CVD
CVD
Disusun Oleh :
Mason Rubianto
406148063
Pembimbing :
dr. Wariyah, Sp. S
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Saraf
RSPI Sulianti Saroso
Periode 6 Juni 2016 - 16 Juli 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke sudah dikenal sejak dulu kala, bahkan sebelum zaman Hippocrates. Soranus
dari Ephesus ( 98 -138 ) di Eropa telah mengamati beberapa faktor yang mempengaruhi
stroke. Hippocrates adalah Bapak Kedokteran asal Yunani. Ia mengetahui stroke 2400 tahun
silam. Kala itu, belum ada istilah stroke, Hippocrates menyebutnya dalam bahasa
Yunani : Apopleksi. Artinya, tertubruk oleh pengabaian. Sampai saat ini, stroke masih
merupakan salah satu penyakit saraf yang paling banyak menarik perhatian.
Stroke adalah salah satu penyebab kematian tertinggi. Di negara seperti Inggris dan
Amerika, sebagian besar stroke yang dijumpai pada pasien ( 88% ) adalah jenis iskemik
karena penyumbatan pada pembuluh darah, sedangkan sisanya adalah stroke hemoragik
karena pecahnya pembuluh darah. Walaupun jumlah kejadian relatif lebih kecil, tapi stroke
hemoragik lebih sering mengakibatkan mortalitas. Pada hemoragik stroke intracerebral
( ICH ), salah satu subtipe stroke, kematian dapat mencapai > 40% dan yang berhasil selamat
pun banyak mengalami kecacatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi stroke
Stroke secara umum merupakan defisit neurologis yang mempunyai serangan
mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari terganggunya pembuluh darah otak (
McGraw - Hill, 2009 ) .
Stroke adalah keadaan di mana sel - sel otak mengalami kerusakan karena tidak
mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup. Sel - sel otak harus selalu mendapat
pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup agar tetap hidup dan dapat menjalankan fungsinya
dengan baik. Oksigen dan nutrisi ini dibawa oleh darah yang mengalir di dalam pembuluhpembuluh darah yang menuju sel - sel otak. Apabila karena sesuatu hal aliran darah atau
aliran pasokan oksigen dan nutrisi ini terhambat selama beberapa menit saja, maka dapat
terjadi stroke. Penghambatan aliran oksigen ke sel-sel otak selama 3 atau 4 menit saja sudah
mulai menyebabkan kerusakan sel - sel otak. Makin lama penghambatan ini terjadi, efeknya
akan makin parah dan makin sukar dipulihkan. Sehingga tindakan yang cepat dalam
mengantisipasi dan mengatasi serangan stroke sangat menentukan kesembuhan dan
pemulihan kesehatan penderita stroke.
Stroke Hemorrhagic meliputi pendarahan di dalam otak ( intracerebral hemorrhage )
dan pendarahan di antara bagian dalam dan luar lapisan pada jaringan yang melindungi otak (
subarachnoid hemorrhage ). Stroke hemorrhagic, yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah di otak, sehingga terjadi perdarahan di otak. Hemorrhagic stroke umumnya
terjadi karena tekanan darah yang terlalu tinggi. Hampir 70 persen kasus haemorrhagic stroke
terjadi pada penderita hipertensi. Hipertensi menyebabkan tekanan yang lebih besar pada
dinding pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh
darah rentan pecah. Namun demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada bukan
penderita hipertensi. Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh darah pecah karena lonjakan
tekanan darah yang terjadi secara tiba - tiba karena suatu sebab tertentu, misalnya karena
makanan atau faktor emosional.
serebrum.
Fungsi
utamanya
adalah
sebagai
pusat
refleks
yang
mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan
kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian - bagian batang otak dari bawah ke atas adalah medula oblongata, pons
dan mesensefalon. Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk
jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan
muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras
kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum. Mesensefalon
merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa
traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan
penglihatan.
Klasifikasi
Berdasarkan typenya, Stroke dibagi dalam:
1. Infark otak ( Non Hemorrhagic Stroke )
2. Perdarahan Intra Serebral
3. Perdarahan Sub Arachnoidalis
1. Infark otak ( Non Hemorrhagic Stroke )
Berdasarkan mekanisme terjadinya, infark otak dibagi:
a. Trombotik
b. Embolik
c. Hemodinamik
Terjadinya infark otak diakibatkan aliran darah otak regional yang tidak mencukupi.
