Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat di
tengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan
lainnya (rumah sakit swasta maupun negeri). Fungsi puskesmas adalah mengembangkan
pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut
harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang
meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan
oleh puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care
services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service).
Fungsi

puskesmas

menurut

keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan


kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan, serta
pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering
ditemukan di praktikumum, walaupun bermacam-macam antibiotika sudah tersedia luas
dipasaran. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35% semua perempuan
dewasa pernah mengalami ISK sepanjang hidupnya.1
Infeksi saluran kemih tipe sederhana (uncomplicated type) jarang dilaporkan
menyebabkan insufisiensi ginjal kronik walaupun sering mengalami ISK berulang. Sebaliknya
ISK berkomplikasi (complicated type) terutama terkait refluks vesikoureter sejak lahir sering
menyebabkan insufisiensi ginjal kronik yang berakhir dengan gagal ginjal terminal.1

I.II

Masalah

Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien


Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan infeksi saluran kemih
Bagaimana fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga dalam mendukung
penyembuhan pasien

Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk menangani infeksi saluran
kemih

I.III

I.IV

Tujuan

Mengetahui penyebab penyakit infeksi saluran kemih


Mengetahui epidemiologi penyakit infeksi saluran kemih
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit infeksi saluran kemih
Mengetahui cara mendiagnosis penyakit infeksi saluran kemih

Mengetahui cara penanganan penyakit infeksi saluran kemih

Manfaat

Mampu mendiagnosa penyakit Infeksi saluran kemih


Mampu melakukan penyuluhan tentang penyakit infeksi saluran kemih
Mampu melakukan upaya pencegahan penyakit infeksi saluran kemih
Mampu melakukan pengobatan terhadap penderita infeksi saluiran kemih
Menghindari komplikasi penyakit infeksi saluran kemih

BAB II
ISI
Etiologi
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis bakteri aerob. Pada
kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain, tetapi uretra bagian
bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada
bagian yang mendekati kandung kemih. Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri,
namun tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur dan virus. Infeksi oleh
bakteri gram positif lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan infeksi gram negatif.5
Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari vagina, perineum (daerah
sekitar vagina), rektum (dubur) atau dari pasangan (akibat hubungan seksual), masuk ke dalam
saluran kemih. Bakteri itu kemudian berkembang biak di saluran kemih sampai ke kandung
kemih, bahkan bisa sampai ke ginjal. Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh
bakteri-bakteri di bawah ini:5
1. Kelompok enterobacteriaceae seperti :
a. Escherichia coli
b.

Klebsiella pneumoniae

c. Enterobacter aerogenes
d. Proteus
e. Providencia
f. Citrobacter
2. Pseudomonas aeruginosa
3. Acinetobacter
4. Enterokokus faecalis
5. Stafilokokus sarophyticus
Epidemiologi
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor
predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal.1
3

Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung
menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali
disertai faktor predisposisi.1
Prevalensi bakteriuria asimptomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi
selama periode sekolah (school girls) 1 % meningkat menjadi 5 % selama periode aktif secara
seksual. Prevalensi infeksi asimptomatik menigkat mencapai 30 %, baik laki-laki maupun
perempuan bila disertai faktor predisposisi.1
Patofisiologi
Pada individu normal, biasanya baik laki-laki maupun perempuan urin selalu steril karena
dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal merupakan tempat kolonisasi
mikroorganisme nomphatogenic fastidious Gram-positive dan gram negative.1
Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam
kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal.
Proses ini dipermudah refluks vasikoureter.1
Proses invasi MO hematogen sangat jarang ditemukan di klinik, mungkin akibat lanjut
dari bakterimia. Ginjal diduga merupakan lokasi infeksi sebagai akibat lanjut septicemia atau
endokarditis akibat stafilokokus aureus. Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis dikenal
dengan Nephritis Lohlein. Beberapa peneliti melaporkan pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat
lanjutan invasi hematogen dari infeksi sistemik gram negative.1

