Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, baik muda
maupun tua, entah orang kaya maupun miskin. Hipertensi merupakan salah satu
penyakit paling mematikan di dunia. Sebanyak 1 miliar orang di dunia atau 1 dar
4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan diperkirakan jumlah penderita
hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 miliyar menjelang tahun 2025 (Shadine,
2010).
Secara umum, hipertensi merupakan keadaan tanpa gejala, dimana tekanan
yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan anuerisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada
saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik
mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi
biasanya, terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik (Utaminingsih, 2009).
Data dari Joint National Commite-7 (JNC-7) pada tahun 2003,
memperkirakan sekitar 50 juta individu di Amerika dan 1 milyar individu di dunia
menderita Hipertensi. Angka kejadian hipertensi pada tahun 2004 sebesar 26,4%,
dimana akan diperkirakan akan meningkat menjadi 29,2% pada tahun 2025 di
Amerika. Kejadian hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Data
dari Framinghan Heart Study menunjukkan bahwa individu berusia 55 tahun
dengan tekanan darah normal memiliki risiko sebesar 90% untuk mendapatkan
hipertensi (Kusuma, 2010).
Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Selain
itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap

kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak


menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan
organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi
ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau
datang dengan keluhan lain (Kemenkes, 2012).
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia menunjukan bahwa di
daerah pedesaan masih banyak penderita hipertensi yang belum terjangkau oleh
layanan kesehatan. Baik dari segi temuan kasus (Case-Finding) maupun
penatalaksaan pengobatan, jangakauannya masih sangat terbatas. Hal ini masih
ditambah dengan tidak adanya keluhan dari sebagian besar penderita hipertensi
(Ardiansyah, 2012).
Ketidakpatuhan dengan program terapi merupakan masalah yang besar pada
pasien hipertensi. Menurut Hanns, 2008 menjelaskan bahwa diseluruh dunia
sekitar 20% dari semua pasien hipertensi yang di diagnosis untuk minum obat
yang diresepkan oleh dokter sedangkan menurut Departemen Kesehatan 2006,
hanya 50% pasien yang diresepkan obat antihipertensi tidak minum obat sesuai
anjuran tenaga kesehatan (Jaya, 2009).
Ketidakpatuhan pada pasien hipertensi dengan minum obat antihipertensi
dapat menyebabkan komplikasi pada penyakit hipertensi sehingga dapat
menyebabkan kerusakan organ meliputi otak, karena hipertensi yang tidak
terkontrol dapat meningkatkan risiko stroke kemudian kerusakan pada jantung,
hipertensi meningkatkan beban kerja jantung yang akan menyebabkan
pembesaran jantung sehingga meningkatkan risiko gagal jantung dan serangan
jantung. Selain kerusakan otak dan jantung karena kondisi hipertensi yang
memburuk, gagal ginjal juga merupakan risiko yang harus ditanggung pasien

hipertensi. Ditambah lagi kerusakan pada pembuluh darah di retina yang berakibat
pada gangguan penglihatan bahkan bisa mengalami kebutaan (Suhardjono, 2008).
Ketidakpatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pujiyanto (2007) di
Puskesmas Beji kota Depok menunjukan umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku dan
sosial ekonomi mempengaruhi kepatuhan minum obat antihipertensi. Menurut
Penelitian yang dilakukan oleh Van der wal, Jaarsma dan Van veldhusein (2005)
terhadap faktor-faktor yang terkait dengan kepatuhan adalah pengetahuan
mengenai hipertensi, keyakinan mengenai manfaat dan kendala dalam
melaksanakan program pengobatan, faktor demografi (umur, jenis kelamin, status
menikah, tingkat pendidikan) dan kondisi klien (tingkat keparahan penyakit dan
gejala depresi yang muncul) (Jaya, 2009).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah (2010) menyatakan bahwa
faktor-faktor ketidakpatuhan pasien hipertensi antara lain disebabkan karena Usia,
faktor lamanya menderita hipertensi, kesembuhan pasien, banyaknya Jenis dan
pengobatan lain yang dilakukan. Sedangkan di Puskesmas Sonder berdasarkan
hasil survei penulis di dapatkan jumlah pasien Hipertensi sebanyak 534 kasus
terhitung Januari sampai Oktober 2012 sehingga perlu adanya upaya untuk
meningkatkan kepatuhan minum obat hipertensi pada masyarakat untuk mencapai
tekanan darah normal. Sehingga komplikasi hipertensi tidak akan terjadi.
Dari beberapa fenomena di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan klien minum obat
antihipertensi di Puskesmas Sonder.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Pernyataan Masalah

Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang


banyak dijumpai di masyarakat. Ketidakpatuhan dengan program terapi
merupakan masalah yang besar pada pasien hipertensi. Ketidakpatuhan pada
pasien hipertensi dengan minum obat antihipertensi dapat menyababkan
komplikasi yang dapat mengakibatkan pada kecacatan maupun kematian
1.2.2 Pertanyaan Masalah
1. Bagaimana gambaran umur, pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan, status
pernikahan, sosial ekonomi pada klien hipertensi di Puskesmas Sonder?
2. Bagaimana gambaran kepatuhan klien minum obat antihipertensi di
Puskesmas Sonder?
3. Apakah ada hubungan umur, pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan, status
pernikahan, sosial ekonomi dengan kepatuhan minum obat antihipertensi
di Puskesmas Sonder?
1.3 Tujuan Peneleitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi hubungan usia, lamanya menderita hipertensi,
banyaknya Jenis obat dan pengobatan lain dengan kepatuhan minum obat
antihipertensi di Puskesmas Sonder?
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi gambaran umur, pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan,
status pernikahan, sosial ekonomi pada klien hipertensi di Puskesmas
Sonder?
2. mengidentifikasi gambaran kepatuhan klien minum obat antihipertensi di
Puskesmas Sonder?
3. Mengidentifikasi hubungan umur, pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan,
status pernikahan, sosial ekonomi dengan kepatuhan minum obat
antihipertensi di Puskesmas Sonder?
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu keperawatan


khususnya dibidang kesehatan komunitas
2. Untuk lokasi penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk masukan dalam rangka
memotivasi kesadaran berobat pasien hipertensi khsusunya di wilayah
Puskesmas Sonder
3. Untuk Peneliti
Penelitian ini menambah wawasan peneliti tentang penyakit hipertensi
dan komplikasinya

Anda mungkin juga menyukai