Disusun Oleh :
Aini Putri, S.Ked
Intan Ratna K., S.Ked
Kartika Yuana Fitri, S.Ked
M. Yogie F., S.Ked
Nur Ayu Virginia, S.Ked
Raissa Ulfa F., S.Ked
Rozi K. Warganegara, S.Ked
Rr. Agatha Aveonita, S.Ked
Perceptor :
dr. Adang Azhar, Sp.F
Kata Pengantar
Pertama-tama penulis ucapkan terima kasih kepada Allah SWT. karena atas
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
Hubungan Visum et Repertum dengan Rekam Medis tepat pada waktunya.
Adapun salah satu tujuan pembuatan referat ini adalah sebagai salah satu syarat
dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik SMF Forensik Rumah
Sakit Umum Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Nama Dokter, Sp.Terserah yang
telah meluangkan waktunya untuk penulis dalam menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari banyak sekali kekurangan dalam referat ini, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga referat ini
dapat bermanfaat bukan hanya untuk penulis, tetapi juga bagi siapa pun yang
membacanya.
Bandar Lampung, 26 Juli 2016
Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Visum et Repertum berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang belum
dilihat) dan repertum (melaporkan). Sehingga visum et repertum adalah
pelaporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah jabatannya
terhadap apa yang dilihat dan diperiksa berdasarkan keilmuannya. Visum et
Repertum (VeR) merupakan salah satu bantuan yang sering diminta oleh pihak
penyidik (polisi) kepada dokter menyangkut perlukaan pada tubuh manusia.
Visum et Repertum (VeR) merupakan alat bukti dalam proses peradilan yang
tidak hanya memenuhi standar penulisan rekam medis, tetapi juga harus
memenuhi hal-hal yang disyaratkan dalam sistem peradilan.
Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien. Keberadaan rekam medis diperlukan dalam
sarana pelayanan kesehatan, baik ditinjau dari segi pelaksanaan praktek
pelayanan kesehatan maupun dari aspek hukum. Peraturan hukum yang
berhubungan dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan mencakup aspek
hukum pidana, hukum perdata dan hukum administrasi. Dari aspek hukum,
rekam medis dapat dipergunakan sebagai alat bukti dalam perkara hukum.
Dalam praktik sehari-hari seorang dokter tidak hanya melakukan pemeriksaan
medis untuk kepentingan diagnostik dan pengobatan penyakit saja, tetapi juga
untuk dibuatkan suatu surat keterangan medis. Demikian pula halnya dengan
seorang pasien yang datang ke instalasi gawat darurat, tujuan utama yang
bersangkutan umumnya adalah untuk mendapatkan pertolongan medis agar
C. TINJAUAN PUSTAKA
A. Rekam Medis
Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien. Rekam medis ditetapkan dalam Permenkes No.
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis / Medical Record
(selanjutnya disebut Permenkes Rekam Medis).
Terdapat beberapa definisi yang perlu dipahami terkait rekam medis dan
pelayanan di bidang kesehatan, yaitu:
1. Menurut ketentuan Pasal 1 Permenkes Rekam Medis.
-
Ayat 2 Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter
gigi spesialis lulusan Pendidikan Kedokteran atau Kedokteran gigi
baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah
Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Rekam medis terkait dengan standar pelayanan rumah sakit dan pelayanan
kesehatan. Penyediaan fasilitas rekam medis merupakan alat bukti dalam
proses pelayanan kesehatan yang telah diberikan pada pasien. Ketentuan
rekam medis ditetapkan dalam rangka untuk membina organisasi dan
management rumah sakit.
Sejak diterbitkannya keputusan Men.Kes. RI No.031/Birhup/1972 yang
menyatakan bahwa semua rumah sakit diharuskan mengerjakan medical
recording dan reporting dan hospital statistic. Keputusan tersebut kemudian
dilanjutkan
dengan
adanya
keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Identitas penderita;
Riwayat penyakit;
kesehatan, sedangkan isi rekam medis milik pasien. Kepemilikan rekam medis
dibedakan antara berkas dan isinya, meskipun antara berkas dan isi tersebut
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dari sudut hukum,
rekam medis merupakan dokumen yang berupa kertas dan berisi tulisan yang
mengandung arti tentang suatu keadaan, kenyataan atau perbuatan.
