Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN AKHIR

ANALISIS HUBUNGAN TEKSTUR TANAH DAN INFILTRASI SEBAGAI


FAKTOR PERGERAKAN TANAH
Sumber Jurnal :
Jurnal Teknosains, Volume 7 Nomor 2, Juli 2013, hlm: 165-174
STUDI SIFAT FISIS BATUAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR
Rahmaniah1, Andi Armayani2
1) Dosen Pada Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin
Makassar
2) Mahasiswa Pada Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin
Makassar

Oleh
Nia Nurhayati
1206360

PROGRAM STUDI FISIKA


DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. karena atas semua
karunianya laporan akhr berjudul ANALISIS HUBUNGAN TEKSTUR TANAH
DAN INFILTRASI SEBAGAI FAKTOR TERJADINYA PERGERAKAN
TANAH ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Laporan akhir ini berisi tentang analisis hubungan tekstur tanah dan infiltrasi
sebagai faktor terjadinya pergerakan tanah.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan akhir ini yaitu kepada :
1. Bapak Dr.Moh.Arifin,MSc.,Phd., Bapak Dr.Andhy Setiawan, MSi., Bapak
Agus Fany, MPd. selaku dosen pembimbing.
2. Teman-teman yang telah membantu dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian laporan akhir ini.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya
dalam memahami pergerakan tanah.

Bandung, Desember 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A.

Latar Belakang................................................................................1

B.

Rumusan Masalah............................................................................2

C.

Tujuan Penulisan.............................................................................2

D.

Batasan Masalah............................................................................. 2

E.

Metode Penulisan............................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3


A.

Tanah........................................................................................... 3

B.

Tekstur tanah..................................................................................3

C.

Infiltrasi........................................................................................ 6

D.

Pergerakan Tanah............................................................................ 8

BAB III METODOLOGI PENULISAN..........................................................9


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................10
A.

Hubungan Tekstur tanah dan infiltrasi.................................................10

B.

Laju infiltrasi dan kemungkinan terjadinya pergerakan tanah (longsor)........14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................19


A.

Kesimpulan.................................................................................. 19

B.

Saran.......................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... iii


LAMPIRAN

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana tanah longsor dapat mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, korban
terluka, harta benda, kerusakan lingkungan hidup, sarana prasarana, fasilitas
umum serta mengganggu tata kehidupan masyarakat. Indonesia merupakan
Negara yang wilayahnya sering terjadi bencana tanah longsor.
Faktor pengontrol merupakan factor tidak langsung penyebab terjadinya
pergerakan tanah (longsor) seperti kondisi alam,kondisi geologis sedangkan
factor pemicu merupakan penyebab lonsor seperti hujan, lereng terjal, jenis
tata lahan,dan getaran .
Peningkatan curah hujan yang dimulai pada musim penghujan, dapat
memicu ancaman tanah longsor. Pada musim kering yang panjang akan terjadi
penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan
munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya
tanah permukaan. Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak
sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan,
intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air
pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim
dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan
masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan
pergerakan tanah.
Oleh karena itu, hujan merupakan factor pemicu utama penyebab
pergerakan tanah, karena proses infiltrasi yang menyebabkan kandungan air di
dalam tanah meningkat. Infiltrasi adalah proses aliran air masuk ke dalam
tanah yang umumnya berasal dari curah hujan, sedangkan laju infiltrasi
merupakan jumlah air yang masuk ke dalam tanah per satuan waktu (Deni
Elfiati

2010).

Besarnya

kapasitas

infiltrasi

dapat

memperkecil

berlangsungnya aliran permukaan tanah. Faktor yang mempengaruhi infiltrasi


adalah sifat fisik tanah. Salah satu sifat fisik tanah yang berpengaruh terhadap
laju infiltrasi yaitu tekstur tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan

kandungan partikel-partikel tanah primer berupa fraksi liat, debu dan pasir
dalam suatu tanah. Tekstur tanah berkaitan erat dengan permeabilitas batuan.
Tekstur tanah yang semakin kasar memiliki pori yang lebih besar sehingga
tekstur tanah yang kasar akan memiliki sifat permebeabel yang lebih kuat.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan ini adalah :
1. Bagaimana hubungan tekstur tanah dan laju infiltrasi ?
2. Bagaimana tekstur tanah dan infiltrasi dapat mengakibatkan terjadinya
longsor ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Menganalisis hubungan tekstur tanah dan laju infiltrasi
2. Mengetahui tekstur tanah yang dapat mengakibatkan longsor.

D. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penulisan ini adalah :
1. Tekstur tanah sebagai sifat fisik tanah yang dapat mempengaruhi laju
infiltrasi.
2. Hujan merupakan factor utama terjadinya kenaikan muka air tanah.

E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan pada penulisan ini adalah dengan metode
deskriptif dan teknik yang digunakan yaitu studi literatur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah
Tanah merupakan hasil transformasi bahan mineral dan organik yang
berlangsung di muka daratan bumi yang di pengaruhi oleh factor lingkungan
dalam waktu geologi.

B. Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam bentuk persentase) fraksifraksi pasir, debu, dan liat. Pasir merupakan partikel batuan yang berukuran
0,074 mm sampai 5 mm (Bowles, Heni Dewi Saidah : 2015). Tanah pasir
merupakan tanah yang memiliki butiran tanah yang terpisah dalam keadaan
kering dan hanya melekat pada keadaan basah akibat gaya tarik. Sedangkan
tanah lempung merupakan partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari
0,002 mm.

Tabel 1.2 : Klasifikasi butir-butir primer tanah


Kelas
Sangat kasar
Kasar
Sedang
Halus
Sangat halus
Lempung
Kasar
Sedang
Halus
Sangat halus
Liat
Kasar
Sedang
Halus
Sangat halus
Sumber : Rahmaniah : 2013
Pasir

Diameter (mm)
2.0 1.0
1.0 0.5
0.5 0.25
0.25 0.125
0.125 0.062
0.062 0.031
0.031 0.016
0.016 0.008
0.008 0.004
0.004 0.002
0.002 0.001
0.001 0.0005
0.0005 0.00024

Tebel 2.2 Proporsi fraksi menurut kelas tekstur tanah


Kelas tekstur tanah
Pasir
Pasir berlempung

Proporsi (%) fraksi tanah


Pasir
Debu
>90
<10
70-90
<30

Liat
<10
<15

Lanau
>70
<10
Lanau kepasiran
>80
<20
Lempung liat berpasir 45-80
<30
Lempung liat berdebu >20
40-70
Lempung berliat
20-45
15-52.5
Lempung berdebu
<47.5
50-87.5
Lempung
<20
>80
Liat berpasir
45-62.5
<20
Liat berdebu
<20
40-60
Liat
<45
<40
Sumber : Kemas Ali Hanafiah dalam Rahmaniah : 2013

<20
10-20
20-37.5
27.5 37.5
27.5 45
<27.5
<12.5
37.5 57.5
40 - 60
>40

Tekstur menunjukan sifat halus atau kasar butiran-butiran tanah lebih khas
lagi tekstur ditentukan oleh perimbangan kandungan antara pasir (sand) liat
(clay) dan debu (slit) yang terdapat dalam tanah, ciri masing-masing partikel
adalah sebagai berikut :
a. Pasir
1. Memiliki ciri terasa kasar jika dipegang
2. Berbutir
3. Tidak lengket
4. Tidak bisa dibentuk bola atau gulungan
5. Mengalirkan air (permeable)
b. Debu/Endapan
1. Terasa tidak kasar
2. Masih terasa berbutir
3. Agak melekat
4. Dapat dibentuk bola atau tegak
c. Liat
1. Terasa berat
2. Halus
3. Sangat lekat
4. Dapat dibentuk bola dengan baik
5. Mudah digulung
6. Sulit mengalirkan air (impermeable)
Berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat maka
tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur, yaitu sebagai
berikut :
a. Kasar
Tekstur kasar terdiri atas pasir dan pasir berlempung.
b. Agak Kasar

Tekstur agak kasar terdiri atas lempung berpasir dan lempung berpasir
halus.
c. Sedang
Tekstur sedang terdiri atas lempung berpasir sangat halus, lempung,
lempung berdebu dan debu.
d. Agak halus
Tekstur agak halus terdiri atas lempung liat, lempung liat berpasir, dan
lempung liat berdebu.
e. Halus
Tekstur halus terdiri atas liat berpasir, liat berdebu dan liat
Setiap fraksi tanah memiliki ciri-ciri yang berbeda, hal ini salah satunya
dikarenakan oleh pori-pori tanah. Secara umum, terdapat dua macam ukuran
pori yaitu pori mikro dan pori makro. Pori makro menstimulasi pergerakan
udara dan air, sedangkan pori mikro menghambat pergerakan udara dan air.
Sedangkan menurut Susanto Rahman (2005) ukuran pori dibagi menjadi 3
bagian, yaitu pori besar, pori sedang dan pori kecil. Pori besar mempengaruhi
perkolasi air . Perkolasi air adalah proses mengalirnya air ke bawah dari suatu
lapisan tanah ke lapisan bawah, sehingga mencapai permukaan air tanah pada
kondisi kedap air. Sedangkan pori sedang dan kecil mengakibatkan air terikat
diantara pori.
Pada tekstur pasir pergerakan udara dan air sangat cepat karena pasir
memiliki pori makro. Sedangkan tanah bertekstur halus melambatkan
pergerakan udara dan air karena didominasi oleh pori mikro (Soepardi: Sahroel
(2008)
C. Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses aliran air masuk ke dalam tanah yang umumnya
berasal dari curah hujan, sedangkan laju infiltrasi merupakan jumlah air yang
masuk ke dalam tanah per satuan waktu.
1. Proses Terjadinya Infiltrasi
Ketika air hujan menyentuh permukaan tanah, sebagian atau
seluruh air hujan tersebut masuk ke dalam tanah melalui pori-pori
permukaan tanah. Proses masuknya air hujan ke dalam tanah disebabkan
oleh tarikan gaya gravitasi dan gaya kapiler tanah. Laju air infiltrasi yang
5

dipengaruhi oleh gaya gravitasi dibatasi oleh besarnya diameter pori-pori


tanah. Dibawah pengaruh gaya gravitasi, air hujan mengalir tegak lurus ke
dalam tanah melalui profil tanah. Pada sisi yang lain, gaya kapiler bersifat
mengalirkan air tersebut tegak lurus ke atas, ke bawah dan ke arah
horizontal. Gaya kapiler tanah ini bekerja nyata pada tanah dengan poripori yang relatif kecil . Proses infiltrasi yaitu sebagai berikut :
(1) proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah,
(2) tertampungnya air hujan tersebut di dalam tanah,
(3) proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping, dan
atas).
2. Laju Infiltrasi
Laju infiltrasi merupakan jumlah air yang masuk ke dalam tanah
per satuan waktu, sedangkan kemampuan tanah dalam merembeskan
banyaknya air ke dalam tanah disebut kapasitas infiltrasi (Deni Elfiati :
2010). Besarnya kapasitas infiltrasi dapat memperkecil berlangsungnya
aliran permukaan tanah. Berkurangnya pori-pori tanah yang umumnya
disebabkan oleh pemadatan/kompaksi tanah, menyebabkan menurunnya
infiltrasi. Laju infiltrasi menyatakan fluk dimana profil tanah menyerap air
melalui permukaan butir tanah. Sehingga laju infiltrasi untuk setiap tekstur
tanah berbeda.
Di bawah ini adalah hubungan grafik laju infiltrasi untuk setiap
tekstur tanah yang berbeda terhadap waktu :

Grafik 2.1
Hubungan Laju infiltrasi untuk tekstur tanah yang berbeda
terhadap waktu
6

Berdasarkan grafik diatas pasir memiliki laju infiltrasi yang lebih cepat
dibandingkan lempung dan liat. Menurut Morgan (1986) dalam Sahroel (2008)
berpendapat bahwa tanah dengan tekstur kasar seperti pasir atau lempung
berpasir memiliki laju infiltrasi lebih tinggi dari pada tanah bertekstur liat
karena ruang antara partikel tanah yang lebih besar.

D. Pergerakan Tanah
Pergerakan tanah atau tanah longsor merupakan gerakan massa batuan atau
tanah pada suatu lereng karena pengaruh gaya gravitasi ( Sutarno :2012).
Gerakan masa batuan atau tanah terjadi karena adanya gangguan terhadap
kesetimbangan gaya penahan (shear strength) dan gaya peluncur (shear stress)
yang bekerja pada suatu lereng. Ketidakseimbangan gaya tersebut diakibatkan
adanya gaya dari luar lereng yang menyebabkan besarnya gaya peluncur pada
suatu lereng menjadi lebih besar dari pada gaya penahannya (Naryanto 2011).
Gaya luar yang menjadi factor terjadinya longsor adalah infilrasi, laju infiltrasi
yang semakin menurun mengakibatkan adanya aliran permukaan, sehingga
terjadinya gangguan kesetimbangan lereng.

BAB III METODOLOGI PENULISAN

Metodologi penulisan untuk menganalisis hubungan tekstur tanah dan


infiltrasi sebagai faktor pergerakan tanah.
A. Studi Literatur
Studi literatur yang dilakukan meliputi pengkajian sumber-sumber ilmiah
mengenai pergerakan tanah (longsoran) sehingga diperoleh informasi mengenai
jenis pergerakan tanah .
B. Matlab
Penggunaan aplikasi Matlab dilakukan untuk pemodelan tanah sehingga
diketahui besar porositas untuk setiap model tanah dengan kerapatan yang
berbeda-beda.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hubungan Tekstur tanah dan infiltrasi


Hubungan tekstur tanah dan infiltrasi diketahui dengan model citra tanah
yang dibuat menggunakan Matlab. Dengan merubah kerapatan tanah, sehingga
terlihat pori-pori tanah dan didapatkan nilai porositas tanah untuk masingmasing model tanah dengan kerapatan yang berbeda.
1) Memperoleh nilai porositas tanah
Porositas sampel tanah disimbolkan dengan n, yaitu perbandingan
volume pori terhadap volume sampel tanah seluruhnya.
V
n= pori
V

(1)

volume pori diperoleh berdasarkan hubungan volume sampel tanah asli


(masih mengandung air) dikurangi dengan volume tanah kering, secara
matematis dapat ditulis:
V pori=V basahV kering

(2)

Volume tanah basah diasumsikan sama dengan volume cincin (silinder)


bagian dalam yang dapat dihitung secara langsung menggunakan
bantuan jangka sorong untuk mengukur tinggi dan diameter dalam
cincin

tersebut.

Sedangkan

volume

tanah

kering

berdasarkan hubungan massa jenis:


W
V kering = kering

Dimana

W kering

ditentukan

(3)

merupakan berat sampel tanah kering (setelah

dikeringkan melalui oven selama satu hari) dan

merupakan

massa jenis tanah.


Adapun prosedur pengukurannya sebagai berikut, pertama-tama yang
harus dilakukan adalah mengukur berat cincin (sebelum dimasukkan
sampel tanah) dan cawan yang digunakan dalam pengukuran.
Kemudian ukur tinggi dan diameter dalam cincin untuk menghitung
volume total sampel. Setelah itu memasukkan sampel tanah kedalam

cincin menggunakan bantuan alat extruder kemudian meratakan bagian


atas dan bawah cincin). Setelah itu menimbang berat sampel tanah
basah menggunakan neraca digital bersama cawan dan ring (Gambar
3.13). Setelah itu, sampel dimasukkan ke dalam oven yang bersuhu
sekitar 80o - 90 oC selama satu hari .Hal ini dimaksudkan agar air yang
mengisi pori-pori yang terdapat pada sampel tanah menguap
sepenuhnya,

sehingga

diperoleh

berat

tanah

kering

dengan

menimbangnya kembali. Dengan didapatkan besar berat kering tanah,


maka akan didapatkan nilai

V keri ng

, sehingga

V pori

diperoleh dan

porositaspun dapat diketahui dengan menggunakan persamaan (1)


2) Memperoleh ukuran partikel tanah (butir tanah)
Karakterisitik dari suatu jenis tanah tertentu sangat bergantung pada
ukuran butir penyusunnya. Sehingga pengukuran ukuran butir (grain
size) sering dilakukan dalam bidang mekanika tanah. Teknik yang biasa
digunakan untuk menganalisis persentase perbedaan ukuran butir
adalah dengan cara disaring/ diayak (sieve analysis) menggunakan alat
pengayak dan dengan cara pengendapan (hydrometer analysis). Teknik
ayakan/ saringan (sieve analysis) hanya dapat dilakukan untuk
pengklasifikasian butiran yang kasar. Sedangkan untuk butiran halus
yang ukurannya lebih kecil daripada 0,075 mm (lolos saringan) harus
menggunakan teknik pengendapan. Dimana teknik ini biasa disebut
percobaan hidrometer (hydrometer analysis). Dengan berlandaskan
hukum Stokes yang menyatakan semua butiran yang ukurannya sama
akan menurun dengan kecepatan yang sama dimana kecepatannya
sebanding dengan kuadrat dari ukuran butirannya. Secara matematis,
ungkapan tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
D
K

( )

v=

(4)

10

Dimana v merupakan kecepatan turunnya butir, D merupakan ukuran


butir, dan K merupakan konstanta yang bergantung pada suhu dan berat
jenis butir tanah. Sehingga dari Persamaan tersebut, kita dapat
menentukan ukuran diameter butir:
D=K v
D=K

L
T

(5)
(6)

dimana L merupakan tinggi/kedalaman ketika turun dan t adalah waktu.


Adapun faktor konversi nilai untuk memperoleh nilai kedalaman
efektif (L) berdasarkan pembacaan hidrometer terdapat pada Lampiran
1. Sedangkan nilai konstanta K yang digunakan untuk perhitungan
diameter butir terdapat pada Lampiran 2.
3) Memperoleh ukuran bulir
Ukuran bulir diperoleh berdasarkan besar kerapatan butir tanah.
Kerapatan butir tanah menyatakan berat butir-butir padat tanah yang
terkandung di dalam tanah. Berat jenis partikel adalah perbandingan
antara berat kering tanah dengan volume tanah (tidak termasuk pori
yang terdapat di antara partikel), yang dinyatakan dalam gram
persentimeter kubik, atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut
:
T =

W kering
VT

(7)

Berat jenis partikel tanah-tanah mineral umumnya berkisar antara 2,60


sampai dengan 2,70 g/cm3, sedangkan berat jenis partikel bahan
organik tanah, berkisar antara 1,30 sampai dengan 1,50g/cm3.

11

Gambar 4.b

Gambar 4.a

Gambar 4.c

Gambar 4.d
Gambar 4.1

Pemodelan tanah dengan kerapatan yang berbeda

Berdasarkan gambar diatas yang dihasilkan menggunakan Matlab, semakin


rapat tanah, maka nilai porositas semakin kecil, hal ini dikarenakan ukuran
pori yang semakin kecil . Semakin kecil pori tanah, maka semakin kecil nilai
porositas tanah. Pori tanah merupakan tempat yang dapat ditempati atau
dilewati oleh air dan udara, semakin kecil ukuran pori maka semakin kecil
ruang yang dapat dilewati air dan udara. Sehingga semakin besar ukuran pori
semakin besar kemampuan tanah untuk meloloskan air. Hal ini sesuai dengan
pendapat M. Selpan M (2011) yang menyebutkan bahwa semakin banyak
ruang pori diantara partikel tanah semakin dapat memperlancar gerakan udara
dan air.
Tekstur tanah pasir memiliki ukuran pori yang lebih besar dibandingkan
lempung dan liat, sehingga pasir memiliki kemampuan yang lebih besar untuk
meloloskan air (permeabel).

12

Grafik 4.1
Hubungan Laju infiltrasi untuk tekstur tanah yang berbeda
terhadap waktu

Berdasarkan grafik laju infiltrasi dari berbagai jenis fraksi tanah, pasir
memiliki laju infiltrasi yang lebih cepat dibandingkan dengan fraksi lempung
dan liat. Hal ini dikarenakan, berdasarkan literatur pasir memiliki diameter
pori yang lebih besar menyebabkan pasir lebih permeabel.
B. Laju infiltrasi dan kemungkinan terjadinya pergerakan tanah (longsor)
1) Pengukuran Infiltrasi
Pengukuran infiltrasi menggunakan double ring infiltrometer
10 % jari- jari 5-10

dengan metode ponded infiltration (infiltrasi genangan), dimana


pengukuran

laju

infiltrasi

dilakukan

pada

tanah

yang

akan

diteliti.pengukuran laju infiltrasi, pertama-tama ring Infiltrometer


dimasukkan kedalam tanah dengan kedalaman sekitar antara 5 15 cm.
Kemudian mistar dipasang pada ring dalam untuk mengukur besar
penurunan air yang terjadi.Ring bagian luar kemudian diisi air hingga
ketinggian tertentu untuk mengurangi pengaruh aliran lateral yang
terjadi selama pengukuran infiltrasi. Ring bagian dalam kemudian diisi
dengan air hingga ketinggian tertentu yang bertujuan untuk mengurangi
pengaruh aliran lateral yang terjadi selama pengukuran infiltrasi.

13

Pengisian air dilakukan secara perlahan-lahan agar tidak merusak


struktur permukaan tanah. Kemudian dilakukan pengamatan infiltrasi
dengan melihat besar penurunan air pada ring bagian dalam melalui
mistar yang sudah terpasang. Apabila ketinggian air pada ring dalam
sudah menurun sampai batas waktu tertentu, maka air harus segera
ditambahkan ke dalamnya.Pengamatan dilakukan dengan jangka waktu
yang ditentukan.
2) Pengukuran laju infiltrasi
Pengukuran laju infiltrasi dapat dilakukan dengan menggunakan
metoda Horton (Beven, 2004 dan Dagadu, 2012 dalam Budianto:
2014).
f =f c +(f 0+ f c )ekt

(8)

Dengan :
f = Laju infiltrasi aktual (mmh-1);
fc = Laju infiltrasi tetap (mmh-1)
f 0= Laju infiltrasi awal (mmh-1)
t = waktu (hour).
k = konstanta Horton
e = bilangan natural = 2,718
konstanta Horton, dapat dirumuskan,

k=

1
0,4343 m

. Untuk

memperoleh nilai k maka dilakukan penurunan rumus infiltrasi Horton.


kt
f =f c +(f 0f c )e
(9)
f f c =( f 0f c )ekt

(10)

Kedua ruas diubah dalam bentuk logaritma, sehingga persamaan (10)


menjadi :
c
f f

log
c
f f

log

(11)

(12)

14

e
k log

()[log ( f f c )log ( f 0f c ) ]
1

t=

(13)

e
k log

e
k log

() log ( f 0f c )
1

()lo g ( f f c ) +
1

t=

(14)

diubah dalam bentuk linier


y=mx +c
y=t

e
k log

1
m=

x=log ( f f c )
e
k log

1
c=

sehingga, nilai k

15

k=

1
1
1
=
m log e = mlog 2,718 0,4343 m

(15)

Nilai m adalah gradien yang diperoleh dari plotting grafik hubungan


antara infiltrasi aktual (f) dengan log (f fo). Setelah seluruh parameter
diketahui, perhitungan infiltrasi Horton dilakukan dengan membuat
grafik, dengan memplotting antara waktu (h) sebagai sumbu x dengan
laju infiltrasi actual (mmh-1) sebagai sumbu y, sehingga diperoleh
grafik hubungan laju infiltrasi terhadap waktu.

Grafik 4.2
Hubungan Laju infiltrasi terhadap waktu

Jika dilakukan pada tekstur tanah yang berbeda, maka akan


diperoleh grafik sebagai berikut :

Grafik 4.3
Hubungan Laju infiltrasi untuk tekstur tanah yang berbeda
terhadap waktu

16

Berdasarkan grafik diatas, jika pengukuran dilakukan kepada jenis tanah


yang berbeda akan diperoleh laju infiltrasi yang berbeda untuk masing-masing
tanah. Pasir memiliki laju infiltrasi yang lebih cepat dibandingkan lempung
dan liat, hal ini dikarenakan pasir tersusun atas pori makro sehingga mampu
meloloskan air dengan cepat. Laju infiltrasi akan semakin berkurang sampai
akhirnya bergerak konstan, hal ini dikarenakan bumi memiliki jenis batuan
yang berbeda di setiap lapisan. Tekstur tanah dengan kedalaman yang semakin
dalam memiliki kerapatan yang lebih besar karena tekanan semakin besar,
sehingga ukuran pori semakin rapat dan sifat permeabel semakin berkurang hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Firman (2015),
yaitu sebagai berikut :

Sifat
Fisik

Kedalaman sampel tanah (m)


0.4
1.2
2.0

2.2

2.4

Tanah
Porosit

62.3

62.0

58.2

59.0

59.03

as (%)

55

54

62

98

Dengan bertambahnya kedalaman yang menyebabkan kerapatan tanah semakin


besar, sehingga ukuran pori semakin kecil maka laju infiltrasi akan semakin
berkurang, ini sesuai dengan pendapat Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002 ;
Suripin, 2004 ( Deni Elfiati :2010) yang meyatakan bahwa berkurangnya poripori tanah yang umumnya disebabkan oleh pemadatan/kompaksi tanah,
menyebabkan menurunnya infiltrasi. Hal ini lah yang menyebabkan pasir pada
grafik 4.2 memiliki laju infiltrasi lebih cepat dibandingkan lempung dan liat
karena pasir memiliki pori mikro.
Ketika musim penghujan datang, dengan menurunnya laju infiltrasi maka
akan terjadi aliran permukan air, hal ini dikarenakan ketika musim penghujan
tiba, pori-pori permukaan tanah akan semakin penuh terisi oleh air hujan yang
berinfiltrasi . Jika air menembus lapisan kedap air yaitu lapisan impermeable
dengan tekstur tanah berpori kecil maka akan terjadi kenaikan muka air tanah .
Kenaikan muka air tanah menyebabkan tekanan air pori meningkat,

17

penambahan beban, ikatan partikel tanah semakin berkurang dan menyebabkan


gaya gesek semakin kecil sehingga menjadi licin yang mengakibatkan lereng
menjadi tidak stabil yang dapat memicu terjadinya pergerakan tanah (longsor).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan ini adalah tekstur tanah dengan diameter pori
besar (pori macro) memiliki kemampuan yang lebih besar untuk meloloskan
fluida dibandingkan dengan tekstur tanah dengan diameter pori kecil (pori
micro). Sehingga pasir memiliki sifat permeabel yang lebih kuat dibandingkan
lempung dan liat.
Laju infiltrasi untuk setiap tekstur tanah berbeda karena ukuran pori dan
kemampuan permeabel dari setiap tekstur tanah.
Tekstur tanah semakin kedalam memiliki kerapatan yang lebih besar
karena tekanan semakin besar, sehingga pori semakin rapat dan sifat permeabel
semakin berkurang, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Firman (2015). Perbedaan tekstur tanah ini mengakibatkan berkurangnya
laju infiltrasi. Karena semakin berkurangnya laju infiltrasi, maka jika musim
penghujan datang, dengan intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan voume
tanah bertambah yang memungkinan akan terjadi aliran permukaan yang
mengakibatkan ikatan partikel tanah semakin berkurang sehingga terjadinya
gangguan kesetimbangan lereng yang akan memikcu kemungkinan pergerakan
tanah (longsor).

B. Saran
Agar didapatkan hasil analisis yang lebih baik, hal yang dapat dilakukan
adalah :
1. Menggunakan citra tanah hasil pengamatan sehingga diketahui sifat fisik
tanah yang sebenarnya .
2. Membuat model 3D tanah, sehingga dapat terlihat jelas citra tanah.
3. Membuat model laju aliran fluida, sehingga dapat terlihat laju aliran fluida
di dalam tanah.

18

4. Melakukan pengamatan laju infiltrasi di berbagai tekstur tanah.

19

DAFTAR PUSTAKA

Budianto, (2014) Perbedaan Laju Infiltrasi pada Lahan Hutan


Tanaman
Industri Pinus, Jati dan Mahoni Jurnal Sumberdaya Alam dan
Lingkungan

Deni Elfiati dan Delvian1, (2010) laju infiltrasi pada berbagai tipe kelerengan
dibawah tegakan ekaliptus di areal hphti pt. Toba pulp lestari sektor aek
nauli J.Hidrolitan, 1:2:29-34, 2010 ISSN 2086-4825
Firmansyah , (2015) Karakterisasi Zona Potensi Longsoran Dengan Metode
Geofisika, Geologi Teknik, Dan Image Processing Skripsi
Ir. I Nyoman Puja, M.S , (2008) Penuntun Praktikum Fisika Tanah panduan
pelaksana praktikum
M. Selpan M (2011) Tekstur Tanah Artikel dasar dasar ilmu tanah [pdf]

Rahmaniah, dan Andi Armayani, (2013) Studi Sifat Fisis Batuan Pada Daerah
Rawan Longsor Jurnal Teknosains, Volume 7 Nomor 2, Juli 2013, hlm:
165-174

Sahroel

(2008)

Infiltrasi

Artikel

Tersedia

https://bebasbanjir2025.wordpress.com/?s=infiltrasi [online] 28 November


2015
Susanto Rahman, 2005 . Dasar- dasar Ilmu tanah . Yogyakarta : Kanisius

Saidah Heni Dewi,dkk (2015) Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap
Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT
(Electrical Resistivity Tomography) Jurnal

iii

Sutarno (2012) STUDY KERENTANAN GERAKAN MASSA BATUAN DAN


DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KABUPATEN PURWOREJO
(Study of Mass Movement And Critical Landslide On Purworejo District) Jurnal
Sains Tanah Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 9 (2) 2012

iii

LAMPIRAN
Lampiran 1
Tabel nilai kedalaman efektif (cm) berdasarkan pembacaan hidrometer

(sumber: Prof. Krishna Reddy, Engineering Properties of Soils Based on


Laboratory Testing dalam Firmansyah :2015)

Lampiran 2

Tabel nilai K yang digunakan untuk perhitungan diameter partikel

(sumber: Prof. Krishna Reddy, Engineering Properties of Soils Based on


Laboratory Testing dalam Firmansyah :2015)

Anda mungkin juga menyukai