Anda di halaman 1dari 11

1.

PENDAHULUAN
Tanah merupakan bahan kontruksi yang mudah digali dan mudah
terintegrasi di air dalam waktu 24 jam. Biasanya dipakai sebagai filling
material, pavement material atau bahan aggregate. Digunakan pada lahan
yang akan ditempati oleh bangunan ringan. Problem utama yang timbul dari
tanah residu adalah pengembangan dan pengkerutan (terutama tanah yang
mempunyai kandungan lempung tinggi), liquifaction dan runtuhan yang tibatiba, piping, penurunan dan masalah kestabilan.
Sifat yang perlu mendapat perhatian adalah: ukuran butir, porositas,
permeabilitas, fabric dan mineralogi. Sedangkan air tanah pada umumnya
dapat mengalir melalui bidang diskontinuitas. Adanya air ini akan
menurunkan kestabilan karena adanya tekanan pada joint.

2. TANAH RESIDU DAERAH TROPIS


Umumnya terdiri dari lempung dengan sedikit tersemen oleh Fe, Al oksida/
hidroksida. Tanah didaerah tropis sering tidak homogen sehingga sangat
sensitive pada saat pengiriman conto.
Tanah ini terbentuk di daerah dengan curah hujan tinggi dan musiman
dengan air tanah antara netral dan basa. Feldpar dan mafic akan terurai
sehingga akan terlepas SiO2, K2O, CaO MgO sehingga hanya tertinggal Fe
dan Al oksida. Tanah dapat mengeras karena adanya pengeringan dan
reaksi antara Fe 2O3, Al2O3 dan lempung membentuk agregate.
Secara mikrostruktur, partikel lempung akan akan tersemenkan ke dalam
kongkresi dan kilap dari agregat disebabkan adanya Fe oksida. Ketika
proses pelapukan semakin intensif, agregat semakin membesar sehingga
pori juga semakin membesar. Densitas semakin besar karena persentasi Fe
oksida juga meningkat. Untuk melihat derajad pelapukan tanah digunakan

Tanah - 1

perbandingan antara SiO 2 dan FeOx +AlOX. Tanah holloysitic mempunyai


struktur tubular. Secara umum insitu densitas kering adalah rendah (1,7 - 2.1
Ton/m3) dan untuk tanah holloysitic adalah 1 ton/m3)
Shear strength dari tanah umumnya tinggi ( = 280 - 320) dan lebih tinggi lagi
untuk tanah holloysitic. Cohesi antara 0 - 50 KPa karena adanya semen
oksida. Tetapi dapat berkurang sampai 50 % pada kondisi jenuh.
Insitu tanah mempunyai permeabilitas yang tinggi, tetapi akan berkurang jika
dilakukan peremasan untuk percontohan. Mempunyai kompresibilitas
yang rendah karena munculnya efek penyemenan dari aggregate. dan
adanya pembebanan dapat menyebabkan rusaknya ikatan dan hancurnya
agregate lempung.
Sering sekali gravel dari laterit (ironstone) merupakan bahan agregate yang
baik. Nilai soudness dari (ironstone) sangat bervariasi. Los Angeles dan
absorbsi air dapat digunakan untuk test kualitas ironstone.

3. TANAH MENGEMBANG/EXPASIVE SOIL

3.1. KARAKTERISTIK DARI EXPASIVE SOIL


Dalam golongan expasive soil ini termasuk di dalamnya grumosol, vertisol,
black earth. Umumnya mempunyai kandungan lempung yang tinggi,
munculnya fissured structure (membentuk granular, prismatik dan bloky).
Akan bersifat mengembang pada saat basah dan mngkerut serta retak pada
saat kering. Nodule calcareus ditemukan di dalam tanah ini dan pada
daerah kering sering ditemukan juga gipsum. Kesuburan sedang sampai
sangat subur, tapi dilain pihak akan menyebakan masalah pada pondasi.

Gambar 1

Variasi sifat teknik dari batuan induk sampai batuan sekunder


pada saat pelapukan

Tanah - 3

Gambar 2

Efek dari pengeringan pada Atterberg limit pada beberapa


tanah tropis

Gambar 3

Sketsa profil dari residu untuk daerah tropis

3.2. PEMBENTUKAN EXPANSIVE SOIL


Meterial induk dari expansive soil adalah basalt, instrusi yang bersifat mafik/
intermediate, mudstone dam shale dan alluvium yang berasal dari batuan
sebelumnya. Umumnya terjadi pada slope bagian bawah, dataran alluvial.
Kemungkinan adanya teras gravel yang berumur tersier.

