111
Gardu Induk
Pembangkit
PMS PMT
Beban
PMT
PMT
PMS
Feeder 1
PMT
PMT
PMT
Beban
PMS PMT
PMT
Beban
Feeder 2
PMS
PMT
Beban
PM
Transmisi TT
PMT
Feeder Distribusi TM
.
PM Prime Mover
G - Generator
Distribusi TR
Gardu
Distribusi
PMT
Beban
Konsumen TM
Gardu
Induk
Beban
Beban
Beban
PMT PMS
Konsumen TR
Feeder 2
PMT
3.
Sistem Distribusi
Sistem tenaga listrik merupakan kumpulan
peralatan/mesin
listrik
seperti
generator,
transformator, saluran transmisi, saluran distribusi dan
beban yang merupakan satu kesatuan sehingga
membentuk suatu sistem yang disebut sistem
distribusi tenaga listrik yang berfungsi untuk
mensuplai tenaga dan mengalirkan listrik dari sumber
tenaga listrik (pembangkit, gardu induk, dan gardu
distribusi) ke beban atau konsumen [4].
Dalam sistem distribusi terdapat beberapa
bentuk jaringan yang umum digunakan dalam
menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik yaitu
:
1. Sistem Jaringan Distribusi Radial.
2. Sistem Jaringan Distribusi Rangkaian Tertutup
(loop).
3. Sistem Jaringan Distribusi Spindel.
112
5.1 Tahanan
Tiap konduktor memberi perlawanan atau
tahanan terhadap mengalirnya arus listrik dan hal ini
dinamakan resistensi. Resistensi atau tahanan dari
suatu konduktor (kawat penghantar) diberikan oleh :
Feeder 1
PM S PM T
Beban
Beban
P MT
PMS
PMT
PMS
Feeder 2
PMT
PMS
PMT
PMT
Express Feeder
PMS
GI
PMT
PMS
PMT
PM S
PM T
Beban
GH
Feeder 4
4.
Transformator Distribusi
Transformator atau trafo adalah jenis mesin
listrik statis yang bekerja berdasarkan prinsip
elektromagnetik. Secara umum trafo terdiri dari trafo
daya, trafo tegangan dan trafo arus. Trafo daya adalah
trafo yang bisa digunakan di gardu induk maupun
gardu distribusi. Sedangkan trafo tegangan dan trafo
arus adalah trafo yang digunakan untuk pengukuran
dan proteksi [8].
Bila kumparan primer dengan N 1-lilitan diberi
tegangan bolak-balik V1, maka pada kumparan
tersebut mengalir arus I1 dan menimbulkan fluksi
medan listrik ( ) bolak-balik. Fluksi yang dihasilkan
oleh kumparan primer ini mengalir pada inti trafo.
Saat fluksi mengalir melewati atau memotong
kumparan primer, maka sesuai dengan Hukum
Farraday pada kumparan primer timbul Gaya Gerak
Listrik (GGL) atau tegangan induksi (E1).
Fluksi yang dihasilkan oleh kumparan primer
ini mengalir pada inti trafo. Saat fluksi mengalir
melewati atau memotong kumparan primer, maka
sesuai dengan Hukum Farraday pada kumparan primer
timbul Gaya Gerak Listrik (GGL) atau tegangan
induksi (E1). Demikian juga saat fluksi memotong
kumparan sekunder dengan N 2-lilitan, maka pada
kumparan tersebut juga timbul tegangan induksi (E2).
E = N. (d /dt)
(1)
5. Impedansi Saluran
Untuk perhitungan jatuh tegangan, resistansi
dan reaktansi kedua konduktor perlu diperhitungkan.
Kombinasi antara resistansi dan reaktansi disebut
dengan impedansi yang dinyatakan dalam satuan ohm
[3][5].
Impedansi dapat dihitung dengan rumus :
Z = R + jX
Maka :
2
Z= R
Ohm
X
Keterangan :
Z = Impedansi saluran (Ohm)
R = Tahanan saluran (Ohm)
X = Reaktansi (Ohm)
(2)
Ohm
(3)
Keterangan :
R = Resistansi (Ohm)
= Resistivitas (tahanan jenis penghantar)
l = Panjang kawat (meter)
A = Luas penampang kawat (mm)
PMS
Feeder 3
l
A
5.2 Reaktansi
Sebuah konduktor yang dilalui arus listrik
dikelilingi oleh garis-garis magnetik yang berbentuk
lingkaran-lingkaran konsentrik. Dalam hal ini arus
bolak-balik medan sekeliling konduktor tidaklah
konstan melainkan berubah-ubah dan mengait dengan
konduktor itu sendiri maupun dengan konduktorkonduktor lain yang terletak berdekatan. Oleh karena
adanya kaitan-kaitan fluks tersebut, saluran memiliki
sifat induktansi. Reaktansi induktif dari saluran udara
tiga [2]
Reaktansi penghantar untuk jaringan distribusi
pada umumnya terdiri dari induktansi, maka
reaktansinya disebut induktif (XL) yang dapat dihitung
dengan rumus :
XL
(4)
Keterangan :
XL = Reaktansi jaringan (Ohm)
f = frekwensi (Hz)
L = Induktansi (Henry)
Jelaslah bahwa reaktansi suatu instalasi listrik
tergantung dari :
1. Jarak antar konduktor, yaitu ; semakin besar jarak,
semakin besar pula reaktansi.
2. Radius konduktor, yaitu ; berkurang atau
bertambahnya radius.
3. Panjang saluran, yaitu : akan bertambahnya nilai
reaktansi [6].
5.3 Rugi Daya Pada Jaringan Distribusi
Rugi-rugi daya adalah besarnya daya yang
hilang pada suatu jaringanan, yang besarnya sama
dengan daya yang disalurkan dari sumber dikurangi
besarnya daya yang diterima pada perlengkapan
hubungan bagian utama [4].
Besarnya rugi-rugi daya satu fasa dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut :
P = I2 x R (Watt)
(5)
(2.12)
Keterangan :
P = Rugi daya pada jaringan (Watt)
(2.13)
I
= Arus beban pada jaringan (Ampere)
R = Tahanan murni (Ohm)
Besar rugi-rugi daya pada jaringan tergantung
pada besarnya tahanan dan arus beban pada jaringan
tersebut. Untuk mengetahui besar rugi-rugi daya pada
113
2 x 30 MVA.
AAAC 240 mm2, 7 kms
18,2 kV
Saluran distribusi Feeder dari Gardu IndukDuri merupakan saluran distribusi struktur radial,
menggunakan Kawat penghantar jenis All Alluminum
Alloy Conduktor (AAAC) ukuran 3x240 mm 2,
panjang saluran, dan Impedansi saluran antar trafo
untuk Outgoing Feeder Sedinginan Kota, Outgoing
Feeder Teluk Pulau dan Outgoing Feeder Tanah Putih
diperlihatkan pada gambar 6.
Perhitungan rugi-rugi daya dan tegangan untuk
Outgoing Feeder (OGF) Sedinginan Kota :
Panjang saluran = 30500 m
Impedansi
=
0.2982 Ohm
Arus beban
=
262 Amp
Tegangan GH
=
19612 V
Tegangan terima pada OGF Sedinginan Kota adalah
sebesar 17,6 kV, OGF Teluk Pulau 13,6 kV dan OGF
Tanah Putih 18,2 kV.
10.Analisa Perhitungan Untuk Memperbaiki
Kinerja Sistem Distribusi 20 kV Menggunakan
ETAP 6.0.0
Metode penelitian yang dilakukan pada
perhitungan menggunakan metoda Newton Raphson.
Sistem saluran distribusi atau transmisi mempunyai
konfigurasi antara lain seperti konfigurasi radial dan
loop. Untuk mengetahui kinerja sistem, maka
114
No
Kondisi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Eksisting
Rekon_1
Rekon_2
Rekon_3
Rekon_4
Rekon_5
Teg.terima
terendah
(kV)
13.6
16.2
16.9
17.5
17.1
16.9
MW
MVAr
3.05
2.74
2.21
1.84
2.12
2.14
3.14
2.88
2.34
1.98
2.36
2.28
20 kV
OGF Sedinginan Kota
Teg.terima
terendah
(kV)
1.
Eksisting
13.6
2.
Rekon_3
17.5
Penghematan Rugi Daya
No
OGF Teluk Pulau
Tr.
2 x 30 MVA
GH Ujung Tanjung
Rugi daya
Kondisi
Rugi daya
MW
MVAr
3.05
1.84
1.21
3.14
1.98
1.16
20 kV
OGF Sedinginan Kota
2 x 30 MVA
GH Ujung Tanjung
Kesimpulan
1. Kondisi Eksisting sistem distribusi 20 kV
PT.
PLN (Persero) Cabang Dumai Ranting Duri Gardu
Hubung Ujung Tanjung tegangan terima sebesar
13.6 kV, Rugi daya aktif 3,05 MW dan daya
reaktif 3,14 MVAr.
2. Hasil pembahasan dengan menggunakan Metoda
Newton Rapshon dan program ETAP 6.00
diperoleh rekonfigurasi tegangan terima terbaik
pada Rekonfigurasi_3 sebesar 17,5 kV, rugi daya
aktif sebesar 1,84 MW dan Rugi daya reaktif 1,98
MVar, sehingga diperoleh penghematan rugi-rugi
115
116