Diagnosis
Untuk menetapkan diagnosa maka harus diketahui terlebih dahulu gejala apa saja yang
dialami. Gejala dan tanda ISK pada pasien dewasa dapat dilihat pada tabel 1. Wanita dilaporkan
lebih banyak mengalami hematuria. Gejala sistemik seperti demam, biasanya tidak ada dalam
ISK. Sayangnya, sebagian besar pasien ISK dengan bakteriuria yang signifikan tidak mengalami
gejala-gejala di atas. Pasien mungkin merasa sehat, baik pasien geriatric, pediatric, wanita hamil
dan pasien yang menggunakan kateter. Perlu diingat, untuk membedakan apakah infeksi terdapat
disaluran kemih bagian atau bawah tidak hanya berdasarkan gejala yang dialami pasien.4
4

Tabel 1. Manifestasi Klinis ISK4

Pada pasien geriatric biasanya tidak mengalami gejala yang spesifik, tetapi mereka
menunjukkan perubahan status mental, perubahan kebiasaan makan, atau gejala gastrointestinal.
Sebagai tambahan, pasien yang menggunakan kateter atau pasien dengan gangguan neurologic
biasanya tidak mengalami gejala saluran kemih bagian bawah, sedangkan nyeri pinggul dan
demam mungkin akan ditemukan pada geriatric.4
Differential Diagnosis
1.

Batu saluran kemih


Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran
kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari
pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein.
Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya obstruksi,
infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi yang dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi ginjal serta ureter
proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala demam, menggigil, dan dysuria. Namun,

beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa ( kolik).1
Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu:1

Rasa Nyeri; Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik)
tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut,disertai nyeritekan
diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah,maka pasien
tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan
nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering
ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air kemih

disertai dengan darah, maka pasien tersebut mengalami kolik ureter.


Demam; Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehinggamenyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai

jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.
Infeksi; BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih
karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan

Staphiloccocus.
Hematuria dan kristaluria; Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih
(hematuria) dan air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya

penyakit BSK.
Mual dan muntah; Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali
menyebabkan mual dan muntah.
Uretritis

2.

Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi. Pada pria,
uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis. Presentasi klinis uretritis sangat miskin
(hanya disuria dan sering kencing) disertai cfu/ml urin <105; sering disebut sistitis
abakterialis.1
Manifestasi Klinis1

Infeksi saluran kemih bawah


Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender:
1. Perempuan

Sistitis; adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria

bermakna.
Sindroma uretra akut (SUA); adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini

SUA disebabkan MO anaerobic.


2. Laki-laki
Presentasi klinis ISK bawah pada laki-laki mungkin sititis, prostatitis, epidimidis,

uretritis.
Infeksi saluran kemih atas
- Pielo nefritis akut (PNA); adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
-

disebabkan infeksi bakteri.


Pielonefritis kronik (PNK); mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan
refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti
pembentukan jaringan parenkim ginjalyang ditandai pielonefritis kronik yang
spesifik.

Gejala-gejala dari cystitis sering meliputi:


Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih
Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih
Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)
Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)
Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
Rasa sakit pada daerah di atas pubis
Perasaan tertekan pada perut bagian bawah
Demam
Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu kelelahan,
hilangnya kekuatan, demam
Sering berkemih pada malam hari
Gejala- gejala dari cystitis di atas disebabkan karena beberapa kondisi:
Penyakit seksual menular, misalnya gonorrhoea dan chlamydia
7

Terinfeksi bakteri, seperti E-coli


Jamur (Candida)
Terjadinya inflamasi pada uretra (uretritis)
Wanita atau gadis yang tidak menjaga kebersihan bagian kewanitaannya
Wanita hamil
Inflamasi pada kelerjar prostat, tau dikenal dengan prostatitis
Seseorang yang menggunakan cateter
Anak muda yang melakukan hubungan seks bebas
Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih hingga ginjal.
Gejala-gejala dari adanya infeksi pada ginjal berkaitan dengan gejala pada cystitis, yaitu demam,
kedinginan, rasa nyeri pada punggung, mual, dan muntah. Cystitis dan infeksi ginjal termasuk
dalam infeksi saluran kemih.
Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda-tanda dan gejalanya,
namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:
Desakan yang kuat untuk berkemih
Rasa terbakar pada saat berkemih
Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria)
Adanya darah pada urin (hematuria)
Penatalaksanaan1
1. Medika mentosa
Infeksi Saluran Kemih Bawah
Prinsip menajeman ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika yang
adekuat, dan kalau perlu terapi simptomatik alkalinisasi urin:

Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika

tunggal seperti ampisilin 3 gram, trimetroprim 200mg.


Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (lekosuria) diperlukan terapi

konvensional selama 5-10 hari.


Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak diperukan bila semua gejala
hilang tanpa leukosituria.
8

Reinfeksi berulang

Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang insentif diikuti koreksi

faktor resiko.
Tanpa faktor predisposisi; asupan cairan banyak, cuci setelah melakukan
senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal msalnya (trimetroprim

200mg).
Terapi antimikroba jangka panjang sampai 6 bulan.

Infeksi Saluran Kemih Atas


Pielonefritis akut. Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat
inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48
jam.
The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternative
terapi antibiotic IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui MO sebagai
penyebabnya:
Fluorokuinolon
Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
Sefalosporin dengan spectrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.

Pencegahan
Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria asimptomatik bersifat
selektif dengan tujuan utama untuk mencegah menjadi bakteriuria disertai presentasi klinis ISK.
Uji saring bakteriuria asimptomatik harus rutin dengan jadwal tertentu untuk kelompok pasien
perempuan hamil, pasien DM terutama perempuan, dan pasca transplantasi ginjal perempuan dan
laki-laki, dan kateterisasi laki-laki dan perempuan.1

Komplikasi1
Komplikasi ISK tergantung dari tipe ISK yaitu ISK tipe sederhana dan tipe
berkomplikasi.

1. ISK sederhana. ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu non obstruksi dan bukan
perempuan hamilyang merupakan penyakit ringan dan tidak menyebabkan akibat jangka
panjang.
2. ISK tipe berkomplikasi
ISK selama kehamilan ISK selama kemahilan dari umur kehamilan; seperti

terlihat Tabel 7.
ISK pada diabetes melitus. Penelitian epidemiologi klinik melaporkan bakteriuria
dan ISK lebih sering ditemukan pada DM dibandingkan perempuan tanapa DM.

Tabel 2. Morbiditas ISK Selama Kehamilan1


Kondisi

Resiko Potensial

BAS tidak diobati

Pielonefritis
Bayi premature
Anemia

ISK trimester ke 3

Pregnancy-induced hypertention
Bayi mengalami retradasi mental
Pertumbuhan bayi lambat
Cerebral palsy
Fetal death

BAB III
10

MATERI DAN METODE


III.I

Materi

Data Riwayat Keluarga/Laporan kasus


Laporan kasus adalah salah satu teknik pencatatan yang digunakan untuk mengetahui
status kesehatan suatu keluarga dalam masyarakat, dengan menggunakan prinsip dokter
keluarga, yaitu seorang pasien merupakan pintu masuk menuju kesehatan keluarganya. Jadi,
melalui pengamatan pada seorang pasien, kita juga harus mengetahui status kesehatan pada
setiap individu keluarganya.
Pada laporan kasus ini kita dapat melihat adanya faktor lingkungan yang sangat berperan
pada perkembangan suatu penyakit, keadaan tempat tinggal yang kita amati, lingkungan
sekitarnya yang dapat menunjang munculnya agent maupun malah mendukung host sehingga
penyakit tidak muncul. Selain dipengaruhi lingkungan, juga dipengaruhi oleh faktor keturunan,
mekanisme pertahanan tubuh, umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, macam pekerjaan dan
kebiasaan hidup. Oleh karena itu pada laporan kasus juga dicantumkan hal tersebut.
Puskemas adalah sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya. Oleh karena itu, pengisian laporan kasus dilakukan pada pasien yang datang ke
Puskesmas, guna mengetahui secara langsung kesehatan perorangan maupun masyarakat yang
berada di sekitar Puskesmas tersebut.
III.I

