Anda di halaman 1dari 8

36

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil penelitian


5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian
1. Sejarah Berdirinya
Yayasan Mercusuar Kasih Angelia, Sekolah Luar Biasa Kasih
Angelia berdiri pada tahun 2002, bertempat di jalan Pinokalan
Kelurahan Pinokalan Kecamatan Ranowulu.
2. Lokasi
Yayasan Mercusuar Kasih Angelia, Sekolah Luar Biasa Kasih
Angelia berada di kelurahan Pinokalan Kecamatan Ranowulu
mKota Bitung, dengan jarak 150 m dari jalan raya, yang
berbatasan dengan perumahan penduduk dan asrama polisi kota
Bitung.
3. Ketenagaan
Ketenagaan di Sekolah Luar Biasa Kasih Angelia terdapat
13 orang guru yang terdiri dari, 1 orang Kepalah Sekolah dengan
pendidikan S1, 4 orang guru PNS dengan pendidikan SPG, 5 orang
guru PNS dengan pendidikan S1, 1 orang guru honor dengan
pendidikan SPG dan 2 orang guru honor dengan pendidikan S1.
4. Jumlah Kelas
Jumlah kelas yang berada di Sekolah Luar Biasa Kasih
Angelia terdapat 6 kelas yang terdiri dari, 1 kelas untuk TKLB, 4
kelas untuk SDLB, 1 kelas untuk SMPLB.

36

26

37

5. Jumlah siswa
Jumlah siswa yang terdaftar pada Sekolah Luar Buasa Kasih
Angelia kota Bitung terdapat 163 orang siswa yang terdiri dari, 24
orang siswa TKLB dengan siswa laki-laki 14 orang dan siswa
perempuan 10 orang, 128 orang siswa SDLB dengan siswa laki-laki
79 orang dan siswa perempuan 49 orang dan 11 orang siswa
SMPLB dengan siswa laki-laki 3 orang dan siswa perempuan 8
orang.
5.1.2 Karakteristik demografi responden
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan umur,
dapat dilihat dalam bentuk tabel dan narasi di bawah ini.
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,
umur, di Sekolah Luar Biasa Kasih Angelia Kota Bitung

No
1

Karakteristik Responden

Jumlah
Responden

Presentase
(%)

10
10

50,0
50,0

12
4
4

60,0
20,0
20,0

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Umur
7-12 Thn
13-15 Thn
> 16 Thn

Dari hasil penelitian yang ditunjukan oleh tabel 1 menunjukan


bawah terdapat 10 orang responden laki-laki (50,0%), dan 10 orang
responden perempuan (50,0%) dari total 20 responden. Sedangkan
Karakteristik umur responden dalam penelitian ini dibagi tiga kategori
umur yaitu 7 sampai 12 tahun, 13 sampai 15 tahun, dan umur di atas
16 tahun dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar
responden adalah dengan rata-rata usia 7 sampai dengan 12 tahun
responden (60,0%), responden dengan rata-rata umur 13 sampai 15

38

tahun terdapat 4 responden (20,0%) dan sisanya reponden dengan


rata-rata usia lebih dari 16 tahun terdapat 4 responden (20,0).
5.1.3

Deskripsi variabel penelitian


Analisa univariat adalah analisa karakteristik per variable, terdiri
atas analisa untuk data kategori, dan numeric.
Tabel 5. 2 Karakteristik responden berdasarkan kemampuan fungsi
kognitif (membaca) pada pra dan post intervensi di Sekolah
Luar Biasa Kasih Angelia Kota Bitung

Variabel

Mean

Median

SD

Sebelum

20

61,10

66,00

12,957 40-56

Sesudah

20

75,80

79,00

8,6000 76-86

(Min-Max)

Kemampuan fungsi kognitif (membaca) dalam penelitian


ini dinilai dalam penilaian tentang kemampuan anak terhadap
pengenalan huruf, mengeja suku kata dan menggabungkan suku
kata yang dibagi dalam 3 kategori yaitu kategori baik, cukup dan
kurang.

Dari

tabel

di

atas

menunjukan

bahwa

terdapat

perbedaankan sebelum dan setelah diberikan intervensi dimana


rata-rata kemampuan membaca sebelum dilakukan intervensi
adalah 66 (40-56) atau termasuk dalam kategori kurang,
sedangkan setelah dilakukan intervensi yaitu meningkat menjadi
79 (76-86) atau termmasuk dalam kategori baik.
Dapat

disimpulkan

bahwa

terdapat

perbedaan

kemampuan membaca sebelum dan setelah dilakukan intervensi.

5.1.4 Analisa bivariat

39

Analisa pengaruh terapi audio-visual sensorik terhadap


peningkatan fungsi kognitif (membaca) pada anak tunagrahita dapat
dilihat dari tabel dan narasi berikut ini. .
Tabel 5.3 Analisa pengaruh terapi audio-visual sensorik terhadap
kemampuan fungsi kognitif (membaca) pada anak tuna
grahita pra dan post intervensi.
No. Responden

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Kemapuan fungsi
kognitif (membaca)
Pra
60
76
50
56
40
66
76
66
66
43
70
53
40
76
76
60
66
40
76
66

Kemampuan fungsi
kognitif (membaca)
Post
70
83
78
83
73
70
80
70
80
76
86
56
63
83
80
80
76
60
83
86

Mean Pra = 61,10

Mean Post = 75,80

Max = 76
Min = 40

Max = 86
Min = 56

Paired sampel T Test (p) = 0,000


Dari hasil analisis di atas menunjukan bahwa sebagian besar
kemampuan fungsi kognitif (membaca) pada responden sebelum
diberikan intervensi menunjukan kemampuan membaca dalam
kategori cukup dengan nilai maksimal yang didapatkan berdasarkan
hasil peruhitungan adalah 76 dan nilai minimal adalah 40, setelah

40

diberikan intervensi terjadi peningkatan kemampuan pada sebagian


besar responden dengan perubahan nilai maksimal yaitu dan nilai
minimal menjadi 56. Dari hasil uji statistik menunjukan bahwa
terdapat perbedaan nilai rata-rata sebelum dan sesudah diberikan
intervensi, dimana nilai Mean pra = 61,10 sedangkan pada post
meningkat menjadi Mean (p) = 75,80. dari hasi uji Paired Sampel T
test menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan sebelum
dan sesudah diberikan terapi audio-visual sensorik terhadap
kemampuan fungsi kognitif pada anak tunagrahita, dimana nilai
signifikan (p) 0,000 < 0,05. Sehingga

Ha (Hipotesis alternatif)

diterima atau ada ada pengaruh terapi audio-visual sensorik terhadap


5.1.5

kemampuan fungsi kognitif (membaca) pada anak tungrahita.


Pembahasan
Pendekatan multisensori merupakan salah satu pendekatan yang
digunakan

untuk

meningkatkan

kemampuan

membaca

anak

tunagrahita ringan. Kirk, Kliebhan & Lener, (M. Shodiq AM, 1993),
menjelaskan penerapan pendekatan visual-auditif dalam pengajaran
membaca pada anak tunagrahita ringan yaitu asosiasi simbol visual
dengan nama-nama huruf dan asosiasi simbol visual dengan bunyi
huruf. Secara fisiologis metode multi senosris ini merupakan stimulasi
audio maupun visual dimana iindividu dapat menyadari apa yang di
dengar, maka individu dapat mempersepsikan apa yang didengar,
dan terjadilah suatau pengamatan atau persepsi yang akhirnya
individu dapat menyadari atau mempersepsikan tentang apa yang
diterima melalui alat indera.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang diserap
melalui penglihatan (media visual), sekaligus dengan pendengaran
(media audio), dapat memercepat daya serap peserta didik dalam

41

memahami pelajaran yang disampaikan. Salah satu keuntungan


penggunaan media pembelajaran audio-vual adalah, tampilan dapat
dibuat semenarik mungkin agar anak tertarik untuk mempelajarinya.
Dari hasil uji statistik menunjukan bahwa terdapat perbedaan
nilai rata-rata sebelum dan sesudah diberikan intervensi, dimana nilai
Mean pra = 61,10 sedangkan pada post meningkat menjadi Mean (p)
= 75,80. dari hasi uji

