Anda di halaman 1dari 8

REFERAT

PENATALAKSANAAN KAKI DIABETIK

Oleh:
SHEREN
030.04.209

Pembimbing:
Dr. Suzanna Ndraha, SpPD

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Umum Daerah Koja
Periode 31 Mei 7 Agustus 2010
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Jakarta, 2010

PENATALAKSANAAN KAKI DIABETIK

Usaha penyelamatan kaki secara umum terdiri atas : 1,2


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Memperbaiki kelainan vaskular yang ada.


Memperbaiki sirkulasi
Penggunaan kaki yang teratur
Pengelolaan terhadap tukak/ulkus
Sepatu khusus
Kerja sama tim yang baik
Penyuluhan pasien

Prinsip dasar yang baik pengelolaan terhadap tukak diabetik adalah : 1,3,4,5
1. Evaluasi tukak yang baik : keadaan klinis luka, dalamnya luka, gambaran radiologi
(benda asing, osteomielitis, adanya gas sub kutis), lokasi, biopsi vaskularisasi (non
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

invasive).
Pengelolaan terhadap neuropati diabetik
Pengendalian keadaan metabolik sebaik-baiknya
Debridement luka yang adekuat, radikal
Biakan kuman (aerobic dan anaerobic)
Antibiotic oral-parental
Perawatan luka yang baik
Mengurangi edema
Non weight bearing (tirah baring, tongkat penyangga, kursi roda, alas kaki khusus, total

kontak casting)
10. Perbaikan sirkulasi, atau bedah vaskular
11. Nutrisi
12. Rehabilitasi

1. Evaluasi
a. Kedalaman ulkus
b. Pemeriksaan rontgen foto
c. Lokasi ulkus

d. Evaluasi vaskular
2. Pengelolaan terhadap Neuropati Diabetik
Pengelolaan neuropati diabetik (ND) sampai saat ini masih sering menimbulkan
frustasi, baik bagi para klinisi maupun penderita. Kegagalan pengobatan ini oleh karena
patogenesis ND masih belum jelas dan tampaknya multi faktorial. Pada dasarnya
pengelolaan ND dilakukan dengan mengontrol gula darah dan pemberian obat - obatan
kausal dan simptomatik.
3. Kontrol metabolik
Istilah PVD mengacu pada penyempitan arteri besar oleh aterosklerosis.. Hal ini
sangat umum terjadi pada penderita DM. Terjadinya aterosklerosis adalah akibat defek
metabolik dan defek fisik. Faktor resiko terjadinya aterosklerosis antara lain adalah
hiperglikemia. hiperinsulinemia, dislipidemia, hipertensi, obesitas, hiperkoagulabilitas,
genetik, merokok. Semua faktor resiko yang dapat diobati seharusnya segera dikontrol
dengan sebaik baiknnva untuk menghambat proses terjadinva atheroklerosis lebih
lanjut.
4. Debridement dan Pembalutan
Debridement merupakan tahapan yang penting dalam proses penyembuhan luka. Buang
jaringan mati, jaringan hyperkeratosis dan membuat drainase yang baik, dan jika diperlukan
dilakukan secara berulang. Perlu disadari bahwa setelah tindakan ini, luka menjadi lebih besar
dan berdarah. Harus diketahui bahwa tidak ada obat-obatan topikal yang dapat menggantikan
debridement yang baik dengan teknik yang benar dan proses penyembuhan luka selalu dimulai
dari jaringan yang bersih.
Pada beberapa kondisi tidak memerlukan tindakan debridement seperti pada gangren
yang kering, ulkus yang menyembuh dengan scar dan ulkus pada tungkai dengan sirkulasi yang
buruk.
Sebelum tindakan bedah (debridement), kondisi yang harus diperhatikan adalah keadaan
umum yang meliputi serum protein > 6,2 g/dl, serum albumin >3,5 g/dl, total limfosit >1500

sel/mm3. Pemeriksaan kultur diperlukan terutama pada ulkus yang dalam dan diambil dari
jaringan yang dalam.Diperlukan debridement yang optimal sampai nampak jaringan yang
sehat. dengan cara membuang semua jaringan nekrotik. Debridement yang tidak optimal akan
menghambat penyembuhan ulkus
Pembalutan
Banyak teknik dan macam jenis pembalutan yang digunakan saat ini, tapi yang terpenting
pembalutan ideal mempunyai karakteristik sebagai berikut :
-

Menjaga dan melindungi kelembaban jaringan.

Merangsang penyembuhan luka.

Melindungi dari suhu luar.

Melindungi dari trauma mekanis.

Tidak memerlukan penggantian sering.

Aman digunakan, tidak toksik, tidak mensensitisasi dan hipoalergik.

Bebas dari zat yang mengotori.

Tidak melekat diluka.

Mudah dibuka tanpa rasa nyeri dan merusak luka.

Mempunyai daya serap terhadap eksudat.

Mudah untuk melakukan monitor luka.

Memudahkan pertukaran udara.

Tidak tembus mikroorganisme.

Nyaman untuk pasien.

Mudah penggunaannya.

Biaya terjangkau.