Metode

Wawancara Pasien
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan
tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber
data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi
pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan
pada sampel kecil teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif).
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara
terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari
informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaan sudah dibuat secara
11

sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera foto, dan material
lain yang dapat membantu kelancaran wawancara. Wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan
yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin
digali dari responden.

BAB IV
12

HASIL KUNJUNGAN RUMAH

IV.I

Hasil Anamnesis dan Pengamatan

Puskesmas

: Puskesmas Klari

Nomor register

:-

Data riwayat keluarga:


1. Identitas Pasien
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat

g. Telepon

: Ny. R
: 38 tahun
: Perempuan
: Ibu rumah tangga
: Tidak tamat SD
: Desa Walahar, Kecamatan Klari,
Kabupaten Karawang. RT 07/RW 02
:-

2. Riwayat Biologis Keluarga


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Keadaan kesehatan sekarang


Kebersihan perorangan
Penyakit yang sering diderita
Penyakit keturunan
Penyakit kronis yang menular
Kecacatan anggota keluarga
Pola makan
Pola istirahat
Jumlah anggota keluarga

: Cukup
: Sedang
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Baik
: Baik
: 2 orang

3. Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan buruk
b.
c.
d.
e.

: Sering tidak memakai alas kaki saat ke luar rumah

Pengambilan keputusan
: Keluarga
Ketergantungan obat
: Tidak ada
Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas Klari
Pola rekreasi
: Kurang

4. Keadaan rumah/lingkungan
a.
b.
c.
d.

Jenis bangunan
Lantai rumah
Luas rumah
Penerangan

: Permanen
: Tanah
: 90 m2
: Kurang
13

e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

Kebersihan
Ventilasi
Dapur
Jamban keluarga
Sumber air minum
Sumber pencemaran air
Pemanfaatan perkarangan
Sistem pembuangan air limbah
Tempat pembuangan sampah
Sanitasi lingkungan

: Kurang
: Kurang
: Ada
: Ada
: Sumur
: Ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Kurang

5. Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah
b. Keyakinan tentang kesehatan

: Baik
: Baik

6. Keadaan Sosial Keluarga


a.
b.
c.
d.

Tingkat pendidikan
Hubungan antar anggota keluarga
Hubungan dengan orang lain
Kegiatan organisasi sosial

e. Keadaan ekonomi

: Rendah
: Baik
: Baik
: Kurang
: Kurang

7. Kultural Keluarga
Adat yang berpengaruh

: Tidak ada adat yang berpengaruh dalam


pengambilan keputusan keluarga

8. Daftar Anggota Keluarga


No

Nama

Hub dgn KK

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Agama

Keadaan

Keadaa

Imunisasi

KB

Nn. I

Anak

18 th

SMA

Pelajar

Islam

Kesehatan
Baik

n Gizi
Baik

Lengkap

perempuan

9. Keluhan Utama

: Nyeri saat berkemih

10. Keluhan Tambahan

: nyeri dan tidak lampias saat buang air kecil

11. Riwayat Penyakit Sekarang

: pasien merasa nyeri saat buang air kecil dan

merasa tidak lampias sejak 1 minggu yang lalu. Pasien sebelumnya pernah mengalami hal
14

yang sama dan tidak berobat kemudian sembuh sendiri. Pasien mengatakan tidak ada darah
ataupun warna seperti teh, tidak ada nyeri pinggang. Tidak ada demam mual muntah. Pasien
telah berobat ke puskesmas klari dan mendapat diagnose dari dokter yaitu infeksi saluran
kemih dan telah mendapatkan pengobatan sehingga sudah berkurang rasa nyeri.
12. Riwayat Penyakit Dahulu

