Anda di halaman 1dari 13

EKSPLORASI CEBAKAN

MINERAL
UJIAN TENGAH SEMESTER

MUHAMMAD SHAFRAN SHOFYAN


3712100026
TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA

Muhammad Shafran Shofyan


Eksplorasi Cebakan Mineral

NOVEMBER 2015
Ujian Tengah Semester
Kasus : Bijih Nikel Laterit
Gambar berikut menunjukkan konfigurasi 14 titik bor pada eksplorasi nikel laterit.

Dengan data-data seperti berikut :


Tabel 1 Data-data yang diketahui pada setiap sumur

Lubang
Bor
DH-1
DH-2
DH-3
DH-4
DH-5
DH-6
DH-7
DH-8
DH-9
DH-10
DH-11

Koordinat
Easti Northi
ng
ng
5
3
29
4
28
31
57
12
63
89
81

-4
24
25
60
44
5
30
44
48
28
7

Elevasi
Collar
254
250
251
252
254
253
250
251
252
250
251

Kedalaman
Dari
4
1
1
3
5
2
0.5
2
1
1
1

Kadar Ni
(%)

Ke
9
5
6
7
10
7
5
6
5.5
6
5.5

2.4
2.2
2.3
1.6
2.1
2.3
2
2.3
2.2
2.4
1.5

Keterang
an

Muhammad Shafran Shofyan


Eksplorasi Cebakan Mineral
DH-12
DH-13
DH-14

52
96
102

17
46
8

251
249
250

0.25
0.25
0.25

5
4.5
4.75

2.1
2.2
1.3

Tabel 2 Koordinat Wilayah Kerja Pertambangan

Koordinat KP
Easti
ng
-5
37
37
105
105
53
53
-5
-5

Northin
g
67
67
53
53
1
1
-13
-13
67

Persoalan :
1. Buat analisis statistic dari data kadar bijih nikel, ketebalan bijih, dan
ketebalan overburden.
2. Buat peta kontur topografi, kadar bijih, dan ketebalan overburden dan
berikan analisanya.
3. Dari data eksplorasi langsung diatas, buatlah perencanaan eksplorasi
geofisika yang sesuai.

Penyelesaian :
1. Analisa statistik merupakan teknik statistic yang terfokus pada variabel
spasial, yaitu hubungan antara pada titik tertentu dengan variabel yang
sama diukur pada titik dengan jarak tertentu dari titik pertama. Dalam dunia
pertambangan, analisa statistic merupakan aplikasi teori variabel teregional
dalam mempelajari fenomena-fenomena gejala alam, terutama untuk
menentukan volume bahan galian. Landasan dari Geostatistik adalah The
Theory of Regionalised Variables, yang mana bahwa data dari titik-titik
sampel mempunyai korelasi satu sama lain sesuai dengan karakteristik

Muhammad Shafran Shofyan


Eksplorasi Cebakan Mineral
penyebaran endapan mineralnya. Pada persoalan ini, untuk menganalisa bijih
nikel disajikan dalam bentuk statistik univarian. Statistik univarian terdiri dari.
a. Mean
Mean adalah rata-rata dari sampel yang merupakan parameter dimana
data terpusat, dihitung dengan cara menjumlahkan semua nilai data yang
diamati lalu dibagi dengan banyaknya data yang diamati.
n

X mean=

1
X
n k=1 k

b. Median (med)
Median merupakan nilai tengah pada sekelompok data yang telah
diurutkan dari data yang terkecil hingga yang terbesar.
c. Modus (mod)
Modus adalah nilai dari sekelompok data yang memiliki frekuensi tertinggi
atau nilai yang sering muncul.
d. Quartil Bawah, Tengah, dan Atas
Jika n adalah jumlah data, maka quartil bawahnya terletak diurutan n/4,
quartil tengah n/2, dan quartil atas pada 3n/4.
e. Range
Range adalah nilai jarak yang menunjukkan selisih antara nilai data
terbesar dengan nilai data terkecil.
f. Variasi
Ukuran dari sebaran data, mempunyai persamaan.