Paired Sampel T test menunjukan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan


terapi audio-visual sensorik terhadap kemampuan fungsi kognitif
pada anak tunagrahita, dimana nilai signifikan (p) 0,000 < 0,05.
Sesuai dengan teori bahwa Anak tunagrahita merupakan
salah satu anak berkebutuhan khusus yang berhak mendapatkan
pendidikan khsusus dan pelayanan yang bersifat khusus, seperti
pelayanan medik, pendidikan khusus maupun latihan-latihan tertentu
yang bertujuan untuk mengurangi keterbatasan dan ketergantungan
akibat kelainan yang diderita, serta menumbuhkan kemandirian hidup
dalam bermasyarakat (Direktorat Bina Anak Kemenkes RI, 2010).
Kemampuan Intelektual di bawah rata-rata pada anak
tunagrahita selalu diikuti dengan keterbelakangan dalam kecerdasan
serta mengalami kesulitan dalam belajar termasuk juga kesulitan
dalam membaca sehingga memerlukan berbagai ketrampilan dalam
meningkatkan kemampuan anak tunagrahita (Pieter, 2011).
Anak tunagrahita ringan merupakan salah satu klasifikasi
anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan atau inteligensi berkisar
51-70. Kemampuan intelektualnya berada di bawah rata-rata,
kemampuan berpikirnya

rendah, perhatian, dan daya ingatnya

lemah, sukar berpikir abstrak, serta tidak mampu berpikir yang logis.
Mereka

masih

pendidikan

mempunyai

dalam

bidang

kemungkinan
membaca,

untuk

menulis,

memperoleh

dan

berhitung

42

sederhana suatu tingkat tertentu. Perbendaharaan katanya terbatas,


serta dapat mempelajari keterampilan. Perhatian dan ingatan anak
tunagrahita ringan lemah, tidak dapat memperhatikan sesuatu hal
dengan serius dan lama. Sebentar saja perhatian anak tunagrahita
ringan akan berpindah pada persoalan lain, apalagi dalam hal
memperhatikan pelajaran, anak tunagrahita cepat merasa bosan
(Wantini, 2012).
Peneliti berpendapat dengan adanya terapi b maka anak
tunagrahita diajarkan untuk meningkatkan kemampuan meningat dan
kemampuan fungsi kognitif (membaca), dimana dengan diberikan
stimulus (rangsangan) dalam bentuk visual maupun anak auditorius
maka akan meningkatkan perhatian anak tunagrahita terhadap apa
yang diajarkan sehingga diharapkan dapat berdampak pada
kemampuan mengingat anak dalam membaca, karena sebagaian
besar anak tunagrahita dikatakan kemungkinan untuk memperoleh
pendidikan dalam bidang membaca, dan berhitung sederhana.
Hasil penelitian yang serupa terhadap anak tunagrahita
namun menggunakan terapi fisik yang dilakukan oleh Sumaryanti.,
dkk (2010) tentang Implementasi Model Pembelajaran Jasmani
Adaptif Untuk Optimalisasi Otak Anak Tunagrahita: Tinjauan Inovatif
Terapi Fisik Dan Neurosains, bahwa Dari hasil uji kemanfaatan
didapatkan peningkatan signifikan pada fungsi otak yang terdiri atas
fungsi kognitif, afektif, dan psikomotor. Fungsi kognitif yang dilihat
dilihat dari unsur kemampuan membaca, menulis, menghitung, dan
konsentrasi. Semua unsur memberi p < 0,05.
Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang serupa
terhadap anak tunagrahita oleh Rosnita (2012) dengan media Kalung
berangka pada anak tunagrahita ringan terhadap kemampuan mengenal

43

angka, penelitian ini juga menggunakan metode stimulasi Audio-visual


dalam proses belajar, dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa
melalui kalung berbingkai media yang dapat meningkatkan kemampuan
untuk mengenali simbol angka 1 hingga 10 anak Tunagrahita ringan.

Anda mungkin juga menyukai