: - alergi obat disangkal


- hipertensi disangkal
- penyakit ginjal disangkal
- penyakit paru disangkal
- penyakit diabetes disangkal

13. Pemeriksaan Fisik

: - Tekanan Darah 110/70 mmHg


- Nadi 80 x/menit
- Suhu 36,7C
- Napas 18 x/menit

14. Pemeriksaan Penunjang

: Tidak ada

15. Diagnosis Penyakit

: infeksi saluran kemih

16. Diagnosis Keluarga

: Menurut keterangan pasien,keluarga tidak ada


yang memiliki penyakit infeksi, dan menular
lainnya.

17. Anjuran penatalaksanaan penyakit


a. Promotif
Penyuluhan tentang definisi infeksi saluran kemih, gejala, faktor-faktor risiko
terjadinya.
b. Preventif

15

Konsumsi air putih minimal 2 liter per hari akan meningkatkan produksi urin
sehingga mencegah pembentukan kristal urin yang dapat menyebabkan terjadinya
batu.
Pengaturan pola makan seperti membatasi konsumsi daging, garam dan makanan
tinggi oksalat (sayuran berwarna hijau, kacang, coklat), dan sebagainya.
Olahraga, terutama bagi yang pekerjaannya lebih banyak duduk.
c. Kuratif
Jika ditemukan kasus, dapat dilakukan pengobatan dini agar penyakit tersebut tidak
menjadi parah.
d. Rehabilitatif
Rehabilitatif adalah suatu kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas hidup
penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup berat. Pada pasien perlu dilakukan
tindakan rehabilitatif yakni diajarkan cara personal hygene, minum air putih yang
banyak dan tidak menahan buang air kecil.
18. Prognosis
a. Penyakit
:
Jika pasien meminum obat, ke Puskesmas secara teratur, serta didukung dengan pola
hidup sehat dan personal hygene serta tidak menahan buang air kecil yang maka
prognosis penyakit pasien adalah baik (dubia et bonam).
b. Keluarga
:
Adanya hubungan yang baik antar anggota keluarga serta mendukung kesehatan pasien
dapat membuat suasana keluarga yang sehat jasmani dan rohani dan prognosisnya baik
untuk pasien juga keluarganya.
c. Masyarakat :
Untuk masyarakat sekitar pasien tinggal, prognosisnya ad bonam. Karena tidak
termasuk penyakit menular.
IV. Resume
1. Telah diperiksa seorang perempuan, bernamaNy.R, dengan keluhan nyeri saat buang air kecil
dan saat pipis terasa tidak lampias sejak satu minggu yang lalu. Pasien mengatakan
sebelumnya pernah sakit seperti ini. Awalnya pasien menahan pipis kemudian saat buang air
kecil terasa nyeri. Tidak ada darah ataupun luka di bagian kemaluan. Pasien sudah berobat
dan tetap melanjutkan kegiatan sehari-hari seperti biasa yaitu ibu rumah tangga. Pasien

16

merasa lebih baik ketika sudah berobat ke puskesmas. Hingga sekarang pasien tetap masih
merasa nyeri walau sudah berkurang.

