PKM Klari-Lisa Puspitasari-112014148-ISK
PKM Klari-Lisa Puspitasari-112014148-ISK
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat di
tengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan
lainnya (rumah sakit swasta maupun negeri). Fungsi puskesmas adalah mengembangkan
pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut
harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang
meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan
oleh puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care
services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service).
Fungsi
puskesmas
menurut
keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
I.II
Masalah
Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk menangani infeksi saluran
kemih
I.III
I.IV
Tujuan
Manfaat
BAB II
ISI
Etiologi
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis bakteri aerob. Pada
kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain, tetapi uretra bagian
bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada
bagian yang mendekati kandung kemih. Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri,
namun tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur dan virus. Infeksi oleh
bakteri gram positif lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan infeksi gram negatif.5
Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari vagina, perineum (daerah
sekitar vagina), rektum (dubur) atau dari pasangan (akibat hubungan seksual), masuk ke dalam
saluran kemih. Bakteri itu kemudian berkembang biak di saluran kemih sampai ke kandung
kemih, bahkan bisa sampai ke ginjal. Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh
bakteri-bakteri di bawah ini:5
1. Kelompok enterobacteriaceae seperti :
a. Escherichia coli
b.
Klebsiella pneumoniae
c. Enterobacter aerogenes
d. Proteus
e. Providencia
f. Citrobacter
2. Pseudomonas aeruginosa
3. Acinetobacter
4. Enterokokus faecalis
5. Stafilokokus sarophyticus
Epidemiologi
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor
predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal.1
3
Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung
menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali
disertai faktor predisposisi.1
Prevalensi bakteriuria asimptomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi
selama periode sekolah (school girls) 1 % meningkat menjadi 5 % selama periode aktif secara
seksual. Prevalensi infeksi asimptomatik menigkat mencapai 30 %, baik laki-laki maupun
perempuan bila disertai faktor predisposisi.1
Patofisiologi
Pada individu normal, biasanya baik laki-laki maupun perempuan urin selalu steril karena
dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal merupakan tempat kolonisasi
mikroorganisme nomphatogenic fastidious Gram-positive dan gram negative.1
Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam
kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal.
Proses ini dipermudah refluks vasikoureter.1
Proses invasi MO hematogen sangat jarang ditemukan di klinik, mungkin akibat lanjut
dari bakterimia. Ginjal diduga merupakan lokasi infeksi sebagai akibat lanjut septicemia atau
endokarditis akibat stafilokokus aureus. Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis dikenal
dengan Nephritis Lohlein. Beberapa peneliti melaporkan pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat
lanjutan invasi hematogen dari infeksi sistemik gram negative.1
Diagnosis
Untuk menetapkan diagnosa maka harus diketahui terlebih dahulu gejala apa saja yang
dialami. Gejala dan tanda ISK pada pasien dewasa dapat dilihat pada tabel 1. Wanita dilaporkan
lebih banyak mengalami hematuria. Gejala sistemik seperti demam, biasanya tidak ada dalam
ISK. Sayangnya, sebagian besar pasien ISK dengan bakteriuria yang signifikan tidak mengalami
gejala-gejala di atas. Pasien mungkin merasa sehat, baik pasien geriatric, pediatric, wanita hamil
dan pasien yang menggunakan kateter. Perlu diingat, untuk membedakan apakah infeksi terdapat
disaluran kemih bagian atau bawah tidak hanya berdasarkan gejala yang dialami pasien.4
4
Pada pasien geriatric biasanya tidak mengalami gejala yang spesifik, tetapi mereka
menunjukkan perubahan status mental, perubahan kebiasaan makan, atau gejala gastrointestinal.
Sebagai tambahan, pasien yang menggunakan kateter atau pasien dengan gangguan neurologic
biasanya tidak mengalami gejala saluran kemih bagian bawah, sedangkan nyeri pinggul dan
demam mungkin akan ditemukan pada geriatric.4
Differential Diagnosis
1.
beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa ( kolik).1
Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu:1
Rasa Nyeri; Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik)
tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut,disertai nyeritekan
diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah,maka pasien
tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan
nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering
ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air kemih
jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.
Infeksi; BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih
karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Staphiloccocus.
Hematuria dan kristaluria; Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih
(hematuria) dan air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya
penyakit BSK.
Mual dan muntah; Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali
menyebabkan mual dan muntah.
Uretritis
2.
Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi. Pada pria,
uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis. Presentasi klinis uretritis sangat miskin
(hanya disuria dan sering kencing) disertai cfu/ml urin <105; sering disebut sistitis
abakterialis.1
Manifestasi Klinis1
bermakna.
Sindroma uretra akut (SUA); adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini
uretritis.
Infeksi saluran kemih atas
- Pielo nefritis akut (PNA); adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
-
Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika
Reinfeksi berulang
faktor resiko.
Tanpa faktor predisposisi; asupan cairan banyak, cuci setelah melakukan
senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal msalnya (trimetroprim
200mg).