5. Biakan Ulkus
Dalam menghadapi kasus KD kita haruslah berpegang bahwa tidak semua KD
mengalami infeksi. Ulkus yang tidak ada tanda-tanda infeksi tidaklah perlu dilakukan kultur
Kuman penyebab infeksi pada KD umumnya adalah :
a. Infeksi yang ringan : aerobic gram positif ( Staphylococcus aureus. Streptococcus)
b. Pada infeksi yang dalam dan mengancam penyebab biasanya polimikrobial, terdiri dari
Aerobic gram positif. Basil gram positif (E coli, Klebsiella sp, Proteus sp), anaerob
( Bacteriodes sp, Peptostreptcoccus sp)
Untuk menentukan bakteri penyebab infeksi KD diperlukan kultur. Pengambilan bahan
kultur dengan cara swab tidak dianjurkan. Hasil kultur

akan lebih dipercaya apabila

pengambilan bahan dengan cara curettage dari hasil ulkus setelah debridement
6. Antibiotika
Adapun prinsip-prinsip penggunaan antibiotik pada kaki diabetik :
1. Pilihlah antibiotik yang paling potent terhadap bakteri - bakteri ditempat yang dicurigai
sebagai lokasi (site infeksi).
2. Harus diketahui potensi antibiotik yang kita pilih terhadap bakteri -bakteri
tertentu. Antibiotik yang mempunyai potensi balk, memungkinkan pemberian
dosis yang kecil khususnya pada infeksi yang ringan sedang.
3. Spektrum antibiotik. Pada infeksi yang dalam dan mengancam jiwa biasanya
penyebabnya polymicrobial. Sehingga gunakan antibiotik yang melawan aerob
gram positif, aerob gram negatif, dan anaerob.
7. Perbaikan sirkulasi
Sirkulasi pada KD merupakan salah satu faktor yang penting untuk penyembuhan maka
selain faktor vaskuler perlu dipertimbangkan kemungkinan gangguan rheologi pada penderita

tersebut. Penderita DM mempunyai kecenderungan untuk lebih mudah mengalami koagulasi


dibandingkan yang bukan DM akibat adanya gangguan viskositas pada plasma, deformabilitas
eritrosit, agregasi trombosit serta adanya peningkatan trogen dan faktor von Willbrands.
8. Non weight bearing
Tindakan non wight bearing diperlukan pada penderita KD karena umunnya kaki
penderita sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga apabila dipakai berjalan maka
akan menyebabkan luka bertambah besar dan dalam, serta menyebabkan bakteri yang ada
akan mengadakan penetrasi lebih dalam sehingga. menghambat penyembuhan.
Penggunaan tongkat penyangga ("crutches") dan atau kursi roda jarang mencapai
non weight bearing total dan konsisten. Cara terbaik untuk mencapainya
adalah mempergunakan gips (contact cast).
9. Nutrisi
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan luka.
Adanya anemia dan hipoalbuminenia akan sangat berpengaruh dalain proses penyembuhan.
Perlu untuk monitor kadar Hb dan albumin darah minimal satu minggu sekali. Usahakan
Hb di atas 12 gr / dl dan albumin darah > 3,5 gr / dl (4,15). Besi, vitamin B12, asam folat
membantu sel darah merah membawa oksigen ke jaringan. Besi juga merupakan suatu
kofaktor dakam sintesis kolagen, sedangkan vitamin C dan Zinc penting untuk perbaikan
jaringan. Zinc juga berperan dalam respon imun.
Pengelolaan kaki diabetik berdasarkan kriteria Wagner:
Derajat 0

Sepatu yang layak


Edukasi
Perawatan Podiatrik paliatif
Bedah profilaksis
Prevensi

Derajat I

Infeksi : kultur permukaan ulkus dan antibiotic


Perawatan luka
Evaluasi Radiologi
Koreksi Stress
Pembedahan

Derajat II

Terapi antibiotic
Evaluasi dimensi luka
Evaluasi radiology
Pembedahan

Derajat III

Rawat Rumah Sakit untuk terapi antibiotic intravena


Debribement agresif yang dalam untuk diagnosis osteomielitis
Control metabolic
Bedah plastic menutup sebagaimana diperlukan

Derajat IV

Amputasi lokal sesuai lokasi nekrosis dan vaskularitas

Derajat V

Amputasi mayor dikehendaki

DAFTAR PUSTAKA
1. Djokomoeljanto R, Tinjauan Umum Tentang Kaki Diabetes dalam Makalah Kaki
Diabetik Patogenesis dan Penatalaksanaan, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang, 1997; A1-10.
2. Preventive Foot Care in People with Diabetes in American Diabetes
Association. Clinical Practice Recommendation 2002. Diabetes Care, Volume 25,
Suplemen 1, January 2003; page 78 - 79.
3. Darmono, Status Glikemi dan Komplikasi Vaskuler Diabetes Mellitus dalam
Naskah lengkap Kongres Nasional V Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) dan
Pertemuan Ilmiah Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang, 2002 ; 57 68.
4. Bethesda, Foot Care Kit For Diabetes Help Prevent Amputations in National
Diabetes Education Program. Last Up date : 2001. Available from file
://ndep.nih.gov/
5. Powers A C, Diabetes Mellitus in Horrisons Principles of Internal Medicine 15
th Edition [monograph in CD Room] , Mc Graw Hill ; 2001.

Anda mungkin juga menyukai