Dalam keadaan normal aliran darah otak adalah 50 ml / 100 gr otak / menit. Keadaan ini akan
tetap dipertahankan oleh kemampuan autoregulasi pembuluh darah otak. Bila tekanan ADO
menurun antara 20 - 50 ml / 100 gr / menit, maka terjadi penambahan pemakaian oksigen
oleh jaringan otak tanpa disertai gangguan dari fungsinya. Bila penurunan ADO mencapai 10
- 20 ml / 100 gr / menit, terjadi kegagalan aktivitas listrik neuronal dan sebagian struktur intra
sel berada dalam proses desintregrasi dan terjadi edema intraseluler. Pada keadaan ini timbul
defisit neurologik. Kematian sel otak terjadi bila ADO kurang dari 10 ml / 100 gr / menit
diakibatkan oleh kegagalan energi sehingga K keluar dan Ca masuk kedalam sel.
Berkurangnya ADO oleh trombosis, emboli atau hemodinamik akan menyebabkan keadaan
iskemia di suatu bagian otak.
Adanya kolateral dari pembuluh darah disekitarnya dan adanya mekanisme
vasodilatasi memungkinkan terjadinya beberapa hal keadaan berikut ini :
a. Sumbatan yang kecil dan dapat dikompensasi oleh sistem kolateral atau vasodilatasi
lokal. Secara klinis dikenal sebagai TIA.
b. Sumbatan lebih besar, daerah iskemia lebih luas, tetapi masih dapat dikompensasi dengan
mekanisme seperti di atas walaupun membutuhkan waktu lebih dari 24 jam sehingga
secara klinis dikenal sebagai RIND.
c. Bila sumbatan cukup besar sehingga mekanisme di atas tidak dapat mengkompensasi
maka akan terdapat gejala klinis yang lebih menetap.
Pada daerah iskemia otak yang luas biasanya terdapat inti yang sangat iskemik dan
mengalami nekrosis, diluarnya terdapat daerah iskemik yang sudah tidak dapat berfungsi
tetapi belum mati, daerah ini dikenal dengan nama daerah penumbra yang masih dapat
diselamatkan dengan resusitasi dan penatalaksanaan yang tepat.
Edema otak akan timbul bila ADO kurang dari 20 ml / 100 gr / menit. Terdapat 2
macam edema otak :
Pada fase dini terjadi edema otak citogenik dimana terdapat pengeluaran K intra
seluler secara besar - besaran disertai masuknya Na dan Ca sehingga sel menjadi
vasogenik akibat
peningkatan
bila
Perdarahan intra serebral juga sering timbul akibat pecahnya mikro aneurisma ( Charcot Bouchart ) akibat hipertensi lama dan paling sering terjadi didaerah subkortikal, serebellum,
dan pons. Perdarahan didaerah korteks sering akibat tumor yang berdarah atau malformasi
pembuluh darah yang pecah.
3. Perdarahan Sub Arachnoidalis
Perdarahan disini terutama pada sirkulus Willisii & berasal dari aneurisma kongenital
yang pecah. Biasa terjadi pada usia lebih muda. Perdarahan sering berulang dan
menimbulkan vasospasme hebat sehingga terjadi infark otak. Aneurisma kongenital biasa
terjadi pada percabangan arteri dan berbentuk seperti buah berry. Penyebab lain adalah
malformasi arteri - vena yang pecah atau perdarahan intra serebral yang masuk ke dalam
ruang sub arachnoidalis.
4. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terkena stroke empat kali lipat, hal ini berlaku untuk semua
jenis rokok dan untuk semua tipe stroke terutama perdarahan subarachnoid dan stroke
Anamnesis
Pemerikasaan klinis neurologis
Algoritma dan penilaian dengan skor stroke
Pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu
1. Anamnesis
Langkah ini tidak sulit karena kalau memang stroke sebagai penyebabnya, maka sesuai
dengan definisinya, kelainan saraf yang ada timbulnya adalah secara mendadak. Bila sudah
ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah berikutnya adalah menetapkan
stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragis atau stroke non hemoragis.
Stroke hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh
darah pada otak. Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di dalam otak pecah. Otak
sangat sensitif terhadap perdarahan dan kerusakan dapat terjadi dengan sangat cepat.
Pendarahan di dalam otak dapat mengganggu jaringan otak, sehinga menyebabkan
pembengkakan, mengumpul menjadi sebuah massa yang disebut hematoma. Pendarahan juga
meningkatkan tekanan pada otak dan menekan tulang tengkorak.
Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang menekan
dinding arteri sampai pecah. Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah :
kesemutan.
Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
Stroke iskemik
Stroke iskemik adalah gangguan suplai darah ke otak yang diakibatkan tersumbatnya
pembuluh darah otak. Stroke Iskemik merupakan penyakit yang mendominasi kelompok usia
menengah dan dewasa tua yang kebanyakan berkaitan erat dengan kejadian arteriosklerosis
( Trombosis ) dan penyakit jantung ( emboli ) yang diakibatkan adanya faktor predisposisi
hipertensi. Oklusi pembuluh darah otak dapat disebabkan oleh suatu emboli, trombus
antegrad atau penyakit intrinsik pembuluh darah otak sendiri misalnya gangguan pembekuan,
vaskulitis, angiopathi diabetica pada Diabetes Mellitus dan sebagainya.
Patofisiologi
Pada stroke iskemik, berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan hipoksemia
daerah regional otak dan menimbulkan reaksi - reaksi berantai yang berakhir dengan
kematian sel - sel otak dan unsur - unsur pendukungnya.
Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti ( core )
dengan tingkat iskemia terberat dan berlokasi di sentral. Daerah ini akan menjadi nekrotik
dalam waktu singkat jika tidak ada reperfusi. Di luar daerah core iskemik terdapat daerah
penumbra iskemik. Sel - sel otak dan jaringan pendukungnya belum mati akan tetapi sangat
berkurang fungsinya dan menyebabkan juga deficit neurologis. Tingkat iskemiknya makin ke
perifer makin ringan. Daerah penumbra iskemik, di luarnya dapat dikelilingi oleh suatu
daerah hiperemik akibat adanya aliran darah kolateral ( luxury perfusion area ). Daerah
penumbra iskemik inilah yang menjadi sasaran terapi stroke iskemik akut supaya dapat
direperfusi dan sel - sel otak berfungsi kembali. Reversibilitas tergantung pada factor waktu
dan jika tidak terjadi reperfusi, daerah penumbra dapat berangsur - angsur mengalami
kematian. Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara bertahap, yaitu
Tahap 1 :
a. Penurunan aliran darah.
b. Pengurangan O2.
c. Kegagalan energy.
d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion.
Tahap 2 :
a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion.
b. Spreading depression.
Tahap 3 : Inflamasi.
Tahap 4 : Apoptosis.
Berdasarkan perjalanan klinisnya ada beberapa istilah atau jenis stroke iskemik
1. TIA / Transient Ischaemic Attack
TIA atau Transient Ischaemic Attack merupakan stroke iskemik sesaat karena
disfungsi cerebral fokal akibat gangguan vaskular, dengan lama serangan sekitar 2 - 15 menit
sampai paling lama 24 jam dan setelah itu pulih kembali. Transient Ischemic Attack ( TIA )
seperti stroke, gejalanya serupa, tetapi biasanya TIA hanya berlangsung beberapa menit dan
tidak menyebabkan kerusakan permanen.
TIA sering disebut ministroke, serangan iskemik transien ini dapat menjadi peringatan
terhadap serangan stroke. Fakta menunjukkan bahwa sekitar satu dari tiga orang yang
mengalami serangan iskemik transien akhirnya memiliki stroke, dengan sekitar setengah
yang terjadi dalam satu tahun setelah serangan iskemik transien. Serangan TIA biasanya
berlangsung beberapa menit. Sebagian tanda dan gejala hilang dalam waktu satu jam. Tanda
dan gejala menyerupai TIA yang ditemukan di awal stroke dan mencakup :
Tiba - tiba kelemahan, kesemutan atau kelumpuhan di wajah, lengan atau kaki,
ganda.
Pusing, kehilangan keseimbangan atau koordinasi.
Penderita mungkin memiliki lebih dari satu TIA, dan tanda gejala berulang mungkin
mirip atau berbeda tergantung pada wilayah otak yang terlibat. Jika tanda dan gejala
berlangsung lebih lama dari 24 jam atau menyebabkan kerusakan otak abadi, itu dianggap
sebagai stroke.
2. RIND / Reversible Ischaemic Neurological Deficit
Defisit saraf oleh iskemik yang dapat pulih. Merupakan serangan stroke iskemik yang
berlangsung lebih lama dari 24 jam dan kemudian pulih kembali dalam waktu kurang dari 72
jam.
Patofisiologi TIA
Etiologi TIA tidak berbeda dengan cerebral infark, TIA terjadi akibat sumbatan yang
kecil yang berasal dari pecahan sumbatan atau clot yang besar dan jauh. Emboli ini akan larut
karena sistem fibronolitik tubuh sehingga aliran darah dapat kembali normal. Itulah yang
menyebabkan TIA hanya bersifat sementara atau sepintas saja. Gejala yang ditimbulkan oleh
TIA antara lain hemiparesis, hemiparestheisa, dysarthria, diplopia, dysphasia dan monocular
blindness.
Penatalaksanaan
Pengobatan yang cepat dan tepat diharapkan dapat menekan mortalitas dan mengurangi
kecacatan ( Time is Brain ). Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki aliran darah
ke otak secepat mungkin dan melindungi neuron dengan memotong kaskade iskemik.
Pengelolaan pasien stroke akut pada dasarnya dapat di bagi dalam :
I.
Breathing
Blood
Brain
Bladder
Bowel
II.
III.
IV.
Stroke iskemik
Memperbaiki aliran darah ke otak ( reperfusi )
Prevensi terjadinya trombosis ( antikoagualsi )
Proteksi neuronal / sitoproteksi
Stroke Hemoragik
Pengelolaan konservatif
Perdarahan intra serebral
Perdarahan Sub Arachnoid
Pengelolaan operatif
Pencegahan serangan ulang
Rehabilitasi
haruslah kurang dari 3 jam, sehingga hanya pasien yang masuk rumah sakit
dengan onset awal dan dapat penyelesaian pemeriksaan darah, CT Scan kepala
dan inform consent yang cepat saja yang dapat menerima obat ini. Cara lain
memperbaiki aliran darah antara lain dengan memperbaiki hemorheologi seperti
obat pentoxifillin yang yang mengurangi viskositas darah dengan meningkatkan
deformabilitas sel darah merah dengan dosis 15 mg / kgBB / hari. Obat lain yang
juga memperbaiki sirkulasi adalah naftidrofuril dengan memperbaiki aliran darah
melalui unsur seluler darah dosis 600 mg / hari selama 10 hari iv dilanjutkan oral
300 mg / hari.
-
Sangat menarik untuk mengamati obat - obatan pada kelompok ini karena
diharapkan dapat dengan memotong kaskade iskemik sehingga dapat mencegah
kerusakan lebih lanjut neuron. Obat - obatan tersebut antara lain :
o CDP - Choline bekerja dengan memperbaiki membran sel dengan cara
menambah sintesa phospatidylcholine, menghambat terbentuknya radikal
bebas dan juga menaikkan sintesis asetilkolin suatu neurotransmiter untuk
fungsi kognitif. Dosis 500 - 2000 mg sehari selama 14 hari menunjukkan
penurunan angka kematian dan kecacatan yang bermakna. Therapeutic
Windows 2 - 14 hari.
o Piracetam, cara kerja secara pasti tidak diketahui, diperkirakan
memperbaiki integritas
membran dan
sifat neuroproteksi.
Pengelolaan konservatif Perdarahan Sub Arahnoid
o Bed rest total selama 3 minggu dengan suasana yang tenang, pada pasien
yang sadar, penggunaan morphin 15 mg IM pada umumnya diperlukan
untuk menghilangkan nyeri kepala pada pasien sadar.
o Vasospasme terjadi pada 30 % pasien, dapat diberikan Calcium Channel
Blockers dengan dosis 60 - 90 mg oral tiap 4 jam selama 21 hari atau 15 30 mg / kg / jam selama 7 hari, kemudian dilanjutkan per oral 360 mg /
hari selama 14 hari. Bila terjadi vasospasme dapat dilakukan balance
positif cairan 1 - 2 L diusahakan tekanan arteri pulmonalis 18 - 20 mm Hg
dan central venous pressure 10 mm Hg, bila gagal juga dapat diusahakan
peningkatan tekanan sistolik sampai 180 - 220 mm Hg menggunakan
dopamin.
Pengelolaan operatif
Tujuan pengelolaan operatif adalah : Pengeluaran bekuan darah, Penyaluran
cairan serebrospinal & Pembedahan mikro pada pembuluh darah. Yang penting
diperhatikan selain hasil CT Scan dan arteriografi adalah keadaan pasien itu
sendiri :
Faktor faktor yang mempengaruhi :
1. Usia
Lebih 70 th
tidak ada tindakan operasi
60 70 th
pertimbangan operasi lebih ketat
Kurang 60 th
operasi dapat dilakukan lebih aman
2. Tingkat kesadaran
Koma / sopor
tak dioperasi
Sadar / somnolen tak dioperasi kecuali kesadaran atau keadaan
neurologiknya menurun
Perdarahan serebelum : operasi kadang hasilnya memuaskan walaupun
kesadarannya koma
3. Topis lesi
Hematoma Lobar ( kortical dan subcortical )
Bila TIK tak meninggi tak dioperasi
Bila TIK meninggi disertai tanda tanda herniasi ( klinis menurun )
operasi
Perdarahan putamen
Bila hematoma kecil atau sedang tak dioperasi
tak
dioperasi,
kecuali
pada
memungkinkan.
Perdarahan serebelum
Bila perdarahannya lebih dari 3 cm dalam minggu pertama maka
operasi
Bila hematom kecil tapi disertai tanda tanda penekanan batang otak
operasi
4. Edukasi keluarga untuk memberikan orientasi kepada mereka dalam merawat orang
yang mereka cintai di rumah dan tantangan yang akan mereka hadapi.
Evaluasi ambulasi
Beri sling bila terjadi subluksasi bahu
Aktifitas berpindah
Latihan ADL: perawatan pagi hari
Komunikasi, menelan
Home program
Independent ADL, tranfer, mobility
Follow up
Review functional abilities
Hari 3-5
Hari 7-10
2-3 minggu
3-6 minggu
10-12 minggu
Bed exercise
Latihan duduk
Latihan berdiri
Latihan mobilisasi
Latihan ADL ( activity daily living )
Komplikasi
Komplikasi pada stroke sering terjadi dan menyebabkan gejala klinik stroke menjadi
semakin memburuk. Tanda komplikasi harus dikenali sejak dini sehingga dapat dicegah agar
tidak semakin buruk dan dapat menentukan terapi yang sesuai. Komplikasi pada stroke yaitu :
1. Komplikasi Dini ( 0 - 48 jam pertama ) :
1. Edema serebri : Merupakan komplikasi yang umum terjadi, dapat
menyebabkan defisit neurologis menjadi lebih berat, terjadi peningkatan
tekanan intrakranial, herniasi dan akhirnya menimbulkan kematian.
2. Abnormalitas jantung : Kelaianan jantung dapat menjadi penyebab, timbul
bersama atau akibat stroke, merupakan penyebab kematian mendadak pada
stroke stadium awal. Sepertiga sampai setengah penderita stroke menderita
gangguan ritme jantung.
3. Kejang : kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke hemoragik dan
pada umumnya akan memperberat defisit neurologis.
4. Nyeri kepala
5. Gangguan fungsi menelan dan asprasi
2. Komplikasi jangka pendek ( 1 - 14 hari pertama ) :
1. Pneumonia : Akibat immobilisasi yang lama merupakan salah satu komplikasi
stroke pada pernafasan yang paling sering, terjadi kurang lebih pada 5 %
pasien dan sebagian besar terjadi pada pasien yang menggunakan pipa
nasogastrik.
2. Emboli paru : Cenderung terjadi 7 - 14 hari pasca stroke, seringkali pada saat
penderita mulai mobilisasi.
3. Perdarahan gastrointestinal : Umumnya terjadi pada 3 % kasus stroke. Dapat
merupakan komplikasi pemberian kortikosteroid pada pasien stroke.
4. Stroke rekuren
5. Abnormalitas jantung
6. Deep Vein Thrombosis ( DVT )
7. Infeksi traktus urinarius dan inkontinensia urin
membutuhkan penanganan yang berbeda - beda, tergantung dari kebutuhan pasien. Proses ini
membutuhkan waktu sekitar 6 - 12 bulan.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok studi serebrovaskuler & Neurogeriatri, PERDOSSI : Guideline Stroke 2000
Seri Pertama, Jakarta, Mei 2000.
2. Widjaja D. Highlight of Stroke Management. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan,
Surabaya 2002.
3. Gilroy J. Basic Neurology. Third Edition. Mc Graw Hill. New York, 2000 ; 225 -306
4. Feigin V. Stroke Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke
(terjemahan). cetakan kedua. PT Buana Ilmu Populer. Jakarta. 2006.
5. Adam HP, Del Zoppo GJ, Kummer RV. Management of stroke. 2 nd Ed, Professional
communications inc New York, 2002.
6. McGraw - Hill, 2009.
7. Dewanto, G., Suwono, W.J., Riyanto, B., Turana, Y. Panduan praktis diagnosis dan
tatalaksana penyakit saraf. Jakarta. EGC, 2009.
8. Harsono. Kapita selekta neurologi. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. 2009.