Terapi antimikroba jangka panjang sampai 6 bulan.
Pencegahan
Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria asimptomatik bersifat
selektif dengan tujuan utama untuk mencegah menjadi bakteriuria disertai presentasi klinis ISK.
Uji saring bakteriuria asimptomatik harus rutin dengan jadwal tertentu untuk kelompok pasien
perempuan hamil, pasien DM terutama perempuan, dan pasca transplantasi ginjal perempuan dan
laki-laki, dan kateterisasi laki-laki dan perempuan.1
Komplikasi1
Komplikasi ISK tergantung dari tipe ISK yaitu ISK tipe sederhana dan tipe
berkomplikasi.
1. ISK sederhana. ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu non obstruksi dan bukan
perempuan hamilyang merupakan penyakit ringan dan tidak menyebabkan akibat jangka
panjang.
2. ISK tipe berkomplikasi
ISK selama kehamilan ISK selama kemahilan dari umur kehamilan; seperti
terlihat Tabel 7.
ISK pada diabetes melitus. Penelitian epidemiologi klinik melaporkan bakteriuria
dan ISK lebih sering ditemukan pada DM dibandingkan perempuan tanapa DM.
Resiko Potensial
Pielonefritis
Bayi premature
Anemia
ISK trimester ke 3
Pregnancy-induced hypertention
Bayi mengalami retradasi mental
Pertumbuhan bayi lambat
Cerebral palsy
Fetal death
BAB III
10
Materi
Metode
Wawancara Pasien
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan
tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber
data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi
pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan
pada sampel kecil teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif).
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara
terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari
informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaan sudah dibuat secara
11
sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera foto, dan material
lain yang dapat membantu kelancaran wawancara. Wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan
yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin
digali dari responden.
BAB IV
12
IV.I
Puskesmas
: Puskesmas Klari
Nomor register
:-
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
g. Telepon
: Ny. R
: 38 tahun
: Perempuan
: Ibu rumah tangga
: Tidak tamat SD
: Desa Walahar, Kecamatan Klari,
Kabupaten Karawang. RT 07/RW 02
:-
: Cukup
: Sedang
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Baik
: Baik
: 2 orang
3. Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan buruk
b.
c.
d.
e.
Pengambilan keputusan
: Keluarga
Ketergantungan obat
: Tidak ada
Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas Klari
Pola rekreasi
: Kurang
4. Keadaan rumah/lingkungan
a.
b.
c.
d.
Jenis bangunan
Lantai rumah
Luas rumah
Penerangan
: Permanen
: Tanah
: 90 m2
: Kurang
13
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Kebersihan
Ventilasi
Dapur
Jamban keluarga
Sumber air minum
Sumber pencemaran air
Pemanfaatan perkarangan
Sistem pembuangan air limbah
Tempat pembuangan sampah
Sanitasi lingkungan
: Kurang
: Kurang
: Ada
: Ada
: Sumur
: Ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Kurang
5. Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah
b. Keyakinan tentang kesehatan
: Baik
: Baik
Tingkat pendidikan
Hubungan antar anggota keluarga
Hubungan dengan orang lain
Kegiatan organisasi sosial
e. Keadaan ekonomi
: Rendah
: Baik
: Baik
: Kurang
: Kurang
7. Kultural Keluarga
Adat yang berpengaruh
Nama
Hub dgn KK
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Keadaan
Keadaa
Imunisasi
KB
Nn. I
Anak
18 th
SMA
Pelajar
Islam
Kesehatan
Baik
n Gizi
Baik
Lengkap
perempuan
9. Keluhan Utama
merasa tidak lampias sejak 1 minggu yang lalu. Pasien sebelumnya pernah mengalami hal
14
yang sama dan tidak berobat kemudian sembuh sendiri. Pasien mengatakan tidak ada darah
ataupun warna seperti teh, tidak ada nyeri pinggang. Tidak ada demam mual muntah. Pasien
telah berobat ke puskesmas klari dan mendapat diagnose dari dokter yaitu infeksi saluran
kemih dan telah mendapatkan pengobatan sehingga sudah berkurang rasa nyeri.
12. Riwayat Penyakit Dahulu
: Tidak ada
15
Konsumsi air putih minimal 2 liter per hari akan meningkatkan produksi urin
sehingga mencegah pembentukan kristal urin yang dapat menyebabkan terjadinya
batu.
Pengaturan pola makan seperti membatasi konsumsi daging, garam dan makanan
tinggi oksalat (sayuran berwarna hijau, kacang, coklat), dan sebagainya.
Olahraga, terutama bagi yang pekerjaannya lebih banyak duduk.
c. Kuratif
Jika ditemukan kasus, dapat dilakukan pengobatan dini agar penyakit tersebut tidak
menjadi parah.
d. Rehabilitatif
Rehabilitatif adalah suatu kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas hidup
penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup berat. Pada pasien perlu dilakukan
tindakan rehabilitatif yakni diajarkan cara personal hygene, minum air putih yang
banyak dan tidak menahan buang air kecil.
