Bab 1-2-3-4
Bab 1-2-3-4
Bab 1-2-3-4
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1) Bagaimana Kondisi Umum Pendidikan di Indonesia?
2) Apa saja faktor yang menyebabkan kurang baiknya pendidikan
bagi masyarakat tidak mampu di pedesaan ?
3) Apa saja factor yang mengakibatkan pelayanan pendidikan
dipedesaan sulit untuk ditingkatkan ?
4) Dampak apa saja yang akan timbul akibat kurangnya
pelayanan pendidikan di pedesaan ?
5) Bagaimana kriteria masyarakat pedesaan yang tidak mampu ?
6) Bagaimana upaya pemerintah dalam menanggapi hal tersebut !
7) Bagaimana pandangan generasi muda dalam menanggapi hal
tersebut!
1.3
Tujuan Penulisan
1) Mengetahui bagaimana pemerataan pendidikan masyarakat
miskin dipedesaan.
2) Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan adanya perbedaan
pendidikan masyarakat miskin dibandingkan pendidikan
masyarakat menengah keatas.
3) Mengetahui kriteria masyarakat miskin dipedesaan
4) Mengetahui dampak dari pelayanan pendidikan yang kurang
merata dipedesaan
5) Mengetahui solusi pemerintah dan masyarakat sekitar dalam
menangani pelayanan pendidikan yang kurang merata
dipedesaan.
6) Mengetahui pendangan masyarakat dalam menyikapi
pelayanan pendidikan yang kurang merata pada masyarakat
miskin dipedesaan
1.4
Manfaat Penulisan
1) Dapat mengetahui bagaimana pemerataan pendidikan
masyarakat miskin dipedesaan.
2) Dapat mengetahui bagaimana pelayanan yang diberikan oleh
pendidik kepada anak didik di daerah pedesaan
3) Dapat mengetahui akan kepedulian pemerintah pusat terhadap
pendidikan di daerah pedesaan
1.5
Ruang Lingkup
1) Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi yang dikaji yaitu:
Pelayanan yang diberikan oleh pendidik terhadap anak
didik
Sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah tersebut
Jumlah pendidik yang masih aktif
Biaya yang dibebankan pada peserta didik
Kondisi wilayah di sekitar sekolah
2) Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah penenelitian dan survey dilakukan di daerah Cengkong,
Purwasari. Penelitian dilakukan di 2(dua) tempat yaitu di
kampung Karang Maja dan Kampung Kedungsari. Penelitian
diadakan di dua sekolah yaitu SDN Cengkong 3 dan SDN
Cengkong 4.
BAB II
Landasan Teori
2.1
PENGERTIAN PENDIDIKAN
Pengertin Pendidikan menurut beberapa ahli, yaitu:
1) Menurut John Stuart Mill (Filosof Inggris, 1806-1873 M)
menjabarkan bahwa pendidikan itu meliputi segala sesuatu
yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang
dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan
mendekatkan diri kepada tingkat kesempurnaa.
2) Menurut H.Horne , pendidikan adalah proses yang terus
menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi
makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti
termanifestasi dalam alam sekitar , intelektual, emosional , dan
kemanusiaan dari manusia.
3) John Dewey mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu
proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan
terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa
dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan
dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan
social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan
dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
4) Hal senada juga dikemukakan oleh Edgar Dalle bahwa
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh
keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di
sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan
peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk
masa yang akan datang.
5) Thompson mengungkapkan
bahwa
Pendidikan
adalah
pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan
perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku,
pikiran dan sifatnya.
6) Ditegaskan
oleh M.J.
Longeveled bahwa
Pendidikan
merupakan usaha , pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya,
PENGERTIAN KEMISKINAN
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian ,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang
lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya
mencakup:
a) Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup
kebutuhanpangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan
pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini
dipsdfgeggahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang
dan pelayanan dasar.
b) Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan
sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi
dalam
masyarakat.
Hal
ini
termasuk pendidikan dan informasi.
Keterkucilan
sosial
biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini
mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak
dibatasi pada bidang ekonomi.
c) Gambaran
tentang
kurangnya penghasilan dan kekayaan yang
memadai.
Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi
bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain
sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh
pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada
pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu
dengan
bayaran
untuk
pendidik
tersebut.
Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah
lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat
kami lihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih
lama jika dibandingkan Negara lain. Dalam pendidikan formal di
sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal
pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai
pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena ketika kami
amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal
yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik
yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les
akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa
proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, Karena
peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk
melengkapi
pendidikan
formal
yang
dinilai
kurang.
Selain itu, masalah lain efisienfi pengajarn yang akan kami bahas
adalah mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang
menyebabkan peserta didik kurang mencapai hasil yang
diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang
juga
membutuhkan
uang
lebih.
Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh
pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Misalnya saja,
pengajar A mempunyai dasar pendidikan di bidang bahasa, namun
di mengajarkan keterampilan, yang sebenarnya bukan
kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat
kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah
pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan
baik, sehingga mudah dimengerti dan menbuat tertarik peserta
didik.
Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam
meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat
11
13
3.2
baiknya
pendidikan
14
15
pusat maupun pemerintah daerah melalui departemen dan dinasdinas terkait. Standarisasi pendidikan yang telah diatur dan
ditetapkan, mengharuskan para guru untuk bisa membantu anak
didik meraih ketuntasan yang optimal dalam proses pembelajaran
walaupun terdapat keterbatasan yang mungkin menghambat
proses pembelajaran itu sendiri, namun tetap saja ada jalan
keluarnya dalam menghadapi keterbatasan itu dan masing-masing
guru dan sekolah memiliki cara tersendiri mengatasinya.
3.3
pendekataneducational
tidak
konsekuen.
production
Kebijakan
ini
hanya
kondisi
kehilangan
sekolah
kemandirian,
tersebut.
motivasi,
Akibatnya,
dan
inisiatif
sekolah
untuk
mengembangkan lembaganya.
3) Peran serta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan
masih kurang. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan
hanya bersifat dukungan dana. Padahal yang lebih penting
adalah partisipasi dalam hal proses pendidikan yang
meliputi; (1) pengambil keputusan, (2) monitoring, (3)
evaluasi, dan (4) akuntabilitas. Dengan demikian, sekolah
dan masyarakat secara bersama-sama bertanggungjawab
dan berkepentingan terhadap hasil pelaksanaan pendidikan,
16
3.4
3.5
3.6
19
20
3.7
22
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Jadi , pelayanan pendidikan di pedesaan khususnya daerah
cengkong masih kurang efektif disebabkan berbagai factor seperti :
Kurang tersedianya fasilitas penunjang pembelajaran,
Relatif kurang efektifnya ketercapaian penyampaian suatu
materi pembelajaran kepada siswa disebabkan guru
memegang lebih dari satu bidang studi mata pelajaran yang
diampunya. Dengan bahasa lain, kuantitas guru sangat
sedikit sehingga menyebabkan satu orang guru bisa
menyampaikan dua sampai tiga mata pelajaran yang
berbeda sekaligus dalam seminggu dengan bobot jam
mengajar lebih dari standar seharusnya.
Banyaknya jumlah siswa dalam satu ruangan melebihi dari
daya tampung kelas
23
24