsung
berubah bahwa ia justri tidak mencintai di Dara. Padahal, tidak ada perubahan apapun pada katakata yang digunakan, hanya berubah intonasinya.
Beberapa contoh diatas menjelaskan bahwa baik bahwa tubuh maupun intonasi ikut membentuk
makna dalam komunikasi. Dengan demikian, bagi seorang komunikator sangatlah penting untuk
memanfaatkan kedua cara tersebut dalam meningkatkan efek kekuatan makna.
Pada modul ini akan dibahas hal di atas dalam dua perspektif, yakni:
1. bagaimana kita memperbaiki bahasa tubuh selaku komunikasi agar lebih persuasif dalam
membawakan advokasi.
2. Bagaimana kita menggunakan pengetahuan mengenai bahasa tubuh ini untuk bisa
membaca pikiran mitra bicara melalui bahasa tubuhnya.
Dalam memanfaatkan kekuatan 3V ini, maka baik kata-kata, bahasa tubuh dan intonasi, harus
dipergunakan secara selaras. Banyak komunikatoryang tidak memperdulikan bagaimana bahasa
tubuh atau intonasi mereka saat berkata-kata. Misalnya, apabila seseorang dalam berkomunikasi
tangannya bergerak-gerak tidak beraturan sama sekali, maka bawah sadar orang yang diajak bicara
akan cenderung mengabaikan manfaat dari alat komunikasi yang powerful ini.
Contoh lain, seorang komunikator yang berbicara menonton dan datar, amka bawah sadar audien
akan menagkap pesan bahwa komunikastor sendiri juga mempunyai perasaan datar, bosar dan
tidak tertarik pada topik yang dia bicarakan. Karena semenjak kicil kita sudah tahu bahwa jika
sesuatu itu menarik bagi komunikator, akan disampaikan dengan intonasi yang khas.
Maka, menjadi tantangan bagi fasilitator untuk menguasai terlebih dahulu dan mempraktekkan
bahasa tubuh dan intinasi ini agar dapat tampil dengan konsekuen.
Understanding Body Language
Body Language
Komunikasi yang (umumnya) tidak disadari.
Menunjukan internal reality seseorang, yang 'keluar' mendahului bahasa verbal.
Sangat berpengaruh dan perlu dioptimalkan sesuai tujuan komunikasi.
Jika berlawanan dengan bahasa verbal, akan mengurangi kekuatan komunikasi.
Jika selaras dengan bahasa verbal, akan menambah kekuatan komunikasi.

Manfaat Mepelajari Body Language


Mengamati body languagelawan bicara, contoh:
Menegrti apa yang tidak tekatakan, dan ada dipikiran lawan bicara
Mengenali tanda kebohongan, tanda kebosanan, dan lain-lain
Memperbaiki body language kita sendiri, contoh:
Membanggun hubungan dengan lebih cepat,
Memperkuat pengaruh komunikasi.
Menghindari kesalahpahaman dan miss-informasi.
Dan lain-lain.
Tidak universal sepenuhnya
tidak semua bangsa memiliki arti yang sama untuk sebuah bahasa nonverbal tertentu.
1. Orang india mengangguk artinya tidak setuju, bergeleng artinya setuju. Bangsa lain
melakukan sebaliknya.
2. Tangan mengacung dengan jari telunjuk dan jempol membentuk lingkaran, bagi orang
Prancis artinya nol, bagi orang Yunani artinya Penghinaan, bagi orang Amerika artinya
bagus.
1. Personal space/jarak Beridir Antara 2 orang
Menandakan:
Wilayah geografis yang diperikaskan sebagai teritori pribadi
Jarak yang menunjukan jauh dekatnya suatu hubungan antara 2 orang
Manfaat:
Untuk memacu keakraban, dengan sengaja perdekatan jarak secara gradual saat
berkenalan atau me-lobby seseorang.
2. Senyum
Menandakan:
Perasaan orang sedang senang hati, nyaman, setuju.
Manfaat:
Tersenyum lebih dahulu, untuk merangsang orang match dengan Anda.
Gabungkan senyuman anda dengan anggukan.
3. Ekspresi muka
Menandakan:
Kondisi pikiran seseorang
Manfaat:
Berdampak sangat besar pada pembentukan persepsi.
Ada orang yang ekpresi mukanya selalu nampak miss-match
4. Open Posture
Menandakan:
Seseorang merasa terbuka, percaya diri.
Manfaat:
Membuat orang lain merasa Anda yakin.
Hindari:
Menyilangkan Tangan.
Memasukan tangan ke dalam saku/di belakang.
Memeluk barang secara defensif (tas wanita, dompet, dll)
5. Forward Lean (Tubuh condong ke depan ke arah lawan bicara)
Menandakan:
Lawan bicara tertarik pada pembicaraan kita.