Tanah - 5

Kandungan lempung 30-90% dan pada umumnya di dominasi oleh


montmorilonit. kandungan illite akan meningkat di daerah yang lebih kering.
Munculnya kaolin menunjukan bahwa batuan induknya berasal dari batuan
sedimen. Kapasitas pengembangan (CEC) tergantung pada presentase
lempung

dan

mineralogi

dari

lempung

itu

sendiri

(Contoh

CEC

Na>>K>>Mg>Ca) sementara munculnya Fe dan Ni secara umum tidak


menyebakan terjadinya pengembangan. Sering menimbulkan

permukaan

yang bergelombang dan ini bisa dilihat dari photo udara sebagai totol-totol.
Kemiringan joint yang besar menyebabkan lempung menjadi blok prismatik.
joint ini asalnya dari tensile (pengekerutan) kemudian terjadi shearing.
Sering melihatkan daerah basah karena adanya pasir yang mengisi joint
atau munculnya lensa pasir.
3.3. DESIGN DAN PERFORMAN DARI JALAN DI DAERAH EXPANSIVE
SOIL
Permasalahan
Biasanya

bergelombang karena adanya perbedaan

heave, rekahan

longitudinal biasanya dekat dekat dengan sisi jalan asphalt akibat adanya
pengkerutan/heave. Akan terjadi progresif rusaknya pelapis jalan asphalt
akibat adanya pengkerutan. Daerah jalan yang tergenang akan lebih parah
akibatnya.
Penanganan
Memindahkan subgrade badan jalan dengan dan diisi dengan granular
material. Membuat pavement yang lebih tebal pada sisi jalan untuk menahan
efek heave dan pengkerutan. Selokan harus diperdalam sehingga
membentuk table drain dan munculnya genangan harus dihindari.
Diatas subgrade dapat

diisi dengan gamping untuk menstabilkan jalan.

Pada bagian bahu jalan yang biasanya tidak diasphalt sebaiknya ditutup
untuk mengurangi infiltrasi.
6

3.4. FONDASI BANGUNAN DI DAERAH EXPANSIVE SOIL


Permasalahan
Permasalahan bangunan yang didirikan di daerah expansive soil adalah
sering terjadi crack di dinding, gangguan pada rangka jendela dan pintu,
lantai yang bergelobang, sering terjadi saluran air kotor atau pipa air patah
Pananganan
Sebaiknya bangunan dibuat dengan sistem flexible lightweight structure. Jika
mungkin fondasi diletakan di bawah lapisan expansive soil atau di bawah
zone fluktuasi air.
Untuk menahan pergeseran sebaiknya digunakan beton penguat yang
sangat stiff atau lembaran beton yang berat untuk menghindari heave.
Alternatif lain adalah mengali tanah ekspasif dengan material yang tidak
ekspasif. Pengisian lapisan dengan kapur akan menstabilkan fondasi.
Sebaiknya teras di sekeliling rumah harus impermeable (disemen) untuk
menghindari infiltrasi. Jangan melakukan pananaman pohon maupun
memindahkan pohon dari sekeliling rumah karena akan menggangu
fluktuasi air tanah.
3.5. INVESTIGASI DAERAH TANAH EKSPANSIF
Adanya info dari penduduk setempat, penampakan dari bangunan dan jalan
setempat sangat membantu indikasi adanmya tanah ekspansif atau tidak.
Test pit dan auger cukup untuk melakukan sampling. Test yang umum
dilakukan untuk pengujian tanah ekspansif adalah : Linear shringkage,
Atterberg limit, Pi x % lempung. Kadang-kadang dilakukan test : CBR, Soil
Suction, Swelling pressure dan mineralogi lempung. Dalam site investigasi
juga perlu diperhatikan lokasi gravel (biasanya pada teras aluvia) untuk
pengisi subgrade jalan.
Tanah - 7

4. TANAH DISPERSIF/DISPERSIVE SOIL

Dispersive soil biasanya mempunyai ukuran yang sangat halus, mudah


mengalami erosi sehingga sering menimbulkan efek tunneling dan potholing
akibat adanya internal erosion. Sering sekali dam yang dibangun di daerah
dispersive soil jebol pada saat pertama kali pengisian.

4.1. DISPERSIVE SOIL DARI SEGI ENGINEERING


Adanya dispersive soil ini akan menyebabkan runtuhnya embankment dam
akibat adanya piping/internal erosion. Adanya pengisian joint oleh dispersive
soil dibawah badan dam akan menyebabkan meningkatnya aliran bawah
permukaan dan kemungkinan akan mengerosi lapisan inti. Cut & fill slope
untuk badan jalan maupun kereta api akan tererosi dengan cepat akibat
adanya aliran air permukaan.

4.2. INVESTIGASI LAPANGAN UNTUK DISPERSIVE SOIL


Indikasi adanya dispersive soil dapat dilihat dengan adanya lubang-lubang
(tunnel) di horison B sementara adanya silt di horison A akan menahan
lapisan ini tidak runtuh. Indikasi sinkhole atau potholes sebagai akibat
runtuhnya horison A juga merupakan indikasi adanya dispersive soil. Indikasi
lain adalah : adanya erosi pada saluran air sekunder, permukaan yang kasar
pada cut/fill slope, adanya air warna keruh pada runoff dan runtuhnya damdam kecil untuk penampung air di daerah pertanian.
4.3. GEOLOGI DARI DISPRESIVE SOIL

Umumnya merupakan hasil pelapukan dari batuan yang kaya lempung.


Merupakan tanah residu. Dikenal dengan adanya tanah yang bersifat
kaolinitik, pengembangan yang kecil, plastisitas yang rendah. Biasanya
mudah dikenali pada horison B., karena horison A sudah mengalami leached
sementara horison C terlalu keras meskipun mungkin juga dispersive
4.4. PERBAIKAN TANAH DISPERSIVE UNTUK KONTRUKSI
Cara perbaikan yang umum adalah menghindari adanya run off pada slope
dari cut/fill dengan membuat saluran air pada bagian atas dan slope
ditanami dengan rumput.
Kecepatan rembasan harus dibuat seminim mungkin dengan jalan
pemadatan dan titik-titik rembasan harus ditutup jika mungkin. Untuk
pembangunan dam, dispersive soil harus dicuci dengan hati-hati kemudian
dilakukan dental treatment. Alternatif laian adalah menutup lapisan
dispersive dengan menggunakan geotextile dan filter pasir.

5. TANAH RUNTUH/COLLAPSING SOIL

Collapsing soil dicirikan dengan adanya penurunan yang cepat pada saat
penjenuhan karena tidak aktifnya ikatan butiran pasir. Penjenuhan ini bisa
ditriger oleh banjir, loading maupun penyiraman. Disini harus dibedakan
dengan indikasi adanya tunneling pada dispersive soil.
Adanya densitas insitu yang rendah indikasi dari collapsing soil meskipun
conto akan hancur pada waktu proses pengambilan. Butiran cenderung
menyudut, flaty, poorly graded dan kadungan silt yang banyak. Umumnya

Tanah - 9

berada di atas muka air tanah, mempunyai penyemenan yang lemah


(meskipun tidak semua) dan mempunyai porositas yang besar.
Collapsing soil berasal dari eolian sand dan silt, kadang berasal loess soil
atau granite yang sangat lapuk mengalami leaching sehingga partikel
kaolinit yang sangat halus akan terbawa ke arah bawah (sehingga terbentuk
ruang dibagian yang terleaching).

5.1. IDENTIFIKASI DAN TESTING COLLAPSING SOIL


Identifikasi yang paling baik adalah berasal dari informasi tentang adanya
kegagalan pondasi. Adanya gradasi yang jelek dari silt di soil. Mempunyai
N<10. Percontohan dilakukan dengan diameter yang besar. Thin wall
sampler harus ditekan jangan dipukul. Jika mungkin maka blok sample
adalah terbaik. Test yang dilakukan adalah : SPT, flooded plate bearing test
dan saturated consolidometer test.

5.2. PERBAIKAN COLLAPSING SOIL


Untuk memperbaiki daerah collapsing soil maka dilakukan dengan cara
membanjiri

daerah

tersebut

dan

atau

dilakukan

kompaksi

dengan

penggetaran sehingga pori-pori menjadi berkurang.

10

DAFTAR PUSTAKA

Hunt, C.B, 1972, Geology of soil, Freeman, san Francisco.


Young, R.N, 1983, Geological environment and soil properties, ASCE.

Tanah - 11

Anda mungkin juga menyukai