X
2
( i X mean)
n
1
2
S=

n1
i=1

g. Simpangan Baku (
Simpangan baku atau standard deviation adalah nilai yang mengukur
selisih individu data terhadap nilai rata-rata hitung, dalam suatu populasi.

1
2
( iX mean)

n1 i=1
S=
h. Histogram
Suatu populasi data dapat disajikan dalam bentuk table frekuensi dan
histogram. Dalam table frekuensi, populasi data dibagi ke dalam beberapa
kelas, yang kemudian ditentukan jumlah data yang berada dalam tiap
kelas. Hasil dari table tersebut kemudian digambarkan dalam sebuah
histogram.
i.

Ukurang kemiringan kurva (skewness,

Muhammad Shafran Shofyan


Eksplorasi Cebakan Mineral
Menyatakan simetris atau tidaknya suatu kurva histogram.

( i)3
i=1

mod 1
=
=

n
Suatu histogram dikatakan negative skewness jika med>

dan positif

jika med< .

Gambar 1 Histogram yang ditunjukkan dari nilai Skewness

j.

Ukuran keruncingan kurva (kurtosis)


Untuk menggambarkan ukuran keruncingan kurva histogram. Dari tingkat
keruncingan kurva data dibedakan menjadi meruncing, mendatar, dan
normal.

( i)4
i=1

4
1
Kurtosis=
n
k. Pencilan (outlier)
Suatu data yang jauh berbeda dibandingkan dengan keseluruhan data.
Berikut adalah data statistic dari kadar bijih nikel yang telah dihitung dengan
menggunakan Microsoft Excel.
i.

Kadar Bijih Nikel


Tabel 3 Statistik Univarian Kadar Nikel

Kadar Ni
(%)
2.4

Perhitungan Statistikal
Mean

2.06428

Muhammad Shafran Shofyan


Eksplorasi Cebakan Mineral

Standard Error
Median
Mode
Standard
2.1 Deviation
2.2
2.3
1.6

2.3
2
2.3
2.2
2.4
1.5
2.1
2.2
1.3

Sample Variance
Kurtosis
Skewness
Range
Minimum
Maximum
Sum
Count

6
0.09294
2
2.2
2.2
0.34775
6
0.12093
4
0.55020
7
1.28872
1.1
1.3
2.4
28.9
14

Dari hasil statistic tersebut dapat terlihat bahwa kadar bijih Nikel di daerah
tersebut memiliki rata-rata sebesar 2.064286. Berdasarkan data skewness diatas,
terlihat bahwa nilainya menunjukkan nilai negative yang berarti bentuk suatu
histogram akan dikatakan negative skewness dengan bentuk histogram yang
diperkirakan seperti pada gambar berikut.

Gambar 2 Skewness negatif dari data kadar bijih Nikel

Kemudian, dicari histogrtam dari kadar bijih Nikel yang bertujuan untuk
melihat sebaran data dari suatu populasi data. Sehingga dapat diketahui apakah
data tersebut terkumpul pada suatu populasi data yang bernilai tinggi atau
sebaliknya dan bisa juga data menyebar secara merata. Sebelum membuat
histogram, harus diketahui lebar kelas yang dipakai dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut.

C=

X max X min
k

Dimana C = lebar kelas

Muhammad Shafran Shofyan


Eksplorasi Cebakan Mineral
Xmax = nilai data maksimum
Xmin = nilai data minimum
k = banyaknya kelas ( k = 1 + 3,322 log n)
dari perhitungan tersebut didapat lebar kelas sebesar 0.228812135. Sehingga
mendapatkan data untuk membuat histogram seperti berikut.
Tabel 4 Nilai Bin dan Frekuensi untuk Pembuatan Histogram

Freque
ncy
1

Bin
1.3
1.5288
12
1
1.7576
24
1
1.9864
36
0
2.2152
49
6
2.4440
61
5
More
0
Didapatkan histogram yang mewakili data-data diatas.