BAB V
ANALISIS MASALAH
1. Analisa Kasus
Pada tanggal 4 Juli 2016 dilakukan kunjungan rumah pada Ny.R berusia 38 tahun, untuk
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik berupa pengukuran tanda vital serta melihat kondisi
rumah pasien, dan didapatkan keterangan bahwa Ny.R sudah menderita infeksi saluran kemih
sejak 1 minggu yang lalu dan sudah mendapatkan pengobatan. Pasien tinggal di pemukiman
padat penduduk dan di depan pabrik.
2. Analisa Kunjungan Rumah
a. Kondisi pasien
Kondisi pasien dalam keadaan baik. Pasien mengeluhkan rasa nyeri saat berkemih dan
merasa tidak lampias saat buang air kecil.
b. Pendidikan
Pasien bersekolah sampai tingkat SD tetapi tidak tamat.
c. Keadaan rumah
Lokasi :Jarak antara rumah yang satu dengan yang lain rapat.
Kondisi :Jenis bangunan rumah pasien adalah permanen. Rumah terbuat dari batu
bata, lantainya terbuat dari tanah, beratap genteng. Rumah tampak kotor dan tidak
terawat.
Luas rumah : 90 m2.
d. Pembagian rumah
Rumah terdiri dari 1 tingkat, terdiri dari1 kamar tidur, 1 ruang dapur, dan 1 kamar
mandi.
e. Ventilasi
Tidak terdapat ventilasi yang cukup pada rumah pasien.
f. Penerangan
Penerangan kurang.
g. Kebersihan
Kebersihan dalam rumah kurang.
h. Sanitasi dasar
Sumber air minum berasal dari air sumur, dan air tersebut digunakan untuk keperluan
memasak, mencuci dan mandi. Terdapat satu kamar mandi beserta kakus yang
digunakan hanya untuk keluarga pasien. Kamar mandi bersebelahan dengan dapur dan
dijadikan sebagai tempat untuk mencuci peralatan masak dan pakaian.
17

3. Analisa Fungsi Keluarga


a. Keadaan Biologis
Dalam keluarga pasien saat ini, yang menderita infeksi saluran kemih adalah pasien.
b. Keadaan Psikologis
Hubungan pasien dengan semua anggota keluarga terjalin dengan baik. Semua keluarga
turut bekerja sama dan pasien terlihat bahagia dengan keluarga yang dimilikinya.
c. Keadaan Sosiologis
Pasienjarang turut ikut serta dalam kegiatan sosial di tempat mereka. Pasien dan
keluarga sering berkomunikasi dengan tetangga mereka.
d. Keadaan Religius
Semua anggota keluarganya menjalankan ibadah mereka dengan baik.

BAB V
PENUTUP
V.I

Kesimpulan dan saran


Berdasarkan data riwayat keluarga diatas kesimpulan yang dapat diambil adalah keadaan

kesehatan keluarga pasien sekarang belum sembuh, disarankan untuk tindakan pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit masih perlu diperhatikan, perlu dilakukan pembenahan baik dari
segi keadaan biologis maupun psikologi keluarga, keadaan rumah/lingkungan atau pun sosial
keluarga dan personal hygene.
Dari data pasien didapatkan pula bahwa pasien mengetahui penyakit yang dideritanya,
serta dampaknya bagi kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan sikap dan perilaku pasien untuk
18

meminum obatnya. Dibutuhkan suatu promosi kesehatan dalam bentuk kegiatan penyuluhan
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien dan keluarga terhadap penyakitnya.
Infeksi saluran kemih secara umum dapat disebabkan oleh E.coli atau penyebab yang
paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama
pada sekitar 90% wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain : sering kencing, disuria,
hematuria dan piuria. Adanya keluhan nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih
bagian atas.

Daftar Pustaka
1. Sukandar E. Infeksi saluran kemih pasien dewasa. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, dkk,
editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h. 100813.
2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007.h. 98-9.
3. Sinclair C. Buku saku kedokteran. Jakarta: EGC; 2009.h. 511-13.
4. Khairatunissa. Infeksi saluran kemih. Diunduh dari http://www.scribd.com/InfeksiSaluran-Kemih, 6 Oktober 2013.
5. Gupte S : Mikrobiologi dasar. Ed 3. Jakarta: Binarupa Aksara; 2002.h. 75.

19

Universitas Kristen Krida Wacana


Keluarga Binaan Pasien dengan Tuberkulosis Paru

20

Disusun oleh
Lisa Puspitasari
11 2014 148

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, Juli 2016

21

Anda mungkin juga menyukai