Namun demikian, antara kepemilikan berkas dan isinya dapat dibedakan, yaitu
berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan sedangkan isi rekam
medis milik pasien seperti ditentukan dalam Pasal 12 Permenkes Rekam
Medis.
Isi rekam medis sebagai milik pasien mengandung konsekuensi yuridis, yaitu
sifat kerahasiaannya. Pasal 10 Permenkes Rekam Medis menyatakan bahwa
rekam Medis merupakan berkas yang wajib dijaga kerahasiaannya. Pemaparan
atas rekam medis dapat dilakukan berdasarkan Pasal 11 Permenkes Rekam
Medis, yaitu sebagai berikut:
-
Ayat (1) penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien
atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Ayat (1) setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek
kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran;
B. Visum et Repertum
Visum et Repertum berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang belum
dilihat) dan repertum (melaporkan). Sehingga visum et repertum adalah
pelaporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah jabatannya
terhadap apa yang dilihat dan diperiksa berdasarkan keilmuannya. Visum et
Repertum (VeR) merupakan salah satu bantuan yang sering diminta oleh pihak
penyidik (polisi) kepada dokter menyangkut perlukaan pada tubuh manusia.
Visum et Repertum (VeR) merupakan alat bukti dalam proses peradilan yang
tidak hanya memenuhi standar penulisan rekam medis, tetapi juga harus
memenuhi hal-hal yang disyaratkan dalam sistem peradilan.
Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas
permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap
seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh
manusia, berupa temuan dan interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk
kepentingan peradilan.
Rumusan yang jelas tentang pengertian VeR telah dikemukakan pada seminar
forensik di Medan pada tahun 1981 yaitu laporan tertulis untuk peradilan yang
dibuat dokter berdasarkan sumpah atau janji yang diucapkan pada waktu
menerima jabatan dokter, yang memuat pemberitaan tentang segala hal atau
fakta yang dilihat dan ditemukan pada benda bukti berupa tubuh manusia yang
diperiksa dengan pengetahuan dan keterampilan yang sebaik-baiknya dan
pendapat mengenai apa yang ditemukan sepanjang pemeriksaan tersebut.
Dasar hukum VeR adalah sebagai berikut.
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
dengan
sengaja
mencegah,
menghalang-halangi
atau
tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan titik anatomis
permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristik serta
ukurannya. Rincian tersebut terutama penting pada pemeriksaan korban
mati yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali.
Pada pemeriksaan korban hidup, bagian pemberitaan terdiri dari:
a. Pemeriksaan anamnesis atau wawancara mengenai apa yang
dikeluhkan dan apa yang diriwayatkan yang menyangkut tentang
penyakit yang diderita korban sebagai hasil dari kekerasan/tindak
pidana/diduga kekerasan.
b. Hasil pemeriksaan yang memuat seluruh hasil pemeriksaan, baik
pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
penunjang lainnya. Uraian hasil pemeriksaan korban hidup berbeda
dengan pada korban mati, yaitu hanya uraian tentang keadaan umum
dan perlukaan serta hal-hal lain yang berkaitan dengan tindak
pidananya (status lokalis).
c. Tindakan dan perawatan berikut indikasinya, atau pada keadaan
sebaliknya, alasan tidak dilakukannya suatu tindakan yang seharusnya
dilakukan.
Uraian
meliputi
juga
semua
temuan
pada
saat
10
4. Kesimpulan
Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah dari fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat VeR,
dikaitkan dengan maksud dan tujuan dimintakannya VeR tersebut. Pada
bagian ini harus memuat minimal 2 unsur yaitu jenis luka dan kekerasan
dan derajat kualifikasi luka. Hasil pemeriksaan anamnesis yang tidak
didukung oleh hasil pemeriksaan lainnya, sebaiknya tidak digunakan
dalam menarik kesimpulan. Pengambilan kesimpulan hasil anamnesis
hanya boleh dilakukan dengan penuh hati-hati.
Kesimpulan VeR adalah pendapat dokter pembuatnya yang bebas, tidak
terikat oleh pengaruh suatu pihak tertentu. Tetapi di dalam kebebasannya
tersebut juga terdapat pembatasan, yaitu pembatasan oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi, standar profesi dan ketentuan hukum yang
berlaku. Kesimpulan VeR harus dapat menjembatani antara temuan ilmiah
dengan manfaatnya dalam mendukung penegakan hukum. Kesimpulan
bukanlah hanya resume hasil pemeriksaan, melainkan lebih ke arah
interpretasi hasil temuan dalam kerangka ketentuan-ketentuan hukum yang
berlaku.
5. Penutup
Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut dibuat
dengan mengingat sumpah atau janji ketika menerima jabatan atau dibuat
dengan mengucapkan sumpah atau janji lebih dahulu sebelum melakukan
pemeriksaan serta dibubuhi tanda tangan dokter pembuat VeR.
C. Hubungan Visum et Repertum dengan Rekam Medis
Rekam medis sebagai alat bukti surat mempunyai kekuatan pembuktian selain
berdasarkan PP No.26/1969 tentang Lafal Sumpah Dokter, juga memenuhi
unsur-unsur yang disyaratkan oleh pasal 187 KUHAP, yaitu apa yang ditulis
11
oleh dokter sebagai isi rekam medis berdasarkan apa yang ia alami, dengar
dan lihat.
Dokter pembuat rekam medis yang diminta untuk memberikan keterangan di
persidangan oleh hakim, berdasarkan Pasal 186 KUHAP dikategorikan
sebagai alat bukti keterangan ahli. Dengan demikian, KUHAP membedakan
keterangan yang diberikan secara langsung di persidangan oleh seorang ahli
dikategorikan sebagai alat bukti keterangan ahli, sedangkan keterangan ahli
yang diberikan di luar persidangan secara tidak langsung (dalam bentuk
terulis) dikategorikan sebagai alat bukti surat.
Visum et Repertum sebagai alat bukti dalam perkara pidana dapat
dikategorikan sebagai keterangan ahli, surat dan juga petunjuk. Rekam medis
dapat dikategorikan pula sebagai alat bukti petunjuk, sepanjang dalam
pemeriksaan isi rekam medis menunjukkan adanya persesuaian dengan alat
bukti sah lain (keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa).
Perbedaan antara Visum et Repertum dengan rekam medis, adalah pada
prosedur
pembuatannya
dan
peruntukannya.
Visum
et
Repertum
12
D. KESIMPULAN
Visum et repertum adalah pelaporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan
sumpah jabatannya terhadap apa yang dilihat dan diperiksa berdasarkan
keilmuannya. Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien. Baik rekam medis maupun Visum et
Repertum dapat digunakan segabai alat bukti di pengadilan.
Perbedaan antara Visum et Repertum dengan rekam medis, adalah pada prosedur
pembuatannya dan peruntukannya. Visum et Repertum pembuatannya haruslah
memenuhi syarat formil, yaitu berdasarkan atas permintaan tertulis dari penyidik
dan peruntukannya adalah sebagai pengganti barang bukti dalam perkara hukum
(pidana). Rekam medis merupakan hasil pemeriksaan kesehatan oleh dokter atau
sarana kesehatan yang dilakukan terhadap pasien untuk kepentingan pasien itu
sendiri. Namun demikian, sebagai alat bukti yang sah dalam perkara pidana
kedudukan Visum et Repertum lebih kuat daripada rekam medis.
13
DAFTAR PUSTAKA