Histogram
7
6
5
4
3
2
Frequency 1
0

Frequency
Moving average
(Frequency)

Bin

Gambar 3 Histogram Kadar Bijih Nikel

Berdasarkan gambar 3 diatas, dapat dilihat bahwa persebaran data kadar bijih nikel
terletak pada nilai kadar yang relative tinggi dengan puncak range 2.2152

Muhammad Shafran Shofyan


Eksplorasi Cebakan Mineral
2.44406 %. Selain itu, bentuk skewnessnya cenderung negative hampir sama
dengan gambar 2 sebelumnya.
ii.

Ketebalan Bijih Nikel

Ketebalan bijih Nikel diukur berdasarkan data kedalaman (from and to) yang
sudah diketahui sebelumnya. Dari data tersebut didapatkan statistic sebagai
berikut.
Tabel 5 Hasil perhitungan statistik dari ketebalan bijih nikel

Ketebalan
Bijih

Perhitungan Statistikal
5

Mean

4
5
4

Standard Error
Median
Mode
Standard
Deviation
Sample
Variance
Kurtosis
Skewness
Range
Minimum
Maximum
Sum
Count

5
5
4.5
4
4.5
5
4.5
4.75
4.25
4.5

4.57142
9
0.10622
3
4.5
5
0.39745
1
0.15796
7
-1.38713
-0.27895
1
4
5
64
14

Berdasarkan dari perhitungan yang sudah dilakukan, ketebalan rata-rata dari


endapan nikel ini sebesar 4.571429. Dengan rata-rata ketebalan sebesar itu, selisih
dari ketebalan rata-rata dengan ketebalan di setiap sumur berkisar 0.397451.
iii.

Ketebalan Overburden

Ketebalan overburden merupakan ketebalan lapisan dari surface sampai top


endapan bijih Nikel pada setiap sumur. Ketebalan overburden dianalisa untuk
mengetahui ketebalan yang harus dicapai hingga mencapai top endapan nikel
tersebut. Sehingga, bisa diketahui kemenerusannya pada daerah-daerah yang tidak
terdapat sumur eksplorasi tersebut. Berikut ini adalah data perhitungan statistic
ketebalan overburden.
Tabel 6 Perhitungan Statistik Ketebalan Overburden

Ketebalan

Perhitungan Statistikal

Muhammad Shafran Shofyan


Eksplorasi Cebakan Mineral
Overburden
4
1
1
3

Mean
Standard Error
Median
Mode
Standard
Deviation
Sample Variance
Kurtosis
Skewness
Range
Minimum
Maximum
Sum
Count

1.589286
0.392763
1
1

5
1.469586
2
2.159684
0.5
1.007254
2
1.332092
1
4.75
1
0.25
1
5
0.25
22.25
0.25
14
0.25
Rata-rata ketebalan yang harus dicapai dari surface sampai menemui top
endapan nikel tersebut sebesar 1.589286. Dengan nilai standard deviation sebesar
1.469586. Maka, untuk menemukan kemenerusan dari top bijih nikel tersebut
ketebalan yang harus dicapai sebesar 1.589286 1.469586.
2. Peta Kontur
i.
Peta Kontur Topografi
Peta kontur topografi ini dibuat berdasarkan dari data elevasi collar sehingga
didapatkan peta kontur seperti pada gambar dibawah ini.

Muhammad Shafran Shofyan


Eksplorasi Cebakan Mineral

Gambar 4 Peta Kontur Topografi Daerah Pertambangan Bijih Nikel

Terlihat bahwa daerah yang memiliki topografi yang tinggi (ditunjukkan dengan
warna merah) berada didekat sumur DH-5, DH-1, dan DH-6. Sedangkan untuk
topografi yang rendah (warna biru) sumur yang terdapat disana adalah sumur DH13, DH-2, DH-7, dan DH-10 sumur sisanya berada di topografi yang sedang.
ii.

