Anda di halaman 1dari 7

0

More

Next Blog

Create Blog

Ade Rahmayani Siregar


My blog, My secret........

Minggu, 16 Juni 2013

Teori Albert Bandura (Modeling)


Latar Belakang Tokoh
Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember
1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan
disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam
jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951
dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program
doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford University.
Beliau banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia
dan tertarik pada nilai eksperimen. Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor
dan seterusnya menerima anugerah American Psychological Association untuk Distinguished
scientific contribution pada tahub 1980.
Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang
pengaruh keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah
mulai meneliti tentang agresi pembelajaran social dan mengambil Richard Walters, muridnya
yang pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat, walaupun
prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu
harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma
behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu
konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran,
pemahaman, dan evaluasi.

Digital clock

13:37:59
Ada kesalahan di dalam gadget ini

Arsip Blog
2013 (20)
Juni (8)
Psychestra Harmony
Makalah Psikologi Perkembangan 1
(PUM 1)
Kasus Pribadi Operant Conditioning
PUM 2
Kasus Pribadi Modeling PUM 2
Teori Albert Bandura (Modeling)
Kepribadian menurut Gordon Willard
Allport
PIO (Ergonomi)
Laporan Hasil Observasi Psikologi
Pendidikan
Mei (8)
April (1)
Maret (1)
Februari (2)

Teori Belajar Sosial Kognitif


Belajar (learning) dapat didefenisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku,
pengetahuan, dan keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman. Cakupan belajar
itu luas, tidak hanya belajar melibatkan perilaku akademik saja melainkan non-akademik juga.
Albert Bandura menyatakan bahwa belajar itu didasarkan dengan proses mental yang ia
kembangkan dengan teori belajar sosial kognitif.
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang
tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura
(1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip prinsip teori teori belajar perilaku,
tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat isyarat perubahan

Pengikut
Followers (2)

Follow

About Me

Ada kesalahan di
dalam gadget ini

perilaku, dan pada proses proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran social
kognitif, kita akan menggunakan penjelasan penjelasan reinforcement eksternal dan
penjelasan penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain.
Dalam pandangan belajar social manusia itu tidak didorong oleh kekuatan kekuatan dari
dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus stimulus lingkungan.
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social ( Social Learning
Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen

Ade
Rahmayani
Siregar
Ikuti

Lihat profil

65

Sign In

kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori
belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah

lengkapku

eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak anak meniru seperti perilaku agresif dari
orang dewasa disekitarnya.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura

Pembelajaran Hidup

menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor perilaku memainkan peran penting
dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih
keberhasilan, factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya.
Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif social.
Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau
mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model
deterministik resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan
lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan
mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif
mempengaruhi perilaku. Faktor person (kognitif) Bandura tak punya kecenderungan kognitif
terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi,
keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.

Teori Pembelajaran Modeling


Teori belajar modeling merupakan teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura.
Dimana modeling adalah proses belajar dengan mengamati tingkah laku atau perilaku dari
orang lain disekitar kita. Modeling yang artinya meniru, dengan kata lain juga merupakan
proses pembelajaran dengan melihat dan memperhatikan perilaku orang lain kemudian
mencontohnya. Hasil dari modeling atau peniruan tersebut cenderung menyerupai bahkan sama
perilakunya dengan perilaku orang yang ditiru tersebut. Modeling ini dapat menjadi bagian
yang sangat penting dan powerfull pada proses pembelajaran.
Pada modeling ini, kita tidak sepenuhnya meniru dan mencontoh perilaku dari orang
orang tersebut, namun kita juga memperhatikan hal hal apa saja yang baik semestinya untuk
ditiru atau dicontoh dengan cara melihat bagaimana reinforcement atau punishmentnya yang
akan ditiru. Dengan kata lain, semua pembelajaran tidak ada yang terjadi secara tiba tiba
atau instan. Baik itu pada pendekatan belajar classical conditioning maupun pendekatan
belajar operant conditioning. Namun, pembelajaran melalui modeling waktu yang digunakan
cenderung lebih singkat dari pada pembelajaran dengan classical dan operant conditioning.
Dalam konsep belajar ini, orang tua memainkan peranan penting sebagai seorang model atau
tokoh bagi anak anak untuk menirukan tingkah laku yang akan mereka pelajari.
Menurut Bandura terdapat empat proses yang terlibat di dalam pembelajaran melalui
pendekatan modeling, yaitu perhatian (attention), pengendapan (retention), reproduksi motorik
(reproduction), dan penguatan (motivasi).
1. Perhatian(attention), yang artinya kita memperhatikan seperti apa perilaku atau tindakan
tindakan yang dilakukan oleh prang yang akan ditiru.
2.

Pengendapan(retention), dilakukan setelah mengamati perilaku yang akan ditiru dan


menyimpan setiap informasi yang didapat dalam ingatan, kemudian mengeluarkan ingatan
tersebut saat diperlukan.

3. Reproduksi motori(reproduction), hal ini dapat menegaskan bahwa kemampuan motorik


seseorang juga mempengaruhi untuk dapat memungkinkan seseorang meniru suatu
perilaku yang dilihat baik secara keseluruhan atau hanya sebagian.
4.

Penguatan(motivation), penguatan ini sangat penting. Karena dapat menentukan


seberapa mampu kita nantinya melakukan peniruan tersebut, namun penguatannya dari
segi motivasi yang dapat memacu keinginan individu tersebut untuk memenuhi tahapan
belajarnya.
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah faktor biologi. Faktor biologi juga sangat

penting dalam penunjangan proses pembelajaran modeling secara penuh. Karena apabila
faktor biologi kita tidak mendukung, maka proses pembelajaran yang akan dilakukan juga
akan mengalami kendala.

Kesalahan dalam sebuah proses itu hal yang


wajar, namun lebih baik + indah jika kita
belajar kembali dari kesalahan itu dan
memperbaiki proses kehidupan yang lebih
INDAH.....

Ciri ciri teori Pemodelan Bandura :

1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan,


2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain-lain,
3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru

sebagai model,
4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan

yang positif,
5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah

laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif

1.

Jenis jenis Peniruan (Modeling):


Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran
social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling,
yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu
melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru
tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh:

2.

Meniru gaya penyanyi yang disukai.


Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak
langsung. Contoh: Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan
seorang guru mengajarkan rekannya.

3.

Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang
berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh: Pelajar meniru
gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.

4.

Peniruan Sesaat / seketika.


Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. Contoh:
Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.

5.

Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh:
Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.

Eksperimen Albert Bandura


Bandura percaya bahwa proses kognitif juga mempengaruhi Observastional Learning
atau jika kita hanya belajar dengan cara trial-and-error, maka belajar menjadi sesuatu yang
sangat sulit dan memakan waktu lama. Salah satu kontribusi yang sangat penting dari Albert
bandura adalah menekankan bahwa manusia belajar tidak hanya dengan classical dan operant
conditioning, tetapi juga dengan mengamati perilaku orang lain. Yang mana teori tersebut
disebutnya dengan peniruan atau modeling.
Untuk mengatahui seberapa jauh kebenaran teorinya tersebut, Albert Bnadura
melakukan penelitian pada dua orang anak untuk mengetahui keagresifan atau rasa ketakutan
mereka. Dia menempatkan kedua anak tersebut di laboratoriumnya dengan kondisi yang
sama dan perlakuan yang berbeda, kemudian memperbandingkan proses belajarnya dengan
menggunakan tontonan film. Percobaan tersebut sering dikenal sebagai percobaan dengan
boneka bobo doll. Bandura memposisikan anak pertama pada satu ruangan yang telah
tersedia satu buah boneka besar yang telah diikat oleh Bandura.
Begitu juga dengan anak yang kedua ditempatkan pada ruangan dengan kondisi yang
sama. Kemudian anak pertama diberikan tontonan film action(film laga), sedangkan anak yang
kedua tidak diberi tontonan film action tsb. Setelah perlakuan tersebut, kedua anak itu
dibiarkan berada pada ruangannya masing masing dengan boneka yang telah disiapkan
sebelumnya.
Sesaat kemudian, anak yang pertama menirukan segala perilaku atau tindakan yang

ada pada film yang telah ia tonton sebelumnya. Sedangkan anak yang kedua, hanya diam dan
memperhatikan boneka yang ada dihadapannya tanpa melakukan hal hal yang bersifat action
seperti pada anak yang pertama. Boleh dikatakan bahwa anak yang pertama lebih agresif
dibandingkan anak yang kedua. Pola belajar yang dilakukan oleh anak tersebut disebut dengan
modeling (peniruan). Dimana terlihat jelas bahwa anak yang pertama meniru segala gerakan
atau aksi yang dilakukan oleh pemain pemain film action yang ia tonton dan kemudian ia
terapkan kepada boneka bobo doll yang ada dihadapannya. Hal tersebut dapat dikatakan
sebagai cara belajar dengan modeling.

Place Learning
Dalam percobaannya yang pertama untuk menguji proses belajar dari sudut pandang
kognitif, Tolman mendesain sebuah labirin yang ditinggikan. Tikus-tikus yang menjadi hewan
percobaan berlari dari titik A di seberang meja bundar terbuka melalui titik C D(yang memiliki
dinding gang) dan akhirnya ke titik G, dimana kotak makanan disediakan. Sementara itu H
adalah cahaya yang bersinar langsung pada jalan turun dari titik G ke F.Setelah empat
malam(tiga percobaan per malam), di mana tikus belajar untuk berjalan secara langsung dan
tanpa ragu-ragu dari A ke G, alat percobaan diubah menjadi ledakan matahari. Jalan awal dan
meja tetap sama namun serangkaian jalur memancar ditambahkan.
Tikus tikus itu kembali berlari dari titik A, lalu melintasi meja bundar ke gang dan
menemukan diri mereka diblokir. Mereka kemudian kembali ke meja dan mulai menjelajahi
hampir semua jalan memancar sebelum akhirnya menemukan jalan yang tersingkat untuk
mencapai kotak makanan tersebut.
Dari percobaan tersebut, Tolman menyimpulkan bahwa tikus-tikus itu telah belajar
peta kognitif dari titik A (tempat dimana tikus mulai berlari) sampai ke titik G (kotak
makanan). Peta kognitif ialah kesadaran mental yang didapatkan dari struktur ruang fisik atau
unsur-unsur yang terkait.
Dalam merumuskan peta kognitif, Tolman menguji apa yang disebut sebagai belajar
respons (response learning) dan belajar tempat (place learning). Response learning terjadi
ketika tikus tahu bahwa dengan menempuh jalan tertentu dalam labirin akan mengantarnya
pada makanan. Sedangkan place learning terjadi setiap kali tikus belajar untuk
mengasosiasikan adanya makanan di suatu tempat tertentu. Tolman kemudian menemukan
bahwa semua tikus dalam labirin baru bisa menempuh jalur yang benar setelah 8 kali trial dan
tidak ada yang bisa belajar dengan cepat dalam response-learning, bahkan beberapa tikus
tidak belajar sama sekali setelah 72 trial.

Latent Learning
Latent learning atau belajar laten adalah teori belajar yang tidak diwujudkan dalam
performance atau dengan kata lain belajar laten merupakan belajar yang tidak mendapat
penguatan yang tidak secara langsung ditampilkan ke dalam perilaku. Belajar laten merupakan
teknik belajar yang terbengkalai dalam waktu yang amat panjang sebelum hal tersebut
dinyatakan dalam perilaku.
Eksperimen teori belajar laten yang paling terkenal dilakukan oleh Tolman dan Honzik
(1930) dengan melibatkan tiga kelompok tikus yang mencoba belajar untuk memecahkan
suatu kebingungan (jaringan jalan yang simpang siur). Kelompok pertama, tidak pernah
diperkuat untuk melintasi jalan yang simpang siur. Kelompok kedua, selalu diperkuat,
sedangkan kelompok ketiga tidak diperkuat sampai percobaan hari kesebelas.
Nah, berdasarkan teori belajar laten, kelompok ketiga akan belajar di jalan simpang
siur sama halnya dengan kelompok yang diperkuat secara teratur dan ketika penguatan
diperkenalkan pada hari kesebelas, kelompok ini akan melakukan hal yang sama seperti
kelompok yang secara terus menerus diperkuat.

Insight Learning and Learning Sets


Wolfgang Kohler melakukan eksperimen pada Simpanse untuk mendukung teorinya
tentang Insight Learning and Learning Sets di Pulau Canary pada tahun 1913-1920.

Berikut adalah eksperimen yang dilakukan oleh Wolfgang Kohler:


Eksperimen I
Wolfgang Kohler membuat sebuah sangkar yang didalamnya telah disediakan sebuah
tongkat. Simpanse kemudian dimasukkan dalam sangkar tersebut, dan di atas sangkar diberi
buah pisang. Melihat buah pisang yang tergelantung tersebut, Simpanse berusaha untuk
mengambilnya namun selalu mengalami kegagalan. Dengan demikian Simpanse mendapat
masalah dalam dirinya, yaitu bagaimana caranya untuk mendapatkan buah pisang agar dapat
dimakan. Karena didekatnya ada sebuah tongkat maka timbullah pengertian bahwa untuk
meraih sebuah pisang harus menggunakan tongkat tersebut.
Eksperimen II
Pada eksperimen yang kedua, masalah yang dihadapi oleh Simpanse masih sama yaitu
bagaimana cara mengambil buah pisang. Namun di dalam sangkar tersebut diberi dua tongkat.
Simpanse mengambil pisang dengan satu tongkat, namun selalu mengalami kegagalan karena
buah pisang diletakkan semakin jauh di atas sangkar. Tiba-tiba muncul insight (pemahaman)
dalam diri Simpanse untuk menyambung kedua tongkat tersebut. Dengan kedua tongkat yang
disambung itu, Simpanse menggunakannya untuk mengambil buah pisang yang berada di luar
sangkar. Ternyata usaha yang dilakukan oleh Simpanse ini berhasil.
Eksperimen III
Dalam eksperimen yang ketiga, Wolfgang Kohler masih menggunakan sangkar,
Simpanse, dan buah pisang. Namun dalam eksperimen ini di dalam sangkar diberi sebuah
kotak yang kuat untuk bisa dinaiki oleh Simpanse. Pada awalnya Simpanse berusaha meraih
pisang yang digantung di atas sangkar, tetapi ia selalu gagal. Kemudian Simpanse melihat
sebuah kotak yang ada di dalam sangkar tersebut, maka timbullah insight dalam diri Simpanse
yakni mengambil kotak tersebut untuk ditaruh tepat dibawah pisang. Selanjutnya, Simpanse
menaiki kotak dan akhirnya ia dapat meraih pisang tersebut.
Eksperimen IV
Eksperimen yang keempat masih sama dengan eksperimen yang ketiga, yaitu buah
pisang yang diletakkan di atas sangkar dengan cara agak ditinggikan, sementara di dalam
sangkar diberi dua buah kotak. Semula Simpanse hanya menggunakan kotak satu untuk
meraih pisang, tetapi gagal. Simpanse melihat ada satu kotak lagi di dalam sangkar dan ia
menghubungkan kotak tersebut dengan pisang dan kotak yang satunya lagi. Dengan
pemahaman tersebut, Simpanse menyusun kotak-kotak itu dan ia berdiri di atas susunan
kotak-kotak dan akhirnya dapat meraih pisang di atas sangkar dengan tangannya.
Dari eksperimen-eksperimen tersebut, Kohler menjelaskan bahwa Simpanse dalam
percobaan harus dapat membentuk persepsi tentang situasi total dan saling menghubungkan
antara semua hal yang relevan dengan problem yang dihadapinya sebelum muncul insight.
Percobaan tersebut menjelaskan bagaimana Simpanse dapat memecahkan masalahnya dengan
insight yang dimilikinya dimana insight tersebut digunakan untuk memecahkan permasalahan
lainnya.
Insight learning adalah sebuah bentuk pemecahan masalah pada saat organisme
memiliki pemahaman mendalam/ insight (ide) secara tiba-tiba terhadap suatu masalah untuk
memahami dan memecahkan masalah tersebut.

Faktor Biologis
Belajar adalah proses yang secara harfiah membentuk kehidupan kita. Kita harus ingat
bahwa kemampuan kita untuk belajar dari pengalaman tidak terbatas, dipengaruhi dalam
berbagai cara oleh faktor biologi
Penelitian Susan Mineka dari universitas Northwestern dan rekan-rekannya
menunjukkan kesiapan biologis untuk belajar rasa takut dalam beberapa hal lebih mudah
daripada belajar rasa takut dari proses modeling. Dari sebuah penelitian, cook dan mineka
(1990) menunjukkan monyet di sebuah laboratorium yang belum pernah melihat rekaman
video ular, lalu monyet tersebut berperilaku ketakutan di hadapan ular buatan dan tidak
berperilaku ketakutan di depan bunga buatan. Seperti yang telah diharapkan, monyet di

laboratorium menunjukkan peningkatan besar rasa ketakutan mereka terhadap ular buatan.
Kelompok monyet yang lain ditunjukkan rekaman video yang diedit yang menampilkan monyet
liar penuh ketakutan pada bunga-bunga dan bukan ular. Paparan video ini tidak membuat
takut pada ular maupun pada bunga.

REFERENCE:

King, Laura A., 2010. Psikologi Umum. Penerbit Salemba Humanika. Jakarta.
Plotnik, Rod., 2005. Introduction To Psychology. Thomson Learning. America.
Feldman,
Robert S., 2012. Pengantar Psikologi. Penerbit Salemba Humanika. Jakarta.
Lahey, Benjamin B., 2007. Psychology An introduction. McGraw-Hill. Amerika
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura346947.html
http://psychclassics.yorku.ca/Tolman/Maps/maps.htm
Diposkan oleh Ade Rahmayani Siregar di 10.43
Rekomendasikan ini di Google

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai:

Publikasikan

Google Account

Pratinjau

Posting Lebih Baru

Beranda

Posting Lama

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Recent Posts

Music
Get Free Music at www.divine-music.info

Get Free Music at www.divine-music.info


Free Music at divine-music.info

Aderahmayani. Template Watermark. Gambar template oleh nicodemos. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai