BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah pekerja pada instansi pemerintah yang
terdiri dari berbagai unsur dan jenis sesuai dengan tugas dan fungsinya di dalam
bekerja akan membutuhkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait, atau mereka butuh
jaringan/jejaring kerja, yang pada umumnya disebut tim kerja. Mereka butuh bekerja
dengan nyaman, butuh informasi, kerjasama, pelanggan, prestasi, penghasilan,
pengakuan, alat, tempat, dan sebagainya. Sebagian cara untuk mencapai hal-hal
tersebut adalah dengan membangun kerjasama tim, sebab dengan melakukan
kerjasama akan dapat memberikan berbagai kemudahan dalam bekerja.
Dalam dunia kediklatan, peserta diklat pasti membutuhkan bantuan,
informasi, pelanggan, kerjasama, pesanan, dan sebagainya dalam rangka mendukung
pencapaian tujuan. Proses untuk mendapatkan semua itu hanya kan dapat dilakukan
dengan berinteraksi dengan orang lain. Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah
dengan melakukan kerjasama. Kerjasama tersebut tidak akan berjalan dengan baik
jika tidak dirintis melalui niat yang kuat dan proses yang benar. Peserta diklat agar
bekerja efektif membutuhkan lingkungan yang nyaman, menggunakan alat
(teknologi) yang memadai dengan berbagai metode yang tepat. Lingkungan yang
nyaman dapat terwujud jika komitmen kerjasama menjadi modal dasar pribadi
anggotanya, dan merupakan hal selalu diingat. Membangun komitmen kerjasama
dalam hal ini, merupakan suatu pekerjaan yang tidak boleh ditinggalkan, karena
apabila terjadi pergeseran komitmen kerjasama akan berakibat yang sangat
merugikan.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah unsur aparatur negara dan abdi
masyarakat yang berperan melayani masyarakat. Dalam rangka mengemban
perannya tersebut PNS perlu memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan.
B. Deskripsi Singkat
Mata
Diklat
Membangun
Komitmen
Belajar
(Building
Learning
Commitmen / BLC) ini menguraikan tentang cara mengenal diri sendiri dan mengenal
orang lain, mengenal modalitas belajar dan gaya belajar, membangun kerjasama tim,
membangun komitmen diri dan komitmen kelas, dengan mata diklat ini diharapkan
peserta dapat mengenali potensi dirinya untuk membangun komitmen belajar secara
mandiri maupun belajar bersama dalam tim kerja untuk itu peserta juga harus
mengenal orang lain. Setelah mengikuti proses pembelajaran mata diklat ini peserta
dapat menjelaskan dan menerapkan berbagai cara untuk mengikuti pembelajaran
dengan baik sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
perilakunya.
membantu
dalam
proses
pembelajaran
dengan
cara
menentukan
pengetahuan, keterampilan dan sikap apa yang akan didapat dalam diklat tersebut.
Proses pembelajaran yang dilakukan hendaknya dapat efektif dan dapat dilakukan
evaluasi apakah pelajaran dapat diterima oleh peserta diklat.
2.
Mengenal diri sendiri dan orang lain serta membangun kerjasama dalam
kelompok.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
5.
BAB II
PENGERTIAN DAN PROSES
MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR
(BUILDING LEARNING COMMITMENT)
A. Pengertian
Membangun
Komitmen
Belajar
(Building
Learning
Commitment)
Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitment / BLC)
dalam program diklat merupakan suatu proses membangun komitmen peserta
diklat untuk mengikuti proses belajar secara individual, kelompok maupun
bersama secara
sehingga
dapat
merefleksikan,
memproyeksikan
hasil
studi
Pemahaman
Gaya
Belajar
(Learning
Style
Assessment
C. Rangkuman
1. Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitment / BLC)
merupakan suatu proses membangun komitmen peserta diklat untuk
mengikuti proses belajar secara individual, kelompok maupun bersama
secara menyeluruh dalam upaya mengembangkan wawasan, intelektual
maupun emosional.
2. Proses Membangun Komitmen Belajar dapat dilakukan melalui langkahlangkah :
a. Pengenalan Sesama Peserta (Ice Breaking)
b. Pemahaman Gaya Belajar (Learning Style Assessment) dan Pemahaman
Gaya Belajar (Learning Style Assessment).
D. Evaluasi
Petunjuk : jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat, tepat dan jelas.
1. Jelaskan secara singkat makna Membangun Komitmen Belajar (Building
Learning Commitment / BLC).
2. Jelaskan secara singkat langkah-langkah Membangun Komitmen Belajar
(Building Learning Commitment / BLC).
BAB III
PROSES PENGENALAN DAN MEMBANGUN KERJASAMA
nama
10
2. Pandai
2. Keras kepala
3. Terbuka
3. Cerewet
4. Mudah bergaul
4. Boros
5. Pekerja keras
5. Malas Olahraga
11
12
agar
lebih
mengingat
nama-nama
orang
yang
telah
13
menit
berlalu,
Widyaiswara
meminta
masing-masing orang
14
D. Rangkuman
Proses Pengenalan dan Membangun Kerjasama dapat dilakukan dengan
langkah-langkah :
1. Simulasi dan Latihan Pencairan Kelas
2. Simulasi dan Latihan Pengenalan Diri
3. Simulasi dan Latihan Pengenalan Orang Lain
E. Evaluasi
Petunjuk : Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas.
1. Sebutkan langkah-langkah proses pengenalan dan membangun kerjasama
disertai contohnya masing-masing.
15
BAB IV
GAYA BELAJAR DAN KETIDAKMAMPUAN BELAJAR
A. Gaya Belajar
Memahami Gaya Belajar (Learning Style Assessment), yaitu berusaha
mengetahui gaya belajar diri sendiri dan juga gaya belajar orang lain. Gaya belajar
seseorang mempengaruhi efektivitas belajar bersama. Para ahli di bidang
pendidikan mencoba mengembangkan teori mengenai gaya belajar sebagai cara
untuk mencari jalan agar belajar menjadi hal yang mudah dan menyenangkan.
Sebagaimana kita ketahui, belajar membutuhkan konsentrasi. Situasi dan kondisi
untuk berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar Anda. Jika Anda
mengenali gaya belajar Anda, maka Anda dapat mengelola pada kondisi apa,
dimana, kapan dan bagaimana Anda dapat memaksimalkan belajar Anda.
Apa gaya belajar itu? Gaya belajar adalah (www.ut.ac.id/strategibjj/gaya1.htm) cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima
informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Gaya belajar
setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan
(hasil belajar). Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri
seseorang bahkan dengan latihan sekalipun. Tetapi ada juga hal-hal yang dapat
dilatihkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang terkadang justru tidak dapat
diubah. Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat Anda menjadi lebih
pandai. Tapi dengan mengenali gaya belajar, Anda akan dapat menentukan cara
belajar yang lebih efektif. Anda tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan
belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar Anda dapat optimal.
Kemampuan seseorang untuk memahami suatu materi yang sedang
dipelajarinya dapat dipengaruhi oleh hubungannya dengan orang lain. Alasan
kebutuhan belajar berkelompok ini bisa bermacam-macam, seperti:
1. Agar termotivasi untuk belajar, karena kelompok yang kuat biasanya akan
saling memotivasi untuk belajar;
2. Lebih mudah memahami suatu informasi/pengetahuan, karena anggota dalam
kelompok saling mengisi dalam belajar;
16
3. Adanya mata diklat tertentu yang menuntut belajar dalam kelompok sebagai
bagian dari kegiatan atau tugas belajar.
Jika Anda tidak suka belajar dalam kelompok, Anda mungkin dapat
memilih belajar sendiri. Di samping itu, ada yang memiliki kecenderungan untuk
belajar dengan bimbingan dari orang yang dianggap lebih tahu, seperti
widyaiswara, instruktur, guru, dosen, tutor, atau bahkan alumni. Coba kenali
kebutuhan sosialisasi Anda. Kemandirian Anda ditentukan oleh kemampuan Anda
mengenali kebutuhan sosialisasi Anda. Baik belajar sendiri, dengan bantuan tutor
maupun belajar berkelompok; Anda tetap mandiri jika Anda dapat memutuskan
kebutuhan sosialisasi ini. Ini berarti Anda mengenali kebutuhan sosialisasi Anda.
Ada empat macam metode belajar :
1. Concrete Experience (CE)
Metode ini menggambarkan seseorang cepat mengerti didasarkan karena
pengalaman yang dimiliki dan apa yang diyakininya.
2. Reflective Observation (RO)
Menggambarkan pendekatan pembelajaran yang bersifat tentatif, adil, dan
reflektif. Seseorang yang menggunakan metode ini cenderung menjadi
pengamat yang obyektif.
3. Abstract Concentualization (AC)
Pembelajaran dengan mendasarkan pada analisis konseptual. Seseoang yang
termasuk menggunakan metode ini cenderung memilih situasi belajar yang
impersonal yang menekankan pada teori dan analisis yang sistematis.
4. Active Experience (AE)
Pembelajaran dengan berorientasi pada pelaksanaan yang aktif, meyakini hasil
eksperimen.
Gabungan metode belajar tersebut di atas menghasilkan Gaya Belajar
(Learning Style) yaitu :
1. Accomodator Style :
Gaya belajar ini merupakan gabungan dari CE dan AE. Seseorang dengan gaya
ini lebih menyukai pelaksanaan suatu rencana dan melibatkan diri dan
bertindak lebih berdasarkan perasaan daripada hasil analisis logika. Dalam
17
18
ini
diyakini
merupakan
suatu
kelainan
pada
fungsi
otak.
Ketidakmampuan belajar lima kali lebih sering ditemukan pada pembelajar pria.
Seorang pembelajar yang mengalami ketidakmampuan belajar seringkali
mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan penglihatan dan gerakannya
serta menunjukkan kecanggungan ketika melaksanakan kegiatan fisik, seperti
memotong, mewarnai, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu dan berlari.
Pembelajar juga mungkin mengalami masalah dengan persepsi penglihatan atau
pengolahan fonologis (misalnya dalam mengenali bagian-bagian atau pola dan
membedakan berbagai jenis suara) atau masalah dengan ingatan, percakapan,
pemikiran serta pendengaran.
Gejala lainnya adalah pemusatan perhatian yang pendek dan perhatiannya
mudah terganggu, percakapannya terputus serta ingatannya pendek. Pembelajar
juga mungkin mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan mengendalikan
dorongan serta memiliki masalah dalam kedisiplinan artinya gangguan belajar
secara sosial dan emosional. Mereka mungkin menunjukkan sikap hiperaktif,
menarik diri, pemalu atau agresif. Kadang-kadang pembelajar mengalami
kesulitan dalam mengekspresikan perasaan mereka, menenangkan diri, dan
membaca isyarat-isyarat non verbal yang dapat menyebabkan kesulitan di dalam
kelas dan dengan rekan-rekan mereka.
Ada tujuh macam ketidakmampuan belajar :
1. Hanya mengenal peran dan posisi masing-masing (Im my position);
2. Musuh (penyebab masalah) ada di luar sana (the enemy is out there);
3. Ilusi mengambil tanggungjawab (the illusion of taking charge);
4. Terpaku pada peristiwa-peristiwa (the fixation on events);
5. Perumpamaan Kodok Rebus (the parable of boiled frog);
19
belajar
adalah
ketidakmampuan
untuk
menerima,
D. Evaluasi
Petunjuk : Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas.
1. Jelaskan pengertian gaya belajar.
2. Jelaskan empat gaya belajar disertai kecocokannya masing-masing dengan
profesi.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ketidakmampuan belajar
4. Jelaskan penyebab terjadinya ketidakmampuan belajar.
20
BAB V
MEMBANGUN TIM BELAJAR DAN MENGATASI KONFLIK
21
4. Komunikasi bersifat terbuka, diskusi cara kerja baru atau memperbaiki kinerja
lebih berjalan secara baik, karena anggota tim terdorong untuk lebih
memikirkan permasalahannya;
5. Pemecahan masalah lebih efektif karena kemampuan tim lebih memadai;
6. Umpan balik kinerja lebih memadai karena anggota tim mengetahui apa yang
diharapkan dan dapat membandingkan kinerja mereka terhadap sasaran tim;
7. Konflik diterima sebagai hal yang wajar, dan dianggap sebagai kesempatan
untuk menyelesaikan masalah. Melalui diskusi tersebut konflik bisa
diselesaikan secara maksimal;
8. Keseimbangan tercapainya produktivitas tim dengan pemenuhan kebutuhan
pribadi;
9. Tim dihargai atas hasil yang sangat baik, dan setiap anggota dipuji atas
kontribusi pribadinya;
10. Anggota
kelompok
termotivasi
untuk
mengeluarkan
ide-idenya
dan
22
23
dihalang-halangi
atau
akan
dihalang-halangi
(Lembaga
24
25
26
27
TABEL 1
GAYA TANGGAPAN TERHADAP KONFLIK
No
1
Gaya
Menghindar
Mengakomodasi
Menang/Kalah
Kompromi
Penyelesaian
masalah
Ciri Perilaku
Tidak
mau
berkonfrontasi.
Mengabaikan
atau
melewatkan
pokok
permasalahan.
Menyangkal bahwa hal
tersebut
merupakan
masalah.
Bersikap menyetujui,
tidak agresif. Kooperatif
bahkan
dengan
mengorbankan
keinginan pribadi.
Konfrontatif, menuntut
dan
agresif.
Harus
menang dengan cara
apapun.
Mementingkan
pencapaian sasaran
utama semua pihak serta
memelihara hubungan
baik. Agresif namun
kooperatif.
Kebutuhan kedua belah
pihak adalah sah dan
penting. Penghargaan
yang tinggi terhadap
sikap saling mendukung.
Tegas dan kooperatif.
Alasan Penyesuaian
Perbedaan yang ada terlalu
kecil atau terlalu besar
untuk diselesaikan. Usaha
penyelesaian
mungkin
mengakibatkan
rusaknya
hubungan atau menciptakan
masalah
yang
lebih
kompleks.
Tidak
sepadan
jika
mengambil resiko yang
akan merusak hubungan &
menimbulkan
ketidakselarasan secara
keseluruhan.
Yang kuat menang. Harus
membuktikan superioritas.
Paling benar secara etis dan
profesi.
Tidak ada ide individu yang
sempurna. Seharusnya ada
lebih satu cara yang baik
dalai melakukan sesuatu.
Anda harus berkorban
untuk dapat menerima.
Ketika pihak-pihak yang
terlibat mau membicarakan
secara
terbuka
pokok
permasalahan, solusi yg
saling menguntungkan
dapat ditemukan tanpa satu
pihakpun dirugikan
28
Bagan 1
Alur Penyelesaian Konflik
E. Rangkuman
1. Tim adalah suatu kelompok yang berinteraksi secara positif dengan hubungan
secara timbal balik sesuai fungsi dan tugas masing-masing individu untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Unsur-unsur tim yang dinamis antara lain : menyatakan secara jelas misi dan
tujuan tim, beroperasi secara kreatif, memfokuskan pada hasil, memperjelas
peran dan tanggung jawab, diorganisasikan dengan baik, dibangun atas
kekuatan individu, saling mendukung kepemimpinan anggota yang lain,
mengembangkan iklim tim, menyelesaikan ketidaksepakatan, berkomunikasi
secara terbuka, membuat keputusan secara obyektif, dan mengevaluasi
efektifitasnya sendiri. Tahapan pembentukan tim meliputi : forming, norming,
storming, dan performing.
3. Konflik terkait dengan persepsi pihak yang bersangkutan yang merasa
kepentingannya dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi, terlepas dari
ada atau tidak ada halangan tersebut. Apabila konflik ini dibiarkan maka akan
29
F. Evaluasi
Petunjuk : Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas
1. Jelaskan pengertian tim.
2. Jelaskan unsur-unsur tim dan tahapan pembentukan tim.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konflik dan respon apa saja yang
mungkin timbul terhadap konflik.
4. Jelaskan teknik penyelesaian konflik.
30
BAB VI
NILAI-NILAI, NORMA DAN KOMITMEN BELAJAR
A. Nilai Nilai dan Norma (Values and Norms) :
Guna menemukan nilai yang mempunyai kesesuaian dengan pribadi
seseorang (peserta diklat) dalam belajar bersama, diberikan tugas perseorangan
dan tugas kelompok yaitu :
1. Memilih sejumlah nilai pada lembar himpunan nilai yang diberikan yang
sangat terpaut dengan kesesuaian pribadi peserta dalam belajar bersama;
2. Pilihan nilai pribadi didiskusikan dalam kelompok dan selanjutnya disarikan
untuk dipilih sejumlah nilai tertentu untuk dijadikan Norma Belajar
Bersama.
C. Rangkuman
1. Nilai-nilai pribadi peserta diklat selanjutnya diformulasi menjadi norma kelas
yang disepakati. Langkahnya yaitu peserta memilih nilai pribadi yang tersaji
31
D. Evaluasi
Petunjuk : Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas
1. Jelaskan
apa
yang
dimaksud
dengan
norma
kelas
dan
langkah
pembentukannya.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan komitmen belajar dan apa saja kegiatan
yang merupakan tindak lanjutnya.
32
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Richard Y. 1999. Membangun Tim yang Dinamis. Jakarta : PT. Gramedia.
--------------, 1999. Sukses melalui Kerja Sama TIM. Jakarta : PT. Gramedia.
Maddux, Robert B. 2001. Team Building, Terampil Membangun Tim Handal, Edisi
ke-dua, penterjemah Kristiyabudi P. Hananto, Surabaya : PT. Erlangga.
Pranoto, Juni dan Wahyu Suprapti, 2000. Pengembangan Potensi Diri. Modul
SPAMA, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
--------------, 2000. Leadership Laboratory. Bahan Ajar Diklat SPAMA, Jakarta :
Lembaga Administrasi Negara.
Suprapti, Wahyu, 2006. Membangun Kerjasama Tim. Modul Prajabatan Golongan
III. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.