Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah pekerja pada instansi pemerintah yang
terdiri dari berbagai unsur dan jenis sesuai dengan tugas dan fungsinya di dalam
bekerja akan membutuhkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait, atau mereka butuh
jaringan/jejaring kerja, yang pada umumnya disebut tim kerja. Mereka butuh bekerja
dengan nyaman, butuh informasi, kerjasama, pelanggan, prestasi, penghasilan,
pengakuan, alat, tempat, dan sebagainya. Sebagian cara untuk mencapai hal-hal
tersebut adalah dengan membangun kerjasama tim, sebab dengan melakukan
kerjasama akan dapat memberikan berbagai kemudahan dalam bekerja.
Dalam dunia kediklatan, peserta diklat pasti membutuhkan bantuan,
informasi, pelanggan, kerjasama, pesanan, dan sebagainya dalam rangka mendukung
pencapaian tujuan. Proses untuk mendapatkan semua itu hanya kan dapat dilakukan
dengan berinteraksi dengan orang lain. Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah
dengan melakukan kerjasama. Kerjasama tersebut tidak akan berjalan dengan baik
jika tidak dirintis melalui niat yang kuat dan proses yang benar. Peserta diklat agar
bekerja efektif membutuhkan lingkungan yang nyaman, menggunakan alat
(teknologi) yang memadai dengan berbagai metode yang tepat. Lingkungan yang
nyaman dapat terwujud jika komitmen kerjasama menjadi modal dasar pribadi
anggotanya, dan merupakan hal selalu diingat. Membangun komitmen kerjasama
dalam hal ini, merupakan suatu pekerjaan yang tidak boleh ditinggalkan, karena
apabila terjadi pergeseran komitmen kerjasama akan berakibat yang sangat
merugikan.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah unsur aparatur negara dan abdi
masyarakat yang berperan melayani masyarakat. Dalam rangka mengemban
perannya tersebut PNS perlu memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan.

B. Deskripsi Singkat
Mata

Diklat

Membangun

Komitmen

Belajar

(Building

Learning

Commitmen / BLC) ini menguraikan tentang cara mengenal diri sendiri dan mengenal
orang lain, mengenal modalitas belajar dan gaya belajar, membangun kerjasama tim,
membangun komitmen diri dan komitmen kelas, dengan mata diklat ini diharapkan
peserta dapat mengenali potensi dirinya untuk membangun komitmen belajar secara
mandiri maupun belajar bersama dalam tim kerja untuk itu peserta juga harus
mengenal orang lain. Setelah mengikuti proses pembelajaran mata diklat ini peserta
dapat menjelaskan dan menerapkan berbagai cara untuk mengikuti pembelajaran
dengan baik sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
perilakunya.

C. Manfaat Bagi Peserta


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu
memahami tentang pentingnya membangun komitmen dalam proses pembelajaran
dalam tim. Selanjutnya peserta diklat dapat mengerti bahwa bekerjasama dalam tim
adalah merupakan ilmu pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang PNS,
yang pada akhirnya akan merupakan modal dasar untuk melaksanakan pekerjaan di
instansinya. Oleh karena itu peserta harus dapat memahami peran penting yang
diembannya pada instansi masing-masing. Dalam lingkup kediklatan mereka harus
mampu

membantu

dalam

proses

pembelajaran

dengan

cara

menentukan

pengetahuan, keterampilan dan sikap apa yang akan didapat dalam diklat tersebut.
Proses pembelajaran yang dilakukan hendaknya dapat efektif dan dapat dilakukan
evaluasi apakah pelajaran dapat diterima oleh peserta diklat.

D. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu
menjelaskan konsep Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitmen
/ BLC) dan mengaplikasikannya dalam membangun komitmen belajar secara efektif
dan efisien.

E. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mempelajari mata diklat ini peserta diharapkan dapat :
1.

Menjelaskan pengertian dan proses Membangun Komitmen Belajar (Building


Learning Commitmen / BLC).

2.

Mengenal diri sendiri dan orang lain serta membangun kerjasama dalam
kelompok.

3.

Mengidentifikasi gaya belajar dan ketidakmampuan belajar.

4.

Membangun Tim Belajar dan Mengatasi Konflik

5.

Menyusun nilai-nilai, norma dan komitmen belajar.

F. Materi Pokok dan Sub Materi


1.

Pengertian dan Proses Membangun Komitmen Belajar (Building Learning


Commitmen) :
a. Pengertian Komitmen Belajar (Building Learning Commitmen)
b. Proses Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitmen)

2.

Proses Pengenalan dan Membangun Kerjasama :


a. Simulasi dan Latihan Pencairan Kelas
b. Simulasi dan Latihan Pengenalan Diri
c. Simulasi dan Latihan Pengenalan Orang Lain

3.

Gaya Belajar dan Ketidakmampuan belajar :


a. Gaya Belajar
b. Memahami Ketidakmampuan Belajar

4.

Membangun Tim Belajar dan Mengatasi Konflik


a. Pengertian dan Manfaat Tim
b. Unsur dan Tahapan Pembentukan Tim
c. Konflik dalam Tim dan Respon Terhadap Konflik
d. Langkah-Langkah Penyelesaian Konflik

5.

Nilai-nilai, Norma dan Komitmen Belajar :


a. Nilai Nilai dan Norma (Values and Norms)
b. Komitmen Belajar (Learning Commitmen)

BAB II
PENGERTIAN DAN PROSES
MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR
(BUILDING LEARNING COMMITMENT)

A. Pengertian

Membangun

Komitmen

Belajar

(Building

Learning

Commitment)
Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitment / BLC)
dalam program diklat merupakan suatu proses membangun komitmen peserta
diklat untuk mengikuti proses belajar secara individual, kelompok maupun
bersama secara

menyeluruh dalam upaya mengembangkan wawasan,

intelektual maupun emosional.


Dalam upaya pengembangan diri, diperlukan komitmen untuk terus
menerus belajar dalam kondisi apapun, mengingat proses belajar tidak mengenal
batas waktu (Lifelong learning). Prahalad menyatakan If you dont learn, you
dont change, you will die.
Komitmen mengembangkan kualitas diri dengan komitmen belajar dapat
dilakukan melalui :
1. Mengalami langsung (direct experience), artinya pembelajaran tidak harus
dialami dalam secara nyata, namun dapat dilakukan melalui simulasi yang
serupa dengan realita, sehingga simulasi itu dapat diterapkan pada permanen
sistem;
2. Melakukan Observasi (eflective observation), artinya pembelajaran dapat
dilakukan dengan cara melakukan perbandingan belajar observasi yang
serupa,

sehingga

dapat

merefleksikan,

memproyeksikan

hasil

studi

perbandingan dengan organisasi permanen.


3. Melakukan Konseptualisasi Abstrak (abstract conceptualization), artinya
pembelajaran dilakukan denan cara melakukan internalisasi, konseptualisasi,
pemenuhan, pemaknaan dan abstaksi pribadi terhadap pengalaman belajar
yang pernah dilalui.

4. Melakukan percobaan secara aktif (active experiment), yaitu pembelajaran


dilakukan dengan cara mempraktikan sendiri secara aktif dalam rangka
menemukan makna belajar secara pribadi.

B. Proses Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitment /


BLC)
Membangun Komitmen Belajar dilakukan melalui :
1. Pengenalan Sesama Peserta (Ice Breaking), yaitu dilakukan dengan cara
memperkenalkan diri masing-masing, bidang tugasnya dan pengalaman yang
pernah dimiliki, sehingga di antara mereka saling berkomunikasi dan saling
berdiskusi, sehingga bisa saling mengenal lebih dekat.
2. Pemahaman Gaya Belajar (Learning Style Assessment); yaitu berusaha
mengetahui gaya belajar diri sendiri dan juga gaya belajar orang lain, dan
memahami

Pemahaman

Gaya

Belajar

(Learning

Style

Assessment

Ketidakmampuan Belajar (Learning Disabilities); yaitu bahwa dalam proses


pembelajaran terdapat masalah yang dihadapi oleh pembelajar dalam
memahami suatu permasalahan yaitu ketidakmampuan belajar (learning
disabilities).
3. Pembentukan Nilai Nilai dan Norma (Values and Norms) serta Komitmen
Belajar (Learning Commitment):

C. Rangkuman
1. Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitment / BLC)
merupakan suatu proses membangun komitmen peserta diklat untuk
mengikuti proses belajar secara individual, kelompok maupun bersama
secara menyeluruh dalam upaya mengembangkan wawasan, intelektual
maupun emosional.
2. Proses Membangun Komitmen Belajar dapat dilakukan melalui langkahlangkah :
a. Pengenalan Sesama Peserta (Ice Breaking)
b. Pemahaman Gaya Belajar (Learning Style Assessment) dan Pemahaman
Gaya Belajar (Learning Style Assessment).

c. Pembentukan Nilai Nilai dan Norma (Values and Norms) serta


Komitmen Belajar (Learning Commitment)

D. Evaluasi
Petunjuk : jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat, tepat dan jelas.
1. Jelaskan secara singkat makna Membangun Komitmen Belajar (Building
Learning Commitment / BLC).
2. Jelaskan secara singkat langkah-langkah Membangun Komitmen Belajar
(Building Learning Commitment / BLC).

BAB III
PROSES PENGENALAN DAN MEMBANGUN KERJASAMA

A. Simulasi dan Latihan Pencairan Kelas


1. Judul : Peleburan Diri
a. Tujuan : Mendorong terjadinya interaksi yang intensif, membuat peserta
merasa rileks dan tidak kaku.
b. Waktu : 15 20 menit
c. Sarana/Prasarana Ruangan yang cukup luas untuk bergerak sejumlah peserta
d. Proses Kegiatan :
1) Mulailah kegiatan ini dengan meminta peserta untuk berdiri melingkar,
kemudian berjalanlah pelan-pelan.
2) Berpencarlah dan lihatlah ke lantai dengan penuh konsentrasi.
3) Coba bayangkan bahwa sekarang Saudara adalah orang lanjut usia (kirakira 70 tahun). Saudara boleh memandang ke segala arah dan jika
Saudara bertemu dengan orang tua yang lain, Saudara boleh memberi
salam dengan menganggukkan kepala saja. Setelah beberapa lama ( 1
menit) peserta diminta berhenti dan memandang ke lantai.
4) Sekarang lambat laun kalian menjadi lebih muda, berumur 60 tahun dan
lebih segar dari yang tadi. Berkelilinglah dan bila bertemu dengan orang
lain, berilah salam dengan berjabatan tangan. Berilah waktu lebih kurang
satu menit. Kemudian berhenti dan memandang ke lantai.
5) Sekarang Saudara menjadi lebih muda lagi, kira-kira berumur 50 tahun.
Saudara bertemu dengan orang lain dan berilah salam kepada yang lain
dengan melambaikan kedua tangan. Berilah waktu lebih kurang satu
menit. Kemudian berhenti dan memandang ke lantai.
6) Sekarang Saudara menjadi lebih muda, berumur 40 tahun yang penuh
semangat dan segar bugar. Bila bertemu dengan teman-teman saudara,
tepuk-tepuklah pundaknya. Bergeraklah selama lebih kurang satu menit.
Setelah itu berhentilah dan menghadap ke lantai.
7) Sekarang Saudara menjadi lebih muda, gesit dan segar, berumur sekitar
25 tahun. Berjalanlah dengan cepat ke segala arah, sentuhlah teman

Saudara sekilas dan usahakan jangan sampai disentuh orang lain.


Lakukan hal ini sekitar satu menit. Kemudian tiba-tiba Saudara menjadi
belasan tahun, sehat dan kuat. Larilah semau kalian dengan cepat, ...
cepat... dan semakin cepat. Hindari tabrakan dengan teman lain dan
usahakan pegang pundaknya tapi kalian jangan sampai kepegang. Berilah
aba-aba berhenti pada saat kecepatan lari sampai pada puncaknya.
8) Selanjutnya proses simulasi tersebut ke arah tujuan pembelajaran.
Tanyakan bagaimana perasaan mereka sekarang, dan pada usia berapa
perasaannya paling senang.
2. Judul Nama Panggilan
a. Tujuan : Memecah kebekuan antara peserta dan widyaiswara dan sesama
peserta.
b. Waktu : 15 20 menit
c. Sarana/Prasarana : Ruangan yang cukup luas untuk membuat barisan
berbanjar.
d. Proses Kegiatan :
1) Bagi peserta menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 8 10 orang
setiap kelompok, dengan cara berhitung (sesuai jumlah kelompok yang
akan dibentuk)
2) Minta peserta berdiri sesuai urutan abjad awal nama panggilannya
(misalnya Ali, Dedi, Endang, Ratih dstnya sampai dengan Zainuddin).
3) Widyaiswara akan menyebut satu kata, misalnya bunga, binatang atau
benda-benda alam, maka orang-orang

yang huruf awal

nama

panggilannya ada dalam kata tersebut harus mengucapkan kata bermakna


dimulai dengan huruf awal nama panggilannya. Contoh: Kalau
Widyaiswara menyebutkan Mawar, maka orang-orang yang nama
awalnya adalah A (Anti, Anto, Ali, Abidin, Ana dstnya) harus
meneriakkan satu kata bermakna di belakang namanya, misalnya AntiAngka, Anto-Anak, Ali-Alasan, dan seterusnya. Begitu juga dengan M
(Mansur, Maman, Maria atau Maulana) harus meneriakkan satu kata
bermakna misalnya Mansur-Mandat, Maman-malang, Maria-mawar,
Maulana-mahkamah dan seterusnya.

4) Widyaiswara bebas menunjuk kelompok mana yang dikehendaki terlebih


dahulu untuk menyebutkan nama panggilannya. Penyebutan harus
dilakukan dengan cepat. Bila kelompok tersebut menyebut nama tidak
berurutan abjad, maka bagi kelompok yang salah mendapat tugas untuk
menghibur temannya dengan bernyanyi, berjoget atau tugas lain yang
disepakati. Begitu seterusnya sampai setiap orang mempunyai nama
panggilan tambahan.
5) Proses (refleksi) ke arah tujuan pembelajaran.
3. Judul Lempar Bola
a. Tujuan : Memecah kebekuan antar peserta dan antara peserta dengan
widyaiswara.
b. Waktu 15-20 menit
c. Sarana/Prasarana : Ruang yang cukup luas untuk membuat lingkaran dan
bola plastik.
d. Proses Kegiatan:
1) Buka acara dengan salam. Jelaskan pada peserta bahwa keberhasilan
diklat sangat ditentukan oleh persamaan, peran serta dan spontanitas.
Persamaan adalah arti bahwa semua orang (peserta, widyaiswara dan
panitia penyelenggara) selama diklat memiliki kedudukan yang sama.
Artinya tidak ada perbedaan status, usia, sosial, pendidikan dan latar
belakang keluarga. Sebagai konsekuensinya adalah setiap orang harus
mau memperlakukan dan diperlakukan sama sederajat. Peran serta, setiap
peserta harus mau berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Keterlibatan bukan hanya dari aspek fisik tetapi juga dari aspek pikiran
dan perasaan. Spontanitas adalah sikap dan perilaku yang menampilkan
keberadaan diri sendiri menurut apa adanya (tidak dibuat-buat), tanggap,
sigap, teliti, kritis dan terbuka (siap dan sedia memberi dan menerima
umpan balik).
2) Tanyakan pada peserta tentang kesediaannya dan adakan uji coba.
3) Ajak peserta berdiri melingkar bergandengan tangan satu sama lain.
Widyaiswara melempar bola ke atas dan pada waktu bola diatas peserta
mengayunkan gandengan tangannya sambil bergumam heeeem...

10

4) Pada waktu bola sudah ditangkap kembali oleh widyaiswara peserta


mengatakan enak teenan.
5) Setelah beberapa kali hal tersebut di atas dilakukan, tanyakan pada
peserta apakah mereka sudah saling mengenal? Bila sudah, cek sejauh
mana mereka mengenal temannya, misalnya tanyakan apakah mereka
sudah mengetahui tanggal lahir atau hobby salah seorang di antara
mereka. Bila belum saling mengenal, maka kegiatan selanjutnya
tawarkan pada mereka untuk saling mengenal lebih baik satu dengan
lainnya. Untuk itu, silahkan memilih salah satu instrumen atau simulasi
perkenalan.
6) Akhirnya tanyakan perasaan mereka setelah melakukan kegiatan simulasi
tadi.

B. Simulasi dan Latihan Pengenalan Diri


1. Judul Menggambar Wajah
a. Tujuan : Mengenal diri dengan lebih baik
b. Waktu : 25 30 menit
c. Sarana/Prasarana : Kertas ukuran folio/kuarto sejumlah peserta.
d. Proses Kegiatan :
1) Bagikan kepada peserta selembar kertas (ukuran kuarto/folio). Lipat
menjadi 2 (dua) bagian berdasarkan panjangnya.
2) Pada salah satu bagian (atas) kertas diminta peserta menggambar
wajahnya masing-masing. Pada lipatan bagian bawah buat garis tengah
memanjang ke bawah. Pada masing-masing bagian tulislah perilakuperilaku positif dan negatif dari diri Saudara.
Perilaku Positif (+) Perilaku Negatif (-)
1. Bertanggung jawab

1. Suka menunda nunda kerja

2. Pandai

2. Keras kepala

3. Terbuka

3. Cerewet

4. Mudah bergaul

4. Boros

5. Pekerja keras

5. Malas Olahraga

11

3) Setelah itu proses ke arah tujuan pembelajaran. Kaitkan juga dengan


manfaat mengenal diri, mengenal kelebihan-kelebihan diri agar dapat
dioptimalkan dan mengenal kelemahan-kelemahan diri agar dapat
diminimalisir.
2. Judul Bintang
a. Tujuan : Mengenal diri secara lebih baik.
b. Waktu : 30-45 menit
c. Sarana/Prasarana : Lembar kerja-1 (bintang) sebanyak peserta dan krayon
d. Proses Kegiatan :
1) Bagikan masing-masing peserta lembar kerja-1 (bintang). Tulislah nama
panggilan saudara pada kotak yang ada di tengah-tengah bintang.
2) Berikutnya pada masing-masing sudut bintang tersebut, tulislah secara
berturut mulai sudut pertama sampai dengan sudut ke lima: 2 tokoh idola
saya (boleh tokoh nasional, internasional atau keluarga terdekat kita
seperti ayah atau ibu), dua keberhasilan saya belum lama ini, dua
kegagalan saya belum lama ini, tiga kata yang menggambarkan diri saya
dan dua cita-cita saya.
3) Setelah selesai, beri kesempatan peserta memberi warna pada bintang
mereka masing-masing (gunakan crayon).
4) Proses ke arah tujuan pembelajaran. Tanyakan apakah mudah bagi
mereka untuk mengisi lembar kerja-1 tersebut. Kalau sulit itu merupakan
indikator bahwa mereka belum mengenal diri mereka secara lebih baik.
5) Peserta dikelompokkan 3 s.d 4 kelompok dengan anggota maksimal 10
orang (mempertimbangkan waktu yang tersedia).
6) Selanjutnya gambar tersebut ditempelkan dan diungkapkan maknanya
pada peserta lain. Peserta lain menyimak dan tidak boleh membantah,
hanya boleh minta klarifikasi.

C. Simulasi dan Latihan Pengenalan Orang Lain


1. Judul Menyusun Peribahasa/Couplet
a. Tujuan : Peserta saling mengenal dengan lebih baik, sehingga terjadi
interaksi yang intensif, komunikasi dan kerjasama yang efektif.

12

b. Waktu 45-60 menit


c. Sarana Kartu-kartu berisi potongan peribahasa. Ukuran kartu 5x6 cm dari
kertas manila.
d. Proses Kegiatan :
1) Mulailah kegiatan ini dengan menjelaskan apa yang akan dilakukan
peserta. Peserta dibagikan masing-masing selembar kartu yang berisi
sepotong peribahasa (bisa peribahasa dalam bahasa Indonesia atau
bahasa Inggris).
2) Peserta diminta mencari potongan lain dari peribahasa tersebut sehingga
membentuk satu peribahasa yang lengkap dan bermakna.
3) Selanjutnya masing-masing pasangan saling berkenalan. Setelah
pasangan tersebut berkenalan secara lebih intensif, pasangan tersebut
diminta melanjutkan perkenalan secara berkelompok dengan pasanganpasangan lain yang terdiri dari 3 atau 4 pasangan. Dalam perkenalan
tersebut dapat dikemukakan mengenai nama, latar belakang pendidikan,
status, hobby dan lain-lain yang dianggap perlu. Dari perkenalan dalam
kelompok tersebut, mereka diminta untuk menunjuk salah seorang
perwakilan yang akan memperkenalkan mereka dikelompok besar
(pleno). Kalau pesertanya tidak terlalu banyak, masing-masing pasangan
langsung saja memperkenalkan pasangannya di kelas besar (pleno).
4) Setelah kegiatan tersebut selesai dapat dilanjutkan dengan simulasi ZipZap

agar

lebih

mengingat

nama-nama

orang

yang

telah

memperkenalkan diri atau dapat saja setiap peserta diminta menyebut 3


atau 4 orang nama teman disebelah kiri atau sebelah kanannya.
5) Proses atau refleksi kegiatan tersebut dengan menggunakan ELC.
2. Judul Bulan Kelahiran
a. Tujuan : Mendorong terjadinya interaksi yang intensif, membuat peserta
rileks.
b. Waktu 45-60 menit
c. Sarana Ruangan yang cukup lebar untuk dapat berpindah atau bergerak.
d. Proses Kegiatan :

13

1) Minta kepada peserta untuk berkeliling menemukan orang yang bulan


kelahirannya sama. Setelah itu buatlah kelompok bulan Januari, Pebruari
s/d bulan Desember.
2) Dalam kelompok minta peserta untuk saling mengenal nama, latar
belakang pendidikan, hobby, kelebihan dan kekurangan masing-masing.
3) Setelah kegiatan tersebut selesai, salah seorang anggota mewakili
kelompok menyampaikan hasilnya pada kelompok besar (pleno).
4) Untuk lebih mengingat nama-nama peserta yang lain, boleh dilanjutkan
dengan melakukan simulasi Zip-Zap atau menyebut nama 3-4 orang
teman di sebelahnya.
5) Proses atau refleksi kegiatan ini ke arah tujuan pembelajaran.
3. Judul Siapa Dia
a. Tujuan : mendorong terjadinya interaksi yang intensif, membuat peserta
rileks, terbuka dalam berkomunikasi.
b. Waktu 45-60 menit
c. Sarana/Prasarana Ruang kelas yang cukup besar
d. Proses Kegiatan :
1) Mulailah kegiatan ini dengan meminta peserta untuk berdiri dan mencari
peserta lain untuk diajak ngobrol. Berusahalah mendapatkan informasi
tentang orang yang diajak ngobrol tersebut dan juga membuka diri
tentang siapa dirinya sebenarnya terhadap peserta lain yang menanyakah
hal tersebut. Setiap peserta diberi waktu 5 menit untuk menyampaikan
atau menanyakan mengenai peserta lain.
2) Setelah 5 menit berlalu, widyaiswara memberi aba-aba tanda waktu
ngobrol dengan orang tersebut habis dan segera cari orang lain. Setelah
30

menit

berlalu,

Widyaiswara

meminta

masing-masing orang

menyebutkan secara sekilas nama teman yang berhasil dikenalnya dan


sampaikan kepada pleno. Kalau dapat diungkapkan juga mengenai halhal menonjol (kelebihan atau kekurangan) yang dimiliki orang
bersangkutan.
3) Akhiri sesi ini dengan merefleksi ke arah tujuan pembelajaran.

14

4) Variasi : Pada saat peserta mencari peserta lain, bisa menggunakan


potongan gambar hewan atau tanaman. (potongan sesuai dengan jumlah
peserta yang ditemukan oleh setiap peserta.

D. Rangkuman
Proses Pengenalan dan Membangun Kerjasama dapat dilakukan dengan
langkah-langkah :
1. Simulasi dan Latihan Pencairan Kelas
2. Simulasi dan Latihan Pengenalan Diri
3. Simulasi dan Latihan Pengenalan Orang Lain

E. Evaluasi
Petunjuk : Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas.
1. Sebutkan langkah-langkah proses pengenalan dan membangun kerjasama
disertai contohnya masing-masing.

15

BAB IV
GAYA BELAJAR DAN KETIDAKMAMPUAN BELAJAR
A. Gaya Belajar
Memahami Gaya Belajar (Learning Style Assessment), yaitu berusaha
mengetahui gaya belajar diri sendiri dan juga gaya belajar orang lain. Gaya belajar
seseorang mempengaruhi efektivitas belajar bersama. Para ahli di bidang
pendidikan mencoba mengembangkan teori mengenai gaya belajar sebagai cara
untuk mencari jalan agar belajar menjadi hal yang mudah dan menyenangkan.
Sebagaimana kita ketahui, belajar membutuhkan konsentrasi. Situasi dan kondisi
untuk berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar Anda. Jika Anda
mengenali gaya belajar Anda, maka Anda dapat mengelola pada kondisi apa,
dimana, kapan dan bagaimana Anda dapat memaksimalkan belajar Anda.
Apa gaya belajar itu? Gaya belajar adalah (www.ut.ac.id/strategibjj/gaya1.htm) cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima
informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Gaya belajar
setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan
(hasil belajar). Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri
seseorang bahkan dengan latihan sekalipun. Tetapi ada juga hal-hal yang dapat
dilatihkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang terkadang justru tidak dapat
diubah. Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat Anda menjadi lebih
pandai. Tapi dengan mengenali gaya belajar, Anda akan dapat menentukan cara
belajar yang lebih efektif. Anda tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan
belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar Anda dapat optimal.
Kemampuan seseorang untuk memahami suatu materi yang sedang
dipelajarinya dapat dipengaruhi oleh hubungannya dengan orang lain. Alasan
kebutuhan belajar berkelompok ini bisa bermacam-macam, seperti:
1. Agar termotivasi untuk belajar, karena kelompok yang kuat biasanya akan
saling memotivasi untuk belajar;
2. Lebih mudah memahami suatu informasi/pengetahuan, karena anggota dalam
kelompok saling mengisi dalam belajar;

16

3. Adanya mata diklat tertentu yang menuntut belajar dalam kelompok sebagai
bagian dari kegiatan atau tugas belajar.
Jika Anda tidak suka belajar dalam kelompok, Anda mungkin dapat
memilih belajar sendiri. Di samping itu, ada yang memiliki kecenderungan untuk
belajar dengan bimbingan dari orang yang dianggap lebih tahu, seperti
widyaiswara, instruktur, guru, dosen, tutor, atau bahkan alumni. Coba kenali
kebutuhan sosialisasi Anda. Kemandirian Anda ditentukan oleh kemampuan Anda
mengenali kebutuhan sosialisasi Anda. Baik belajar sendiri, dengan bantuan tutor
maupun belajar berkelompok; Anda tetap mandiri jika Anda dapat memutuskan
kebutuhan sosialisasi ini. Ini berarti Anda mengenali kebutuhan sosialisasi Anda.
Ada empat macam metode belajar :
1. Concrete Experience (CE)
Metode ini menggambarkan seseorang cepat mengerti didasarkan karena
pengalaman yang dimiliki dan apa yang diyakininya.
2. Reflective Observation (RO)
Menggambarkan pendekatan pembelajaran yang bersifat tentatif, adil, dan
reflektif. Seseorang yang menggunakan metode ini cenderung menjadi
pengamat yang obyektif.
3. Abstract Concentualization (AC)
Pembelajaran dengan mendasarkan pada analisis konseptual. Seseoang yang
termasuk menggunakan metode ini cenderung memilih situasi belajar yang
impersonal yang menekankan pada teori dan analisis yang sistematis.
4. Active Experience (AE)
Pembelajaran dengan berorientasi pada pelaksanaan yang aktif, meyakini hasil
eksperimen.
Gabungan metode belajar tersebut di atas menghasilkan Gaya Belajar
(Learning Style) yaitu :
1. Accomodator Style :
Gaya belajar ini merupakan gabungan dari CE dan AE. Seseorang dengan gaya
ini lebih menyukai pelaksanaan suatu rencana dan melibatkan diri dan
bertindak lebih berdasarkan perasaan daripada hasil analisis logika. Dalam

17

memecahkan masalah mengandalkan informasi dari orang lain dari pada


analisis teknis dari dirinya sendiri. Gaya belajar ini penting untuk efektivitas
seseorang sebagai tenaga marketing / sales.
2. Converger Style :
Gaya belajar ini merupakan gabungan cara belajar AC dan AE. Gaya belajar
ini baik sekali dalam menemukan cara-cara praktis untuk menggunakan ide-ide
dan teori. Gaya ini menunjukkan kemampuan memecahkan masalah dan
membuat keputusan berdasarkan temuan/jawaban atas pertanyaan atau
masalah. Gaya ini lebih suka berhadapan dengan tugas-tugas teknis daripada
berhadapan dengan isu-isu sosial dan interpersonal. Gaya ini baik untuk
efektivitas dalam karier seorang tenlog atau spesialis.
3. Diverger Style :
Gaya ini merupakan gabungan metode belajar CE dan RO. Orang dengan gaya
ini baik dalam melihat situasi konkret dari berbagai sudut pandang.
Pendekatannya terhadap situasi adalah lebih untuk mengamati daripada untuk
ikut bertindak. Seseorang dengan gaya ini cenderung menyukai situasi yang
membutuhkan tumbuhnya berbagai ide, seperti dalam curah pendapat. Ada
ketertarikan pada budaya dan suka mengumpukan informasi. Kemampuan
imaginasi dan sensitivitas terhadap perasaan ini dibutuhkan untuk efektivitas
dalam karier seni, hiburan dan jasa pelayanan.
4. Assimilator Style :
Gaya belajar ini merupakan gabungan metode belajar AC dan RO. Seseorang
dengan gaya ini sangat baik dan dapat memahami sejumlah besar informasi
dan mengartikannya ke dalam bentuk yang sangat dan logis. Gaya ini
cenderung lebih tertarik pada konsep dan ide-ide abstrak. Biasanya seseorang
dengan gaya ini berpendapat bahwa teori lebih penting, mempunyai kekuatan
logik. Gaya ini cocok dalam karier scientist.
B. Memahami Ketidakmampuan Belajar (Learning Disabilities) :
Dalam proses pembelajaran terdapat masalah yang dihadapi oleh
pembelajar dalam memahami suatu permasalahan, yaitu gangguan belajar atau
ketidakmampuan belajar (learning disabilities). Ketidakmampuan belajar adalah

18

ketidakmampuan untuk menerima, menyimpan dan menggunakan secara luas


kemampuan ataupun informasi khusus, yang terjadi akibat kurangnya pemusatan
perhatian, memori atau pemikiran dan hal ini mempengaruhi prestasi akademik.
(http://developmentbehaviourclinic.wordpress.com/gangguan-belajar).
Terdapat berbagai jenis ketidakmampuan belajar dan masing-masing tidak
memiliki penyebab yang pasti. Tetapi dasar dari semua jenis ketidakmampuan
belajar

ini

diyakini

merupakan

suatu

kelainan

pada

fungsi

otak.

Ketidakmampuan belajar lima kali lebih sering ditemukan pada pembelajar pria.
Seorang pembelajar yang mengalami ketidakmampuan belajar seringkali
mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan penglihatan dan gerakannya
serta menunjukkan kecanggungan ketika melaksanakan kegiatan fisik, seperti
memotong, mewarnai, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu dan berlari.
Pembelajar juga mungkin mengalami masalah dengan persepsi penglihatan atau
pengolahan fonologis (misalnya dalam mengenali bagian-bagian atau pola dan
membedakan berbagai jenis suara) atau masalah dengan ingatan, percakapan,
pemikiran serta pendengaran.
Gejala lainnya adalah pemusatan perhatian yang pendek dan perhatiannya
mudah terganggu, percakapannya terputus serta ingatannya pendek. Pembelajar
juga mungkin mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan mengendalikan
dorongan serta memiliki masalah dalam kedisiplinan artinya gangguan belajar
secara sosial dan emosional. Mereka mungkin menunjukkan sikap hiperaktif,
menarik diri, pemalu atau agresif. Kadang-kadang pembelajar mengalami
kesulitan dalam mengekspresikan perasaan mereka, menenangkan diri, dan
membaca isyarat-isyarat non verbal yang dapat menyebabkan kesulitan di dalam
kelas dan dengan rekan-rekan mereka.
Ada tujuh macam ketidakmampuan belajar :
1. Hanya mengenal peran dan posisi masing-masing (Im my position);
2. Musuh (penyebab masalah) ada di luar sana (the enemy is out there);
3. Ilusi mengambil tanggungjawab (the illusion of taking charge);
4. Terpaku pada peristiwa-peristiwa (the fixation on events);
5. Perumpamaan Kodok Rebus (the parable of boiled frog);

19

6. Kesalahpahaman dalam mengambil pelajaran dari pengalaman (the delusion


of learning from experience);
7. Mitos Tim Manajemen (the myth of the management team).
Hal-hal ini dapat diatasi dengan menciptakan sistem dukungan yang kuat
bagi pembelajar dan membantu mereka belajar untuk mengekspresikan diri,
menghadapi frustrasi dan bekerja melalui tantangan. Fokus pada pertumbuhan
mereka sebagai pribadi, dan bukan hanya pada prestasi akademis akan
membantu mereka mempelajari kebiasaan emosional yang baik dan alat yang
tepat untuk kesuksesan seumur hidup.
C. Rangkuman
1. Gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima
informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Gaya belajar
setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor
lingkungan (hasil belajar).
2. Berdasarkan empat metode belajar, ada empat kelompok gaya belajar yaitu :
Accomodator Style, Converger Style, Diverger Style, dan Assimilator Style
dengan karakteristiknya masing-masing.
3. Ketidakmampuan

belajar

adalah

ketidakmampuan

untuk

menerima,

menyimpan dan menggunakan secara luas kemampuan ataupun informasi


khusus, yang terjadi akibat kurangnya pemusatan perhatian, memori atau
pemikiran dan hal ini mempengaruhi prestasi akademik.
4. Ketidakmampuan belajar dapat disebabkan faktor fisik, psikologis, sosial
maupun emosional.

D. Evaluasi
Petunjuk : Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas.
1. Jelaskan pengertian gaya belajar.
2. Jelaskan empat gaya belajar disertai kecocokannya masing-masing dengan
profesi.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ketidakmampuan belajar
4. Jelaskan penyebab terjadinya ketidakmampuan belajar.

20

BAB V
MEMBANGUN TIM BELAJAR DAN MENGATASI KONFLIK

A. Pengertian dan Manfaat Tim


Kata Tim berasal dari bahasa Inggris : team : regu / sekelompok orang
yang melakukan kegiatan (Kamus Inggris Indonesia Peter Salim). Sebenarnya
pengertian tim hampir sama dengan pengertian kelompok, hanya saja pengertian
tim mengarah kepada kebutuhan tertentu. Tim adalah suatu kelompok yang
berinteraksi secara positif dengan hubungan secara timbal balik sesuai fungsi dan
tugas masing-masing individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi
dapat diartikan bahwa kelompok belum tentu tim sedang tim pasti merupakan
suatu kelompok. (Pranoto, 2003: 8).
Tim pada dasarnya dapat diklasifikasikan berdasarkan sasaran yang
meliputi:
1. Tim Pemecah masalah, yakni tim pada suatu departemen yang bertemu secara
teratur untuk membahas cara-cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan
lingkungan kerja.
2. Tim pengelola diri, adalah tim yang bertanggung jawab dari mantan penyelia
mereka.
3. Tim fungsional-silang, adalah tim dari tingkat herarkis dengan bidang kerja
yang berlainan yang bertugas menyelesaikan suatu tugas, atau tugas serupa
dengan komite.
Manfaat membangun tim yang efektif adalah sebagai berikut (Maddux,
2001 : 10) :
1. Dengan adanya tim, maka sasaran yang realistis ditentukan, dan dapat dicapai
secara optimal;
2. Anggota tim dan Pemimpin Tim memiliki komitmen untuk saling mendukung
satu sama lain agar tim berhasil;
3. Anggota tim memahami prioritas anggota lainnya, dan dapat saling membantu
satu sama lain;

21

4. Komunikasi bersifat terbuka, diskusi cara kerja baru atau memperbaiki kinerja
lebih berjalan secara baik, karena anggota tim terdorong untuk lebih
memikirkan permasalahannya;
5. Pemecahan masalah lebih efektif karena kemampuan tim lebih memadai;
6. Umpan balik kinerja lebih memadai karena anggota tim mengetahui apa yang
diharapkan dan dapat membandingkan kinerja mereka terhadap sasaran tim;
7. Konflik diterima sebagai hal yang wajar, dan dianggap sebagai kesempatan
untuk menyelesaikan masalah. Melalui diskusi tersebut konflik bisa
diselesaikan secara maksimal;
8. Keseimbangan tercapainya produktivitas tim dengan pemenuhan kebutuhan
pribadi;
9. Tim dihargai atas hasil yang sangat baik, dan setiap anggota dipuji atas
kontribusi pribadinya;
10. Anggota

kelompok

termotivasi

untuk

mengeluarkan

ide-idenya

dan

mengujinya serta menularkan dan mengembangkan potensi dirinya secara


maksimal;
11. Anggota kelompok menyadari pentingnya disiplin sebagai kebiasaan kerja dan
menyesuaikan perilakunya untuk mencapai standar kelompok;
12. Anggota kelompok lebih berprestasi dalam bekerja sama dengan tim dan tim
lainnya.
Perlu dipahami pula ciri-ciri ketidakberhasilan tim yang menurut Belbin
(1991 : ) disebabkan :
1. Desain visi, misi dan strategi tidak jelas,
2. Moral atau semangat tim rendah,
3. Konflik antar personal merebak,
4. Kemampuan mental (inteligensi, kreativitas) rendah,
5. Seleksi yang kurang berhasil,
6. Kepribadian yang dominan egois,
7. Komposisi susunan tim tidak efektif,
8. Peran anggota tidak jelas,
9. Tertutup untuk evaluasi,
10. Pemberdayaan kurang efektif.

22

B. Unsur dan Tahapan Pembentukan Tim


Unsur-unsur tim yang dinamis menurut Richard Y Chang (1999 : 8) adalah
sebagai berikut :
1. Menyatakan secara jelas misi dan tujuan tim
2. Beroperasi secara kreatif
3. Memfokuskan pada hasil
4. Memperjelas peran dan tanggung jawab
5. Diorganisasikan dengan baik
6. Dibangun atas kekuatan individu
7. Saling mendukung kepemimpinan anggota yang lain
8. Mengembangkan iklim tim
9. Menyelesaikan ketidaksepakatan
10. Berkomunikasi secara terbuka
11. Membuat keputusan secara obyektif
12. Mengevaluasi efektifitasnya sendiri.
Tahapan pertumbuhan tim yang yang baik dalam suatu organisasi tidak akan
terjadi dengan sendirinya dalam waktu yang pendek, melainkan perlu upaya yang
sungguh-sungguh, kebijakan dan program yang konsisten, berkesinambungan dan
sistematis atau dapat dikatakan perlu proses dan waktu yang diusahakan dengan
sungguh-sungguh. Adapun tahapan pertumbuhan tim sebagai berikut :
1. Tingkat forming, yakni tingkat pengumpulan informasi yang dibutuhkan
sebagai penentuan dasar tim.
2. Tingkat storming, yakni tingkat keraguan atas kepercayaan terhadap tugas
dan metodologinya, sehingga pesimis dengan program yang ada.
3. Tingkat norming, yaitu tingkat di mana anggota mulai mau menerima
perbedaan-perbedaan dan mengadakan rekonsiliasi tentang hal-hal yang tidak
disetujuinya.
4. Tingkat performing, pada tingkat ini anggota mulai matang, mengerti tentang
apa yang diharapkan dirinya. Mereka mulai membicarakan gagasan-gagasan
penyempurnaan, mencari data, mendiagnosis, mengembangkan solusi dan
mencoba melakukan perubahan-perubahan.

23

C. Konflik dalam Tim dan Respon Terhadap Konflik


Dalam suatu tim yang berinteraksi satu sama lain dalam mencapai tujuannya
selalu mengalami perbedaan pendapat. Perbedaan Pendapat yang berlarut-larut
akan menyebabkan konflik. Anggota tim perlu memahami bahwa konflik atau
ketidaksepakatan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan dan tidak memiliki
sifat baik atau buruk (konflik bersifat netral). Konflik akan menghancurkan
kemajuan tim jika dibiarkan tidak terkelola, tetapi juga dapat mengarah pada
pengambilan keputusan yang mantap jika dikelola secara efektif. Hasil dari suatu
konflik sangat tergantung pada bagaimana tim mengelolanya. Lalu apa
sebenarnya yang dimaksud dengan konflik? Isyarat apakah yang merupakan
gejala konflik dalam suatu tim? Bagaimana konflik merebak dan bagaimanakah
respon terhadap konflik? Dalam Pokok bahasan inilah akan dibahas hal tersebut.
Sebelum Saudara membaca pokok bahasan ini silahkan Saudara merenungkan
terlebih dahulu hakekat tentang konflik menurut pikiran saudara.
Apabila Saudara mendengar kata konflik apa yang terfikirkan
dalam benak Saudara dan bagaimanakah perasaan Saudara?
Dari jawaban saudara tersebut silahkan diidentifikasi mana perasaan yang
cenderung positif dan mana yang cenderung negatif. Kecenderungan dari kita
adalah konflik berkonotasi negatif. Kata konflik menimbulkan kesan tidak
menyenangkan. Reaksi kita pada umumnya adalah negatif. Pada umumnya
merupakan bahaya dan menyakiti perasaan orang lain. Kita cenderung
menghubungkan konflik dengan kekerasan, krisis, perkelahian, perang, kalah,
menang, kehilangan kendali dan lain sebagainya.
Kebanyakan dari kata-kata ini memberikan gambaran adanya kerusakan
besar, merasa disakiti, dan hubungan menjadi rusak. Haruskah demikian? Lalu
apa sebenarnya konflik tersebut? Konflik selalu melibatkan dua orang atau lebih
(perseorangan atau kelompok) yang terjadi apabila salah satu pihak merasa
kepentingannya

dihalang-halangi

Administrasi Negara, 2000:23).

atau

akan

dihalang-halangi

(Lembaga

24

Selanjutnya Hanmer dan Hogan (Suprapti, 2006:32) mengatakan bahwa


yang dimaksud dengan konflik adalah segala macam bentuk pertikaian yang
terjadi dalam organisasi, baik antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok maupun kelompok yang bersifat antagonis.
Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa (Suprapti,
2006:ibid): konflik terkait dengan persepsi pihak yang bersangkutan yang
merasa kepentingannya dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi, terlepas
dari ada atau tidak ada halangan tersebut. Apabila konflik ini dibiarkan maka
akan menghancurkan kemajuan tim, sebaliknya juga dapat mengarah pada
pengambilan keputusan yang mantap bila dikelola dengan baik.
Hasil dari suatu konflik tergantung pada bagaimana mengelolanya. Untuk
itu perlu mengenali konflik secara dini. Isyarat adanya konflik (Chang, 1999:32)
antara lain:
1. Anggota kelompok memberikan komentar dan saran dengan penuh emosi;
2. Anggota tim menyerang gagasan orang lain sebelum gagasan tersebut
diselesaikan;
3. Anggota tim saling menuduh bahwa mereka tidak memahami masalah yang
sebenarnya,
4. Anggota Tim selalu beroperasi dan menolak untuk berkompromi dan anggota
tim saling menyerang secara langsung pada pribadinya
Menurut Bolton (Suprapti, 2006:34) sumber-sumber konflik adalah :
1. Menghalangi pencapaian sasaran perorangan;
2. Kehilangan status;
3. Kehilangan otonomi atau kekuasaan;
4. Kehilangan Sumber-sumber;
5. Merasa diperlakukan tidak adil;
6. Mengancam nilai dan norma;
7. Perbedaan persepsi dan lain sebagainya.
Sedangkan Robert B. Maddux (2001:22), penyebab konflik sebagai berikut :
1. Perbedaan kebutuhan, tujuan,dan nilai-nilai
2. Perbedaan cara pandang terhadap motif, ajaran, tindakan, dan situasi
3. Perbedaan harapan terhadap hasil suka >< tidak suka

25

D. Enggan untuk bekerjasama


Adanya konflik akan berdampak terjadinya perubahan-perubahan dalam
suatu kelompok, organisasi atau tim kerja. Perubahan tersebut meliputi perubahan
di dalam kelompok itu sendiri maupun perubahan antar kelompok. Adapun
perubahan di dalam kelompok, yakni :
1. Meningkatnya kepaduan kelompok untuk menghadapi konflik eksternal
dengan mengesampingkan perbedaan individu.
2. Munculnya kepemimpinan yang otokratis, yakni dalam menghadapi kondisi
yang kurang kondusif perlu adanya pemimpin yang kuat / otokratis.
3. Munculnya perhatian atas kegiatan, toleransi membuang-buang waktu
menurun, kepuasan secara individu sementara terkesampingkan, semua
perhatian tertuju pada konflik yang dihadapi.
4. Penekanan pada kesetiaan, dalam situasi konflik; interaksi dengan anggota
diperkuat dan interaksi anggota dengan kelompok lain merupakan pelanggaran.
Sedangkan perubahan di antara kelompok antara lain sebagai berikut :
1. Persepsi yang terganggu, merasa dirinya/kelompoknya lebih penting dari yang
lain.
2. Stereotip negatif lebih menonjol, hal-hal negatif yang sudah terpendam dapat
timbul kembali.
3. Menurunnya komunikasi. Akibat terjadinya konflik biasanya komunikasi antar
kelompok menurun dratis atau justru malah hilang sama sekali, pengambilan
keputusan sulit dilakukan (terganggu), para pelanggan atau fihak-fihak yang
dilayani terganggu.
Konflik akan tambah merebak apabila :
1. Tindakan bermusuhan;
a. Anggota Tim memasuki permainan menang kalah;
b. Mereka lebih senang memenangkan kemenangan pribadi daripada
memecahkan masalah.
Memegang posisinya dengan kuat; Anggota tim tidak melihat perlunya
mencapai tujuan yang menguntungkan, mereka memegang teguh posisinya,
mempersempit komunikasi dan membatasi keterlibatannya satu sama lain.

26

Keterlibatan emosional; Anggota tim mempertahankan posisinya secara


emosional.
Tidak setiap orang merespon konflik dengan cara yang sama, respon
tersebut (Suprapti, 2006:ibid) antara lain :
1. Konfrontasi agresif,
2. Melakukan manuver negatif,
3. Penundaan terus menerus, serta
4. Bertempur secara pasif.
Sebagian besar manusia menganggap bahwa konflik itu suatu hal yang
merugikan dan harus dihindari, tetapi sebagian yang lain menyadari bahwa dalam
berinteraksi dengan orang lain mungkin pada suatu saat akan terjadi konflik, dan
itu dianggap sebagai hal yang wajar. Faham yang terakhir ini menganggap bahwa
dengan adanya konflik justru dapat menambah wawasan dan informasi untuk
kemajuan. Oleh karenanya konflik perlu diantisipasi dan dikelola dengan baik dan
sistematis artinya tim merespon dari segi positif. Apabila hal ini yang terjadi
maka pemecahan konflik mengarah ke hal yang positif. sadar untuk Respon
tersebut adalah Mengarahkan energi secara sehat dan langsung untuk
memecahkan masalah atau tidak ada reaksi secara emosional, melakukan upaya
yang menanggapinya dengan cara rasional. Respon yang tepat ini akan
memperkuat tim kerja dan melancarkan jalan untuk mengatasi konflik, Huruf
Tionghoa krisis berarti kesempatan yang mengandung resiko. Untuk itu maka
perlu melihat konflik tidak selalu mengandung resiko, tetapi juga merupakan
kesempatan-kesempatan yang bersifat petualangan, tantangan, kegembiraan dan
kesempatan-kesempatan.
Gaya tanggapan setiap anggota tim dalam menghadapi suatu konflik
menurut Robert B. Maddux (2001:57) dapat diklasifikasikan ke dalam 5 (lima)
pola seperti yang tertuang dalam Tabel Gaya Tanggapan Terhadap Konflik
berikut.

27

TABEL 1
GAYA TANGGAPAN TERHADAP KONFLIK
No
1

Gaya
Menghindar

Mengakomodasi

Menang/Kalah

Kompromi

Penyelesaian
masalah

Ciri Perilaku
Tidak
mau
berkonfrontasi.
Mengabaikan
atau
melewatkan
pokok
permasalahan.
Menyangkal bahwa hal
tersebut
merupakan
masalah.
Bersikap menyetujui,
tidak agresif. Kooperatif
bahkan
dengan
mengorbankan
keinginan pribadi.
Konfrontatif, menuntut
dan
agresif.
Harus
menang dengan cara
apapun.
Mementingkan
pencapaian sasaran
utama semua pihak serta
memelihara hubungan
baik. Agresif namun
kooperatif.
Kebutuhan kedua belah
pihak adalah sah dan
penting. Penghargaan
yang tinggi terhadap
sikap saling mendukung.
Tegas dan kooperatif.

Alasan Penyesuaian
Perbedaan yang ada terlalu
kecil atau terlalu besar
untuk diselesaikan. Usaha
penyelesaian
mungkin
mengakibatkan
rusaknya
hubungan atau menciptakan
masalah
yang
lebih
kompleks.
Tidak
sepadan
jika
mengambil resiko yang
akan merusak hubungan &
menimbulkan
ketidakselarasan secara
keseluruhan.
Yang kuat menang. Harus
membuktikan superioritas.
Paling benar secara etis dan
profesi.
Tidak ada ide individu yang
sempurna. Seharusnya ada
lebih satu cara yang baik
dalai melakukan sesuatu.
Anda harus berkorban
untuk dapat menerima.
Ketika pihak-pihak yang
terlibat mau membicarakan
secara
terbuka
pokok
permasalahan, solusi yg
saling menguntungkan
dapat ditemukan tanpa satu
pihakpun dirugikan

E. Langkah-Langkah Penyelesaian Konflik


Gejala konflik dalam tim dinamis tidak dibiarkan berlarut-larut tetapi
diselesaikan secara terbuka. Adapun beberapa langkah dalam penyelesaian
konflik tersebut secara skematis menurut Richard Y. Chang (1999:35) adalah
sebagai berikut :

28

Bagan 1
Alur Penyelesaian Konflik

E. Rangkuman
1. Tim adalah suatu kelompok yang berinteraksi secara positif dengan hubungan
secara timbal balik sesuai fungsi dan tugas masing-masing individu untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Unsur-unsur tim yang dinamis antara lain : menyatakan secara jelas misi dan
tujuan tim, beroperasi secara kreatif, memfokuskan pada hasil, memperjelas
peran dan tanggung jawab, diorganisasikan dengan baik, dibangun atas
kekuatan individu, saling mendukung kepemimpinan anggota yang lain,
mengembangkan iklim tim, menyelesaikan ketidaksepakatan, berkomunikasi
secara terbuka, membuat keputusan secara obyektif, dan mengevaluasi
efektifitasnya sendiri. Tahapan pembentukan tim meliputi : forming, norming,
storming, dan performing.
3. Konflik terkait dengan persepsi pihak yang bersangkutan yang merasa
kepentingannya dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi, terlepas dari
ada atau tidak ada halangan tersebut. Apabila konflik ini dibiarkan maka akan

29

menghancurkan kemajuan tim, sebaliknya juga dapat mengarah pada


pengambilan keputusan yang mantap bila dikelola dengan baik. Ada lima
gaya merespon konflik yaitu menghindar, mengakomodasi, menang/kalah,
kompromi, dan penyelesaian masalah.
4. Teknik pemecahan konflik terdiri dari enam langkah sebagai berikut : (1)
Langkah 1: mengakui adanya konflik., (2) Langkah 2: identifikasi masalah,
(3) Langkah 3: dengarkan semua sudut pandang dan kumpulkan fakta, akibat,
dan opini, (4) Langkah 4: lakukan pengkajian penyelesaian masalah, (5)
Langkah 5: dapatkan kesepakatan untuk menemukan solusi, dan (6) Langkah
6: jadwalkan sesi tindak lanjut untuk mengkaji.

F. Evaluasi
Petunjuk : Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas
1. Jelaskan pengertian tim.
2. Jelaskan unsur-unsur tim dan tahapan pembentukan tim.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konflik dan respon apa saja yang
mungkin timbul terhadap konflik.
4. Jelaskan teknik penyelesaian konflik.

30

BAB VI
NILAI-NILAI, NORMA DAN KOMITMEN BELAJAR
A. Nilai Nilai dan Norma (Values and Norms) :
Guna menemukan nilai yang mempunyai kesesuaian dengan pribadi
seseorang (peserta diklat) dalam belajar bersama, diberikan tugas perseorangan
dan tugas kelompok yaitu :
1. Memilih sejumlah nilai pada lembar himpunan nilai yang diberikan yang
sangat terpaut dengan kesesuaian pribadi peserta dalam belajar bersama;
2. Pilihan nilai pribadi didiskusikan dalam kelompok dan selanjutnya disarikan
untuk dipilih sejumlah nilai tertentu untuk dijadikan Norma Belajar
Bersama.

B. Komitmen Belajar (Learning Commitment):


Komitmen menerapkan nilai belajar bersama yaitu norma belajar bersama
yang telah dibangun merupakan perwujudan komitmen belajar. Tindakan lebih
lanjut dalam upaya membangun komitmen belajar, maka peserta ditugaskan
untuk membuat Jurnal Harian atas proses pembelajaran yang telah diberikan
setiap hari, yaitu peserta diminta memberikan catatan, ungkapan dan kesimpulan
dengan membuat rangkuman atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Kejadian apa saja yang dialami dan diamati selama proses pembelajaran;
2. Apa saja yang dirasakan atau bagaimana perasaan peserta selama mengikuti
pembelajaran;
3. Pengalaman baru yang mempunyai kesan mendalam;
4. Kesan manfaat belajar apa yang dapat diperoleh yang berpengaruh bagi karier
anda ke depan;
5. Manfaat apa yang mungkin dapat diterapkan dalam pertumbuhan atau
perkembangan organisasi peserta.

C. Rangkuman
1. Nilai-nilai pribadi peserta diklat selanjutnya diformulasi menjadi norma kelas
yang disepakati. Langkahnya yaitu peserta memilih nilai pribadi yang tersaji

31

dan dianggap paling sesuai, selanjutnya didiskusikan dalam kelompok untuk


disarikan menjadi norma kelas dalam pembelajaran.
2. Norma belajar bersama yang telah dibangun merupakan perwujudan
komitmen belajar yang ditindaklanjuti dengan berbagai kegiatan.

D. Evaluasi
Petunjuk : Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas
1. Jelaskan

apa

yang

dimaksud

dengan

norma

kelas

dan

langkah

pembentukannya.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan komitmen belajar dan apa saja kegiatan
yang merupakan tindak lanjutnya.

32

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Richard Y. 1999. Membangun Tim yang Dinamis. Jakarta : PT. Gramedia.
--------------, 1999. Sukses melalui Kerja Sama TIM. Jakarta : PT. Gramedia.
Maddux, Robert B. 2001. Team Building, Terampil Membangun Tim Handal, Edisi
ke-dua, penterjemah Kristiyabudi P. Hananto, Surabaya : PT. Erlangga.
Pranoto, Juni dan Wahyu Suprapti, 2000. Pengembangan Potensi Diri. Modul
SPAMA, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
--------------, 2000. Leadership Laboratory. Bahan Ajar Diklat SPAMA, Jakarta :
Lembaga Administrasi Negara.
Suprapti, Wahyu, 2006. Membangun Kerjasama Tim. Modul Prajabatan Golongan
III. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Anda mungkin juga menyukai