18. Prognosis
a. Penyakit
:
Jika pasien meminum obat, ke Puskesmas secara teratur, serta didukung dengan pola
hidup sehat dan personal hygene serta tidak menahan buang air kecil yang maka
prognosis penyakit pasien adalah baik (dubia et bonam).
b. Keluarga
:
Adanya hubungan yang baik antar anggota keluarga serta mendukung kesehatan pasien
dapat membuat suasana keluarga yang sehat jasmani dan rohani dan prognosisnya baik
untuk pasien juga keluarganya.
c. Masyarakat :
Untuk masyarakat sekitar pasien tinggal, prognosisnya ad bonam. Karena tidak
termasuk penyakit menular.
IV. Resume
1. Telah diperiksa seorang perempuan, bernamaNy.R, dengan keluhan nyeri saat buang air kecil
dan saat pipis terasa tidak lampias sejak satu minggu yang lalu. Pasien mengatakan
sebelumnya pernah sakit seperti ini. Awalnya pasien menahan pipis kemudian saat buang air
kecil terasa nyeri. Tidak ada darah ataupun luka di bagian kemaluan. Pasien sudah berobat
dan tetap melanjutkan kegiatan sehari-hari seperti biasa yaitu ibu rumah tangga. Pasien
16
merasa lebih baik ketika sudah berobat ke puskesmas. Hingga sekarang pasien tetap masih
merasa nyeri walau sudah berkurang.
BAB V
ANALISIS MASALAH
1. Analisa Kasus
Pada tanggal 4 Juli 2016 dilakukan kunjungan rumah pada Ny.R berusia 38 tahun, untuk
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik berupa pengukuran tanda vital serta melihat kondisi
rumah pasien, dan didapatkan keterangan bahwa Ny.R sudah menderita infeksi saluran kemih
sejak 1 minggu yang lalu dan sudah mendapatkan pengobatan. Pasien tinggal di pemukiman
padat penduduk dan di depan pabrik.
2. Analisa Kunjungan Rumah
a. Kondisi pasien
Kondisi pasien dalam keadaan baik. Pasien mengeluhkan rasa nyeri saat berkemih dan
merasa tidak lampias saat buang air kecil.
b. Pendidikan
Pasien bersekolah sampai tingkat SD tetapi tidak tamat.
c. Keadaan rumah
Lokasi :Jarak antara rumah yang satu dengan yang lain rapat.
Kondisi :Jenis bangunan rumah pasien adalah permanen. Rumah terbuat dari batu
bata, lantainya terbuat dari tanah, beratap genteng. Rumah tampak kotor dan tidak
terawat.
Luas rumah : 90 m2.
d. Pembagian rumah
Rumah terdiri dari 1 tingkat, terdiri dari1 kamar tidur, 1 ruang dapur, dan 1 kamar
mandi.
e. Ventilasi
Tidak terdapat ventilasi yang cukup pada rumah pasien.
f. Penerangan
Penerangan kurang.
g. Kebersihan
Kebersihan dalam rumah kurang.
h. Sanitasi dasar
Sumber air minum berasal dari air sumur, dan air tersebut digunakan untuk keperluan
memasak, mencuci dan mandi. Terdapat satu kamar mandi beserta kakus yang
digunakan hanya untuk keluarga pasien. Kamar mandi bersebelahan dengan dapur dan
dijadikan sebagai tempat untuk mencuci peralatan masak dan pakaian.
17
BAB V
PENUTUP
V.I
kesehatan keluarga pasien sekarang belum sembuh, disarankan untuk tindakan pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit masih perlu diperhatikan, perlu dilakukan pembenahan baik dari
segi keadaan biologis maupun psikologi keluarga, keadaan rumah/lingkungan atau pun sosial
keluarga dan personal hygene.
Dari data pasien didapatkan pula bahwa pasien mengetahui penyakit yang dideritanya,
serta dampaknya bagi kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan sikap dan perilaku pasien untuk
18
meminum obatnya. Dibutuhkan suatu promosi kesehatan dalam bentuk kegiatan penyuluhan
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien dan keluarga terhadap penyakitnya.
Infeksi saluran kemih secara umum dapat disebabkan oleh E.coli atau penyebab yang
paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama
pada sekitar 90% wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain : sering kencing, disuria,
hematuria dan piuria. Adanya keluhan nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih
bagian atas.
Daftar Pustaka
1. Sukandar E. Infeksi saluran kemih pasien dewasa. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, dkk,
editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h. 100813.
2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007.h. 98-9.
3. Sinclair C. Buku saku kedokteran. Jakarta: EGC; 2009.h. 511-13.
4. Khairatunissa. Infeksi saluran kemih. Diunduh dari http://www.scribd.com/InfeksiSaluran-Kemih, 6 Oktober 2013.
5. Gupte S : Mikrobiologi dasar. Ed 3. Jakarta: Binarupa Aksara; 2002.h. 75.
19
20
Disusun oleh
Lisa Puspitasari
11 2014 148
21