Peta Kadar Bijih Nikel

Peta kadar bijih nikel perlu dibuat untuk mengetahui persebaran kadar bijih nikel
yang terdapat di wilayah kerja pertambangan tersebut, agar dapat diketahui
daerah-daerah yang memiliki kadar bijih nikel yang baik untuk di eksploitasi. Berikut
ini gambar peta persebaran kadar bijih nikel yang sudah dibuat dengan software
Surfer.

Muhammad Shafran Shofyan


Eksplorasi Cebakan Mineral

Gambar 5 Peta Persebaran Kadar Bijih Nikel

Jika diperhatikan, kadar bijih nikel yang memiliki nilai yang rendah hanya berada
disekitar Tenggara daerah pertambangan, sebagian besar wilayah kerja
pertambangan tersebut memiliki kadar bijih nikel yang cukup tinggi. Ini
membuktikan bahwa daerah pertambangan tersebut memang memiliki kandungan
bijih nikel yang baik untuk dilakukan eksploitasi.
iii.

Peta Kedalaman Overburden

Gambar 6 Peta Kedalaman Overburden

Muhammad Shafran Shofyan


Eksplorasi Cebakan Mineral
Berdasarkan gambar 6 diatas, peta kedalaman overburden yang memiliki
kedalaman yang tinggi berada di dekat sumur DH-5 dan DH-1 sedangkan
dikedalaman yang rendah berada di dekat sumur DH-13, DH-14, dan DH-12. Jika
diperhatikan peta kedalaman overburden dengan peta kontur topografi memiliki
nilai yang sejajar dimana ketika keadaan kontur didaerah pertambangan tersebut
tinggi, maka kedalaman untuk mencapai top bijih nikel itu akan semakin tinggi,
sedangkan bila daerah tersebut memiliki elevasi yang rendah, maka untuk
mendapatkan endapan dari bijih nikel tersebut tidak perlu menggali sampai dalam
karena ketebalan untuk mencapai top bijih nikel sudah rendah.
3. Eksplorasi Geofisika
Eksplorasi geofisika yang cocok untuk mengetahui persebaran dan kedalaman
dari bijih nikel adalah dengan menggunakan metode geolistrik karena dengan
metode tersebut dapat digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan
dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan
bumi. Dengan hasil penampang resistivitas yang didapat maka didapat gambaran
prediksi yang dapat menentukan persebaran bijih nikel dan kedalaman optimal
pengeboran pada lokasi pertambangan. Selain itu, dengan metode ini dapat
diperkiran daerah yang terdapat patahan yang dimiliki daerah pertambangan
tersebut. Desain akuisisi geolistrik yang dapat digunakan dalam eksplorasi
ditunjukkan pada gambar 7.
Selain dengan cara diatas, daerah tersebut juga sudah memiliki beberapa sumur
eksplorasi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sebaran bijih nikel tersebut
dan mengetahui volume atau cadangan dari bijih nikel didaerah tersebut. Untuk
mengidentifikasinya data yang diperlukan adalah data dari sumur-sumur eksplorasi
tersebut yang kemudian di korelasikan antara satu dengan yang lainnya.

Muhammad Shafran Shofyan


Eksplorasi Cebakan Mineral

Gambar 7 Desain Akuisisi Data Geolistrik

Daftar Pustaka
Fitrian, Eltrit Bima, dkk. IDENTIFIKASI SEBAAN NIKEL LATERIT DAN VOLUME BIJIH
NIKEL DAERAH ANOA MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR Karya Ilmiah. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Hafiz, Muhammad Haizal. 2009. Permodelan dan Estimasi Sumberdaya Nikel Laterit
Blok GB Pulau Gee, Halmahera Timur Dengan Menggunakan Perangkat Lunak
Studio 3 Datamine. Tugas Akhir. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Mutmainnah, dkk. PENENTUAN KEDALAMAN SAPROLIT DENGAN MENGGUNAKAN
METODE ERT (ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY) UNTUK OPTIMALISASI
PENGEBORAN. Karya Ilmiah. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai