Lepraa 2 PDF
Lepraa 2 PDF
KAJIAN PUSTAKA
2.1.3 Epidemiologi
Kusta terdapat dimana-mana, terutama di Asia, Afrika, Amerika Latin,
daerah tropis dan subtropis, serta masyarakat yang sosial ekonominya rendah.
Makin rendah sosial ekonomi makin berat penyakitnya. (Kokasih dalam Djuanda,
2008)
Menurut Amirudin dalam Harahap (2000), Sebenarnya kapan penyakit
kusta ini mulai bertumbuh tidak dapat diketahui dengan pasti, tetapi ada yang
berpendapat penyakit ini berasal dari Asia Tengah kemudian menyebar ke Mesir,
Eropa, Afrika dan Amerika.
Sumber penularan adalah kuman kusta utuh (solid) yang berasal dari
pasien kusta tipe MB (Multi basiler) yang belum diobati atau tidak teratur berobat
(Mansjoer dkk, 2000).
Penyakit ini menyerang segala umur namun jarang sekali pada anak
dibawah usia 3 tahun. Hal ini diduga berkaitan dengan masa inkubasi yang cukup
lama. Namun meskipun sebagian besar penduduk di daerah endemik lepra pernah
terinfeksi M. Leprae tidak semua akan terserang penyakit ini karena kekebalan
alamiah terhadap kuman tersebut. Diperkirakan sekitar 15% dari populasi
didaerah endemis kekebalan tubuhnya tidak cukup untuk membunuh kuman yang
masuk dan kemungkinan suatu saat bisa terserang penyakit ini (Edington dalam
Lenna, 2004).
Menurut Entjang (2003), masa inkubasinya antara beberapa bulan sampai
beberapa tahun. Seseorang bisa saja mendapatkan penularan pada masa kanakkanak, tetapi gejala penyakitnya baru muncul setelah dewasa.
Diagnosis
Untuk menetapkan diagnosa penyakit kusta didasarkan pada penemuan
10
11
varian dari granuloma anulare. Tahap awal ditandai oleh adanya gatal
(tidak terjadi pada kusta). Lesi menghilang sendiri cepat atau lambat dan
tidak ada respon terhadap pengobatan apapun. Fungsi sensasi, pengeluaran
keringat dan saraf perifer normal.
3. Pellagra : bercak dapat menyerupai kusta tipe PB yang sedang mengalami
reaksi. Lesi khas, simetris, tanpa keluhan dan seringkali dihubungkan
dengan
malnutrisi,
alkoholisme
dan kemiskinan.
Fungsi
sensasi
pengeluaran keringat dan saraf perifer normal. Lesi tersebut (serta keadaan
umum pasien) memberikan respon cepat dengan pemberian asam nikotinat
(McDougall dan Yuasa, 2005),
2.1.5 Klasifikasi Lepra
Menurut WHO 1988 dalam Mardika (2004) membagi lepra atas dua tipe
yaitu :
1. Paucibacillary (PB), indeks bakteri < 2+, termasuk indeterminate TT,
BT smear negatif
2. Multibacillary (MB), indeks bakteri 2+, termasuk tipe BT smear
positif, BB, BL dan LL.
12
Bercak tidak
berkeringat, ada bulu
rontok pada bercak
Tidak ada
b. Membran
mukosa Tidak pernah
(hidung
tersumbat
pendarahan
dihidung)
3. Nodulus
Tidak ada
4. Penebalan syaraf tepi
Lebih sering terjadi
dini, asimetris
Tipe MB
Banyak
Kecil-kecil
Bilateral, simetris
Halus, berkilat
Kurang tegas
Biasanya tidak jelas,
jika ada, terjadi pada
yang sudah lanjut.
Bercak masih
berkeringat, bulu
tidak rontok.
Ada, kadang-kadang
tidak ada
Ada, kadang-kadang
tidak ada
Kadang-kadang ada
Terjadi pada yang
lanjut biasanya lebih
dari satu dan simetris
5. Deformitas
Biasanya asimetris
terjadi dini
6. Sediaan apus
BTA negatif
BTA positif
7. Ciri-ciri khusus
Central healing
penyembuhan
ditengah
13
yang meninggi,
nodus)
Tipe MB
1-5 lesi
>5 lesi
Hipopigmentasi/eritema
Distribusi
lebih simetris
2. Kerusakan
saraf
(menyebabkan hilangnya
sensi/kelemahan
otot
yang
oleh
dipersarafi
Banyak
cabang syaraf
14
Menurut Mansjoer dkk (2000), Kusta dapat menyerang semua umur, anakanak lebih rentan dari pada orang dewasa. Frekuensi tertinggi pada kelompok
dewasa ialah umur 25-35 tahun, sedangkan pada kelompok anak umur 10-12
tahun.
