JURNAL ILMIAH
TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP MALPRAKTEK YANG
DILAKUKAN OLEH TENAGA MEDIS BERDASARKAN UNDANGUNDANG NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT
Oleh :
MOHAMMAD SYAFRONI
D1A 009 026
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2013
ii
Oleh :
MOHAMMAD SYAFRONI
D1A 009 026
Menyetujui
Mataram,
Juli 2013
Pembimbing Pertama,
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggung jawab Rumah Sakit
terhadap malpraktek yang dilakukan oleh tenaga medis berdasarkan Undang-Undang
No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Pelitian ini penelitian hukum normatif
dengan menggunakan metode penelitian normatif yuridis, dengan pendekatan
perundang-undangan, pendekatan konseptual dan sejarahnya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, Rumah Sakit berdasarkan UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit
bertanggung jawab secara hukum atas segala kelalaian atau malpraktek yang
dilakukan oleh tenaga medisatau tenaga kesehatan lain yang menimbulkan kerugian
bagi pasien atau pihak lain. Dalam hal Perlindungan hukum yang diberikan oleh
Rumah Sakit terhadap tenaga kesehatan atau medis, bahwa tenaga kesehata atau
medis mendapat perlindungan secara hukum dalam menjalankan tugas dan profesinya
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
Kata kunci: Tanggung Jawab Rumah Sakit atas Malpraktek Medik
ABSTRACT
This study aims to determine the responsibility of the Hospital for malpractice
committed by medical personnel pursuant to Law No.44Year 2009 on Hospital. This
Pelitiannormativ elegal research using normative legal research methods, the
approach tolegislation, conceptual approach and its history.
These results indicate that, based on Hospital Law No. 44 Year 2009 on the
Hospital, that hospital is legally responsible for any negligence or malpractice by
medical personnel who cause harm to others or the patient. In terms of legal
protection diberkan by the Hospital against medical personnel, that the health care
practitioner protected by law and professional duties in accordance with the
provisions of Law No. 44 Year 2009 on Hospital.
Keyword : Responsibility of the Hospital medical malpractice.
iv
PENDAHULUAN
Rumah Sakit merupakan salah satu organ yang bergerak melalui hubungan
hukum dalam masyarakat yang diikuti oleh norma hukum dan norma etik masyarakat.
Kedua norma tersebut berbeda baik dalam pembentukannya maupun dalam
pelaksanannya, dan kedua norma tersebut tetap dipergunakan dan tetap diterapkan
dalam Rumah Sakit untuk melayani kebutuhan pasien yang
membutuhkan
pertolongan kesehatan.
Dalam pelayanan dibidang medis, pasien dikenal sebagai penerima jasa
pelayanan kesehatan dan dari pihak Rumah sakit sebagai pemberi jasa pelayanan
kesehatan dalam bidang perawatan kesehatan. Dari sudut pandang sosiologis dapat
dikatakan bahwa pasien maupun tenaga kesehatan memainkan peranan-peranan
tertentu dalam masyarakat. Dalam hubungan dengan tenaga kesehatan, misalnya
Dokter, tenaga kesehatan mempunyai posisi yang dominan apabila dibandingkan
dengan kedudukan pasien yang awam dibidang kesehatan. Pasien dalam hal ini,
dituntut untuk mengikuti nasehat dari tenaga kesehatan, yang mana lebih mengetahui
akan bidang pengetahuantersebut. Dengan demikian pasien harus percaya pada
kemampuan Dokter tempat dia menyerahkan nasibnya. Dalam proses penyembuhan
yang dilakukan oleh tenaga medis terhadap pasien harus ada persejuan terlebih
dahulu, setelah disetujui maka akan timbul hubungan hukum antar pasien dengan
dokter atau Rumah Sakit.
Hubungan hukum yang timbul antara pasien dan rumah sakit dapat
dibedakan pada dua macam perjanjian yaitu,a).perjanjian perawatan
vi
Gronroos Sutopo. dan Shita Febriana. Perlindugan Hukum Bagi Pasien. cet 1(Jakarta :
vii
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini dapat dilihat dari
bebagai segi; 1) secaraakademisi : Untuk mengetahui pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu kesehatan yang berkaitan dengan malpraktek oleh
tenaga medis, sehingga memperluas dan menambah wawasan serta berpikir secara
logis, kritis, dan lumrah. 2). Secara praktis : untuk memberikan sumbangan pemikiran
bagi praktisi hukum Rumah Sakit, dan tenaga medis/ tenaga kesehatan lainnya dalam
penyelesaian masalah di bidang hukum khususnya yang berhubungan dengan
malpraktek medik yang dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit.
Penelitian ini menggunakan penelitian Normatif Yuridisdengan pendekatan
perurandang undangan dan sejarah, sumber dan bahan hukum dalam penelitian ini
terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
viii
PEMBAHASAN
ix
tersebut diberikan sanksi berupa pemindahan kerja ke instansi kesehatan lain atau
pemberhentian sementara, bahkan pemberhentian tidak dengan hormat jika diaggap
pelanggaran tersebut merupakan pelanggaran disiplin tingkat berat. Hal ini sesuai
dengan peraturan disiplin PNS yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang telah diubah melalui Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Sedangkan terhadap dokter yang swasta,
dalam hal melakukan kesalahan/kelalaian biasanya sanksi yang dijatuhkan berupa
diberhentikan oleh Rumah Sakit tempat ia bekerja sesuai dengan kesepakatan dalam
kontrak kerjanya. Dan akibat dari kesalahan dokter atau paramedis lain yang
menyebabkan kerugian terhadap pasien akan menjadi beban bagi pihak Rumah
Sakit.2
Apabila tenaga medis (dokter) terbukti melakukan malpraktek karena kasus
culpa (tidak hati-hati) menurut Black (1979-241), culpa terdiri dari tiga tingkatan:3
1. Culpa lata, yaitu malpraktek sebagai akibat dari sangat tidak berhati-hati,
kesalahan serius atau sembrono
2. Culpa levis, yaitu malpraktek yang lahir sebagai akibat dari kesalahan biasa
3. Culpa levisiman, yaitu malpraktek yang timbul sebagai akibat dari kesalahan
ringan.
2
3
Ibid. hal. 55
Oenar Seno Adji, 1991. Perbuatan melawan hukum. Jakarta Remaja Rosdakarya, hal 125
xi
harus dibuktikan dengan jelas. Hasil negatif tidak dapat dijadikan sebagai
dasar untuk menyalahkan tenaga medis.
2. Cara tidak langsung yaitu cara ini merupakan cara pembuktian yang mudah
bagi pasien yakni dengang mengajukan fakta-fakta yang diderita oleh pasien.
Dan dapat diterapkan apabila memenuhi kriteria:
a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga medis tidak lalai
b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga medis
c. Fakta itu terjadi tampa ada kontribusi dari pasien.
Seorang dokter atau tenaga medis yang melakukan malpraktek, dapat
dikenakan Pasal 359, 360, KUHPidana bila malpraktek itu dilakukan dengan sangat
tidak hati-hati, kesalahan serius, sembrono. Itu tidak berlaku dalam hukum perdata.
Culpa levisdan culpa lata yang tidak dapat dikenakan hukum pidana dapat ditampung
dalam hukum perdata dan hukum disiplin tenaga kesehatan/medis.
Jika Pasal 322 KUHP dapat mempidanakan seorang dokter karena melanggar
kewajibannya untuk merahasiakan apa yang menjadi pengetahuannya, maka Kode
Etik Kedokteran Indonesia disebut pula Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1966
dimana Menteri Kesehatan dapat mengambil tindakan administratif terhadap seorang
dokter, yang tidak dapat dipidanakan berdasarkan Pasal 322 KUHP.6
Berdasarkan Undang-Undang Rumah Sakit, Rumah Sakit bertanggung jawab
terhadap semua kerugian yang menimpa seseoran sebagai akibat dari kelalaian tenaga
medis di Rumah Sakit, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 46 Undang-Undang
Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Ketentuan pasal 46 ini menjadi dasar
yuridis bagi seseorang untuk meminta tanggung jawab pihak Rumah Sakit jika terjadi
Titik Triwulan dan Shinta Febrina,perlindungan hukum bagi pasien. Edisi pertama, (jakarta :
PT prestasi pustaka. 2010). Hal 63
xii
xiii
Ibid.hal. 39
xiv
Edi Sumarwanto, Dokter dan Tanggung Jawab Rumah Sakit, www.google.com, di akses
pada tanggal 12 juni 2013
10
http://Muhammadjabir. berita/pasien-tanggung-jawab-dokter-atau-Rumah-Sakit. di askes
pada tanggal 12 juni 2013
xv
11
Sri Prapti Aningsih.kedudukan hukum perawat dalam upaya pelayanan kesehatan rumah
Ibid,hal 111
xvi
Sebagai
akibat
dari
kemajuan
dan
perkembangan
Iptekdok
telah
mengakibatkan meningkatnya biaya kesehatan yang harus dipikul oleh pasien sebagai
pengguna jasa pelayanan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan pengawasan dan
pengendalian agar penerapan ilmu dan teknologi kedokteran di Rumah Sakit benarbenar sesuai dengan persyaratan profesi.13
Hubungan hukum yang terjadi antara pasien dan Rumah Sakit bisa dibedakan
dalam dua jenis perjanjian:14
a. Perjanjian perawatan, seperti kamar dengan perlengkapan
b. Perjanjian pelayanan medis, berupa tindakan medis yang dilakukan oleh dokter
yang dibantu oleh para medis.
Manajemen Rumah Sakit harus berusah mencegah terjadinya menyimpangan
maupun penyalahgunaan teknologi kedokteran yang merugukan pasien dengan
standar pelayanan medik yang baku yang wajib ditaati oleh staf Rumah Sakit. Dengan
demikian kualitas pelayanan medik yang baik dapat terjamin dan perhitungan biaya
yang harus dikeluarkan oleh pasien sebagai pengguna jasa dapat dipertanggung
jawabkan.
13
14
xvii
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan beberapa
hal bahwa :
1.
2.
xviii
B. Saran
Saran
yang
dapat
dikemukakan
berdasarkan
permasalahan
dan
xix
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Gronroos Sutopo. dan Shita Febriana. Perlindugan Hukum Bagi
Pasien. cet 1(Jakarta : Prestos Pustaka Publisher 2010) .
Oenar Seno Adji, 1991. Perbuatan melawan hukum. Jakarta Remaja
Rosdakarya.
Sri Prapti Aningsih.kedudukan hukum perawat dalam upaya pelayanan
kesehatan rumah sakit.edisi pertama, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2007).
Titik Triwulan dan Shinta Febrina,perlindungan hukum bagi pasien. Edisi
pertama, (jakarta : PT prestasi pustaka. 2010).
B. PERATURAN
Indonesia, Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
C. INTERNET
Edi Sumarwanto, Dokter dan Tanggung Jawab Rumah Sakit,
www.google.com, di akses pada tanggal 12 juni 2013
1
http://Muhammadjabir. berita/pasien-tanggung-jawab-dokter-atau-