Manfaat:
Membuat lawan bicara merasa nyaman, condongkan tubuh Anda, posisikan
menghadapi lawan bicara.
Bila posisi Anda di sampingnya, lakukan dengan agak miring.
6. Touch
Menandakan:
Orang merasa mulai akrab.
Manfaat:
Mempercepatkeakraban, misalnya memberikan sentuhan sepanjang berupa jabat tangan
di awal pertemuan.
Lakukan sentuhan sepanjang dilakukan dengan sopan dan memungkinkan.
Sentuhan dianggap netral di punggung tangan. Lakukan sealami mungkin, tidak
kelihatan nafsi atau menyengaja.
7. Eye Contact (soft and warm)
Menandakan:

Keterbukaan, apa adanya, terus terang


Manfaat:

Meningkatkan kepercayaan lawan bicara pada kita dengan cara selalu bertatapan
dengan mata lawan bicara sevara hangat (senyum).

Tatapan di daerah sekitar area mata dan hidung.

Jangan main mata/piknik ke daerah erogen.


8. Anggukan kepala
Menandakan:

Persetujuan, afirmasi, akrab, suka.

Terkecuali orang India.


Manfaat:

Pada saat mendengarkan lawan bicara, anggukan kepala dengan halus dan singkron.
Saat terbaik adalah jeda kata lawan bicara, atau saat kalimat mereka memerlukan
persetujuan.

Saat mengucapkan kalimat untuk mendapatkan persetujuan (termasuk kalimat


perintah), maka anggukkan kepala Anda sendiri
9. Meletakkan tangan seperti bertopang dagu/menelpon dengan kepala dan badan tegak
Menandakan:

Kondisi seseorang sedang menganalisa/menimbangkan pembicaraan orang lain.


Mafaat:

Hindari meletakkan tangan seperti itu saat mendengarkan lawan bicara.


10. Mengankat satu kaki dan kedua tangan di belakang kepala
Menunjukan:

Seseorang tengah merasa dominan, menantang, berkuasa.


Manfaat:

Hindari bersifat seperti ini.


11. Menggaruk belakang kepala/leher
Menandakan:

Kesan bohong/ragu.

Kesan lebih kuat jika muka dialihkan dari lawan bicara


Manfaat:

Hindari melakukan seperti itu.


12. Menjulurkan tangan kepada lawan bicara dengan telapak tangan di atas
Menandakan:

Kesan jujur, terus terang.

Manfaat:

Saat mengatakan sesuatu fakta atau menanggapi tuduhan yang tidak benar, lakukan
hal ini dengan disertai senyum datar.
13. Memukul tubuh sendiri (kepala,dahi atau paha)
Menandakan:

Sedang kelupaan atau menyalahkan diri sendiri


Manfaat:

Jika lawan bicara mealakukan itu, terima saja, jangan disalahkan lagi, gunakan
sebagai face sarving.
14. Tangan membentuk Piramid
Menandakan:

sikap percaya diri, punya pendapat yang diyakini.


Manfaat:

Lakukan saja diperlukan.


15. Menguasai gerakan Tangan (menggambarkan sesuai dengan perkataan)
Menandakan:

Pembicaraan adalah orang yang berpikir secara visual.


Manfaat:

Untuk meningkatkan impresi kata-kata, gerakanlah tangan mengikuti kata Anda


jelaskan.

Akan lebih mudah diingat.


Pentingnya intonasi (Aspek Vokal)
Intonasi
untuk membuat pembicaraan jadi menarik.
Berbicara tanpa intonasi akan mengesankan bahwa pembicara sendir tidak tertarik.
Intonasi punya manfaat penting lainnya berikut ini:
1. Nada
Untuk mendapatkan perhatian dengan cara nada diturunkan
Untuk menekankan kata penting dengan cara nada diturunkan

Contoh: Aspek berikut ini penting yakni adanya sistem perunfangan yang berlaku di
daerah (PERDA)
2. Tempo
Untuk menekankan satu kata yang kita harapakn masuk ke bawah sadar.
Lakukan dengan tempo yang cukup p.e.l.a.n
Contoh: Jaman modern ini anak lebih banyak mengalami tantangan jadi perlu sekali adanya
u.p.a.y.a...p.e.r.l.i.n.d.u.n.g.a.n.
3. Timbre
Untuk membuat kata terkesan lebih mantap berberat tekanan kata.

Contoh: jika riset sudah dilakukan, kita pasti aman.


Untuk membuat kata terkesan lebih enteng ringankan tekanan kata.

Contoh: Munculnya perbedaan adalah hal yang biasa


4. Jeda
Untuk memancing munculnya rasa ingin tahu.
Untuk menimbulkan harapan (expectation).
Gunakan jeda tepat sebelum kata yang ingin dipicu rasa inggin tahu.
Contoh: Hal terpenting dalam komunikasi adalah mempengaruhi.........state of mind
contoh:
Susi.., menggigit anjing mati.

Susi menggigit..., anjing mati.


Susi menggigit anjing..., mati.
Susi menggigit anjing! Mati?
Susi menggigit anjing?.... Mati!!!
Susi menggigit? Anjing!!! Mati...

Anda mungkin juga menyukai