2.1.7
A. Pengobatan
1. Lepra tipe PB
Jenis dan obat untuk orang dewasa
Pengobatan bulanan : Hari pertama (diminum didepan petugas)
a. 2 kapsul Rifampisin 300 mg (600 mg)
b. 1 tablet Dapsone (DDS 100 mg)
Pengobatan hari ke 2-28 (dibawa pulang)
a. 1 tablet dapson (DDS 100 mg) 1 Blister untuk 1 bulan
Lama pengobatan : 6 Blister diminum selama 6-9 bulan
2. Lepra tipe MB
Jenis dan dosis untuk orang dewasa :
Pengobatan Bulanan : Hari pertama (Dosis diminum di depan petugas)
a. 2 kapsul Rifampisin 300 mg (600 mg)
b. 3 kapsul Lampren 100 mg (300 mg)
c. 1 tablet Dapsone (DDS 100 mg)
Pengobatan Bulanan : Hari ke 2-28
a. 1 tablet Lampren 50 mg
b. 1 tablet Dapsone (DDS 100 mg)
15
< 5 tahun
5-9
Tahun
300
mg/bln
10-14
tahun
450
mg/bln
>15 tahun
keterangan
600
mg/bln
Minum di
depan
petugas
Berdasarkan 25 mg/hari
Berat Badan
50
mg/hari
100
mg/hari
Minum di
depan
petugas
25 mg/hari
50
mg/hari
100
mg/hari
Minum di
rumah
DDS
16
< 5 tahun
5-9
Tahun
300
mg/bln
10-14
tahun
450
mg/bln
>15
tahun
600
mg/bln
Keterangan
25 mg/hari
50
mg/hari
100
mg/hari
Minum di
depan
petugas
25 mg/hari
50
mg/hari
100
mg/hari
Minum di
rumah
100
mg/bln
150
mg/bln
300
mg/bln
Minum di
depan
petugas
DDS
Berdasarkan
Berat Badan
Clofazimine
50 mg
50 mg
50
2 kali
setiap 2
mg/hari
seminggu hari
Sumber : Modul Pelatihan Program P2 Kusta bagi UPK (2011)
Minum di
depan
petugas
Minum di
rumah
Dosis bagi anak berusia dibawah 5 tahun disesuaikan dengan berat badan
a. Rifampisin : 10-15 mg/ kg BB
b. DDS
: 1-2 mg/ kg BB
c. Clofazimin : 1 mg/ kg BB
B. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil
penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar
kemungkinan menimbulkan penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi
faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga
penularan dapat dicegah. Disini letak salah satu peranan penyuluhan kesehatan
17
18
lepra
tanpa
membesar-besarkannya
maupun
mengecilkannya.
b. Agar masyarakat dapat mengenal gejala penyakit lepra pada
tingkat awal, sehingga pengobatan dapat segera diberikan supaya
memudahkan penyembuhan dan mencegah terjadinya kecacatan.
c. Agar masyarakat tahu bahwa penyakit lepra dapat disembuhkan
asal
pengobatan
dilaksanakan
secara
teratur.
Pentingnya
19
20
21
bangunannya tidak harus mahal. Lantai rumah yang terpenting tidak bersentuhan
dengan tanah.
c. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara dalam rumah tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan
O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 dalam rumah yang berarti kadar CO2
yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Fungsi kedua dari
ventilasi adalah untuk membebaskan ruangan dari bakteri-bakteri pathogen karena
disitu selalu terjadi aliran udara yang terus menerus (Susanta, 2007).
Menurut Notoatmodjo ada dua macam ventilasi, yakni :
1. Ventilasi alamiah, dimana aliran udara didalam ruangan tersebut
terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubanglubang pada dinding dan sebagainya. Dipihak lain ventilasi alamiah
ini tidak menguntungkan karena juga merupakan jalan masuknya
nyamuk dan serangga lainnya kedalam rumah. Untuk itu harus ada
usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari gigitan-gigitan nyamuk
tersebut.
2. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap
udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di
pedesaan. Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi
harus dijaga agar udara tidak mendeg atau membalik lagi, harus
22
umum
penilaian
kelembaban
23
dalam
rumah
dengan
udara
yang
memenuhi syarat
kesehatan dalam rumah adalah 40-70% (Depkes RI 1994 dalam Fatimah, 2008).
Rumah yang memiliki kelembaban yang tidak memenuhi syarat kesehatan
akan membawa pengaruh bagi penghuninya, rumah yang lembab akan menjadi
tempat yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri.
E. Kepadatan Hunian
Kepadatan hunian merupakan keadaan dimana kondisi antara jumlah
penghuni dengan luas seluruh rumah seimbang dengan jumlah penguninya.
Apabila luas rumah tidak seimbang dengan jumlah penguni atau melebihi akan
berdampak negatif pada kesehatan (Maku, 2009).
Dilihat dari segi kesehatan kondisi rumah dengan padat penghuni atau
tidak sesuai dengan ketentuan dapat berpengaruh terhadap penularan penyakit
terutama penyakit yang dapat menular lewat udara seperti penyakit kusta.
Mukono dalam Harun, (2011), Berdasarkan Dir. Higiene dan Sanitasi
Depkes RI, 1993 maka kepadatan penghuni dikategorikan menjadi memenuhi
standar (9 m per orang) dan kepadatan tinggi yaitu lebih 9 m per orang dengan
ketentuan anak <1 tahun tidak diperhitungkan dan umur 1-10 tahun dihitung
setengah.
Suhu di dalam rumah dipengaruhi oleh jumlah penghuni di dalam rumah
dan luas rumah yang ditempati. Ketidakseimbangan antara luas rumah dengan
jumlah penghuni akan menyebabkan suhu di dalam rumah menjadi tinggi dan hal
ini yang dapat mempercepat penularan suatu penyakit.
24
Lingkungan
Hygiene
Kepadatan
Penduduk
Lingkungan Fisik :
Kusta
PB & MB
Sosial
Ekonomi
Pendidikan
Pekerjaan
1. Kondisi fisik
bangunan
2. Ventilasi
3. Suhu
4. Kelembaban
5. Kepadatan
hunian
Status Gizi
Pencahayaan
Imunitas
Malnutrisi
25
b. Kerangka Konsep
Lingkungan Fisik Rumah
1.
2.
3.
4.
5.
Penderita Kusta
26